• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Radio Komunitas Islam Baucau dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor- Leste)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Radio Komunitas Islam Baucau dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor- Leste)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH ISLAMIYAH DI WILAYAH KEUSKUPAN BAUCAU (TIMOR- LESTE)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Edy Mahmud NIM: 106051100004

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 26 Juni 2014

(5)

i Edy Mahmud

Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste)

Umat Islam secara keseluruhan bertanggung jawab dalam menyampaikan

Amar Ma’ruf dan mencegah Nahi Munkar. keberadaan sebuah media seperti

Radio yang berbasis Islam dirasa sangat penting sekali, karena apabila digunakan sebagai sarana yang mendukung kegiatan Dakwah tentunya akan sangat efektif. Karena pada kenyataannya Radio mengandung beberapa unsur seperti, daya langsung, daya tembus, dan daya tarik, yang mana tidak dimiliki oleh media massa lain. Sehingga dalam menggunakannya, Radio dapat dengan mudah menjangkau khalayak yang terpencil sekalipun, terutama mereka yang memiliki benda ini (Radio).

Kegiatan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh masyarakat Baucau di Timor-Leste memanfaatkan Radio Komunitas Islam sebagai media dakwah untuk menyiarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat diwilayah setempat. Dengan demikian, perumusan masalahnya adalah, Bagaimana peranan radio komunitas Islam dalam kegiatan dakwah Islamiyah di wilayah keuskupan baucau.? Kendala apa saja yang di hadapi oleh radio komunitas Islam dalam kegiatan dakwah Islamiyah di wilayah keuskupan baucau.? Apa harapan masyarakat terhadap peranan radio komunitas Islam dalam kegiatan dakwah Islamiyah diwilayah keuskupan baucau.?

Meurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio merupakan medium untuk bercerita yang pada permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk cerita, namun didalam bercerita itu diikuti dengan faktor lain yang membedakannya dengan surat kabar yaitu efek, suara, musik dan dialog.

Metode yang gunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik. Melainkan penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan direktur Radio, penyiar, atau lainnya yang memiliki hubungan dengan objek yang di teliti.

(6)

ii Asslamu’alaikum Wr. Wb.

segala puji hanya pantas disanjungkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W. karena beliaulah dunia yang dahulunya penuh kegelapan menjadi terang benderang dengan cahaya Al-Qur’an serta berbagai perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Alhamdulillah akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di

Wilayah Keuskupan Baucau”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar strata 1 (S1) di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penelitian, penyusunan, penulisan, dan sampai pada penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dalam kata pengantar ini penulis akan mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga ini kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, DR. H. Arief Subhan, M.A beserta para pembantu dekan yang tidak dapat penulis uraikan satu persatu.

(7)

iii

4. Bapak Gun Gun Heryanto, Msi. Sebagai penasehat akademik. Serta seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan curahan ilmu dan motivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.

5. Kepada kedua Orang tua penulis yang selalu mendoakan, memberikan dukungan baik moril maupun materil.

6. Seluruh anggota keluarga yang selama ini, memberikan berbagai suport yang tiada akhirnya

7. teman-teman seperkuliahan angkatan 2006 dan angkatan 2010.

8. Direktur Radio Komunitas Islam Baucau yang mana turut membantu penulis dalam melakukan wawancara.

9. Saudara Idris Antonio Waruda, saudara Bokilary Luis, dan saudari Fatima Freitas yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan Informasi.

10.Dan orang-orang yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata, mungkin masih banyak terdapat kekurangan pada karya ilmiah ini. Kritik yang membangun sangat penulis nanti demi perbaikan skripsi ini dan skripsi selanjutnya di masa mendatang.

Billahitaufigwalhidayah

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb Ciputat, 14 Juni 2014

(8)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian ... 14

1. Peranan ... 14

2. Radio ... 16

B. Jenis – Jenis Radio ... 17

1. Stasiun Penyiaran Publik / Pemerintah ... 18

2. Stasiun Penyiaran Komunitas ... 18

3. Stasiun Penyiaran Swasta ... 19

4. Stasiun Penyiaran Berlangganan ... 19

C. Sejarah Radio ... 19

D. Pengertian dan Unsur – Unsur Dakwah ... 21

1. Da’i ... 23

2. Mad’u ... 24

3. Metode ... 25

(9)

v

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ... 36

B. Visi dan Misi Radio Komunitas Islam Baucau ... 39

C. Struktur Radio Komunitas Islam Baucau ... 41

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Peran dan Fungsi Radio Komunitas Islam Baucau sebagai Media Dakwah ... 45

B. Kendala – kendala yang dihadapi oleh Radio Komunitas Islam dalam Kegiatan Dakwah ... 52

C. Harapan Umat Islam Terhadap Peranan Radio Komunitas Islam Baucau sebagai Media Dakwah ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran – saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(10)
(11)
[image:11.595.102.500.217.605.2]
(12)

1

A. Latar Belakang

Era Transformasi dan Informasi seperti saat ini, memungkinkan kita untuk mendapatkan segala sesuatu dengan mudah. Pesatnya pertumbuhan teknologi modern, menandakan bahwasannya kehidupan manusia semakin bertambah canggih dan telah memasuki peradaban baru. Salah satu bidang yang sangat pesat laju pertumbuhannya yakni dibidang komunikasi dan informasi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya media massa yang secara langsung memberitakan berbagai kejadian dari segala penjuru dunia.

Berbagai Informasi tentang kriminalitas, perdagangan gelap, penyelundupan manusia, pembajakan, penganiayaan, teror, pemerkosaan, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang hampir kita saksikan setiap saat melalui layar televisi. Bahkan persoalan-persoalan tersebut dapat kita jumpai secara langsung di dalam lingkungan tempat tingggal kita. Semua kejadian ini lahir karena masyarakat sudah tidak berpikir rasional, dan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan baik.

(13)

Padahal jika dipikirkan secara matang, teknologi dapat dimanfaatkan demi kelancaran berbagai kegiatan manusia, termasuk kegiatan Dakwah.

Perihal kemajuan teknologi modern, masyarakat diharapkan tidak perlu kaku dalam menghadapinya. Inilah yang disebut dengan perkembangan zaman. Sebagai umat Islam kita harus pandai dalam menyikapinya, dan semaksimal mungkin memanfaatkan perekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Karena sebagai makhluk yang berakal, manusia pasti mengetahui bagaimana cara mengelolah sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang lain yang lebih berguna.

Perkembangan teknologi masa kini, pada dasarnya bertujuan untuk mempermudah ruang gerak manusia. Persoalannya adalah bagaimana cara kita untuk beradaptasi dengannya. Dizaman yang serba canggih ini, tidak ada alasan manusia tidak bersentuhan dengan tekhnologi. Sadar ataupun tidak, kita telah terinfeksi oleh virus globalisasi. Maka dari itu, dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Dakwah, RB. Khatib Pahlawan Kayo menuturkan“Ledakan-ledakan Informasi dan kemajuan Tekhnologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja”.1 Media Massa cetak, dan terutama Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana Dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.2

Umat Islam di Leste adalah sebagian kecil dari populasi Timor-Leste yang berjumlah hampir satu Juta Jiwa dengan berbagai aliran kepercayaan dan suku bangsa yang tersebar di wilayah itu. Kepercayaan dengan penganut terbanyak adalah Kristen Katholik, yakni 81,39% (570.674 jiwa) berdasarkan

1

Drs.R.B. Khatib Pahlawan Kayo, manajemen Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2007).cet ke.1.h8

2Ibid,

(14)

Data penduduk tahun 1989.3 dan sebagian lainnya: Islam, Protestan, Budha, Hindu, dan Animis merupakan agama dengan jumlah penganut paling sedikit.

Menurut sumber dari sebuah badan resmi negara yakni, Cencistil (Centro Da Comunidade Islamica De Timor-Leste), berdasarkan data tahun 1995, jumlah muslim mencapai 31,579 jiwa. Namun kini masyarakat muslim di Timor-Leste hanya berjumlah 5,011 atau hanya 3% dari keseluruhan penduduk Timor-Leste yang mencapai 800,000 jiwa.4 Jumlah demikian memang sedikit sehingga menggolongkannya kedalam klas minoritas.

