• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT. PERTAMINA PERSERO UNIT PEMASARAN I MEDAN DI LINGKUNGAN XII KELURAHAN SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

DHAHRAN MANOGI MARPAUNG 060902028

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Dhahran Manogi Marpaung Nim : 060902028

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat.

Medan, 26 Februari 2013

PEMBIMBING

19630319 199302 1 001 Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D

KETUA DEPARTEMEN

19710927 199801 2001 Hairani Siregar, M.SP

DEKAN FISIP USU

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK NAMA : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 135 halaman, 33 tabel, 3 lampiran, 19 daftar pustaka)

PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pemasaran dan distribusi produk dari hasil industri hilir dari pengolahan minyak bumi, gas dan oli. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan juga bertanggung jawab dalam ketersediaannya Bahan bakar di wilayah Aceh, Sumaterta Utara dan Riau. Sebagai perusahaan terbesar berskala nasional dan internasional, PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas dan dari gabungan kedua pejabat fungsionaris terbentuklah divisi lembaga Corporate Social Responbility dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai target sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat efektif atau tidak. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari enam indikator efektivitas tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu: pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya target, tercapainya tujuan dan perubahan nyata, maka ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan sudah efektif dengan total persentase sebesar 55,72%. Setelah bergabung dan menjadi bagian dalam program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UPMS I Medan, mayoritas responden mendapatkan pekerjaan dan penghasilan tambahan, lama jam bekerja meningkat dan terjadi perubahan pola berfikir dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Data tersebut didukung dengan efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan skala likert yang tergolong tinggi dimana rata-rata peroleh skor adalah 3,28.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

NAME : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

The Effectiveness In Implementing the Program of Corporate Social Responsibility by PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(This thesis is composed of 6 chapters, 135 pages, 33 tables, 3 appendix, 22 libraries) PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan is a well known State Owned Corporation with operation for marketing and distributing the product of downstream manufacturing of oil, gas and natural petroleum. This state corporation is also charging and responsible for supplying the oil requirement under region of Aceh, Sumatera Utara and Riau provinces. As one of biggest corporation scaled national and international, PT. (Persero) Unit Pemasaran I Medan has a burden with responsibility to conduct a governmental program in social responsibility, there is established a special division is under one special unit well known as Corporate Social Responsibility and also known local named Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) under both the Financial Manager and Public Relation Manager. The corporation is obliged to support the social surrounding and public around.

The objective of this study is to know how effective the implementation of corporation program under social responsibility with PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, that has been provided on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat local area. Based on the result of analysis with the data obtained at least in six indicators the effectiveness of corporate social responsibility, such as: the understanding of program, achieving target accorded, noted timely, achieving the target, obtained the goal and the real change in reality. It has been taken conclusion that the implementation of program in corporate social responsibility has run effectively with total percentage of 55.72%. Following the unit affiliated and already united a special part under the program of corporation social responsibility, that mostly respondents further got job and have additional income, the length service to work become rising and also shift their paradigm in thinking around social, it means enriching also to those social surrounding in welfare with family as well as. The data, has been also supported by the effectiveness of implementing the program of corporate social responsibility, there has been done under likert scale in higher classified with average score obtained of 3.28.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan kemuliaan hanya bagi Mu Allah yang kukenal di dalam Nama Yesus Kristus. Hanya Engkau yang telah memberikan hikmat dan pengetahuan serta kasih dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi, guna meraih gelar sarjana sosial (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulisan menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini terutama dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada keesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, diantaranya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

(6)

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D selaku Dosen pembimbing. Terimakasih atas waktu, bimbingan, arahan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh staff edukatif dan administrasi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Gandhi Sri Widodo selaku General Manager Unit Pemasaran I PT. Pertamina (persero) UPMS Medan.

6. Bapak Ricardo Leo Runtuwene selaku Manager Program Kegiatan Bina Lingkungan PT. Pertamina (persero) UPMS I Medan.

7. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, St. A. Marpaung dan D. Boru Panjaitan. Terima kasih untuk tetap memperjuangkan penulis menggapai mimpi dan impian, terimakasih untuk semangat dan motivasi yang engkau beri untuk penulis, begitu luar biasa dan menakjubkan. Terimakasih juga untuk “yang terhebat” bagi penulis, perjalanan hidup bersama Bapak, Ibu membuat penulis semakin dewasa dan mandiri, tidak ada yang lebih baik dari beliau. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang, atas Doa dan senyum Bapak, Ibu yang selalu menguatkan hari-hari penulis.

(7)

9. Terimakasih untuk Chianku Eflin Harahap, teman-teman yang selalu memberikan keceriaan, Ikhwanul, Oka, Vera Margareth, Diky Girsang, Alek Malau (Laeku), ponakanku Trisha Putri Malau, Rendy Hasibuan dan teman terbaik yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara dan program Kegiatan Bina Lingkungan PT. Pertamina (persero) UPMS I Medan.

Medan, Februari 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas ... 11

2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 11

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas... 14

2.1.3 Masalah dalam Pengukuran Efektivitas ... 16

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 19

2.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 19

2.2.2 Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 21

2.2.3 Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia ... 27

2.3 Konsep-konsep yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 28

2.3.1 Pengelolaan ahaan yang Baik ... 28

2.3.2 Pembangunan Berkelanjutan ... 31

2.3.3 Millenium Development Goals ... 33

2.3.4 Tiga Garis Dasar ... 34

2.3.5 International Organization for Standardization 26000 ... 35

2.3.6 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 36

2.3.7 Sistematika Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 38

(9)

Perusahaan ... 41

2.6 Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 44

2.6.1 Kebijakan Umun ... 44

2.6.2 Tujuan dan Target Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 46

2.6.3 Kriteria Pemberdayaan ... 47

2.6.4 Penyusunan dan Pelaksanaan Program ... 47

2.6.5 Lokasi dan Sasaran Program ... 47

2.7 Kerangka Pemikiran ... 48

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional51 2.8.1 Defenisi Konsep ... 51

