• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Studi Kasus Di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Pasar Minggu, Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Studi Kasus Di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Pasar Minggu, Jakarta Selatan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS MASJID STUDI KASUS DI MASJID AL-IKHLASH JATIPADANG

PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ahmad Rifa’i

NIM : 1110054000003

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(2)

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ahmad Rifa’i

NIM : 1110054000003

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, November 2014

(5)

Oleh : AHMAD RIFA’I

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan memberdayakan masyarakat tentunya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, maka salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah masjid. Masjid adalah jantung umat Islam. Bagi umat Islam, Masjid adalah salah satu pilar meretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan poros aktivitas keagamaan di masyarakat.

Berdasarkan hal itu pula, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk membangun ataupun mempertahankan citra positifnya dimata publik (dalam hal ini Jamaah Masjid dan masyarakat sekitar) dengan melakukan kegiatan sosial melalui program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Masjid Al-Ikhlash jatipadang mempunyai program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, program pemberdayaan perempuan dan juga program bantuan sosial.

Dalam penelitian studi kasus ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana penelitian dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Dalam penelitian ini pula, peneliti menggunakan beberapa teori. Diantaranya, teori pemberdayaan masyarakat islam, teori tentang pengertian masjid serta teori pemberdayaan berbasis masjid.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji, puja serta syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dan kita semua dapat merasakan nikmat hidup ang penuh Barokah ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita selaku umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang-benderang seperti sekarang ini.

Skripsi penulis yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan” diajukan untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam rangka penyelesaian program studi Strata 1 (S1) di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesei baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu dekan dan juga jajarannya.

2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Juga kepada Bapak M. Hudri, MA. Selaku sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang selama ini telah membimbing, memberikan banyak ilmu dan juga nasihat kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak dan ibu dengan limpahan pahala. Amin

(7)

3. Bapak Dr. Tantan Hermansah M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak arahan, bimbingan, masukan dan telah banyak meluangkan waktu bagi penulis dari awal penulisan skripsi hingga selesei.

Penulis berdo’a semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan

barokah dan membalas semua kebaikan bapak dengan limpahan pahala. Amin

4. Bapak dan ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang selama masa studi telah banyak membekali ilmu, membimbing, menasihati dan memberikan banyak contoh yang baik kepada penulis. Semoga bapak dan ibu sekalian senantiasa diberikan limpahan barokah dan dibalas semua kebaikan bapak dan ibu dengan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin 5. Segenap jajaran sekretariat/pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar

Minggu, Jakarta Selatan, yang telah mengijinkan dan membantu penulis melakukan penelitian dari awal hingga akhir. Semoga kebaikan saudara/i sekalian dibalas dengan limpahan barokah dan dengan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin

6. Kedua Orangtua tercinta, Bapak H. Zainal Abidin dan Ibu Ustadzah Marsih

yang selama ini telah mendukung dan mendo’akan penulis dengan penuh

keikhlasan dan kasih sayang. Semoga ayah dan ibu tercinta senantiasa dalam Lindungan Allah SWT dan semua kebaikan serta kasih sayang kalian dibalas dengan limpahan barokah dan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin

7. Keluarga besar penulis. Paman, bibi, sepupu, kakak, keponakan dan juga kekasih yang selama ini telah men-support dan memotivasi penulis. Semoga kalian semua senantiasa dalam Lindungan dan Barokah Allah SWT. Amin

8. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Bekasi (PERMASI).

(8)

12.Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam khususnya mahasiswa angkatan 2009, kakak-kakak kelas serta adik-adik kelas yang selama ini telah banyak membantu dan memotivasi penulis. Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang sukses dikemudian hari. Amin

13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka menyeleseikan penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per-satu. Hanya kepada-Nya jua-lah penulis berdo’a semoga senantiasa mereka mendapatkan kebaikan dan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin

Akhir kata, dengan segala kekurangan, kelebihan, kelemahan dan kekuatan yang ada, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan Ridho dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Yaa Rabbal aalamiin.

Jakarta, November 2014 Penulis,

Ahmad Rifa’i

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 16

F. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 23

A. Pemberdayaan Masyarakat Islam ... 25

B. Pengertian Masjid ... 29

C. Pemberdayaan Berbasis Masjid ... 34

BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM ... 38

A. Sejarah Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang ... 38

B. Visi dan Misi Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang ... 42

C. Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang ... 42

D. Program-program Pemberdayaan Berbasis Masjid ... 43

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PENGAMATAN ... 47

A. Konsep pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ... 47

B. Analisis program pemberdayaan berbasis Masjid dan pelaksanaan program pemberdayaan berbasis Masjid serta Output program pemberdayaan berbasis masjid ... 52

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi untuk menjadi Agama yang “Rahmatan Lil Alamiin” (Rahmat bagi seluruh alam). Islam adalah satu-satunya agama Allah yang memberikan panduan yang lugas dan dinamis terhadap semua aspek kehidupan kapan saja dan berbagai situasi. Selain itu, mampu menghadapi situasi dan menjawab semua tantangan pada setiap zaman.1

Islam mengatur tatanan hidup secara sempurna, tidak hanya mengatur masalah ibadan seorang hamba kepada Tuhannya, tapi juga mengatur tentang tatanan Muammalat yaitu hubungan manusia dengan sesamanya, hubungan mnusia dengan makhluk lainnya, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya seperti kehidupan sosial-budaya, tekhnologi, dan tak terkecuali tentang kehidupan dalam hal ekonomi. Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun bukan pula tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan suatu jalan untuk menjadi kekeadaan yang lebih baik.

Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kebutuhan pokok seperti kebutuhan sandang, dan pangan. Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh secara gratis, tapi harus melalui proses, usaha dan bekerja yang benar dan sah.

1 Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”,

(11)

Karena sudah merupakan fitrah manusia untuk berusaha dan bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, agar dapat menuju ke keadaan yang lebih baik.

Dengan fitrahnya manusia sebagai makhluk yang dituntut untuk senantiasa bekerja dan berusaha agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, maka secara tidak langsung manusia dituntut untuk dapat Mandiri. Kemandirian manusia dapat membuat kehidupannya menjadi lebih baik.

Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa,2 dari jumlah tersebut sekitar 90% penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Akan tetapi, hingga saat ini, Indonesia juga merupakan negara dengan penduduk miskin terbanyak ketiga di dunia. Kemiskinan di Indonesia bukan lagi karena faktor struktur dan budaya masyarakat, tetapi lebih kepada akses dan faktor permodalan(faktor produksi)3, yang membuat masyarakat di Indonesia khususnya umat Islam tidak dapat hidup mandiri agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Gambaran ini mengisyarakatkan bahwa masyarakat perlu mendapatkan akses dan permodalan yang memadai demi tercapainya perataan, kemandirian, kemakmuran dan keadilan di seluruh Indonesia.

