• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan kepolisian dalam penyidikan kasus Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan Kematian (studi kasus di polresta Pematang siantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan kepolisian dalam penyidikan kasus Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan Kematian (studi kasus di polresta Pematang siantar)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan di bidang teknologi transportasi telah menyebabkan perkembangan moda transportasi di Indonesia baik udara, darat, maupun laut menjadi sangat beragam dan semakin cepat. Perkembangan transportasi, khususnya transportasi darat telah semakin mempermudah mobilitas masyarakat dari satu daerah ke daerah lain, namun di sisi lain seperti yang terlihat hampir di semua kota-kota besar telah berdampak pada munculnya berbagai permasalahan lalu lintas seperti pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang dari waktu ke waktu semakin kompleks.

Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)1 menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.

Meskipun telah disosialisasikannya Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tersebut, angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas di Indonesia tetap tinggi, sesuai dengan data yang berasal dari Direktorat Lalu Lintas Markas Besar Kepolisian, angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 57.726 kasus dengan angka pelanggaran

      

(2)

lalu lintas sebanyak 5.814.386 pelanggaran. Bahkan menurut data dari WHO, kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 3 bagi masyarakat Indonesia, setelah HIV/AIDS dan TB Paru. Pada tahun 2010, jumlah kematian akibat kecelakaan telah mencapai 30.637 jiwa2, artinya dalam setiap 1 jam terdapat sekitar 3-4 orang atau setiap harinya sekitar 84 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Secara nasional, Sebanyak 67% korban kecelakaan berada pada usia produktif (22 - 50 tahun). Loss productivity dari korban dan kerugian material akibat kecelakaan tersebut diperkirakan mencapai 2,9 - 3,1% dari total PDB Indonesia, atau setara dengan Rp. 205 - 220 trilyun pada tahun 2010 dengan total PDB mencapai Rp. 7.000 trilyun.3

Penyebab meningkatnya kecelakaan di jalan selain pertambahan penduduk dan kemakmuran yang menyebabkan semakin banyak orang bepergian, dan ini berkisar dari sifat acuh perseorangan dan masyarakat terhadap pengekangan emosional dan fisik agar dapat hidup aman pada lingkungan yang serba mesin. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah keadaan jalan dan lingkungan, kondisi kendaraan, dan keadaan pengemudi. Salah satu permasalahan lalu lintas yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah kecelakaan lalu lintas, yang biasanya selalu berawal dari adanya pelanggaran lalu lintas. Yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas adalah penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas yang berlaku, bagi orang yang melanggar

      

2 Berdasar data Kepolisian RI Tahun 2010.

3 Angkasa. 2013. Perlindungan Hukum terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas dalam Perspektif Viktimologi. Makalah disampaikan dalam Training for Trainers on Victmology and

(3)

dikenakan sanksi pidana dan proses pengajuan perkaranya menggunakan “Acara Pemeriksaan Cepat” sesuai Pasal 205 KUHAP.4

Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi dimana saja, baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil. Pematang Siantar sebagai kota yang terus berkembang juga mengalami perubahan dalam pola transportasinya yang semakin berkembang dan meningkatnya jumlah pengguna kendaraan, sehingga juga berdampak terhadap perilaku penggunanya dengan berbagai macam perilaku berkendara yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Data yang diperoleh dari Polresta Pematang Siantar tentang jumlah kecelakaan dan akibatnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Lalu Lintas dan Akibatnya di Wilayah Polresta Pematang Siantar Tahun 2012-2013

No Bulan

4 M. Umar Maksum, Agus Suprianto, Thalis Noor Cahyadi, M, Ulinhuha, Afronji, 2009. Cara Mudah Menghadapi Kasus-kasus Hukum Untuk Orang Awam. Yogyakarta: Sabda Media.

(4)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan pada tahun 2012 sebanyak 369 kasus kecelakaan dan pada tahun 2013 sebanyak 245 kasus kecelakaan. Akibat dari kecelakaan tersebut yang meninggal dunia pada tahun 2012 sebanyak 46 orang dan tahun 2013 meningkat menjadi 49 orang, luka berat pada tahun 2012 sebanyak 110 orang dan tahun 2013 sebanyak 92 orang. Luka ringan sebanyak 482 orang pada tahu 2013 dan 312 orang pada tahun 2013.