Pada tahun 1999, umat Islam Timor-Leste secara politik terpecah menjadi dua bagian. Yakni sebagian besar memutuskan untuk tetap bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kemudian mengungsi ke wilayah Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian yang lain memilih untuk tetap bertahan di Timor-Leste yang mayoritas berlokasi di kota Dili.

Masuk dan berkembangnya Islam di Timor-Leste tidak terpisahkan dari kedatangan pedagang-pedangang Arab dari Yaman dan Hadramaut ke wilayah Nusantara.5 Menurut beberapa catatan sejarah, para pedangang arab datang melalui selat Malaka, Aceh, pulau Jawa, terus kepulauan Maluku, kemudian ke Sorong, selanjutnya ke Morotai dan akhirnya ke Timor.6 Pada periode awal kedatangannya, umat Islam di Dili berjumlah sekitar 250 jiwa. Menjelang

33

Soemargono. K, profil propinsi Timor-Timur (Jakarta: Pamrakarsa,1992) cet ke.1, hlm 283

4

http://www.dewanDakwah.com/content/view/58/1/ diakses pada hari jum’at jam 5:48

5

H. Saifullah, SA. MA. Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) cet ke 1, hlm 251

6

(15)

Integrasi, jumlahnya membengkak menjadi sekitar 1000 orang.7 jumlah umat Islam di wilayah itu terus meningkat pasca Integrasi, sehingga dikabarkan Islam di Timor-Leste pernah mencapai puncaknya, dan baru mengalami kemunduran setelah referendum pada tahun 1999.

Untuk mebangkitkan kembali kejayaan Islam di masa lalu, adalah tugas besar bagi masyarakt muslim di Timor-Leste. Kepandaian dalam memanfaatkan tekhnologi modern terutama media massa, baik media cetak maupun elektronik, merupakan sebuah keniscayaan. secara umum Masyarakat setempat dapat mengikuti perkembangan zaman yang luar biasa cepatini. Terbukti dibidang informasi dan komunikasi khusunya media massa terutama radio, Timor-Leste kini telah memiliki Stasiun yang jumlahnya puluhan yang kesemuaan-nya tersebar diberbagai wilayah di negara itu. Keberadaan berbagai jenis media massa ini adalah sebagai respon masyarakat terhadap perkembangan zaman.

Kebutuhan masyarakat akan informasi kian hari sulit dibendung. Seolah-olah mendesak berbagai jenis media massa baru untuk terus tumbuh agar dapat memenuhi keinginan masyarakat tersebut. Desakan-desakan itu mengakibatkan lahirnya berbagai jenis media massa baru. Salah-satunya adalah Radio Komunitas Islam yang didirikan pada 21 September 2010 oleh umat Islam di Distrik Baucau. Sebagaimana media massa pada umumnya, tujuan utama Radio Komunitas Islam adalah menyampaikan informasi dan aspirasi masyarakat, terutama Dakwah kepada umat Islam di wilayah itu.

7

(16)

Kendatipun mayoritas penduduk di Distrik ini adalah penganut Kristen Katolik dengan jumlah terbanyak, namun ini bukanlah sebuah persoalan bagi umat Islam. dengan berbagai kekuragannya, mereka mencoba bangkit untuk menunjukan eksistensinya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sarana seperti Masjid dan Radio Komunitas Islam yang telah berdiri dan mengudara setiap saatnya. Namun demikian tetap saja masih banyak persoalan yang dihadapi. Hal yang seringkali menjadi kendala utama yang berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan Dakwah yaitu letak geografis.

Secara geografis, masyarakat muslim Timor-Leste terpisahkan oleh lembah dan pegunungan, sehingga dalam proses berDakwah seringkali para Da’i atau Mubaligh mengalami kesulitan. Selain tempat tinggal warga yang cukup berjarak, medannya pun dikelilingi oleh jurang yang terjal. Namun, dengan telah didirikannya stasiun Radio Komunitas Islam ini, diharapkan dapat membantu umat Islam terutama para Da’i dalam menyampaikan pesan Dakwah kepada masyarakat khususnya yang beragama Islam.

Untuk wilayah lembah dan pegunungan seperti di Timor-Leste, kehadiran media massa seperti radio komunitas Islam merupakan langkah yang sangat tepat untuk dijadikan sebagai sarana Dakwah. Karena sebagai media massa, Disamping dapat menyampaikan pesan-pesan dengan cepat, keunggulan radio sebagai media massa antara lain dapat menjangkau khalayak yang terpencil secara geografis.8

8

(17)

Berdasarkan berbagai persoalan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang,Peranan Radio Komunitas Islam Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste)”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada salah-satu tujuan utama dari Radio Komunitas Islam sebagai media Dakwah, maka tulisan ini dibatasi hanya pada program keagamaan (Dakwah) saja. Dengan demikian, untuk penulisan Skripsi ini lebih cenderung pada peran kegiatan Dakwah yang dilakukan oleh Radio Komunitas Islam dalam pengembangan Dakwah Islamiyah di wilayah Keuskupan Baucau/Timor-Leste. Dari pembatasan masalah tersebut, maka peneliti merumuskannya sebagai berikut. 1. Bagaimana peranan Radio Komunitas Islam dalam Kegiatan Dakwah

Islamiyah di wilayah keuskupan Baucau (Timor-Leste)?

2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Radio Komunitas Islam dalam kegiatan Dakwah Islamiyah diwilayah keuskupanBaucau (Timor-Leste)? 3. Bagaimana harapan masyarakat Baucau terhadap Peran Radio Komunitas

Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah keuskupan Baucau (Timor-Leste)?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(18)

a. Untuk mendapatkan Informasi tentang upaya apa saja yang dilakukan oleh Radio Komunitas Islam Dalam kegiatan Dakwah Islamiyah Di wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste)

b. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh Radio Komunitas Islam Dalam kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste)

c. Untuk mengetahui bagaimana harapan masyarakat terhadap Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di wilayah Keuskupan Baucau

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian iniadalah: a. Manfaat Akademis

Secara akademis, manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk melihat lebih jauh tentang Peranan Radio Komunitas Islam Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah di wilayah keuskupan Baucau (Timor-Leste).

b. Manfaat praktis

Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa:

(19)

2) Ingin menjelaskan kepada masyarakat luas bahwa keberadaan Islam di Timor-Leste khususnya di Distrik Baucau merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kepercayaan di Timor-Leste.

3) ingin menjelaskan kepada masyarakat lain di Timor-leste bahwa Islam adalah agama yang membawa kedamaian bagi seluruh umat manusia.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9 Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan bersifat analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.10

1. Subyek Dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Radio Komunitas Islam Baucau di Timor-Leste. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Baucau (Timor-Leste). Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai Nara Sumber adalah pengelola Radio Komunitas Islam Baucau dan orang-orang (penyiar) yang dapat memberikan Informasi tentang obyek penelitian.

9

Prof. DR. Lexy j.moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),h.4

10

(20)

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Distrik Baucau tempat dimana Radio Komunitas Islam didirikan. Tepatnya di jln Vilanova, Suco Lutu-mutu, Sub-Distrik Tirilolo, Sub-Distrik Baucau. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini hanya 1 bulan, yaitu pada bulan Desember 2013.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) tekhnik pengumpulan datanya dengan menggunakan cara: observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut akan dijelaskan mengenai tekhnik-tekhnik pengumpulan data yang peneliti gunakan.

a. Observasi

Observasi ini peneliti lakukan dengan meninjau dan mengamati secara langsung ke stasiun Radio Komunitas Islam Baucau untuk memperoleh data-data tentang kegiatan Dakwah yang dilakukan oleh stasiun radio Komunitas tersebut.

b. Wawancara

(21)

dilakukan oleh Radio Komunitas Islam tersebut. Sehingga dapat diketahui pesan-pesan yang disampaikan tepat sasaran atau sebaliknya. c. Dokumentasi

Kegiatan ini peneliti lakukan dengan mengumpulkan data-data berupa gambar, buku-buku, file/dokumen dan lain-lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yang kiranya dapat mendukung terlaksananya penelitian.

d. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data akan dilakukan setelah semua data terkumpul. Dan untuk menganalisis data dilakukan dengan cara mendiskripsikan semua data yang diperoleh, yaitu dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan secara langsung di lapangan dengan pengelolah Radio Komunitas Islam Baucau. Data tersebut dideskripsikan secara kongkrit dengan didukung oleh data-data yang diperoleh dari dokumen/arsip maupun sumber lain yang berkaitan dengan Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Baucau (Timor-Leste).

