• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandepokan Seni Reog Ponorogo; Culture And Nature In Harmony

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pandepokan Seni Reog Ponorogo; Culture And Nature In Harmony"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Agus Moh Robbieth Abrory

Umur : 24 Tahun

Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 30 November 1991 Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Raden Tosono, Tosanan, Kauman, Kab. Ponorogo, Prov. Jawa Timur

No. Telepon / HP : 082218127497

E-mail : abroryrobbieth@gmail.com

Menerangkan dengan sebenarnya:

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tamatan : SD Negeri Tosanan, Kab. Ponorogo 1998-2004, Berijasah

2. Tamatan : SMP Negeri 1 Badegan, Kab. Ponorogo , 2004-2007, Berijasah

3. Tamatan : SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT RSBI Kab. Jombang, 2007-2010, Berijasah

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya:

Saya yang bersangkutan,

(2)
(3)
(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ponorogo adalah salah satu kawasan yang berada di wilayah

administratif provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak di koordinat 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8° 20’ LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dan memiliki

luas wilayah 1.371,78 km². Wilayah yang berada di selatan kota

Madiun ini adalah salah satu wilayah bersejarah yang ada di

Indonesia. Kota Ponorogo juga dikenal dengan julukan Kota Reog,

karena yang terkenal dari daerah ini adalah kesenian Reog Ponorogo.

Reog adalah salah satu tari yang sangat terkenal di Indonesia maupun

di mancanegara. Tarian ini berupa dadap merak (barongan) dengan

berat ± 60 kg yang dimainkan dengan cara digigit oleh seorang

pemain. Tarian ini biasanya dimainkan oleh 30 orang yang dibagi atas

beberapa kelompok.

Sejarah dan asal usul terjadinya Reog dalam cerita masyarakat

Ponorogo terdapat dua versi yaitu;

Pertama, pada masa kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh prabu

Brawijaya V, Ki Ageng Kutu atau dikenal juga sebagai Ki Demang

Suryo Ngalam, penguasa kerajaan Wengker yang berada di lereng

gunung Wilis menyindir sang prabu karena terlalu lemah dan tunduk

kepada istrinya yang merupakan putri keturunan Champa, sekarang

daerah semenanjung Malaya. Ki Demang berpendapat bahwa raja

tidak punya wibawa dan tidak bisa menjadi panutan bagi rakyatnya

karena terlalu tunduk terhadap kekuasaan istri. Sindiran Ki Demang

Suryo Ngalam ini kemudian dijadikan sebuah karya berupa kepala

macan yang diatasnya terdapat burung merak.

Kedua adalah berupa cerita legenda yang mengisahkan tentang

usaha Prabu Klono Sewandono, penguasa kerajaan Bantar Angin,

(6)

putri kerajaan Kediri, yaitu Dewi Songgo Langit. Usaha prabu Klono

Sewandono ini dibantu oleh patihnya yang sakti namun jenaka yaitu

patih Bujang Ganong.

Banyaknya orang yang melamar Dewi Songgo Langit menjadi

pendamping hidup, membuat putri kerajaan Kediri ini memberikan

syarat kepada orang yang melamarnya. Ada empat syarat yang

diajukan oeh Dewi Songgo Langit. Pertama adalah calon suami harus

mampu membuat terowongan yang menembus gunung Wilis sehingga

Kediri dan Ponorogo dapat terhubung langsung. Kedua adalah harus

menyediakan 144 kuda kembar yang ditunggangi oleh pemuda dan

pemudi yang rupawan. Ketiga adalah membawa binatang yang

berkepala dua dan yang terakhir adalah membuat tontonan yang

belum pernah ada di muka bumi ini.

Beratnya syarat yang diajukan oleh sang putri membuat pelamar

hanya tersisa dua yaitu Prabu Klono Sewandono dan raja Singo

Barong, penguasa gunung Lawu. Wujud raja Singo Barong seperti

singa dan selalu membawa merak diatas kepalanya membuatnya

terlihat garang. Namun ia melakukan cara yang licik untuk memenuhi

syarat tersebut. Ia selalu memata- matai prabu Klono Sewandono.

Mengetahui hal tersebut, prabu Klono sangat marah dan akhirnya

mengumpulkan prajuritnya untuk berperang melawan raja Singo

Barong. Peperangan sengit pun tidak terelakkan. Prabu Klono

Sewandono dengan senjatanya berupa pecut Samandiman akhirnya

dapat mengalahkan raja Singo Barong. Penguasa gunung Lawu ini

akhirnya tunduk setelah prabu Klono Sewandono menjadikan burung

merak yang selalu bertengger diatas kepala Singo Barong tidak dapat

lepas. Wujud ini akhirnya dijadikan sebagai pelengkap syarat Dewi

Songgo Langit yaitu mencari hewan berkepala dua serta tontonan

yang belum pernah ada di dunia.

Namun, perkembangan teknologi dan komunikasi pada saat ini

membawa banyak perubahan terhadap masyarakat Indonesia dalam

(7)

reog itu sendiri. Perkembangan ini malah membuat masyarakat

enggan untuk mempelajari kesenian dan budaya yang ada di

Indonesia, salah satunya Reog Ponorogo karena dianggap sudah

ketinggalan zaman. Hal inilah yang membuat negara lain dengan

mudah mengklaim warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia

ini menjadi miliknya. Namun seiring perkembangan waktu dan mulai

adanya kesadaran masyarakat terhadap penjagaan warisan budaya

nenek moyang Indonesia ini, Reog Ponorogo yang dahulunya hanya

dipelajari oleh segelintir orang, sekarang mulai dipelajari oleh semua

kalangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun, antusias orang

yang ingin mempelajari seni tari Reog Ponorogo tidak sebanding

dengan fasilitas yang ada.

Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk merancang sebuah

bangunan yang dapat menjadikan kesenian Reog Ponorogo dengan

(8)

1.2 Maksud

1. Menambah wawasan dan apresiasi masyarakat terhadap seni

Reog Ponorogo.

2. Mengorganisir kegiatan pelatihan Reog yang berada di Kabupaten

Ponorogo

3. Mencetak kader muda yang memiliki wawasan tentang Reog

Ponorogo.

1.3 Tujuan

1. Penyebaran informasi dan promosi mengenai berbagai hal yang

menyangkut Reog.

2. Menciptakan sarana pendidikan dan latihan bagi pemuda-dan

pemudi pilihan untuk mempelajari Tari Reog Ponorogo Secara

Intensif.

3. Menyediakan wadah penyelenggaraan kegiatan Reog Ponorogo

bagi seniman Reog yang ada di kabupaten Ponorogo.

4. Menyediakan fasilitas hiburan indoor dan fasilitas pendidikan seni

tari bagi masyarakat.

(9)

1.4 Kerangka Berpikir

Gambaran tentang kerangka berpikir alur dari rancangan yang

dikerjakan sebagai berikut

PROYEK

PADEPOKAN SENI REOG PONOROGO

STUDI BANDING & LITERATUR

ANALISA MASALAH

SKEMATIK PERANCANGAN KONSEP

HASIL PERANCANGAN TEMA

POTENSI

FUNGSI BANGUNAN

PENDIDIKAN & PARIWISATA

(10)

1.5 Lingkup Pembahasan

Mengingat luasnya lingkup masalah yang berkaitan dengan seni

budaya termasuk seni Reog Ponorogo, maka penulis membatasi

masalah tersebut dalam beberapa aspek lingkup pembahasan.

Pembahasan tersebut antara lain;

 Lingkup Padepokan Seni Reog Ponorogo secara keseluruhan yang berkaitan dengan ruang serta fungsi secara arsitektural dan

hubungannya dengan fungsi wilayah serta lingkungan sekitar area

perancangan.

 Lingkup kesenian dalam Padepokan Seni Reog Ponorogo berupa area serta wadah pertunjukkan Reog Ponorogo beserta

penunjangnya.

 Lingkup Pendidikan dalam Padepokan Reog berupa tempat berlatih berupa kelas dan juga wawasan mengenai Reog itu sendiri, baik

berupa galeri ataupun perpustakaan.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika yang dilakukan dalam penulisan laporan ini adalah

sebagai berikut;

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, maksud dan

tujuan, kerangka berfikir, lingkup dan pembahasan, serta kerangka

berfikir data dan sistematika penulisan Laporan.