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian karena kelalaian sehingga sebenarnya dapat dilakukan pencegahan. Pencegahan dapat dimulai dari proses penyidikan kecelakaan lalu lintas yang benar mulai dari TKP sampai proses P-21 (penyerahan berkas), pendataan yang benar, analisa yang akurat serta melalui implementasi analisa kecelakaan lalu lintas (Traffic Accident Analysis) yang konsisten. Implementasi Traffic Accident Analysis digunakan untuk mengetahui keakuratan penyebab kecelakaan dari berbagai aspek: manusia, kendaraan, jalan atau lingkungan. Dengan demikian Satuan Lalu Lintas akan mampu merekonstruksi kasus-kasus kecelakaan yang membawa banyak korban, baik untuk kepentingan pro-yustisia maupun pengkajian/penelitian guna pengambilan keputusan yang akurat dalam rangka pencegahan/menanggulangi kecelakaan.

(5)

seharusnya. Menurut Satjipto Rahardjo,5 sosok polisi yang ideal di seluruh dunia adalah polisi yang cocok dengan masyarakat”. Dengan prinsip tersebut masyarakat mengharapkan adanya polisi yang cocok dengan masyarakatnya, yang berubah dari polisi yang antagonis (polisi yang tidak peka terhadap dinamika tersebut dan menjalankan gaya pemolisian yang bertentangan dengan masyarakatnya) menjadi polisi yang protagonis (terbuka terhadap dinamika perubahan masyarakat dan bersedia untuk mengakomodasikannya ke dalam tugas-tugasnya).

Peran polisi sangat besar di dalam penegakan hukum pidana. Polisi sebagai bagian dari aparat penegak hukum merupakan salah satu subsistem yang bertugas dalam bidang penyidik dan penyelidik tindak pidana seperti halnya dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas.

Ketentuan umum yang diatur dalam Pasal 1 butir 1 dan 2 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menjelaskan tentang pengertian penyidik dan penyidikan yang menyatakan bahwa penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Sedangkan penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pejabat penyidikan sesuai dengan cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat atau menjadi terang tindak pidana yang terjadi serta sekaligus menemukan tersangkanya atau pelaku tindak pidananya.

      

(6)

Pertanggung jawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah melakukan tindak pidana. Moeljatno6 mengatakan “orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia tidak melakukan perbuatan pidana. Dengan demikian, pertanggung jawaban pertama-tama tergantung pada dilakukannya tindak pidana. Pertanggung jawaban pidana hanya akan terjadi jika sebelumnya telah ada seseorang yang melakukan tindak pidana. Sebaliknya, eksistensi suatu tindak pidana tidak tergantung apakah ada orang-orang yang pada kenyataannya melakukan tindak pidana tersebut

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai peran yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam melakukan penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian korban berdasarkan UU RI Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ). Untuk itu, penulis membuat penulisan hukum dalam bentuk skripsi dengan judul: “PERANAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN

KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN

KEMATIAN (STUDI KASUS DI POLRESTA PEMATANG SIANTAR).”

B. Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam penyusunan suatu penulisan hukum. Perumusan masalah di dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk menegaskan masalah yang akan diteliti, sehingga tujuan yang akan dicapai menjadi lebih jelas dan sistematis. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang diharapkan.

      

(7)

Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aturan hukum kecelakaan berlalu lintas sebagai tindak pidana kelalaian yang menyebabkan kematian pada orang lain?

2. Bagaimana peranan kepolisian dalam penyidikan kasus kecelakaan berlalu lintas yang menyebabkan kematian?

3. Bagaimana kebijakan hukum polisi dalam menanggulangi kasus kecelakaan berlalu lintas yang menyebabkan kematian?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas dan pasti agar penelitian tersebut memiliki arahan dan pedoman yang pasti. Tujuan penelitian pada prinsipnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi.7

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kecelakaan berlalu lintas sebagai tindak pidana kelalaian yang menyebabkan kematian pada orang lain.

