• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Operator Alat Bongkar Muat Belawan International Container Terminal Pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Operator Alat Bongkar Muat Belawan International Container Terminal Pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA

OPERATOR ALAT BONGKAR MUAT BELAWAN

INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

PADA PT. PELABUHAN INDONESIA I

(Persero)

TESIS

Oleh

HELMI

097019039/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A RJA

N

(2)

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA

OPERATOR ALAT BONGKAR MUAT BELAWAN

INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

PADA PT. PELABUHAN INDONESIA I

(Persero)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HELMI

097019039/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA OPERATOR ALAT BONGKAR MUAT

BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER

TERMINAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA I (Persero)

Nama Mahasiswa : Helmi Nomor Pokok : 097019039

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi.) (Dr. Beby K.F. Sembiring, MM. Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 14 Desember 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi. Anggota : 1. Dr. Beby K.F. Sembiring, MM.

2. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, MSi. 3. Dr. Sitti Raha Agoes Salim, MSc.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Operator Alat Bongkar Muat Belawan International Container Terminal Pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun juga sebelum

nya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Desember 2011 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Untuk itu dalam mencapai tujuan perusahaan dibutuhkan kompetensi sumber daya manusia yang memadai dalam mendorong kinerja pegawai. Pegawai sebagai sumber daya terpenting yang dibutuhkan perusahaan diharapkan merupakan orang-orang yang mampu memberikan tenaga, bakat, kemampuan, kreatifitas, dan usaha mereka untuk kemajuan perusahaan. PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di provinsi Sumatera Utara berada di tengah-tengah lingkungan bisnis yang sangat kompetitif telah membuat

perusahaan harus segera berbenah dalam pengelolaan manajemen yang profitable

dan professional tanpa harus menghilangkan fungsinya sebagai Badan Usaha Milik Negara. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

kompetensi terhadap kinerja operator alat bongkar muat Belawan International

Container Terminal (BICT) pada PT. Pelindo I (Persero).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan kompetensi dan kinerja pegawai.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Variabel diukur dengan skala Likert. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi berganda.

Hasil penelitian pada hipotesis menunjukkan bahwa secara serempak kompetensi yang terdiri dari; orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi, integritas, komitmen organisasi, dan inisiatif berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja operator alat bongkar muat BICT pada PT. Pelindo I (Persero). Secara parsial yang berpengaruh paling dominan adalah inisiatif. Artinya, variabel inisiatif lebih berperan dalam menentukan kinerja operator alat bongkar muat BICT pada PT. Pelindo I (Persero) dibandingkan dengan variabel orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi, integritas, dan komitmen organisasi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara serempak, kompetensi yang terdiri dari; orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi, integritas, komitmen organisasi, dan inisiatif berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja operator alat bongkar muat BICT pada PT. Pelindo I (Persero), dan secara parsial yang paling dominan adalah inisiatif.

(7)

ABSTRACT

Human resources are very important in succeeding the implementation of the business activities. Therefore, in order to achieve the goal of a company, it needs human competency in order to support the employees’ performance as the important resources needed by a company. Employees are expected to be the ones who can give their energy, talent, capability, creativity, and endeavor to the company’s success. PT. Pelabuhan Indonesia I (Incorporated) as one of the State-Owned Enterprises in North Sumatra Province is located in the center of business environment so that it is very competitive for the company to improve its management to be profitable and professional without neglecting its function as the State- Owned Enterprise. The formulation of the problem in this research was how the influence of competency on the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (incorporated) was.

The theory used in this research was the theory of Human Resources Management which was correlated with competency and employees’ performance.

The type of the research was descriptive quantitative and explanatory. 55 employees were used as the samples. The data were obtained by conducting interviews, handing out questionnaires and studying documentation. The variable was measured with Likert Scales and analyzed by using multiple regression test.

The results of the research in the hypothesis showed that simultaneously competency which consisted of customer service orientation, performance support, integrity, organization commitment, and initiative had significant influence on the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (Incorporated). Partially, the most dominant influence was initiative. It showed that the variable of initiative was more significant in determining the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (Incorporated) than the variables of customer service orientation, performance support, integrity, and organization commitment.

The conclusion of the research showed that simultaneously competency which consisted of customer service orientation, performance support, integrity, and organization commitment and initiative had significant influence on the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (Incorporated), and partially the most dominant influence was initiative.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penelitian tesis ini berjudul

”Analisis Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Operator Alat Bongkar Muat

Belawan International Container Terminal Pada PT. Pelabuhan Indonesia I

(Persero)”.

Selama menyelesaikan tesis ini maupun selama mengikuti proses perkuliahan,

penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM), Sp.A(K). selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu

(9)

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi., selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

6. Ibu Dr. Beby K.F. Sembiring, MM., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, MSi., Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, MSc.,

dan Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA., sebagai Komisi Pembanding yang telah

memberikan masukan dan pengarahan untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Direksi Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang telah memberikan kesempatan

belajar.

10. Seluruh manajemen Belawan International Container Terminal pada PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang sangat membantu dalam proses penelitian

tesis ini.

11. Kedua orang tua penulis, Ayahanda J. Manurung., dan Ibunda Asmi Br. Sitorus

yang senantiasa memberikan dukungan moril, materi, dan doa.

12. Istriku tercinta. Sri Elita Hasibuan, dan kedua anakku Windi Afika Manurung dan

Nurul Aliya Manurung, atas kesabaran dan motivasinya.

(10)

Afdian, Alfonsius, serta teman dan sahabat penulis yang namanya tidak dapat

disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan semangat

sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

14. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XVII di Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan

kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan tesis ini.

Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga

Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, Desember 2011 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Helmi lahir di Sigodong-godong pada tanggal 22 Januari 1971, putra kedua

dari delapan orang bersaudara, dari pasangan J. Manurung, dan Ibunda Asmi Br.

Sitorus. Menikah pada tanggal 23 Februari 1997 dengan Sri Elita Hasibuan,

dikaruniai dua orang anak yaitu Windi Afika Manurung dan Nurul Aliya Manurung.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 010142 Kab. Asahan,

tamat dan lulus tahun 1985. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama

di Madrasah Tsanawiyah Dinul Islam, tamat dan lulus tahun 1988. Selanjutnya

meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah 2 Kisaran, tamat dan lulus tahun 1991. Kemudian menyelesaikan

jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen di STIE

Taman Harapan, tamat dan lulus tahun 2002. Pada tahun 2009 melanjutkan

pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Peneliti bekerja pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) sejak tahun 1994.

Saat ini peneliti bekerja di bagian SDM.