BAB II Deskripsi Proyek

Bab ini berisi uraian tentang uraian tentang lokasi proyek,

peraturan-peraturan kawasan proyek serta literatur dan studi

(11)

BAB III Elaborasi Tema

Bab ini berisi deskripsi elaborasi tema pengertian tema yang

berkaitan dengan proyek yang akan dikerjakan serta deskripsi

analisa kawasan proyek serta daerah yang akan di bangun.

BAB IV Analisa dan Identifikasi Masalah

Bab ini berisi analisis kondisi lingkungan yang berkaitan dengan

masalah dan potensi yang ada. Hal ini akan menjadi acuan untuk

menerapkan konsep bangunan yang akan dirancang.

BAB V Konsep Perancangan

Bab ini berisi konsep perancangan yang diambil berdasarkan

kolaborasi analisa masalah dan potensi lingkungan serta tema

perancangan. Konsep ini meliputi konsep arsitektural, konsep

lansekap, konsep struktur, konsep utilitas dan konsep arsitektur

berkelanjutan.

BAB VI Hasil Perancangan

Bab ini memuat dan menjelaskan hasil perancangan meliputi

site plan, blok plan, bentukan massa bangunan, perspektif interior

(12)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Deskripsi Umum

2.1.1 Lokasi Proyek

Proyek : Padepokan Seni Reog Ponorogo

Tema : Culture and Nature in Harmony

Sifat Proyek : Fiktif

Fungsi : Pendidikan dan Pariwisata

Lokasi : Jl. Soekarno-Hatta, Kec. Babadan

Kab. Ponorogo, Provinsi Jawa Timur

KDB : 30 %

KLB : 1

Pemilik : Pemerintah Kota Ponorogo

Sumber Dana : APBD dan APBN

Gambar 2.1 Site

(13)

Gambar 2.1 menjelaskan tentang lokasi proyek yang berada di jalan

Soekarno-Hatta yang menjadi jalur utama menuju kabupaten

Ponorogo dari jalur lintas provinsi yang melewati Madiun.

2.1.2 Peraturan Kawasan berdasarkan RTRW Kab. Ponorogo

Pasal 58 RTRW Kab. Ponorogo

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan

sebagaimana dimaksud meliputi :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan;

d. kawasan peruntukan pertambangan;

e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata;

g. kawasan peruntukan permukiman;

h. kawasan peruntukan cadangan lahan;

i. kawasan hutan rakyat; dan

Gambar 2.2 Kawasan Strategis Kab. Ponorogo

(14)

j. kawasan peruntukan lainnya

Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan

peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf f meliputi :

a. kegiatan yang diizinkan adalah kunjungan atau

pelancongan, olahraga dan rekreasi, pertunjukan dan

hiburan, komersial, menginap/bermalam,

pengamatan, pemantauan, pengawasan dan

pengelolaan kawasan.

b. untuk kegiatan ekoturisme pengembangan yang

dilakukan tidak bertentangan dengan fungsi kawasan

terutama pada kawasan lindung;

c. pemanfaatan permukiman, perdagangan dan jasa

serta fasilitas umum maksimum 20% (dua puluh

persen) dari luas lahan yang ada dengan KDB yang

diizinkan 30% (tiga puluh persen), KLB 30% (tiga

puluh persen) dan KDH 70% (tujuh puluh persen).

Pasal 39 RTRW Kab. Ponorogo

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 33 huruf f meliputi:

a. Kawasan peruntukan pariwisata alam; dan

b. Kawasan peruntukan pariwisata budaya.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Kawasan Telaga Ngebel di Kecamatan Ngebel;

b. Kawasan Sendang Tirtowaluyo Jatiningsih di

Kecamatan Sooko.

c. Kawasan Air Terjun Toyamarto dan Air Terjun Pelatuk

di Kecamatan Ngebel;

d. Kawasan Hutan pada di Kecamatan Pudak;

(15)

f. Agrowisata di Kecamatan Ngebel dan Kecamatan

Ponorogo.

(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Kawasan Larungan dan Kirab Pusaka di Kecamatan

Ponorogo;

b. Kawasan Pagelaran Wayang Khusus di Kecamatan

Ponorogo;

c. Kawasan Reog di Kecamatan Ponorogo;

d. Kawasan Masjid Tegal Sari di Kecamatan Jetis;

e. Kawasan Makam Batoro Kathong di Kecamatan

Jenangan;

f. Kawasan Situs purbakala Sukosewu di Kecamatan

Sukorejo;

g. Kawasan Makam Raden Jayengrono di Kecamata Pulung.

h. Kawasan Astana Srandil di Kecamatan Badegan.

Pasal 54 RTRW Kab. Ponorogo

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan,

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 53 huruf a

meliputi:

a. Sistem Perkotaan

b. Sistem Perdesaan

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a

meliputi:

a. Kawasan perkotaan diperuntukan bagi kegiatan

intensitas tinggi dengan mengutamakan fungsi

perdagangan dan jasa, industri, permukiman, dan

fasilitas umum sesuai dengan karakter perkotaan di

(16)

b. Intensitas kegiatan tinggi dengan KDB, KLB dan KDH

sesuai dengan peruntukan masing-masing dengan

menyediakan RTH minimum 20% sebagai RTH publik dan

10% RTH privat.

c. pengendalian fungsi kawasan sesuai dengan peraturan

zonasi dan perkembangan yang ada pada setiap kawasan

perkotaan.

2.1.3 Kajian Teori Padepokan Seni Reog Ponorogo

2.1.3.1 Definisi Padepokan Seni

Definisi padepokan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah tempat persemadian (pengasingan diri) raja-raja di

Jawa pada masa yg lalu. Padepokan adalah tempat di mana

pemuda-pemuda “ndepok” (berguru) untuk menimba ilmu dan

berlatih keterampilan pada seorang guru yang dipercaya memiliki

ilmu dan keterampilan yang tinggi tentang sesuatu hal. “ndepok

adalah kata kerja bahasa Jawa yang mempunyai arti tinggal di

rumah atau di tempat yang disediakan oleh sang guru dalam

jangka waktu tertentu untuk tujuan belajar pada sang guru

tersebut. Pengertian lain dari padepokan ini adalah merupakan

Tempat Kreatif Seni (sanggar seni tari, seni Lukis, Seni Beladiri,

dll ) yang ada hubungannya dengan Budaya Bangsa. Sedangkan

seni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemahiran

menciptakan karya yang berkualitas baik dilihat dari segi

keindahan, kehalusan, dan sebagainya; kemampuan akal dalam

menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Dilihat dari segi

pengertian secara harfiah padepokan seni dapat diartikan sebagai

sebuah wadah pelatihan untuk menciptakan suatu karya yang

berkualitas baik dilihat dari segi keindahan, kehalusan serta

wadah bagi seseorang untuk menciptakan sesuatu yang bernilai

(17)

Padepokan seni menurut definisi lain merupakan

suatu wadah yang mampu menghasilkan sumber daya

manusia yang kreatif, inovatif dan profesional di bidang seni.

Dapat juga diartikan sebagai tempat mengajarkan berbagai

macam bentuk kesenian. Aktivitas yang terdapat di

dalamnya melatih, berlatih, dan mengembangkan salah satu

atau beberapa kesenian.

Padepokan seni secara umum merupakan tempat

dimana seorang seniman dapat terus berkarya dan

mengembangkan karyanya serta mampu berbagi atau

bertukar ilmu seni, yang di dalamnya terdapat interaksi yang

baik dan saling menguntungkan berhubungan dengan

kesenian.

Dengan demikian, padepokan seni Reog Ponorogo

adalah tempat untuk mengajarkan, mengembangkan dan

melestarikan seni Reog Ponorogo melalui metode

(18)

2.1.3.2 Arsitektur Tradisional Jawa

Arsitektur tradisional ialah suatu bangunan yang bentuk,

struktur, fungsi, ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan

secara turun temurun serta dapat dipakai untuk melakukan

aktivitas kehidupan dengan sebaik- baiknya. Kebudayaan dilihat

dari segi bahasa, berasal dari kata budaya yang berarti suatu

cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah

kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Arsitektur Jawa adalah arsitektur yang lahir, tumbuh dan

berkembang, didukung dan digunakan oleh masyarakat Jawa.

Arsitektur Jawa itu lahir dan hidup karena ada masyarakat Jawa,

bahkan banyak bangunan-bangunan Jawa yang adi luhung tidak

ada yang mengetahui siapa arsiteknya. Dengan demikian

Arsitektur Jawa lebih dikenal sebagai arsitektur tanpa arsitek.