2. Untuk mengetahui peran kepolisian dalam penyidikan kasus kecelakaan berlalu lintas yang menyebabkan kematian orang lain.

      

(8)

3. Untuk menganalisis kasus kecelakaan berlalu lintas yang menyebabkan kematian (Studi Kasus di Polresta Pematang Siantar)

D. Manfaat Penelitian

Nilai suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini antara lain:8

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan di bidang hukum khususnya dalam bidang hukum Acara Pidana dalam hal peran kepolisian dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian pada orang lain.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan, sumber referensi bagi para pihak yang berkepentingan terhadap penelitian ini.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi tentang peran kepolisian dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian pada orang lain.

4. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran baik masyarakat maupun aparat penegak hukum mengenai kasus kecelakaan lalu lintas dan aspek hukum yang berdampak pada korban menderita kematian.

      

(9)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Tugas Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai salah satu pilar pertahanan negara pada dasarnya mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana ditetapkan secara yuridis dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 itu bukan sesuatu yang baru, melainkan sudah pernah diatur dalam produk hukum sebelumnya yang sudah tidak berlaku lagi, terutama Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997. Telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.

Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut UU Kepolisian, pengertian kepolisian adalah segala sesuatu hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.9 Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertujuan mengawal keamanan dan ketertiban masyarakat dalam hal ini suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasayarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman yang membangun

      

(10)

kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

Tugas POLRI yang ditetapkan dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 adalah sebagai berikut:

1. Tugas Polri sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat antara lain: Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan; membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.10

2. Tugas Polri sebagai penegak hukum antara lain: Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk keamanan swakarsa; melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan untuk kepentingan tugas kepolisian.11

      

(11)

3. Tugas Polri sebagai pengayom dan pelayan masyarakat antara lain: Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang; memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.12

Berkaitan dengan penegakan hukum, peran Polri diantaranya yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Salah satu tindak pidana yang menjadi tanggungjawab Polri yaitu menanggulangi kasus kecelakaan lalu lintas.

2. Peran dan Fungsi Polisi dalam Penyidikan

Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintah yang memiliki peranan penting dalam negara hukum. Di dalam negara hukum kehidupan hukum sangat ditentukan oleh faktor struktur atau lembaga hukum, di samping faktor-faktor lain, seperti faktor substansi hukum dan faktor kultur hukum. Dengan demikian, efektivitas operasional dari struktur atau lembaga hukum sangat ditentukan oleh kedudukannya dalam organisasi negara.13

Dalam Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia tugas pokok Kepolisian

      

(12)

Negara Republik Indonesia adalah: memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.14

Peran dan fungsi Polri sebagai penegak hukum antara lain: turut serta dalam pembinaan hukum nasional; memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk keamanan swakarsa; melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan untuk kepentingan tugas kepolisian.15

Dalam Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) disebutkan bahwa penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.16

Peran polisi sangat besar di dalam penegakan hukum pidana. Polisi sebagai bagian dari aparat penegak hukum merupakan salah satu subsistem yang bertugas dalam bidang penyidik dan penyelidik tindak pidana. Kedudukan Polri sebagai penegak hukum tersebut ditetapkan dalam

Undang-      

14Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Bab III,

Pasal 13.

15 Pasal 14 ayat 1 huruf d, e, f, g dan h Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002.

(13)

undang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 butir (1) dan Pasal 2 bahwa:

Pasal 1 butir (1)

“Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Pasal 2

“Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.17

Dari bunyi Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 1 butir (1) dan Pasal 2 tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa Polri dalam kedudukannya sebagai aparat penegak hukum mempunyai fungsi menegakkan hukum di bidang yudisial, tugas preventif maupun represif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjijono18 bahwa fungsi kepolisian tentunya berkaitan erat dengan tugas dan wewenang lembaga kepolisian yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari dibentuknya lembaga tersebut. Secara umum, tujuan dibentuknya lembaga kepolisian adalah untuk menciptakan kondisi aman, tenteram dan tertib dalam masyarakat. Dalam menyelenggarakan tugas dan wewenang tersebut dicapai melalui tugas preventif, pre-emtif dan tugas represif.

