• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Tiga Macam Konsentrat Terhadap Kualitas dan Persentase Karkas Serta Income Over Feed Cost Domba Sungei Putih Selama Penggemukan (The Usage Three Kind of Concentrates on Quality and Carcass Percentage and Also Income Over Feed Cost of Sungei Puti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberian Tiga Macam Konsentrat Terhadap Kualitas dan Persentase Karkas Serta Income Over Feed Cost Domba Sungei Putih Selama Penggemukan (The Usage Three Kind of Concentrates on Quality and Carcass Percentage and Also Income Over Feed Cost of Sungei Puti"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberian Tiga Macam Konsentrat Terhadap Kualitas dan

Persentase Karkas Serta

Income Over Feed Cost

Domba Sungei Putih

Selama Penggemukan

(The Usage Three Kind of Concentrates on Quality and Carcass

Percentage and Also Income Over Feed Cost of Sungei Putih Sheep

For Fatgrowth)

Iskandar Sembiring, Hasnudi, dan Pantioni

Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU

Abstract: The objectives of this research was to test the comparison three of kind concentrates on carcass percentage, fat and income over feed cost of Sungei Putih sheep for fatgrowth. The experiment was using complete randomized experiment design by three treatments and six replication, where treatments of T1 wasgrass + concentrate A (palm oil by product), T2 wasgrass + concentrate B (conventional) and T3 wasgrass + concentrate C (farming by product).

The results showed the highest average carcass weight at T2 (12,96kg) then T3(12,82kg) and then lowest average at T1 (11,47kg). The highest average carcass percentage T2 (54,53%) then T3 (54,03%) and the lowest average at T1 (52,68%). The highest average subcutan fat weight at T2 (1,70kg) then T3 (1,63kg) and the lowest average at T1 (1,24kg). The highest average intermusculer fat at T2 (413,40g) then T3 (411,80g) and the lowest average at T1 (383,20g). The highest average chanel + pelvic fat weight at T2 (241,80g) then T3 (231,40g) and the lowest average at T1 (215,80g). And the highest average income over feed cost at T1 (Rp 73.331,67) then T3 (Rp 56.383,57) and the lowest average at T2 (Rp 21.430.63). The statistic of analysis the research result showed that the test result of variation indicated that T1, T2 and T3 didn’t have a real different affect to the carcass weight, carcass percentage, subcutan fat weight, intermusculer fat weight, and chanel + pelvic fat weight, mean while for income over feed cost has a real different affect.

Key Words: sheep, Consentrate, Carcass, fat and IOFC.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan antara tiga macam konsentrat yaitu konsentrat A (berbasis hasil sampingan industri kelapa sawit), konsentrat B (konvensional), dan konsentrat C (berbasis hasil sampingan industri pertanian) terhadap persentase karkas dan income over feed cost Domba Sungei Putih selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari tiga perlakuan dan 6 ulangan yaitu: T1 = rumput + konsentrat A (berbasis hasil sampingan kelapa sawit), T2 = rumput + konsentrat B (konsentrat konvensional), dan T3 = rumput + konsentrat C (berbasis hasil sampingan produk pertanian).

Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot karkas tertinggi pada T2 (12,96kg), sementara rataan bobot karkas T3 (12,82kg) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (11,47kg). Rataan persentase karkas tertinggi pada T2 (54,53%) sementara rataan persentase karkas T3 (54,03%) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (52,68%). Rataan bobot lemak subkutan tertinggi pada T2 (1,70kg), sementara rataan bobot karkas T3 (1,63kg), dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (1,24kg). Rataan bobot lemak intermuskuler tertinggi pada T2 (413,40g) sementara rataan bobot karkas T3 (411,80g) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (382,20g). Rataan bobot lemak ginjal + pelvik tertinggi pada T2 (241,80g) sementara rataan bobot karkas T3 (231,40g) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (215,80g). Dan rataan income over feed cost

(2)

lemak ginjal + pelvis, sedangkan untuk income over feed cost memperlihatkan hasil yang sangat berbeda nyata.

Kata Kunci: domba, karkas, lemak, dan IOFC.