Umumnya bangunan atau rumah Jawa selalu berbentuk

simetris atau setangkup, dan kalaupun tidak simetris tapi tetap

memakai kaidah keseimbangan. Kita dapat melihat bentuk dasar

bangunan Jawa yaitu Tajug, Joglo, Limasan, dan Kampung,

yang selalu memperlihatkan citra setangkup atau seimbang.

Bentuk Tajug dan Joglo seolah-olah memiliki titik sentrum atau

titik pusat dan memiliki arah memusat ke atas atau vertikal.

Dengan demikian kedua bentuk bangunan ini biasanya

digunakan untuk mewadahi aktifitas-aktifitas yang bersifat suci

dan sakral atau yang memerlukan kewibawaan atau bersifat

monumental.

Sedangkan untuk bangunan yang berbentuk Limasan dan

Kampung tidak memiliki titik sentrum dan bahkan lebih menonjol

memiliki arah menyamping atau horizontal. Kedua bentuk

bangunan ini umumnya justru digunakan untuk mewadahi

(19)

Bentuk bangunan atau rumah Jawa itu hanya ada 5 (lima)

jenis yang mudah dihafal dan dikenali, yaitu:

1) Joglo;

Arsitektur tradisional Jawa juga memiliki ciri ayom. Ayom dapat

diartikan sebagai teduh dan terlindung. Dalam hal ini arsitektur

Jawa dimaksudkan sebagai:

1) Teduh dan rindang: bagaikan pohon beringin yang kokoh

berdiri di alam tropis yang lembab ini. Kehadirannya dapat

memberikan keteduhan dan kesegaran udara yang sehat namun

tidak membuat masukm angin

2) Terlindung/ terhindar dari kekuatan metafisika: yang

merugikan Arsitektur Jawa diciptakan untuk keserasian antara alam

jagad raya (macro cosmos) dengan alam manusia (micro cosmos).

Kekuatan-kekuatan yang jahat diusahakan untuk

ditolak/disingkirkan atau dikendalikan sesuai dengan kodrat dan

kemampuan manusia. Dengan demikian arsitektur Jawa itu

tanggap terhadap kekuatan alam metafisika.

Lingkungan masyarakat Jawa yang bermata pencaharian

bidang agraris itu selalu melihat rumput itu sebagai musuh bagi

tanaman budi dayanya, sehingga manfaat rumput hanya digunakan

untuk bahan pangan bagi hewan-hewan ternak atau bahan penutup

atap. Dengan demikian halaman rumah Jawa diuopayaka untuk

terhindar dari tumbuhnya rumput ilalang. Tanah pekarangan

biasanya dilapisi dengan pasir urug agar tidak mudah becek dan

cepat menghisap air sehingga menjadi cukup keras dan kering.

(20)

seperti pohon sawo kecik. Jadi selain memberikan keteduhan,

pepohonan itu juga memberikan manfaat lain dan nilai tambah

seperti buahnya yang bisa dimakan dan/atau dijual, tampilan

pekarangan menjadi elok, beraroma harum, dan lainnya.

Alam lingkungan Jawa yang tropis diselesaikan dengan

pemberian atap sebagai mahkota dan banyaknya ruang-ruang

terbuka seperti Pendapa, Pringgitan, Kuncung dan Regol sehingga

menimbulkan kesan serasi dan menyatu dengan lingkungannya.

Penampilan bangunan juga menganut unsur keselarasan dan

keserasian. Masyarakat pada umumnya tidak akan berani membuat

dan mendiami bangunan yang berbentuk Joglo Pengrawit, Limasan

Trajumas, dan Tajug karena takut kuwalat meskipun pemilik

bangunan merasa cukup kaya, namun tidak akan bisa menyamai

kekayaan raja, maka ia akan cukup puas dengan membangun

rumah yang berbentuk Kampung, Limasan biasa dan palig tinggi

Joglo Lambang Sari. Hal ini menandakan adanya keselarasan

antara tampilan bangunan dengan srtatus pemiliknya. Bangunan

untuk raja tidak akan didirikan oleh, dan untuk rakyat kebanyakan,

(21)

2.1.4 Kebutuhan Ruang

FASILITAS NAMA RUANG FASILITAS NAMA RUANG

(22)
(23)

FASILITAS NAMA RUANG

PENGELOLA

Lobby

R. Direktur

R. Wakil Direktur

R. Ketua Yayasan

R. Staf Yayasan

R. Staf Administrasi

R. Staf Keuangan

R. Arsip

Bagian Rumah Tangga

Toilet

Gudang

(24)

2.1 Studi Banding Proyek Sejenis

2.1.1 Padepokan Reog Ponorogo

Padepokan Reog Ponorogo terletak di jalan Pramuka, Kota

Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Padepokan Reog Ponorogo

adalah tempat yang digunakan untuk melakukan pagelaran berbagai

kegiatan tari di daerah Ponorogo. Padepokan ini adalah teater

pertunjukkan indoor yang juga menjadi tempat latihan utama tari dari

berbagai kelompok tari yang ada disekitar kota Ponorogo. Area

padepokan ini hanya terdiri atas satu bangunan utama serta dua

bangunan pendukung yang terlekat dibelakang.

Bangunan utama adalah teater pertunjukkan yang memiliki

luas ±120 m² serta dikelilingi panggung penonton yang dapat

menampung ±500 orang penonton. Bangunan pendukung lainnya

adalah bangunan yang digunakan untuk rapat dan juga gudang

tempat untuk menyimpan berbagai kelengkapan tari Reog. Gambar 2.3 Panggung Utama Padepokan

Reog Ponorogo

(25)

Arsitektur Padepokan Reog Ponorogo ini memadukan unsur

tradisional dan juga unsur modern. Perpaduan ini terletak pada

bentuk bangunan dan juga material yang digunakan. Panggung

utama yang dipergunakan sebagai tempat untuk pertunjukkan ditutup

dengan atap dom dengan struktur bentang lebar.

Gambar diatas menunjukkan Tribun penonton dari Padepokan

Reog Ponorogo. Terdapat banyak kolom pada bangunan tribun ini,

sehingga pandangan penonton kearah panggung terganggu.

Padepokan Reog Ponorogo ini, walaupun bernama

padepokan namun didalamnya tidak terdapat tempat untuk berguru,

sebagaimana padepokan pada umumnya yang terdapat asrama

maupun fasilitas pendidikan yang lainnya. Padepokan Reog

Ponorogo ini hanyalah tempat pertunjukkan dan juga tempat latihan

seni tari. Oleh karena itu, setiap harinya padepokan ini sepi dan

hanya digunakan jika ada yang ingin berlatih tari ditempat ini. Gambar 2.4 Tribun Penonton Padepokan Reog

Ponorogo

(26)

2.1.2 Padepokan Pencak Silat Nasional

Padepokan Pencak Silat Indonesia sebagai suatu

kompleks terdiri dari sembilan bangunan, dengan luas total

8.781,21 m2 dan luas selasarnya : 5.037.94 m2.

Masing-masing bangunan mempunyai nama tersendiri, yakni :

Pendopo Agung, Pondok Gedeh, Pondok Serbaguna,

Pondok Pengobatan, Pondok Pustaka, Pondok Penginapan,

Pondok Meditasi, Pondok Pengelola Pencak Silat dan

Mushola.

1. Pendopo Agung.

Luas pendopo ini : 359,98 m2 dengan selasarnya

seluas 107,25 m2. Pendopo ini berfungsi sebagai

tempat untuk menerima tamu-tamu VIP PnPSI.

2. Pondok PERSILAT.

Pondok ini terdiri dari 2 lantai. Luas lantai bawah

302,56 m2, luas lantai atas 1.244,56 m2 dan luas Gambar 2.5 Pendopo Padepokan Pencak Silat TMII

(27)

selasarnya 237,38 m2. Keseluruhan bangunan pondok

dilengkapi dengan WC dan urinoir.

3. Pondok IPSI.

Pondok ini terdiri dari 2 lantai dengan luas total : 520

m2. Lantai atas digunakan untuk kantor Ketua Umum

dan Ketua Harian PB IPSI serta ruang rapat yang

berkapasitas 30 orang. Lantai bawah digunakan untuk

kantor Sekum dan Sekretariat PB IPSI serta kantor

Pengda IPSI DKI Jakarta. Seluruh ruangan di pondok ini

ber-AC serta dilengkapi dengan WC dan urinoir.

4. Pondok Pustaka.

Pondok ini mempunyai 3 lantai. Lantai dasar luasnya

847,02 m2 dan luas selasarnya 35,41 m2, luas lantai

I-nya 766,26 m2 dan luas lantai II-I-nya 470,46 m2. Lantai

dasar untuk ruang kantor pengelola, termasuk Kepala

Pondok Pustaka, ruang pertemuan berkapasitas 30

orang dan perpustakaan berkapasitas 18.000 buku.