Medan, Desember 2011

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Teori tentang Kinerja ... 12

2.2.1. Pengertian Kinerja ... 12

2.2.2. Syarat-syarat Berkualitasnya Penilaian Kinerja ... 15

2.2.3. Sistem Manajemen Kinerja yang Efektif ... 16

2.2.4. Klasifikasi Individual Berdasarkan Kinerja dan Kompetensi ... 18

2.2.5. Pengukuran Kinerja ... 19

2.3. Teori tentang Kompetensi ... 20

2.3.1. Pengertian Kompetensi ... 20

2.3.2. Model Kompetensi ... 20

2.3.3. Tipe Kompetensi ... 23

2.3.4. Kompetensi Inti (Core Competency) ... 27

2.3.5. Pelayanan Pelanggan ... 29

2.3.6. Dorongan Berprestasi ... 31

2.3.7. Komitmen Organisasi ... 32

2.4. Teori tentang Outsourcing ... 33

2.4.1. Pengertian Outsourcing ... 33

2.4.2. Dasar Hukum Sistem Outsourcing di Indonesia ... 34

2.5. Kerangka Konseptual ... 42

(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 46

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

3.3. Populasi dan Sampel ... 46

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 49

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 49

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

3.7.1. Uji Validitas ... 51

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 55

3.8. Metode Analisis Data ... 58

3.8.1. Pengujian Hipotesis ... 58

3.8.1.1. Uji Serempak (Uji-F) ... 58

3.8.1.2. Uji Parsial (Uji-t) ... 59

3.9. Uji Asumsi Klasik ... 60

3.9.1. Uji Normalitas ... 60

3.9.2. Uji Multikolinearitas ... 61

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA ... 63

4.1. Hasil Penelitian ... 63

4.1.1. Gambaran Umum PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Belawan International Container Terminal (BICT) ... 63

4.1.1.1. Sejarah Singkat PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Belawan International Container Terminal (BICT) ... 63

4.1.1.2. Visi dan Misi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Belawan International Container Terminal (BICT) ... 68

4.1.1.3. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Belawan International Container Terminal (BICT) ... 70

4.1.1.4. Tugas Pokok dan Fungsi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Belawan International Container Terminal (BICT) ... 72

4.1.2. Karakteristik Responden ... 75

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 76

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

(14)

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 78

4.1.3. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian ... 79

4.1.3.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Orientasi Pelayanan Pelanggan ... 79

4.1.3.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Dorongan Berprestasi ... 81

4.1.3.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Integritas ... 82

4.1.3.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Komitmen Organisasi... 83

4.1.3.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Inisiatif ... 84

4.1.3.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Operator ... 85

4.1.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 86

4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 86

4.1.4.2. Hasil Regresi Berganda ... 90

4.1.4.3. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 92

4.1.4.4. Uji Serempak ... 93

4.1.4.5. Uji Parsial ... 94

4.2. Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1. Kesimpulan ... 102

5.2. Saran ... 103

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Data Kinerja Operasional BICT ... 4

1.2. Pola Karir Jabatan Operator ... 10

2.1. Matrik Kopentensi Inti ... 26

2.2. Perbandingan Empat Teori Isi dan Motivasi ... 32

2.3. Perbandingan Empat Teori Isi dan Motivasi ... 30

3.1. Jumlah Operator Alat Bongkar Muat Berdasarkan Pendidikan dan Status ... 47

3.2. Perincian Pengambilan Jumlah Sampel Penelitian ... 48

3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 50

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Orientasi Pelayanan Pelanggan ... 52

3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Dorongan Berprestasi ... 53

3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Integritas ... 53

3.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Komitmen Organisasi ... 54

3.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Inisiatif ... 54

3.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja Operator ... 55

3.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 56

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 76

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 78

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 79

4.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Orientasi Pelayanan Pelanggan ... 80

(16)

4.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Integritas ... 82

4.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Komitmen Organisasi... 83

4.9. Penjelasan Responden Atas Variabel Inisiatif ... 80

4.10. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Operator ... 85

4.11. Hasil Uji Multikolinieritas ... 89

4.12. Koefisien Regresi Berganda ... 91

4.13. Koefisien Determinasi ... 92

4.14. Hasil Uji Serempak ... 93

4.15. Hasil Uji Parsial ... 94

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Proses Bongkar Muat ... 7

1.2. Jumlah Bongkar Muat Tahun 2010 ... 8

2.1. Hubungan Stateholder Perusahaan ... 14

2.2. Model Boyatzis Kinerja Efektif ... 17

2.3. Klasifikasi Individual ... 18

2.4. Diagram Kompetensi (Miller’s Triangle) ... 23

2.5. Tingkat Kepuasan Penggunaan Tenaga Outsourcing ... 43

2.6. Kerangka Konseptual ... 44

4.1. Struktur Organisasi Belawan InternationalContainer Terminal ... 71

4.2. Histogram Uji Normalitas ... 87

4.3. P-Plot Uji Normalitas ... 88

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Kuesioner ... 104

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 108

(19)

ABSTRAK

Sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Untuk itu dalam mencapai tujuan perusahaan dibutuhkan kompetensi sumber daya manusia yang memadai dalam mendorong kinerja pegawai. Pegawai sebagai sumber daya terpenting yang dibutuhkan perusahaan diharapkan merupakan orang-orang yang mampu memberikan tenaga, bakat, kemampuan, kreatifitas, dan usaha mereka untuk kemajuan perusahaan. PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di provinsi Sumatera Utara berada di tengah-tengah lingkungan bisnis yang sangat kompetitif telah membuat

perusahaan harus segera berbenah dalam pengelolaan manajemen yang profitable

dan professional tanpa harus menghilangkan fungsinya sebagai Badan Usaha Milik Negara. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

kompetensi terhadap kinerja operator alat bongkar muat Belawan International

Container Terminal (BICT) pada PT. Pelindo I (Persero).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan kompetensi dan kinerja pegawai.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Variabel diukur dengan skala Likert. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi berganda.

Hasil penelitian pada hipotesis menunjukkan bahwa secara serempak kompetensi yang terdiri dari; orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi, integritas, komitmen organisasi, dan inisiatif berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja operator alat bongkar muat BICT pada PT. Pelindo I (Persero). Secara parsial yang berpengaruh paling dominan adalah inisiatif. Artinya, variabel inisiatif lebih berperan dalam menentukan kinerja operator alat bongkar muat BICT pada PT. Pelindo I (Persero) dibandingkan dengan variabel orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi, integritas, dan komitmen organisasi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara serempak, kompetensi yang terdiri dari; orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi, integritas, komitmen organisasi, dan inisiatif berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja operator alat bongkar muat BICT pada PT. Pelindo I (Persero), dan secara parsial yang paling dominan adalah inisiatif.

(20)

ABSTRACT

Human resources are very important in succeeding the implementation of the business activities. Therefore, in order to achieve the goal of a company, it needs human competency in order to support the employees’ performance as the important resources needed by a company. Employees are expected to be the ones who can give their energy, talent, capability, creativity, and endeavor to the company’s success. PT. Pelabuhan Indonesia I (Incorporated) as one of the State-Owned Enterprises in North Sumatra Province is located in the center of business environment so that it is very competitive for the company to improve its management to be profitable and professional without neglecting its function as the State- Owned Enterprise. The formulation of the problem in this research was how the influence of competency on the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (incorporated) was.

The theory used in this research was the theory of Human Resources Management which was correlated with competency and employees’ performance.

The type of the research was descriptive quantitative and explanatory. 55 employees were used as the samples. The data were obtained by conducting interviews, handing out questionnaires and studying documentation. The variable was measured with Likert Scales and analyzed by using multiple regression test.