2.8.2 Defenisi Operasional ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 55

3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3 Populasi ... 56

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Lingkungan XII ... 59

4.2 Kondisi Demografis Lingkungan XII ... 60

4.2.1 Sumber Daya Manusia ... 60

4.2.2 Agama ... 63

4.2.3 Kondisi Sosial Budaya ... 63

4.2.4 Sarana dan Prasarana ... 64

4.3 Struktur Organisasi Kelurahan Silalas ... 67

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Umum Responden ... 69

(10)

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 72 5.2 Efekktivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 76 5.2.1 Pemahaman Program ... 76

5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Bidang Program

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Yang Terealisasi ... 88 5.2.2 Ketepatan Sasaran ... 89

5.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pertimbangan yang

Digunakan dalam Menetapkan Sasaran Program ... 92 5.2.3 Ketepatan Waktu ... 95

5.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

Penyuluhan ... 97 5.2.4 Tercapainya Target ... 99 5.2.5 Tercapainya Tujuan ... 104

5.2.5.1 Tingkat Kemanfaatan yang Diterima oleh Responden dari

Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 108 5.2.5.2 Perlu Tidaknya Program Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan Dilanjutkan ... 110 5.2.6 Perubahan Nyata ... 111

5.2.6.1 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan

Mata Pencaharian ... 111 5.3 Hasil Wawancara dengan Petugas ... 116

BAB VI PENUTUP

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5 Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Paradigma ... 41

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarka Usia Kelompok Pendidikan ... 60

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 61

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 62

Tabel 4.4 Sarana Pendidikan ... 65

Tabel 4.5 Sarana Kesehatan ... 66

Tabel 4.6 Sarana Ibadah ... 67

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 72

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 73

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan. ... .75

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 76

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 79

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 80

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 82

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Target Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 84

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Bidang Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang direncanakan ... 86

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pihak yang Menetapkan Sasaran Program ... 89

(12)

Diselenggarakannya Penyuluhan Tentang ProgramTanggung Jawab

Sosial Perusahaan Sebelum Menjadi Mitra Bina ... 95

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pemberian Bantuan ... 98

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penetapan Target Kegiatan ... 100

Tabel 5.18 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Target yang Harus Dicapai untuk Setiap Kegiatan ... 101

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Target dengan Kebutuhan. ... 103

Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian Target Kegiatan ... 105

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian Tujuan Program ... 106

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Kelemahan Program ... 109

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Mata Pencaharian Tambahan Keluarga Responden ... 111

Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Jumlah Pendapatan ... 112

Tabel 5.25 Perubahan Pola Berfikir Responden dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga ... 113

(13)

DAFTAR BAGAN

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK NAMA : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 135 halaman, 33 tabel, 3 lampiran, 19 daftar pustaka)

PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pemasaran dan distribusi produk dari hasil industri hilir dari pengolahan minyak bumi, gas dan oli. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan juga bertanggung jawab dalam ketersediaannya Bahan bakar di wilayah Aceh, Sumaterta Utara dan Riau. Sebagai perusahaan terbesar berskala nasional dan internasional, PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas dan dari gabungan kedua pejabat fungsionaris terbentuklah divisi lembaga Corporate Social Responbility dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai target sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat efektif atau tidak. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari enam indikator efektivitas tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu: pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya target, tercapainya tujuan dan perubahan nyata, maka ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan sudah efektif dengan total persentase sebesar 55,72%. Setelah bergabung dan menjadi bagian dalam program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UPMS I Medan, mayoritas responden mendapatkan pekerjaan dan penghasilan tambahan, lama jam bekerja meningkat dan terjadi perubahan pola berfikir dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Data tersebut didukung dengan efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan skala likert yang tergolong tinggi dimana rata-rata peroleh skor adalah 3,28.

(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

NAME : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

The Effectiveness In Implementing the Program of Corporate Social Responsibility by PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(This thesis is composed of 6 chapters, 135 pages, 33 tables, 3 appendix, 22 libraries) PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan is a well known State Owned Corporation with operation for marketing and distributing the product of downstream manufacturing of oil, gas and natural petroleum. This state corporation is also charging and responsible for supplying the oil requirement under region of Aceh, Sumatera Utara and Riau provinces. As one of biggest corporation scaled national and international, PT. (Persero) Unit Pemasaran I Medan has a burden with responsibility to conduct a governmental program in social responsibility, there is established a special division is under one special unit well known as Corporate Social Responsibility and also known local named Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) under both the Financial Manager and Public Relation Manager. The corporation is obliged to support the social surrounding and public around.

The objective of this study is to know how effective the implementation of corporation program under social responsibility with PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, that has been provided on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat local area. Based on the result of analysis with the data obtained at least in six indicators the effectiveness of corporate social responsibility, such as: the understanding of program, achieving target accorded, noted timely, achieving the target, obtained the goal and the real change in reality. It has been taken conclusion that the implementation of program in corporate social responsibility has run effectively with total percentage of 55.72%. Following the unit affiliated and already united a special part under the program of corporation social responsibility, that mostly respondents further got job and have additional income, the length service to work become rising and also shift their paradigm in thinking around social, it means enriching also to those social surrounding in welfare with family as well as. The data, has been also supported by the effectiveness of implementing the program of corporate social responsibility, there has been done under likert scale in higher classified with average score obtained of 3.28.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara hukum bukan merupakan tanggungjawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional. Salah satu yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dunia usaha. Instansi dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan.

Jadi, perusahaan adalah sebagai salah satu pelaku ekonomi. Salah satu bentuk perusahaan yang terkenal dan terlibat di dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia adalah Perseroan Terbatas. (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17782/4/Chapter%201.pdfjam22.36I tanggal3April 2011).

(17)

tetapi juga sudah merupakan komponen wajib dari penerapan standar manajemen skala internasional.