Fasilitas perpustakaan meliputi ruang baca, ruang

referensi dan ruang audio-visual. Lantai I dan II untuk

musium yang menyajikan berbagai bukti materiial dan

ilustrasi yang menyangkut Pencak Silat. Pondok ini

(28)

5. Pondok Penginapan.

Pondok ini mempunyai 4 lantai. Luas lantai

dasarnya 898,40 m2 dengan selasarnya seluas 627,25

m2, luas lantai I-nya 688,45 m2 dengan selasarnya

seluas 454,58 m2, luas lantai II-nya 705,25 m2 dengan

selasarnya seluas 461,06 m2 dan luas lantai III-nya

705,25 dengan selasarnya seluas 499,94 m2. Pondok ini

mempunyai 96 kamar standar untuk 5 orang dan 40

kamar VIP untuk 1 dan 2 orang. Masing-masing kamar

mempunyai fasilitas AC, televisi, kamar mandi dan WC.

2.1.3 Padepokan Seni Mayang Sunda

Gambar 2.6 Padepokan Seni Mayang Sunda

(29)

Padepokan Seni Mayang Sunda yang terletak di jalan Peta,

Kota Bandung merupakan salah satu tempat pertunjukkan yang

sering dikunjungi oleh warga. Tempat ini difungsikan secara gratis

menjadi tempat diskusi, aneka seni permalam Minggu dan

event-event yang lainnya. Dengan bobot 70% seni tradisi, dan 30% seni

kontemporer. Padepokan yang terletak di Jalan Peta No. 209

Bandung ini diharapkan dapat memfasilitasi komunitas masyarakat

dalam rangka pemberdayaan seni budaya. UPT Padepokan Seni

Mayang Sunda biasanya menyambut wisatawan dengan suguhan

even-even seni tradisional dan kontemporer.

Persiapan seni pertunjukan di Padepokan Seni Mayang Sunda

terus dilaksanakan secara intensif. Sebanyak 25 kali gelar

pertunjukkan, respon publik sangat antusias. Prioritas di Padepokan

Seni Mayang Sunda adalah pada pertunjukkan seni tradisional untuk

menarik minat wisatawan. Padepokan seni ini tidak hanya menjadi

tempat pagelaran seni belaka, tetapi lebih jauh menjadi wadah yang

akhirnya menghasilkan pemikiran-pemikiran soal perkembangan

kasundaan. Salah satu cara untuk menjadikan Padepokan Seni

Mayang Sunda sebagai pusat kebudayaan, adalah pertunjukan seni

pada setiap hari Sabtu dan Minggu. Kreasi seni yang akan digelar di

Padepokan Seni Mayang Sunda tersebut, tidak hanya seni

tradisional saja, tapi juga menampilkan kreasi seni kontemporer dan

(30)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian Tema

Tema yang diangkat pada proyek yang sedang dikerjakan adalah “Culture and Nature in Harmony”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia harmoni adalah paduan keselarasan, perpaduan

antara keyakinan dan tingkah laku, menghormati, menyayangi apa

yang ada, merangkum, mensinerjikan dan menyelaraskan segala

macam perbedaan di lingkungan.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau

akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang

agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya,

karsa dan cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang

hanya ada pada manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya

adalah hasil dari aktualisasi diri manusia terhadap suatu lingkungan

kehidupannya, maka kebudayaan mempunyai banyak ragam sesuai

dengan aktualisasi diri masing-masing dalam sebuah daerah.

Nature atau alam dalam arti luas setara dengan dunia fisik atau

dunia materi, hal ini berkisar dalam skala subamotik sampai kosmik.

Pengertian lain alam adalah lingkungan yang tidak ada didalamnya

kegiatan seorang manusiapun. Selain itu arti dari alam adalah

permukaaan bumi yang sepi dari aktifitas manusia sehingga dapat

melindungi hewan ataupun makhluk yang lain didalamnya.

Dengan demikian arti dari Culture and Nature IN Harmony

adalah keselarasan antara tingkah laku dengan alam sekitarnya yang

(31)

3.2 Interpretasi Tema

Tema Culture and Nature in Harmony diambil berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang akan dijelaskan pada bagan

berikut;

Gambar diatas menjelaskan tentang bagaimana tema ini diambil.

Padepokan Seni Reog yang akan dibangun harus menjelaskan secara

detail bagaimana dan dimana seni Reog itu lahir. Selain itu, bangunan

yang akan dibangun harus mempresentasikan daerah. Dengan

demikian, Padepokan seni Reog yang merupakan tempat untuk

belajar dan pariwisata harus memakai arsitektur tradisional Jawa,

utamanya adalah Jawa Timur. Hal ini dikarenakan banyak dari

wisatawan yang senang terhadap nilai-nilai asli dari suatu daerah. Padepokan Seni Reog

(32)

Arsitektur yang akan dirancang tidak hanya berdasarkan

pertimbangan budaya, namun bangunan ini dibangun sekaligus

sebagai solusi terhadap masalah yang berkaitan dengan keadaan

seni Reog Ponorogo itu sendiri. Seni Reog Ponorogo, yang selama ini

dikenal karena keangkeran dan kesakralan yang meliputinya semakin

terkikis oleh zaman.

Penerjemahan dari tema perancangan ke konsep- konsep

perancangan didasarkan pada hal-hal yang berkaitan antara lain

dengan arsitektur tradisional Jawa, baik secara filosofis maupun

secara sosok bangunan. Selain itu juga penerjemahan tema ke

konsep arsitektur berdasarkan konsep arsitektur berkelanjutan

(Sustainability) yang mempertimbangkan kelestarian alam sekitar,

sehingga timbal balik antara manusia dengan alam, manusia dengan

arsitektur, maupun arsitektur dengan alam tetap seimbang.

Dengan demikian, maka dapat diartikan bahwa tema Culture and

Nature in Harmony adalah keselarasan antara alam, bangunan dan

juga manusia sebagai pelaku budaya. Lebih jauh lagi, pemakaian

tema ini dimaksudkan untuk menciptakan ketenangan untuk olah laku,

olah rasa maupun olah jiwa utamanya bagi pelaku seni Reog

(33)

3.3 Studi Banding Tema Sejenis

3.3.1 Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo (SAU) adalah suatu tempat yang

merupakan tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu,

dan workshop instrumen musik dari bambu. Tujuan utama SAU

sebagai laboratorium kependidikan dan pusat belajar untuk

memelihara kebudayaan Sunda dan khususnya angklung.

Gambar diatas menjelaskan tentang tata letak massa

bangunan dari Saung Angklung Udjo. Massa bangunan di SAU

dibangun secara periodik tanpa perencanaan yang matang.

Meskipun begitu, bangunan yang ada disana seluruhnya merangkul

alam sehingga antara bangunan dengan alam sekitar terlihat dan

terasa menyatu.

Gambar 3.2 Siteplan SAU

(34)

Fasilitas Saung Angklung Udjo (SAU) antara lain sebagai

berikut;

1. Bale Karesmen, Tempat yang dipakai untuk pentas seni

2. Buruan Sari Asih, Tempat untuk menikmati suasana khas Sunda.

3. Pusat Produksi Angklung

4. Sentra Penyuluhan Kehutanan

5. Saung dan Dapur Udjo

6. Ruang Latihan

7. Guest House

8. Panggung Taman Belakang

9. Souvenir Shop

3.3.2 Padepokan Seni Bagong Kussudiarja

Padepokan Seni Bagong Kussudiarja terletak didusun

Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Padepokan ini

didirikan oleh seniman Bagong Kussudiarja pada tanggal 2 oktober

1978 sebagai lembaga pendidikan kesenian non formal yang

meliputi tari, karawitan, teater, ketoprak.

Padepokan Seni Bagong Kussudiarja ini merupakan sebuah

"rumah" serta "ladang" berkesenian bagi banyak seniman serta

pemerhati bidang seni. Di tempat inilah, baik masyarakat

Yogyakarta maupun masyarakat dari luar, dapat mengapresiasi

berbagai karya seni pertunjukan lewat program-progam yang

dihadirkan oleh padepokan ini. Pada mulanya, padepokan yang

berdiri di atas tanah seluas 5.000 m² ini berawal dari tempat latihan

menari saja dan ia dirikan pada tahun 1958. Semenjak itu, begitu

banyak penari hebat yang telah dilahirkan. Kemudian dalam proses

berkesenian yang ia jalani serta keterlibatannya secara

terus-menerus dalam dunia itu, membuat Bagong ingin meciptakan

(35)

Gambar diatas menunjukkan salah satu bangunan di padepokan

seni Bagong Kussudiarja.

