BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1.1 Defenisi Sistem
Suatu sistem sangatlah dibutuhkan dalam suatu lembaga atau instansi
pemerintahan, karena sistem sangatlah menunjang terhadap kinerja lembaga atau
instansi pemerintah, baik yang berskala kecil maupun besar. Supaya dapat
berjalan dengan baik diperlukan kerjasama diantara unsur-unsur yang terkait
dalam sistem tersebut.
Ada berbagai pendapat yang mendefinisikan pengertian sistem, seperti
dibawah ini: “Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan
atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu” (Jogiyanto, 2005). Masih
dalam buku Analisia dan Desain Sistem Informasi karangan Jogiyanto
menerangkan: “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu”
2.1.1.2 Defenisi Informasi
Informasi merupakan data yang telah diproses sehingga mempunyai arti
tertentu bagi penerimanya. Sumber dari informasi adalah data, sedangkan data itu
sendiri adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian, sedangkan
Menurut Scott dalam buku Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen
pengertian sistem informasi adalah: “Sistem informasi adalah sistem yang
diciptakan oleh para analisis dan manajer guna melaksanakan tugas khusus
tertentu yang sangat esensial bagi berfungsinya organisasi” (Scott 2001)
Sedangkan definisi dari Leitch dan Davis sebagai berikut: “Sistem
informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi , bersifat manajerial
dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu
dengan laporan-laporan yang diperlukan” (Jogiyanto 2005)
Pengertian Informasi selalu dikaitkan dengan data, namun arti dari
masing-masing kata dalam pengertian tersebut berbeda. Keberadaan suatu data
sangat menunjang terhadap informasi, karena data merupakan bahan mentah yang
diperlukan untuk mengambil keputusan.
Informasi dapat dikatakan sebagai salah satu sumber daya utama yang
harus dimiliki oleh setiap organisasi. Hal ini disebabkan karena peran informasi
yang sangat penting baik bagi pihak manajemen (intern) maupun pihak-pihak
eksternal yang berkepentingan dengan perusahaan.
Bodnar & Hopwood (2006) mendefinisikan bahwa informasi merupakan
suatu data yang diorganisasi, yang dapat mendukung ketepatan pengambilan
2.1.1.3 Defenisi Akuntansi
Sedangkan akuntansi merupakan bahasa dari bisnis. Setiap organisasi
menerapkannya sebagai alat komunikasi. Secara klasik akuntansi merupakan
proses pencatatan (recording), pengelompokkan (classyfing), perangkuman
(summarizing) dan pelaporan (reporting) dari kegiatan transaksi yang terjadi.
Tujuan akhir dari kegiatan akuntansi adalah penerbitan laporan-laporan akuntansi.
2.1.1.4 Defenisi Sistem Informasi Akuntansi
Setelah mengetahui defenisi-defenisi dari sistem, informasi dan akuntansi,
para ahli mencoba untuk mendefenisikan sistem informasi akuntansi, beberapa
diantaranya adalah: Widjajanto yang menjelaskan sistem informasi akuntansi
adalah susunan berbagai formulir catatan, peralatan, termasuk komputer dan
perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksanaannya dan laporan yang
terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan
menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2001) “an accounting information system
is a collection of resources, such as people an equipment, design to transform
financial and other data into information to a variety of decision makers
according to their needs and entitlement”.
Menurut Hall (2001) “Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang
terdiri dari tiga subsistem, yaitu transaction processing system, general
Defenisi-defenisi tersebut menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi
yaitu kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan satu sama lain
dan bekerja sama untuk mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan
yang diperlukan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
2.1.2 Budaya Organisasi
Menurut Wilkins dan Ouchi mendefinisikan budaya organisasi yaitu:
“Budaya sebagai sesuatu yang dianggap biasa dan dapat dibagi bersama yang
diberikan orang terhadap lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial dalam
pengertian ini mungkin berupa negara, kelompok etnis tertentu, desa di daerah,
atau sebuah organisasi. (Indrawijaya, 2010)
Menurut Cushway dan Lodge (2000), menyatakan bahwa budaya
organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara
pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku.
Budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan,
ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran
untuk mengatasi masalah adaptasi ekternal dan integrasi internal yang resmi dan
terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada
anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan,
terkait dengan masalah-masalah tersebut (Tika, 2010)
Soedjono (2005) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan sistem
informasi yang meliputi penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang
dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya, budaya
bila budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi
dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat.
Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan kualitas sistem informasi
akuntansi dengan pemuktahiran setiap komponen sistem informasi pada pokoknya
merupakan upaya peningkatan integrasi setiap komponen sistem informasi
akuntansi pada organisasi. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut
oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan
berperilaku dari para anggota organisasi.
Tampubolon (2008), menyimpulkan indikator budaya organisasi menjadi 6
yaitu:
1. Inovatif
Inovatif memperhitungkan risiko, norma yang dibentuk beradasarkan
kesepakatan menyatakan bahwa setiap karyawan akan memberikan perhatian
yang sensitif terhadap segala permasalahan yang mungkin dapat membuat resiko
kerugian bagi kelompok dan oragnisasi secara keseluruhan. Perilaku karyawan
yang demikian dibentuk apabila berdasarkan kesepakatan bersama sehingga
secara tidak langsung membuat rasa tanggung jawab bagi karyawan untuk
melakukan tindakan mencegah terjadi kerugian secara konsisten. Kerugian ini
lebih pada waktu, dari rasa sensitifnya karyawan dapat mengantisipasi risiko yang
mengakibatkan kerugian lain, seperti merusak nama baik perusahaan yang
2. Responsif
Memberi perhatian pada setiap masalah secara detail, memberikan
perhatian pada setiap masalah secara detail di dalam melakukan pekerjaan akan
mengambarkan ketelitian dan kecermatan karyawan dalam melakukan
pekerjaannya. Sikap yang demikian akan menggambarkan tingkat kualitas
pekerjaan yang sangat tinggi. Apabila semua karyawan memberikan perhatian
secara detail terhadap semua permasalahan yang ada dalam pekerjaaan, maka
tingkat penyelesaian masalah dapat digambarkan menjadi suatu pekerjaan yang
berkualitas tinggi dengan demikian kepuasan konsumen akan terpenuhi.
3. Orientasi Hasil
Berorientasi terhadap hasil yang akan dicapai, supervisi seorang manejer
terhadap bawahannya merupakan salah satu cara manajer untuk mengarahkan dan
memberdayakan staf. Melalui supervisi dapat diuraikan tujuan organisasi dan
kelompok serta anggotanya, dimana tujuan dan hasil yang hendak dicapai.
Apabila persepsi bawahan dapat dibentuk dan menjadi satu kesatuan didalam
melakukan tugas untuk mencapai hasil. Dengan demikian semua karyawan
berorientasi pada pencapaian tujuan/hasil.
4. Kerjasama
Berorientasi kepada semua kepentingan karyawan, keberhasilan atau
kinerja organisasi salah satunya ditentukan ke kompakan tim kerja, di mana
kerjasama tim dapat dibentuk jika manajer dapat melakukan supervisi dengan
baik. Kerjasama tim yang dimaksud adalah setiap karyawan bekerjasama dalam
langsung, sesama karyawan akan selalu memeerhatikan permasalahan yang
dihadapi masing-masing. Dengan demikian karyawan selalu berorientasi kepada
sesama agar dapat tercapai target tim dan organisasi.
5. Agresif
Agresif dalam bekerja, produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan apabila
performa karyawan dapat memenuhi standard yang dibutuhkan untuk melakukan
tugasnya. Performa yang baik dimaksudkan antara lain: kualifikasi keahlian
(ability and skill) yang dapat memenuhi persyaratan produktivitas serta harus
diikuti dengan disiplin dan kerajinan yang tinggi. Apabila kualifikasi ini telah di
penuhi, maka masih dibutuhkan ketahanan fisik dan keagresifan karyawan untuk
menghasilkan kinerja yang baik.
6. Stabilitas Kerja
Mempertahankan dan menjaga stabilitas kerja, performa yang baik dari
karyawan harus didukung oleh kesehatan yang prima. Performa yang baik tidak
akan dapat tercipta secara kontinu apabila karyawan tidak dalam kondisi
kesehatan yang prima. Kesehatan yang prima akan membentuk stamina yang
prima, dengan stamina yang prima akan terbentuk ketahanan fisik yang akurat
(endurance) dan stabil, serta dengan endurance yang prima, maka karyawan akan
dapat mengendalikan (drive) semua pekerjaan dengan baik. Dengan tingkat
pengendalian yang prima, menggambarkan performa karyawan tetap prima dan
2.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu sarana yang digunakan
manajemen untuk mencapai sasarannya, maka logis jika strategi dan struktur
harus terkait erat, jika manajemen melakukan perubahan terhadap organisasi maka
struktur organisasi pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung
perubahan ini (Robins dan Judge, 2007).