Salah satu tren di era global adalah kemandirian. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu memenangkan persaingan. Bangsa yang mandiri terbentuk oleh masyarakat mandiri. Tentu dalam mewujudkan kemandirian itu dibutuhkan proses yang panjang. Sebuah proses yang menunjuk pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sistematis yang

2

“Data sensus penduduk Indonesia, tahun 2010,” . Artikel diakses pada 23 mei 2014 pukul 13.38 dari www.bps.go.id/tab_sub/view.

3 Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”,

(12)

3

mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan yang memandirikan. Dengan memandirikan masyarakat, berarti kita juga telah memberdayakan masyarakat. Dengan mandirinya masyarakat secara tidak langsung kita telah dapat memberikan akses agar masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan dapat menuju ke kehidupan yang lebih baik.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan memberdayakan masyarakat tentunya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Pada dasarnya kegiatan pemberdayaan masyarakat ditijukkan untuk kalangan masyarakat yang kurang mampu, agar dapat memandirikan mereka, guna membuat mereka dapat menolong dirinya sndiri.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, maka salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah masjid. Masjid adalah jantung umat Islam. Masjid adalah salah satu pilar meretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mustahil untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan berbasis masjid pada saat ini. Masjid diharapkan pula menjadi mitra lembaga pendidikan formal (sekolah) yang memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan datang.4

4

Ali Nurdin. Qur’anic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Qur’an.

(13)

Jumlah masjid di Indonesia mencapai 800 ribu lebih5 dan merupakan jumlah terbesar di dunia. Namun bila dicermati, kondisi kaum muslimin saat ini dimana masjid belum difungsikan secara optimal. Alangkah indahnya jika sekitar 800 ribu masjid di Indonesia dapat memberikan jawaban riil atas berbagai permasalahan umat. Setiap kumandang adzan mengalirkan kerinduan umat untuk datang mendekat seperti layaknya fungsi jantung bagi darah. Masjid seharusnya dapat dioptimalkan fungsinya sebagai ruang publik dan pusat peradaban umat.

Masjid menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk menjalankan ibadah ritual. Orang-orang shaleh adalah energi spiritual yang menjadi modal membangun perubahan. Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas pastilah menginginkan perubahan dalam dirinya, minimal untuk meningkatkan spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Tantangannya adalah bagaimana membangun energi ini menjadi akumulatif-sinergis-eksplosif. Keluaran dari proses ini jelas akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu mendobrak kebekuan umat. Menengok kesejarahan baik zaman Rasulullah dan sahabat maupun masa perjuangan melawan penjajahan fisik di Indonesia, masjid memiliki peran yang strategis.

Aspek perannya baik dalam dimensi ruhiyah(spiritualitas) maupun siyasiyah(pengaturan urusan umat). Masjid memiliki semangat membangun kedekatan dan rasa takut kepada-Nya. Masjid sebagai tempat dan simbol perlawanan terhadap kemungkaran. Masjid bergerak memberi semangat kaum lemah untuk terus memupuk asa. Masjid penuh musyawarah dan kepemimpinan untuk memecahkan problem ummat. Jadi kesejarahan juga menunjukkan masjid

(14)

5

adalah mutiara penuh cahaya. Rasanya kurang pas apabila saat ini ada ketidakpercayaan diri bahwa masjid mampu berkontribusi menuju ummat yang

berdaya. ’Fitrah’ keberadaan masjid adalah kontributif dalam aspek ruhiyah

maupun siyasiyah.6

Oleh karena itu perlu dikaji dan direnungkan kembali hadits Nabi Muhammad SAW :

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda:

Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang

mukmin yang lemah”. (HR. Muslim)

Hadits ini memberikan pentunjuk dan peringatan kepada kita, bahwa Islam lebih menghargai kualitas daripada kuantitas. Dan yang dimaksud dengan orang mukmin yang kuat di sini ialah orang mukmin yang mempunyai kekuatan mental maupun fisik, moril maupun materiil, sehingga dapat benar-benar mencerminkan kekuatan Islam sendiri.

Berbagai macam upaya peningkatan kemandirian, kapasitas dan kualitas sumber daya manusia tentulah seringkali dikerahkan baik oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga tertentu, ada yang bersifat komersial maupun non komersial. Hal ini dianggap memiliki dampak positif terhadap masyarakat, selain untuk memberikan ilmu pengetahuan juga adanya upaya agar masyarakat menjadi lebih terampil, dan lebih mandiri dalam berbagai hal.

6

(15)

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi berbagai perubahan terhadap masyarakat di dunia yang semakin hari semakain cepat berjalan kearah yang tak terduga. Perubahan tersebut meliputi banyak hal termasuk perubahan ekspektasi masyarakat terhadap organisasi swasta, organisasi keagamaan ataupun perusahaan. Salah satu yang dilakukan dalam rangka memberdayakan/memandirikan masyarakat antara lain dengan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang bersifat kepedulian terhadap social masyarakat khususnya yang beragama Islam serta membantu pemerintah dalam rangka menanggulangi permasalahan-permasalahan social di Indonesia.

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid berhubungan erat dengan "pembangunan yang memandirikan", di mana terdapat banyak program pemberdayaan yang sifatnya memandirikan masyarakat. Program-program tersebut terdiri dari berbagai aspek, mulai dari aspek yang bersifat rohani(keagamaan), ekonomi, sosial-budaya, hingga seni dan lain-lain yang sifatnya memandirikan masyarakat.7

Berdasarkan hal itu pula, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk membangun ataupun mempertahankan citra positifnya dimata publik (dalam hal ini Jamaah Masjid dan masyarakat sekitar) dengan melakukan kegiatan sosial melalui program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Masjid Al-Ikhlash jatipadang mempunyai program pemberdayaan Ekonomi, Pendidikan, program pemberdayaa perempuan dan juga program bantuan sosial. Program tersebut merupakan wujud dedikasi dan kepedulian Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta

7

(16)

7

Selatan kepada Jama’ah, Masyarakat, Agama serta bangsa Indonesia terhadap keadaan sosial-budaya hingga keadaan perekonomian di Indonesia.

Dengan adanya program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid tersebut, Jamaah masjid, masyarakat sekitar masjid dan juga umat Islam pada umumnya, dapat merasakan dampak positif dari kegiatan tersebut. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dilakukan dalam hampir semua aspek, terutama aspek yang mampu memandirikan jama’ah dan atau umat Islam pada umumnya.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian program Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. Penulis yakin adanya relevansi antara bahan penelitian dengan konstentrasi studi penulis selama ini.

Alasan konseptual inilah yang kemudian penulis ingin ulas pada sebuah

skripsi yang berjudul, “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Studi

(17)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam penulisan kripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada program Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.

Kemudian agar dalam penulisan Skripsi ini menjadi lebih fokus dan terarah serta pembahasan tidak melebar maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan?

2. Program apa yang terkait dalam Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid dan bagaimana pelaksanaan program-program tersebut, serta bagaimanakah hasil (Output) peserta dari Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian dan penulisan skripsi ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui dasar serta alasan mengapa program ini dibuat. b. Untuk mengetahui program-program apa saja yang terkait dengan

(18)

9

yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.

