• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Output (Hasil) Program Pemberdayaan Berbasis Masjid yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

BAB V Bab ini merupakan penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran

ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Program-program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid dan Hasil Program (Output) Pemberdayaan yang Dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash

2) Analisis Output (Hasil) Program Pemberdayaan Berbasis Masjid yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Peneliti terhadap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Hasil analisa Peneliti dari observasi kegiatan tersebut adalah, bahwa kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-ikhlas Jatipadang sangatlah bermanfaat dan memberikan dampak yang sangat positif bagi jama’ah/masyarakat sekitar Masjid

umumnya, dan bagi pemanfaat program khususnya.

Kegiatan pemberdayaan berbasis masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang merupakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian jama’ah Masjid dan Masyarakat sekitar Masjid

sebagai pemanfaat program. Selain itu juga sebagai sarana meningkatkan

keterampilan dan pengalian potensi serta pencarian solusi agar para jama’ah

(pemanfaat program) dapat tahu permasalahan yang mereka hadapi dan mampu menyelesaikannya.

Kegiatan tersebut juga sebagai upaya yang sistematis dan terencana dari DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dalam rangka melakukan perubahan tatanan sosial yang lebih baik lagi yang dilandasi oleh ajaran agama Islam kepada para

Jama’ah dan masyarakat sekitar Masjid sebagai pemanfaat program. Kegiatan tersebut juga sebagai wadah pembinaan umat/jam’ah melalui kegiatan pendidikan

dan pengajarannya.

Kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang juga dapat dikategotikan dalam rangka

69

memakmurkan peran dan fungsi Masjid, dimana kegiatannya merupakan langkah mereka untuk membina keutuhan, sillaturrahmi serta kegotong-royongan antara

DKM dengan jama’ahnya.

Terakhir, kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang juga merupakan kegiatan dakwah, khususnya dakwah bil Hal dimana dengan kegiatan tersebut dapat menggerakkan anggota masyarakat yang mampu untuk membangun Masjid dengan semangat dakwah, terutama dakwah yang berhubungan antar sesama manusia. Dakwah dengan memprioritaskan bantuan kepada umat yang kurang mampu dan membantu mereka menyelesaikan permasalahnnya. Kagiatan ini juga dapat dijadikan sebagai wadah dalam merubah paradigma tentang dakwah itu tadi, pemahaman dakwahnya bukan lagi dakwah yang dipahami secara konvensional yang masih terfokus kepada ibadah vertikal yang hubungannya antara Allah dengan hambanya. Akan tetapi paradigma dakwahnya lebih kepada dakwah tentang perubahan sosial secara nyata yaitu hubungan ibadah yang fleksibel vertikal dan horizontal. Artinya, kegiatan pemberdayaan berbasis masjid dapat menjadi sarana dakwah yang dapat menambah keimanan seseorang, dimana kegiatan tersebut merupakan sarana hubungan manusia dengan Allah, serta hubungan manusia dengan manusia.

Berikut merupakan analisis Output dari program pemberdayaan berbasis Masjid yang peneliti gambarkan melalui diagram matriks:

Nama Program Kegiatan

Analisis Hasil/Output Indikator Perubahan

Pemberdayaan Pendidikan Para Pemanfaat program dapat mengenyam

 Para siswa dapat bersekolah dengan

pendidikan dengan gratis. Bagi para siswa kursus membaca dan menghafal Al-qur’an,

program LPLQ

(lembaga pendidikan

dan latih Qur’an)

sangatlah membantu

mereka dalam

keterampilan membaca dan menghafal

Al-qur’an.

Bagi para peserta pendidikan non formal yang berupa pengajian-pengajian, diskusi-diskusi, serta seminar-seminar, kegiatan tersebut sangatlah bermanfaat. Mereka bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru dalam hal keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan sebagainya. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat dijadikan sebagai ajang sillaturrahmi bagi

sesama jama’ah Masjid

Al-Ikhlash dan masyarakat pada umumnya.

gratis. Orang tua

mereka bisa

bersekolah tanpa harus dipusingkan dengan biaya.

