• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sosiodemografi, Perilaku Ibu Dan Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sosiodemografi, Perilaku Ibu Dan Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2011"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SOSIODEMOGRAFI, PERILAKU IBU DAN LINGKUNGAN

TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT MALARIA PADA ANAK

DI KECAMATAN KUALUH LEIDONG

KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

E. OCTAVIANUS NAINGGOLAN NIM. 091000263

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH SOSIODEMOGRAFI, PERILAKU IBU DAN LINGKUNGAN

TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT MALARIA PADA ANAK

DI KECAMATAN KUALUH LEIDONG

KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

E. OCTAVIANUS NAINGGOLAN

NIM.091000263

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH SOSIODEMOGRAFI, PERILAKU IBU DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT MALARIA PADA ANAK

DI KECAMATAN KUALUH LEIDONG KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TAHUN 2011

oleh:

E. OCTAVIANUS NAINGGOLAN NIM.091000263

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH Drs. Jemadi, M. Kes NIP. 194904171979021001 NIP. 196404041992031005

Penguji II Penguji III

drh. Rasmaliah, M. Kes dr. Heldy BZ, MPH

NIP. 195908181985032002 NIP. 195206011982031003

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

(4)

ABSTRAK

Penyakit Malaria merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles Spp. Malaria dapat menyerang siapa saja, terutama penduduk yang memiliki resiko tinggi seperti: ibu hamil, bayi dan anak, Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan daerah endemis malaria dengan AMI tahun 2008 sebesar 45,56‰, tahun 2009 sebesar 50,94‰, dan tahun 2010 sebesar 105,69‰.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosiodemografi, perilaku Ibu dan lingkungan terhadap kejadian penyakit malaria pada anak. Jenis penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan disain studi Matched Case Control dengan sampel kasus dan kontrol berjumlah 102 orang yang berdomisili di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara. Metode analisis data yang digunakan meliputi analisis univariat, bivariat dengan Chi-square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan p value < 0,05 malaria dipengaruhi oleh pendidikan ibu, tindakan ibu, kawat kasa pada ventilasi, jarak antar rumah, tempat perindukan nyamuk, semak-semak disekitar rumah, penggunaan kelambu, penggunaan anti nyamuk. Sedangkan variabel yang paling dominan berpengaruh adalah penggunaan kelambu dengan resiko 393,7 kali jika tidak menggunakan kelambu.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara melalui Puskesmas Tanjung Leidong untuk meningkatkan promotif, preventif dalam mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit malaria dan akibat yang ditimbulkan jika terkena serta memberikan kelambu terutama penduduk yang memiliki resiko tinggi. Kepada ibu diharapkan untuk selalu memperhatikan anaknya tidur memakai kelambu, ketika melakukan kegiatan pada malam hari untuk memasang anti nyamuk saat belajar.

(5)

ABSTRACT

Malaria is an infectious disease caused by mosquito Anopheles spp. Malaria can attack anyone, especially people who are at high risk like: pregnant mother, child and baby, subdistrict Kualuh Leidong District of North Labuhanbatu is area of endemic malaria in 2008 AMI was 45,56‰, in 2009 as 50,94‰, and in 2010 as 105,69‰.

This research aim to to analyse influence of child sosiodemografi, mother behavioral and environment to the incidence of malaria. This research was an observational analytic study design with a Matched Case Control Study with a sample of cases and controls amounted to 102 people who living in Subdistrict Kualuh Leidong District of North Labuhanbatu. Data analysis methods used include univariate, bivariate with Chi-square and multivariate analysis using logistic multiple regression test.

Result of research indicate that by signifikan p value < 0,05 malaria influenced by knowledge of mother, mother attitude and practice of mother, distance between of house, under brush of wood, using of mosquito net, use of anti-mosquito. While the most dominant variable have an effect on was use of mosquito net with 393,7 times the risk if it does not save a mosquito net.

Expected to Public Health Service District of North Labuhanbatu through Center of Public Health Service Tanjung Leidong to increase promotion, prevention and promotion of the public about the dangers of malaria and the impact if the exposure as well as providing mosquito nets, especially for people who are at high risk. The mother was expect to always pay attention to their children while doing activities in the evening by wearing long sleeves and long pants, to put up anti-mosquito when studying, sleeping and using mosquito nets to avoid mosquito bites.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : E. Octavianus Nainggolan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 16 Oktober 1977

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Belum Kawin

Pekerjaan : PNS/ Staf Puskesmas Tanjung Leidong Anak ke : 3 (tiga) dari 7 (tujuh) bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Perkutut Gg. Gereja I No. 17 Medan Helvetia Tengah Kota Medan

Riwayat Pendidikan:

1. 1984-1990 : SD Negeri No.101937 Perbaungan 2. 1990-1993 : SLTP Mariana Medan

3. 1993-1996 : SMA Katolik Mariana Medan

4. 1997-2001 : DIII- Keperawatan Fakultas Kedokteran USU 5. 2009-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Organisasi:

1. 1998-1999 : Divisi Hutan Gunung KOMPAS USU

2. 1999-2000 : Kepala Bidang Lingkungan Hidup KOMPAS USU

3. 1999-2000 : Kepala Seksi Pendidikan & Penalaran HIMAKEP FK –USU 4. 1999-2001 : Provost Resimen Mahasiswa Kader Perintis USU

5. 2002-2003 : Ketua P3MI Cabang Perlabian Distrik 7 Wilayah 1 6. 2004-2005 : Kepala Seksi Kerohanian P3MI Distrik 7 Wilayah 1

7. 2004-2005 : Kepala Seksi Penelitian & Pengembangan P3MI Wilayah 1 8. 2005-2006 : Ketua Distrik P3MI Distrik 7 Wilayah 1

9. 2006-2008 : Ketua Distrik P3MI Distrik 7 Wilayah 1 Pengalaman Kerja:

1. 2001-2006 : Non Staf Tolan Estate PT. TOLAN TIGA INDONESIA 2. 2006-2007 : Magang Rumah Sakit Umum Rantau Parapat

(7)

KATA PENGANTAR

Kemuliaan yang Mahatinggi penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat ditambahkan pengetahuan yang baru dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sosiodemografi,

Perilaku Ibu Dan Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak

Di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2011”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Bapak K. Nainggolan (Almarhum), Ibu J. Sitompul (Almarhum) tercinta dan Ibu R. Sihombing terhormat, kakak (Opa dan Lidia) dan adik (Erlina, Erwilda, Endrico, Mariani) yang memberi dukungan baik moril maupun materil, untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing I, Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II, Ibu drh. Rasmaliah, selaku Dosen Penguji I, Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia membimbing, menguji, memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(8)

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Umi salmah, SKM., M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik.

4. Bapak Camat Kecamatan Kualuh Leidong beserta staf yang telah membantu penulis selama penelitian.

5. Bapak Kepala Puskesmas Tanjung Leidong dan staf yang telah memberi masukan dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian.

6. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih Bapak dr. Taufik Ashar, MKM, Bapak dr. Wirsal Hasan, M.PH, Ibu Dr. Ir. Ernawati Mutiara, M. Kes, Ibu Maya, SKM, M.Kes dan juga Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M. Si yang telah membantu masukan dalam aspek lingkungan dan statistik serta buku-buku yang telah dipinjamkan kepada penulis

7. Seluruh dosen dan pegawai yang banyak membantu dalam proses perkuliahan dan terutama untuk ibu Ratna telah membantu penulis selama masuk peminatan Epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Agus sekeluarga yang telah memberikan kebaikan kepada penulis selama kuliah sampai menyelesaikan skripsi, moga Tuhan membalas kebaikannya.

(9)

sekerja, serta saudara/saudari sepelayan P3MI Distrik 7 Wilayah I yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas do’a, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis, serta tetaplah bepegang pada Amsal 1:5 “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu, baiklah orang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.”