2. Manfaat

a. Manfaat akademis, yakni diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi sebagai bahan studi atau penelitian selanjutnya yang berkaitan dan lebih komprehensif serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid.

b. Manfaat khusus, yakni :

1) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang agar lebih optimal dan lebih baik lagi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis Masjid dan sebagai upaya menanggulangi jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di Indonesia.

2) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi penulis dalam melakukan proses penelitian yang baik, memperluas jaringan, dan menjadi peneliti yang kredibel. c. Manfaat Umum, yakni diharapkan penelitian ini menjadi sumber

(19)

serta dalam rangka membantu program pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan kesejahteraan di Indonesia. D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas dasar konsep metodologi penelitian yang terdiri dari 6 kategori, yakni sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian studi kasus ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.8 Penelitian yang dengan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dijelaskan dalam Zuriah (2007) bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memerlukan ketajaman analisis, objektifitas, sistematis dan sistemik sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi, sebab hakikat dari suatu fenomena atau gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah totalitas atau Gestalt. 9

Untuk metode pendekatan penelitiannya, penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subyek penelitian, dimana penelitian dilakukan secara detail dan mendalam mengenai program kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid tersebut

8

Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008). Cet. Ke-25, h. 9-10.

9

(20)

11

2. Jenis dan Sumber Data a. Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data dari responden atau objek penelitian. Data primer ini dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap orang-orang yang bersentuhan langsung dengan program pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang seperti, kepada pihak pengurus dan atau pimpinan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan, serta kepada pemanfaat program dan kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program.

Untuk mendapatkan data, peneliti melakukan wawancara kepada 15 orang yang terkait langsung dengan program, wawancara dilakukan selama kurang lebih 30 menit, dan wawancara dilakukan 1 sampai 2 kali banyaknya.

b. Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti. Data sekunder bisa juga disebut sebagai data tambahan. Data sekunder yang penulis dapatkan berasal dari buku, majalah, tinjauan pustaka, internet dan mading serta arsip-arsip yang berhubungan dengan program pemberdayaan masyarakat berbasis masjid.

(21)

selebaran-selebaran yang peneliti dapati di Mading Masjid Al-Ikhlas Jatipadang. Selain itu juga beberapa buku yang terkait langsung dengan penelitian ini. seperti, buku-buku teori pemberdayaan, arsip-arsip, skripsi-skripsi, serta outline hasil seminar yang terkait dengan kegiatan pemberdayaan

masyarakat.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini proses pengumpulan data akan dilakukan dengan 4 cara, yakni diantaranya :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung dengan menggunakan seluruh panca indera (melihat, mendengar, dan merasakan)10 dan pencatatan secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. Adapun gejala-gejala yang terjadi pada

saat penelitian seperti aktifitas masyarakat dan Jama’ah Masjid Al -Ikhlash Jatipadang selama berada di Masjid, kegiatan belajar mengajar di TPA/TK/PAUD Masjid Al-Ikhlas, serta kegiatan transaksi jual-beli yang terdapat di Toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, ketika adanya kegiatan klinik kesehatan gratis dan lain-lain

b. Wawancara. Merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.11 Dalam penelitian ini penulis akan mewawancarai 15 orang yang penulis anggap kompeten, kredibel serta berhubungan langsung dengan penelitian yang penulis ambil. Nantinya penulis akan langsung mewawancarai Ketua Masjid Al-Ikhlash

10

(22)

13

Jatipadang, serta 6 orang narasumber yang termasuk dalam jajaran DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang sebagai orang yang bertanggung jawab langsung terhadap program. Lalu penulis akan mewawancarai 9 (sembilan) orang peserta/pemanfaat yang mengikuti program tersebut. Dalam penelitian kualitatif, karena tidak menggunakan instrument penelitian yang terstruktur dan baku, maka peneliti sendiri dan dengan bantuan dari orang lain merupakan intrumen pengumpul data yang paling utama. Oleh karena itu, pada saat pengumpulan data, peneliti melakukan kegiatan observasi langsung ke lapangan untuk mengetahui kegiatan dari subjek penelitian.

Pada penelitian ini, alat bantu yang digunakan oleh peneliti berupa, alat tulis, recorder(perekam suara), kamera, serta alat dokumentasi lain yang menunjang keberhasilan penelitian, yaitu berupa buku, catatan-catatan, arsip-arsip, jurnal, foto-foto, dan sebagainya yang berhubungan dengan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.

Berikut merupakan data narasumber yang peneliti wawancarai untuk mendapatkan data-data yang peneliti butuhkan.

(23)

Ibu Susanto Kasdi.

(24)

15

bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Beberapa data dari hasil studi dokumentasi ini sendiri ada yang berupa foto-foto, arsip-arsip Masjid serta buletin-buletin mingguan yang diterbitkan oleh pihak Masjid Al-Ikhlash Jatipadang yang biasanya ditempelkan di mading Masjid.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yakni menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh melalui pengamatan peneliti di lapangan.

Adapun analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud mengorganisasikan data, di antaranya mengatur, mengurutkan, mengkelompokan, memberi kode dan mengkategorikanya.12

5. Lokasi & Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di Jl. Raya Ragunan No.11 Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540- Indonesia. Telepon; 021-7802776.Adapun waktu penelitian terhitung mulai Februari-Juni 2014. 6. Pedoman Penulisan

Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang

12

(25)

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.

E. Tinjauan Pustaka

Ada empat Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai bahan peninjauan pustaka, dimana ketiga skripsi tersebut penulis anggap sebagai bahan referensi dan juga berhubungan dengan permasalahan yang akan penulis angkat. Yakni diantaranya :

Pertama, Skripsi Tahun 2008 yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kelompok Swadaya Masyarakat – Studi Implementasi di

Lembaga Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah” disusun oleh saudaraSunardi, mahasiswi Jurusan PMI. Dalam pembahasannya, ia menjelaskan bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat, Infaq dan shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah.

Skripsi ini adalah yang paling mirip dengan judul yang penulis angkat. Tetapi ada beberapa perbedaan yang perlu penulis tekankan yakni :

(26)

17

2. Lokasi yang dipilih oleh Saudara Sunardi adalah di lembaga pengelola zakat, Infaq dan shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah yang dikelola oleh Karyawan PT. Bukaka Tehnik Utama Tbk. Sedangkan penulis memilih lokasi di MasjidAl-Ikhlash Jatipadang Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

3. Objek yang diteliti oleh Saudara Sunardi lebih bertumpu pada bagaimana partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan tersebut, sedangkan penulis lebih concern kepada Konsep pemberdayaan, Tahapan-tahapan pelaksanaan program, serta Output dari program pemberdayaan berbasis Masjid.

Kedua, Skripsi tahun 2007 yang disusun oleh Maryanah, Mahasiswi Pengembangan Masyarakat Islam yang berjudul “Program Pemberdayaan Komunitas(Prospek) di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Jakarta”. Dalam

pembahasannya, ia menjelaskan tentang “Program pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas yang dilakukan oleh Lembaga Pos Keadilan Peduli Ummat

(PKPU) Jakarta”.