Pendahuluan

Latar Belakang

Sistem pemeliharaan ternak domba di Indonesia pada umumnya adalah secara tradisional, di mana pemberian pakan tergantung pada hijauan tanaman makanan ternak yang tersedia (rerumputan) dengan sedikit atau tidak ada pakan tambahan (Tomaszewska, et.al.:1993). Hal ini menyebabkan tingkat produksi domba rendah. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memperbaiki kualitas pakan, namun pakan komersil yang berkualitas harganya relatif mahal. Salah satu alternatif meningkatkan produktivitas ternak dan sekaligus pendapatan peternak adalah melalui pemanfaatan pakan inkonvensional. Bahan pakan inkonvensional antara lain: hasil sampingan (by product) dan hasil sisa (limbah) industri perkebunan dan pertanian. Sumatera Utara mempunyai areal perkebunan kelapa sawit yang cukup luas dan terdapat juga industri pengolahan sawit. Data statistik perkebunan Sumatera Utara tahun 2002: luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara adalah 766.669,73 Ha dan terdapat 60 unit perkebunan kelapa sawit. Hasil akhir dari proses pengolahan sawit tersebut antara lain minyak kelapa sawit sebagai produk utama, solid sawit sebagai limbah padat dan limbah cair yang dibuang ketempat pengendalian limbah (Naibaho,1994). Limbah sawit ini sangat melimpah dan belum diolah lebih lanjut. Hasil sisa perkebunan lainnya yang dapat digunakan yaitu anakan tebu yang berasal dari tebu utama setelah dipotong. Hasil sampingan lainnya dari industri pengolahan buah markisa dan buah nenas. Semua hasil sisa perkebunan maupun hasil sampingan industri pertanian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pakan domba.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dilakukan penelitian tentang pemanfaatan hasil sampingan industri kelapa sawit dan hasil sampingan industri pertanian sebagai konsentrat terhadap kualitas dan persentase karkas, lemak serta

income over feed cost pada ternak domba Sungei Putih.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbandingan antara konsentrat A (konsentrat yang berbasis hasil

sampingan industri kelapa sawit), konsentrat B (konsentrat konvensional) dan konsentrat C (konsentrat yang berbasil hasil sampingan industri pertanian) terhadap bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak subkutan, bobot lemak intermuskuler, bobot lemak ginjal + pelvis dan income over feed cost domba Sungei Putih.

Kegunaan Penelitian

Sebagai upaya alternatif dalam pemanfaatan hasil sampingan industri kelapa sawit dan hasil sampingan industri pertanian dan sebagai bahan informasi bagi peternak dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bahan dan Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulaugambar Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan dimulai dari Januari 2005 sampai April 2005.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain: a. 18 ekor domba jantan Sungei Putih lepas

sapih umur 5-6 bulan dengan kisaran bobot badan awal rata-rata 15kg (12-19kg)

b. Rumput gajah

c. Konsentrat, terdiri dari:

• Konsentrat A terdiri dari: lumpur sawit, bungkil inti sawit, kerak tehu, anakan tebu, molases, urea, ultra mineral,garam

• Konsentrat B terdiri dari: jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, molases, urea, ultra mineral,garam • Konsentrat C terdiri dari: jagung,

dedak, bungkil kedelai, ampas nenas, kulit buah markisa, tepung ikan, urea, ultra mineral, dan garam.

Alat yang digunakan antara lain:

a. Kandang 18 unit beserta

perlengkapannya dengan ukuran 1x 1,5m

(3)

komponen karkas, timbangan 2kg dengan kepekaan 10g untuk menimbang pakan dan timbangan kapasitas 2.800g dengan kepekaan 1,0g untuk menimbang komponen karkas

c. Alat pendingin untuk tempat

menyimpan karkas

Metode Penelitian

Medote penelitian yang digunakan pada tahap I adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan yaitu:

T1 = rumput gajah + konsentrat A

T2 = rumput gajah + konsentrat B

T3 = rumput gajah + konsentrat C

Ulangan yang didapat berasal dari rumus:

T (n-1) ≥ 15 3 (n-1) ≥ 15 3n – 3 ≥ 15 3n ≥ 18 n ≥ 6

Adapun model linier penelitian yang digunakan adalah:

Yij = µ + τ i + Σij

Di mana:

Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan perlakuan ke-j

I = 1,2,3 (perlakuan)

J = 1,2,3,4,5,6 (ulangan) µ = Nilai rata-rata (mean) harapan τi = Pengaruh faktor perlakuan ke-i Σij = Pengaruh galat (experimental error)

perlakuan ke-i ulangan ke-j (Hanafiah, 2000).