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi ) karya Hamid Nasuhi, dkk, yang diterbitkan oleh Ceqda, Jakarta, 2012/2013.

E. Tinjauan Pustaka

(22)

fakultas. Namun, berdasarkan tinjauan intensif yang peneliti lakukan, tidak satupun skripsi tentang radio Dakwah, yang sama persis atau mirip dengan judul yang penulis ajukan yaitu, Peranan Radio Komunitas Islam Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste). Pada perpustakaan utama dan fakultas, peneliti hanya menemukan beberapa skripsi tentang radio yang memang dikaitkan dengan Dakwah. Namun dilihat dari judulnya, terdapat perbedaan yang sangat mencolok.Untuk mengetahuinya dapat dilihat pada beberapa judul skripsi berikut ini.

1. Sukesi Wulandari (104051001880) : Format Acara Dakwah Pada Radio

“Studi Komparatif” Bens Radio 106.2 FM & OZ Radio 90.6 FM

2. Herdiawan (10405001863) : Radio ER-DAMMAH 107.7 FM Sebagai Media Dakwah Islam

3. Dwi Wahyuni Asriani (105051001850) : Strategi Positioning Radio Gema Annisa Sebagai Radio Dakwah

4. Rizka Prasti (106051001870) : Dakwah Melalui Media Radio (Analisis Program Cahaya Pagi Di Radio Al Alkassalam Sejahtera JAKARTA (Ras FM)

(23)

Dengan demikian, jelaslah bahwa judul proposal penelitian skripsi yang peneliti ajukan ini merupakan satu-satunya skripsi yang membahas tentang peranan radio komunitas Islam dalam pengembangan Dakwah Islam di Baucau Timor-Leste yang belum ada satupun Mahasiswa/i yang telah menelitinya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan ini, peneliti menguraikan beberapa hal tentang Sistematika penulisan yang terdiri dari Lima Bab, sebagai berikut.

BAB I. PENDAHULUAN, bab ini berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dansistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI, bab ini berbicara mengenai pengertian peranan, pengertian radio, jenis-jenis radio, sejarah radio, pengertian dan unsur-unsur Dakwah (Da’i,Mad’u, metode, media ) danradio sebagai media Dakwah.

BAB III. PROFILRADIO KOMUNITAS ISLAM BAUCAU, bab ini berisikan tentang, sejarah berdirinya Radio Kumunitas Islam Baucau, visi dan misi, serta struktur Radio Komunitas Islam Baucau

BAB IV.TEMUAN DATA DAN ANALISIS, pada bab ini menguraikan Peran Dan Fungsi Radio Komunitas Islam Baucau Sebagai Media Dakwah, Kendala-Kendala Yang di Hadapi Oleh Radio Komunitas Islam Dalam kegiatan Dakwah Islamiyah, dan harapan umat Islam terhadap peranan Radio Komunitas Islam Baucau sebagai media Dakwah.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

1. Peranan

Peran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.11 Manusia sebagai makhluk yang berkomunikasi, merupakan bagian dari struktur dan sistem didalam masyarakat. Setiap individu yang berada di dalamnya memiliki peran masing-masing. Hal ini terjadi karena setiap anggota masyarakat memiliki status sosial sekalipun berbeda satu dengan yang lainnya. Seseorang dapat dikatakan mempunyai peranan apabila orang tersebut menjalankan tugasnya sesuai dengan status yang dimilikinya. Sebab, statuslah yang menuntut sesorang untuk berperan didalam masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto “peran dapat dikatakan sebagai

perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”.12 Sedangkan N. Grass Masson dan A.W.M.C Eachan sebagaimana dikutip David Berry mendifinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut menurut David Berry bagian dari norma-norma sosial,

11

Departemmen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1990) cet ke, 4. hal-667

12

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar( Jakarta: Balai Pustaka, 1998) cet ke, 1. Hal 667

(26)

oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Artinya seseorang wajib melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat didalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan yang lainnya.13

Masyarakat terdiri dari individu yang kemudian bersatu didalam sebuah kelompok. Setiap anggota di dalamnya memiliki berbagai peranan sesuai dengan statusnya. Dengan peran dan status itu, diharapkan masyaraakat dapat berpartisipasi untuk membangun wilayahnya sendiri. Mengingat masyarakat terdiri dari manusia yang pada dasarnya memiliki rasa ketergantungan antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itulah, dengan peran masing-masing setiap individu maupun kelompok masyarakat dapat saling menutupi berbagai kekurangan dan dapat dengan mudah mengatasi setiap persoalan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwasannya peran tidak dapat dipisahkan dari status sosial seseorang, karena keduannya saling terikat satu sama lain sehingga dengan keterikatan itulah mendorong setiap individu untuk bertanggung jawab atas keberadaannya di tengah masyarakat. Berdasarkan penjelasan mengenai peran diatas, tampak jelaslah bahwa, peran merupakan bagian dari tugas pokok seseorang.

13

N. Grass Masson and A.W. Eachan, Eksploration Role Analysis, dalam David Berry,

(27)

2. Radio

Secara etimologi radio menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah “siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara”.14

Dalam kamus ilmiah popular karya Sutan Rajasa, radio merupakan pesawat pengirim/ penerima gelombang siaran.15 Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia-Melayu Riau, radio diartikan sebagai alat yang menggunakan siaran yang dapat didengar.16

Menurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio merupakan medium untuk bercerita yang dalam permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk cerita, namun didalam bercerita itu di ikuti dengan faktor lain yang membedakannya dengan surat kabar yaitu efek, suara, musik dan dialog.17 Namun, ada juga yang mengartikan Radio sebagai suatu sistem pengiriman dan penerimaan signal, pesan, pembicaraan, musik dan bunyi lain oleh gelombang elektronik tanpa menggunakan kabel. Begitu juga dalam illustrated work encyclopedia Radio adalah metode pengiriman bunyi atau suara dalam jarak jauh oleh gelombang elektronik tanpa menggunakan kabel.18

Sebagai salah Satu media elektronika, radio mempunyai sifat-sifat yang khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam

14

Ibid, kamus besar bahasa Indonesia..hal,719

15

Sutan Rajasa, kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama) hal, 517

16

H. Idrus Lubis, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, kamus

bahasa Indonesia Melayu Riau, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 318

17

Onong Uchana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosda Karya,

1992) cet ke-1, hal, 165

18

(28)

menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Lambang komunikasi radio bersifat auditif, terbatas kepada rangkaian suara/ bunyi yang hanya menerpa indera telinga. Karena radio tidak menuntuk khalayaknya untuk memiliki kemampuan untuk membaca, tidak menuntut kemampuan untuk melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar.19

Radio memang pada dasarnya hanya mengandalkan suara, namun kelebihan radio begitu banyak apabila dibandingkan dengan media massa lainnya. Salah satu kelebihannya adalah radio memiliki kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping memiliki sifat serampangan, radio juga terbilang cukup murah. Hal ini mengakibatkan hampir semua orang memiliki benda tersebut. Kelebihan lain dari radio adalah acaranya dapat dinikmati dalam berbagai suasana.20

Radio merupakan media massa paling luas di muka bumi. tidak ada sejengkal tanah dan permukaan laut pun yang tidak terjamah oleh signal elektromagnetik yang dipancarkan lebih dari 35.000 stasiun radio diseluruh dunia. Total jangkauan radio melebihi media televisi dan apalagi surat kabar atau media cetak.21