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Medan, Juli 2012 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.5.1. Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara) ... 16

2.5.2. Parasit dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif) ... 17

2.6. Cara Penularan Penyakit Malaria... 18

2.6.1. Cara Penularan Alamiah (Natural Infection) ... 18

2.6.2. Cara Penularan Bukan Alamiah ... 19

2.7. Diagnosis ... 19

2.8. Epidemiologi Penyakit ... 20

2.8.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Malaria ... 20

2.8.2. Determinan Penyakit Malaria ... 25

2.9. Pencegahan Dan Pemberantasan Malaria... 34

2.9.1. Pencegahan Penyakit Malaria ... 34

2.9.2. Pemberantasan Penyakit Malaria ... 40

(11)

2.11. Perilaku... 45

2.11.1 Pengertian Perilaku... 45

2.11.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan ... 46

2.11.3. Domain Perilaku ... 47

5.2.1. Distribusi Proporsi Sosiodemografi Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ... 66

5.3. Analisis Bivaraiat ... 67

5.3.1. Pengaruh Sosiodemografi (Pendidikan Ibu) Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ... 67

(12)

Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ... 70 5.4. Analisis Multivariat ... 77

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Analisis Univariat ... 86 6.1.1. Distribusi proporsi Sosiodemografi Terhadap Kejadian

Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan

Kualuh Leidong Tahun 2011 ... 86 6.2. Analisis Bivaraiat ... 88

6.2.1. Pengaruh Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ... 89 6.2.2. Pengaruh Sosiodemografi (Perilaku Ibu) Terhadap

Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ... 90 6.2.3. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit

Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ... 97 6.3. Analisis Multivariat ... 116 6.4. Keterbatasan Penelitian ... 118

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan... 119 7.2. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

Lampiran 1 Koesioner Lampiran 2 Master Data

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Inkubasi, Priode Prepaten, Priode Demam, Dan Gejala Klinis Pada Plasmodium ...12 Tabel 3.1. Variabel, Defenisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur,

Kategori ...50 Tabel 4.1. Besar Sampel Berdasarkan Beberapa Variabel dari Penelitian

Terdahulu.. ...56 Tabel 4.2. Besar Odds Rasio Sampel Penelitian Terhadap Kejadian Penyakit

Malaria ...60 Tabel 5.1. Distribusi Luas Daerah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kualuh

Leidong ...62 Tabel 5.2. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis

Kelamin di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...63 Tabel 5.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun

2011 ...64 Tabel 5.4. Distribusi Sarana Pendidikan di Kelurahan Tanjung Leidong Tahun

2011 ...65 Tabel 5.5. Tenaga Pelayan Kesehatan di Puskesmas Tanjung Leidong Tahun 2011 ....65 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Sosiodemografi Pada Anak Penderita Malaria dan

Tidak Menderita Malaria Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...66 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Tabulasi Silang Sosiodemografi (Pendidikan Ibu)

Pada Anak Penderita Malaria dan Tidak Menderita Malaria Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...67 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Tabulasi Silang Pengaruh Perilaku Ibu Pada Anak

Penderita Malaria Dan Tidak Menderita Malaria Terhadap Kejadian Malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...68 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Tabulasi Silang Pengaruh Lingkungan Pada Anak

Penderita Malaria Dan Tidak Menderita Malaria Terhadap Kejadian Malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Tahun ...70 Tabel 5.10. Hasil Analisis Bivariat Dari 13 Variabel ρ value < 0,25

(Sosiodemografi, Perilaku, Dan Lingkungan) Untuk Melihat Pengaruh Yang Dominan Penyebab Kejadian Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...78 Tabel 5.11. Uji Regresi Logistik Ganda Untuk 11 Variabel ρ value < 0,25 (Untuk

Melihat Pengaruh Yang Dominan Penyebab Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011) ...79 Tabel 5.12. Uji Regresi Logistik Ganda Untuk 10 Variabel ρ value < 0,25 (Untuk

(14)

Tabel 5.13. Uji Regresi Logistik Ganda Untuk 9 Variabel ρ value < 0,25 (Untuk Melihat Pengaruh Yang Dominan Penyebab Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011) ...81 Tabel 5.14. Uji Regresi Logistik Ganda Untuk 8 Variabel ρ value < 0,05 (Untuk

Melihat Pengaruh Yang Dominan Penyebab Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011) ...82 Tabel 5.15. Uji Regresi Logistik Ganda Untuk 7 Variabel ρ value < 0,05 (Untuk

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Daur Hidup Malaria ...16 Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Anak Terhadap Kejadian

Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...86 Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Anak Terhadap

Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...87 Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Pendidikan Anak Terhadap Kejadian

Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...88 Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian

Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...90 Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Sikap Ibu Terhadap Kejadian Penyakit

Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...93 Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Tindakan Ibu Terhadap Kejadian

Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...95 Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Bentuk Bangunan Rumah Terhadap

Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...97 Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penggunaan Kawat Kasa Pada

Ventilasi Rumah Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...100 Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Luas Ventilasi Rumah Terhadap

Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...102 Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jarak Antar Rumah Terhadap

Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...104 Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Tempat Perindukan Nyamuk

Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...105 Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Semak-semak Disekitar Rumah

Terhadap Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...108 Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Kepemilikan Kelambu Terhadap

Kejadian Penyakit Malaria Pada Anak Di Kecamatan Kualuh Leidong Tahun 2011 ...110 Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penggunaan Kelambu Terhadap

(16)
(17)

ABSTRAK

Penyakit Malaria merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles Spp. Malaria dapat menyerang siapa saja, terutama penduduk yang memiliki resiko tinggi seperti: ibu hamil, bayi dan anak, Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan daerah endemis malaria dengan AMI tahun 2008 sebesar 45,56‰, tahun 2009 sebesar 50,94‰, dan tahun 2010 sebesar 105,69‰.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosiodemografi, perilaku Ibu dan lingkungan terhadap kejadian penyakit malaria pada anak. Jenis penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan disain studi Matched Case Control dengan sampel kasus dan kontrol berjumlah 102 orang yang berdomisili di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara. Metode analisis data yang digunakan meliputi analisis univariat, bivariat dengan Chi-square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan p value < 0,05 malaria dipengaruhi oleh pendidikan ibu, tindakan ibu, kawat kasa pada ventilasi, jarak antar rumah, tempat perindukan nyamuk, semak-semak disekitar rumah, penggunaan kelambu, penggunaan anti nyamuk. Sedangkan variabel yang paling dominan berpengaruh adalah penggunaan kelambu dengan resiko 393,7 kali jika tidak menggunakan kelambu.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara melalui Puskesmas Tanjung Leidong untuk meningkatkan promotif, preventif dalam mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit malaria dan akibat yang ditimbulkan jika terkena serta memberikan kelambu terutama penduduk yang memiliki resiko tinggi. Kepada ibu diharapkan untuk selalu memperhatikan anaknya tidur memakai kelambu, ketika melakukan kegiatan pada malam hari untuk memasang anti nyamuk saat belajar.

(18)

ABSTRACT

Malaria is an infectious disease caused by mosquito Anopheles spp. Malaria can attack anyone, especially people who are at high risk like: pregnant mother, child and baby, subdistrict Kualuh Leidong District of North Labuhanbatu is area of endemic malaria in 2008 AMI was 45,56‰, in 2009 as 50,94‰, and in 2010 as 105,69‰.

This research aim to to analyse influence of child sosiodemografi, mother behavioral and environment to the incidence of malaria. This research was an observational analytic study design with a Matched Case Control Study with a sample of cases and controls amounted to 102 people who living in Subdistrict Kualuh Leidong District of North Labuhanbatu. Data analysis methods used include univariate, bivariate with Chi-square and multivariate analysis using logistic multiple regression test.

Result of research indicate that by signifikan p value < 0,05 malaria influenced by knowledge of mother, mother attitude and practice of mother, distance between of house, under brush of wood, using of mosquito net, use of anti-mosquito. While the most dominant variable have an effect on was use of mosquito net with 393,7 times the risk if it does not save a mosquito net.

