• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Kecerdasan Emosional Bagi Perawat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pentingnya Kecerdasan Emosional Bagi Perawat"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 39

TINJAUAN PUSTAKA

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL BAGI PERAWAT

Rika Endah Nurhidayah*

ABSTRAK

Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita membuka hati baik aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif. Ada lima dasar kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial. Perawat sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan jasa memerlukan suatu keterampilan dalam mengelola emosinya. Keterampilan penguasaan emosi sangat berpengaruh terhadap kinerja. Oleh karena itu EQ memberikan kontribusi yang bermakna dalam membantu meningkatkan hasil kerja. Hari-hari kerja yang dilalui tanpa menerapkan EQ dapat menimbulkan kebosanan, kurangnya motivasi dan berbagai emosi lain yang berdampak buruk bagi kinerja dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.

Kata kunci: manajemen emosi, kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan

sosial

PENDAHULUAN

Perawat merupakan sebuah profesi yang berorientasi kepada pelayanan dalam bentuk jasa. Pelayanan diberikan kepada klien, baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Agar pelayanan yang diberikan paripurna meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual diperlukan suatu keterampilan manajemen emosi. Keterampilan tersebut lebih dikenal dengan istilah kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional (EQ) bukanlah mode atau kecenderungan. Bukan juga sesuatu yang baru seperti yang sering digembor-gemborkan masyarakat melalui

berbagai investasinya melalui pelatihan. EQ berkembang bersamaan dengan proses tumbuh kembang manusia dalam beradaptasi dan bergaul dengan manusia lain. Menurut Stein (2002) kecerdasan emosional sama tuanya dengan peradaban.

Penelitian yang telah dilakukan oleh BarOn (1988), Mayer dan Salovey (1990) serta Goleman (1995) dalam Agustian (2001), mengenai kecerdasan emosional mengemukakan bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh intelektualitas semata. Intelektualitas atau

Intelligent Quotient (IQ) hanya merupakan syarat minimal untuk meraih keberhasilan.

Penulis adalah

* Dosen Keperawatan Dasar PSIK FK USU

(2)

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 40

Telah terbukti tidak sedikit orang-orang yang memiliki IQ tinggi kalah dalam persaingan. Sebaliknya banyak orang yang mempunyai IQ biasa-biasa saja justru sukses dalam berkarier.

Para psikolog sepakat bahwa IQ hanya menyumbang sekitar 20 persen sebagai faktor-faktor yang menentukan suatu keberhasilan, sedangkan 80 persen sisanya berasal dari faktor lain, termasuk apa yang dinamakan dengan kecerdasan emosional (Goleman, 2001). EQ penting dalam dunia kerja. Dengan EQ seseorang bisa mengadakan hubungan yang baik dengan atasan, rekan sejawat maupun bawahan.

Kecerdasan emosional ini jelas sangat dibutuhkan oleh perawat sebab, perawat selalu berhubungan dengan klien yang latar belakang budaya dan sifatnya berbeda. Perbedaan ini menuntut perawat untuk mengenali perasaan dirinya maupun orang lain dalam hal ini klien dan keluarganya. Sehingga perawat secara profesional akan bersikap asertif.

KECERDASAN EMOSIONAL

Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan-perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memantau pikiran tindakan. Goleman (2001) merujuk bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengenali emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Melalui kecerdasan emosional manusia belajar mengelola perasaannya sehingga dapat mengekspresikannya secara tepat dan efektif. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi.

EQ juga dikaitkan dengan kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati dan menjaga agar stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan memimpin.

Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu lain atau dapat berempati, maka orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Kecerdasan emosional menyediakan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri dan orang lain. Sikap seperti ini dituntut untuk ada dalam setiap perawat. Karena perawat merupakan orang yang paling dekat dengan klien.

Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, serta mengatur keadaan jiwa. Seandainya perawat tidak mampu menguasai emosinya kemungkinan besar hal ini akan berdampak pada pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikannya.

KOMPONEN DASAR KECERDASAN EMOSIONAL

1. Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri sendiri. Indikatornya realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. 2. Pengaturan diri, kemampuan menangani

emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

(3)

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 41 3. Motivasi, menggunakan hasrat untuk

menuju sasaran, menuntun dan membantu dalam mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frutasi.