Salah satu hal yang paling menonjol dari tindakan perusahaan lebih sering berdampak negatif yang sangat menimbulkan permasalahan sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Hal ini dapat dilihat seperti, pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar perusahaan yang sangat menimbulkan konflik perusahaan dengan masyarakat sekitar. Sebagai contoh, PT. Timah (Persero) Tbk tidak terlepas dari pelaksanaan program bina lingkungan. Pada umumnya, dilakukan dalam bentuk pemberian donasi atau sumbangan yang pendanaannya berasal dari penyisihan laba perseroan. Pemberian bantuan yang meliputi bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan sarana / prasarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam. Pemberian bantuan kepada korban bencana alam seperti yang terjadi di Cianjur Jawa Barat dan Padang Sumatera Barat, dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dilakukan perseoran sebagai bagian dari gerakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) peduli.

(18)

Aktivitas yang dilakukan dalam mewujudkan hal itu melalui kegiatan penghijauan (green belt), bantuan penyediaan air bersih, pembuatan wisata air dan pembuatan real estate bekas daerah tambang dan juga penggunaan teknologi ramah lingkungan antara lain electrostatic precipitator (EP), pengelolaan air bersih (water treatment) dan penampungan air hujan berupa waduk yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan.

Pelaksanaan program tanggung jawab sosial bidang lingkungan bertujuan untuk menunjang pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. Namun, pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut tidak efektif, karena tidak didukung oleh kepedulian untuk menjaga keberlanjutan lingkungan serta tidak mencapai kinerja finansial dan sosial. (http:/www.semengresik.com/ina/csrEnviro.aspx/ diakses pukul 15.46 tanggal 17 Maret 2011).

PT. Pertamina (Persero) sudah lama menjalankan SCR. Bahkan sebelum diamanahkan undang-undang. Waktu itu, namanya community development atau comdev yang berarti pengembangan masyarakat. Lalu keluar ketentuan UU Perseroan Terbata No. 40/2007. Isinya, berupa amanah kepada setiap perusahaan yang mengelola sumber daya alam untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada masyarakat. Korporasi harus menganggarkan dana tersebut tanpa menyebutkan untung atau rugi. Undang-undang itu juga berlaku kepada semua perusahaan, tidak berbicara BUMN atau non-BUMN.

(19)

2008 tentang Pemberlakuan Organisasi Corporate Social Responsibility (CSR), Pertamina telah membentuk Departemen Khusus yang menangani kegiatan CSR

dan PKBL dengan mengangkat dua pejabat setingkat manager masing- masing manager CSR dan PKBL langsung berada di bawah koordinasi

Direktur Keuanga

Wujud pelaksanaan CSR, PT. Pertamina (Persero), sebagai bentuk kepedulian Pertamina kepada masyarakat Lingkungan VII, Kelurahan Petisah Hulu, Kecamatan Medan Baru, yang mengalami musibah kebakaran, Pertamina Pemasaran Region I menyumbangkan 200 (dua ratus) paket makanan siap saji, paket tersebut terdiri dari biskuit, mie instan, dan susu senilai Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) diserahkan kepada korban, selain itu diserahkan juga 3 (tiga) unit kompor gas beserta tabung elpiji untuk perlengkapan dapur umum

bagi warga yang kehilangan tempat tinggal. Program CSR Pertamina difokuskan di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan pemberdayaan masyarakat, serta korban bencana.

PT. Pertamina (Persero) Pemasaran Region I pada Hari Kesehatan Nasional, tahun 2008 juga melaksanakan program CSR di bidang kesehatan. Adapun program yang telah dilaksanakan berupa pemberian makanan tambahan bagi 75 balita penderita gizi buruk di Medan Belawan. Program pemberian makanan tambahan ini berlangsung selama enam bulan dengan pemeriksaan serta pendampingan pengawasan oleh pihak Puskesmas terdekat.

(20)

makanan sehat bagi ibu dan anak. Pelaksanaan CSR bidang kesehatan tersebut, tidak berkesinambungan dan program tersebut hanya menghidupkan program pemerintah yang telah ada sejak lama. Semestinya pelaksanaan CSR perusahaan harus dilaksanakan dengan perencanaan dan pengawasan pelaksanaan serta disosialisasikan kepada masyarakat.

Di samping pelaksanaan pada bidang kesehatan, Pertamina Pemasaran & Niaga Region I menyelenggarakan kegiatan “Pertamina Goes to School”. Kegiatan diadakan di SMA Negeri 3 Medan. Kegiatan Pertamina Goes to School juga diisi dengan pemberian bantuan 1 (satu) set PC (Personal Computer) bagi pengembangan kegiatan OSIS, yang diterima oleh ketua OSIS SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 19 Medan, disaksikan Pembina OSIS masing-masing. Diharapkan dengagn bantuan ini dapat memacu kreatifitas pelajar dalam mengembangkan kegiatan di sekolah dengan baik. Acara yang dihadiri sekitar 130 peserta di setiap sekolah ini diakhiri dengan forum tanya jawab dan pembagian doorprize.

).

(21)

CSR perusahaan hanya untuk orang-orang yang dekat dengan pihak perusahaan. Berikut gambar bagan alur kegiatan CSR PT. Pertamina (Persero), yaitu :

Bagan Alur 1

Bagan Alur Kegiatan Program CSR PT. Pertamina (Persero)

PT. Pertamina (Persero) UPMS – I MEDAN

Divisi Hubungan Kelembagaan

CSR

Pihak yang Mengurus CSR A. Asisten Manajer CSR

a. Membuat dan melaksanakan program CSR b. Bekerjasama dengan fungsi PKBL dalam

implementasi kebijakan ke unit usaha B. Staf Program CSR

a. Menyusun dan mengajukan program-program CSR b. Membuat konsep komunikasi CSR

c. Supervisi program-program CSR terhadap unit d. Menyusun laporan

C. Staf Monitoring CSR

a. Mengawasi aktivitas kegaitan CSR di pusat maupun di unit

b. Menyelaraskan program-program community development dan relation development unit

c. Akuisi data dan menyajikan dokumen CSR sebagai bahan evaluasi

Kelurahan

Pelaksanaan Program CSR Kecamatan

(22)

Dari bagan di atas, diketahui bahwa bagian CSR merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program community development dan relation development unit perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan letak kantor PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dengan lokasi lingkungan penerima manfaat CSR yaitu Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat, untuk itu berdasarkan informasi tersebut, maka peneliti tertatrik untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut melalui penelitian yang hasilnya dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : “Sejauh mana efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

(23)
(24)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka : 1. Memberikan kontribusi keilmuan dalam mengembangkan pemahaman

mengenai efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sudah berjalan efektif atau tidak efektif. 2. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa

FISIP USU serta menambah wwasan dan pengalaman bagi penulis.