Expected to Public Health Service District of North Labuhanbatu through Center of Public Health Service Tanjung Leidong to increase promotion, prevention and promotion of the public about the dangers of malaria and the impact if the exposure as well as providing mosquito nets, especially for people who are at high risk. The mother was expect to always pay attention to their children while doing activities in the evening by wearing long sleeves and long pants, to put up anti-mosquito when studying, sleeping and using mosquito nets to avoid mosquito bites.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit malaria umumnya menyerang daerah tropis (Cina daerah Mekong, Srilangka, India, Indonesia, Filipina) dan subtropis (Korea Selatan, Mediternia Timur, Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria.1 Malaria ditemukan 640 lintang utara (Archangel di Rusia) sampai 320 lintang selatan (Cordoba di Argentina), dari daerah dataran rendah 400 m dibawah permukaan laut (Laut Mati) sampai 2600 m diatas permukaan laut (Londiani di Kenya) atau 2800 m (Cochabamba di Bolivia) juga beresiko terkena penyakit malaria.2

Penyakit ini adalah penyebab utama terjadinya kematian dibanyak negara berkembang terutama pada anak-anak dan ibu-ibu hamil sebagai kelompok utama muda terinfeksi. Setiap tahun diperkirakan orang terkena malaria 3,5 juta orang dan anak yang meninggal karena malaria setiap tahun diperkirakan 20.000 (25 persen dari kematian tersebut adalah anak di bawah usia lima tahun). Jika anak terkena malaria berat dapat mengakibatkan kejang sehingga mengakibatkan disfungsi otak dalam jangka panjang.3

(20)

didiagnosis pada penduduk AS yang diperoleh selama perjalanan ke negara lain. Sekitar 1.200 kasus malaria yang didiagnosis di Amerika Serikat setiap tahun.4

Data kasus malaria yang terdapat di Thailand mulai tahun 2000-2008 sebagai berikut: tahun 2000 sebanyak 91.703 orang, tahun 2001 sebanyak 67.749 orang, tahun 2002 sebanyak 47.948 orang, tahun 2003 sebanyak 38.902 orang, tahun 2004 sebanyak 30.482 orang, tahun 2005 sebanyak 27.381 orang, tahun 2006 sebanyak 30.338 orang, tahun 2007 sebanyak 35.587 orang, tahun 2008 sebanyak 26.064 orang.5

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41% populasi dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun 300-500 juta penderita mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7 juta diantarnya mati karena malaria, dari seluruh yang meninggal 80% diantaranya adalah anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun di wilayah sub sahara Afrika.3,31

(21)

kabupaten/kota yang endemik tahun 2004 sebanyak 424 dari 579 kabupaten/kota, dengan perkiraan persentase penduduk yang beresiko penularan sebanyak 42,42%.7 Malaria menyebabkan 10-12 juta orang jatuh sakit setiap tahun dan membunuh lebih dari 30.000 orang Indonesia, 50 % penduduk yang beresiko terkena malaria adalah masyarakat perdesaan dan yang miskin. Penyebab penyakit tersebut adalah parasit yang dibawa oleh nyamuk. Daerah yang meliputi Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dianggap memiliki tingkat menengah penularan penyakit malaria. Jakarta dan Bali tingkat penularan malaria rendah.8

Menurut karakteristik umur prevalensi paling tinggi adalah pada umur 5-9 tahun (0,9%) dan paling rendah pada umur <1 tahun (0,3%). Prevalensi pada laki-laki sama dengan perempuan (0,6%). Prevalensi di perdesaan (0,8%) dua kali prevalensi di perkotaan (0,4%). Kelompok pendidikan tidak tamat SD (0,7%) dan tidak pernah sekolah (0,8%) merupakan dua kelompok yang paling tinggi prevalensinya dan kelompok tamat PT merupakan kelompok yang paling rendah prevalensinya (0,2%).11

Annual Parasit Incidence (API) nasional pada tahun 2009 adalah 1,85‰ dengan kisaran provinsi 0,02- 27,66‰. Angka ini jauh menurun dibandingkan API tahun 1990 yaitu 4,68‰. Dihubungkan dengan target pencapaian Millenium Devoloment Goals (MDGs), angka API 2009 sudah memenuhi target. Kasus malaria klinis tahun

(22)

Angka ini terus turun hingga 12,27‰ pada tahun 2009. Namun, pada tahun 2004-2009 pencapaian AMI masih belum memenuhi target, karena pada kurun waktu tersebut AMI berada di atas target yang telah ditentukan.9

Penyakit malaria tersebar di seluruh Indonesia dengan angka prevalensi yang beragam dan kasus malaria lebih banyak terdeteksi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan (NAD, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua Barat, dan Papua). Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, prevalensi malaria klinis nasional adalah 2,9% (rentang: 0,2% - 26,1%). Tiga provinsi dengan prevalensi malaria klinis tinggi adalah Papua Barat (26,1%), Papua (18,4%) dan NTT (12,0%).10 Prevalensi penyakit malaria satu bulan terakhir (Period Prevalence) pada Riskesda 2010 hasil wawancara Anggota Rumah Tangga (ART) adalah: 10,7%. Angka ini didapatkan dari kasus kesakitan yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan melalui konfirmasi pemeriksaan apusan darah malaria (0,6%), dan gejala klinis (10,2%). Lima provinsi dengan Kasus Baru Malaria tertinggi adalah Papua Barat (33,6%), Papua (29,2%), Gorontalo (28,6%), Nusa Tenggara Timur (28,2%), Sulawesi Utara (22,5%).11

(23)

Kepualuan Riau, jumlah kasus malaria klinis sebanyak 34.931 (26,11‰) dan kasus malaria positif sebanyak 3.708 (2,77‰) kasus dengan angka kesakitan 26,11‰.13 Berdasarkan laporan sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Sumatra Utara tahun 2008 malaria klinis menempati urutan ketiga jumlah kunjungan 30.673 (6,52%) setelah Influenza jumlah kunjungan 271.098 (57,63%) dan Diare jumlah kunjungan 94.261 (20,03%). Kabupaten yang merupakan daerah endemis penyakit malaria di Provinsi Sumatera Utara adalah Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Karo, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Nias dan Nias Selatan.14

Penyakit Malaria masih merupakan penyakit endemis di wilayah Kabupaten Asahan terutama pada Kecamatan yang berada pada daerah-daerah dataran rendah yang terletak di sepanjang pantai Timur Kabupaten Asahan yakni: Kecamatan Medang Deras, Air Putih, Talawi, Tanjung Tiram, Air Joman, Tanjung Balai dan Sei Kepayang, namun tiga tahun terakhir ini kelihatan ada pemekaran yang mengarah ke daerah dataran tinggi yaitu Kecamatan Bandar Pulau. Angka kesakitan ini cukup tinggi dan diatas angka rata – rata nasional Indonesia Sehat (IS) 2010 AMI sebesar 2‰, namun kewaspadaan terhadap penyakit ini perlu terus dilakukan mengingat kejadian berulang akan terjadi dengan kurun waktu lima tahunan.15

(24)

perindukan nyamuk, pemasangan kawat kasa, pemakaian kelambu, pemakain anti nyamuk mempengaruhi kejadian penyakit malaria.67,76

Kabupaten Labuhan batu merupakan salah satu daerah endemis malaria, hal ini disebabkan kondisi geografis kabupaten tersebut memiliki beberapa kecamatan berada dekat pantai selat malaka, dan dilalui sungai serta sebagian daerah gambut sehingga memungkinkan penyakit malaria dapat berkembang biak dengan baik. Data malaria di Kabupaten Labuhanbatu didapatkan AMI pada tahun 2005 (11,36‰), 2006 (13,41‰), 2007 (11,39‰), 2008 (3,65‰).16,17,18,19 Setelah Kabupaten Labuhanbatu Utara dimekarkan pada tahun 2008 dari Labuhanbatu dan didapat data AMI 2009 (20,69‰).20

Berdasarkan data Puskesmas Tanjung Leidong diperoleh data jumlah penderita malaria positif di Kecamatan Kualuh Leidong mengalami peningkatan 2005-2010. API tahun 2005 sebesar 1,38‰, tahun 2006 sebesar 0,95‰, tahun 2007 sebesar 30,95‰, tahun 2008 sebesar 1,95‰, tahun 2009 sebesar 2,03‰, dan tahun 2010 sebesar 19,36‰, dan penderita yang memiliki gejala klinis malaria (AMI) di Kecamatan Kualuh Leidong tahun 2005 sebesar 912 orang (32,23‰), tahun 2006 sebesar 1.455 orang (49,61‰), tahun 2007 sebesar 752 orang (25,13‰), tahun 2008 sebesar 1496 orang (45,56‰), tahun 2009 sebesar 1554 orang (50,94‰), dan tahun 2010 sebesar 3.024 orang (105,69‰).21

Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian tentang sosiodemografi, perilaku dan lingkungan terhadap kejadian penyakit pada anak malaria di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2011.

