v
(Descriptive research about Communication Strategy Unit Education and Engineering Traffic Police Units Resort Subang Through Traffic Safety
Program) by : Rama Nugraha NIM. 41811700
This research under Guidance : Sangra Juliano P., M.I.Kom
This research aims to find out Descriptive research about Communication Strategy Unit Education and Engineering Traffic Police Units Resort Subang Through Traffic Safety Program. Sub focus of this research that Communicators Strategy, Strategy Message, Media Strategies, and Effects
Research Method is qualitative descriptive methodology. Informants selected with purposive sampling technique, totaling two (2) members of the unit and Engineering Education Unit of the Traffic Police Subang, and consists of three (3) members of the public. Data were obtained through non-participant observation, in-depth interviews, documentation, library research and online data searches. The data analysis techniques to reduce the data, collecting data, presenting data, and draw conclusions.
Research results show that strategy Communicators have a firm stand, friendly, well respected and charismatic with a plan of activities and materials to be delivered earlier, and has expertise in traffic. The message strategy is an informative message about the lighting of the signs on the road, the dangers of driving a motor vehicle when not using a helmet, and persuasive that invites people to change their traffic behavior and to always obey traffic rules that apply today , Media strategies used through print media such as brochures, leaflets, pins, stickers, billboards and newspapers, electronic media such as radio, microphone, infocus, powerpoint, and other media such as props. The effect of changes have occurred in the field of public attitudes towards traffic
Conclusions based on the results of research that traffic safety program conducted by the Education unit and Engineering Unit of the Traffic Police Subang has been going well and in accordance with its communication strategy.
Suggestions for Education and Engineering unit Traffic Police Unit Subang to increase the number of personnel, more frequent extension and modernize the media used in conducting counseling to the community.
iv
(Studi Deskriptif Tentang Strategi Komunikasi Unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui
Program Keselamatan Lalu Lintas) Oleh :
Rama Nugraha NIM. 41811700
Penelitian ini di bawah Pembimbing : Sangra Juliano P., M.I.Kom
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Komunikasi Unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui Program Keselamatan Lalu Lintas. Sub fokus dari penelitian ini yaitu Strategi Komunikator, Strategi Pesan, Strategi Media, dan Efek.
Metode penelitian di gunakan adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling, berjumlah 2 (dua) orang dari unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang, dan berjumlah 3 (tiga) orang dari masyarakat. Data penelitian diperoleh melalui observasi non partisipan, wawancara mendalam, dokumentasi, studi pustaka dan penelusuran data online. Adapun teknik analisis data dengan mereduksi data, mengumpulkan data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa Strategi Komunikator memiliki sikap yang tegas, ramah, baik berwibawa, dan berkharisma dengan menyusun sebuah rencana kegiatan dan materi yang akan disampaikan sebelumnya, serta memiliki keahlian dibidang lalu lintas. Strategi Pesan yang disampaikan merupakan pesan informatif mengenai penerangan terhadap rambu-rambu di jalan, akan bahaya mengendarai kendaraan bermotor jika tidak menggunakan helm, dan persuasif yaitu mengajak masyarakat untuk merubah perilaku berlalu lintas mereka dan untuk selalu mentaati aturan-aturan lalu lintas yang berlaku saat ini. Strategi Media yang digunakan melalui media cetak seperti brosur, leaflet, pin, stiker baliho dan koran, media elektronik seperti radio, microphone, infocus, powerpoint, dan media lainnya seperti alat peraga. Efek telah terjadi perubahan sikap terhadap masyarakat di bidang lalu lintas
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian bahwa program keselamatan lalu lintas yang dilakukan oleh unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan strategi komunikasinya.
Saran untuk unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang untuk menambah jumlah personilnya, lebih sering melakukan penyuluhan dan memodernisasi media yang digunakan dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat.
16 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan
asumsi dasar untuk mengembangkan “Strategi Komunikasi Unit
Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui Program Keselamatan Lalu Lintas”.
Pada Penelitian ini, peneliti melihat tinjauan penelitian sebelumnya mengenai pembahasan strategi komunikasi yang sudah ada, Peneliti dapat melihat dan mencarinya dalam bentuk pelusuran data
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1Definisi Komunikasi
Melalui berkomunikasi setiap orang berusaha mendefinisikan sesuatu yang ingin mereka ketahui, termasuk
definisi tentang komunikasi itu sendiri. Komunikasi bisa di artikan secara luas dan memiliki berbagai macam pengertian.
Adapun kata komunikasi atau communication dalam
bahasa inggris yang berasal dari bahasa latin communis yang
berarti “sama”, communico, communicatio atau communicare yang berarti “membuat sama” (make common). Istilah pertama
communis yang paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan awal dari kata-kata latin lainnya
yang mirip. (Mulyana, 2007:46)
Adapun menurut Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981)
berpendapat bahwa komunikasi dapat di definisikan sebagai berikut :
“Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau
lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.” (Cangara, 2014a:22)
Sedangkan menurut Hodgetts dan Kuratko (1988)
mendefinisikan komunikasi yaitu : “Proses pentransferan suatu
pengertian dari pengirim kepada penerima atau bertindak sesuai
Kemudian definisi komunikasi lainnya yang serupa menurut Gerald R.Miller adalah sebagai berikut :
“Komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk memengaruhi perilaku penerima”. (Mulyana, 2007:60-61)
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para
ahli jelaslah bahwa komunikasi memiliki arti yang sangat penting dalam unsur kehidupan manusia. Melalui komunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, pemikiran, pendapat,
gagasan, perasaan, pengalaman, pengetahuan serta harapannya. Komunikasi dilakukan bukan hanya sebatas untuk memberikan
informasi agar sasaran / orang lain menjadi tahu, tetapi komunikasi juga bertujuan untuk mencapai kesepakatan
bersama, pengertian bersama, dan untuk mengubah sikap, pendapat, serta perilaku orang lain.