Metode penelitian tahap II kedua adalah pengambilan sampel ternak domba yang dipotong yaitu:

T1 = 2 ekor yaitu T1R1 dan T1R6 T2 = 2 ekor yaitu T2R1 dan T2R4 T3 = 2 ekor yaitu T3R2 dan T3 R4 Maka jumlah ternak domba yang dipotong sebanyak 6 ekor.

Parameter Penelitian: Bobot karkas, Persentase karkas, Bobot lemak dan Income Over Feed Cost (IOFC).

Hasil Penelitian

Bobot karkas

Dari hasil penelitian diperoleh bobot karkas, terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

Bobot karkas (Kg/ekor)

Perlakuan Total 22,93 25,92 25,64 74,49 24,83 Rataan 11,47 12,96 12,82 37,25 12,42

Persentase karkas

Dari hasil penelitian diperoleh persentase karkas, terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Persentase karkas (%)

Perlakuan Total 105,36 109,06 108,06 322,48 107,49 Rataan 52,68 54,53 54,03 161,24 53,75

Bobot Lemak Subkutan

Dari hasil penelitian diperoleh bobot lemak subkutan terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10

Bobot lemak subkutan (kg/ekor)

Perlakuan

Bobot Lemak Intermuskuler

Dari hasil penelitian bobot lemak intermuskuler, terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11.

Bobot lemak intermuskuler (g/ekor)

Perlakuan Ulangan

T1 T2 T3

Total Rataan

(4)

II 374,40 400,40 459,60 1234,40 411,46 Total 764,40 826,80 823,60 2414,80 804,93

Rataan 382,20 413,40 411,80 1207,40 402,46

Bobot Lemak ginjal + Pelvis

Dari hasil penelitian diperoleh bobot lemak ginjal + pelvis, terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12.

Bobot lemak ginjal + pelvis (g/ekor)

Perlakuan Ulangan

T1 T2 T3

Total Rataan

I 223,60 228,80 202,80 655,20 218,40

II 208,00 254,80 260,00 722,80 240,93

Total 431,60 483,60 462,80 1378,00 459,33

Rataan 215,80 241,80 231,40 689,00 229,67

Income Over Feed Cost

Dari hasil penelitian diperoleh income over feed cost, terlihat pada Tabel 13.

Tabel 13.

Income over feed cost (Rp)

Perlakuan Ulangan

T1 T2 T3

Total Rataan

I 72.410,72 19.260,56 23.169.62 114.840,90 38.280,30

II 50.107,33 29.814,97 69.865.62 149.787,92 49.929,31

III 79.374,88 45.233,50 53.335.31 177.943,69 59.314,56

IV 77.735,85 15.948,16 72.254.12 165.938,13 55.312,71

V 85.073,01 3.020,50 48.800.25 136.893,76 45.631,25

VI 75.288,25 15.306,06 70.876.50 161.470,81 53.823,60

Total 439.990,04 128.583,75 338.301.42 906.875,21 302.291,74

(5)

Pembahasan Hasil

Bobot Karkas

Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga konsentrat tersebut terhadap bobot karkas dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14.

Analisis keragaman bobot karkas

F tabel

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa T1, T2, dan T3 pada domba jantan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap bobot karkas domba. Hal ini berarti bahwa ketiga macam perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrat A, B, dan C mempunyai nilai nutrisi yang tidak jauh berbeda dan konsumsi dan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata juga. Nilai rataan bobot karkas hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian.

Persentase Karkas

Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga macam konsentrat tersebut terhadap persentase karkas dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15.