3. Referensi dalam perumusan model pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UMPS 1 Medan, sehingga masyarakat lebih efektif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(25)

Perusahaan, Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kerangka Pemikiran, Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian beserta dengan analisis data.

BAB VI : PENUTUP

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektifitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektifitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengaturnya, bahkan cara menentukan indikator efektifitas. Efektifitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial seperti; pendapatan, pendidikan ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan (Soekanto, 1989:48).

(27)

Tindakan yang efektif adalah tindakan pencapaian tujuan tanpa memperhitungkan bagaimana atau seberapa pengorbanan yang diberikan atau ditimbulkan, asalkan tujuan dapat tercapai. Dengan demikian dapat terjadi penghamburan usaha (tenaga, waktu, fikiran, ruang benda dan uang) dari yang melaksanakan pekerjaan. Menurut pengertian tersebut, efektifitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yan tepat.

Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Efektifitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya” (Hidayat, dalam http://blog.wordPress.Com/defenisidanpengertian efektifitas/28Maret2009/).

Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya (Siagian, 2001: 24).

(28)

Efektifitas dijabarkan berdasarkan kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang langka dan berharga secara sepandai mungkin dalam usahanya mengejar tujuan operasi dan operasionalnya (Streers, 1980:4-5).

Efektifitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektifitas operasionalnya. Terdapat beberapa cara pengukuran terhadap efektifitas, sebagai berikut:

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Campbell, 1989:121).

Sementara menurut Gibson, efektifitas organisasi dapat diukur sebagai berikut: 1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap 4. Perencanaan yang matang

5. Penyusunan program yang tepat 6. Tersedianya sarana dan prasarana

(29)

Definisi-definisi tersebut menilai efektifitas dengan menggunakan tujuan akhir atau tujuan yang diinginkan. Kenyataan dalam upaya mencapai tujuan akhir, perusahaan harus mengenali kondisi-kondisi yang dapat menghalangi tercapainya tujuan, sehingga dapat diterima pandangan yang menilai efektifitas organisasi sebagai ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.

2.1.2. Pendekatan terhadap Efektifitas

Pendekatan terhadap efektifitas dilakukan dengan bagian yang berbeda, dimana perusahaan mendapatkan input berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam perusahaan mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektifitas terdiri dari:

1. Pendekatan Sasaran

(30)

mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu semua warga binaan sosial dapat berfungsi sosial.

2. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Suatu organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu organisasi terhadap lingkungannya, karena perusahaan mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan sering kali bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam organisasi dapat di ukur dari seberapa jauh hubungan antara warga binaan sosial dengan lingkungan sekitarnya. 3. Pendekatan Proses

(31)

2.1.3. Masalah dalam Pengukuran Efektifitas

Kesulitan menilai efektifitas disebabkan oleh beberapa masalah yang tak terpisahkan dari model yang sekarang ada mengenai keberhasilan organisasi. Masalah-masalah pengukuran ini sangat beraneka ragam baik dalam sifat maupun titik asal mereka. Adapun masalah-masalah dalam pengukuran efektifitas yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Masalah kesahihan susunan.

Maksud susunan disini adalah suatu hipotesis yang abstrak (sebagai lawan dari yang kongkrit) mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling berhubungan. Beliau mengungkapkan keyakinan bahwa variabel-variabel tersebut bersama-sama membentuk suatu keseluruhan yang utuh. 2. Masalah stabilitas kriteria

Artinya bahwa banyak kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil setelah beberapa waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektifitas pada suatu waktu mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu berikutnya. Kriteria tersebut berubah-ubah tergantung pada permintaan, kepentingan dan tekanan-tekanan ekstern.

3. Masalah perspektif waktu.

(32)

4. Masalah kriteria ganda.

Seperti ditunjukkan sebelumnya, keuntungan utama dari ancangan multivariasi dalam evaluasi efektifitas adalah sifatnya yang komprehensif, memadukan beberapa faktor kedalam suatu kerangka yang kompak. Hal yang terpenting adalah bahwa jika menerima kriteria tersebut untuk efektifitas, maka organisasi menurut defenisinya tidak dapat menjadi efektif, mereka tidak dapat memaksimalkan kedua dimensi tersebut secara serempak.

5. Masalah ketelitian pengukuran.

Pengukuran terdiri dari peraturan atau prosedur untuk menentukan beberapa nilai atribut dalam rangka agar atribut-atribut ini dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jadi, berbicara mengenai pengukuran efektifitas organisasi, dianggap ada kemungkinan menentukan kuantitas dari konsep ini secara konsisten dan tetap. Tetapi penentuan kuantitas atau pengukuran demikian sering sulit karena konsep yang diteliti rumit dan luas. Dihadapkan dengan masalah tersebut, orang harus berusaha mengenali kriteria yang dapat diukur dengan kesalahan minimum atau berusaha mengendalikan pengaruh yang menyesatkan dalam proses analisis.

6. Masalah kemungkinan generalisasi

(33)

7. Masalah relevansi teroitis.

Tujuan utama dari setiap ilmu adalah merumuskan teori-teori dan model-model yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari. Jadi, dari sudut pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan dengan relevansi model-model tersebut. Jika model tersebut tidak membantu kita dalam memahami proses, struktur dan tingkah laku organisasi, maka mereka kurang bernilai pandang dari sudut teoritis.

8. Masalah tingkat analisis

Kebanyakan model efektifitas hanya menggarap tingkat makro saja, membahas gejala keseluruhan organisasi dalam hubungannya dengan efektifitas tetapi mengabaikan hubungan yang kritis antara tingkah laku individu dengan persoalan yang lebih besar yaitu keberhasilan organisasi. Jadi, hanya ada sedikit integrasi antar model makro dengan apa yang dapat kita sebut model mikro dari karya dan efektifitas (Steers, 1980: 61-64).