Para pengunjung padepokan seni milik Bagong dapat

menyaksikan berbagai kesenian di ruang pertunjukan utama.

Ruang pertunjukan utamanya menyerupai pendapa membuat

pengunjung merasa tidak lepas dari dunia nyata dalam proses

apresiasi. Sejumlah karya seni pertunjukan dari dalam maupun luar

negeri pernah menorehkan aksinya di panggung tersebut. Sesuai

dengan konsepnya, semua pertunjukan itu terbuka bagi siapa saja

yang ingin menikmatin ya. Salah satu program yang diadakan

secara rutin oleh padepokan ini antara lain adalah Jagongan

Wagen yaitu program pergelaran dan apresiasi karya seni

pertunjukan yang diselenggarakan secara terbuka dan rutin pada Gambar 3.3 Pdepokan Seni Bagong Kussudiarja bagian belakang

(36)

tiap bulan di rumah budaya Yayasan Bagong Kussudiarja.

Pagelaran seni pertunjukan adalah ruang sinergi yang

mempertemukan semangat kebersamaan dan energi kreatif,

mampu merangsang inspirasi dan imajinasi yang membangkitkan

gairah hidup.

Melalui program ini, dapat diambil kesimpulan bahwa ruang

pementasan seni pertunjukan adalahmedia dan sarana untuk saling

berbagi pengetahuan, energi kreatif, dan kreativitas yang

senantiasa harus dijaga serta ditumbuhkan. Sajian karya seni

pertunjukan dan obrolan seputar seni dan karya itu sendiri

merupakan hal yang paling ditunggu karena keakraban yang

terbangun penuh dengan kehangatan. Kegiatan kreatif ini

memanfaatkan seni pertunjukan sebagai sumber pembelajaran dan

aktivitas berbasis seni yang mengangkat dan menyertakan

(37)

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisa Site

Posisi site terletak pada area hook. Apabila dilihat dari seluruh

kawasan, area ini adalah area gerbang masuk utama menuju kota

Ponorogo dari jalur provinsi yang melewati kota Madiun. Hal ini

dikarenakan jalan yang dilalui kendaraan pada umumnya melewati

jalan ini, yaitu jalan Arif Rahman Hakim dan bersambung dengan jalan

Soekarno Hatta.

Gambar diatas menunjukkan lokasi site yang berada pada daerah

perempatan jalan utama kota Ponorogo. Lokasi tersebut berada pada

area yang dikelilingi oleh jalan Arif Rahman Hakim dan Jalan

Soekarno-Hatta yang notabene merupakan jalur penghubung

Ponorogo dengan wilayah lainnya, serta jalan Mayjen Sutoyo yang

Gambar 4.1 Lokasi Site

(38)

merupakan jalur penghubung jalan utama dengan daerah Ponorogo

bagian timur dan jalan Letjen S.Parman yang menghubungkan jalur

utama dengan wilayah barat Ponorogo serta wilayah Kabupaten

Wonogiri.

4.1.1 Analisa Rona Lingkungan

4.1.1.1 Posisi Jalan Raya - Arah Akses

Jl. Letjen S. Parman, merupakan jalan dua arah yang

langsung terhubung ke jalan utama menuju alun-alun kota.

Alun-alun kota ini merupakan area pusat pemerintahan kabupaten kota

Ponorogo. Jalan ini memiliki lebar ± 8 m yang dilalui oleh berbagai

kendaraan untuk menuju kota.

Gambar 4.2 menunjukkan salah satu sudut jalan Letjen S.Parman.

Disini terdapat lampu lalu lintas yang membuat laju kendaraan

berhenti tepat sebelum site. Terlihat pada depan tempat

pemberhentian lampu merah terdapat area bundaran perempatan yang dibangun patung raden Batoro Katong yang “menyambut” kedatangan masyarakat dari luar kota yang akan masuk

kedalam kota.

Gambar 4.2 Jalan Letjen S.Parman

(39)

Potensi

- Jalan ramai dikarenakan jalur singkat yang menghubungkan

Wonogiri dan Madiun.

- Terdapat lampu lalu lintas yang menghentikan laju kendaraan

tepat menghadap ke tapak.

Solusi

- Penempatan sign pada area yang menghadap ke jalan ini. Sign ini

merupakan tanda yang me- neruskan fungsi patung yang

terletak di area bundaran perempatan jalan.

Jl. Soekarno-Hatta, merupakan jalan primer kab. Ponorogo.

Jalan ini memiliki lebar ±15 m dan bersambung dengan jalan Arif

Rahman Hakim. Jalan ini juga memiliki tingkat keramaian yang

tinggi.

Gambar diatas menunjukkan salah satu sudut jalan Soekarno-

Hatta. Jalan menghubungkan wilayah luar kota Ponorogo dari

arah Madiun dengan pasar legi Songgolangit dan juga Stadion

Batoro Katong, yang merupakan tempat penting yang ada pada

wilayah Kabupaten Ponorogo.

Gambar 4.3 Jalan Soekarno Hatta

(40)

Potensi

- Jalur ramai. Rata-rata kendaraan yang berasal dari luar

Ponorogo yang me- lalui jalur provinsi, menuju pusat kota melalui

jalan ini.

Masalah

- Kendaraan biasanya melaju kencang.

- Polusi udara yang ditimbulkan oleh kendaraan yang berlalu

lalang disini.

Solusi

- Penempatan sign pada area pojok site yang dapat

memberikan daya tarik kearah Padepokan Seni. Selanjutnya

sign ini diteruskan dengan penempatan pohon yang

mengarahkan pandangan kearah Padepokan yang akan dibangun.

Jl. Arif Rahman Hakim, Jalan utama yang menghubungkan

Kabupaten Ponorogo dengan jalan provinsi yang melewati

kota Madiun.

Gambar diatas menunjukkan jalan utama Arif Rahman Hakim.

Jalan ini merupakan jalur dua arah dengan lebar ±15 m. Jalur ini

merupakan jalan dua arah yang langsung terhubung ke jalan utama

Gambar 4.4 Jalan Arif Rahman Hakim

(41)

menuju alun-alun kota. Alun-alun kota ini merupakan area pusat

pemerintahan kabupaten kota Ponorogo.

Potensi

- Jalur utama yang dilalui untuk menuju kota

- Terdapat lampu lalu lintas yang membuat laju kendaraan berhenti

tepat sebelum site.

- Area bundaran perempatan terdapat patung raden Batoro Katong yang “menyambut” kedatangan masyarakat dari luar kota yang akan masuk kedalam kota.

Solusi

- Penempatan sign pada area yang menghadap ke jalan ini. Sign ini

merupakan tanda yang meneruskan fungsi patung yang terletak di

area bundaran perempatan jalan.

Mayjen Sutoyo ini. Jalur ini merupakan jalur yang menghubungkan

wilayah lain dengan makam R. Batoro Katong, pendiri kota

Gambar 4.5 Jalan Mayjen Sutoyo

(42)

Ponorogo yang sekarang dijadikan sebagai wisata relijius bagi

warga.

Potensi

- Masih banyak terdapat tumbuhan yang bertajuk besar

sehingga terlihat rindang.

- Terdapat lampu lalu lintas yang menghentikan laju kendaraan

tepat disamping tapak

Solusi

- Area ini dapat dijadikan sebagai jalur untuk keluar dari site.

4.1.1.2 Zoning Area Sekitar

Ponorogo yang merupakan salah satu kota kabupaten yang

masih berkembang, tentunya masih terdapat banyak area yang

masih berupa sawah, begitu pula halnya peruntukkan fungsi lahan

disekitar area site, yang mana masih didominasi oleh sawah.

Walaupun disekitar site juga terdapat banyak perumahan.

Gambar 4.6 Tataguna lahan sekitar site

(43)

Gambar 4.6 menunjukkan zoning area sekita site. Bangunan sekitar

tapak terdiri atas pemukiman, fasilitas sosial, area komersil serta

masih banyak sawah disekitarnya.

Gambar diatas menunjukkan bangunan pendidikan yang ada

disekitar site. Bangunan sekitar tapak terdapat dua sekolah dan

satu sekolah tinggi kesehatan. Selain sekolah tersebut sekitar tapak

banyak terdapat rumah yang dijadikan toko dan warung makan.