2.1.2.2Proses Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy (2013:11-16) dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, proses komunikasi terdiri dari dua cara, yaitu:
1. Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses
Media lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan
sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator
kepada komunikan. (Effendy, 2013:11) 2. Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena
komunikasi sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh dan komunikan yang banyak. Surat,
telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film adalah media yang sering digunakan di dalam komunikasi sekunder. Dengan demikian proses
komunikasi secara sekunder menggunakan media yang dapat diklarifikasikan sebagai media massa
2.1.2.3Unsur-Unsur Komunikasi
Penegasan dan pengertian tentang unsur-unsur dalam
proses komunikasi diatas adalah sebagai berikut:
a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan
kepada seseorang atau sejumlah orang.
b. Encoding (penyandian): Proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
c. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.
d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
e. Decoding (pengawasandian): proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang
disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
g. Response (tanggapan): seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
i. Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan
lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
(Effendy, 2013: 18-19).
Model komunikasi di atas menjelaskan bahwa faktor-faktor kunci dalam mewujudkan komunikasi yang efektif.
Komunikator harus mengetahui khalayak yang dapat dijadikan sebagai sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus
terampil dalam mengelola suatu pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya menerima dan menanggapi suatu pesan. Komunikator harus
mampu mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran. (Effendy, 2013: 19).
Gambar 2.1
Unsur-unsur dalam proses komunikasi
2.1.2.4Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi menurut beberapa pakar menjelaskan
bahwa fungsi komunikasi di masyarakat akan sejajar dengan pernyataan mengenai bagaimana fungsi media pada taraf
individual. Apabila analisis kita dari analisis makro analisis mikro, maka pada taraf individual, pendekatan fungsional diberi nama umum uses-and gratifications model atau “model penggunaan dan pemuasan”. Secara sederhana model ini
menyatakan bahwa khalayak memiliki kebutuhan dan dorongan
yang dipuaskan dengan menggunakan media.
Lebih lanjut, Onong Uchjana Effendy (2013:31) menyimpulkan bahwa fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi
massa dapat disederhanakan menjadi empat fungsi, yaitu: 1. menyampaikan informasi (toinform).
2. mendidik (toeducate). 3. menghibur (toentertain). 4. mempengaruhi (toinfluence)
(Effendy, 2013:31).
Dan dapat diuraikan sebagai berikut pengertian tentang
fungsi komunikasi:
1. Menginformasikan (toinform)
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat,
peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan
orang lain.
2. Mendidik (toeducate)
Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide atau pikirannya kepada orang lain, sehingga orang
lain mendapat informasi dan ilmu pengetahuan. 3. Menghibur (toentertain)
Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan
hiburan atau menghibur orang lain. 4. Mempengaruhi (to influence)
Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih
jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan.
(Effendy,2013: 31)
individu karena komunikasi merupakan suatu alat yang harus digunakan untuk dapat menjalin hubungan dengan orang lain.
2.1.2.5Konteks Komunikasi
Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar menjelaskan bahwa, “komunikasi
tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan
dalam suatu konteks atau situasi tertentu”. (Mulyana, 2007:77) Secara luas konteks disini berarti semua factor di luar
orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dsri:
1. Aspek bersifat fisik, seperti: Iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta
komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek psikologis, seperti: Sikap, kecenderungan, prasangka
dan emosi para peserta komunikasi.
3. Aspek sosial, seperti: Norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.
4. Aspek waktu: yaitu kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).
(Mulyana, 2007:77)
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah
Komunikasi Intrapribadi, Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Publik, Komunikasi
Organisasi dan Komunikasi Massa. Yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Komunikasi Intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri.
2. Komunikasi Antarpribadi adalah komunikasi antara
orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal ataupun nonverbal.
3. Komunikasi Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda.
4. Komunikasi Publik adalah komunikasi antara seorang
pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu persatu.
6. Komunikasi Massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau
elektronik (radio, televisi), biaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan,
yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym dan heterogen.
(Mulyana, 2007:80-83)
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi 2.1.3.1Definisi Komunikasi Organisasi
Istilah organisasi berasal dari kata latin organization yang berasal dari kata yang merupakan kata latin. Organizate, yang
berarti “to form as or into a whole consisting of independen or
coordinated parts” (membentuk sebagai atau menjadi
keseluruhan dan bagian-bagian yang saling bergantung atau telah tekoordinasi). Dengan demikian organisasi dapat diartikan sebagai perpaduan dari bagian-bagian yang saling
bergantung/berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Definisi organisasi menurut Rogers and Rogers yaitu
”Sesuatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama
Beliau memandang organisasi sebagai sesuatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah
ditentukan, dimana operasi dan instruksi diantara bagian yang satu dengan yang lainya dan manusia satu dengan yang lainnya
berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.
Pandangan secara subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perlakuannya membentuk organisasi tersebut. Sedangkan pandangan secara objektif organisasi berarti struktur; berdasarkan secara subjektif, organisasi berarti proses. Penekanan pada prilaku atau struktur bergantung pada yang dianut. (Pace dan Faules, 2010:11) Pernyataan Pace dan Faules tersebut memperlihatkan
bahwa didalam pandangan secara subjektif organisasi merupakan kegiatan yang dilakukan orang-orang saling berhubungan. Sedangkan pandangan objektif mengagap
organisasi sebagai sesuatu yang bersifat fisik dan konkrit. Redding dan San Born mengatakan bahwa :
“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
Komunikasi organisasi merupakan bidang kajian dari ilmu komunikasi tidak hanya memfokuskan diri pada manajemen,
tetapi berkaitan juga dengan organisasi (Organization Communication) yang terjadi di dalam suatu organisasi, yang
bersifat formal dan informal sehingga berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok.