Pengertian Struktur Organisasi menurut Hall (2007) adalah : “Struktur
Organisasi mencerminkan distribusi tanggung jawab, otoritas, dan akuntanbilitas
diseluruh perusahaan. Perusahaan mencapai tujuan umumnya dengan menetapkan
tujuan keuangan yang dapat diukur untuk unit operasionalnya. Pemahaman atas
pola distribusi, tanggung jawab, otoritas, dan akuntanbilitas sangat penting untuk
menilai kebutuhan informasi para pengguna”.
Pengertian struktur organisasi menurut Hasibuan (2010) adalah sebagai
berikut: “Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe
organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang, bidang,
dan hubungan kerja, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan
sistem pimpinan organisasi”.
Penelitian yang dilakukan oleh Gordon dan Narayanan (1984) yang
menemukan bahwa antara struktur organisasi dan sistem informasi merupakan dua
hal yang saling terkait. Hal tersebut dipertegas oleh Tricker (1993) yang
menyatakan bahwa struktur organisasi dan sistem informasi merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan karena sifatnya yang saling tergantung satu dengan yang
Menurut Greenberg (2011) struktur organisasi mengacu pada konfigurasi
formal antara individu dan kelompok sehubungan dengan alokasi tugas, tanggung
jawab dan wewenang dalam organisasi.
Ditambahkan oleh Judge (2009), bahwa struktur organisasi merupakan
sebuah kerangka kerja yang menggambarkan bagaimana pembagian tugas),
sumber daya dan bagian perusahaan di koordinasikan.
Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi,
dikelompokan dan dikoordinasi secara formal. Adapun indikator mengenai
struktur organisasi menurut Robbins (2008) adalah sebagai berikut:
1. Spesialisasi Kerja
Spesialisasi maksudnya adalah sampai tingkat mana tugas dalam
organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan yang terpisah-pisah.
Hakikatnya, daripada dilakukan satu individu, lebih baik pekerjaan
tersebut dipecah menjadi sejumlah langkah, dan tiap langkah dilaksanakan
oleh individu yang berlainan.
Spesialisasi meningkatkan efisiensi, tapi pada tingkat tertentu,
spesialisasi menimbulkan kerugian-kerugian. Contoh kerugian yang
mungkin timbul adalah kebosanan, kelelahan, stres, produktifitas kerja
rendah, kualitas kerja buruk, meningkatkan mangkir kerja/membolos,
bahkan pada perusahaan swasta bisa meningkatkan jumlah pekerja yang
2. Departementalisasi
Departementalisasi maksudnya adalah dasar yang dipakai dalam
pengelompokan pekerjaan sehingga tugas yang sama atau mirip dapat
dikoordinasikan dengan lebih baik. Penggolongan pekerjaan dapat
dilakukan atas dasar fungsi, produk, lokasi/geografi, pelanggan, atau
kategori lain.
3. Rantai Komando
Rantai Komando adalah garis tidak terputus dari wewenang yang
tertentu, dari puncak organisasi sampai ke eselon terbawah. Intinya, rantai
komando memperjelas siapa melapor ke siapa. Agar berjalan dengan baik,
rantai komando memerlukan dua unsur pelengkap, yaitu:
1) Wewenang, yaitu hak-hak yang melekat dalam posisi manajerial untuk
member perintah dan mengharapkan agar perintah itu dipatuhi.
2) Kesatuan komando, yaitu seorang bawahan seharusnya punya satu
atasan kepada siapa ia bertanggung jawab langsung.
4. Rentang kendali
Rentang kendali adalah jumlah bawahan yang dapat diatur manajer
secara efektif dan efisien. Dalam rentang kendali yang lebar, terdapat
efisiensi dalam hal biaya, tetapi kurang efektif, karena
penyedia/supervisor/atasan tidak punya cukup waktu untuk memberi
kepemimpinan dan dukungan kepada bawahan. Sedangkan jika rentang
kendalinya kecil, konsekuensinya adalah adanya kontrol yang akrab.
1) Mahal, karena harus menambah tingkat manajemen.
2) Komunikasi vertikal menjadi rumit karena hirarki tambahan
memperlambat pengambilan keputusan.
3) Cenderung pengawasannya lebih ketat dan berlebihan sehingga tidak
mendorong otonomi karyawan. Kecenderungan dalam praktek
manajemen adalah rentang kendali yang lebar.
5. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi adalah tingkat dimana pengambilan keputusan
dipusatkan pada suatu titik tunggal dalam organisasi. Sedangkan dalam
desentralisasi ada keleluasaan, dimana pengambilan keputusan didorong
ke bawah pada tingkat pekerja terendah.