  Fungsi penegakan hukum kepolisian tertuang dalam pasal 14 ayat (1)

huruf g Undang-undang Kepolisian Nomor 2 tahun 2002 tentang kewenangan polisi dalam penyidikan bahwa Polisi berwenang melakukan penyidikan terhadap semua tindak pidana. Pasal ini memberikan penegasan bahwa kedudukan Polri

      

17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(14)

sebagai penyidik dalam tindak pidana memberikan semangat dalam kepastian hukum dalam era supremasi hukum.

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia (POLRI) atau pejabat pegawai negeri sipil (PPNS) tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 butir 1 KUHAP).19

Penyelidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penyelidikan (pasal 1 butir 4 jo pasal 4 KUHAP). Sesuai dengan perumusan tersebut maka setiap pejabat Polisi Negara RI (POLRI) dari pangkat yang paling rendah sampai dengan pangkat yang tertinggi adalah penyelidik. Untuk mengetahui kewenangan penyelidik dapat dibaca pasal 5 KUHAP.20

Pasal 5.

(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 4: a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

2. Mencari keterangan dan barang bukti.

3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan.

2. Pemeriksaan dan penyitaan surat.

3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

      

19 Kuffal, HMA. 2008. Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum. Edisi Revisi. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: UMM Press, halaman 47.

(15)

(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan b kepada penyidik.21

Kewenangan penyelidik tersebut sebenarnya merupakan sebagian dari kewenangan penyidik, karena penyelidikan merupakan sub fungsi/bagian yang tidak terpisahkan dari penyidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap penyidik selain memiliki kewenangan melakukan penyidikan dengan sendirinya berwenang pula melakukan penyelidikan. Sedangkan seorang penyelidik kewenangannya hanya terbatas pada penyelidikan.22

3. Kecelakaan Lalu Lintas

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dan pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah bangsa dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kepentingan umum. Lalulintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.23 Resiko dalam berlalu lintas yaitu terjadinya kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kekuranghati-hatian.

Setiap kecelakaan pasti diawali oleh terjadinya pelanggaran lalu lintas. Banyaknya terjadi kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban mengalami luka-luka bahkan meninggal dunia menjadi permasalahan serius dalam rangka menciptakan keteraturan dan ketertiban di jalan raya. Secara umum dapat dikatakan pula bahwa suatu kasus kecelakaan lalu lintas terjadi akibat kumulatif beberapa faktor penyebab, penyebab tersebut antara lain akibat kelalaian

      

21 Ibid, halaman 43-44 22 Ibid, halaman 44.

(16)

pengemudi, kondisi kendaraan, faktor cuaca, faktor lingkungan jalan dan perubahan fisik pada struktur jalan (umur teknis).24

Peningkatan frekuensi pemakai jalan khususnya kendaraan bermotor untuk berbagai keperluan pribadi atau umum secara tidak langsung bisa meningkatkan frekuensi kecelakaan lalu lintas. Perkembangan teknologi transportasi yang meningkat pesat, telah meningkatkan kecelakaan lalu lintas. Di satu sisi menyebabkan daya jangkau dan daya jelajah transportasi semakin luas, di sisi lain menjadi penyebab kematian yang sangat serius dalam beberapa dekade terakhir.25

Menurut UU No. 22 tahun 2009 dalam penjelasan umum dijelaskan pengertian kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.26

Tindak pidana lalu lintas merupakan salah satu pelanggaran terhadap perundang-undangan tentang lalu lintas, dari pelanggaran tersebut salah satunya dapat berupa kecelakaan lalu lintas yang sifatnya dapat merugikan orang maupun diri sendiri.27

Menurut Soerjono Soekanto:28

Suatu kecelakaan lalu lintas mungkin terjadi dimana terlibat kendaraan bermotor di jalan. Di dalamnya terlibat manusia, benda dan bahaya yang mungkin berakibat kematian, cedera, kerusakan atau kerugian, di samping

      

24Setyabudi, Besar. 2004. Kajian Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas pada Lokasi Rawan Kecelakaan (Blackspot) di Jalan Tol, Warta Penelitian Perhubungan No.05/THN.XVI/

2004.