“Komunikasi Organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan”. (Pace dan Faules, 2010:31)
Definisi di atas memperlihatkan bahwa adanya pertunjukan dan pertukaran, pesan merupakan penyampaian dan
penerimaan informasi yang menurut Pace dan Faules, dalam penyampaian dan penerimaan informasi keseluruh unit-unit
organisasi atau seluruh bagian organisasi yang merupakan salah satu tantangan besar dalam organisasi.
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli
mengenai komunikasi organisasi, namun ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan, yaitu :
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaan, hubungannya dan keterampilan/skilnya
(Muhammad, 2007:67).
2.1.3.2Arus Komunikasi Dalam Organisasi
Terdapat beberapa arus komunikasi orgnisasi. Pace & Faules dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Organisasi:
strategi meningkatkan kinerja perusahaan” mengemukakan
bahwa didalam Komunikasi Organisasi terdapat 4 dimensi komunikasi yaitu:
1. Komunikasi ke atas (UpwardCommunication)
Komunikasi ke atas (Upward Communication) adalah
komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah untuk penyampaian informasi
tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan, penyampaian informasi tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan, penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan dan juga penyampaian keluhan dari
Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job
instruction)
b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas
perlu untuk dilaksanakan (jobretionnale)
c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (proceduresandpractices)
d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Komunikasi ke bawah (DownwardCommunication)
Komunikasi ke bawah (Downward Communication) adalah komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang
berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas kebawah ini
adalah: pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction), penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (jobretionnale), untuk
penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) dan juga sebagain
pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
a. Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.
b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan
oleh bawahan.
c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya
sendiri maupun pekerjaannya. 3. Komunikasi Horizontal
Komunikasi Horizontal adalah komunikasi yang berlangsung diantara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi
horisontal ini adalah untuk memperbaiki koordinasi tugas, sebagai upaya pemecahan masalah, saling membagi
informasi, sebagai upaya pemecahan konflik dan juga untuk membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a. Memperbaiki koordinasi tugas b. Upaya pemecahan masalah
c. Saling berbagi informasi d. Upaya pemecahan konflik
e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama
Komunikasi lintas saluran (Interline Communication) adalah tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati
batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya
tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai kebijakan
organisasi untuk membimbing komunikasi lintas. (Pace dan Faules, 2010:184-199)
2.1.3.3Fungsi Komunikasi Organisasi
Menurut Sendjaja (Bungin, 2007:274) komunikasi dalam
organisasi memiliki empat fungsi, yaitu; fungsi informatif, regulatif, persuasif, integratif.
1. Fungsi informatif, yaitu organisasi dapat di pandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
2. Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat
dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam
tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau
instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
3. Fungsi persuasif, dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang di harapkan. Adanya kenyataan
ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh
karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar di banding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integrasi, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan
Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja,
pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. (Bungin, 2007:274)
2.1.4 Tinjauan Tentang Strategi Komunikasi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul
kata strategos yang artinya memimpin tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang
para jenderal (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus
mengetahui apa yang dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya.” (Cangara, 2014b:64)
Karl von Clausewitz (1780-1831) seorang pensiunan jenderal Rusia dalam bukunya On War merumuskan Strategi ialah suatu seni
menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang. (Cangara, 2014b:64)
Marthin-Anderson (1968) juga merumuskan Strategi adalah seni
dimana melibatkan kemampuan intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan dengan
memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien. (Cangara, 2014b:64)
Berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak
ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. (Effendy, 2003: 300).
Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya secara taktis
berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. (Effendy, 2003: 301).
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan
jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell “Who Says What Which Channel To Whom With What Effect”.
- Who? (Siapakah komunikatornya?)
- Says What? (Pesan apa yang dinyatakannya?)
- In Which Channel? ( Media apa yang digunakannya?)
- To Whom? (Siapa komunikannya?)
- With what effect? (Efek apa yang diharapkan?). (Effendy, 2003: 301).
Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium
strategy) mempunyai fungsi ganda, yaitu :
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk
memperoleh hasil optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil komunikasi yang optimal diperlukan suatu strategi komunikasi.
Strategi komunikasi juga diperlukan karena kemudahan dioperasikannya media massa yang begitu ampuh jika dibiarkan akan
merusak nilai-nilai budaya.
Menurut Rogers (1982) dikutip dalam buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi menyatakan bahwa “Strategi komunikasi sebagai
suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru.” (Cangara,
2014b:64)
Sedangkan menurut Middleton (1980) seorang pakar perencanaan komunikasi, masih dikutip dalam buku Perencanaan dan Strategi
Komunikasi menyatakan bahwa:
“Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerimaan sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.” (Cangara, 2014b:64)
Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara
umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai
2.2 Kerangka Pemikiran
Pada kerangka pemikiran ini peneliti mengambil fokus penelitian
tentang strategi komunikasi menurut John Middleton (1980) seorang pakar perencanaan komunikasi, dikutip dalam buku Perencanaan dan Strategi
Komunikasi menyatakan bahwa :
“Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerimaan sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.” (Cangara, 2014b:64) Dari pendapat John Middleton diatas, terlihat bahwa dalam pelaksanaan
sebuah strategi tidak terlepas dari elemen komunikasi komunikator, pesan, media, komunikan sampai pada efek. Akan tetapi peneliti hanya mengambil
empat sub fokus saja yaitu komunikator, pesan, media dan efek.