 Setelah lulus, mereka bisa bekerja dan mambantu

perekonomian

keluarga menuju kehidupan yang lebih baik.

 Peserta kusus LPLQ semakin terampil dalam membaca dan menghafal Al-qur’an

dan bahasa arab.

 Para peserta seminar, diskusi dan pengajian-pengajian, mereka mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru dalam hal keagamaan, pendidikan,

kesehatan, sosial,

budaya dan

sebagainya yang berguna bagi hal keilmuan mereka.

Pemberdayaan Ekonomi Mikro

 Bagi para pemanfaat toko Masjid, mereka bisa berwirausaha dengan biaya sewa lahan yang murah.

 Mereka bisa lebih mandiri, agar bisa membantu

perekonomian mereka.

 Mereka bisa lebih terampil dalam  Dengan berwirausaha, mereka bisa mendapatkan penghasilan untuk kelangsungan hdup mereka.

 Mereka bisa tau potensi yang ada di diri mereka.

 Munculnya industri-industri kecil

dikalangan jama’ah.

71

 Mereka mendapatkan pengetahuan dalam hal perizinan usaha.

izin usaha.

 Mereka jadi tahu kemana harus memasarkan produk usahanya. Pemberdayaan Perempuan  Para jama’ah perempuan masjid Al-Ikhlash bisa mempunyai pengetahuan tentang pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan keagamaan.

 Bisa menjadi kader-kader posyandu.  Bisa menerapkan ilmunya bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya.  Semakin banyak jama’ah yang menjadi kader-kader pemberdayaan, terutama bagi keluarganya.  Semakin banyak jama’ah perempuan

yang bisa menjadi tenaga pengajar untuk kursus dan sekolah gratis di Masjid Al-Ikhlash.

 Semakin tingginya tingkat kesadaran dan kepedulian kepada sesama.

Bantuan Sosial  Membantu jama’ah

yang tertimpa musibah.

 Meringankan beban

jama’ah yang

tertimpa musibah.

 Anak-anak jama’ah

yang kurang mampu bisa bersekolah hingga jenjang yang lebih tinggi.

 Sebagai sarana untuk tolong-menolong antar sesama.

 Sebagai sarana dakwah dan sarana memakmurkan masjid

 Meningkatkan hubungan

sillaturrahmi antar

pengurus dan jama’ah

masjid.  Meningkatkan kesadaran untuk saling menolong sesama.  Semakin banyak

jama’ah masjid yang

mampu, ikut serta dalam memberikan bantuan.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid bagaikan Oase ditengah padang pasir, pasalnya kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid sangatlah jarang dilakukan. Padahal Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia mempunyai banyak Masjid, dan jumlah tersebut sangatlah potensial jika kita semua sebagai umat Islam dapat memanfaatkannya untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan dan sebagai poros terdepan peretas kebangkitan umat Islam. Di Indonesia, biasanya kegiatan pemberdayaan dilakukan oleh element pemerintah melalui dinas-dinas terkait, LSM, NGO, lembaga Philantrhophy, dan juga perusahaan-perusahaan swasta melalui CSR-nya.

2. Masjid, yang oleh umat Islam sangat dikultuskan ternyata dapat juga menjadi sarana bagi kita sebagai umat Islam untuk saling tolong-menolong dengan sesama, khususnya untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, seperti yang dilakukan oleh pengurus dan sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.

3. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti mendapatkan data melalui pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen.

73

4. Sebagai bahan analisis, dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 (empat) teori. Yaitu, teori pemberdyaan masyarakat, teori peran dan fungsi Masjid dan juga teori pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid.

5. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang mempunyai 4 program Kegiatan Pemberdayaan, yaitu: Pemberdayaan Pendidikan, Pemberdayaan Ekonomi Mikro, Pemberdayaan Perempuan dan Kegiatan Bantuan sosial.

6. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ini ditujukan khusus

untuk jama’ah Masjid Al-ikhlash dan masyarakat sekitar Masjid serta masyarakat luas pada umumnya.

7. Hasil analisis peneliti dari kegiatan Pemberdayaan Berbasis Masjid tersebut menyatakan bahwa, kegiatan pemberdayaan tersebut sebagai upaya dalam

rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian jama’ah Masjid dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan tersebut juga dapat dikategorikan

sebagai kegiatan yang membina keutuhan ikatan jama’ah, sebagai wahana

untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan umat muslim, serta sebagai sarana pembinaan dan pengembangan kader-kader umat Islam melalui pendidikan dan pengajaran. Artinya, teori yang peneliti gunakan sebagai pisau analisis sudah sesuai dengan analisis yang peneliti kemukakan, dan semua itu berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, serta penelaahan dokumen yang peneliti lakukan terkait dengan program pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu.

8. Dalam hal Output, bagi para pemanfaat program, kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut sangatlah dirasakan sekali manfaatnya. Dalam hal

pendidikan, para jama’ah yang tidak mampu dapat mengenyam pendidikan

dengan gratis, mereka juga dapat belajar membaca dan menghafal Al-qur’an. Dalam hal ekonomi mikro, para jama’ah yang mempunyai bakat wirausaha

dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash untuk berwirausaha, agar memudahkan mereka dalam menopang kebutuhan ekonominya dengan berwirausaha tersebut. Dalam hal

pemberdayaan perempuan, para jama’ah wanita dan kaum ibu diberikan keahlian untuk menjadi kader-kader pemberdayaan. Kemudian dalam hal

bantuan sosial, jama’ah Masjid dan masyarakat pada umumnya mendapatkan

berbagai bantuan dari Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Diantaranya, bantuan

kematian, bantuan bagi jama’ah yang terkena musibah, bantuan beasiswa pendidikan dan juga bantuan-bantuan lainnya yang sifatnya bantuan sosial.

B. Saran

Semoga Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bisa lebih optimal dan lebih baik lagi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis Masjid dan dalam rangka pemecahan permasalah-permasalahan sosial yang banyak terjadi lingkungan Masjid khususnya dan di masyarakat pada umumnya.

Semoga jam’ah Masjid dan masyarakat sekitar sebagai pemanfaat

program, dapat memanfaatkan kegiatan pemberdayaan tersebut sebaik-baiknya, agar kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai sarana dalam memandirikan dan mensejahterakan mereka.

Bagi para Stekholder, pemerintah khususnya berserta dinas-dinas terkait, semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi dalam melaksanakan

75

kegiatan pemberdayaan. Dimana kita dapat melakukan kegiatan pemberdayaan dengan Masjid sebagai poros utamanya, karena sudah saatnya Masjid menjadi bagian dari solusi masyarakat untuk ikut serta dalam menyelesaikan dan meringankan problematika kehidupan. Masjid perlu diberdayakan melalui

pembinaan pengurus dan jama’ahnya, dan melalui peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.

Selain itu juga, semoga kita semua (peneliti khususnya), bisa mengambil pelajaran dan hikmah yang terkandung dalam kegiatan pemberdayaan tersebut, dengan lebih peka lagi terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi

disekeliling kita, dan dapat „membuka mata’ selebar-lebarnya dengan mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.

Terakhir, semoga kagiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, dapat ditiru oleh masjid-masjid lain yang ada di Indonesia, agar dapat membantu pemerintah dalam memecahkan permasalahan-permasalahan sosial, budaya serta permasalahan lainnya yang saat ini sedang melanda negeri kita Indonesia. Terima Kasih.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah, dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Ayub, Mohammad E. Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus. Penyunting, Doddy Mardanus. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Gazalba, Sayidi. Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam. Cet ke-6. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1983.

Harahap, Sofyan Safri. Manajemen Masjid. Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996.