(27)

tersebut terdiri dari: Nelayan, Petani, peternak, pengrajin, tukang ojek, pemilik warung, pedagang, penjahit, petugas kebersihan, janda miskin satpam, dan pengusaha ekonomi mikro.

ada beberapa perbedaan yang perlu penulis tekankan yakni :

1. Pemberdayaan yang dilakukan Masjid Al-Ikhlash menycakup berbagai aspek, sedangkan penelitian yang dilakukan saudari Maryanah hanya concern pada aspek ekonomi saja.

2. Saudari Maryanah mendeskripsikan tentang pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas yang secara umumm dan khusus lebih concern kepada sistem dan strategi-strategi pemberdayaan, sedangkan saya lebih condong melakukan penelitian mengenai program-program serta output dari program pemberdayaan berbasis Masjid tersebut.

3. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PKPU hanya dikhususkan bagi anggota KSM saja, sedangkan kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid oleh DKM Masjid Al-Ikhlash ditujukan bagi jama’ah Masjid, masyarakat sekitar Masjid serta masyarakat lain pada umumnya.

Ketiga, Skripsi tahun 2009 yang disusun oleh Iip Apriaji. Mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Dana Bergulir Baitul Mal Wattamwil (BMT) Ar-Ridho, Pisangan, Ciputat”. Dalam pembahasannya, ia menjelaskan tentang pemanfaatan dana bergulir dari BMT Ar-Ridho untuk pedagang kecil disekitar kampung Pisangan, Ciputat.

(28)

19

Ciputat. Melalui BMT, warga didorong untuk rajin menabung dan dana tersebut akan digulirkan ke setiap anggota BMT, yang nantinya akan ada sistem bagi hasil pada setiap akhir bulannya. Dengan kegiatan tersebut, masyarakat dapat menggunakan dana bergulir sebagai modal usaha dalam rangka mengembangkan usaha kecil mereka. Kegiatan dana bergulir dari BMT tersebut dapat menopang kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh setiap anggota BMT. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pinjaman yang menggunakan dana tersebut dan peningkatan penghasilan yang didapatkan oleh para pedagang yang sekaligus sebagai anggota BMT tersebut sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Berdasarkan skripsi diatas, ada beberapa perbedaan yang ingin peneliti kemukakan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Iip Apriaji hanya fokus pada lembaga BMT Masjid saja, sedangkan saya melakukan penelitian pada 4 (empat) Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. 2. Saudara Iip Apriaji hanya memfokuskan penelitian kepada para pedagang

kecil di sekitar kampung Pisangan dimana mereka merupakan pemanfaat dana BMT tersebut. Sedangkan saya memfokuskan penelitian pada jama’ah masjid, masyarakat sekitar masjid serta masyarakat umum sebagai pemanfaat program pemberdayaan berbasis Masjid oleh DKM Masjid Al-ikhlash Jatipadang. 3. Saudara Iif Apriaji hanya fokus kepada dampak dari program dana bergulir

(29)

Keempat, skripsi tahun 2003 yang disusun oleh saudara Komhadi Yusuf. Mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang berjudul “Upaya Lembaga Pendidikan Islam As-Salam dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Desa Rimbo Bujang, Jambi”. Dalam skripsinya, saudara Komhadi Yusuf membahas tentang upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan islam dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat islam akan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Lembaga pendidikan Islam tersebut juga mampu memberikan motivasi kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama dalam bidang keagamaan. Lembaga pendidikan Islam mampu membentuk suatu masyarakat yang didalamnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Rumbo Bujang, Jambi terutama dalam bidang Keagamaan. Dengan adanya Pendidikan Islam As-Salam, masyarakat mampu menjadi suatu komunitas yang religius/agamis serta mampu menerapkan nilai-nilai islam yang Kaffah.

Berdasarkan skripsi diatas, ada beberapa perbedaan yang ingin peneliti kemukakan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Komhadi Yusuf hanya fokus pada bidang pendidikan saja, sedangkan saya melakukan penelitian pada 4 (empat) Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. 2. Dampak dari program penelitian yang dilakukan oleh saudara Komhadi Yusuf

(30)

21

Dengan berakar pada judul & pembahasan yang hampir sama, akan tetapi memiliki turunan lembaga dan program yang berbeda, serta konsep yang diangkat mengenai pengembangan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat. setidaknya penulis anggap bahwa skripsi-skripsi tersebut bisa penulis jadikan sebagai bahan penelitian yang cukup relevan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, penulis membuat kerangka penulisan dengan sistematis yang mana terdiri dari 5 Bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, yakni sebagai berikut :

BAB I Bab ini merupakan Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah; Pembatasan dan Perumusan Masalah; Tujuan dan Manfaat Penelitian; Metodologi Penelitian yang digunakan; Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II Bab ini merupakan penjelasan tentang tinjauan teori, yang meliputi Pembahasan tentang Pemberdayaan Masyarakat; konsep pemberdayaan (Model & Tahapan Pemberdayaan); Pengertian Masjid; dan Pemberdayaan berbasis Masjid.

(31)

Program-program Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.

BAB IV Bab ini merupakan pembahasan tentang Analisis Data dan Temuan lapangan, yang meliputi konsep pemberdayaan berbasis Masjid; Program yang terkait dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan; Pelaksanaan program pemberdayaan berbasis Masjid; serta output Program Pemberdayaan Berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.

(32)

23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam. Dalam pengertian yang sederhana, rahmat berarti memiliki subtansi kasih-sayang dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, Islam itu agama yang diorientasikan, dimaujudkan, dan ditampilkan sebagai bentuk kongkret dari sikap-sikap kasih sayang bagi semesta alam. Maka tidak mungkin juga dalam prosesnya ditempuh melalui cara-cara atau tehnik-tehnik yang dapat nerusak ke-rahmat’an Islam itu sendiri. Dengan kata lain, Islam sebagai rahmat berlaku dari hulu sampai hilir; dari teori hingga praktik; dari cita-cita sampai gerakan; dari individu sampai komunitas; dari pagi hingga malam, dan seterusnya.13

Dalam konteks demikianlah maka Islam disebut juga sebagai agama dakwah. Dakwah dalam bahasa yang sederhana adalah upaya-upaya persuasif yang ditampilkan oleh masyarakat muslim dalam rangka menampilkan Islam yang bisa menjadi penumbuh kasih sayang diseluruh ruang dimensi alam ini. Dakwah sebagai suatu upaya perubahan memang dihadapkan pada persoalan-persoalan keummatan sehari-hari. Dengan demikian, sejatinya para pelaku dakwah adalah subyek yang memahami benar bagaimana seharusnya ia menyikapi fakta dan realitas sosial masa kini. Dalam konteks demikian, maka seorang

pendakwah(da’i) seharusnya membekali diri dengan berbagai disiplin keilmuan agama dan juga non-agama, seperti: sosiologi, politik, ekonomi, ekologi, budaya,