Berdasarkan uraian efektifitas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan dan sejauh mana perusahaan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karena itu, dalam menentukan efektifitas tanggung jawab sosial perusahaan pada penelitian ini, dapat diukur melalui indikator sebagai berikut :

(34)

3. Ketepatan waktu 4. Tercapainya target 5. Tercapainya tujuan 6. Perubahan nyata

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah bahwa perusahaan bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungannya, dalam melakukan tanggung jawab sosial keuntungan perusahaan tentunya berkurang. Namun bukan berarti dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan tidak untung. Tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan memerlukan usaha yang menyeimbangkan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Tanggung jawab sosial modern yang berkembang memiliki fungsi essensial yaitu melakukan tugasnya untuk kemasyarakatan (sosial) dan mempunyai dampak yang luas terhadap masyarakat (http://sugengfitriyono.blogspot .com/2011/05/blog-post.html).

World Business Council for Sustainable Development memberikan definisi Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility sebagai: “business commitment to contribute to sustainable economic development, working with

employees, their families, the local community, and society at large to improve

(35)

keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.

Lebih lanjut lagi World Business Council menambahkan: “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic

development while improving the quality of life of the workforce and their families

as well as of the local community and society at large”, yaitu komitmen dunia usaha yang terus-menerus untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas (World Business Council, dalam

(36)

2.2.2 Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, tidak membayar pajak dan menindas buruh. Pendeknya perusahaan berdiri secara diametral dengan kehidupan sosial. Tanggung jawab sosial korporasi telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalah gunakan ijin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain.

Pada Tahun 1940-an pengembangan masyarakat, secara resmi istilah pengembangan masyarakat dipergunakan di Inggris 1948 untuk mengganti istilah pendidikan massa. Di Amerika Serikat pengembangan masyarakat berakar dari disiplin pendidikan ditingkat pedesaan, sedangkan diperkotaan dikembangkan organisasi komunitas yang bersumber dari ilmu kesejahteraan sosial dan diawali pada tahun 1873. Pengembangan masyarakat merupakan pembangunan alternatif yang komprehensif serta berbasis komunitas dan dapat melibatkan pemerintah, swasta, dan lembaga non pemerintah, dari segi tujuan bisa bersifat spesifik tidak selalu multi-tujuan.

(37)

yang independen dan terisolasi, sehingga manajer tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik tetapi juga kepada kepentingan yang lebih luas yang membentuk dan mendukungnya dari lingkungan sekitarnya. Dalam mengejar tujuan ekonomisnya, perusahaan menimbulkan berbagai konsekuensi sosial lainnya, baik kemanfaatan (keamanan, kenyamanan, dan kemakmuran bagi masyarakat) maupun biaya sosial (degradasi potensi sumberdaya lingkungan, limbah dan pencemaran). Perkembangan lebih lanjut, konsep community development mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

Literatur-literatur awal yang membahas tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 1950-an menyebut tanggung jawab sosial perusahaan sebagai Social Responsibility. Tidak disebutkannya kata corporate dalam istilah tersebut kemungkinan besar disebabkan pengaruh dan dominasi korporasi modern belum terjadi atau belum disadari. Menurut Howard R. Bowen dalam bukunya: “Social Responsibility of The Businessman” dapat dianggap sebagai tonggak bagi tanggung jawab sosial perusahaan modern, dalam buku itu Bowen (1953) memberikan definisi awal dari tanggung jawab sosial perusahaan sebagai: “… obligation of businessman to pursue those policies, to make those decision or to

follow those line of action wich are desirable in term of theobjectives and values

of our society” (Bowen, dalam

(38)

perusahaan yang terbit setelahnya. Sumbangsih besar pada peletakan fondasi tanggung jawab sosial perusahaan tersebut membuat Bowen pantas disebut sebagai “Bapak tanggung jawab sosial perusahaan”.

Pada tahun 1960-an banyak usaha dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satu akademisi tanggung jawab sosial perusahaan yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis. Davis dikenal karena berhasil memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of Responsibility” yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan social yang mereka miliki (social responsibilities of businessmen need to be commensuratewith their social power). Sehingga, dalam jangka panjang, pengusaha yang tidak menggunakan kekuasaan dengan bertanggungjawab sesuai dengan anggapan masyarakat akan kehilangan kekuasaan yang mereka miliki sekarang. Kata corporate mulai dicantumkan pada masa ini. Hal ini bisa jadi dikarenakan sumbangsih Davis yang telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tanggung jawab sosial dengan korporasi

(39)

dinobatkan sebagai salah satu ”buku paling berbahaya abad ke-19 dan ke-20” versi majalah Human Events.

Tahun 1963, Joseph W. McGuire (1963) memperkenalkan istilah Corporate Citizenship. McGuire menyatakan bahwa: “The idea of social responsibilities supposes that the corporation has not only economic and legal

obligations but also certain responsibilities to society which extend beyond these

obligations”. McGuire kemudian menjelaskan lebih lanjut kata “beyond” dengan menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan” karyawan dan seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu korporasi harus bertindak “baik,” sebagai mana warga negara yang baik (McGuire, dalam

Tahun 1971, Committee for Economic Development menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usahamemiliki tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhikebutuhan dan kepuasan masyarakat.

(40)

mungkin akan muncul seiring dengan meningkatnya peran serta korporasi dalam menjaga lingkungan dan masyarakat.

Tahun 1970-an juga ditandai dengan pengembangan definisi tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam artikel yang berjudul “Dimensions of Corporate Social Performance”, S. Prakash Sethi memberikan penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan social obligation, social responsibility, dan social responsiveness. Dalam hal ini social obligatioan hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yang tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja tetapi menyelaraskan social obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan sosial.