Analisis keragaman persentase karkas

F table

Dari hasil analisis keragaman di atas dapat dilihat bahwa T1, T2, dan T3 pada domba jantan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap persentase karkas domba. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrat A, B, dan C mempunyai nilai nutrisi yang tidak jauh berbeda. Selain

itu pakan yang dikonsumsi oleh domba dalam penelitian ini juga tidak berbeda nyata, sehingga persentase dari karkas juga tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Devendra (1977) yang menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi. Johnston (1983) juga menyatakan bahwa persentase karkas pada domba yang kurus dan kondisinya buruk kurang dari 40%, sedangkan pada kondisi gemuk persentase karkas dapat melebihi 60%.

Lemak. Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga macam konsentrat tersebut terhadap lemak dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 16, 17, dan 18.

Tabel16.

Analisis keragaman bobot lemak subkutan

F table

Analisis keragaman bobot lemak intermuskuler

F table SK DB JK KT F hit

0.05 0.01 Perlakuan 2 1234.78 617.78 0.37tn 9.55 30.81

Galat 3 5029.36 1676.45 Total 5 6264.14

KK = 10.17%

tn = tidak berbeda nyata

Tabel 18.

Analisis keragaman bobot lemak ginjal + pelvis

F table SK DB JK KT F hit

0.05 0.01 Perlakuan 2 685.01 342.51 0.5tn 9.55 30.81

Galat 3 2095.6 698.53

Total 5 2780.61

KK = 8.82%

(6)

Dari hasil analisa keragaman dapat dilihat bahwa T1, T2, dan T3 pada domba jantan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap lemak subkutan, lemak intermuskuler dan lemak ginjal + pelvis. Hal ini disebabkan karena pemberian ketiga macam konsentrat tersebut juga memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan antarperlakuan sehingga bobot lemak antarperlakuan juga tidak nyata karena bobot lemak tubuh sebanding dengan pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong yang diperoleh menyebabkan bobot karkas segar, persentase karkas, dan lemak akan semakin tinggi.

Nilai rataan bobot lemak ginjal dan pelvis hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Dewi (2000) pada domba Sei Putih yang diberi pakan bungkil inti sawit sebanyak 31,51% dan mengandung protein kasar sebesar 13,26% dan energi 2,88 Mcal/kg menghasilkan bobot lemak ginjal sebesar 35g, lemak pelvis 45g pada bobot potong 15kg. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Berg and Butterfield (1976).

Income Over feed Cost. Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga konsentrat tersebut terhadap bobot karkas dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 19.

Tabel 19.

Analisis keragaman income over feed cost

F tabel

SK DB JK KT F hit

0.05 0.01

Perlakuan 2 8405330773 4202665387 17,51** 3.68 6.36

Galat 15 3599556427 239970428,5

Total 17 1200488720

KK = 30,74%

** = sangat nyata

Berdasarkan analisis sidik ragam di atas menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian lumpur sawit dalam konsentrat terhadap IOFC memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01).

Untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini.

Tabel 20.

Uji Duncan Income over feed cost

Perlakuan Rataan Notasi T1 73.331,67 BC T2 21.430,63 A T3 56.383.57 B

Keterangan: notasi huruf yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata dalam taraf 1%

Berdasarkan uji Duncan di atas dapat diketahui bahwa harga konsentrat sangat nyata mempengaruhi income over feed cost, di mana yang income over feed cost tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 yaitu 73.331,67 yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan T2, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3. Hal ini diduga karena pada perlakuan T1 telah menghasilkan efisiensi biaya konsentrat, walaupun bila dilihat dari konsumsi dan pertambahan bobot badan tidak berbeda nyata, tapi hal ini disebabkan faktor dari harga bahan untuk menyusun konsentrat A, B, dan C yang sangat mencolok.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi hasil penelitian terhadap kualitas dan persentase karkas serta income over feed cost domba Sungai Putih adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 22.

Tabel 22.

Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan

Bobot Lemak Intermuskuler (g/ekor) 382,20 tn 413,40 tn 411,80 tn

Bobot Lemak ginjal + Pelvis (g/ekor) 215,80 tn 241,80 tn 231,40 tn

Income Over Feed Cost (Rp) 73.331,67BC 21.430,63A 56.383.57B

Keterangan:

(7)

tn = tidak nyata

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Pemberian pakan pada perlakuan T1, T2 dan T3 perlakuan T3 (rumput gajah + konsentrat C yaitu konsentrat hasil sampingan industri pertanian) menghasilkan kualitas yang sama terhadap bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak subkutan, lemak intermuskuler dan lemak ginjal + pelvis 2. Pemberian pakan pada perlakuan T1

(rumput gajah + konsentrat A yaitu konsentrat yang berbasis hasil sampingan industri kelapa sawit) dan perlakuan T3 (rumput gajah + konsentrat C yaitu kosentrat hasil sampingan industri pertanian) dapat menghasilkan keuntungan yang sama dibandingkan dengan perlakuan T2 (rumput gajah + konsentrat B yaitu konsentrat konvensional) sehingga pakan pada perlakuan T1 dan T2 dapat dijadikan salah satu pakan alternatif bagi ternak domba.

Saran

Sebaiknya peternak menggunakan konsentrat yang berasal dari hasil sampingan industri kelapa sawit yang lebih luas untuk ternak domba sebagai upaya peningkatan pendapatan dalam usaha beternak domba.

Daftar Pustaka

Anonim. 2002. Teknologi Tepat Guna: Budidaya Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. [www.document] URL http://www.rusnas buah.or.id.

Berg and Butterfield. 1976. New Concept of Cattlegrowth. Sydney: University Press.

Crouse,J.D., J.R. Busboom., R.A. Field, and C.L. Ferrel. 1981. Effect of Breed, Diet, Sex, Location, and Slaughter Weight on Lambgrowth, Crcass Composition and Meat Flavor. New York: Mc Graw Hill Book Company.

Gatenby, R.M and L.P. Batubara. 1994. Management of Sheep in The Humid Tropic, Experiences in North Sumatra. In Second Symposium on Sheep Production Malaysia Faculty of Veteriner Medicine and Animal Science, University Agricultural Malaysia Serdang.

Hanafiah, K.A. 2000. Rancangan Percobaan.

Fakultas Pertanian. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Herman, R. 1993. Perbandingan Pertumbuhan, Komposisi Tubuh, dan Karkas Antara Domba Priangan dan Ekorgemuk. [Disertasi]. Program Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hutagalung dan Jalaludin. 1982. Feeds For Farm Animal From The Oil Palm.

Serdang, Malaysia.

Johston, R.G. 1983. Introduction to Sheep Farming. London: Granada Publishing Ltd.

Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

National Research Council. 1995. Nutrient Requirement of Domestic. No.2. Washington DC: Nutrient Requirement of Swine National Academy of Science.

Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawardhani, dan A. Roesjat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departement Pertanian. 5 Maret 1985, grati.

Gambar

Tabel 10  Bobot lemak subkutan (kg/ekor)
Tabel 17.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana mengetahui user experiences terhadap produk iDigital Museum, dengan studi kasus Aplikasi Interaktif dengan tema

Berdasarkan hasil penelitian kesimpulan umum dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan kecakapan kewarganegaraan ( civic skil ) siswa dari siklus I ke

Hasil kajian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara faktor lingkungan kerja dan kompensasi serta antara faktor motivasi dan kompensasi.. Keywords:

Implementasi SPIP dapat diawali dengan pembangunan falsafah manajemen risiko (lingkungan pengendalian dalam arti sempit), penetapan tujuan organisasi dan tujuan kegiatan,

Standar Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2 merupakan salah satu pedoman dalam Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKJ IP) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Sulawesi Selatan didasarkan atas dokumen Perencanaan

PENGARUH ATRIBUT KUALITAS, HARGA, DESAIN DAN PELAYANAN SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP KEPUTUSAN

Pada saat ini kontrak atau perjanjian kerja sama tersebut sering kali dibuat dalam bentuk nota kesepahaman atau yang lebih dikenal dengan Memorandum of Understanding