Gambar diatas menunjukkan salah satu sudut kondisi sekitar sita.

Terdapat beberapa bangunan yang berfungsi sebagai toko dan

warung makan. Biasanya bangunan- bangunan ini di jadikan

tempat istirahat sementara bagi pelancong, ataupun pengendara

kendaraan berat seperti truk dll serta warga yang ada disekitar.

Gambar 4.7 Bangunan Pendidikan

Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.8 Bangunan Komersil

(44)

Potensi

- Banyak pelajar dan mahasiswa

- Banyaknya tempat untuk makan ataupun istirahat sejenak.

Masalah

Belum ada wadah yang dapat mempertemukan ketiga elemen

yang ada dimasyarakat ini.

Solusi

Wadah festival Reog Bulan Purnama bisa dijadikan solusi

kegiatan yang mempertemukan ketiganya. Oleh karena itu

festival ini diletakkan diarea paling luar yang dapat diakses

oleh pedagang, masyarakat dan juga pelajar disana.

Gambar diatas menunjukkan kegiatan Cullinary nightyang sering

diadakan di kota Bandung. Acara-acara seperti ini merupakan salah satu

solusi cerdas terhadap pemecahan pada masalah yang ada.

Gambar 4.9 Cullinary Night di Bandung

(45)

4.1.1.3 Orientasi Fasade Bangunan Sekitar

Bangunan yang ada disekitar site, sebagian besar

merupakan rumah atau bangunan tempat tinggal. Oleh karena itu

arah hadap dari bangunan- bangunan ini adalah menyesuaikan

dengan arah jalan yang ada didepannya.

Gambar diatas menunjukkan site beserta tatanan massa serta

orieantasi bangunan yang mengikuti arah jalan yang ada.

Teradapat beberapa potensi serta masalah yang berkaitan dengan

hal ini.

Gambar 4.10 Sirkulasi sekitar site

Sumber: wikimapia.org

Gambar 4.11 Orientasi bangunan sekitar site

(46)

Gambar 4.11 menunjukkan orientasi bangunan yang ada

disekiat site. Orientasi massa bangunan sekitar tapak

menghadap umumnya menghadap kearah jalan, baik itu jalan

primer maupun jalan sekunder.

Gambar diatas menunjukkan bangunan yang ada di jalan Arif

Rahman Hakim dan jalan Mayjen Sutoyo. Orientasi bangunan-

bangunan diatas adalah menghadap ke jalur primer kota. hal ini

dikarenakan tidak adanya view khusus ditempat itu

Potensi dari tatanan massa bangunan sekitar terhadap site

adalah dapat dijadikan sebagai penanda adanya padepokan karena

fasade bangunan yang monoton menghadap ke jalan. Oleh

karena itu salah satu solusi untuk potensi yang dapat ditangkap ini

adalah fasade bangunan padepokan tidak mengikuti jalan raya

yang ada didepan tapak. namun fasade bangunan diarahkan ke

arah dimana fasade bangunan padepokan ini dapat dilihat

langsung dari setiap jalan yang ada.. Selain itu perlu pemunduran

massa untuk memberikan ruang cukup bagi penglihatan orang

yang ada di sekitar tapak.

Gambar 4.12 Orientasi bangunan sekitar site

(47)

4.1.2 IKLIM

4.1.2.1 Orientasi Matahari

Sebagaimana umumnya wilayah tropis dibelahan dunia.

Wilayah Ponorogo juga mengalami panas dan hujan secara terus

menerus. Arah datang dan terbenamnya matahari juga

berpengaruh terhadap hal tersebut. Site yang terletak diarea hook

dijalan Soekarno- Hatta ini berbentuk trapesium, dimana sebagian

besar sisinya menghadap kearah barat laut.

Gambar diatas menunjukkan arah hadap dari site. Sebagian

besar tapak menghadap arah barat dan barat laut. Urutan panas

wilayah selatan khatulistiwa sesuai dengan arah mata angin

adalah Barat, Timur, Utara dan Selatan.

Terdapat beberapa potensi dari bentuk dan arah hadap site

serta orientasi matahari terhadapnya, diantara potensi tersebut

adalah

Gambar 4.13 Orientasi matahari terhadap site

(48)

- Panas matahari timur banyak mengandung sinar ultraviolet

sedangkan panas matahari barat banyak terdapat sinar infra merah

yang kurang baik untuk kesehatan serta keawetan bahan

bangunan.

- Pencahayaan alami bangunan yang bagus untuk membunuh

bakteri serta bagus untuk kesehatan.

Apabila dilihat dari potensi yang ada maka terdapat

beberapa solusi yang dapat dijadikan acuan untuk mendesain,

diantaranya adalah

- Pemakaian kisi-kisi pada sisi barat dan timur untuk memecah

cahaya matahari.

- Penempatan selasar pada sisi barat.

- Penanaman tanaman lee kwan yu sebagai fasad area barat

Gambar 4.14 diatas menunjukkan beberapa solusi desain yang

nantinya dapat diterapkan terhadap rancangan padepokan seni ini.

Gambar 4.14 Solusi desain

(49)

4.1.2.2 Temperatur dan Kelembaban

Keberadaan site yang terletak di wilayah tropis tidak akan

lepas dari perubahan temperatur dan kelembaban udara sekitar.

Ponorogo yang terdapat didaerah Jawa Timur, memiliki tingkat

temperatur yang relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah Jawa

Tengah maupun Jawa Barat. Hal ini tentunya akan berimbas pada

solusi desain yang akan diterapkan nantinya.

Gambar diatas menunjukkan data tentang suhu dan juga

kelembaban di daerah Ponorogo. Temperatur udara di daerah

Ponorogo berkisar antara 23,9 sampai dengan 32 derajat Celcius.

Oleh karena itu wajar apabila didaerah ini memiliki temperatur suhu

yang relatif tinggi. Berdasarkan data diatas terdapat beberapa

potensi yang dapat dikembangkan untuk solusi desain atara lain

adalah pengudaraan alami bangunan serta penurunan panas

lingkungan dengan kolam air. Selain itu potensi lain yang dapat

dikembangkan adalah pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan

sehari- hari.

Gambar 4.15 Data Temperatur dan Kelembaban

(50)

Solusi yang didapat dari pengembangan potensi tersebut

antara lain

- Penempatan kolam pada sekitar bangunan yang dapat di

uapkan oleh udara yang mengalir ke arah bangunan. hal ini

untuk mengurangi panas yang ada di tapak 32 C 23,9 C

Kelembaban pada tapak rata-rata adalah 80 % dan rata-rata

hujan adalah 15 hari.

- Desain waterscape pada area tapak.

- Harvesting rainwater untuk pembangunan berkelanjutan.

- Desain Rain garden.

Gambar 4.16 diatas menunjukkan salah satu solusi desain berupa

kolam yang dapat menampung air hujan berfungsi sebagai

pendingin area sekitar yang memiliki temperatur yang relatif tinggi.

Gambar 4.16 Waterscape sebagai salah satu solusi

(51)

4.1.2.3 Arah Angin

Arah angin di tapak sama dengan arah angin secara

makro, yaitu dari arah tenggara ke barat laut yang

menandakan musim kemarau. Arah barat laut- tenggara yang

menandakan musim penghujan.

Gambar diatas menunjukkan arah angin yang berhembus di area

tapak. Arah angin yang berhembus sebagaimana diatas

mempunyai beberapa potensi yang nantinya dapat dimanfaatkan

antaralain dapat digunakan untuk pengudaraan alami bangunan

dengan menerapkan sistem ventilasi silang. Potensi yang lainnya

adalah apabila arah angin ini dikombinasikan dengan kolam yang

nantinya akan dibuat maka dapat mempercepat turunya suhu pada

lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, solusi yang bisa diterapkan dengan cara

memanfaatkan hal ini adalah penempatan kolam pada sekitar

bangunan yang dapat di uapkan oleh udara untuk dialirkan ke arah

bangunan. Hal ini tentunya dapat mengurangi panas yang ada di

tapak.

Gambar 4.17 Arah angin pada tapak

(52)

4.1.3 SENSORY

4.1.3.1 View ke Arah Tapak

Bangunan Padepokan Seni Reog Ponorogo yang dirancang

guna dikunjungi oleh banyak orang, maka bangunan harus eye

catch jika dilihat dari berbagai arah terutama dari pemberhentian

lampu merah dari setiap jalan yang ada.