13

(33)

dan sebagainya. Hal ini tidak lain agar seorang da’i bisa memahami dengan baik kondisi sasaran dakwahnya serta bisa menyelami peroblematika masyarakat yang ada.14

Dakwah yang ditampilkan dengan metode-metode seperti itu bisa juga disebut dengan Dakwah Pemberdayaan. Dakwah Pemberdayaan ini sebenarnya tetap merupakan model dakwah seperti biasanya, namun hanya memberikan

penekanan kepada mekanisme „pembebasan’ masyarakat dari berbagai belenggu

persoalan, seperti: kemiskinan, kebodohan, ketidak-adilan, dan sebagainya. Dakwah pemberdayaan inilah yang saat ini sedang menemukan momentum

terbaiknya. Dalam konteks „pembebasan’ masyarakat dari berbagai persoalan,

dakwah dapat dijadikan sebagai sarana dalam upaya perbaikan dan perubahan sosial. Oleh karenanya, agar dakwah dapat lebih kontekstual dan bermakna bagi individu atau masyarakat, maka dakwah harus memberikan kontribusi dalam hal perbaikan tersebut. Materi dakwah di mimbar-pun harus berisi tentang ajakan dan seruan memelihara dan menjaga lingkungan, pemberantasan korupsi, pemberantasan kemiskinan, memperbaiki birokrasi, peningkatan kualitas hidup, pemberian akses yang sama terhadap pendidikan, penguatan hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Dengan demikian, dakwah tidak hanya berakhir di

mimbar atau majelis ta’lim saja. Tetapi dakwah menjadi kebutuhan rill seluruh

masyarakat.15

14

(34)

25

1. Pemberdayaan Masyarakat Islam

Islam adalah agama yang membebaskan. Agama yang membebaskan dari ketidak-adilan, kemiskinan, dan kebodohan ditengah-tengah masyarakat. Agama yang akan selalu memberikan jawaban bagi setiap problematika yang dihadapi oleh umatnya. Pada konteks inilah, pemberdayaan masyarakat Islam diletakkan, yakni memfasilitasi, memberdayakan umat Islam agar terbebas dari ketidak-adilan, kemiskinan, kebodohan dan lainnya yang menyebabkan mereka menjadi terpuruk.16

Berbagai definisi Pemberdayaan menurut beberapa ahli dapat kita jadikan rujukan dalam menganalisa konsep pemberdayaan masyarakat Islam. Menurut Edi Suharto17 Pemberdayaan atau pemberkuasaan (Empowerment), berasal dari kata

“Power”(kekuasaan atau keberdayaan). Konsep utama pemberdayaan bersentuhan

langsung dengan kekuasaan. Oleh karenanya, pemberdayaan bertujusn untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak beruntung. Dalam hal ini bagaimana orang-orang yang kurang berdaya dan kurang beruntung tadi agar dapay berdaya dan berkuasa untuk menolong dirinya sendiri.

Menurut Jim Ife:18“Pemberdayaan berarti menyiapkan kepada masyarakat sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan keahlian diri masyarakat dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas

masyarakat itu sendiri”. Sedangkan menurut Manuwoto:19”pemberdayaan

16

Ibid., hal. 34

17

Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1 (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 57

18

Jim Ife, “Community Development: Creating community alternative-vision, analysis and practice,” dalam Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam

(Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 29.

19

Manuwoto, “Peningkatan peran serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam

(35)

masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang kondisinya pada suatu waktu tidak atau belum mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan atau keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membuat mampu dan mandiri suatu

kelompok masyarakat”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pemberdayaan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian individu atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Masyarakat dapat tahu potensi dan permasalahan yang dihadapinya serta mampu menyelesaikannya.20

Dari kesimpulan definisi tersebut, Islam mencoba membuat konsep tentang Pemberdayaan Masyarakat Islam. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat Islam adalah upaya yang sistematis dan terencana untuk melakukan perubahan sosial terhadap tatanan sosial yang lebih baik yang dilandaskan pada ajaran agama islam. Pemberdayaan masyarakat islam ini merupakan operasionalisasi dalam sifat normatif Islam sebagai agama pembebasan.

Pemberdayaan masyarakat Islam merupakan bagian dari Dakwah. Tetapi kegiatan dakwah yang sudah mengalami perubahan paradigma. Paradigma dakwah konvensional yang masih terfokus kepada ibadah vertikal(hubungan Allah dengan hambanya). Paradigma dakwahnya lebih kepada perubahan sosial secara nyata, yakni hubungan vertikal(hubungan Allah dengan hambanya) sekaligus hubungan Horizontal (hubungan sesama hamba).21

Masyarakat Islam (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal. 30.

20

(36)

27

Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat Islam adalah kerja kebudayaan atau kerja perubahan sosial. Pemberdayaan Masyarakat Islam memfokuskan diri pada misalnya peningkatan kualitas lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan pengembangan ekonomi mikro. Bentuk-bentuknya adalah pengembangan masyarakat, aksi komunitas, pengorganisasian masyarakat, dan juga advokasi.

Berdasarkan strategi pemberdayaan, dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan, yaitu; Mikro, mezzo, dan Makro.22

a) Aras Mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervasion. Tujuan utamanya adalah untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang bersifat pada tugas.

b) Aras Mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok/komunitas sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan dalam strategi dalam peningkatan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

22

(37)

c) Aras Makro

Pendekatan ini biasa disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. strategi sistem besar ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Pemberdayaan masyarakat Islam mempunyai Concern pada pemberdayaan

yang bersifat “Aras Mezzo”. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan masyarakat Islam biasanya dilakukan kepada kelompok/komunitas tertentu. Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan klien dapat memiliki kesadaran, meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Ada beberapa prinsip umum tentang pemberdayaan dengan Komunitas sebagai media intervensi. Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) fokus perhatian ditujukan pada komunitas sebagai kebutuhan. (2) berorientasi pada kebutuhan dan permasalahan komunitas. (3) mengutamakan prakarsa, partisipasi dan juga swadaya masyarakat.23

Ditempatkannya komunitas sebagai fokus perhatian dan dilihat sebagai suatu kebetulan lebih dimungkinkan mengingat berbagai ciri dan karakteristik yang terkandung dalam konsep komunitas tersebut. Berbagai karakteristik yang melekat pada konsep komunitas tersebut memungkinkan dalam kehidupan yang

23

(38)

29

berada pada suatu lokalitas tertentu terkandung adanya kesadaran kolektif dan kesadaran sosial diantara para warganya. Kesadaran kolektif dan solidaritas sosial tersebut merupakan modal sosial dan energi sosial yang cukup besar dalam mendasari tindakan bersama bagi peningkatan kehidupan bersama, baik kehidupan sosial, ekonomi maupun kultural. Ukuran komunitas sebagai satuan kehidupan bersama yang tidak terlalu besar mengakibatkan antar anggota saling mengenal secara pribadi, sehingga mudah menumbuhkan rasa saling percaya. Tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga dapat dilakukan usaha dan aktifitas bersama secara evisien. Selanjutnya, agar tindakan tersebut lebih bersandar pada prakarsa dan partisipasi masyarakat sendiri, dibutuhkan adanya kompetensi masyarakat terhadap proses pembangunan di lingkungan kehidupannya. Kompetensi yang diharapkan meliputi kompetensi pada setiap warga masyarakat secara individual maupun kompetensi komunitas sebagai keseluruhan dan kebulatan kehidupan bersama.24