B. Jenis Jenis Stasiun Radio

Undang-undang penyiaran di Indonesia membagi jenis stasiun penyiaran ke dalam empat jenis. Keempat jenis stasiun penyiaran ini berlaku baik untuk

19

Moeryanto Ginting Munthe, Media Radio Komunikasi (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1996) cet-1, hal-12

20

Moeryanto Ginting Munthe……. hal-55

21

Asep Syamsul M. Romli, Broadcaster Journalism Panduan Menjadi Penyiar,

(29)

stasiun penyiaran televisi maupun radio. Keempat jenis stasiun penyiaran itu adalah:22

1. Stasiun penyiaran publik/ pemerintah

Radio publik/ pemerintah merupakan radio yang dimilki atau dikuasai secara tegas oleh pemerintah dan pengelolaannya diserahkan kepada salah satu departemen oleh pemerintah. Misalnya pemerintah Indonesia menempatkan RRI kepada Departemen Penerangan.23 Stasiun penyiaran publik/ pemerintah ini lebih cendrung mengutamakan kepentingan Nasional dari pada kepentingan instansi/ golongan tertentu, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara perorangan sebagaimana media massa swasta. Dan stasiun penyiaran publik juga bersifat non komersial atau tidak mencari keuntungan.

2. Stasiun Penyiaran Komunitas

Lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia (berdasarkan lisensi pemerintah), didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Sedangkan menurut Frazer & Estrada, terdapat perbedaan antara lembaga penyiaran publik, komersial dan komunitas. Lembaga penyiaran publik dan komersial termasuk kategori memperlakukan pendengarnya sebagai objek, sedangkan radio

22

Morisson, M.A. Media Penyiaran (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005). Cet ke-1, h.75

23

http://agangbebs10.blogspot.com/2013/05/macam-macam-radio-di-indonesia.html

(30)

komunitas memperlakukan pendengarnya sebagai subjek dan pesertanya terlibat dalam penyelenggaraannya (Frazer & Estrada, Unesco, 2001: 29).24

3. Stasiun Penyiaran Swasta/ Komersial

Stasiun penyiaran swasta harus berbentuk badan hukum Indonesia14 (dengan lisensi pemerintah), dan memiliki bidang usaha menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Sumber pembiayaan stasiun penyiaran swasta berasal dari iklan dan usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.25

4. Stasiun Penyiaran Berlangganan

Sama hal-nya dengan stasiun penyiaran swasta/ komersial, stasiun berlangganan juga harus berbentuk badan hukum Indonesia (harus mendapat lisensi atau izin dari pemerintah). Bidang usaha stasiun ini hanya sebatas menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan yang memancar-luaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multimedia, atau media informasi lainnnya.26

C. Sejarah Radio

Penemuan tekhnologi dalam bidang komunikasi dan penyiaran berawal dari ditemukannya radio oleh para ahli tekhnik dari Eropa dan Amerika.27 Berkat ketekunan tiga cendekiawan muda, diantaranya seorang ahli teori alam

24

ATIE RACHMAWATIE, M.Si. Radio Komunitas, Skalasi Demokratisasi Komunikasi

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) cet, ke-1, hal-42

25

Morisson,M.A, ……hal-75

2626Ibid

, Morisson,M.A, hal-76

27Ibid

(31)

berkebangsaan Inggris yakni James Maxwell yang mendapat julukan scientific father of Wireless berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnestis pada tahun 1865 ketika ia berusia 29 tahun.28

Pada tahun 1901, seorang Italy bernama Gueglielmo Marconi (1873-1937) sukses mengirimkan sinyal morse berupa titik dan garis dari sebuah pemancar kepada alat penerima. Sinyal yang dikirimkan Marconi itu, berhasil menyeberangi Samudra Atlantik dengan menggunakan gelombang elektromagnetik yang tidak tampak oleh mata dan bergerak lewat udara dengan kecepatan suara.

Pada masa-masa awal kemunculannya, perhatian terhadap radio hanya sebatas teknologi transmisi dan tidak dimanfaatkan seperti pada saat ini. Kehadiran radio pada saat itu lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintah untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita. Sedangkan dikalangan penguasa, radio lebih banyak digunakan untuk kepentingan ideologi dan politik.

Peran radio dalam menyampaikan pesan mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Radio menjadi medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat sehingga semua orang mulai melirik media ini.29

Pesawat radio yang pertama kali diciptakan, memiliki bentuk yang besar dan tidak menarik serta sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari

28

Denis Mc Quail, Teory Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1984), edisi ke-2, hal-15

29

(32)

baterai yang berukuran besar. Menggunakan pesawat radio ketika itu, membutuhkan kesabaran dan pengetahuan elektronik yang memadai.30

D. Pengertian Dan Unsur-Unsur Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “da’wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a,

Yad’u, Da’watan).31

Menurut terminologi atau istilah, ada beraneka ragam pengertian Dakwah yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Syekh Ali Mahfuz, Dakwah berarti, mendorong manusia atas kebaikan, petunjuk dan menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran guna mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.32

Dakwah menurut ajaran Islam merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan, terutama untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam dan mengantarkan mereka dari suatu tempat, atau kondisi tertentu ke tempat lain yang lebih baik. Dalam berDakwah, seorang Da’i harus berusaha semaksimal mungkin

untuk menyadarkan Mad’unya yang telah keluar dari ajaran/ aqidah Islam,

maupun yang sedang terpengaruh oleh ajaran (suatu aliran) yang mengakibatkan ketidak jelasan terhadap arah dan tujuan hidup seseorang.

Dakwah tidak hanya sebatas menyeru kepada umat Islam saja. Tetapi, juga bertujuan untuk mengajak manusia yang belum memeluk Islam agar memeluk

30

Ibid

31

Wahidin Saputra, M.A. Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011) cet ke-1, hal-1

32

(33)

dan memahami ajaran agama Islam sehingga senantiasa berperilaku sesuai dengan apa yan diajarkan. Sedangkan bagi yang telah memeluk Islam, Dakwah bertujuan untuk membentuk sikap atau pribadi yang berkualitas dan meningkatkan Iman, Islam, dan Ikhsan.

Berdakwah merupakan sebuah perjuangan dijalan Allah, karena Dakwah adalah pekerjaan mulia. Ia merupakn perintah yang langsung dari Allah,

sebagaimana tersurat dalam Alqur’an:











































Artinya: “Hendaklah kamu tergolong umat yang mengajak kepada kebaikan, menyeru mengerjakan yang ma’ruf (yang baik-baik) dan mencegah membuat yang mungkar (yang jahat). Mereka itulah orang-orang yang

menang” (Ali Imran : 104.

Di zaman modern seperti saat ini, masyarakat mudah terpengaruh oleh budaya asing yang mengakibatkan terjadinya pergeseran terhadap aqidah Islam yang sudah melekat dan merupakan warisan dari para ulama terdahulu. Banyak orang yang mengetahui, namun mereka sengaja melanggar dan mengabaikan perintah tersebut. perkembangan zaman yang serba canggih ini membuat hampir semua orang gelap mata, dan menelan mentah-mentah modernisasi tanpa mencernanya terlebih dahulu.

Menyikapi hal ini, Khatib Pahlawan Kayo mengatakan “dalam kegiatan

(34)

telah menimbulkan kerawanan moral dan etika. Ditambahkannya lagi, kerawanan moral dan etika itu muncul karena kemaksiatan yang disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir, sehingga mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti perjuadian, minuman keras, kriminalitas,

pornografi-pornoaksi, dan sebagainya”.33

Berdasarkan hal ini, pengambilan langkah atau upaya yang tepat adalah dengan mengerahkan seluruh daya dan upaya yang dimilki oleh umat Islam agar tidak terjebab kedalam jurang kenistaan. Sedangkan dalam menegakan Amar

Ma’ruf dan Nahi Munkar ini, ada beberapa hal yang memang sangat penting

peranannya, yaitu: 1. Da’i

Dalam ajaran Islam, menyampaikan yang baik kepada muslim yang lain adalah suatu kewajiban. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa mengatakan kebenaran adalah tugas setiap umat Islam dengan ketentuan berdasarkan kemampuan yang dimilkinya. Sedangkan ada yang mengatakan

bahwa orang yang bertugas dalam menyampaikan Amar Ma’ruf haruslah ahli

dalam bidang tersebut dan mereka disebut Da’i/ Mubaligh.