Gambar diatas menunjukkan view ke arah tapak dari arah

jalan Arif Rahman Hakim yang merupakan jalan utama

penghubung Ponorogo dengan jalan provinsi yang terletak di

Madiun. Apabila dilihat dari sudut ini maka area site terlihat sangat

jelas. Selain itu, patung yang berada ditengah perempatan juga

mendukung terhadap terarahnya pandangan seseorang kearah

site.

Gambar 4.18 View kearah site

(53)

Gambar diatas menunjukkan view ke arah tapak dari arah

jalan Mayjen S. Parman yang merupakan jalan pintas menuju

ke alun-alun dan jalan utama Ponorogo- Wonogiri.

Potensi

- Site yang terletak di lahan hook sangat mudah terlihat dari arah

jalan menuju dan ke arah kota Ponorogo.

- Adanya patung yang menjadi penanda di perempatan

- Terdapat lampu lalu lintas yang dapat menyebabkan

kendaraan berhenti terlebih dahulu, sehingga dapat melihat ke

arah tapak.

Solusi

Pembuatan sign pada tapak untuk meneruskan pandangan dari

patung yang berada di tengah perempatan.

Gambar 4.18 View kearah site

(54)

4.1.3.2 Bising

Bising merupakan yang paling dihindari dari bangunan ini,

dikarenakan bangunan yang akan dirancang adalah tempat untuk

pertunjukkan dan pelatihan sehingga butuh tingkat kesunyian

yang tinggi.

Gambar diatas menunjukkan sumber bising. Bising banyak

berasal dari jalan Soekarno-Hatta yang merupakan jalan primer

kabupaten Ponorogo. Selain itu bising berasal perempatan yang

terdapat lampu lalu lintas.

Masalah yang timbul dari lokasi site ini adalah bising dari luar

tapak dapat menyebabkan terganggunya suara gamelan yang

berasal dari pertunjukkan Reog yang akan dimainkan. Oleh

karena itu solusi yang dapat ditetapkan adalah dengan cara

penanaman pohon penahan bising sepanjang jalan utama untuk

memecah bunyi.

Gambar 4.19 Sumber Bising

(55)

4.1.3.3 Polusi

Lokasi site yang berada pada jalur primer kabupaten

Ponorogo mempunyai beberapa masalah utamanya adalah dari

panasnya suhu dan juga polusi yang ditimbulkan kendaraan.

Gambar diatas menunjukkan sumber polusi banyak berasal dari

kendaraan yang berlalu lalang di jalan Soekarno-Hatta, jalan Arif

Rahman Hakim dan jalan S.Parman.

Solusi dari masalah yang didapat yaitu dengan cara

penanaman pohon peneduh dan memperbanyak tumbuhan hijau

yang banyak menyerap Co2 dan memperbanyak O2 seperti

bambu, mahoni dll. Dengan demikian semakin banyak tanaman

yang ditanam maka kesegaran udara semakin bagus. Hasulnya

adalah mendukung kegiatan yang ada dialamnya.

Gambar 4.20 Sumber Polusi

(56)

4.1.4 KONDISI FISIK ALAMI

4.1.4.1 Topografi

Site merupakan daerah dataran rendah yang berada di

Kabupaten Ponorogo. sementara yang merupakan daerah

dataran tinggi terletak di tiga kecamatan yaitu Ngrayun, Sooko,

Pulung dan Ngebel.

Drainase yang ada di site terdiri atas dua jenis, pertama adalah

tertutup, ini yang berada disekitar jalan utama dan perumahan

sekitar. Tipe yang kedua adalah terbuka yang berada di

perbatasan dengan sawah. Material yang digunakan adalah

dinding turap, hal ini berfungsi untuk melancarkan aliran air yang

berasal dari hujan

Potensi

- Tanah datar pada site relatif mudah untuk didesain karena

tidak perlu memikirkan kontur.

Masalah

- Pembentukan hardscape dan waterscape memerlukan tenaga

yang lebih.

- Tanah cenderung kering akibat panas lingkungan sekitar.

Solusi

- Peninggian pondasi dari muka tanah untuk menghindari kelem

baban tanah dan kemungkinan meluapnya air kedalam area

(57)

4.1.4.2 Vegetasi

Vegetasi disekitar tapak banyak didominasi pohon yang

memiliki tajuk besar, seperti pohon trembesi. Pohon ini memiliki

tajuk ± 5 m. Selain tanaman peneduh, vegetasi lain yang ada di

sekitar tapak adalah tanaman pengarah. Selain itu juga daerah

sekitar site masih terdapat banyak sawah

Potensi

- Banyaknya pohon disekitar site meringankankan dalam

pembentukkan suasana alam yang akan diterapkan ditapak.

Masalah

- Walaupun banyak pohon, suhu pada siang hari masih terasa

gerah. Hal ini lebih disebabkan banyaknya polusi udara dari

kendaraan yang berlalu lalang disana.

Solusi

- Pembentukkan suasana alam pada site dengan memindahkan

pohon yang ada didalam site dan menambahkan tanaman yang

banyak menghasilkan O2 sesuai dengan tema.

- Banyaknya sawah pada area sekitar site yang pastinya dapat

menimbulkan masalah ketika musim panen tiba, seperti bau

dan gatal yang dapat terbawa oleh angin.

- Penanaman tanaman yang berfungsi sebagai pohon

(58)

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Arsitektural

5.1.1 Konsep Dasar

Konsep dasar perancangan dari Padepokan Seni Reog

Ponorogo ini adalah konsep yang berdasar pada bentuk bangunan

tradisional jawa yang banyak mengandung nilai filosofis yang

diambil dari kepercayaan lama masyarakat Jawa pada masa

dahulu. Arsitektur Tradisional Jawa yang dimaksud disini adalah

bentuk arsitektur yang berasal dari zaman kerajaan Majapahit

hingga bentuk arsitektur zaman kerajaan Mataram yang telah

mengalami penyederhanaan dan telah masuk nilai-nilai Islam

kedalamnya.

Bentuk bangunan adalah persegi dan persegi panjang yang

dihadapkan kearah utara-selatan. Hal ini berkaitan dengan

intensitas cahaya matahari yang akan diterima oleh bangunan.

Bentuk bangunan persegi secara filosofis mempunyai bidang yang

menghadap ke empat penjuru, hal ini merupakan konsep dari

arsitektur Jawa yang menghormati penguasa segala penjuru dan

mempunyai satu titik tengah. Istilah dari hal tersebut adalah kiblat

papat lima pancer (Kiblat empat dan satu pusat). Bentuk ini

berdasarkan kepercayaan Hindu yaitu Nawa Dewata yang

kemudian mengalami pernyederhanaan sebagaimana yang telah

dijelaskan diatas. Bentuk atap dari bangunan adalah bentuk

filosofis dari gunung (meru) yang merupakan tempat yang diyakini

sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Oleh karena itu atap

(59)

bahwa Reog itu berasal dan ada sejak zaman kerajaan Majapahit

yang merupakan kerajaan Hindu terbesar di Nusantara. Material bata

ekspos ini diambil berdasarkan banyaknya peninggalan kerajaan

Majapahit yang dibangun dengan memakai bata merah ekspos.

Gambar diatas menunjukkan model bentuk atap dari arsitektur

tradisional Jawa yang berasal dari filosofi bentuk meru yang

merupakan tempat bersemayam dewa.

Gambar 5.1 Pendopo Kab. Ponorogo

Sumber: Data Pribadi

Gambar 5.2 Ilustrasi Majapahit

(60)

bata ekspos terekspresikan dari material bangunan yang dipakai.

5.1.2 Konsep Pemintakatan

Penempatan massa bangunan mengikuti tingkat

kepentingan yang dibentuk. Area site dibagi atas tiga zona utama

yaitu zona profan (publik), zona semiprofan (semi publik) dan sakral

(privat), serta satu area servis sebagai area pendukung.

Pembagian area menjadi tiga zona ini diambil berdasarkan nilai

yang terdapat pada candi Hindu, yaitu Bhrulokha, Bwarlokha dan

Swarlokha.

Bhurlokha adalah area yang digambarkan sebagai alam

yang masih berhubung dengan keduniaan. Alam ini merupakan

alam paling bawah jika diurutkan dari bentuk candi. Bwarlokha

adalah alam tengah dimana manusia sudah mulai mengalami

pencerahan atas dirinya. Swarlokha adalah alam atas yang mana

penunggunya adalah para dewa dan orang yang telah mengalami

pencerahan. Penggunaan ketiga zona ini hanya sebagai wajah

saja, dikarenakan proyek yang dirancang bukanlah proyek tempat

peribadatan Hindu.