(25)

1.2. Rumusan Masalah

Tingginya kejadian penyakit malaria baik yang klinis maupun yang positif malaria di Kecamatan Kualuh Leidong tahun 2008-2010, maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis kejadian penyakit malaria dan belum diketahui pengaruh sosiodemografi, perilaku ibu, dan lingkungan terhadap kejadian penyakit malaria di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaaten Labuhanbatu Utara tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh sosiodemografi dan perilaku terhadap kejadian penyakit malaria di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi kejadian penyakit malaria pada anak berdasarkan umur, jenis kelamin.

b. Mengetahui pengaruh pendidikan dan perilaku ibu (pengetahuan, sikap, tindakan) terhadap kejadian penyakit malaria pada anak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2011.

(26)

nyamuk) terhadap kejadian penyakit malaria pada anak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2011.

d. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap kejadian malaria pada anak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang penting terhadap kejadian penyakit malaria.

1.4.2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Tanjung Leidong dalam program pencegahan dan pemberantasan malaria.

1.4.3. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara melalui Dinas Kesehatan Kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan malaria yang efektif dan efesien.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Pada awalnya malaria dianggap sebagai penyakit hukuman para dewa karena mewabah di sekitar kota Roma, ternyata penyakit tersebut terjadi di daerah rawa-rawa, penyakit ini dinamakan malaria (mal=buruk, area=udara).1,23 Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria betina (Anopheles sp) dan parasit tersebut berkembang biak dalam sel darah merah manusia.24

2.2. Etiologi

Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium, family Plasmodidae dan ordo Coccididae. Infeksi malaria sangat ditentukan oleh 4 jenis spesies Plasmodium:

a. Plasmodium falciparum (malaria tertiana maligna) penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria berat/malaria otak dan kematian.

b. Plasmodium vivax (malaria tertian benigna) penyebab malaria tertiana yang ringan.

c. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.

(28)

2.3. Gejala Klinis

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi oleh satu priode (priode laten) dimana sipenderita bebas sama sekali dari demam. Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah, sakit kepala, tidak nafsu makan, enek atau muntah.7,23,25 Defenisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukanya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini:

a. Malaria serebral (malaria otak).

b. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15%).

c. Gagal ginjal akut (urin < 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 1 ml/Kg BB/jam pada anak setelah dilakukan rehidirasi; dengan kreatinin darah > 3 mg%). d. Edema paru atau ARDS (Acute Respirasi Distres Sindrom).

e. Hipoglikemi: gula darah < 40 mg%.

f. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik < 70 mmHg (pada anak: tekanan nadi = 20 mmHg), disertai keringat dingin.

g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

h. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia. i. Asiddemia (pH: < 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L).

(29)

2.3.1. Demam

Penderita malaria akan mengalami serangan demam pertama didahului oleh masa inkubasi yang bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling pendek pada P. falciparum dan paling panjang pada P. malariae. Masa inkubasi ini tergantung pula pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas penderita. Cara penularan juga mempengaruhi apakah secara alamiah atau bukan alamiah seperti penularan melalui transfusi darah dan masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah serta tingkat imunitas penerima darah.7,23,25

a. Stadium Dingin (Cold Stage)

Fase menggigil (15 menit sampai 1 jam), dimulai dengan menggigil, nadi cepat, tetapi lemah, bibir dan jari tangan membiru, kulit kering dan pucat, kadang disertai muntah (anak-anak dapat kejang).

b. Stadium Demam (Hot Stage)

Fase panas (puncak demam) berlangsung 2-6 jam, terjadi setelah perasaan dingin sekali yang berubah menjadi panas sekali, wajah menjadi merah, kulit kering dan panas seperti terbakar, sakit kepala semakin hebat, mual dan muntah, nadi cepat dan berdenyut keras, merasa haus sekali (suhu sampai 410 C).

c. Stadium Berkeringat (Sweating Stage)

(30)

Trias malaria secara keseluruhan dapat berlangsung 6-10 jam, sering terjadi pada infeksi P. vivax. Pada P. falciparum menggigil dapat berat atau tidak ada. Priode tidak panas berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam P. vivax dan ovale, 60 jam pada P.malraiae.7

Tabel 2.1. Inkubasi, Priode Prepaten, Priode Demam, dan Gejala Klinis Pada Plasmodium

Falciparum 11 12 (9-14) 24,36,48 Gejala gastrointestinal; hemolisis; anemia; ikterus, hemoglobinuria; syok; algid malaria; gejala serebral; edema paru; hipoglikemia; gagal ginjal; gangguan kehamilan; kelainan retina; kematian. Vivax 12,2 13 (12-17)

→12 bln 48 Anemia kronik: splenogali, ruptur limpa. Ovale 12 17 (16-18) 48 Sama seperti vivax

Malariae 32,7 28 (18-40) 72 Rekrudensi sampai 50 tahun, splenomegali menetap, limpa jarang ruptur, sindrom nefrotik.

Sumber : Malaria dari Molekuler ke Klinis.

Gejala infeksi terjadi setelah serangan pertama disebut relaps, dan sifatnya sebagai berikut:

a. Rekuredensi (short term relaps) terjadi karena infeksi yang disebabkan stadium

masih hidup, biasanya terjadi 8 minggu setelah serangan pertama.

b. Rekurens (long term relaps) terjadi karena infeksi yang ditimbulkan oleh stadium

(31)

2.3.2. Pembesaran Limpa (Splenomegali)

Pembesaran limpa sering dijumpai pada penderita malaria. Limpa akan teraba tiga hari setelah serangan infeksi akut. Limpa menjadi bengkak, nyeri, dan hiperemis. Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Dijumpainya riwayat demam dengan anemia, splenomegali merupakan petunjuk untuk diagnosis infeksi malaria khususnya didaerah endemis.23 Perubahan pada limpa disebabkan oleh kongesti. Kemudian limpa berubah bewarna hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid.1

2.3.3. Anemia

Pada malaria terdapat anemia yang derajatnya tergantung pada spesies penyebab malaria. Anemia terutama tampak jelas pada Malaria falciparum dan malaria kronis dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat. Anemia bersifat hemolitik, normokrom, dan normositik. Pada serangan akut, kadar Hb turun secara mendadak. Faktor penyebab anemia diantaranyan karena:

a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa (faktor autoimun memegang peranan).

b. Reduced survival time, karena eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup.

(32)

2.4. Patologi

Terdapat tiga stadium parasit yang berpotensi invasif, sporozoit, merozoit, dan ookinete. Sporozoit malaria dilepaskan kedalam darah manusia melalui gigitan nyamuk terinfeksi, biasanya kurang dari 1.000 sporozoit. Sporozoit beredar dalam sirkulasi dalam waktu yang sangat singkat. Sebagian mencapai hati, sebagian lain disaring keluar.