Sedangkan menurut M. Natsir, pembawa Dakwah (petugas Dakwah) ialah orang yang memperigatkan atau memanggil supaya memilih yakni memilih jalan dengan membawa keuntungan.34 Singkatnya, seorang Da’i bertugas untuk mengubah perilaku seseorang dari yang jelek menjadi baik.

33

Drs.R.B. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2007).cet ke.1 .hal, 7-8

34

(35)

Kemampuan seorang Da’i bisa diukur dari mana kala ia berhasil dalam

tugasnya, karena tidak semua Da’i itu berhasil. Hal ini dikarenakan oleh

beraneka ragamnya perilaku dan pola pikir (Mad’u) yang sulit untuk

dipengaruhi karena telah terkontaminasi dengan pemahaman yang sudah menyatu, yaitu menyimpang dan bahkan sesat. Namun tidak menutup kemungkinan akan berubah, karena segala usaha tiada yang sia-sia.

2. Mad’u (sasaran/ objek Dakwah)

Dalam proses menyampaikan materi Dakwah, terdapat sebuah unsur dan merupakan objek utama yang sering disebut dengan istilah Mad’u. Mad’u

adalah orang yang menerima materi/ pesan dari Da’i dan kemudian

melakukan apa yang disampaikan tersebut. Orang-orang yang menjadi Mad’u adalah mereka yang dianggap kurang pemahamannya tentang ajaran agama Islam dan cendrung menjadi sasaran empuk dari golongan tertentu.

Mad’u bisa berupa individu, bisa juga orang banyak (khalayak/

hadirin) tergantung situasi dan tempat. Apabila ada Da’i yang memilih

menyampaikan materi kepada Mad’u secara khusus, kemungkinan objek

Dakwah tersebut memang perlu untuk dididik secara khusus. Misalnya,

kelakuan yang bersangkutan (Mad’u) sudah melampaui batas-batas

kemanusiaan dan perlu disadarkan secara pribadi, atau memang dimintai oleh pihak keluarga dan sebagainya.

(36)

merupakan tugas dari para Da’i sesuai dengan perintah Allah dalam Al

-Qur’an, surat An-Nahal ayat 125 yaitu:



















































Artinya: Serulah (oleh engkau) kepada jalan tuhan engkau dengan jalan bijaksana dan dengan pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula

3. Metode

Istilah metode dalam kamus ilmiah popular, karya Sutan Rajasa

adalah tata cara yang disusun secara pasti, mapan sistematis dan logis sebagai landasan untuk suatu kegiatan tertentu.35 Sedangkan Drs. Abdul Kadir Munsyi mengatakan “metode artinya cara untuk menyampaikan sesuatu. Yang dimaksud metode Dakwah ialah cara yang dipakai atau digunakan untuk memberikan Dakwah. Metode ini penting untuk mengantarkan kepada tujuan yang akan dicapai”.36

Dari difinisi tentang metode diatas, dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan Dakwah, seorang Da’i sekalipun yang tersohor apabila tidak memiliki metode tertentu, maka akan mendapat kendala dalam menjalankan tugas sebagai penerus risallah Nabi Muhammad SAW. Pentingnya sebuah metode dalam Dakwah adalah agar seorang Da’i mudah menyampaikan

35

Sutan Rajasa, kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama) hal-390

36

(37)

materi, dan Mad’u dapat dengan mudah menerima materi tersebut dan

memahami maksud dan tujuan dari apa yang disampaikan oleh sang Da’i. Kesalahan dalam menggunakan metode Dakwah akan berimbas pada tidak tercapainya pesan Dakwah kepada komunikan/ atau sasaran Dakwah.

sebagai contoh, misalnya sorang Da’i hendak menDakwahi pengamen

jalanan yang masih belia. diharapkan sang Da’i menggunakan metode/ pendekatan tidak selain musikal. Karena, berdasarkan kenyataan bahwa kesamaan dalam profesi dapat mempererat suatu hubungan, sehingga

dengan mudah mengemukakan maksud. Disini, sang Da’i dituntut harus

bisa bernyanyi atau bermain gitar, minimal memainkan sebuat alat musik.

pada contoh kasus ini, sang Da’i mendakwahi obyek (pengamen) hanya

dengan menggunakan metode/ pendekatan musikal. Selain dari metode tersebut, kemungkinan bisa tercipta komunikasi yang kaku, atau bahkan tidak sama sekali. Dengan demikian, jelaslah bahwa apapun alasannya,

seorang Da’i patut memiliki metode/ cara yang tepat untuk melakukan

sesuatu kebaikan. 4. Media

Salah-satu aspek dalam pelaksanaan Dakwah yang tidak kalah penting peranannya adalah media. Tidak bisa dipungkiri, tanpa media, sangat tidak mungkin melakukan sesuatu. Sebagai contoh, manusia tidak dapat berbicara tanpa lidahnya. Disini lidah berperan sebagai media.

Dengan media seorang Da’i akan terhubungkan dengan Mad’unya dan

(38)

respon dari stimus yang diberikan, apabila ia salah dalam menggunakan media. Ketepatan dalam menggunakan media Dakwah akan memberikan dampak yang positif, dan mendapat respon yang positif pula dari obyek atau sasaran Dakwah (Mad’u).

Media secara etimologi, berasal dari bahasa Latin yaitu “median” yang berari alat perantara. Sedangkan kata media merupakan jamak dari pada kata median tersebut. Pengertian semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media Dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan Dakwah yang telah ditentukan. Media Dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.37

Kehadiran berbagai jenis media saat ini, terutama media massa elektronik sudah mengalami kemajuan dan dapat dikatakan sangat mendukung kegiatan Dakwah apabila dimanfaatkan sebaik mungkin.

Seorang Da’i akan dengan mudah menyampaikan materi Dakwah tanpa

harus membuang waktu untuk bertemu dengan Mad’u-nya. Dalam hal ini,

sang Da’i hanya tinggal memilih media yang cocok dengan karakteristik

Mad’u. Terutama Mad’’u yang sudah tidak asing lagi dengan berbagai jenis

media massa modern. Artinya, suksesnya Dakwah, tergantung pada

bagaimana Da’i menggunakan media tertentu untuk berkomunikasi dengan

Mad’unya.

37

(39)

E. Radio Sebagai Media Dakwah

Radio merupakan media komunikasi yang dipergunakan dalam mengirim siaran berita jarak jauh yang dapat di dengar oleh sekelompok orang yang mendengarnya melalui pemancar radio yang di inginkan. Dalam kegiataan Dakwah, radio memegang peranan penting dalam menyampaikan materi-materi Dakwah dalam bentuk pidato dan ceramah atau kuliah.38

Radio sebagai media massa, tidak hanya sekedar penyampai informasi tentang Ekonomi, Sosial, dan Politik. Namun radio juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan yang bermuatan keagamaan. Pada situasi seperti ini, radio berfungsi sebagai media Dakwah. Sebagai media Dakwah, komunikasi melalui radio harus tetap konsisten dan berada dalam sistem komunikasi Islam. Artinya, pesan-pesan yang disampaikan melalui radio harus tetap dalam konteks Islam sekalipun di kemas dalam bentuk siaran biasa. Radio dikatakan sebagai media Dakwah karena isi pesan yang disiarkan melalui stasiun radio tersebut mengandung unsur Dakwah.

Radio sebagai media Dakwah, dapat di jumpai ketika menjelang bulan suci Ramadhan. Pada bulan itu, semua stasiun cendrung menyiarkan hal-hal yang beraroma Islami, dan acara Dakwahnya biasa dimulai saat menjelang berbuka puasa dan setelah shalat subuh hingga selesai.