6. Formalisasi
Formalisasi adalah suatu tingkat dimana pekerjaan dalam
organisasi itu dilakukan. Jika pekerjaan sangat diformalkan, pelaksana
pekerjaan hanya punya sedikit keleluasaan tentang apa yang harus
dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana seharusnya
mengerjakannya. Dalam formalisasi, siapapun yang melaksanakan
pekerjaan, dengan input dan proses yang sama, maka akan menghasilkan
output yang konsisten dan seragam. Dalam kondisi formalisasi yang tinggi
terdapat:
1) Uraian jabatan yang tersurat
3) Prosedur yang terdefinisi dengan jelas yang meliputi proses kerja
dalam organisasi.
Bodnar dan Hopwood (2006) menyatakan bahwa Struktur Organisasi
berpengaruh pada Sistem Informasi Akuntansi, yaitu sebagai berikut: “Struktur
organisasi dalam sistem informasi yang paling lazim adalah sistem informasi
berdasarkan fungsi, yaitu pemberian wewenang dan tanggung jawab berdasarkan
area keahlian teknis setiap staf. Semakin besar depatemen sistem informasi, setiap
fungsi dalam departemen tersebut akan cenderung semakin terspesialisasi”.
Susanto (2009) menyatakan bahwa Struktur Organisasi berpengaruh pada Sistem
Informasi Akuntansi, yaitu sebagai berikut: ”Sistem informasi merupakan salah
satu komponen dalam suatu organisasi. Didalam suatu organisasi sistem informasi
merupakan suatu alat yang dapat memberikan informasi yang diperlukan kepada
semua pihak yang berkepentingan”.
2.1.4 Persepsi Kegunaan
Davis (1989) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu
tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu
akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Perceived usefulness
didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu
teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaanya. Definisi diatas
mengungkapkan bahwa perceived usefulness merupakan suatu kepercayaan
tentang proses pengambilan keputusan. Pengguna sistem informasi yang
mempercayai bahwa sistem informasi yang digunakannya bermanfaat, maka dia
bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya
(Jogiyanto, 2007).
2.1.5 Persepsi Kemudahan Penggunaan
Lamb (2004) berargumen bahwa salah satu faktor terpenting dalam sistem
informasi adalah pengguna (user). Dengan demikian, penelitian seputar pengguna
di dalam sistem informasi akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam
optimasi manfaat teknologi informasi. Beberapa penelitian tentang pengaruh
penggunaan sistem teknologi informasi terhadap kinerja telah dilakukan melalui
perluasan teori Technology Acceptance Model (TAM). Natalia (2004)
mengemukakan tujuan utama TAM adalah dasar untuk memahami pengaruh
faktor-faktor eksternal pada keyakinan internal dan tingkah laku (attitude). TAM
yang pertama kali diperkenalkan oleh Jogiyanto (2007) mengemukakan bahwa
persepsi persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) adalah faktor
utama yang mempengaruhi penerimaan individual terhadap sistem teknologi
informasi.
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan
merupakan tempat penulis memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
\
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah sistem
informasi akuntansi, sedangkan yang menjadi variabel independen adalah budaya
organisasi, struktur organisasi, persepsi kegunaan, dan persepsi kemudahan
penggunaan.
2.3 Hipotesis Penelitian
Menurut Nasution (2000) bahwa hipotesis adalah pernyataan tentatif yang
merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk
memahaminya. Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus
diuji, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menghubungkan dua variabel atau lebih. Budaya
Organisasi
Struktur Organisasi
Persepsi Kegunaan
Persepsi Kemudahan Penggunaan
Perumusan hipotesis dapat dikembangkan berdasarkan hubungan antara
pengaruh sistem informasi dalam akuntansi yaitu budaya organisasi, struktur
organisasi, persepsi kegunaan, dan persepsi kemudahan penggunaan.
2.3.1 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi
Budaya organisasi merupakan sistem bersama yang dianut para anggotanya
yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya berperan
penting dalam proses manajerial, yang baik secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi sistem informasi. Budaya organisasi memiliki pengaruh yang
signifikan dalam pengembangan dan pengoperasian sistem informasi. Menurut Stair
dan Reynolds (2010) budaya organisasi juga berpengaruh positif terhadap
keberhasilan pengembangan sistem informasi yang baru. Kendall dan Kendall (2011)
mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan determinan penting tentang
bagaimana orang menggunakan informasi dan sistem informasi.