4. Pengertian Masjid

Masjid bagi umat islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan, baik makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata sajada-yasjudu-sujudan-masjidan (tempat sujud).25 Dilihat dari segi harfiah masjid memanglah tempat sembahyang. Perkataan masjid mesjid berasal berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya “Sujudan”, fi’il madinya sajada (iya sudah sujud)

fki’il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah Isim makan. Isim makan ini

24

Ibid., hal. 83

25

(39)

menyebebkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjida.26 Masjida jadi ejaan aslinya adalah masjid (dengan a). Pengambilan alih kata masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e, sehingga terjadilah bunyi mesjid. Perubahan bunyi dari ma menjadi me, disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam indonesianisasi kata-kata asing sudah bisa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah kalau suatu penyimpangan dan kesalahan dilakukan secara umum ia anggap benar. Menjadilah ia kekecualian.27

Pengelolaan masjid secara profesional berarti berupaya untuk memakmurkan masjid. Allah SWT. Berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 18;

Artinya; “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang

yang mendapat petunjuk”.

Setiap muslim sebenarnya boleh melakukan shalat diwilayah manapun dibumi ini; terkecuali diatas kuburan, ditempat yang bernajis, dan

26

(40)

31

tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid)“ (HR Msulim). Pada hadis yang lain rasulullah

bersabda pula yang artinya : “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat

sujud dan keadaan bersih“. (HR Muslim)

Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi SAW diatas, setiap orang bisa melakukan shalat dimana saja; dirumah, dikebun, dijalan, dikendaraan, dan ditempat lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah,dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum muslimin.28

Dimasa Nabi Muhammad SAW ataupun dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Masjid memegang peranan yang sangat vital dalam rangka pemberdayaan umat. Segala aspek kehidupan, dari mulai kegiatan keagamaan hingga kegiatan kenegaraan dilakukan di Masjid. Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan yang mencakup, ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan,dan kemitraan dibahas dan dipecahkan dilembaga masjid. Masjid juga dijadikan sebagai tempat melakukan pertemuan(rapat) untuk menentukan strategi perang, tempat penyimpanan harta rampasan perang, sebagai tempat tahanan bagi para tawanan perang serta sebagai tempat perawatan bagi tentara-tentara yang terluka karena perang.

28

(41)

Secara teoritas, dan koseptual; masjid adalah pusat kebudayaan Islam. Dari tempat inilah, syiar ke Islaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi, serta material-spiritual dimulai.

Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung tempaan jasmani, ruhani, dan intelektual dipusat peradaban yaitu masjid.29

Quraish shihab menjelaskan, masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah telah membuktikan multi fungsi peranan masjid tersebut. Masjid bukan saja tempat shalat tetapi juga pusat pendidikan, pengajian, keagamaan, pendidikan militer, dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya. Rasulullah SAW pun telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat, baik pusat ibadah, pusat pendidikan, dan pengajaran, pusat penyelasain problematika umat dalam aspek hukum (peradilan), pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal (ZIWAF), pusat informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintah Rasulullah SAW, masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.30

Fungsi Masjid

Fungsi utama Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya.31 Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah, Masjid

29

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizzan, 1998), h. 462.

30

Ibid.

31

(42)

33

juga merupakan tempat yang paling banyakan dikumandangkan nama Allah melalui azan,qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca dimasjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah:

a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,

b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihakn diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin atau keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian,

c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan,

e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama,

f. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslim,

g. Masjid adalah pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat. h. Masjid tempat mengumpulkan dana menyimpan dan membagikannya dan, i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervise sosial.

(43)

jumlahnya maupun keindahan arsiteknya. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya kehidupan beragama.32

3. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid

Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah proses untuk menjadikan masyarakat menjadi mandiri dengan berbagai program pemberdayaan dan dengan mengambil pusat kegiatan melalui Masjid.

Agar masjid dapat secara maksimal berfungsi baik sebagai tempat beribadah maupun sebagai medium pemberdayaan maka diperlukan para pengurus masjid yang memiliki syarat-syarat berikut:33

1. Mempunyai watak yang positif yaitu memiliki syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pada umumnya, terutama memiliki kewibawaan, kecakapan, dan keberanian.

2. Mempunyai Iman (Percaya pada Allah, percaya pada hari akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat serta tidak merasa takut kecuali pada Allah). 3. Memiliki dan memahami pengetahuan tentang fungsi masjid menurut ajaran

Islam serta hatinya cinta kepada masjid.

Jika mengacu pada konsep managemen masjid dari Kementerian Agama RI bahwa terdapat tiga aspek dalam mengelola masjid secara baik. Yakni aspek idarah(administrasi dan organisasi), aspek imarah(kemakmuran), dan aspek

ri’ayah(pemeliharaan sarana dan prasarana).34

32

Ibid., h.8.

33

(44)

35

Dengan ketiga aspek tersebut diharapkan masjid dapat menjadi tempat yang kondusif bagi upaya-upaya penguatan masyarakat baik secara sosial-ekonomi, politik maupun sosial-budaya. Memang untuk mewujudkan sebuah masjid dengan fungsinya yang maksimal dibutuhkan sumberdaya manusia yang kompeten dan rela untuk berkhidmat dalam pelayanan kepada umat melalui masjid, aliran dan dana yang lancar, dan dukungan semua pihak untuk merealisasikan usaha mulia tersebut.

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan secara bersama tentu melibatkan banyak pelaku. Demikian pula dalam pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid. Para pelaku didalamnya antara lain adalah masyarakat (jamaah masjid), dunia usaha, dan pemerintah setempat(Kelurahan/Kecamatan).

Memang tidak dipungkiri bahwa sementara ini sebagian anggota masyarakat dan elitnya yang notabene mayoritas beragama Islam masih berpikir sekular. Dibuktikan dengan menjadikan masjid hanya sebagai tempat ibadah semata. Padahal fungsi masjid yang seharusnya lebih dari itu. Yakni masjid juga harus berfungsi sosial. Jadi secara real dinamika masjid bukan hanya diisi oleh pelaksanaan shalat dan bentuk-bentuk upacara keagamaan yang lain tetapi masjid juga sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas umat baik secara ekonomi, politik maupun sosial budaya.