Social responsivenes merupakan perilaku korporasi yang secara responsif dapat mengadaptasi kepentingan sosial masyarakat. Social responsiveness merupakan tindakan antisipasi dan preventif. Sesuai dengan pemaparan Sethi dapat disimpulkan bahwa social obligation bersifat wajib, social responsibility bersifat anjuran dan social responsivenes bersifat preventif. Dimensi kinerja social yang dipaparkan Sethi juga mirip dengan konsep lingkaran konsentris yang dipaparkan oleh Committee for Economic Development.

(41)

turn a social problem into economic opportunity and economic benefit, into

productive capacity, into human competence, into well-paid jobs, and into

wealth”, dalam hal ini, Drucker telah melangkah lebih lanjut dengan memberikan ide baru agar korporasi dapat mengelola aktivitas coorporate social responsibility yang dilakukannya dengan sedemikian rupa sehingga tetap akan menjadi peluang

bisnis yang menguntungkan (Drucker, dalam

Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui World Commission on Environment andDevelopment menerbitkan laporan yang berjudul “Our Common Future” juga dikenal sebagai Brundtland Report untuk menghormati Gro Harlem Brundtland yang menjadi ketua World Commission on Environment and Development waktu itu. Laporan tersebut menjadikan isu lingkungan sebagai agenda politik yang pada akhirnya bertujuan mendorong pengambilan kebijakan pembangunan yang lebih sensitif pada isu lingkungan. Laporan ini menjadi dasar kerjasama multilateral dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan.

Earth Summit dilaksanakan di Rio de Janeiro pada 1992. Dihadiri oleh 172 negara dengan tema utama Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. Menghasilkan Agenda 21, Deklarasi Rio dan beberapa kesepakatan lainnya. Hasil akhir dari pertemuan tersebut secara garis besar menekankan pentingnya eco-efficiency dijadikan sebagai prinsip utama berbisnis dan menjalankan

pemerintahan .

2.2.3 Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia

(42)

1. Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995, dimana pasal dua butir satu menyatakan bahwa wajib pajak organisasi ataupun orang pribadi dapat menyumbangkan sampai dengan setinggi-tingginya 2% dari keuntungan atau penghasilan setelah pajak penghasilan yang diperoleh dalam satu tahun pajak yang digunakan bagi pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera satu.

2. Keputusan presiden Nomor 92 Tahun 1996, diubah menjadi: wajib pajak organisasi ataupun orang pribadi wajib memberikan kontribusi bagi pemberdayaan keluarga yang belum sejahtera dan keluarga sejahtera satu sebanyak dua persen dari keuntungan setelah pajak penghasilan dalam satu tahun pajak.

3. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003, dimana pasal dua butir e menyatakan bahwa BUMN harus terlibat aktif memberikan bimbingan dan kontribusi kepada perusahaan lemah, koperasi, dan masyarakat.

4. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU.2003, mewajibkan BUMN untuk mengimplementasikan program kerjasama dan program pengembangan lingkungan.

5. Surat edaran Menteri BUMN Nomor SE-433/MBU/2003, menyatakan bahwa BUMN diwajibkan membentuk bagian tersendiri yang secara khusus mengelola program pembinaan lingkungan.

(43)

menyediakan biaya secara bertahap untuk pemulihan lingkungan; Pasal 34 menyatakan bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban program tanggung jawab sosial akan dikenai hukuman yang bersifat administratif. 7. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dimana ayat satu menyatakan bahwa

perusahaan yang menjalankan aktivitas ekonominya disektor dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat setempat dan lingkungan; ayat dua menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat setempat dan linkungan adalah kewajiban perusahaan yang diperuntukkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; dan ayat tiga menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban dikenakan hukuman sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Siagian dan Suriadi, 2010:27-29).

2.3 Konsep-konsep yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.3.1 Pengelolaan Perusahaan yang Baik

(44)

tentu mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral yang di antaranya:

1. Asas kewajiban berbuat baik

2. Asas kewajiban tidak berbuat yang menimbulkan madharat 3. Asas menghormati otonomi manusia

4. Asas berlaku adil

Dalam upaya mencegah pelanggaran terhadap asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral tersebut, tentu diperlukan pengelolaan perusahaan yang baik. Asas-asas yang dikembangkan dan dilaksanakan dalam pengelolaan perusahaan yang baik merupakan rujukan bagi perilaku para pelaku usaha. Agar harapan yang baik ini dapat terjadi maka konsep good corporate governance dengan segala asas-asasnya harus dimasukkan dalam kebijakan perusahaan dan implementasinya (Siagian dan Suriadi, 2010: 32).

Indonesia telah memiliki pedoman good corporate governance yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. Perusahaan yang menerapan good corporate governance secara konsisten akan mendapatkan manfaat, selain kinerja perusahaan yang terus membaik, harga saham dan citra perusahaan terus terdongkrak, bahkan kredibilitas perusahaan terus meningkat. Governance berada dalam keadaan yang baik apabila terdapat sinergi diantara pemerintah, sektor swasta dan komunitas sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi (Rudito dan Famiola, 2007:168).

(45)

1. Prinsip Keterbukaan

Prinsip menuntut keterbukaan atas informasi. Perusahaan dituntut memiliki kerelaan dan kemampuan, memberikan informasi yang lengkap, benar atau akurat, dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.

2. Prinsip Akuntabilitas

Prinsip ini menuntut perwujudan atas kejelasan berkenaan dengan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

3. Prinsip Pertanggungjawaban

Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, dan memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat. Implementasi penerapan prinsip ini diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada pemegang saham juga kepada seluruh pemangku kepentingan.

4. Prinsip Kemandirian

(46)

5. Prinsip Kesetaraan dan Kewajaran

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak setiap pemangku kepentingan. Prinsip ini diharapkan dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan (Hasmadillah, dalam Siagian dan Suriadi, 2005: 33-34).

Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep good corporate governance. Sebagai etitas bisnis yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungannya, perusahaan harus bertindak sebagai good citized yang merupakan tuntutan dari good business ethics.

2.3.2 Pembangunan Berkelanjutan

Perkembangan corporate social responsibility tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan, definisi pembangunan berkelanjutan menurut The World Commission On Environment and Development yang lebih dikenal dengan The Brundtland Comission, bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan.