The results of the research in the hypothesis showed that simultaneously competency which consisted of customer service orientation, performance support, integrity, organization commitment, and initiative had significant influence on the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (Incorporated). Partially, the most dominant influence was initiative. It showed that the variable of initiative was more significant in determining the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (Incorporated) than the variables of customer service orientation, performance support, integrity, and organization commitment.

The conclusion of the research showed that simultaneously competency which consisted of customer service orientation, performance support, integrity, and organization commitment and initiative had significant influence on the performance of the loading and unloading operators at PT. Pelindo I (Incorporated), and partially the most dominant influence was initiative.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus kajian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah masalah

tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan

efisien dalam mewujudkan tujuan perusahan, karyawan dan masyarakat. Komponen

yang ada didalamnya pada dasarnya manusia yang dibedakan atas pengusaha,

pimpinan, dan karyawan dengan sumber dayanya masing-masing.

Kunci pokok sumber daya manusia dalam menentukan keberhasilan

pelaksanaan kegiatan organisasi. Tuntutan organisasi untuk memperoleh,

mengembangkan dan mempertahankan sumber daya yang berkualitas semakin

mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan bisnis dan teknologi yang selalu

berubah.

Menurut Setiawan dalam Rivai; (2005:14) menyatakan bahwa sumber daya

manusia strategis juga menyangkut masalah kompetensi sumber daya manusia dalam

kemampuan teknis dan konseptual, serta hubungan manusiawi. Pengelolaan

kompetensi tenaga kerja meliputi beberapa kompetensi sumber daya manusia seperti:

(22)

Andersen (Martoyo, 2003:15) kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik

dasar yang terdiri dari kemampuan, pengetahuan, serta atribut personal lain yang

(23)

system atau model kompetensi ini sebenarnya alat pembentuk untuk

memprediksikan keberhasilan kerja seseorang pada suatu posisi. Kompetensi selalu

mengandung maksud dan tujuan yang merupakan dorongan motif atau trait

Model Kompetensi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) kompetensi adalah

karakteristik dalam diri seseorang berupa motivasi, sifat, konsep diri, nilai-nilai,

pengetahuan dan keterampilan yang ditunjukkan melalui perilaku yang dapat diamati,

diukur serta dievaluasi dan berperan penting dalam menghasilkan kinerja unggul di

tempat kerja. Model Kompetensi ini sesuai Keputusan Direksi PT. Pelabuhan

Indonesia I (Persero) nomor KP. 41/9/9/PI-10 tanggal 18 September 2010

yang

menyebabkan suatu tindakan untuk memperoleh hasil kinerja yang baik.

Pengaruh kompetensi sumber daya manusia pada kinerja dapat dilihat dari

tingkat kompetensinya yang mempunyai implikasi praktis dalam perencanan sumber

daya manusia, hal ini dapat dilihat dari gambaran bahwa kompetensi pengetahuan dan

keahlian cenderung lebih nyata dan relatif berada di permukaan salah satu

karakteristik yang dimiliki karyawan.

Belawan International Container Terminal (BICT) merupakan salah satu unit

usaha PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang dibentuk untuk mencapai tujuan.

Dalam hal ini tujuan perusahaan antara lain pemenuhan permintaan pasar,

peningkatan pelayanan pelanggan, peningkatan kualitas produk dan jasa maupun

peningkatan daya saing dan kinerja organisasi. Belawan International Container

Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT Pelabuhan Indonesia I mempunyai tujuan

(24)

import dan antar pulau. Bongkar muat peti kemas merupakan kegiatan antar moda

transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi regional. Untuk mendukung

kegiatannya Belawan International Container Terminal harus didukung sumber daya

manusia (SDM) yang memiliki kompetensi, komitmen, loyalitas dan integritas.

Belawan International Container Terminal yang menangani bisnis bongkar

muat peti kemas terus dituntut berbenah diri untuk memberikan pelayanan yang

terbaik bagi pelanggan. Pelayanan terbaik bagi pelanggan dapat terwujud dengan

memiliki peralatan yang baik, sistem yang baik dan sumber daya manusia yang

memiliki kompetensi serta komitmen manajemen. Berdasarkan SK Menteri BUMN

Nomor : Kep-100/MBU/2003, Kinerja perusahaan dinilai dari 3 (tiga) faktor utama

yaitu Kinerja Finansial, Operasional dan Administratif.

Belawan International Container Terminal dalam upaya peningkatan kinerja

telah menerapkan Service Level Guarrantee serta Service Level Agreement

(SLG/SLA). Tanpa sumber daya manusia sebuah organisasi tidak dapat menjalankan

segala bentuk aktivitas. Sebagai perusahaan yang menyediakan jasa, Belawan

International Container Terminal dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik

dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat peti kemas. Tingkat pelayanan pada saat

(25)

Tabel 1.1. Data Kinerja Operasional BICT

Waktu sandar (berthing time) kapal di dermaga. Waktu sandar kapal di

dermaga dipengaruhi oleh kesiapan BICT dan kesiapan pihak eksternal seperti Bea

Cukai, Imigrasi, Karantina, Kesehatan Pelabuhan dan Syahbandar serta faktor alam

(pasang, surut, cuaca), waktu tunggu (waiting time) untuk bongkar muat. Waktu

Sumber: Belawan International Container Terminal (2011)

Keterangan. B/C/H: Box/Crane/Hour

SATUAN RKAP

2011

1 3 4 13

A. SERVICE TIME

Kunjungan Kapal Call 289

Produksi Box 209,384

Rata-rata diangkut Box 727

1. Waiting Time (WT) Jam/ Kpl 1.00 0.98

2. Postpone Time (PT) Jam/ Kpl 21.00 46.37

3. Aproach Time (AT) Jam/ Kpl 2.50 2.44

4. Berthing Time (BT) Jam/ Kpl 32.78 37.00

a. Operating Time (OT) Jam/ Kpl 26.28 29.38

- Idle Time (IT) Jam/ Kpl 5.83 4.81

- Efective Time (ET) Jam/ Kpl 20.45 24.57

b. Non Operating Time (NOT) Jam/ Kpl 6.50 7.63

5. Turn Round Time (TRT) Jam/ Kpl 57.28 86.79

B. UTILIZATION

1. Dermaga

a. Berth Occupancy Ratio (BOR) % 50.00 52.82

b. Berth Through Put (BTP) Teus/ M 770.00 533.61

2. Lapangan Penumpukan

a. Yard Occuppancy Ratio (YOR) % 57.00 49.93

b. Yard Through Put (YTP) Teus/ GS 165.00 108.20

C. PRODUKTIVITAS

1 Produktivitas Crane ( ET ) B/C/H 21.98 19.10

2 Produktivitas Crane ( OT ) B/C/H 12.65

3 Produktivitas B/M (Stevedoring) a Berdasarkan Berthing Time

- Produktivitas Rata-rata B/ S/ H 23.00 18.85

- Produktivitas Kapal LOA > 120 M B/ S/ H 20.79

- Produktivitas Kapal LOA < 120 M B/ S/ H 13.46

b Berdasarkan BWT

- Produktivitas Rata-rata B/ S/ H 24.00

- Produktivitas Kapal LOA > 120 M B/ S/ H 26.13

- Produktivitas Kapal LOA < 120 M B/ S/ H 18.14

D RATA-RATA LOA Meter 139.65

KINERJA 2011

NO. U R A I A N SAT.