Dalam beberapa menit kemudian sporozoit yang mencapai hati akan melekat dan menyerang sel hati melalui pengikatan reseptor hepatosit untuk protein trombospodin dan serum properdin. Sebagian sporozoit dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian besar masuk sel parenkim hati dan memperbanyak diri secara aseksual (proses skizogoni eksoeritrositer), dapat menjadi sebanyak 30.000 merozoit. Dalam 40-48

jam merozoit dapat ditemukan dalam sel hati (fase praeritrositik/eksoeritrositer). Tiga hari kemudian bentuk intrahepatik ini dapat atau tidak berdifrensiasi kedalam bentuk skizon atau hipnozoit tergantung pada spesies plasmodium, hal ini akan menyebabkan relaps, atau tidaknya infeksi malaria.

Setelah 6-16 hari terinfeksi, sel hati yang mengandung skizon jaringan pecah dan merozoit yang masuk sirkulasi darah mengalami proses skizogoni eritrositer (fase intraeritrositer). Pada infeksi P.falciparum dan P.malariae, skizon jaringan pecah

(33)

Didalam sel darah merah (fase eritrositik/intraeritrositer) parasit akan berkembang biak sehingga menimbulkan kerusakan sel darah merah dan mengalami lisis sehinga dapat menyebabkan anemia. Anemia yang terjadi menimbulkan anoksia (tidak terdapat oksigen) pada jaringan dan menimbulkan berbagai kelainan organ. Selain itu, demam yang tinggi juga akan semakin mengganggu sirkulasi darah yang menyebabkan statis pada otak serta penurunan sirkulasi pada ginjal, kongesti sentrilobular dan degenarasi hati.7 Gambaran patologis yang terpenting pada malaria falciparum berat adalah eritrosit yang mengandung parasit tua dipembuluh darah jaringan, terutama diotak.1

2.5. Daur Hidup Plasmodium

(34)

Gambar 2.1 Daur Hidup Malaria.28

2.5.1. Parasit Dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)

(35)

setelah beberapa waku (beberapa bulan sampai lima tahun) menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder.

Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan mulai menyerang eritrosit. Pada saat merozoit masuk, selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Setelah dua atau tiga generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit tumbuh menjadi stadium seksual. Proses ini disebut gametogoni (gametositogenesis). Stadium tumbuh tetapi inti tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda pada berbagai spesies: pada P. falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang, pada spesies lain bentuknya bulat.23

2.5.2. Parasit Dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif)

Bila Anopheles mengisap darah hospes manusia yang mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicernakan bersama eritrosit, tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4-8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, begerak-gerak sebentar kemudian melepaskan diri. Flagel atau gamet jantan disebut mikrogamet dan makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk

(36)

lambung melalui sel epitel kepermukaan luar lambung dan menjadi bentuk bulat, disebut ookista. Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur. Nyamuk sekarang menjadi infektif. Bila nyamuk mengisap darah setelah menusuk kulit manusia, sporozoit masuk kedalam luka tusuk dan mencapai aliran darah. Sporogoni yang dimulai dari pematangan gametosit sampai menjadi sporozoit yang infektif berlangsung 8-35 hari, bergantung suhu lingkungan dan spesies parasit.23

2.6.Cara Penularan Penyakit Malaria

Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk Anopheles betina, ternyata sebenarnya di dunia terdapat 2000 spesies Anopheles dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis Anopheles dan 24 spesies diantaranya telah terbukti sebagai penular malaria.29 Malaria dapat ditularkan melalui dua cara, yaitu:

2.6.1. Penularan Secara Alamiah (Natural Infection)

(37)

2.6.2. Penularan Bukan Alamiah

a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta, penularan melalui tali pusat.

b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak seteril. Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.

c. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallanasium), burung darah (Plasmodium relection), dan monyet (Plasmodium knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia. 1,7,29

2.7. Diagnosis

Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop dan metode lain tanpa mikroskop seperti RDT (Rapid antigen Detection Test) serta metode berdasarkan deteksi asam nukleat dapat

dibagi dalam dua golongan, yaitu: hibridisasi DNA atau RNA berlabel yang sensitivitas dapat ditingkatkan dengan PCR (Polymerase Chain Reaction).23 Pemeriksaan darah juga menujukan gambaran:

a. Hemoglobin, menurun ( Hb, normal: Pria 13,5-18,0 g/dl; Wanita 11,5-16,5 g/dl) b. Leukosit, normal atau menurun (leukusit normal 4.000-11.000/cm)

(38)

d. Aspartat amino transferase, meningkat (normal: 8-40 IU/l) e. Alanin amino transferase, meningkat (normal: 3-60 IU/l)

f. Bilirubin, meningkat (normal total: < 17 μmol, direct <5 μmo/l).30

2.8. Epidemiologi Penyakit Malaria

Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit atau masalah kesehatan masyarakat lainya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu , tempat, orang dan sebagainya.31

2.8.1 Distribusi Dan Frekuensi Penyakit Malaria

a. Orang

Penyakit ini adalah penyebab utama terjadinya kematian dibanyak negara berkembang terutama pada anak-anak dan ibu-ibu hamil sebagai kelompok utama muda terinfeksi. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41% populasi dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun 300-500 juta penderita mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7 juta diantarnya mati karena malaria.31

(39)

Jawa Tengah tahun 1999 API sebanyak 0,35‰, sebagian disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan P.vivax. Angka prevalensi malaria di Jawa Tengah terus menurun dari tahun ketahun, mulai dari 51% pada tahun 2003, menurun menjadi 15% dan berkurang lagi menjadi 7% pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT.33 Selama periode 2000-2005 situasi malaria di daerah luar Jawa dan Bali berdasarkan jumlah penderita klinis, sediaan darah (SD) yang diperiksa, SD positif dan jenis parasit (P. falciparum + Mix) relatif meningkat. Jumlah sediaan darah yang diperiksa tahun 2000 meningkat dari 404.714 menjadi 606.281 pada tahun 2005. Jumlah sediaan darah positif tahun 2000 sebesar 155.796 kasus meningkat menjadi 309.871 kasus pada tahun 2005. Begitu juga dengan jenis parasit P. falciparum dan Mix pada tahun 2000 sebesar 30.838 menjadi 145.031 padan tahun 2005.34

Infeksi malaria pada wanita hamil yang berkembang menjadi malaria berat, sering disertai kematian janin dalam rahim maupun kematian ibu. Kematian wanita hamil akibat malaria serebral diperkirakan 50% dan 20% wanita tidak hamil.34 Kejadian malaria ditemukan pada semua kelompok umur dan terendah pada bayi dengan angka kasus baru malaria 11,6‰, sedangkan kelompok umur lain hampir sama yaitu sekitar 21,4-23,9‰. Kasus baru malaria lebih banyak pada laki-laki (24,9‰), pada pendidikan tidak tamat SD (27,5‰), petani/nelayan/buruh (29,8‰) dan di perdesaan (29,8‰).13

b. Tempat

(40)

lintang utara dan 320 lintang selatan.1,35 Malaria tersebar disekitar 100 negara miskin di daerah tropis dan subtropis seperti India, Amerika Selatan (kecuali Cili), Afganistan, Srilangka, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja, China, Filipina, Amerika Tengah, Meksiko, dan Afrika.32

Nyamuk Anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, meskipun dapat pula hidup di daerah beriklim sedang. Namun, jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2000-2.500 meter diatas permukaan laut. Tempat perindukannya bervariasi, tergantung spesies, yaitu pada kawasan pantai, pedalaman, dan kaki gunung. Misalnya, Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus, suka hidup di air payau. Anopheles aconitus lebih suka pada sawah. Anopheles maculatus, senang air bersih di pegunungan.29

Hasil wawancara Anggota Rumah Tangga (ART) menunjukan bahwa kasus baru malaria dalam satu tahun terakhir (2009/2010) adalah: 22,9‰. Lima provinsi dengan kasus baru malaria tertinggi adalah Papua (261,5‰), Papua Barat (253,4‰), Nusa Tenggara Timur (117,5‰), Maluku Utara (103,2‰) dan Kepulauan Bangka Belitung (91,9‰).13

(41)

umumnya didaerah endemik mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang lain.