(45)

yang menjadi subyek sekaligus obyek dari kegiatan tersebut. Dari masyarakatlah akan tampil kader-kader umat yang dapat berkhidmat untuk melayani umat melalui masjid. Dan dukungan mereka akan menghasilkan perubahan yang signifikan di tengah masyarakat seiring dengan proses pemberdayaan yang sedang berlangsung.35

Disamping masyarakat itu sendiri maka unsur yang lain adalah pemerintah setempat. Mereka ini adalah birokrasi yang paling rendah dan langsung berhadapan dengan dinamika masyarakat. Dukungan dari Pemerintah dalam bentuk regulasi dan juga aliran dana. Sehingga akan dapat melahirkan kader-kader umat yang dapat membuka selebar-lebarnya praktek budaya masyarakat yang baik dan menutup rapat-rapat praktek budaya masyarakat yang buruk.

Pihak yang tidak bisa ditinggalkan dalam pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah dunia usaha. Karena dari merekalah baik dukungan SDM yang berkualitas maupun aliran dana yang lancar dapat diharapkan. Mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan ekonomi umat. Sehingga masyarakat minimal dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik.

Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid pada dasarnya masuk dalam kategori Pemberdayaan Fungsi Masjid. Dimana, pemberdayaan masyarakat berbasis masjid termasuk kedalam aspek pemberdayaan management Masjid. Aspek pemberdayaan manajemen masjid identik dengan kegiatan fungsional atau biasa disebut juga Idharah Binaal Ruhiyyi yang meliputi pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat. Sebagai pusat pembangunan umat melalui pendidikan dan pengajaran. Termasuk dalam

35

(46)

37

pemberdayaan masjid yaitu menggerakan anggota masyarakat yang mampu untuk membangun masjid dengan semangat dakwah, terutama dengan mempriorotaskan bantuan kepada umat yang kurang mampu dalam membantu membantu permasalahan mereka.36

36

(47)

PROFIL DAN GAMBARAN UMUM

MASJID AL-IKHLASH JATIPADANG

A. Sejarah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

Sejarah berdirinya Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bermula pada tahun 1965. Saat itu, P.T Taruna Bangun sedang melaksanakan pembangunan kompleks perumahan karangpola. Kompleks ini ditujukan bagi para pegawai Departemen Pertanian yang tinggal didaerah Jatipadang, jakarta Selatan.

Untuk mengakomodasi kebutuhan para karyawan muslim salam menunaikan kewajibannya, perusahaan membangun sebuah Mushalla kecil. Masyarakat sekitar juga dapat menggunakan Mushalla tersebut untuk beribadah.

Pada Tahun 1967, pembangunan kompleks perumahan Karangpola pun selesai, P.T Taruna Bangun menyerahkan kantor kegiatan pembangunan serta Mushalla tersebut kepada pihak Kelurahan Jatipadang. Sejak saat itulah Mushalla tersebut dipugar menjadi lebih besar dan diberi nama Masjid Panca Sakti. Sedangkan bekas garasi kantor, direnovasi menjadi Madrasah Ibtidaiyyah.

(48)

39

Tanah tempat Masjid Al-Ikhlash dan Madrasah tersebut berdiri merupakan tanah milik Departemen Pertanian. Oleh karena itu, beberapa tokoh dari Departemen Pertanian ingin bangunan dan tanah tersebut dikembalikan. Pihak Kelurahan Jatipadang-pun setuju, akhirnya pada tahun 1976 pengelolaan Masjid dan Madrasah diserahkan kepada pihak Yayasan Mujahidin.

Sejak dikelola oleh Yayasan Mujahidin, Masjid Al-Ikhlash mengalami banyak renovasi. Salah satu renovasi besar dilakukan pada tahun 1981. Dana renovasi tersebut berasal dari bantuan dana oleh Pemerintah DKI saat itu. Renovasi tersebut selesai satu tahun kemudian, dan diresmikan pada tanggal 4 April 1982.

Renovasi besar selanjutnya dilakukan pada tahun 1998. Renovasi meliputi perbaikan secara menyeluruh, melibatkan perencanaan terintegrasi antara masjid dan madrasah. Inilah renovasi besar terakhir yang dilakukan dengan bantuan dana dari Pemerintah.

Selanjutnya, sejak tahun 2000, renovasi masjid dijalankan dengan dana swasembada masyarakat. Beberapa bantuan juga diperoleh dari Instansi pemeritah dan Swasta. Renovasi swasembada ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Pertanian saat itu, DR Muhammad Prakosa. Momen ini juga bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1421 H.

Karena banyaknya masjid yang menggunakan nama Al-Ikhlash, maka pada tahun 2006 nama masjid ini diubah menjadi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.

(49)

Raya Idul Adha 1428 H.37 Sejak saat itulah pengelolaan Masjid dan Madrasah Al-Ikhlash Jatipadang-pun berjalan dengan baik, transfaran, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kabar baik tentang pengelolaan masjid yang profesional, akuntabel, dan transparan. Sehingga pengelolaan masjid tersebut mendapat pengakuan dari lembaga sertifikasi internasional, International Standard Certification (ISC) yang berkedudukan di Sydney, Australia dengan memberikan sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2008.

Pada tahun 2011 Masjid Al-Ikhlas Jati Padang, Jakarta Selatan, mendapat sertifikat ISO 9001:2008 sebagai Masjid dengan pengelolaan manajemen Masjid terbaik se-Indonesia. Melalui sertifikat ISO 9001:2008 ini masjid jami’ tersebut dinilai telah menerapkan manajemen pengelolaan masjid dengan standar mutu yang berkualitas. Melihat bentuknya, Masjid Al Ihlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan memang biasa-biasa saja. Masjid beton ber-arsitektur kontemporer dengan menara tunggal menjulang tinggi. Tapi istimewanya masjid ini adalah masjid sekaligus lembaga keagamaan pertama yang meraih sertifikat ISO 9001:2008 tidak saja di Indonesia tapi juga Asia Tenggara dan bahkan juga mungkin di dunia.

Bagi lembaga sertifikasi ISC sendiri, penyerahan sertifikat tersebut adalah suatu kehormatan dan prestasi yang menggembirakan karena Masjid Al-Ikhlash Jatipadang merupakan Masjid dan lembaga pertama di dunia yang telah diaudit dalam proses sertifikasi ISO. Ini berarti diseluruh dunia, Masjid Al-Ikhlash

37 “Menuju Pusat Dakwah dan Syiar Syariah”

(50)

41

Jatipadang adalah tempat ibadah yang pertama menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008

Upaya ini dilakukan secara berkelanjutan terutama sejak Dewan Masjid Indonesia wilayan DKI Jakarta pada tahun 2009 juga telah menetapkan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang sebagai Masjid Unggulan Pertama tingkat wilayah DKI Jakarta. Manajemen Masjid yang professional, modern dan berstandard International akan mendukung pengelolaan organisasi dan unit-unit kerja di Masjid Al-Ikhlash yang semakin berkembang sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Sejak berdiri hingga kini, Masjid Al-Ikhlash telah memiliki kegiatan dan perangkat organisasi yang ideal sehingga selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Al-Ikhlash juga mengelola unit pelayanan klinik kesehatan lengkap dengan tenaga dokternya, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (KB-TKIT), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Lembaga Pendidikan dan Latihan Al-Qur’an (LPLQ), Media Center, Unit Pemberdayaan Perempuan, Pengembangan Ekonomi Islam melalui penyewaan ruang Toko, Perpustakaan, Pelayanan Zakat dan sebagainya.