Maka peneliti menetapkan sub fokus peneliti untuk menganalisa fokus
penelitian sebagai berikut :
1. Strategi sebagai Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Oleh
karena itu, komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang
peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. (Cangara, 2014a:99)
Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mengatakan
bahwa:
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga” (Cangara, 2014a:27).
2. Strategi Pesan
Dalam bahasa Inggris pesan disebut message, content, atau information,
merupakan salah satu unsur dalam komunikasi yang teramat penting, karena salah satu tujuan dari komunikasi yaitu menyampaikan atau
menginformasikan pesan itu sendiri.
”Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.” (Cangara, 2014a:27)
3. Strategi Media
Media yang dimaksud disini yaitu, ”Alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima” (Cangara, 2014a:27).
Media yang digunakan dalam proses komunikasi bermacam-macam, tergantung dari konteks komunikasi yang berlangsung dalam proses
komunikasi tersebut.
Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram
yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi” (Cangara,
2014a:27). Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks komunikasi massa media, yaitu:
”Alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang
4. Efek
Efek atau pengaruh ialah perbedaan antara yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek
adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang kita inginkan.
(Cangara,2014a:185) Efek atau pengaruh yang ditimbulkan pada komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Efek kognitif, yaitu efek yang berhubungan dengan pikiran atau
penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. timbul pada
komunikan yang menyebabkan dia.
b. Efek afektif, yaitu efek yang berkaitan dengan perasaan. Komunikator
bertujuan bukan hanya sekedar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya terharu, sedih dsb.
c. Efek konatif, yaitu efek yang bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,
usaha, yang cenderung menjadi kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering
disebut juga efek behavioral. (Effendy,2003:318-319)
Dalam kegiatan komunikasi terdapat proses yang dimulai dengan penyampian pesan atau materi oleh komunikator kemudian ditujukan kepada
Melihat dari keempat sub fokus diatas melalui kegiatan program Keselamatan Lalu Lintas yang dilakukan oleh unit Dikyasa Satuan Lalu
Lintas Polres Subang, maka hanya empat sub fokus tersebut diambil sebagai sebuah acuan dan pengembangan.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana strategi unit Dikyasa Satuan lalu Lintas Polres Subang melalui Program keselamatan Lalu Lintas. Disini unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang berperan
penting dalam menyusun ataupun merancang kegiatan Program Keselamatan Lalu Lintas.
Peneliti akan mencoba mengaplikasikan definisi strategi komunikasi pada masalah penelitian.
1. Strategi Komunikator, unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang melalui program Keselamatan Lalu Lintas memiliki komunikator yang melakukan kegiatan seperti pembinaan atau penyuluhan kepada
masyarakat. Lalu komunikator disini mempunyai kredibilitas yang terjamin. Karena, sudah barang tentu ini berkaitan antara siapa seorang komunikator tersebut dan pengetahuan apa yang disampaikan pada
komunikannya .
2. Strategi Pesan, unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang melalui program Keselamatan Lalu Lintas memiliki pesan yang disampaikan. Diantara pesan komunikasi tersebut terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi nya satu, tetapi lambang yang dipergunakannya bisa
pesan komunikasi bisa berupa bahasa, gambar, warna, kial, dan sebagainya.
3. Strategi Media, unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang melalui program Keselamatan Lalu Lintas memiliki media komunikasi baik media
yang tradisional hingga modern. Tergantung dari kebutuhan komunikasi sebagai penunjang dalam kegiatan Keselamatan Lalu Lintas oleh unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang.
4. Efek, unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang melalui program Keselamatan Lalu Lintas memiliki tujuan, yakni memengaruhi khalayak
atau penerima.
Dalam membuat strategi agar berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan oleh unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang, maka
Gambar 2.2 Alur Pikir
Sumber: Pemikiran peneliti, 2015
STRATEGI
KOMUNIKASI
(Unit Dikyasa) SATUAN LALU LINTAS
POLRES SUBANG
PROGRAM KESELAMATAN LALU
LINTAS
MASYARAKAT
Strategi Media Strategi Pesan
Strategi Komunikator
46 3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian strategi komunikasi unit Pendidikan dan Rekayasa satuan lalu lintas Kepolisian Resor Subang
melalui program keselamatan lalu lintas ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kualitatif dipandang lebih relevan dan cocok karena bertujuan menggali dan memahami realitas strategi
komunikasi yang dilakukan unit Dikyasa. Seperti dikatakan Bogdan dan Taylor (1975 :5) seperti yang dikutip dalam buku Lexy J Maleong (Maleong,
2014:4) bahwasannya:
“Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.” (Maleong, 2014:4)
Metode deskriptif tidak berupaya untuk melakukan prediksi-prediksi yang bersifat subjektif dari sudut pandang peneliti, tetapi peneliti menggunakan sudut pandang subjek penelitian dalam merepresentasikan
fenomenanya dengan mempelajari perilakunya.
Menurut buku Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan
“Metode kualitatif deskriptif menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (naturalsetting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi variabel.” (Ardianto, 2011:60)
Metode deskriptif digunakan untuk dapat menyampaikan hasil
penelitian dengan lebih terbuka. Peneliti akan memaparkan berbagai hal yang dilihat dan didengar mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan strategi komunikasi unit Pendidikan dan Rekayasa satuan lalu lintas Kepolisian Resor
Subang melalui program keselamatan lalu lintas dan menjelaskannya dalam bentuk pendeskripsian yang tersistematis.
Dalam melakukan penelitian diperlukan melakukan perancangan dan perencanaan. Maka langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan menjadi masalah dalam penelitian. Dalam
penelitian ini penulis mengambil judul Strategi Komunikasi Unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui Program Keselamatan Lalu Lintas.
2. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Strategi Komunikator b. Strategi Pesan
c. Strategi Media
3. Memberi definisi terhadap pengukuran fokus. Penelitian ini hanya terdapat satu fokus yaitu Strategi Komunikasi.
4. Memilih teknik pengumpulan data.
5. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui penelitian lapangan seperti observasi non partisipan, wawancara mendalam, dokumentasi dan penelitian kepustakaan atau data yang
di peroleh dari sumber lain, seperti referensi buku, skripsi penelitian terdahulu, ataupun internetsearching.
3.2 Informan Peneliti
Wawancara dilakukan dengan 4 (empat) orang yang terdiri dari 2 (dua)
orang anggota Unit Dikyasa Polres Subang sebagai informan kunci dan 2 (dua) orang masyarakat sebagai informan pendukung.
3.2.1 Informan Kunci
Pemilihan informan kunci pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan
oleh Sugiyono (Sugiyono, 2014:53-54) dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif, adalah:
“Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang
Peneliti memilih menggunakan teknik purposive sampling pada informan kunci, dimana teknik ini mencakup orang-orang yang
diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Data informan tersebut ditampilkan
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Informan Kunci
No Nama Jabatan
1 Ipda. Gugun Gunadi, S.H. Kanit Unit Dikyasa
2 Briptu. Teguh Martono Anggota Unit Dikyasa
Sumber : Penelitian, 2015
Peneliti memilih kedua informan ini menjadi informan kunci
karena kedua informan tersebut adalah petugas dari unit Dikyasa satlantas Polres Subang yang bertugas melakukan penyuluhan mengenai program keselamatan lalu lintas kepada masyarakat.
3.2.2 Informan Pendukung
Untuk memperjelas dan memperkuat data yang lebih baik dalam informasi yang diperoleh. Terdapatnya informan pendukung yang dijadikan sebagai perjelas. Adapun informan pendukung sebagai
Tabel 3.2 Informan Pendukung
No Nama Umur Pekerjaan
1 Dwi Septian Indra Sakti 18 Pelajar
SMA Negeri 3 Subang
2 Candra Bayu Ariandi 24 Mahasiswa
Universitas Subang
3 Gilang Permana 26 Karyawan
PT. Taekwang Industrial Indonesia, Kab. Subang
Sumber : Penelitian, 2015
Peneliti memilih ketiga informan tersebut sebagai informan pendukung karena mereka adalah masyarakat yang berpartisipasi dan
ikut serta dalam program keselamatan lalu lintas yang di laksanakan oleh Satuan Lalu Lintas Polres Subang melalui unit Dikyasa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Untuk dapat menghasilkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperlukan suatu teknik yang sesuai, dan dalam penelitian ini peneliti
3.3.1 Studi Pustaka
Memahami apa yang di teliti, maka upaya untuk menjadikan penelitian
tersebut baik. Perlu adanya materi-materi yang diperoleh dari pustaka-pustaka lainnya.
Adapun definisi studi pustaka yang dikemukakan dalam buku Pinter Menulis Karangan Ilmiah, yaitu :
“Studi Pustaka adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitain.” (Sarwono, 2010:34-35:)
Dalam buku Metode Penelitian Kepustakaan menyebutkan ciri-ciri utama studi kepustakaan, yaitu :
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi-mata (eyewitness) berupa kejadian, orang atrau benda-benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri pula.
2. Data pustaka bersifat „siap pakai’ (readymade). Artinya peneliti tidak pergi ke mana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia diperpustakaan.
3. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik, tetap. Artinya kapan pun ia datang dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia
sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis
(teks, angka, gambar, rekaman tape atau film).” (Zed, 2008:4-5) Dengan hal ini, upaya penelitian yang dilakukan pun dapat menjadi
lainnya. Sehingga bisa dibandingkan serta referensi yang dapat memberikan arah kepada peneliti.
Peneliti disini dalam melakukan penelitian tentu tidak terlepas dari adanya pencarian data dengan menggunakan studi kepustakaan. Disini
peneliti menggunakan studi pustaka dengan mencari berbagai data sebagai pendukung dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan menggunakan:
1. Referensi buku
Referensi buku adalah buku yang dapat memberikan keterangan
topik perkataan, tempat pariwisata, data statistika, pedoman, alamat, nama orang, riwayat orang-orang terkenal. Pelayanan referensi adalah pelayanan dalam menggunakan buku-buku referensi dan disebut “koleksi referensi”,
sedangkan ruang tempat penyimpanan disebut ruang referensi karena sifatnya dapat memberikan petunjuk harus selalu tersedia di perpustakaan
sehingga dapat dipakai oleh setiap orang pada setiap saat.
2. Skripsi peneliti terdahulu
Disini peneliti menggunakan studi pustaka dengan melihat hasil
karya ilmiah para peneliti terdahulu. Peneliti mengangkat penelitian ini tentang strategi komunikasi, untuk mendapatkan referensi, peneliti melihat
3. Internet Searching (Pencarian Data Secara Online)
Pada penelitian apapun bisa juga dalam pengumpulan data dilakukan
secara online atau media internet dengan mencari dan mengumpulkan informasi-informasi berupa data-data yang berkaitan dengan penelitian
yang sedang diteliti oleh peneliti.
3.3.2 Studi Lapangan
Adapun studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang faktual yang diharapkan berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan mencakup beberapa cara diantaranya yakni: 1. Observasi Non Partisipan
Observasi Non Partisipan adalah melakukan pengamatan atau
observasi pengumpulan data dan informasi tanpa melibatkan diri atau tidak menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang diamati.