Penyakit Malaria kuartana dapat ditemukan di daerah tropik, tetapi frekuensinya cenderung rendah. Di daerah Afrika tetutama ditemukan dibagian Barat dan di Utara, sedangkan di Indonesia dilaporkan di Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (termasuk Timor Leste) dan Sumatera Selatan. P. ovale terutama terdapat di daerah tropik Afrika bagian Barat, Pasifik Barat dan di beberapa bagian lain didunia. Di Indonesia parasit ini terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan di Pulau Timor. P. falciparum ditemukan di daerah tropik, terutama di daerah Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini ditemukan di seluruh kepulauan.24 Kabupaten Kampar adalah endemis malaria, Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2002 sebesar 8,57‰, tahun 2003 sebesar 8,66‰, dan pada tahun 2004 sebesar 6,18‰ penduduk. Kampar Kiri Tengah merupakan wilayah dengan angka malaria AMI tertinggi di Kabupaten Kampar yaitu sebesar 79,19‰ pada tahun 2004.36

(42)

Vektor penyakit malaria adalah nyamuk anopheles yang di Indonesia banyak ragam. Vektor utama di Indonesia ada sekitar 12 spesies, tetapi yang penting hanya tujuh spesies. Misalnya, A.Sundaicus merupakan vektor utama bagi pulau Jawa dan Sumatera. A. hyrcanus, bagi rawa-rawa Kalimantan dan tempat lain. A.maculatus di Bali, Sulawesi, A. subpictus di Jawa dan Sumatera, A. aconitus di persawahan Jawa-Bali, A.leucosphirus di hutan Sumatera dan Kalimantan, serta A. Punctulatus di Maluku dan Irian. Sarang nyamuk Anopheles sangat bervariasi, ada yang di air tawar, air payau, dan ada pula yang bersarang di genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar, 37 yang terpenting diantaranya:

a. Di pantai laut : An. sundaicus b. Di sawah : An. aconitus c. Di sumber air : An.maculatus d. Di hutan : An. leucosphyrus e. Di rawa-rawa : An. hyrcanus38 a. Waktu

Nyamuk Anopheles betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau mulai senja sampai subuh. Jarak terbang nyamuk ini hanya sekitar 300-500 meter dari tempat perindukannya.24

(43)

asimptomatik atau tanpa demam tetapi minum obat anti malaria (0,6%) berdasarkan hasil wawancara.11

2.8.2. Determinan Penyakit Malaria

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya intereaksi antara “agen” atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai “pejamu” atau host, dan faktor lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab Penyakit.39

a. Host (Pejamu)

a.1. Manusia (Host Intermediate)

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada manusia adalah:

a.1.1. Ras atau suku bangsa

Di Afrika di mana prevalensi dari haemoglobin S (Hb S) cukup tinggi penduduknya ternyata lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit turunan/herediter yang disebut sickle cell anaemia, yaitu suatu kelainan di mana sel darah merah penderita berubah bentuknya mirip arit apabila terjadi penurunan oksigen udara. Penyelidikan terakhir menujukan bahwa Hb S menghambat perkembang biakan P. falciparum baik sewaktu invasi sel darah merah maupun sewaktu pertumbuhanya.

a.1.2. Kurangnya suatu enzim tertentu

(44)

a.1.3. Kekebalan/imunitas

Kekebalan terhadap malaria baru timbul sesudah masuknya parasit kedalam darah. Adapun sifat-sifat dari kekebalan malaria adalah sebagai berikut: darah mungkin mengandung parasit malaria, hanya aktif pada bentuk eritositer dari parasit, spesifik terhadap spesies tertentu (tidak ada cross immunity), menjadi kuat dengan adanya infeksi berulang-ulang, akan segera menurun dan kemudian menghilang setelah tidak ada lagi parasit dalam tubuh manusia, umumnya lebih efektif dan lebih cepat serta bertahan lebih lama pada P. vivax daripada P. falciparum.

a.1.4. Umur

Perbedaan golongan umur sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lainya.25

a.1.5. Jenis Kelamin

Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan wanita sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lainya.25

a.2. Nyamuk Anopheles (Host Defenitif)

Hanya nyamuk anopheles betina yang menghisap darah. Darah ini diperlukan untuk pertumbuhan telurnya.

(45)

Endofagik/lebih suka menggigit didalam rumah), objek yang digigit

(Antrofilik/lebih suka menggigit manusia, Zoofilik/lebih suka menggigit hewan).

a.2.ii. Faktor lain yang penting: umur nyamuk (longevity) yaitu semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor malaria, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit, frekuensi menggigit manusia, siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur.25

a.2.1. Bionomik Vektor

Bionomik vektor dari spesies tertentu hanya berlaku bagi spesies tersebut menurut tipe lingkungan yang sama, yang dimaksud lingkungan mencakup lingkungan fisik maupun lingkungan biologi. Lingkungan fisik dan lingkungan biologi akan mengatur keseimbangan populasi alam. Apabila pengaturan oleh lingkungan tidak terjadi, maka akan terjadi ledakan populasi.27

a.2.1.1. Tempat Perindukan (Breeding Place)

(46)

a.2.1.2. Tempat Istirahat (Resting Habit)

Seperti halnya tepat perkembang biakan vektor, maka tempat peristirahatan vektor juga secara langsung akan mempengaruhi terhadap kejadian malaria. Pada umumnya vektor malaria akan lebih senang beristirahat pada tempat yang teduh, lembab dan aman.40 Pada siang hari nyamuk akan mencari tepat istirahat dan berlindung dari panas matahari, tempat yang dicari adalah tempat yang teduh dengan kelembaban yang cukup dan biasanya terdapat dibawah tumbuh-tumbuhan dari pada dalam rumah.27

a.2.1.3. Jarak Terbang (Flight Range)

Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang

tergantung kepada arah angin.25 Nyamuk Anopheles spp, biasanya tidak ditemukan dalam jumlah besar lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Normalnya nyamuk betina menyebar lebih jauh dari jantan tapi angin dapat membawa nyamuk sejauh 30 Km dari perindukanya.37

a.2.1.4. Aktivitas Mencari Makan (Feeding Habit)

Ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi gigitan nyamuk pada

manusia (cattle barrier), apabila kandang hewan tersebut diletakan di luar rumah tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah.40

a.2.2. Tempat Berkembang Biak Nyamuk

(47)

dengan polusi tinggi sedangkan Anopheles tidak. Berdasarkan ukuran, lamanya air (genangan air tetap atau sementara) dan macam tempat air dibedakan beberapa tipe: a.2.2.1. Genangan air yang besar

Genangan air besar terdiri dari dari: Genangan air sementara atau tetap yang terdiri atas air tawar atau air payau (rawa-rawa, danau, kolam ikan, muara sungai, waduk, paya-paya, lagun, sawah). Air mengalir (mata air, anak sungai, terusan/kanal, sungai). Genangan air sementara alamiah (genangan air hujan, genangan air di tepi sungai, kubakan), dan genangan air buatan (parit-parit irigasi dari kanal, parit-parit irigasi dari sawah, parit-parit dan got buangan air limbah, bekas roda kendaraan atau tapak kaki, lubang bekas galian).

a.2.2.2. Genangan Air Kecil

Genangan air kecil terdiri dari: alamiah (lubang dipohon-pohon, lubang di batu, daun keladi atau semacamnya, lubang pada tonggak bambo atau tonggak besi), buatan manusia (tangki air, bak mandi, drum, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, barang-barang bekas (kaleng, ban, pecahan gelas, tempurung kelapa, sumur, jamban yang tidak terpakai).27

b. Agent

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae dan ordo Coccidiidae. Jenis parasit (plasmodium) sampai saat ini dikenal empat macam

(species) parasit malaria yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,

(48)

vertikal. Metode penularan lainya adalah melaui jarum suntik, yang terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui transfusi darah. Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati.41

c. Environtment (Lingkungan)

Beberapa faktor lingkungan merupakan sangat besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan perkembangan nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria, fakor-faktor tersebut antara lain:

c.1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik terbagi atas beberapa faktor yang membentuk ekosistem seperti topografi, suhu lingkungan, kondisi iklim yang berubah setiap musim. Iklim akan mempengaruhi kelembaban, suhu lingkungan, cahaya matahari, vegetasi. Peruntukan lahan akan mempengaruhi ekosistem menjadi ekosistem buatan seperti perkebunan, persawahan, pertambangan.

c.1.1. Suhu.