(26)

tunggu kapal untuk kegiatan bongkar muat dipengaruhi oleh pihak internal (kesiapan

alat) dan eksternal clearence document oleh pihak Bea Cukai, kesiapan buruh/tenaga

kerja bongkar muat (TKBM), waktu tidak terpakai (idle time), waktu yang seharusnya

bekerja tetapi karena sesuai hal tidak bekerja. Hal ini dapat disebabkan oleh

kerusakan alat, lama waktu pergantian shift (operator alat bongkar muat, operator

head truck, tally lapangan), kecepatan bongkar muat peti kemas per jam per container

crane (box/crane/hour) atau yang disingkat BCH, kecepatan bongkar muat peti

kemas per jam per kapal (box/ship/crane) atau disingkat BSH.

Operator alat bongkar muat adalah orang yang mengoperasikan alat

bongkar muat berupa container crane (CC), mobile harbour crane (MHC),

rubber tyred gantry crane (RTG), reachstaker (RS) dan sideloader (SL).

Karakteristik pekerjaan operator adalah pekerjaan rutin, tidak variasi, monoton

dan tidak mempunyai tantangan. Seorang operator alat bongkar muat diperlukan

seorang yang sabar, tanggung jawab dan integritas.

Menurut Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) nomor

KP.32/4/14/P.I-03 tanggal 14 Mei 2003 perihal Pola Karir Jabatan pada Unit

Terminal Peti Kemas, operator adalah pegawai perusahaan yang telah memenuhi

persyaratan jabatan untuk melaksanakan kegiatan pengoperasian alat bongkar

muat pada Unit Terminal Peti Kemas. Persyaratan umum yang harus dipenuhi

untuk menjadi seorang operator sesuai pasal 4 Keputusan Direksi PT Pelabuhan

Indonesia I (Persero) nomor KP.32/4/14/P.I-03 tanggal 14 Mei 2003 perihal Pola

(27)

Jurusan Listrik/Mesin, Sehat Jasmani dan Rohani, Tinggi badan minimal 165 cm

dan Memiliki Surat Ijin Operator.

Operator bertugas mengoperasikan alat bongkar muat di Belawan

International Container Terminal terbagi dua yaitu pegawai dan pegawai

penyedia jasa (outsourcing). Menurut Perjanjian Kerja Bersama antara PT

Pelabuhan Indonesia I (Persero) dan Serikat Pekerja Pelabuhan I nomor KP.

31/1/24/PI-09 dan nomor 01/PKB/DPP/SPP-I/IX/09 tanggal 7 September 2009

Pegawai (karyawan) adalah seorang yang telah memenuhi syarat yang

ditentukan dan diserahi tugas oleh Direksi serta diberikan penghasilan sesuai

ketentuan perusahaan, yang terdiri dari pegawai (karyawan) tetap dan calon

pegawai (karyawan). Operator outsourcing adalah operator alat bongkar muat

yang dikontrak oleh Koperasi untuk mengoperasikan alat bongkar muat setelah

koperasi mendapatkan kontrak kerja borongan dari pihak Belawan International

Container Terminal sesuai UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Seorang operator (pegawai dan pegawai koperasi) dalam melaksanakan

tugasnya (mengoperasikan alat bongkar muat) mempunyai tanggung jawab

sama. Kinerja Belawan International Container Terminal merupakan kinerja

yang dihasilkan oleh pegawai dan pegawai koperasi.

Pegawai dalam menangani bongkar muat peti kemas Belawan

International Container Terminal menggunakan alat berat berupa container

crane dan mobile harbour crane (sisi laut), rubber tyred gantry crane,

(28)

kemas dari sisi darat ke sisi laut atau sebaliknya. Jumlah kekuatan alat bongkar

muat Belawan International Container Terminal adalah container crane 6

(enam) unit, mobile harbour crane 4 (empat) unit, rubber tyred gantry crane 10

(sepuluh) unit dan reachstacker/sideloader 13 (tiga belas) unit.

Alat-alat bongkar muat tersebut di atas, dipergunakan pada tiap-tiap

tahapan kegiatan ekspor/muat dan kegiatan impor/bongkar. Tahapan-tahapan

proses bongkar muat adalah sebagaimana Gambar 1.1. berikut ini:

Sumber: Belawan International Containter Terminal (2011)

Gambar 1.1. Proses Bongkar Muat

Proses kegiatan ekspor/muat dimulai penerimaan peti kemas dari EMKL

kemudian ditumpuk sementara di lapangan penumpukan (+ 5 hari) sebelum dimuat.

Setelah kapal sandar dan selesai bongkar kemudian dilakukan proses muat. Sedang

proses impor/bongkar adalah setelah kapal sandar dilakukan proses bongkar dan

ditumpuk sementara di lapangan penumpukan (+ 5 hari) kemudian dilaksanakan

(29)

dan pembayaran nota.

Produksi bongkar muat peti kemas per bulan rata-rata 30.000 boxes. Produksi

bongkar muat tahun 2010 terlihat pada Gambar 1.2. berikut ini:

Sumber : Belawan International Container Terminal (2010)

Gambar 1.2. Jumlah Bongkar Muat Tahun 2010

Operator alat bongkar muat PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Belawan

International Container Terminal yang menangani bongkar muat peti kemas

memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda, yaitu:

SLTA/sederajat, D3, Strata 1 (S1). Selain Pendidikan formal, pendidikan non formal

yang dimiliki operator juga akan mempengaruhi kompetensi dalam penguasaan pada

pekerjaannya yang pada akhirnya berdampak pada kinerja yang baik. Operator yang

memiliki pendidikan lebih tinggi dianggap lebih berpotensi dan produktif dibanding

yang berpendidikan rendah. Operator yang produktif sangat diperlukan, agar kegiatan

(30)

baik sehingga tercapai kinerja yang baik pula.

Kinerja BICT diukur mulai kapal di Pelabuhan (lampu I) hingga kapal

berangkat kembali. Permintaan pelayanan pandu (untuk memandu kapal masuk)

dilakukan saat kapal masih berada di laut. Setelah kapal masuk (sandar) di dermaga

kapal masih harus menunggu pemeriksaan dari pihak Imigrasi, Syahbandar, Bea

Cukai dan Karantina. Setelah proses pemeriksaan dokumen selesai, dilanjutkan

kegiatan bongkar muat dimulai dengan pembukaan lashing oleh buruh,

pembongkaran (discharge) peti kemas oleh container/HMC kemudian peti kemas

dibawa oleh head truck (hauliage) dari dermaga ke lapangan penumpukan (container

yard) dan selanjutnya peti kemas ditumpuk di lapangan oleh RTG/RS.