(47)

sosial. Oleh karena itu, konsep sustainability development dibangun diatas tiga pilar yang berhubungan dan saling mendukung satu dengan lainnya, ketiga pilar tersebut adalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu, yang harus dilakukan oleh seluruh negara dalam pelaksanaan pembangunannya adalah dengan memasukkan keberlanjutan sosial kedalam perangkat kebijakan, sehingga tujuan dari masing-masing negara dalam usaha meningkatkan taraf hidup komunitasnya dapat disejajarkan antara satu dengan lainnya. Pembangunan yang berkelanjutan, yang artinya memenuhi kebutuhan saat ini dengan menguasahakan keberlanjutan pemenuhan kebutuhan bagi generasi selanjutnya. Artinya untuk memberikan kesempatan kepada generasi selanjutnya dalam memenuhi kebutuhannya, bukan dalam bentuk saving sumber daya alam, akan tetapi dalam bentuk ahli teknologi.

Pembangunan yang berkelanjutan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak memperhatikan aspek kemanusiaanya, perhatian terhadap aspek manusia merupakan sasaran untuk menuju kemasa depan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan juga dipengaruhi oleh aspek internal yaitu peningkatan kualitas manusia secara etika seperti pendidikan, kesehatan, rasa empati, saling menghargai dan kenyamanan baik spritual, emosional maupun intelektual (Rudito dan Famiola, 2007: 205).

2.3.3 Millenium Development Goals

(48)

tergabung dalam Perserikatan Bangsa Bangsa merasa perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Sebanyak 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, termasuk Indonesia yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium.

Pembangunan milenium mempunyai delapan tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2015 adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar, mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan, dan mengembangkan kemitraan global bagi pembangunan (Siagian dan Suriadi, 2010:44).

Millenium development goals menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, memiliki tengat waktu dan kemajuan yang terukur. Millenium development goals didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka. Sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut. Manfaat dari Millenium Development Goals tidak semata-mata untuk mengukur target dan menentukan indikator dari berbagai bidang pembangunan yang menjadi tujuan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana tujuan pembangunan milenium dikonkritkan pelaksanaannya.

2.3.4 Tiga Garis Dasar

(49)

juga ukuran kepedulian sosial dan pelestarian lingkungan. Ketiga faktor tersebut dikenal dengan Triple-P (3P) yaitu people, profit and planet.

Konsep 3P mengimplikasikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu konsep yang mewajibkan perusahan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah para karyawan (buruh), kustomer, komunitas lokal, pemerintah, maupun lembaga swadaya masyarakat. People menekankan pentingnya praktik bisnis suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja, memperhatikan kesehatan dan pendidikan bagi tenaga kerja. Planet berarti mengelola dengan baik penggunaan energi terutama atas sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, mengurangi hasil limbah produksi dan mengolah kembali menjadi limbah yang aman bagi lingkungan, mengurangi emisi CO2 ataupun pemakaian energi merupakan praktik yang banyak dilakukan oleh perusahaan yang menerapkan konsep 3P (Elkington, dalam Wibisono, 2007:32).

(50)

2.3.5 International Organization for Standardization 26000

Pada bulan September 2004, International Organization for Standardization sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama International Organization for Standardization 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. International Organization for Standardization 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. International Organization for Standardization 26000 memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara:

1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya.

2. Menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan yang efektif.

3. Memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.

(51)

para stakeholder, sesuai hokum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional, terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.

2.3.6 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Inti pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh suatu perusahaan adalah dengan membangun kerjasama antara perusahaan dengan pihak-pihak yang menjadi pemegang kepentingannya. Langkah awal yang wajib ditempuh oleh suatu perusahaan adalah mengetahui siapa saja pihak pemegang atau pemangku kepentingan perusahaannya, dan apa saja yang menjadi indikator kepuasan tiap-tiap pemegang kepentingan.

Latar Belakang munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah dalam model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, adalah bahwa pemerintah sebagai personifikasi negara memiliki kepentingan dan komitmen yang kuat dalam mensejahterakan masyarakat. Tanggung jawab sosial sebagai suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performance perusahaan yang secara menyeluruh telah diatur dalam hukum, dimana pemerintah merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan komitmen atas berlakunya hukum. Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya ada empat model atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia, sebagai berikut: 1. Model keterlibatan langsung

(52)

2. Model yayasan atau organisasi sosial perusahaan

Perusahaan sendiri mendirikan yayasan atau organisasi sosial. 3. Model bermitra dengan pihak lain

Pihak perusahaan melakukan kerjasama dengan organisasi lain, dimana organisasi mitra kerjasama tersebut secara langsung mengelola pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan.

4. Model mendukung atau bergabung dalam suatu konsortium

Sejumlah perusahaan bekerjasama mendirikan organisasi sosial dan secara langsung bertanggung jawab dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan (Saidi dan Abidin, dalam Siagian dan Suriadi, 2010:78).

Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki efektifitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi berperan hanya sebagai dermawan. Sikap tersebut hanya akan berdampak negatif, yaitu melestarikan ketergantungan pada uang kontribusi. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk mitra kerja antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama (Siagian dan Suriadi, 2010:78).

2.3.7 Sistematika Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tahapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sistematis dan kompleks maka langkah yang dapat ditempuh adalah:

(53)

2. Membuat rencana aksi, lengkap dengan anggaran, jadwal, indikator, untuk mengevaluasi dan sumberdaya manusia yang ditunjukkan untuk melakukannya. Dalam hal ini, perusahaan dapat membagi program dalam bentuk kegiatan jangka pendek, jangka panjang, hingga masyarakat menjadi mandiri.

3. Monitoring yang dapat dilakukan melalui survei ataupun kunjungan langsung. Evaluasi dilakukan secara regular dan dilaporkan agar menjadi panduan untuk strategi atau pengembangan program selanjutnya. Disamping itu perlu dilakukan audit sosial secara objektif terhadaap pelaksanaan program, untuk melihat apakah program telah dapat sasaran dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat sesuai tujuan pelaksanaannya (Ambadar, 2008: 39).