(49)

Sebaiknya di daerah yang beriklim agak dingin, P. vivax akan sangat menonjol karena parasit ini lebih tahan terhadap cuaca dingin.32

c.1.2. Angin

Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (fight range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin.25 Nyamuk Anopheles spp, biasanya tidak ditemukan dalam jumlah besar lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Normalnya nyamuk betina menyebar lebih jauh dari jantan tapi angin dapat membawa nyamuk sejauh 30 km dari perindukanya.37

c.1.3. Kelembaban udara (relative humidity)

Kelembaban udara rendah akan memperpendek umur nyamuk.42 Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dari nyamuk.25

c.1.4. Hujan

(50)

sedangkan setelah hujan beberapa minggu jumlah kasus malaria menanjak sampai mencapai puncaknya.25

c.1.5. Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh.42 Sebaliknya An. hyrcanus spp lebih menyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik ditempat yang teduh maupun ditempat yang terang.41

c.1.6. Arus air

An. barbirostris lebih suka aliran air tenang sedikit mengalir. Oleh sebab itu pada musim hujan, populasi nyamuk ini berkurang.42 An. minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan An. letifer ditempat airnya tergenang.25

c.2. Lingkungan Kimia

Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan. Sebagai contoh kadar garam (salinitas), ternyata An. sundaicus memilih kadar garam dalam air kondusif bagi pertumbuhan antara 12-18‰ dan tidak dapat berkembang pada kadar garam 40‰ ke atas, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. Sundaicus ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup di tempat yang asam/pH rendah.25 Menurut Rao, T.R di India ditemukan tempat perindukan Anopheles sundaicus dengan pH rata-rata 8,2.44

c.3. Lingkungan Biologi (flora dan fauna)

(51)

menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan mahluk hidup lain. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax spp), gambusia (Gambusia spp), nila (Oreochromis niloticus), mujair (Oreochromis

mossambica) dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut diletakan di luar rumah, tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah.25 Nyamuk Anopheles dapat berbiak dalam kolam-kolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air-air yang tergenang di pinggiran laut.31 Hampir semua larva nyamuk Anopheles dapat ditemukan di sekitar jenis tanaman air. Jenis tanaman air dikolam seperti Pistia stratoites, Hydrilla verticillata, Salvina natans, Azzola sp. dan Algae ditemukan larva

An. Sundaicus, An. ningerrimus, An. kochi, dan An. barbirostris.37,44

c.4. Lingkungan Sosial Budaya

(52)

Pembangunan yang semakin cepat dapat menimbulkan tempat perindukan nyamuk buatan manusia sendiri (man made breeding places). Pembangunan bendungan, penambangan timah dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah sebagai contoh kegiatan pembangunan yang sering menimbulkan perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk malaria.25

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Tahiland oleh Piyarat, ditemukan bahwa penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara kontinyu cendrung mempunyai resiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan menggunakan kelambu secara kontinyu.45 Menurut Yudihastuti, R (Romi 2001) lingkungan sosial budaya kadang-kadang lebih besar pengaruhnya terhadap penularan penyakit malaria. Faktor sosial meliputi pendidikan, pekerjaan, adat kebiasaan dan budaya setempat seperti kebiasaan berada di luar rumah, tidur dikebun, memungkinkan untuk kontak dengan malaria yang kebetulan bersifat eksopagik. Kebiasaan penduduk dalam hal pemakaian kelambu, pemakaian kawat kasa pada lobang angin sangat berpengaruh kontak manusia dengan nyamuk. Kondisi keamanan juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program pengendalian malaria.46

2.9. Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Malaria

2.9.1. Pencegahan Penyakit Malaria

A. Pencegahan Primer

(53)

faktor yang penting yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bertugas di daerah endemis. Pencegahan malaria dengan kemoprofilaksis serta pencegahan gigitan nyamuk, pengetahuan tentang upaya untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk.

Upaya yang paling efektif mencegah malaria adalah dengan menghindarkan gigitan nyamuk Anopheles, upaya tersebut berupa proteksi pribadi dengan menggunakan insektisida dan repllent. Jendela dan pintu rumah ditutup mulai sore hari dan sebaiknya dipasang kassa nyamuk pada kisi-kisi udara. Modifikasi lingkungan ditujukan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk, berupa perbaikan drainase sehingga mengurangi genangan air, menghilangkan tempat pembiakan nyamuk seperti kaleng, bak mandi, ban bekas, menghilangkan alang-alang atau semak belukar, perbaikan tepi sungai untuk memperlancar aliran air.7 Pada daerah yang penderitanya banyak, upaya untuk menghindari gigitan nyamuk sangat penting. Di pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, tambak ikan, maupun rawa, sangat dianjurkan memakai baju lengan panjang, celana panjang saat keluar rumah, terutama malam hari. Nyamuk ini suka menggigit pada malam hari. Menggunakan kelambu saat tidur, merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk. Penggunaan minyak anti nyamuk (mosquito repplent) juga dapat dipertimbangkan untuk mencegah gigitan nyamuk.42

(54)

sekurang-kurangnya seminggu sebelum berangkat, sampai empat minggu setelah orang yang bersangkutan meninggalkan daerah endemis malaria.47

B. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan sekrining kesehatan dan deteksi untuk menemukan patogenik setiap individu didalam populasi.31 Program pembrantasan malaria (menurut tujuannya) dikenal: pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala klinis malaria dan mencegah penyebarannya, pengobatan radikal diberikan untuk malaria relaps jangka panjang, dan pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis malaria secara teratur.48

B.1. Klorokuin

Indkasi:

1. Malaria akut: P. malaria dan P. falciparum yang masih sensitif dapat diterapi hanya dengan klorokuin. Untuk P. vivax dan P. ovale, sesudah terapi dengan klorokuin sebaiknya diikuti pengobatan dengan primakuin untuk pemberantasan bentuk intrahepatik parasit ini. Hari pertama 1 gram klorokuin difosfat per oral, diikuti 0,5 gram 6 jam kemudian. Hari kedua dan ketiga: 0,5 gram per hari.

2. Malaria pencegahan: klorokuin dapat digunakan untuk pencegahan malaria pada perempuan hamil dan inividu nonimun yang berada di daerah malaria falciparum yang masih peka atau resisten ringan terhadap klorokuin.

Dosis dan pengunaan:

(55)

mg, diikuti 300 mg 6-12 jam kemudian. Hari II dan hari III: 300 mg/hari. Anak: dosis total, 25 mg (base)/kg/BB, diberikan dalam waktu 3 hari. Hari I dosis awal 10 mg/kg BB, diikuti 5 mg/kg/BB, 6-12 jam kemudian. Hari II dan hari III: 5 mg/kgBB/hari.30

B. 2. Kinin (quinine)

Indikasi:

Kina dapat diberikan per oral terhadap malaria akut tanpa komplikasi yang sudah resisten klorokuin atau malaria falciparum yang sedah resisten terhadap banyak obat. Terapi parenteral dengan kina merupakan terapi pilihan (drug of choice) untuk Malaria falciparum yang berat.