Seluruh peti kemas setelah dibongkar dilanjutkan dengan kegiatan muat yang

dimulai dari proses menaikkan peti kemas yang akan dimuat ke head truck. Peti

kemas tersebut kemudian dibawa ke dermaga selanjutnya dimuat ke kapal.

Operator yang bertugas di Belawan Internaional Container Terminal

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu pegawai BICT (operator container

crane dan rubber tyred gantry crane), Operator outsourcing (operator

reachstacker/sideloader, harbour crane).

Pola Karir Jabatan Operator alat bongkar muat di Belawan International

Container Terminal sesuai Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero)

Nomor KP.32/4/14/P.I-03 tanggal 14 Mei 2003. Adapun Pola Karir Jabatan Operator

(31)
[image:31.612.116.511.142.295.2]

Tabel 1.2. Pola Karir Jabatan Operator

Sumber: Belawan International Container Terminal, 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut “Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kinerja operator alat

bongkar muat Belawan International Container Terminal (BICT) pada PT. Pelabuhan

Indonesia I (Persero)?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja operator

alat bongkar muat Belawan International Container Terminal (BICT) pada PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero).

CC/HMC RTG RS/SL

10

?

Staf Senior

11

?

?

Staf Junior

12

?

?

?

Pelaksana Senior Tk. I

13

?

?

?

Pelaksana Senior Tk. II

14

?

?

Pelaksana Junior Tk. I

15

?

?

Pelaksana Junior Tk. II

16

?

Pelaksana Junior Tk. III

Operator

(32)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

Belawan International Container Terminal dalam meningkatkan kinerja operator

alat bongkar muat Belawan International Container Terminal.

b. Sebagai menambah khazanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Magister

Ilmu Manajemen.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam bidang Ilmu

Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya mengenai kompetensi terhadap

kinerja operator alat bongkar muat.

d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah

(33)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Kartika (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi

Sumber Daya Manusia Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Pada Kantor Bank

Indonesia Medan” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya

manusia berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap efektifitas kerja

karyawan.

2.2. Teori tentang Kinerja 2.2.1. Pengertian Kinerja

Menurut Stolovich dalam Rivai (2005), kinerja merupakan seperangkat hasil

yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu

pekerjaan yang diminta. Menurut Donelly, Gibson dan Ivanceivch dalam Rivai

(2005) kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta

kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkam. Kinerja dinyatakan baik

dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Selanjutnya Rivai (2006) menyatakan bahwa “Kinerja adalah hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian

(34)

moral atau etika”.

Menurut Mulyadi (2001), kinerja merupakan istilah umum yang digunakan

untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu

organisasi pada suatu periode.

Menurut Rivai (2005) kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar kerja, target atau sasaran

atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Pada sebuah perusahaan, terdapat hubungan antara berbagai pihak yang

berkepentingan (stakeholders), antara lain investor, pemerintah, manajemen,

pelanggan, karyawan dan pemasok. Saat ini dan masa depan, cara terbaik bagi

perusahaan untuk dapat bertahan dan berhasil dalam jangka panjang adalah dengan

mengetahui dan memenuhi keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) dari setiap

stakeholder. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja dapat dilihat pada

(35)
[image:35.612.163.474.117.358.2]

Sumber : Wibisono (2006)

Gambar 2.1. Hubungan Stakeholder Perusahaan

Berdasarkan pengertian pada Gambar 2.1. dapat disimpulkan bahwa

pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap

berbagai aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran

tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi

tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan saat mana perusahaan memerlukan

penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian tersebut. Pengukuran

kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai

sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan

(36)

2.2.2. Syarat-syarat Berkualitasnya Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2005) syarat-syarat berkualitasnya suatu kinerja adalah

sebagai berikut:

a. Input (Potensi)

Agar penilaian kinerja tidak bias dan dapat mencapai sasaran sesuai yang

dikehendaki oleh perusahaan, maka perlu ditetapkan, disepakati, dan diketahui

faktor-faktor yang dinilai sebelumnya sehingga setiap karyawan yang ada di

dalam perusahan telah mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang dinilai.

Dengan demikian, akan terciptanya ketenangan kerja.

b. Proses (Pelaksanaan)

Dalam fase pelaksanaan, proses konsultasi dengan sebanyak mungkin individu

dan kelompok harus dilakukan, untuk menjamin seluruh aspek dari sistem

penilaian kinerja dapat dihubungkan secara menyeluruh dari pokok-pokok yang

berhubungan dengan praktik sehingga dapat berjalan dengan baik.

c. Output (Hasil)

Perlu ada kejelasan hasil penelitian, seperti manfaat, dampak, resiko, serta tindak

lanjut dari rekomendasi penilaian. Selain itu perlu diketahui apakah hasil

penilaian ini berhasil meningkatkan kualitas kerja, motivasi kerja, etos kerja dan

kepuasan kerja karyawan, yang akhirnya akan merefleksi pada peningkatan

(37)

2.2.3. Sistem Manajemen Kinerja yang Efektif

Sistem manajemen kinerja yang akan dipilih untuk digunakan harus

tergantung pada kebutuhan dan tujuan dari masing-masing perusahaan. Walaupun

demikian Cascio (1992) menyarankan agar sebuah sistem manajemen kinerja bisa

efektif maka hendaknya syarat-syarat sebagai berikut terpenuhi:

a) Relevan (Relevance)

Hal-hal atau faktor-faktor yang diukur adalah yang relevan (terkait) dengan

pekerjaanya, apakah itu hasilnya ataupun prosesnya.

b) Kepekaan (Sensitivity)

Sistem yang digunakan harus cukup peka untuk membedakan antara

karyawan yang “berprestasi” dan “tidak berprestasi”.

c) Keandalan (Reliability)

Sistem yang digunakan harus dapat diandalkan, dipercaya, bahwa

menggunakan tolak ukur, sahih, akurat, konsisten, dan stabil.

d) Dapat diterima (Acceptability)

Sistem yang digunakan harus dapat dimengerti dan diterima oleh karyawan

yang menjadi penilai maupun yang dinilai dan menfasilitasi komunikasi aktif

dan konstruktif diantara keduanya.

e) Praktis (Praticality)

Semua instrumen, misalnya formulir yang dipergunakan harus mudah

(38)

Menurut Boyatzis dalam Palan (2008) kinerja efektif suatu pekerjaan sebagai

pencapaian hasil tertentu (spesifik) yang diisyaratkan suatu pekerjaan melalui

tindakan tertentu (spesifik) yang sejalan dengan kebijakan, prosedur, dan kondisi

lingkungan organisasi. Keberadaan suatu kompetensi tidak dengan sendirinya

menghasilkan kinerja, tetapi ketika kompetensi tersebut ditunjukkan atau ditampilkan

dalam tindakan barulah menghasilkan kinerja. Boyatzis juga memasukkan penting

sebuah lingkungan organisasi yang kondusif. Boyatzis mensyaratkan 3 (tiga) elemen

yang mendukung kinerja yang efektif :

1. Kompetensi individu.

2. Fungsi dan tuntutan pekerjaan tersebut.

3. Lingkungan organisasi dimana pekerjaan tersebut berada.

Agar kinerja efektif, ketiga elemen tersebut harus menyesuaikan diri satu sama lain.