(51)

Pengukuran Kepuasan Jamaah, Pemeliharaan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana, Pengembangan SDM serta pengadaan Barang dan Jasa.

B. Visi dan Misi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

Visi :

Masjid Sebagai Pusat Dakwah Berbasis Ilmu Madani.38

Misi :

1. Ibadah yang memancarkan ruh Dakwah. 2. Pusat kajian ilmu-ilmu Madani.

Pusat pelatihan dan pendidikan Pusat pelayanan Masyarakat/umat.

3. Pusat informasi tentang jamaah/umat di Pasar Minggu, DKI Jakarta. C. Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlas Jatipadang

DEWAN PENASIHAT

DEWAN SYARIAH

MAJELIS PPERTIMBANGAN PENGURUS

KETUA UMUM

WAKIL KETUA UMUM

INTERNAL AUDIT SEKRETARIS UMUM

KETUA BIDANG I KETUA BIDANG II KETUA BIDANG III

(52)

43

D. Program-program Pemberdayaan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

Dalam hal kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, Sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang mempunyai 4(empat) program utama, yaitu;

1. Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan

Bidang ini dibentuk dalam rangka meningkatkan profesionalisme pengajaran serta profesionalisme kegiatan belajar mengajar yang bertujuan dalam rangka mengemban amanah dari jama’ah/umat untuk menyelenggarakan serangkaian program pendidikan, dan pelatihan serta beberapa kegiatan pengembangan sistem pendidikan dan dakwah terpadu. Selain itu, bidang ini juga menyelenggarakan berbagai program pengembangan organisasi dan manajemen hingga program pendidikan formal, non-formal maupun informal. Ada beberapa kegiatan yang terkait dengan program bidang pendidikan tersebut, ada yang bersifat profit dan non profit.

(53)

a) Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Al-Ikhlash, berakreditasi A dari Departemen Pendidikan Republik Indonesia.

b) Kelompok Bermain Islam Terpadu (KBIT) Al-Ikhlash, yang untuk sementara ini masih dikelola oleh Manajemen TKIT Al-Ikhlash.

c) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Ikhlash, dengan Nomor Keanggotaan 022 dari BKPRMI.

Adapun kegiatan-kegiatan yang bersifat non-profit antara lain;

a) Sekolah TPA program CSR dari kampus LPIA (Lembaga Pendidikan dan Ilmu Al-qur’an) pasar minggu, Jakarta Selatan.

b) Unit kursus/pelatihan Takhfidz dan Takhsin Al-Qur’an(LPLQ) bagi anak-anak, remaja dan dewasa.

c) Unit kursus/pelatihan manajemen organisasi dan penyelenggaraan kegiatan(Event Organizer) Al-Ikhlash.

d) Studi Islam Ramadhan(SIR).

Kegiatan ini merupakan kegiatan kajian ilmu dan agama yang disajikan secara serius tapi santai atau biasa juga disebut dengan “Pesantren Kilat

Ramadhan”. Kegiatan ini ditujukkan sebagai wadah pembinaan dan pengkaderan remaja Masjid usia SLTP dan SLTA. Metode pengajaran ini dilakukan dengan pemberian materi, permainan, serta monitoring.

(54)

45

2. Bidang Ekonomi Mikro (Optimalisasi Potensi Masjid dan Jama’ah Masjid)

Bidang Ekonomi mikro (optimalisasi potensi Masjid dan jama’ah masjid) merupakan salah satu bidang strategis. Keberhasilan kinerja bidang ini menjadi salah satu indikasi keberhasilan masjid untuk berkembang mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan secara swasembada.

Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang Ekonomi mikro (optimalisasi potensi Masjid dan jama’ah Masjid) antara lain;

a) Pengelolaan Ruang Ekonomi (Toko Masjid). b) Optimalisasi Aset-aset/ruangan/lahan.

c) Pengoptimalisasian Even Organizer Al-Ikhlash.

d) Pengoptimalisasian potensi-potensi yang dimiliki oleh jama’ah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.

3. Bidang Pemberdayaan Perempuan

Bidang ini dibentuk sebagai badan otonom yang mewadahi kepentingan perempuan untuk berperan aktif dalam kegiatan memakmurkan Masjid. Kegiatan bidang ini difokuskan pada kegiatan dakwah dan sosial.

Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang pemberdayaan perempuan antara lain;

a) Penyuluhan-penyuluhan kepada jama’ah muslimah tentang pendidikan agama dan pendidikan umum, kesehatan dan lain-lain.

(55)

4. Bidang Bantuan Sosial (optimalisasi dana zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf)

Bidang ini mengemban amanah untuk menghimpun bantuan dana sosial masyarakat yang kemudian disalurkan dan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Untuk menyalurkan bantuan dana yang terhimpun, sub bidang ini mempunyai panitia khusus yang nantinya akan mendistribusikan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dan juga dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial.

Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang bantuan sosial antara lain;

a) Unit pelayanan kesehatan gratis. b) Penyuluhan kesehatan.

c) Khitanan massal gratis. d) Beasiswa pendidikan.

e) Pemberian bantuan bagi masyarakat/jama’ah yang tertimpa musibah. f) Pengurusan Jenazah gratis dan santunan kematian.

g) Penyaluran dana zakat dan pemberian daging hewan Qurban

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan yaitu (1) pemahaman anggota legislatif perempuan dalam pemberdayaan pendidikan politik: menjalankan tugas-tugasnya

(4) solusi mengatasi kendala dalam pemberdayaan pendidikan politik yang dilakukan oleh anggota legislatif perempuan pada masyarakat Wonogiri yaitu menambah anggaran

mengangkat masalah tentang bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Meningkatkan Partisipasi Pelestarian Hutan Lindung sehingga dapat membangun dan menyadarkan

Kelemahan tersebut dikarenakan adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh lembaga Masjid Baitul Muttaqien Kelurahan Kembangarum Semarang Barat yaitu; Masih kurangnya

Hasil dari penelitian ini menjelaskan ada beberapa alasan perempuan buruh gendong memilih pekerjaan sebagai buruh gendong yaitu ekonomi, menjai single parents, tidak memiliki

Penelitian ini berjudul “Revitalisasi Pasar Papringan Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pasar Papringan, Desa

46 M. Ketua Bkm Masjid Besar Al-Falah, wawancara tanggal 30 Agustus 2018.. yang dimiliki anak-anak muda jaman sekarang dan dapat mengembangkan potensi dan bakat untuk mengajak

Dengan diadakannya lomba da’i cilik Panitia PHBI dengan mudah dapat melahirkan da’i mudah yang berkualitas dengan melihat sejauhmana potensi yang dimiliki anak-anak muda