Hermansah, Tantan, dkk. Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009. Ife, Jim. Community Development: Creating community alternative-vision,

analysis and practice. Dalam Tantan Hermansah, dkk. Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009.

Manuwoto. Peningkatan peran serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam menuju masyarakat madani. Dalam Tantan Hermansah, dkk. Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009.

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-25. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Menuju Pusat Dakwah dan Syiar Syariah. Sejarah dan Profil Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Jakarta, 2010.

Nurdin, Ali. Qur’anic Society. Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2006.

Rukhiyat, Adang, dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Edisi ke-3. Jakarta: CV.Tumaritis, 2003.

Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizzan, 1998.

Soetomo, Strategi-strategi pembangunan masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

77

Subianto Achmad dkk, fokkus babinrohis pusat, ICMI Orsat Cempaka Putih, Yayasan Kado Anak Muslim. Pedoman Manajemen Masjid. Jakarta: Cetakan I, 1 Muharram 1425 H/ 22 Februari 2004.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat. Cetakan 1. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.

Supardi & Teuku Amiruddin. Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat, Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid. UII Press Yogyakarta: cetakan pertama, Mei 2001.

Yulistiani, Indrianti. Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Cetakan kedua. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Wawancara Pribadi dengan Narasumber Terkait.

Wawancara pribadi dengan Bapak Abbas Supriadi. Jakarta, Pada tanggal 22 maret 2014.

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Rohman. Jakarta, 13 April 2014.

Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Agung Priyadi. Jakarta, Pada 22 Maret 2014.

Wawancara Pribadi dengan Bapak Ir. Rahadi Mulyanto. Jakarta, 22 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Rio Gajahmada. Jakarta, Pada tanggal 22

Maret 2014.

Wawancara pribadi dengan Bapak Nur Ali. Jakarta, 28 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Bapak Tri Haryanto. Jakarta, 28 Maret 2014. Wawancara Pribadi dengan Bapak Trijoko. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Sartika. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara pribadi dengan Ibu Evi. Jakarta, 28 Maret 2014.

Wawancara pribadi dengan Ibu Hayati. Jakarta, 28 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Ibu Iis Sumiati. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Mulyanah. Jakarta, 13 April 2014.

Wawancara pribadi dengan Ibu Susanto Kasdi. Jakarta, Pada tanggal 24 maret 2014.

Wawancara pribadi dengan Muhammad Fikriza Dzikrullah. Jakarta, 28 Maret 2014.

Sumber dari internet:

Data sensus penduduk Indonesia, tahun 2010,”. Artikel diakses pada 23 mei 2014 pukul

13.38 dari www.bps.go.id/tab_sub/view

“Memberdayakan peran & fungsi Masjid,”. Artikel diakses pada 28 mei 2014 pukul 21.33 dari www.kemenag.go.id

1. Nama : Bapak Ir.Rahadi Mulyanto

Alamat: Jl.Raya Ragunan No.11 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540

Umur : 48 Tahun

Jabatan: Sekretaris Umum Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 10.30 – 11.20 WIB

Saya Sejak tahun berapa Masjid Al-Ikhlash Jatipadang mempunyai program pemberdayaan masyarakat?

Bapak Rahadi Program tersebut sudah ada sejak tahun 2006 hingga saat ini Saya Apa tujuan dari diadakannya program tersebut?

Bapak Rahadi Program tersebut dibuat dengan maksud agar dapat membantu

jama’ah masjid khususnya dan masyarakat pada umumnya

dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Meningkatkan kesejahteraan mereka, keterampilan mereka, serta pastinya meningkatkan kemandirian mereka terutama dalam hal perekonominnya.

Saya Program apa saja yang terkait dengan pemberdayaan tersebut? Bapak Rahadi Dalam pelaksanaannya, kami mempunyai 4 program, yaitu:

pemberdayaan ekonomi mikro, pemberdayaan pendidikan, pemberdayaan perempuan dan program bantuan sosial.

Saya Siapa saya pemanfaat program pemberdayaan tersebut?