(Ruslan, 2010:36)
Melalui observasi non partisipan ini, peneliti melihat dan mengamati keadaan dilapangan pada waktu anggota unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas
Polres Subang melaksanakan penyuluhan mengenai program keselamatan lalu lintas kepada masyarakat tetapi peneliti tidak ikut terlibat dalam
2. Wawancara Mendalam
Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk
dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung, salah satunya adalah melalui wawancara.
Menurut Susan Stainback (1988) dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif mendefinisikan wawancara sebagai berikut :
“Interviewing provide the researcher a means to goin a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alone. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi”. (Sugiyono, 2014:72)
Wawancara ini dilakukan kepada para informan, yaitu unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Subang sebagai petugas yang melakukan
penyuluhan mengenai program keselamatan lalu lintas kepada masyarakat. Selain itu, dilakukan juga kepada informan pendukung yaitu masyarakat yang berpartisipasi dalam program keselamatan lalu lintas tersebut.
Maka, dalam hal ini peneliti pun mengumpulkan data-data dengan salah satu caranya melalui wawancara untuk mendapatkan informasi yang
benar-benar relevan dari narasumber terkait dalam hal ini mengenai program keselamatan lalu lintas yang terpilih sebagai informan dengan itu
3. Dokumentasi
Memuat data-data pada penelitian sebagai upaya untuk menafsirkan
segala hal yang ditemukan dilapangan, perlu adanya dokumentasi-dokumentasi dalam berbagai versi.
Dalam hal ini peneliti mengambil dokumentasi berupa foto-foto saat unit Dikyasa Satlantas Polres Subang melakukan penyuluhan dan foto-foto media yang digunakan melalui program keselamatan lalu lintas, kemudian
peneliti mendokumentasikan foto, rekaman suara dan video saat peneliti dan para informan melakukan wawancara,
3.4 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa
pengujian. Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. (Sugiyono,2014:121)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 cara untuk pengujian
kredibilitas data, yaitu dengan triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dan membercheck. Yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
yaitu mengenai program keselamatan lalu lintas melalui buku referensi dan media online
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Disini peneliti melakukan
pengecekan mengenai data yang peneliti dapatkan melalui observasi dan menanyakannya melalui wawancara kepada informan yang bersangkutan.
Pada penelitian ini triangualasi data dilakukan dengan cara membandingan jawaban yang disampaikan oleh informan kunci
dengan infroman pendukung untuk mendapatkan data yang cocok dan sesuai, setelah melakukan observasi di lapangan dan melampirkan dokumentasi.
2. Diskusi dengan teman sejawat, Dalam teknik ini peneliti melakukan diskusi dengan beberapa rekan–rekan sejawat atau
se-profesi mengenai penelitian yang peneliti lakukan. Salah satunya peneliti melakukan diskusi bersama Yudha Adi Purnama dan Yoga Taruna alumni Unikom 2014. Kebetulan Yudha memiliki judul
skripsi yang sama dengan peneliti yaitu mengenai strategi komunikasi. Peneliti menanyakan tanggapan Yudha mengenai
penelitian yang peneliti lakukan, dan diapun memberikan tanggapannya bahwa penelitian yang peneliti lakukan mengenai strategi komunikasi sudah sesuai dengan apa yang dia ketahui. Yoga
penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan. Selain itu penelitipun melakukan diskusi dengan Rd. Karlina Utami mengenai
sistematika dan penulisan pada bab 4, setelah di diskusikan ternyata terdapat beberapa hal yang kurang dari data penelitian yang peneliti
lakukan, dan penelitipun menambahkan kekurangan tersebut.
3. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Pada tanggal 5-7 Juli 2015, peneliti kembali mengunjungi ke lima
informan penelitian untuk memperlihatkan data yang telah peneliti lakukan dan untuk mengetahui kesesuaian mengenai data yang telah
mereka berikan kepada peneliti. Dari kelima informan tersebut telah menyetujui mengenai data yang peneliti lakukan telah sesuai dengan yang mereka berikan dan ke lima informan pun memberikan bukti
3.5 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan
yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada pola yang jelas. Oleh karena itu sering
mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
Dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif, seperti dinyatakan oleh
Miles and Huberman (1984), bahwa :
“The most serious and central difficulty in the use of central difficulty in the use of qualitative data is that methods of analysis are not well formulate. Yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena, metode analisis belum dirumuskan dengan baik.” (Sugiyono, 2014:87-88)
Selanjutnya masih dalam buku yang sama, Nasution menyatakan
bahwa:
“Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja
keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang
sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.” (Sugiyono,
2014:88)
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. (Sugiyono, 2014:91)
Miles and Huberman melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.1
Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif
Sumber : Buku “Memahami Penelitian Kualitatif” (Sugiyono, 2014:92)
Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data reduction) : Disini peneliti merangkum atau memilih data yang telah di peroleh peneliti dan memfokuskan
kepada hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan agar memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions:
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Pengumpulan Data (Data collection): Peneliti mengumpulkan data mengenai masalah yang diteliti oleh peneliti yang kemudian data
tersebut dikelompokan dan disusun sehingga berbentuk rangkaian infomasi
3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.
Peneliti
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan kesimpulan yang peneliti lakukan yaitu berdasarkan
hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dilapangan dan telah dibahas dalam bentuk pembahasan sehingga dapat memberi jawaban
atas masalah yang di teliti oleh peneliti.