[image:38.612.189.440.454.674.2]

Sumber: Palan (2008)

Gambar 2.2. Model Boyatzis Kinerja Efektif

Kompetensi individu

Tuntutan Pekerjaan

Lingkungan Organisasi

(39)

2.2.4. Klasifikasi Individual Berdasarkan Kinerja dan Kompetensi

Menurut Odiome (1984) klasifikasi individual berdasarkan kinerja dan

kompetensi adalah sebagai berikut:

Low High

Work Horse

Kinerja yang baik dan mampu menunjukkan hasil-hasil yang baik, tetapi tidak mempunyai potensi untuk pengembangan lebih lanjut.

Stars

Kinerja tinggi, secara konsisten mencapai target, menunjukkan leadership yang kuat dan sikap yang terbuka.

Deadwood

Tidak menunjukkan hasil kerja yang baik, juga tidak mempunyai potensi untuk peningkatan

Question Mark

Punya sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, tetapi tidak dapat mencapai hasil yang konsisten.

[image:39.612.113.508.196.406.2]

Sumber: Odiome (1984)

Gambar 2.3. Klasifikasi Individual

Star adalah sumber daya manusia yang memiliki kinerja tinggi dan

kompetensi yang tinggi. SDM yang bertipe star yang disukai oleh perusahaan karena

dapat meningkatkan kinerja. Question mark adalah SDM yang memiliki kompetensi

tinggi tetapi memiliki kinerja yang baik. Workhorse adalah tipe SDM yang memiliki

kinerja baik tetapi kompetensi rendah. Deadwood adalah SDM yang memiliki kinerja

dan kompetensi rendah.

(40)

2.2.5. Pengukuran Kinerja

Untuk mengetahui tinggi-rendahnya kinerja seseorang, perlu dilakukan

penilaian kinerja. Handoko (2000) menyatakan bahwa: “Penilaian kinerja

(Performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki

keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan

tentang pelaksanaan kerja mereka.”

Mathis dan Jakson (2002) menyatakan bahwa: “Kinerja pada dasarnya adalah

apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah apa

yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang

mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang

antara lain termasuk: (1) kuantitas output, (2) kualitas output, (3) jangka waktu

output, (4) kehadiran di tempat kerja, dan (5) sikap kooperatif.

Menurut Mangkunegara (2000) unsur-unsur yang dinilai dari kinerja adalah

kualitas kerja, kuantitas kerja, keandalan dan sikap. Kualitas kerja terdiri dari

ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan. Kuantitas kerja terdiri dari output dan

penyelesaian kerja dengan ekstra. Keandalan terdiri dari mengikuti instruksi, inisiatif,

kehati-hatian, kerajinan. Sedangkan sikap terdiri dari sikap terhadap perusahaan,

(41)

2.3. Teori tentang Kompetensi

Menurut Wibowo (2011) Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas

keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh

pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan atau

pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai

sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut. Kompetensi menurut

Spencer (Hasibuan, 2003) merupakan landasan dasar karakteristik orang dan

mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung

untuk periode waktu cukup lama. 2.3.1. Pengertian Kompetensi

Model-model kompetensi menjelaskan perilaku-perilaku yang terpenting yang

diperlukan untuk kinerja unggul dalam posisi, peran atau fungsi yang spesifik, yang

bisa terdiri dari beberapa atau berbagai kompetensi. Model kompetensi dibedakan

menurut kepentingannya, menjadi model kompetensi untuk 2.3.2. Model Kompetensi

leadership, coordinator,

experts dan support. Model kompetensi untuk kepemimpinan dan coordinator pada

dasarnya sama dan meliputi: komitmen pada pembelajaran berkelanjutan, orientasi

pada pelayanan masyarakat, berpikir konseptual, pengambilan keputusan,

mengembangkan orang lain, standar profesionalisme tinggi, dampak dan pengaruh,

inovasi, kepemimpinan, kepedulian organisasi, orientasi pada kinerja, orientasi pada

(42)

Model kompetensi untuk experts dan support

Zwell (Hasibuan; 2003) membedakan kompetensi menurut posisi dan menurut

tingkat dan fungsi kerja sedangkan tingkat dan fungsi kerja dibedakan lagi antara

superior serta antara mitra dan superior. Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia I

(Persero) nomor KP. 41/9/9/PI-10 tanggal 18 September 2010 tentang Model

Kompetensi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) model kompetensi, kompetensi

adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan kepada pegawai mengenai jenis-jenis

kompetensi yang diisyaratkan untuk menjadi pegawai yang berkinerja tinggi di dalam

suatu perusahan.

pada dasarnya juga sama dan

meliputi: komitmen atas pembelajaran berkelanjutan, orientasi pada pelayanan

masyarakat, peduli atas ketepatan dan hal-hal detail, berfikir kreatif dan inovatif,

fleksibilitas, standar profesionalisme tinggi, perencanaan, pengorganisasian dan

koordinasi, pemecahan masalah, orientasi pada kinerja, orientasi pada pelayanan,

kerja sama tim dan keberagaman.

Kompetensi dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Kelompok kompetensi perilaku (behavior competency), yaitu kompetensi yang

tidak dapat dilihat secara nyata karena cendrung tersembunyi dalam diri

seseorang namun memiliki dampak besar terhadap kesuksesan di masa depan.

2. Kelompok kompetensi teknis (technical competency), yaitu kompetensi yang

relatif lebih mudah ditunjukkan atau terlihat secara nyata yaitu pengetahuan

(43)

Komponen kompetensi pada PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) adalah

sebagai berikut:

1. Kompentensi inti (core competency) adalah kompetensi yang harus dimiliki

seluruh pegawai yaitu: orientasi pelayanan pelanggan, dorongan berprestasi,

integritas, komitmen organisasi dan inisiatif.

2. Kompetensi Manajerial (managerial competency) adalah kompetensi peran yang

wajib dimiliki oleh pegawai yang menduduki jabatan struktural yaitu orientasi

strategis, mengembangkan orang lain, kerja sama dan kepemimpinan perubahan.

3. Kompetensi spesifik jabatan/fungsi (job spesification competency) adalah

kompetensi yang diperlukan agar pegawai mampu menjalani tugas sesuai

bidang/fungsi tugasnya yaitu pelayanan kapal dan barang, fasilitas dan peralatan,

(44)
[image:44.612.93.532.106.417.2]

Sumber :

Gambar 2.4. Diagram Kompetensi (Miller’s Triangle)

Menurut Wibowo (2007:91), tipe kompetensi yang berbeda dikaitkan dengan

aspek perilaku manusia dan dengan kemampuannya mendemonstrasikan kemampuan

perilaku tersebut. Ada beberapa tipe kompetensi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.3.3. Tipe Kompetensi

1. Planning competency,

2.

dikaitkan dengan tindakan tertentu seperti menetapkan

tujuan, menilai risiko dan mengembangkan urutan tindakan untuk mencapai

tujuan.