4. Empati, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

5. Keterampilan sosial, menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dalam tim.

Kelima komponen dasar dari EQ di atas sudah selayaknya menyatu dalam diri perawat agar asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif dapat terlaksana. Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk merealisasikannya. Dengan niat yang tulus untuk memberikan yang terbaik bagi klien tidak mustahil hal di atas dilaksanakan.

PENERAPAN EQ DALAM PEKERJAAN

Martin (2003) menyatakan para pekerja yang berhubungan dengan banyak orang dan menerapkan EQ dalam pekerjaan terbukti lebih sukses. Sebab mereka lebih berempati, komunikatif, lebih humoris, dan lebih peka akan kebutuhan orang lain. Sebagai perawat, mengapa tidak kita mencobanya?

Beberapa hal berikut ini merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan EQ dalam pekerjaan:

1. Kesadaran diri

1) Kesadaran emosi

Kemampuan mengenali emosi diri dan efeknya terhadap kinerja, dan

menggunakan nilai-nilai yang dianut untuk memandu pembuatan keputusan.

2) Penilaian diri secara akurat

Perasaan yang tulus tentang kekuatan dan kelemahan diri, visi yang jelas mengenai apa yang perlu diperbaiki dan kemampuan belajar dari pengalaman.

3) Percaya diri

Suatu keberanian yang datang karena keyakinan akan kemampuan, nilai-nilai dan tujuan diri sendiri.

2. Pengaturan diri

1) Pengendalian diri

Mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif.

2) Sifat dapat dipercaya

Memelihara norma kejujuran dan integritas.

3) Kewaspadaan

Bertanggung jawab atas kinerja pribadi.

4) Adaptabilitas

Keluwesan dalam menghadapi perubahan.

5) Inovasi

Bersikap terbuka terhadap gagasan dan informasi terkini.

3. Motivasi

1) Dorongan berprestasi

Dorongan untuk menjadi lebih baik sesuai dengan standar keberhasilan. 2) Komitmen

Sikap setia kepada visi dan sasaran institusi tempat bekerja.

3) Inisiatif

Merupakan kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

4) Optimisme

Kegigihan memperjuangkan sasaran, walaupun ada halangan dan kegagalan.

(4)

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 42

4. Empati

1) Memahami orang lain

Mampu mengindera perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat terhadap kepentingan orang lain.

2) Orientasi pelayanan

Mampu mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.

3) Mengembangkan orang lain

Mampu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.

4) Memanfaatkan keragaman

Menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.

5. Keterampilan sosial

1) Pengaruh

Memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi.

2) Komunikasi

Kemampuan mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan.

3) Kepemimpinan

Membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. 4) Katalisator perubahan

Kemampuan mengawali, mendorong atau mengelola perubahan.

5) Manajemen konflik

Merupakan kemampuan negosiasi dan pemecahan silang pendapat. 6) Kolaborasi dan kooperatif

Kemampuan bekerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama. 7) Kemampuan tim

Kemampuan menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arya. Goleman, Daniel. (2001). Working With

Emotional Intelligence. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. (2004). Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Martin, Anthony Dio. (2003). Emotional Quality Management. Jakarta: Penerbit Arga.

Stein, Steven J & Book, Howard E. (2002).

Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Penerbit Kaifa.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintahan. Karena sistem akuntansi pemerintahan merupakan

Djaman Satori (dalam Suhardan, 2010 hlm. 28) mengemukakan bahwa supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

Karena kondisi ini, pada kasus kecelakaan lalu lintas dengan cedera pada dada, seyogyanya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi pada otot jantung yang akan dapat

Begitu juga bagi mereka yang pernah beringat ketika ekonomi cemerlang sebelumnya, mereka dapati pelaburan mereka yang selama ini ‘tidur’ tiba-tiba bangkit menunjukkan belang,

Diharapkan penurunan vigor benih dapat diatasi dengan peningkatan kerapatan benih yang akan meningkatkan jumlah kecambah normal kuat yang akan digunakan untuk kegiatan

〔商法一ニ九〕手形金の一部に関する原因債務不存在といわゆる二重無権の抗弁東京地裁昭和四 六年ニ月一二日判決 倉沢, 康一郎Kurasawa,

PERTAMA : Status Program dan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal yang Terakreditasi di Pokja Akreditasi PNF Provinsi Jawa Barat Tahap 2 Tahun