Tahapan-tahapan analisis data di atas merupakan bagian yang tidak saling terpisahkan, sehingga saling berhubungan antara tahap yang satu
dengan tahap yang lain. Analisis dilakukan secara kontinyu dari awal sampai akhir penelitian, untuk mengetahui strategi komunikasi unit Pendidikan dan
Rekayasa satuan lalu lintas Kepolisian Resor Subang melalui program keselamatan lalu lintas
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini memiliki lokasi yang menjadi lapangan penelitian dari
peneliti serta waktu berlangsungnya penelitian ini, adapun lokasi dan waktunya sebagai berikut :
3.6.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Subang. Pada tanggal 26
Febuari 2015 dan 7 Mei 2015 Peneliti melakukan observasi, observasi yang dilakukan peneliti yaitu :
Tabel 3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
Polres Subang Jln. Mayjen Sutoyo No. 29 Subang
SMA Negeri 3 Subang Jl. Emo Kurniaatmadja No. 1 Subang
PT. Taekwang Industrial Jl. Kapten Hanafiah, Subang
Universitas Subang JL. R.A. Kartini KM. 3, Subang.
Sumber : Penelitian 2015
3.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan kurun waktu penelitian selama 7 (tujuh) bulan terhitung
Tabel 3.4 Waktu Penelitian
Sumber : Penelitian, 2015
No. Kegiatan Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus Observasi dan pencarian data
lapangan Penyusunan BAB I
Bimbingan Penyusunan BAB II
Bimbingan Penyusunan BAB III
Bimbingan Seminar UP
3. Penelitian Lapangan Pengumpulan Data Lapangan
Wawancara Penelitian
4.
Penyelesaian Laporan Penyusunan BAB IV
Bimbingan Penyusunan BAB V
Bimbingan 5. Penyusunan keseluruhan
draft BAB I-V 6. Pendaftaran dan
137 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dari bab sebelumnya, maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi Komunikator yang unit Dikyasa Satlantas Polres Subang lakukan dalam penyuluhannya mengenai program keselamatan lalu lintas kepada masyarakat memiliki sikap yang tegas, ramah, baik berwibawa, dan berkharisma dengan menyusun sebuah rencana kegiatan dan materi
yang akan disampaikan sebelumnya. Daya tarik yang digunakan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang sebagai komunikator antara lain seperti
melalui public speaking, pesan bergambar, film, dan permainan-permainan. Anggota unit Dikyasa Satlantas Polres Subang memiliki keahlian profesinya tersendiri terutama di bidang lalu lintas. Pendekatan
yang dilakukan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang dilakukan secara langsung dan mendatangi yang akan dilakukan penyuluhan yang
penyampaiannya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti yang dibantu oleh infocus dan alat peraga lalu lintas.
2. Strategi Pesan yang disampaikan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang telah dilakukan dengan baik kepada masyarakat. Pesan tersebut antara lain mengenai tata tertib berlalu lintas di jalan raya, keselamatan
Penyamapaian isi pesan tersebut dilakukan melalui penyuluhan dan pemahaman mengenai keselamatan lalu lintas dan melalui praktek safety
riding dan safety drive. Pesan-pesan tersebut berupa pesan informatif informasi mengenai penerangan terhadap rambu-rambu di jalan, akan
bahaya mengendarai kendaraan bermotor jika tidak menggunakan helm dan persuasif yaitu mengajak masyarakat untuk merubah perilaku berlalu lintas mereka dan untuk selalu mentaati aturan-aturan lalu lintas yang
berlaku saat ini, dengan gaya pesan yang digunakan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang yaitu bahasa formal menggunakan bahasa
Indonesia, namun terkadang juga menggunakan bahasa non formal mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
3. Strategi Media yang digunakan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang dalam melaksanakan program keselamatan lalu lintas kepada masyarakat yaitu menggunakan media cetak seperti brosur, leaflet, pin,
stiker baliho dan koran, adapun media elektronik yang digunakan yaitu radio microphone, infocus, powerpoint, dan media lainnya seperti alat peraga. Media yang paling efektif dalam pelaksanaannya yaitu
menggunakan media radio, brosur dan microphone. Adapun faktor penghambat yang dialami seperti gangguan teknis yang tidak diduga saat
pelaksanaanya dilapangan.
4. Efek yang diharapkan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang melalui program keselamatan lalu lintas antara lain terwujudnya keselamatan lalu
kecelakaan dan pelanggaran, menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas, dan membudayakan keselamatan berlalu lintas sebagai kebutuhan untuk
mencapai Indonesia tertib bersatu keselamatan no. 1. Program keselamatan lalu lintas yang dilakukan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres
Subang berhasil. Efek yang terjadi dimasyarakat antara lain menjadi tertib akan berlalu lintas, mematuhi peraturan lalu lintas, lebih berhati-hati dalam berkendara, dan mengutamakan keselamatan diri sendiri dan
orang lain.
5. Strategi Komunikasi yang dilakukan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang berhasil dan mendapat respon baik dari masyarakat. Pada efeknya di masyarakat terjadi perubahan sikap dan perilaku mereka di bidang keselamatan lalu lintas juga mentaati dan mematuhi peraturan lalu
lintas yang berlaku. Yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya tidak taat menjadi taat, yang sebelumnya belum mengerti
tentang lalu lintas menjadi mengerti, yang sebelumnya tidak mematuhi peraturan dan tata tertib lalu lintas menjadi mematuhi, dan lain-lain. Dengan berjalannya setiap tahap-tahap yang dilakukan unit Dikyasa
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang
1. Sebaiknya unit Dikyasa Satlantas Polres Subang menambahkan
jumlah anggota personil diunitnya agar kinerja saat melaksanakan tugas dilapangan dapat dilakukan secara bergiliran dan tidak terpaku oleh satu atau dua orang.
2. Sebaiknya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh unit Dikyasa Satlantas Polres Subang lebih sering minimal
penyuluhan-penyuluhan tersebut dilakukan dua atau tiga kali dalam satu bulan dan tidak hanya kepada pelajar, mahasiswa ataupun pegawai saja, namun kepada semua aliansi masyarakat sekitar. Agar masyarakat
lebih memahami mengenai bidang lalu lintas.