Budaya organisasi selalu dapat ditemukan melekat dalam sistem informasi
organisasi. Lebih lanjut Laudon dan Laudon (2012) mengatakan bahwa sistem
informasi dirancang untuk melayani kebutuhan organisasi dan dibentuk oleh struktur
organisasi, proses bisnis, tujuan, budaya, politik dan manajemen. Hal serupa
dikatakan oleh Turban dan Volonino (2011), bahwa nilai sistem informasi ditentukan
oleh hubungan antara sistem informasi, orang, proses bisnis, dan budaya organisasi.
Bahkan keberhasilan sistem informasi tidak hanya diukur melalui efisiensinya dalam
meminimalisir biaya, waktu dan penggunaan sumber daya informasi, tetapi
subkultur dalam organisasi, yang berpengaruh kepada perilaku anggota, termasuk
mendukung penggunaan sistem informasi (Kendall dan Kendall, 2011).
H1: Budaya organisasi berpengaruh pada penggunaan sistem informasi akuntansi.
2.3.2 Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi
Struktur organisasi sangat penting bagi sebuah organisasi, dimana struktur
tersebut menjelaskan setiap tugas dan wewenang secara formal yang
dikelompokkan dan di koordinasikan. Pada umumnya suatu organisasi memiliki
struktur organisasi yang berbeda dari organisasi lainnya. Struktur organisasi
merupakan cara organisasi mengatur sumber dayanya untuk mengarah kepada
tujuan organisasi.
Menurut Stair dan Reynolds (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan sistem informasi akuntansi adalah struktur organisasi. Teori tersebut
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gordon dan Narayanan (1984)
menyatakan bahwa struktur organisasi dan sistem informasi merupakan dua hal
yang saling terkait.
Struktur organisasi merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam
penyusunan sistem informasi. Hierarki struktur organisasi merupakan kerangka
dasar untuk perancangan sistem informasi. Semakin besar hierarki struktur
organisasi maka akan semakin kompleks sistem informasi yang dibangun, di
samping rentang kendali dalam struktur organisasi juga mempengaruhi sistem
Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Carolina (2014), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur organisasi
berpengaruh terhadap kualitas sistem informasi akuntansi. Ditambahkan oleh
penelitian empiris Indeje dan Qin Cheng (2010) bahwa struktur organisasi dan
budaya organisasi berpengaruh terhadap pengembangan dan pelaksanaan dari
sistem informasi.
H2: Struktur organisasi berpengaruh pada penggunaan sistem informasi akuntansi.
2.3.3 Pengaruh Persepsi Kegunaan Terhadap Penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi
Persepsi kegunaan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai sejauh
mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan
produktivitas dan kinerja pekerjaan mereka (Davis, 1989). Begitu juga menurut
Deny (2011) Persepsi kegunaan didefinisikan sebagai probabilitas subjektif dari
pengguna potensial yang menggunakan system aplikasi tertentu akan
meningkatkan kinerjanya. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Litan
(2011), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh
signifikan dengan penggunaan SIA.
H3: Persepsi kegunaan berpengaruh pada penggunaan sistem informasi akuntansi.
2.3.4 Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap Penggunaan
Sistem Informasi Akuntansi.
Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan
penggunanya. Ramadhani (2008) mengartikan bahwa perspektif kemudahan akan
memberikan indikasi bahwa suatu sistem dirancang bukan untuk menyulitkan
pemakainya, namun akan dapat mempermudah seseorang dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Sehingga, seseorang yang menggunakan sistem akan lebih mudah
dibandingkan dengan seseorang yang tidak menggunakan sistem atau masih
manual. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Litan (2011), hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh
signifikan dengan penggunaan SIA.
H4: Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh pada penggunaan sistem
informasi akuntansi.
2.3.5 Pengaruh budaya organisasi, struktur organisasi, persepsi kegunaan,
persepsi kemudahan penggunaan secara simultan terhadap penggunaan
sistem informasi akuntansi.
Budaya organisasi, struktur organisasi, persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan penggunaan secara parsial terbukti mampu mempengaruhi
penggunaan sistem informasi akuntansi berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya, maka peneliti ingin membuktikan apakah budaya
organisasi, struktur organisasi, persepsi kegunaan, persepsi kemudahan
penggunaan secara simultan (bersama-sama) mampu mempengaruhi penggunaan
sistem informasi akuntansi.
H5: Budaya organisasi, struktur organisasi, persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan penggunaan berpengaruh pada penggunaan sistem informasi