Dakwah melalui radio siaran adalah sebuah urutan metode dari salah satu kategori Dakwah yaitu Dakwah bil-lisan. Penyampaian materi Dakwah melalui radio siaran diera globalisasi ini merupakan sebuah tuntutan. Dalam penyampaian

38

http://fenditungkal.blogspot.com/2009/11/Dakwah-Islam-melalui-radio.html diakses

(40)

Dakwah, radio memiliki peranan yang sangat penting, karena pesawat radio dapat

menjangkau Mad’u-nya dalam jarak jauh dan luas. Kelebihan berDakwah melalui

radio terletak pada efektifitas dan efisiensinya dalam berdakwah.

Radio sebagai salah satu komponen Dakwah memiliki peranan dan kedudukan yang sama dengan komponen-komponen yang lain, seperti subyek dahwah, obyek Dakwah, materi Dakwah, dan metode Dakwah. apalagi dalam penentuan strategi Dakwah keberadaan radio sebagai media Dakwah, menjadi tampak jelas pentingnya.39

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran sebagai media Dakwah tersebut. Pertama, daya langsung. Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat. Selanjutya kita bisa melihat daya langsung radio dengan media cetak.

Suatu pesan Dakwah yang disampaikan melalui media cetak membutuhkan penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Sedangkan dalam radio siaran, pesan Dakwah sudah dapat dikoreksi dan di cetak kebenarannya, serta dapat langsung dibacakan, bahkan radio siaran dapat langsung menyiarkan suatu peristiwa yang tengah berlangsung melalui siaran reportase/ siaran pandangan mata.

Kedua, daya tembus. Faktor lain yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuatan kelima ialah daya tembus radio siaran, dalam arti kata tidak mengenal jarak dan rintangan. Gunung-gunung, lembah-lembah, padang pasir,

(41)

rawa-rawa, maupun lautan dapat di tembus oleh siaran radio. Kekuatan daya tembus inilah yang menyebabkan radio siaran memiliki peran penting.

Ketiga, daya tarik. Faktor lain yang menyebabkan radio mempunyai kekuatan ialah daya tarik yang dimilikinya. Daya tarik ini disebabkan oleh sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yakni: musik, kata-kata dan efek suara (sound effect).

Selain beberapa faktor tersebut, juga ada beberapa karakteristik radio yang harus diperhatikan ketika akan melaksanakan Dakwah melalui radio, diantaranya:

1. Auditori. Radio adalah “suara”, untuk didengar, karena itu isi siaran

bersifat “sepintas lalu” dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin

menoleh ke belakang sebagaimana membaca koran yang bisa kembali kepada tulisan yang sudah dibaca atau mengulang bacaan.

2. Transmisi. Proses penyebarluasannya melalui pemancar (transmisi). 3. Mengandung gangguan. Seperti timbul-tenggelam (fading) dan gangguan

teknis “ channel noise factor “.

(42)

5. Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media untuk mendengarkan musik.40

40

http://fandyiain.blogspot.com/2011/04/Dakwah-melalui-radio-komunitas_20.html

(43)

BAB III

PROFIL RADIO KOMUNITAS ISLAM BAUCAU

Baucau merupakan nama sebuah Distrik (Kabupaten) yang berada di Timor-Leste. Menurut kisah masyarakat setempat, nama Baucau berasal dari bahasa Makasae (bahasa daerah setempat), yaitu dari kata Baka dan U. Baka berati sapi, dan U berati satu. Jadi, Baucau juga berati seekor sapi. Pada masa penjajahan portugis, Baucau sempat berganti nama menjadi Vila Salazar, Hal ini sesuai dengan nama orang portugis pertama yang menginjakkan kakinya disana.

Setelah Timor Portugis (kala itu) menyatu dengan Indonesia, Vila Salazar diganti lagi dengan nama aslinya. Namun seiring bergulirnya waktu, Baca-u, mengalami pergesaran menjadi Baucau. Luas wilayah ini adalah 1.422.500 kilometer persegi dan terletak di pantai utara Timor-Leste. Secara geografis Baucau terletak antara 126 derajat 11 menit Bujur Timur dan 126 derajat 41 menit Bujur Timur dengan 8 derajat 25 menit Lintang Selatan dan 8 derajat 42 menit lintang selatan. Batas-batas administrasi wilayahnya adalah di sebelah utara berbatasan dengan Selat Wetar (Indonesia), di sebelah barat dengan Distrik Manatuto, dan sebelah selatan dengan Distrik Viqueque, dan sebelah Timur dengan Distrik Lautem.

Distrik Baucau memiliki letak yang strategis karena berada pada poros jalan Dili-Lautem dan Viqueque. Selain itu terdapat hotel dan pelabuhan laut yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung perkembangan perekonomian daerah. Di

(44)

distrik ini juga terdapat satu pelabuhan udara yang di masa mendatang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sipil.

Topografi wilayah distrik Baucau adalah berbukit-bukit dan merupakan bagian dari gugusan pegunungan yang memanjang di Pulau Timor. Dibagian tengah dan selatan terdapat gunung-gunung yang cukup tinggi seperti Gunung Matebian (lebih kurang 2.350 meter). Sedangkan Matebian Feto (lebih kurang 2.236 meter), dan Gunung Osoala (lebih kurang 1.555 meter).41

Dari segi klimatologi distrik baucau memiliki musim panas/ kering yang lebih panjang dari musim penghujan/ basah. Musim kering terjadi pada bulan Mei sampai dengan November dan musim penghujan mulai bulan Desember sampai dengan April. Temperatur rata-rata tahun adalah 26,9 derajat Celcius dengan suhu terendah terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi pada bulan Desember. Keadaan suhu bulanan sangat dipengaruhi oleh musim yang terjadi di Australia.

Dibidang agrikultur Baucau mempunyai pertanian yang paling maju di seluruh Timor-Leste. Selain makanan utama yaitu beras dan jagung, wilayah ini juga merupakan penghasil Kacang-kacangan, Kacang tanah, Ubi jalar, Ubi kayu, Kopra, Kemiri, dan lainnya.42 Sedangkan dibidang peternakan, sebagian besar sayarakatnya menggeluti usaha ternak seperti Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, dan lain-lainnya.43

41Fatima freitas, sebuah Deskripsi Singkat Tentang Baucau Dan Kondisi Masyarakatnya, via e-mail, 17 Juli 2014, pada 8:53 PM

42

Fatima freitas, sebuah Deskripsi Singkat Tentang Baucau Dan Kondisi Masyarakatnya, via e-mail, 17 Juli 2014, pada 8:53 PM

43

(45)

Sumber daya manusia Baucau terdiri dari berbagai suku dengan agama mayoritas Katholik Roma. Data penduduk tahun 1989 mencatat pemeluk Agama Katolik mencapai 81,39% (570.674 jiwa) dari keselurun penduduk.44 Oleh sebab itulah terdapat berbagai tempat peribadatan seperti gereja dengan jumlah yang tidak sedikit. Disana terdapat 91 tempat peribadatan masing-masing enam buah gereja, 42 kapel, dan 43 tempat peribadatan darurat (sederhana).45

Sebagimana manusia yang memiliki keyakinan terhadap suatu kepercayaan, sebagian masyarakat Baucau juga memiliki keyakinan terhadap Agama Islam. Sejarah masuknya Islam ke Pulau Timor hingga akhirnya sampai ke Baucau tidak luput dari sejarah kedatangan bangsa Arab di wilayah tersebut. Namun ada juga versi lain yang mengatakan bahwa keberadaan Islam khususnya di Baucau dibawakan oleh para nelayan dari makasar yang melakukan kegiatan menangkap ikan dan kemudian menetap di wilayah pinggir pantai Baucau.46

Populasi umat Islam Baucau terbilang sangat minim. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Radio Komunitas Islam Baucau menunjukan jumlah yang sangat memprihatinkan. Data umat Islam tahun 2011 versi Radio Komunitas Islam menunjukan bahwa umat Islam Baucau hanya berjumlah 437 Jiwa, dengan jumlah tempat peribadatan Tiga buah Masjid, dan Tiga buah Mushalah yang berada di seluruh wilayah Baucau.47

44

Fatima freitas, sebuah Deskripsi Singkat Tentang Baucau Dan Kondisi Masyarakatnya, via e-mail, 17 Juli 2014, pada 8:53 PM

45

Fatima freitas, sebuah Deskripsi Singkat Tentang Baucau Dan Kondisi Masyarakatnya, via e-mail, 17 Juli 2014, pada 8:53 PM

46

Fatima freitas, sebuah Deskripsi Singkat Tentang Baucau Dan Kondisi Masyarakatnya, via e-mail, 17 Juli 2014, pada 8:53 PM

47

(46)

Masyarakat baucau khususnya umat Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sepenuhnya tergantung pada kondisi alam (Cuaca dan Iklim) di wilayah tersebut. Misalnya pada musim kemarau, masyarakat agak kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Hal ini karena baucau merupakan wilayah bebatuan dan berada diatas ketinggian permukaan air laut. Selain itu, musim kemarau di hampir seluruh wilayah Timor cendrung lama dibandingkan musim penghujan yang hanya berkisar antara Tiga-Lima bulan.

