• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KECELAKAAN LALU LINTAS AKIBAT KELALAIAN PENGEMUDI YANG MENYEBABKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA (Studi Kasus Di Kepolisian Resor Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KECELAKAAN LALU LINTAS AKIBAT KELALAIAN PENGEMUDI YANG MENYEBABKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA (Studi Kasus Di Kepolisian Resor Serdang Bedagai)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

Selain menimbulkan korban jiwa seperti luka-luka dan kematian, kecelakaan di jalan raya juga menimbulkan kerugian fisik. Berikut tabel angka kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polres Serdang Bedagai tahun 2022. Tanggung jawab hukum penuh dilimpahkan kepada personel kendaraan yang terlibat langsung dalam kecelakaan lalu lintas.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori

Keranga Konseptual

Kerangka konseptual memuat konsep operasional dari penelitian, bukan konsep dari hukum. Namun penggunaan hukum dimungkinkan jika konsep tersebut sudah ada di dalamnya.68 Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan hukum untuk memberikan definisi terhadap konsep yang disampaikan. Karena penelitian hukum merupakan penelitian normatif yang bersifat kualitatif, maka tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan (masalah hukum) yang diteliti.69.

67Roeslan Saleh, Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana Dua Arti dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 2013, hal.83. Dalam penelitian hukum, kerangka konseptual dapat diperoleh dari peraturan perundang-undangan. 70 Pendefinisian konsep hendaknya berurutan sesuai dengan judul dan rumusan masalah. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pada suatu tempat, waktu dan keadaan tertentu dilarang (atau melanggar suatu kewajiban) dan diancam dengan pidana serta bertentangan dengan hukum serta mengandung unsur kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang cakap untuk mempertanggungjawabkannya. .

Kecelakaan lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa yang terjadi di jalan secara tidak terduga dan tidak disengaja, sehingga mengakibatkan kerugian manusia dan harta benda. Kelalaian itu dalam undang-undang tidak ada definisinya, namun dalam hukum pidana ada beberapa jenis kelalaian yaitu Culva Lata kelalaian berat dan Culva Levissima kelalaian ringan sehingga culva ini tidak cukup untuk menghukum seseorang yang melakukan tindak pidana atas sebab perbuatannya. jalan 0,73. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah mempunyai Surat Izin Mengemudi.74.

Mangsa ialah orang yang menderita secara fizikal dan rohani akibat perbuatan orang lain yang mencari kepentingan sendiri dan hak asasinya hilang.

Asumsi

Keaslian Penelitian

Bagaimana penerapan hukum pidana terhadap pelaku pelanggaran kelalaian saat mengemudi yang mengakibatkan meninggalnya orang lain (putusan kajian No. 5/Pid.Sus/2018/PN.Klb). Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada pelanggar yang kelalaiannya dalam berkendara mengakibatkan orang lain meninggal dunia (putusan Nomor 5/Pid.Sus/2018/Pn Klb). Bagaimana penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian lalu lintas yang mengakibatkan meninggalnya orang lain.

Bagaimana penerapan hukum terhadap hukum pidana kelalaian mengemudi yang mengakibatkan meninggalnya orang lain (studi keputusan. Berdasarkan penulisan hukum di atas, maka penelitian yang dilakukan penulis jika dibandingkan secara substansi dan topik berbeda dengan penelitian yang dilakukan di atas.

Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

  • Metode Pendekatan
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang menetapkan norma-norma yang menjadi objek penelitiannya, misalnya norma hukum dalam peraturan perundang-undangan, norma hukum yang bersumber dari suatu undang-undang79. Pendekatan konseptual (conceptual approach)82 diwujudkan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum, yang akan menemukan gagasan-gagasan yang dapat memunculkan makna-makna hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum terkait dengan permasalahan yang dihadapinya. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang dimaksud, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan ambiguitas dalam pembahasan.

Untuk memperoleh hasil yang obyektif, dapat diverifikasi dan dipertanggungjawabkan, maka data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode yaitu penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 82 Ibid, hal. 95. dengan mengkaji bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan ambiguitas dalam pembahasan.

Data sekunder dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.83. Data sekunder ini cakupannya sangat luas, antara lain surat pribadi, catatan harian bahkan dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah.84 Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum normatif adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder terdiri atas buku-buku hukum (textbook), surat kabar hukum, dokumen-dokumen hukum atau pandangan para ahli hukum yang dimuat dalam media massa, kamus dan ensiklopedia hukum, internet dengan nama website.

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia, dan sebagainya.

Pengertian Tindak Pidana Lalu Lintas

Beberapa kecelakaan lalu lintas yang terjadi sebenarnya bisa dihindari jika pengguna jalan berperilaku disiplin, sopan dan hormat. Pasal 229(5) UU No. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas dari ayat (1) yang menggolongkan kecelakaan menjadi kecelakaan ringan, sedang, dan berat (meninggal dunia), dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklayakan kendaraan, dan ketidaklayakan kendaraan. jalan dan/atau lingkungan hidup. Kecelakaan dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang tidak direncanakan yang mungkin disebabkan oleh faktor manusia, faktor jalan raya, faktor kendaraan, faktor lingkungan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dapat mengganggu proses kerja dan dapat mengakibatkan cedera, sakit, kematian atau tidak. , kerusakan properti, atau kejadian tidak diinginkan lainnya.

Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak terduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain, sehingga mengakibatkan korban jiwa dan/atau kerugian harta benda. . Menurut Pasal 229 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai berikut, kecelakaan lalu lintas digolongkan menjadi:. Kecelakaan lalu lintas sedang; atau c. 2) Kecelakaan lalu lintas ringan adalah kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan pada kendaraan dan/atau barang.

Unsur-Unsur Tindak Pidana Lalu Lintas

Meningkatnya frekuensi pengguna jalan khususnya kendaraan bermotor untuk berbagai keperluan pribadi atau umum secara tidak langsung dapat meningkatkan frekuensi kecelakaan lalu lintas. Pelaku yang dapat dipidana dalam perkara kecelakaan lalu lintas adalah setiap orang yang mengendarai kendaraan bermotor. Setelah dicermati pasal ini, ternyata pengemudi kendaraan tidak bermotor bukanlah pelaku kecelakaan lalu lintas karena lemahnya kedudukannya sebagai pengguna jalan.

Ketentuan Pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebenarnya serupa dengan Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Yang membedakan Pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, adalah adanya unsur kesengajaan yang dilakukan seseorang yang mengemudikan kendaraan dengan cara atau keadaan yang membahayakan nyawa atau harta benda. Karena perbuatannya tersebut, ancaman sanksi pidana dalam Pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan lebih ketat dibandingkan Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, yakni ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.

Verifikasi unsur kelalaian pada Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pembuktian unsur kesengajaan merupakan unsur yang paling sulit diantara unsur Pasal 311 UU No. 22. Pasal 312 UU No. 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan kendaraannya, memberikan bantuan atau melaporkan kecelakaan lalu lintas tersebut kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat sesuai dengan Pasal 231 ayat (1) huruf a, b, dan c tanpa alasan yang sah dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. Pasal 312 UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan tersebut di atas berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab pengemudi pada pasal 231 ayat (1) undang-undang no. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Jika dicermati, pasal ini bukanlah suatu perbuatan yang mengakibatkan matinya orang lain seperti yang disebutkan pada dua pasal sebelumnya, yakni pasal 310 dan pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Pengaturan Sanksi Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas

Pengemudi yang menyebabkan orang lain meninggal dalam kecelakaan lalu lintas dapat ditangkap menggunakan produk ini. Kecelakaan lalu lintas yang berakibat fatal disebabkan oleh kelalaian pengemudi kendaraan bermotor pada ketentuan KUHP, pasal yang dapat digunakan untuk menebak pengemudi kendaraan bermotor yang menyebabkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas adalah Pasal 359 UU KUHP yang menyatakan bahwa : “Barang siapa menyebabkan matinya orang lain karena kesalahannya sendiri (kelalaiannya), diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana penjara paling lama satu tahun.” Pasal 236 UULAJ mengatur tentang santunan kepada pelaku kecelakaan lalu lintas yang berbunyi demikian.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa tanggung jawab pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, yang mana hanya terjadi kerusakan atau kerugian materiil tanpa adanya korban jiwa dalam kecelakaan tersebut, merupakan suatu bentuk ganti rugi atau ganti kerugian materil. Menentukan apakah suatu kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materiil tanpa menimbulkan korban jiwa merupakan suatu tindak pidana, menurut Siantura S.R. dapat menjadikannya tindak pidana bila memenuhi unsur-unsurnya. Pasal 230 UU LLAJ mengatur bahwa: “Perkara kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 alinea kedua, ketiga, dan keempat, ditindaklanjuti dengan hukum acara pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Dari uraian di atas, maka kecelakaan lalu lintas, baik ringan, sedang, maupun berat, merupakan tindak pidana. Kecelakaan lalu lintas yang hanya menimbulkan kerugian materil tanpa ada korban jiwa ditanggung tindak pidananya dan dapat ditindak pidana akibat tindak pidana tersebut. Sanksi pidana pada Pasal 310 dan Pasal 311 juga memuat pidana terhadap kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian.

Orang yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas mempunyai kewajiban yang masing-masing diatur dalam Pasal 231 ayat (1) Undang-Undang Kecelakaan Lalu Lintas.

Analisis

Meninggal Dunia : Korban kecelakaan lalu lintas yang dipastikan meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan. Kecelakaan yang mengakibatkan cacat, yang dapat dikatakan cacat tetap apabila ada bagian tubuh yang hilang atau tidak dapat digunakan lagi dan tidak dapat diperoleh kembali untuk selama-lamanya. Perhatikan kondisi sekitar dan kondisi kendaraan serta kondisi fisiknya, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan.

Seseorang yang terlibat dalam kecelakaan tidak dapat memenuhi kewajiban berdasarkan Pasal 231(1) UU LLAJ karena adanya situasi yang memaksa.

Referensi

Dokumen terkait

Perbuatan pidana yang dilakukan oleh anak tersebut adalah kecelakaan lalu lintas, belum memenuhi syarat untuk mengemudikan kendaraan bermotor serta mengakibatkan

pelanggaran yang terjadi yaitu kasus kecelakaan lalu lintas oleh

(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud

Barangsiapa terlibat peristiwa kecelakaan lalu lintas pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dan tidak menghentikan kendaraannya, tidak menolong orang yang menjadi

Bunyi pasal dari Pasal 310 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang

(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan

Barangsiapa terlibat peristiwa kecelakaan lalu lintas pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dan tidak menghentikan kendaraannya, tidak menolong orang