Dosis dan penggunaan:

Malaria yang sensitif kina: dewasa dan perempuan hamil: Kinin sulfat 3 x 600 mg diberikan selama 7 hari. Anak: Kinin sulfat (garam) 10 mg/Kg/BB, tiga kali sehari selama 7 hari.

Malaria yang resisten terhadap banyak obat: dewasa: Kinin sulfat (garam) 3 x 600 mg, dikombinasikan dengan Tetrasiklin 4 x 250 mg, diberikan selama 7 hari. Perempuam hamil: Kinin sulfat (garam) 3 x 600 mg, diberikan selama 7 hari. Anak: Kinin sulfat (garam), 10 mg/Kg/BB tiga kali sehari selama 4 hari, diikuti kinin 15 mg/Kg/BB selama 4 hari.30

B.3. Primakuin

Indikasi:

(56)

Dosis dan pemberian:

1. Terapi radikal malaria vivax dan malaria ovale Dewasa:

b. Penderita dengan G6PD normal: Primakuin 15 mg (base) perhari selama 14 hari sesudah pemberian klorokuin.

c. Penderita dengan defisiensi G6PD: primakuin 45 mg (base) ditambah klorokuin 300 mg per minggu selama 8 minggu.

Anak: hanya untuk anak berumur diatas satu tahun. a. G6PD normal: 0,25 mg/Kg/BB/Hari selama 14 hari

b. G6PD defisiensi: 0,75 mg/Kg/BB ditambah klorokuin per minggu selama 8 minggu.

2. Terapi gametosidal

Dewasa: primakuin 45 mg (base) dosis tunggal. Anak: primakuin 0,5-0,75 mg (base)/Kg/BB, dosis tunggal.30

Pengobatan Artemesinin Combination Therapy (ACT) yang direkomendasikan WHO pada tahun 2006 ialah:

1. Kombinasi artemeter-lumefantrin

(57)

regimen yang diberikan selama 3 hari. Obat ini diberikan 0, 8, 24, 36, 48 dan 60 jam. Pada regimen 3 hari diberikan berdasarkan berat-badan. Berat badan 10-14,9 kg satu tablet, 15-24,9 kg dua tablet, 25-34,9 kg tiga tablet dan >35 kg empat tablet. Tablet diberikan dua kali sehari selama tiga hari.

2. Kombinasi artesunate + amodikuin

Kombinasi artesunat dan amodikuin dengan nama dagang Artesdiaquine atau Artesumoon telah diedarkan disemua propinsi yang terdapat resistensi tinggi (>25%) terhadap obat klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin. Dosis obat ini adalah artesunat 4 mg/kg/BB sekali sehari selama 3 hari dan amodikuin hari pertama dan hari kedua serta hari ketiga 10 mg/kg/BB.

3. Kombinasi artesunate + meflokuin

Regimen artesunat + meflokuin yang diberikan selama 3 hari telah menjadi terapi malaria yang paling disukai di Thailand selama hampir satu dekade. Kombiansi ini aman, ditoleransi baik dan sangat efektif. Dosis pada anak yaitu, 2 mg/kg/BB sekali sehari selama 5 hari untuk hari pertama diberi 2 dosis, dan meflokuin 15 mg meflokuin basa/kg/BB, dosis tunggal.

4. Kombinasi artesunate + sulfadoksin-pirimetamin.

Artesunat diberikan dengan dosis 4 mg/kg/BB sekali sehari selama 3 hari dan sulfadoksin-pirimetamin dengan dosis 25 mg/kg/BB sulfadoksin dan 1,25 mg/Kg/BB pirimetamin dosis tunggal pada hari pertama.7

C. Pencegahan Tersier

(58)

dan untuk mermberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai tingkat penyakit dan ketidakmampuanya.30 Dalam pencegahan tersier untuk mencegah agar individu atau masyarakat tidak jatuh sakit, diringankan gejala sakitnya dan ditingkatkan fungsi tubuh penderita setelah perawatan, serta penanganan akibat komplikasi dan rehablitasi mental/psikologis. Perwatan pasien yang akan meninggal bersifat paliatif.49, 50

2.9.2. Pemberantasan Penyakit Malaria

Peroses terjadinya penyakit (pathogenesis) di uraikan dalam 4 simpul, yaitu simpul 1 disebut sumber penyakit, simpul 2 merupakan komponen lingkungan, simpul 3 merupakan penduduk dengan berbagai variabel seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, dan jender serta simpul 4 adalah penduduk yang dalam keadaan sehat maupun sakit setelah mengalami intereaksi (exsposure) dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agen penyakit. Dalam hal ini prinsip manajemen berbasis lingkungan memegang peranan penting, terutama manajemen simpul 2 (media penularan/transmisi) dan simpul 3 (perilaku pemajanan). Disini lebih menekankan pemberantasan pada media transmisi plasmodium yaitu nyamuk Anophles. Upaya dilakukan untuk mencegah timbulnya habitat nyamuk, pemberantasan jentik maupun nyamuk dewasa, yang terkait pula dengan perilaku manusia dalam mengelolah lingkungannya.42

A. Mengurangi Pembawa Gametosit

(59)

dapat dicegah dengan mengobati penderita malaria akut, hal ini sebagai simpul 1 (sumber penular). Dengan pengobatan yang efektif diharapkan gametosit tidak sempat terbentuk dalam darah penderita.42

B. Membunuh jentik dan nyamuk dewasa

Untuk membunuh jentik dan nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikit:

a. Penyemprotan rumah. Sebaiknya, penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis malaria dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida yang sesuai, dua kali setahun, dengan interval waktu enam bulan.

b. Larvaciding. Merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa, yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

c. Biological control. Merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah (panchax-panchax) dan ikan wader cetul (Lebistus reticulatus) pada genangan-genangan air

yang mengalir maupun persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk anopheles pembawa malaria.

d. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

Tempat perindukan nyamuk ini bermacam-macam, tergantung jenis nyamuknya. Ada hidup dipantai, rawa-rawa, persawahan, empang, tambak ikan maupun air bersih dipegunungan. Perinsipnya sedapat mungkin meniadakan tempat perindukan nyamuk tersebut, dengan menjaga kebersihan lingkungan.

Gambar

Tabel 2.1. Inkubasi, Priode Prepaten, Priode Demam, dan Gejala Klinis Pada Plasmodium
Gambar 2.1 Daur Hidup Malaria.28
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Variabel, Defenisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur,           Kategori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pencegahan tersier.. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara

113 dari berbagai negara sedangkan di perairan Lampung memiliki potensi lobster yang cukup memadai, rendahnya kesadaran masyarakat khususnya pelaku tindak pidana

Atas persoalan inilah soal jati diri masyarakat Melayu menjadi taruhan apabila kita tidak lagi mendukung bahasa kita sendiri di tempat yang sepatutnya melalui beberapa rangkah

Teknologi sistem multimedia sendiri, pada awalnya berangkat dart kelas stand alone multimedia system, yaitu multimedia di kelas desktop atau PC, yang biasa

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi nilai kebisingan yang dihasilkan oleh mesin serbaguna saat dioperasikan dan menentukan kelayakan mesin serbaguna sebagai

pencerahan (kebebasan). Tetapi apabila emosi cinta kasih tersebut tidak menjadi landasan manusia maka seperti yang dikisahkan dalam Katha Upanisad seseorang akan

Pada tahap identifikasi resiko, terdapat 24 variabel yang menjadi objek resiko pada penelitian ini yang terdiri dari resiko eksternal (tidak dapat diprediksi) sebanyak

2. Sasaran dari pengelolaan lingkungan hidup adalah terjadinya keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya. Jika manusia menggunakan SDA yang ada secara berlebihan maka