3. Diharapkan unit Dikyasa Satlantas Polres Subang media yang
digunakan sebaiknya dimodernisasi lagi, seperti menggunakan kecanggihan aplikasi internet dan menggunakan media sosial sehingga mampu terhubung dengan masyarakat luas. Seperti
mengoptimalkan penggunaan website Polres Subang yang selama ini kurang terupdate dan menyediakan layanan live chat pada jam
kerja, menyebarkan penyuluhan-penyuluhan melalui medsos seperti twitter dan facebook, yang terakhir menyediakan aplikasi atau game berbasis android dan iphone mengenai tata tetib lalu
4. Berusaha lebih dekat dengan masyarakat dan selalu dapat menjaga citra Polri dengan baik, dengan cara polisi sebagai sahabat anak
dan sebagai mitra masyarakat. Karena unit Dikyasa Satlantas Polres Subang itu yang paling dekat dan paling sering berhadapan
langsung dengan masyarakat.
5. Tetap dalam prosedur yang berlaku dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki setiap anggota
kepolisian khusunya unit Dikyasa Satlantas Polres Subang.
5.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat memberikan berbagai macam litelatur yang lebih beragam untuk kesempurnaan dan kelengkapan penelitian.
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lainnya di bidang strategi komunikasi, baik strategi
(Studi Deskriptif Tentang Strategi Komunikasi Unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui
Program Keselamatan Lalu Lintas)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana (S1) Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
RAMA NUGRAHA NIM. 41811700
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
x
LEMBAR PENGESAHAN ... ii LEMBAR PERNYATAAN ... iii ABSTRAK ... iv ABSTRACT ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... x DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR TABEL ... xvi DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 12
xi
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16 2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 19 2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 19 2.1.2.2 Proses Komunikasi ... 20 2.1.2.3 Unsur-unsur Komunikasi ... 22 2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 24 2.1.2.5 Konteks Komunikasi ... 26 2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi ... 28 2.1.3.1 Definisi Komunikasi Organisasi ... 28 2.1.3.2 Arus Komunikasi Dalam Organisasi ... 31 2.1.3.3 Arus Komunikasi Dalam Organisasi ... 34 2.1.4 Tinjauan Tentang Strategi Komunikasi ... 36 2.2 Kerangka Pemikiran ... 40
BAB III METODE PENELITIAN
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 64 4.1.1 Gambaran Objek Penelitian ... 64 4.1.1.1 Program Keselamatan Lalu Lintas ... 64 4.1.1.2 Unit Dikyasa ... 66 4.1.1.3 Polres Subang ... 68 4.1.1.4 Visi dan Misi Polres Subang ... 69 4.1.1.5 Logo Polres Subang ... 71 4.1.1.6 Struktur Organisasi Satlantas Polres Subang ... 73 4.1.1.7 Visi dan Misi Satlantas Polres Subang ... 74 4.1.1.8 Logo Satlantas Polres Subang ... 75 4.1.2 Deskripsi Identitas Informan Kunci dan Informan Pendukung ... 77 4.1.2.1 Informan Kunci ... 79 4.1.2.2 Informan Pendukung ... 83 4.1.3 Analisa Hasil Penelitian ... 88
4.1.3.1 Strategi Komunikator Unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui Program Keselamatan Lalu Lintas ... 88 4.1.3.2 Strategi Pesan yang disampaikan Unit Pendidikan dan
Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui Program Keselamatan Lalu Lintas ... 96 4.1.3.3 Strategi Media yang digunakan Unit Pendidikan dan
Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui Program Keselamatan Lalu Lintas ... 104 4.1.3.4 Efek yang diharapkan Unit Pendidikan dan Rekayasa
xiii
5.2 Saran ... 140 5.1.1 Saran Untuk Unit Pendidikan dan Rekayasa Satuan Lalu Lintas
xiv
Gambar 1.2 : Data Kecelakaan Lalu Lintas ... 7 Gambar 1.3 : Data Pelanggaran ... 8 Gambar 2.1 : Unsur-unsur dalam Proses Komunikasi ... 23 Gambar 2.2 : Kerangka Pemikiran Konseptual ... 45 Gambar 3.1 : Komponen-komponen Analisis Data Model Kualitatif ... 59 Gambar 4.1 : Logo Polres Subang (Jawa Barat) ... 68 Gambar 4.2 : Struktur Organisasi Satlantas Polres Subang ... 69 Gambar 4.3 : Logo Satlantas Polres Subang ... 71 Gambar 4.4 : Ipda Gugun Gunadi, S.H. (Informan Kunci) ... 79 Gambar 4.5 : Briptu Teguh Martono (Informan Kunci) ... 81 Gambar 4.6 : Dwi Septian Indra Sakti (Informan Pendukung) ... 83 Gambar 4.7 : Candra Bayu Ariandi (Informan Pendukung) ... 85 Gambar 4.8 : Gilang Permana (Informan Pendukung) ... 87 Gambar 4.9 : Unit Dikyasa sebagai Komunikator saat melakukan
penyuluhan program keselamatan lalu lintas ... 91 Gambar 4.10 : Media radio dalam program keselamatan lalu lintas ... 105 Gambar 4.11 : Salah satu media program keselamatan lalu lintas ... 106 Gambar 4.12 : Stiker program keselamatan lalu lintas ... 109 Gambar 4.13 : Pin program keselamatan lalu lintas ... 109 Gambar 4.14 : Model strategi komunikator Unit Pendidikan dan
Rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang melalui Program Keselamatan Lalu Lintas ... 122 Gambar 4.15 : Model strategi pesan yang disampaikan Unit Pendidikan