Bapak Rahadi Dalam pelaksanaannya, banyak orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Tetapi dalam hal pemanfaat program tersebut biasanya kami memprioritaskan jama’ah masjid kami serta

masyarakat sekitar masjid yang memang membutuhkan dan kami anggap pantas menerima program tersebut.

Saya Bagaimana cara untuk mengetahui orang-orang yang dianggap pantas menerima program tersebut?

masjid. Darisana-lah kami bisa menentukan siapa-siapa saja yang berhak dan pantas menerima program pemberdayaan tersebut.

Saya Bagaimana respons para pemanfaat program tersebut?

Bapak Rahadi Pada awal diadakannya program tersebut, respons jama’ah dan

masyarakat sangat anusias dan menyambut baik program kami.

Bahkan tidak hanya jam’ah dan masyarakat sekitar masjid saja

uang datang mendaftarkan diri. Dari luar daerah kelurahan pun banyak yang mendaftarkan diri.

Saya Jika kejadiannya demikian, lantas apa yang dilakukan oleh pihak masjid Al-Ikhlash Jatipadang?

Bapak Rahadi Untuk dapat mengakomodir masyarakat yang antusias dengan program kami dan agar mereka tidak kecewa dengan manajemen Masjid kami, akhirnya kami melakukan inventarisasi pula bagi masyarakat yang datang dari luar kelurahan Jatipadang agar kami bisa menyeleksi siapa saja yang memang pantas mendapatkan program dari kami. Hingga pada akhirnya, manajemen masjid Al-Ikhlash memutuskan untuk

membagi wilayah program melalui 2 Ring. Ring 1 bagi jama’ah

dan Masyarakat sekitar masjid, dan Ring 2 bagi masyarakat umum atau yang datang dari luar Kelurahan Jatipadang.

Saya Apa perbedaan antara Ring 1 dan Ring 2?

Bapak Rahadi Perbedaan mendasarnya yaitu dari segi Jumlah pemanfaat atau penerima program. Hingga saat ini, pada Ring 1 terdapat hampir 800 orang pemanfaat program kami. Sedangkan dari ring 2, kami hanya membatasi sekitar 200 orang saja.

Saya Bagaimana output dari program prmberdayaan tersebut?

Bapak Rahadi Banyak sekali manfaat yang didapat dari pelaksanaan program pemberdayaan tersebut. Masyarakat bisa lebih mandiri, lebih terampil, dapat mengembangkan sumberdayanya, dapat memunculkan kader-kader pemberdaya umat serta pastinya

dapat menambah sisi religiusitas jama’ah dan masyarakat.

2. Nama : Bapak Ir.Agung Priyadi

Alamat: Jl.Raya Jatipadang – Komplek Departemen Pertanian Blok A nomor.3 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 51 Tahun

Jabatan: Koordinator bidang pendidikan Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang. Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 13.10 – 13.43 WIB

Saya Sejak kapan program pemberdayaan pendidikan ini dilaksanakan?

Bapak Agung Priyadi

Program pendidikan yang ada di Yayasan Al-Ikhlash Jatipadang sudah ada sejak tahun 2006.

Saya Program pendidikan seperti apa saja yang terdapat didalamnya? Bapak Agung

Priyadi

Untuk bidang pendidikan sendiri, kami mempunyai beberapa program, ada program yang sifatnya formal dan informal. Kemudian dibagi lagi menjadi ada yang sifatnya Profit dan ada juga yang Non Profit.

Saya Apa bedanya antara yang formal dengan informal Bapak Agung

Priyadi

Yang formal itu terdiri dari pendidikan seperti pada sekolah biasa atau seperti sekolah pada umumnya. Dan waktunya-pun sama seperti sekolah pada umumnya.

Sedangkan yang non-formal/informal biasanya hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja, dan juga kegiatannya lebih banyak, seperti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, kursus privat, dan sebagainya.