Namun sebaliknya pada musim penghujan, air hujan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Air hujan yang ada, ditampung dalam sebuah wadah yang telah disiapkan, sedangkan untuk keperluan memasak tetap menggunakan air yang dibeli dari perusahaan air bersih. Adapun air besih yang di sediakan oleh pemerintah melalui pipa-pipa yang kemudian dialirkan kepada setiap perkampungan warga. Namun itu tidak berfungsi dengan baik. Kemandegan yang terjadi bisa melampaui dua hingga tiga hari. Maksimal masyarakat mendapat suplai air minum dari pipa air bersih yang disediakan dua kali dalam seminggu.48

Adapun untuk memenuhi kebutuhan Ekonomi, masyarakat muslim Baucau kebanyakan berkecimpung di bidang usaha dagang. Sebagaian lain yang berada di wilayah datar seperti di Baguia dan Quelicai menggeluti bidang usaha Tani yaitu sawah dan ternak yang meliputi Sapi, Kambing, Domba dan lainnya. sedangkan mereka yang memiliki pengetahuan lebih, mengisi tempat-tempat di instansi pemerintahan tertentu, dan sebagian lainnya berprofesi sebagai guru.

48

(47)

Pada bulan Ramadhan, masyarakat Muslim baucau sama seperti masyarakat Muslim yang berada di luar pulau Timor. Mereka menyambut bulan nan suci itu dengan berbagai kesibukan, baik dalam menjalankan kehidupan sehari-hari maupun dalam menjalankan ibadah di bulan itu. Walaupun mereka tidak paham persis, namun kebiasaan dibulan suci Ramadhan yang telah mereka lalui sebelumnya mengisyaratkan bahwa momentum Ramadhan adalah sesuatu yang lain. Ia bukanlah hal biasa yang dapat dilewatkan begitu saja. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kesibukan terutama para ibu dalam menyiapkan makanan untuk berbuka bagi para jamaah yang biasanya melakukan kegiatan ibadah sambil menuggu waktu berbuka di Masjid Al-Amal Baucau.

Sebagaimana masyarakat muslim yang berada di wilayah distrik, apalagi pelosok, Suasana Ramadhan di distrik baucau berjalan apa adanya. Sedangkan untuk kegiatan dakwahnya mengalami penigkatan. Rutinitas dakwah di masjid Al-Amal dimulai dari setelah waktu maghrib. Kegiatan rutinnya seperti pengajian bersama, tausiyah/ ceramah, dan membacakan Fadl Amal untuk para jamaah yang telah melakukan ibadah di situ. Intensitas dakwah di bulan suci Ramadhan ini bertambah, tatkala utusan para jamaah tabligh di datangkan dari Dili oleh Cencistil untuk membimbing para jamaah diwilayah itu hingga akhir Ramadhan.49

49

(48)

A. SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS

ISLAM BAUCAU

Radio Komunitas Islam Baucau merupakan satu-satunya stasiun radio komunitas yang di miliki oleh umat Islam di Timor-Leste. Sejak berdirinya, Radio Komunitas Islam Baucau terus menata diri agar mampu menyajikan

informasi-informasi khususnya tentang ke Islaman kepada Mad’u atau pendengarnya yang

berada di wilayah tersebut.

Sebelum Radio Komunitas Islam Baucau ini lahir, telah lebih dulu tumbuh sejumlah media massa baik cetak, maupun elektronik yang tersebar diseluruh Timor-Leste. Namun, media masa khususnya radio pada saat itu, dirasakan tidak memberi dampak positif bagi masyarakat khususnya umat Islam. Media massa yang ada lebih cendrung berorientasi kepada asas komersialis daripada melayani masyarakat sebagai mana mestinya. Selain itu, berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat tidak disoroti secara maksimal terutama persoalan-persoalanyang dihadapi oleh kaum minoritas.50

Ada beberapa faktor internal yang sekiranya menjadi indikator utama bagi lahirnya Radio Komunitas Islam Baucau yakni, sampai saat ini umat Islam masih memiliki berbagai kesulitan seperti dibidang pendidikan, agama, informasi, sosial, dan lainnya. Oleh karena itulah masyarakat membutuhkan sebuah media yang mampu memberitakan aspirasi masyarakat khususnya umat Islam secara total kepada publik mengenai situasi dan kondisi real yang dialami terutama oleh umat Islam. Selain membantu masyarakat memperjuangkan hak-haknya, media

50

Dalam wawancara, Syamsul bahri ribeiro, Direktur Radio Komunitas Islam Baucau

(49)

massa ini juga dapat digunakan untuk keperluan lain, terlebih dalam membantu agar terlaksananya kegiatan Dakwah Islam yang selama ini belum sepenuhnya berjalan dengan baik.51

Radio Komunitas Islam Baucau dirikan oleh: Bapak Syamsul Bahri Ribeiro, SH, dan lima rekan lainya H. Abidin Hariyanto, Mujariah SH, H. Faisal Saleh, M. Arfan Muslim Dan Taher Bachtiar. Bersatu dalam visi misi, mereka mendirikan sebuah stasiun radio untuk melayani kepentingan masyarakat khususnya umat Islam. Hingga, tepatnya pada 21 September 2010 didirikanlah stasiun radio dengan nama Radio Komunitas Islam Baucau di Distrik Baucau.

Pemilihan Distrik Baucau sebagai lokasi berdirinya stasiun ini, karena secara geografis Distrik ini berada ditengah-tengah empat Distrik lainya. Yakni, Manatuto, Viqueque, Lospalos dan Same yang berada di Timor bagian selatan. Sedangkan radius/ jangkauan radio ini meliputi beberapa kecamatan yakni: Vemasse, Venilale, Quelicai, Baguia, dan Laga. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa mayoritas penduduk Timor-Leste berada di daerah pedesaan yang rata-rata memilki tingkat pendidikan lebih rendah, dan keterbatasan dalam mengakses informasi, oleh karena minimnya media massa. Disisi lain karena umat Islamdi wilayah Distrik terutama baucaumasih jauh dari sentuhan Dakwah.

Radio Komunitas Islam Baucau berdiri berdasarkan surat izin penyiaran dengan nomor BC0001BC tahun keluaran 01 desember 2010 atas nama Bpk, Syamsu Bachri Ribeirl. Sejak didirikan, stasiun ini mengudara pada frekuensi 103.1 MHZ dengan radius 6 Km yang dapat menjangkau beberapa Desa

51

(50)

diwilayah sekitarnya.52 Pada awal berdirinya, kondisi Radio Komunitas Islam Baucau sangat memprihatingkan, karena minimnya berbagai sarana dan prasarana. hal yang paling mendasar dari kekurangan tersebut adalah beground para pendiri. Mereka bukanlah orang yang betul-betul berkecimpung di dunia media massa.

Namun berdasarkan pengalamanya salah seorang pendirinya yaitu bapak

Syamsul Bachri Ribeiro yang kurang lebih 10 Tahun bekerja di media massa, dan sebuah keyakinan yang beliu sampaikan berdasarkan sebuah hadits “ Man Jadda Wa Jada” yang artinya “siapa yang bersungguh-sunguh pasti bisa”, apalagi bertujuan Syiar Islam.