Influence competency, dikaitkan dengan tindakan seperti mempunyai dampak

pada orang lain, memaksa melakukan tindakan tertentu atau membuat KNOWS

(Hanya tahu secara umum) KNOWS HOW (Tahu secara Teknis)

SHOWS HOW (Dapat memperlihatkan bagaimana melaksanakan)

DOES (Mampu

(45)

keputusan tertentu, dan memberi inspirasi untuk berkerja menuju tujuan

organisasional.

3. Communication competency,

4.

dalam bentuk kemampuan berbicara,

mendengarkan orang lain, komunikasi tertulis dan non verbal.

Interpersonal competency, meliputi empati, membangun consensus,

networking, persuasi, negosiasi, diplomasi, manajemen konflik, menghargai

orang lain, dan menjadi

5.

team player.

Thinking competency,

6.

berkenaan dengan: berfikir strategis, berfikir analitis,

berkomitmen terhadap tindakan, memerlukan kemampuan kognitif,

mengidentifikasi mata rantai dan membangkitkan gagasan kreatif.

Organizational competency,

7.

meliputi kemampuan merencanakan pekerjaan,

mengorganisasi sumber daya, mendapatkan pekerjaan dilakukan, mengukur

kemajuan dan mengambil resiko yang diperhitungkan.

Human resources management competency, merupakan kemampuan dalam

bidang: team building,

8.

mendorong partisipasi, mengembangkan bakat,

mengusahakan umpan balik kinerja.

Leadership competency

9.

, merupakan kompetensi meliputi kecakapan

memposisikan diri, mengembangkan organisasional, mengelola transisi,

orientasi stategis, membangun visi, merencanakan masa depan, menguasai

perubahan dan mempelopori kesehatan tempat kerja.

Client service competency, merupakan kompetensi berupa mengidentifikasi

(46)

dengan pelanggan, tindak lanjut dengan pelanggan, membangun partnership

10.

dan berkomitmen terhadap kualitas.

Business competency

11.

: merupakan kompetensi yang meliputi manajemen

financial, keterampilan pengambilan keputusan bisnis, bekerja dalam system,

menggunakan ketajaman bisnis, membuat keputusan bisnis dan

membangkitkan pendapatan.

Self management competency

12.

, kompetensi berkaitan dengan menjadi motivasi

diri, bertindak dengan percaya diri, mengelola pembelajaran sendiri,

mendemonstrasikan fleksibilitas, dan berinisiatif.

Technical/operational competency

Tipe kompetensi dikaitkan dengan kompetensi ini sebagaimana terdapat pada

Tabel 2.2. berikut ini:

, kompetensi berkaitan dengan

mengerjakan tugas kantor, bekerja dengan teknologi computer, menggunakan

peralatan lain, mendemonstrasikan keahlian teknis dan professional dan

(47)
[image:47.612.98.552.142.703.2]

Tabel 2.1. Matrik Kopentensi Inti

No Uraian Uraian Kompetensi Inti

1 Planning Competence Menetapkan tujuan

menilai resiko mengembangkan urutan

tindakan untuk mencapai tujuan

Pelayanan Pelanggan

2 Influence Competence Mempengaruhi orang

lain, melakukan tindakan tertentu, memberikan inspirasi untuk bekerja menuju tujuan organisasi

Pelayanan Pelanggan

3 Influence Competence Kemampuan berbicara,

mendengan orang lain, komunikasi tertulis dan nonverbal

Pelayanan Pelanggan

4 Internpersonal Competence Empaty, membangun

consensus, networking, persuasi, negoisasi, diplomasi, manajemen konflik, team player

Pelayanan Pelanggan

5 Thinking Competence Berpikir strategis,

analitis, komitmen tindakan, dan membangkitkan gagasan

kreatif

Pelayanan Pelanggan

6 Organizational Competence Kemampuan

merencanakan pekerjaan mengorganisasi SDM, mengukur kemajuan dan mengambil resiko Aspek Inisiatif

7 Human Resource Competence Kemampuan team

building, mendorong partisipipasi,

mengembangkan bakat, mengusakan umpan balik kinerja

Komiten organisasi

8 Leadership Competence Kecakapan

memposisikan diri, orientasi strategis, mengusai perubahan mengembangkan organisasional Integritas

9 Client Service Competence Menganalisis pelanggan,

orientasi pelanggan dan tindaklanjut pelanggan

(48)

10 Business Competence Meliputi manajemen financial ketrampilan pengambilan keputusan dalam bisnis, membuat keputusan bisnis

Intebritas

11 Self Management

Competence

Motivasi diri, bertindak percaya diri, dan berinisiatif

Dorongan berprestasi dan Inisiatif

12 Technical/Operasional

Competence

Mengerjakan tugas dikantor, bekerja dgn teknologi,

menggunakan peralatan

Dorongan berprestasi dan Inisiatif

Sumber: Wibowo (2007)

2.3.4. Kompetensi Inti (Core Competency)

Kompetensi inti pegawai PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) sesuai

Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) nomor KP.41/9/9/PI-10

tanggal 18 September 2010 tentang model Kopentensi PT Pelabuhan Indonesia I

(Persero) model Kopentensi adalah :

1. Orientasi pelayanan pelanggan (Customer Service Orientasi) adalah keinginan

untuk membantu atau melayani pelanggan untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Artinya berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan

pelanggan. Fokus dari kopentensi ini adalah berusaha memahami kebutuhan

orang lain, bukan untuk pemahaman mengenai pikiran/perasaan orang secara

umum dan melakukan sesuatu untuk membantu dan memberikan pelayanan

para orang tersebut, bukan mempengaruhi mereka untuk mendukung tujuan

pribadi.

2. Dorongan berprestasi (Achievement Orientation) adalah sebuah kepedulian

untuk bekerja dengan baik atau untuk melebihi dari standar baik. Standar

(49)

1.

2.

objektif pengukuran (orientasi hasil); melebihi kinerja orang lain (kompetitif);

menantang tujuan seseorang; atau bahkan belum pernah dilakukan oleh

seseorang (inovasi).

3.

Integritas (Integrity) adalah bertindak konsisten sesuai nilai-nilai yang

dianggap penting walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini.

Integritas menunjukkan bahwa tindakan seseorang sesuai dengan nilai-nilai

yang dinyakininya. Dengan kata lain, “satu kata dengan perbuatan”.

Nilai-nilai ini dapat berupa Nilai-nilai moral, Nilai-nilai masyarakat, Nilai-nilai kode etik profesi atau

bisnis. Termasuk didalamnya mengkomunikasikan maksud, ide, dan perasaan

secara terbuka dan langsung serta dapat menerima keterbukaan dan kejujuran

sekalipun dalam negoisasi yang sulit dengan pihak lain.

4.

Komitmen organisasi (Organizational Commitment) adalah kemampuan dan

kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas

dan sasaran organisasi. Ini mencakup cara-cara mengembangkan tujuan

organisasi atau memenuhi kebutuhan organisasi. Intinya adalah mendahulukan

misi organisasi dari kepentingan pribadi.