2.4 Pemberdayaan Masyarakat dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pemberdayaan masyarakat atau community development adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama dengan mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Community development sering kali diimplikasikan dalam bentuk:

(54)

2. Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab.

Community development dapat didefenisikan sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Community development adalah “the process of assiting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actons”.

Secara khusus community development berkenaan dengan upaya pemenuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh deskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia dan kecacatan (Twelvetrees, 1991:1).

Pemberdayaan masyarakat atau community development merupakan sebuah aktualisasi dari tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih bermakna dari sekedar aktivitas charity ataupun dimensi tanggung jawab sosial perusahaan lainnya seperti community relation. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaanya community development, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan berkelanjutan. Dalam aktualisasi Good Corporate Citizenship, maka kontribusi dunia usaha turut untuk serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekan kepada penciptaan kemandirian masyarakatnya, yakni program pemberdayaan.

(55)
[image:55.595.116.519.443.741.2]

philanthropy lebih didorong oleh norma dan etika hukum, bukan sekedar memenuhi kewajiban. Selain itu inspirasi aktivitas adalah untuk memenuhi kepentingan semua pihak, baik perusahaan maupun komunitas. Oleh karena itu tampak bahwa community development merupakan pelaksanaan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Khususnya di Indonesia, pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan tampak lebih cocok dengan program pemberdayaan masyarakat. Diharapkan dengan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan yang bernafaskan community development dapat mencapai tujuan strategis perusahaan. Disamping untuk mencapai profit optimum juga dapat bermanfaat bagi komunitas. Dengan adanya aktivitas tersebut, komunitas memiliki mitra yang peduli terhadap kemandirian. Metamorfosis tersebut pernah diungkapkan oleh Saidi (2003:13), dalam tabel berikut:

Tabel 2.5.1 Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Paradigma

Paradigma Charity Philanthropy Good Corporate Citizenship (GCC)

Motivasi Agama, tradisi, adaptasi

Norma, etika, dan hukum universal

Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial

Misi Mengatasi

masalah setempat Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi kepada masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Terencana, teorganisir, dan terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/ dana

abadi/

profesionalitas

Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain

Penerima Manfaat

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah

pembangunan

Hibah (pembangunan serta keterlibatan sosial)

Inspirasi Kewajiban Kepentingan Bersama

(56)

2.5 Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Secara garis besar, pekerjaan sosial melibatkan intervensi atau penanganan masalah pada dua tingkatan, yakni tingkatan mikro (individu, keluarga dan kelompok) dan makro (organisasi dan masyarakat). Selain dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai penanganan masalah yang dialami individu, keluarga dan kelompok, pekerja sosial juga harus memiliki pemahaman mengenai metode atau strategi dalam melakukan perubahan organisasi, masyarakat dan kebijakan.

Ketentuan umum Undang-undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ditegaskan bahwa pengertian Pekerja Sosial Profesional yaitu; seorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial dan kepedulian terhadap pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman praktek pekerja sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial (Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia).

(57)

memberikan manfaat sosial, menolong orang memperoleh sumber-sumber, mempengaruhi interaksi antara organisasi dengan institusi, dan mempengaruhi pengambilan kebijakan sosial ataupun kebijakan lingkungan agar lebih baik.

Organisasi Pekerja-pekerja Sosial Nasional Amerika menetapkan sepuluh kemahiran atau keterampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial yang bekerja pada masyarakat, yaitu:

1. Mahir dalam mendengarkan orang lain dan paham akan tujuan mereka

2. Mahir dalam mengumpulkan data yang sesuai sehingga mengetahui kondisi masyarakat secara keseluruhan

3. Mahir membentuk program bantuan yang profesional dengan membentuk hubungan dengan semua pihak

4. Mahir dalam observasi dan membuat pemaknaan yang tepat atas perilaku masyarakat

5. Mahir menjalin hubungan masyarakat dengan sistem sumber 6. Mahir dalam berdiskusi dengan pengendalian perasaan yang tinggi

7. Mahir membentuk cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan memenuhi keperluan masyarakat

8. Mahir dalam penetapan waktu mengakhiri hubungan kerjanya dengan masyarakt setempat dan bagaimana berbuat demikian

9. Mahir dalam menggunakan hasil kajian dan penelitian yang sesuai dengan profesinya

(58)

dengan pemerintah atau dengan anggota parlemen (National Association of Sosial Workers, dalam Siagian dan Suriadi, 2010: 87-90).

Peranan pekerja sosial sangat di perlukan dalam upaya membangun hubungan sistem klien, yang dalam konteks ini adalah masyarakat setempat dengan perusahaan. Masyarakat adalah klien dan perusahaan sebagai sistem sumber, dimana program tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu aktivitas yang sangat tepat digunakan dalam memecahkan masalah dan memenuhi keperluan masyarakat setempat.

Peranan pekerja sosial mengupayakan masyarakat memperoleh manfaat dari perusahaan, dengan membangun hubungan antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Pekerja sosial harus merancang agar masy

Gambar

Tabel 2.5.1 Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Paradigma
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Juniari Siregar: Pelaksanaan Administrasi Perkantoran pada PT.. Pertamina Unit Pemasaran I

TANGGUNG JAWAB JOINT OPERATING BODY (JOB) PERTAMINA- TALISMAN JAMBI MERANG TERHADAP PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM KEGIATAN PENGEBORAN MINYAK.. DIMAS SWANDITO ADI

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan judul: TANGGUNG JAWAB PT PERTAMINA PERSERO

PERTAMINA (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara atau disingkat.. dengan (PERMINA) adalah salah satu perusahaan

Karyawan PT Pertamina (Persero) Perkapalan Direktorat Pemasaran dan Niaga Jakarta merasakan manajemen karir organisasional yang baik di PT Pertamina (Persero) Perkapalan

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) Marketing Operation Region (MOR) VI PT. Pertamina (Persero)

Pertamina (Persero) Unit Pemasaran VII Terminal BBM Bitung untuk terus meningkatkan kinerja karyawan dengan memperhatikan disiplin kerja, terus memotivasi karyawan dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap citra perusahaan pada PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)