Sekalipun beliau sebagai pengagas berdirinya Radio Komunitas Islam Baucau ini, tidak pernah ada perasaan hanya miliknya dan rekan-rekan pendiri lainnya, akan tetapi milik umat Islam Timor-Leste. Karena lahirnya Radio Komunitas Islam Baucau untuk kepentingan misi Dakwah Islam di Timor-Leste.

Konsep mulia para pendiri ini diapresiasi ole umat Islam melalui CENCISTIL (Centro Comunidade Da Islamica De Timor-Leste) sebagai lembaga yang menaungi umat Islam di Timor-Leste, merekomendasikan kepada LSM, pengusaha dan individual untuk memberikan dukungan baik secara moril maupun materil agar proses pendirian stasiun radio ini dapat terlaksana.

B. Visi Dan Misi Radio Komunitas Islam Baucau

Sebagai media massa, Radio Komunitas Islam Baucau termemiliki visi tersendiri. dalam Visinya, Radio Komunitas Islam Baucau bermaksud untuk

52

(51)

menjadi sarana komunikasi yang mempunyai peranan dalam memberikan informasi timbal balik kepada masyarakat secara aktual, tidak memihak kepada golongan tertentu, serta bersifat independen dalam menyiarkan informasi agar tercipta masyarakat yang siap bersaing dalam arus global seiring dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi dewasa ini.

Dalam melayani masyarakat melalui informas, Radio Komunitas Islam Baucau memiliki misinya yaitu,

1. Menyuarakan aspirasi masyarakat 2. Menyampaikan Dakwah Islam .

3. Mewujudkan masyarakat Muslim Timor-Leste yang mandiri, demokratis dan berkeadilan sosial dengan menghormati hak asasi manusia.

Misi Radio Komunitas Islam Baucau ini berdasarkan kenyataan bahwa masyarakat Timor-Leste dalam menyuarakan aspirasinya hampir tidak disambut baik oleh pemerintah. Pemerintah terlalu sibuk dengan urusan lain sehingga lupa terhadap nasib rakyatnya. Istilah “suara rakyat adalah suara tuhan” bukan apa-apa lagi pemerintah. Dari berbagai pengalaman yang terjadi di lapangan, maka bapak

Syamsul Bachri Ribeiro dan rekan-rekannya merasa tersentuh untuk mendirikan sebuah media massa agar dapat membantu masyarakat Timor-Leste yang merasa haknya diabaikan.

(52)

sebagaimana radio yang berpedoman pada Al-Qur’an dan as-Sunah. Besarnya harapan terhadap keikut-sertaan dan peranan Radio Komunitas Islam Baucau dalam dakwah Islam diwilayah itu sangat dibutuhkan, karena kuatnya pengaruh sebuah media sangat besar kontribusinya terhadap suatu perubahan, apalagi media massa ini merupakan harapan satu-satunya umat Islam untuk merubah pola kehidupan masyarakat yang relatif tradisional.

C. Struktur Radio Komunitas Islam Baucau

Struktur Radio Komunitas Islam Baucau dibentuk berdasarkan kesepakatan dan tanggung jawab bersama. Dalam stuktur Radio Komunitas Islam Baucau, terdiri dari orang-orang yang merupakan penggagas atau yangterlibat dalam pengumpulan ide, penyatuan pandangan serta bersama-sama untuk mendirikan Radio Komunitas Islam Baucau tersebut. Diantaranya;

1. Direktur : Syamsul Bahri Ribeiro, SH 2. Sekretaris : H. Abidin Hariyanto 3. Wakil Sekretaris : Taher Bachtiar 4. Bendahara : H. Faisal Saleh 5. Program Manager : Mujariah Amaral, SH 6. Wakil program Manager : Muhammad Arifin Muslim53

Untuk mengetahui peranan dan tugas dari tiap-tiap pendiri, maka dapat disimak pada struktur kepengurusan disamping ini.

53

(53)

Bagan 3:1

STRUKTUR KEPENGURUSAN RADIO KOMUNITAS ISLAM BAUCAU

FINANSIAL I

PROGRAM MANAGER

REPORTER

DEWAN PENASEHAT

DIRECTUR

SEKRETARIS

EDITOR

TEKNISI PENYIAR

(54)

Nama-Nama yang tercantum dalam struktur Radio Komunitas Islam Baucau ini memiliki peran masing-masing. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut.

1. Dewan Penasehat Radio Komunitas Islam Baucau ( H. Ahmad Al-Katiri dan H. Ipolito Soares)

dalam proposal Radio Komunitas Islam Baucau yang di tuangkan dalam AD-ART dijelaskan bahwa badan penasehat radio terdiri dari para alim ulama serta cendekiawan muslim. Badan penasehat di tetapkan melalui musyawarah dan persetujuan pimpinan yayasan (Direktur Radio Komunitas Islam Baucau).54

2. Direktur Radio ( Syamsul Bahri Ribeiro)

Direktur radio sebagaimana ditetapkan dalam AD-ART, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai:

a. Pemimpin dan direktur radio yang melaksanakan tugas dari dewan penasehat.

b. Mengontrol dan mengkoordinasi admistrasi dan aktifitas radio

c. Bertanggung jawab atas kesejahteraan semua anggota dan berkomunikasi dengan manager program dan memberikan peresetujuan terhadap struktur program

d. Bertanggung jawab atas semua materi yang diudarakan termasuk semua program radio.

3. Sekretaris ( H. Abidin Hariyanto dan Taher Baktiar Prason )

54

(55)

4. Program Manager (IR. Nur Amin dan Arfan Muslim Ribeiro) 5. Finansial I (Yunus Araba)

6. Finansial II (H. Faisal Saleh) 7. Reporter (Linda. S dan Khosnul) 8. Editor (Syaifudin, M dan Ahmad. S) 9. Teknisi (Ahmad dan Anton. D)

(56)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN ANALISIS

A. Peran Dan Fungsi Radio Komunitas Islam Baucau Sebagai Media

Dakwah

Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, radio komunitas Islam berkepentingan memagari generasi muda dan umat Islam Timor-Leste dengan materi-materi/ kajian Islam untuk memberikan informasi dan pendidikan keIslaman secara menyeluruh. Radio Komunitas Islam Baucau memegang peranan penting sebagai tolak ukur untuk memotivasi masyarakat dalam kehidupan bertetangga, beragama dan berbudaya melalui program siaran Dakwahnya. Karena untuk kondisi real sumber daya umat Islam Timor-Leste yang minim akan pengetahuan tentang Islam ini, keberadaan Radio Komunitas Islam Baucau sebagai media Dakw

Gambar

Tabel 4.1. Program-Program Dakwah di Radio Komunitas Islam Baucau  ....  46
Table 4.1 Program-Program Dakwah Di Radio Komunitas Islam Baucau

Referensi

Dokumen terkait

1) Faktor Keyakinan dan lokasi terdiri dari enam variabel yaitu keyakinan, kebiasaan, pendapatan keluarga, bagian dari masyarakat, lokasi dan pengalaman. Faktor ini adalah

[r]

Dengan semakin meningkatnya para pengguna jalan (kendaraan bermotor) maka akan mempengaruhi kinerja dan tingkat pelayanan jalan tersebut.Manual Kapasitas Jalan

Ada yang konsep dirinya positif yakni menerima dengan baik segala keputusan dari pihak perusahaan, sambil menunggu panggilan kembali dari pihak perusahaan,

Depresi lebih banyak terjadi pada pasien berusia di atas 45 tahun, memi- liki tingkat pendidikan sedang ke bawah, tidak be- kerja, tingkat pendapatan rendah, tidak memiliki

Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada Gambar 13A terlihat bahwa pada populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0,25% pada buah apel, jeruk, dan pir terlihat

4elayanan Gizi RSUD Kota Maa!!ar menyediaan maanan ba#i pa!ien yan# on!i!ten den#an ondi!i dan

Lampiran 4.Data Pengamatan Parameter Rataan N total tanah pada perlakuan TKKS dan jumlah lubang biopori.. Perlakuan Blok Total