Zona publik atau profan yang merupakan zona terluar dari

site terdiri atas beberapa bangunan yang memiliki fungsi, antara

lain kafe, area parkir dan pusat informasi. Zona kedua dalah zona

semi publik dimana zona ini adalah tempat utama dari pertunjukkan

seni Reog Ponorogo. Zona ini berdiri bangunan pendopo yang

memiliki fungsi sebagai tempat penerima ataupun tempat

(61)

Bangunan selanjutnya yang berada di zona ini adalah teater

indoor. Teater ini adalah tempat utama pertunjukkan tari Reog

Ponorogo. Teater indoor ini memiliki daya tampung 300 penonton.

Bangunan lain yang terdapat pada zona ini adalah galeri Reog

Ponorogo dan perpustakaan. Galeri ini berisi tentang sejarah yang

enjelaskan awal lahirnya Reog hingga perkembangannya sampai

sekarang. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan

secara visual. Bangunan terakhir yang ada diarea ini adalah

bangunan serbaguna yang dapat digunakan sebgai tempat untuk

workshop, seminar maupun kegiatan lain yang berhubungan

dengan pembelajaran seni Reog Ponorogo.

Zona terakhir dari pembagian site adalah zona privat

(sakral). Zona ini adalah tempat dimana seniman Reog

menggembleng anak didiknya untuk belajar tari. Area ini memiliki

beberapa bangunan yang memiliki fungsi antara lain kelas tari dan

juga tempat rapat pengajar. Kelas yang terdiri dari enam ruang ini

digunakan sebagai tempat mengajar berbagai tari Reog maupun

tari pendukung. Bangunan lain yang terdapat diarea ini adalah

asrama siswa. Asrama siswa terdiri atas dua lantai yang dibagi

menjadi dua zona, yaitu zona laki- laki dan perempuan. Terdapat

delapan kamar pada lantai bawah dari setiap zona dan delapan

kamar pada lantai atas. Hal ini menyesuaikan dengan jumlah

peserta tari Reog yang mencapai 32 orang yang terdiri dari 16 laiki-

laki dan 16 perempuan. Bangunan yang lain adalah guest house

yang memiliki dua massa. Masing- masing bangunan meiliki dua

lantai dan empat kamar tidur. Bangunan ini diperuntukkan bagi

tamu yang menginap maupun dari seniman yang inginakan

(62)

Gambar diatas menunjukkan sirkulasi dalam site. Sirkulasi didalam

site berupa sirkulasi linear dimana antara satu bangunan dengan

bangunan yang lainnya dihubungkan oleh jalur lurus yang sama.

Gambar 5.3 Sirkulasi dalam site

(63)

disana. Bangunan ini berorientasi terhadap sign yang berada pada

perempatan jalan. Orientasi massa bangunan utama kearah ini juga

mengacu kepada arsitektur tradisional yang masih terdapat unsur

hinduisme, seperti bangunan keraton yang tegak lurus dengan

gung merapi dan pantai selatan dan juga rumah adat bali yang

mempunyai orientasi gunung Agung.

Gambar diatas menunjukkan pembagian area berdasarkan

tingkatan candi yaitu bhurlokha, bwarlokha dan Swarlokha. Gambar 5.3 Pembagian Zona

Sakral

Servis Semi Profan

(64)

(profan), semi publik (semi profan) dan privat (sakral) dipisahkan

oleh gerbang yang memiliki bentuk dan makna yang berbeda. Area

pertama yang berbatasan langsung dengan area luar terdapat

gerbang yang berbentuk candi bentar dengan ketinggian mencapai

10 m. Gerbang ini berupa dua candi kembar yang diambil dari

bentuk filosofi gunung yang dibelah.

Gerbang kedua yang memsisahkan antara are profan dan

semi profan berbentuk dua gerbang yang diatasnya ditutup dengan

genteng. Hal ini berdasarkan filosofi Jawa kuno, bahwa bentuk ini

diambil dari gungung yang dilubangi. Dan gerbang terakhir yang

memisahkan antara area semi profan dengan sakral berbentuk

gerbang kecil dan sempit.

Gambar diatas menunjukkan gerbang pemisah antar zona

serta perbandingan ketinggian masing-masing.Ketiga gerbang

tersebut memakai material bata ekspos. Penggunaan material ini

menambah kesan kuatnya identitas padepokan

(65)

Gambar 5.5 menunjukkan gerbang padepokan. Penggunaan

gerbang dan material sebagaimana diatas menambah kesan

kesakralan status padepokan

5.1.3 Konsep Lansekap

Secara umum, tanaman yang ada di padepokan seni Reog

Ponorogo ini terbagi atas tiga macam yaitu tanaman peneduh,

tamnaman pengarah dan tanaman penahan bising. Tanamana

peneduh pada area ini berfungsi sebagai pembuat iklim mikro pada

sekitar site. Tanaman peneduh ini dipilih untuk banyak

menghasilkan oksigen sehingga dapat menciptakan ketenangan

bagi orang yang ada didalamnya.

Tanaman kedua adalah tanaman pengarah. Tanaman

pengarah pada padepokan ini terbagi atas dua bentuk, pertama

berupa pohon sedangkan kedua berupa tanaman perdu. Pohon

yang digunakan adalah palem raja yang ditanam sepanjang

sirkulasi didalam site. Keuda adalah tanaman pengarah berupa

perdu. Tanaman ini juga ditanam sepanjang jalur didalam site

dengan membentuk pola lurik dari Reog Ponorogo. Tanaman jenis

Gambar 5.5 Gerbang Padepokan

(66)

Tanaman ketiga adalah tanaman dengan fungsi penahan

bising. Lokasi site yang terletak pada perempatan tentunya setiap

harinya akan banyak kendaraan yang berlalu lalang. Oleh karena

itu sepanjang sisi luar dari site ini ditanami tanaman penahan bising

dengan penanaman berjarak, sehingga selain mengurangi

intensitas kebisingan juga tidak mengurangi view fasade bangunan

dari luar site.

5.1.4 Konsep Keberlanjutan

Konsep berkelanjutan yang diterapkan didalam tapak adalah

dengan tetap memberi hak kepada alam. Artinya adalah ketika

hujan maka air dapat tetap meresap kedalam tanah, udara masih

dapat bergerak bebas tanpa ada penghalang yang berarti.

Konsep berkelanjutan yang digunakan disini adalah dengan

cara memanfaatkan air hujan yang dapat dipastikan turun dalam

setahun. Hujan yang turun dimanfaatkan dengan cara ditampung

dalam wadah atau tangki air yang ditanam didalam tanah. Air hujan

ini diambil dari setiap atap bangunan yang telah dirancang

memakai talang air, sehingga memudahkan untuk mengarahkan air

tersebut.

Air yang telah didapat tersebut selanjutnya dapat

dimanfaatkan untuk mengisi kolam yang didesain pada sekitar

bangunan. pemanfaatan air hujan seperti ini ditujukan untuk

mengurangi konsumsi pemakaian air PDAM. Selain itu juga salah

satu pemanfaatan air hujan yaitu dengan cara membuat biopori dan

(67)

BAB VI

HASIL PERANCANGAN

6.1 Gambar Situasi

Gambar 6.1 : Blok Plan

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.2 : Potongan Site A-A

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.3 : Potongan Site B-B

(68)

Gambar 6.4 : Perspektif Mata Burung

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.5 : Perspektif Mata Burung

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.6 : Perspektif Mata Burung

(69)

3.2 Gambar Perancangan

Gambar 6.7 : Tampak Depan

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.8 : Tampak Utara

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.9 : Tampak Selatan

(70)

Gambar 6.10 : Perspektif padepokan dari arah Madiun

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.11 : Perspektif padepokan dari arah pusat kota

(71)

Gambar 6.12 : Perspektif padepokan dari arah Jl. Mayjen Katamso

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.13. : Perspektif padepokan dari arah Wonogiri

(72)

Gambar 6.14 : Perspektif Gerbang entrance semiprofan

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.14 : Perspektif Taman Reog

(73)

Gambar 6.15 : Perspektif Taman Reog

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.16 : Perspektif Interior Kafe

(74)

Gambar 6.17 : Perspektif Pendopo

Sumber : Data Pribadi

Gambar 6.18 : Perspektif Interior Pendopo

Gambar

Gambar 3.1  Tema Perancangan
Gambar 3.2  Siteplan SAU
Gambar 3.3 Pdepokan Seni Bagong Kussudiarja bagian belakang
Gambar 4.1 Lokasi Site
+7

Referensi

Dokumen terkait