Inisiatif (Initiative) adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang melebihi

tuntutan tugas, melakukan hal-hal yang tidak diminta oleh siapapun, yang

dapat meningkatkan hasil kerja dan mencegah terjadinya masalah atau

menemukan/menciptakan peluang-peluang baru. Termasuk didalamnya adalah

keinginan untuk mengidentifikasi permasalahan dan peluang bisnis dan

(50)

dalam konteks bertindak proaktif dan bukan sekedar berpikir tentang suatu

tindakan yang harus diambil di masa datang.

Pada penelitian ini peneliti hanya ingin melihat pengaruh kompetensi inti

(core competeny) terhadap kinerja operator alat bongkar muat Belawan International

Container Terminal.

Menurut penelitian kepuasan pelanggan dapat dianggap sebagai investasi

usaha atau bisnis. Pelanggan bagi perusahaan adalah aset, karena itu peningkatan

kualitas pelayanan diupayakan terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan dan

harapan pelanggan / kolega. 2.3.5. Pelayanan Pelanggan

Menurut Davidow “bila suatu produk atau jasa tertentu diciptakan tanpa

memperhatikan perencanaan pelayanan bagi pembeli, maka tugas usaha untuk

menghasilkan produk atau jasa tersebut akan sia-sia”. Perencanaan pelayanan yang

baik bertujuan memberikan pelayanan kepada pelanggan / kolega sehingga tidak akan

terjadi masalah / konflik / komplain. Berdasarkan hal tersebut maka Pengertian

Pelayanan prima (Excellent Service) adalah suatu pelayanan terbaik dalam memenuhi

harapan dan kebutuhan pelanggan. Artinya pelayanan yang memenuhi standar

kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang

sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan / masyarakat. Ada 5 (lima) elemen

(51)

a. Realibility

Elemen ini merupakan kemampuan memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan sesuai dengan apa yang dijanjikan dengan tepat dan akurat.

Contohnya adalah slogan atau iklan yang menjanjikan sesuatu kepada

konsumen dan itu harus bisa ditepati sesuai dengan apa yang dijanjikan.

b. Assurance

Elemen ini merupakan kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan yang dapat menimbulkan kepercayaan

dan terjamin keandalannya. Contohnya ketika konsumen mendatangi sebuah

rumah sakit, maka yang diharapkan adalah mendapatkan pengobatan yang

dapat menyembuhkan penyakitnya dan ketika hal itu terpenuhi maka timbul

kepercayaan di hati konsumen terhadap rumah sakit tersebut.

c. Tangible

Elemen ini merupakan elemen fisik yang dapat dilihat, disentuh atau

dirasakan oleh konsumen. Contohnya ketika seorang customer datang ke

sebuah bank maka kenyamanan ruangan dan penampilan dari para petugas

bank merupakan aspek fisik yang bisa dilihat oleh customer.

d. Empati

Elemen ini merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memberikan

kepedulian dan perhatian kepada konsumennya. Contohnya sebuah bank

(52)

giliran bertemu dengan customer service bank, sehingga customer tidak lelah

berdiri.

e. Responsive

Elemen ini merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memberikan

pelayanan yang cepat tanggap kepada konsumen. Contohnya bila konsumen

memberikan keluhan atau complain, maka perusahaan dengan cepat

menanggapi keluhan tersebut dan memberikan solusi yang tepat dan cepat.

2.3.6. Dorongan Berprestasi

Pada dasarnya teori motivasi mempunyai persamaan arti walaupun

mempunyai perbedaan dimensi menurut dimensi-dimensi yang diungkap oleh parat

pencetus teori tersebut. Perbedaan dimensi yang diungkap diharapkan dapat

memberikan wawasan bagi setiap orang untuk lebih memahami bahwa teori isi dan

motivasi lebih sesuai untuk mengembangkan individu dalam industri dan organisasi

(53)
[image:53.612.107.528.140.329.2]

Tabel 2.2. Perbandingan Empat Teori Isi dan Motivasi

Maslow's Hierarchy Of Needs

Alderfer's Erg Theory

Herzber's Hygiene Mcclelland Need For

Achievement

Aktualisasi diri Pertumbuhan Pekerjaan itu sendiri

prestasi kemungkinan bertumbuh tanggung jawab

Kebutuhan Berprestasi

Harga diri dan Status Relasi Pencapaian Pengakuan

Status

Kebutuhan Afiliasi

Rasa Memiliki Kebutuhan Sosial Relasi teman

Relasi dengan Supervisor Relasi dengan Bawahan Kualitas Supervisor Kebutuhan akan

keselamatan dan keamanan

Keberadaan Kebijakan Perusahaan

dan administrasi

Kebutuhan kekuasaan

Kebutuhan Fisiologi Kondisi kerja, gaji/upah

Sumber : Wijono (2010)

2.3.7. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana seseorang

karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk

mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Menurut Robbins

didefinisikan bahwa keterlibatan pekerjaaan yang tinggi berarti memihak pada

pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen organisasional yang

tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi

sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa,

maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu menjalankan

kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang

(54)

Menurut Newstrom and Davis (2002), komitmen organisasional merupakan

tingkat dimana individu memihak dan ingin secara kontinyu berpartisipasi aktif

dalam organisasi, yang tercermin melalui karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas nilai dan tujuan organisasi,

2. Kesediaan untuk mengusahakan yang terbaik bagi organisasi, dan

3. Adanya keinginan yang pasti untuk bertahan dalam organisasi.

2.4. Teori Tentang Outsourcing 2.4.1. Pengertian Outsourcing

Persaingan dalam dunia bisnis antara perusahaan, membuat perusahaan harus

berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang

terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi terhadap

kompetensi utama dari perusahaan, akan dihasilkan sejumlah produk dan jasa

memiliki kualitas yang memiliki daya saing di pasaran.

Pada iklim perusahaan yang makin ketat, perusahaan berusaha untuk

melakukan efesiensi biaya produksi (cost of production). Salah satu solusinya adalah

dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat

pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di

perusahaan bersangkutan. Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(55)

1. Pegawai Kontrak Waktu Tertentu (PKWT)

2. Pegawai Kontrak Waktu Tidak Tentu (PKWTT)

3. Kerja Borongan (Outsourcing).

Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian

beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia

jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi

serta criteria yang telah disepakati oleh para pihak.

Outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab

tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain di luar perusahaan induk.

Perusahaan di luar perusahaan induk biasanya berupa vendor, koperasi ataupun

instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam

regulasi ketenagakerjaan biasa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung

(noncore business unit) atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai

unit outsourcing.

Outsourcing (Alih Daya) dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia

diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja

pengaturan hukum outsourcing (Alih Daya) di Indonesia diatur dalam

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 (pasal 64, 65 dan 66) dan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perjanjian Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja/Buruh dan Kepmenakertrans No. 220/Men/X/2004 tentang

(56)

Pada era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini,

maka perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui

pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang

Gambar

Tabel 1.2. Pola Karir Jabatan Operator
Gambar 2.1. Hubungan Stakeholder Perusahaan
Gambar 2.2. Model Boyatzis Kinerja Efektif
Gambar 2.3. Klasifikasi Individual
+7

Referensi

Dokumen terkait