Saya Terus, apa bedanya antara yang profit dengan yang non-profit? Bapak Agung

Priyadi

Perbedaan yang mendasar antara yang profit dengan yang non-profit terletak pada pembiayaan dan dananya.

Pendidikan yang formal biasanya bersifat profit, biaya yang dipatok sama seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Sedangkan pendidikan informal yang non-profit biasanya gratis karna kami mempunyai donatur tetap, mempunyai dana sendiri

dan ada juga yang sumberdananya dari bantuan CSR.

Seperti contohnya, ada sekolah CSR dari LPIA (Lembaga Pendidikan Ilmu Al-Qur’an) pasar minggu. Itu semua biaya

operasionalnya ditanggung/ bantuan dari mereka. Termasuk dari tenaga pengajarnya pun demikian.

Saya Program pendidikan apa saja yang terdapat pada yang formal dan Informal?

Bapak Agung Priyadi

Untuk pendidikan formal, kami memiliki TK/PAUD/TPA. Sedangkan untuk yang non-formal, kami memiliki sekolah CSR, LPLQ(Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Al-Qur’an), ada

kursus/privat bahasa arab, pesantren ramadhan, ada seminar-seminar, ada pengajian mingguan dan bulanan, serta ada pelatihan organisasi dan event organizer.

Saya Siapa saja pemanfaat program tersebut? Bapak Agung

Riyadi

Untuk pemanfaat program pendidikan biasanya mayoritas itu anak-anak dari jama’ah masjid kami dan juga anak-anak dari masyarakat sekitar. Sedangkan untuk yang pendidikan formal itu pemanfaatnya dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak,

remaja, dewasa, mahasiswa, serta para jama’ah kami pastinya.

Saya Bagaimana hasil dari adanya program tersebut? Bapak Agung

Riyadi

Untuk masalah output pastinya sangat bermanfaat sekali. Selain dapat membantu pendidikan anak-anak dan jama’ah kami,

program tersebut pastinya bisa membuat anak-anak dan jama’ah

kami lebih terampil, tidak buta akan pendidikan, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan religiusitas, serta dapat membuat mereka lebih baik nantinya, Insyaallah.

Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 39 Tahun

Jabatan: Koordinator bidang pengembangan minat dan keterampilan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang

Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 13.55 – 14.20 WIB Saya Sejak kapan program ini dilaksanakan? Bapak Rio

Gajahmada

Program ini sudah ada sejak tahun 2006 silam hingga sekarang

Saya Tujuan diadakannya program tersebut untuk apa? Bapak Rio

Gajahmada

Program ini diadakan untuk mengakomodir kebutuhan jama’ah

yang mempunyai minat dan bakat untuk berwirausaha dan ingin membuka usaha tapi mempynyai keterbatasan. Naah, melalui program ini-lah kami mencoba mengakomodir mereka dengan

menjadi fasilitator bagi jama’ah dan masyarakat sekitar yang ingin mengembangkan usahanya.

Saya Apa saja program yang termasuk didalamnya? Bapak Rio

Gajahmada

Untuk masalah program, kami memiliki toko masjid yang

diperuntukkan bagi jama’ah yang ingin membuka usaha tapi

tidak mempunyai lahan dan hanya mempunyai biaya yang terbatas, kemudian kami juga menyediakan lahan berupa aula serbaguna yang bisa digunakan masyarakat untuk melaksanakan resepsi pernikahan, seminar dan lain-lain, terus ada juga lahan parkir kami yang lumayan luas itu biasanya di bulan Ramadhan

kami sediakan bagi jama’ah/masyarakat yang ingin berdagang untuk makanan tak’jil selama 1 bulan penuh, kemudian juga kami melakukan advokasi bagi jama’ah yang ingin membuat

perizinzn usaha, mencari lokasi usaha serta mencarikan pameran-pameran UKM bagi para jama’ah yang mempunyai

bidang usaha supaya usaha mereka bisa dipamerkan disana. Saya Siapa saja pemanfaat program tersebut?