25Agio V. Sangki. 2012. Tanggung Jawab Pidana Pengemudi Kendaraan Yang Mengakibatkan Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas. Lex Crimen Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2012.

26 Ketentuan Umum Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

27Soerjono Soekanto, 1990. Polisi dan Lalu Lintas (Analisis Menurut Sosiologi Hukum, Bandung: Mandar Maju , halaman 20.

(17)

itu, kecelakaan lalu lintas mungkin melibatkan kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor saja.

Kenyataan yang sering ditemui sehari-hari adalah masih banyak pengemudi yang belum siap mental, terutama pengemudi angkutan umum bus kota. Mereka saling mendahului tanpa memperdulikan keselamatan dirinya sendiri dan penumpang. Beberapa kecelakaan lalu lintas yang terjadi, sebenarnya dapat dihindari bila diantara pengguna jalan bisa berperilaku disiplin, sopan dan saling menghormati.

Pasal 229 ayat (5) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang menggolongkan kecelakaan menjadi kecelakaan ringan, sedang, dan berat (meninggal dunia) dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan dan/atau lingkungan.29

4. Penyidikan dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas yang mengakibatkan

Kematian

Kepolisian merupakan bagian integral fungsi pemerintahan negara di bidang

penegakan hukum. Sebagai aparat penegak hukum Kepolisian bertugas memelihara

serta meningkatkan ketertiban dalam hukum yang salah satu tugasnya berkaitan

dengan proses pidana sebagai kegiatan penyelidikan dan penyidikan. Polisi

mempunyai peranan penting dalam menangani berbagai kasus yang ada di masyarakat termasuk kasus kecelakaan lalu lintas. Salah satu peran polisi yaitu

      

(18)

sebagai penyidik diharapkan mampu membantu proses penyelesaian terhadap kasus kecelakaan lalu lintas.

Kewenangan polisi dalam melakukan penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas juga dijelaskan dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22 tahun 2009 tertuang dalam Pasal 227 (g) menyatakan bahwa dalam hal terjadi Kecelakaan Lalu Lintas, petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib melakukan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas dengan cara:

a. mendatangi tempat kejadian dengan segera; b. menolong korban;

c. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara; d. mengolah tempat kejadian perkara;

e. mengatur kelancaran arus Lalu Lintas; f. mengamankan barang bukti; dan g. melakukan penyidikan perkara.

Dikaitkan dengan kewenangan Penyidik Kepolisian Negara RI, penahanan itu bukan merupakan hak, melainkan hanya merupakan kewenangan untuk dapat menahan seseorang tersangka (Pasal 21 ayat 1 dan 4) KUHAP).30

Memperhatikan permasalahan kecelakaan lalu lintas merupakan peristiwa yang tidak diduga dan tidak disengaja, para pelakunya bukan seorang kriminal, penyidik memperlakukan pengemudi disertai pertimbangan antara lain saat melakukan:

      

30 M. Umar Maksum, Agus Suprianto, Thalis Noor Cahyadi, M, Ulinhuha, Afronji, 2009. Cara Mudah Menghadapi Kasus-kasus Hukum Untuk Orang Awam. Yogyakarta: Sabda Media,

(19)

1. Pengemudinya. Jika pengemudinya tidak dikhawatirkan akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan barang bukti, dan mengulangi perbuatannya, penyidik tidak perlu menahan. Bilamana dengan alasan keselamatan tetap harus ditahan, seyogyanya pelaksanaannya tidak dijadikan satu dengan para tahanan kriminal. Selanjutnya mereka mempunyai hak untuk mengajukan penangguhan penahanan baik melalui penasehat hukum maupun kerabat dekat (suami/istri, anak dan lain-lain), dalam hal ini seusai Pasal 31 ayat (1) KUHAP.

2. Hal tersebut wajar bukan bertentangan dengan prinsip persamaan hak di hadapan hukum, akan tetapi justru memperlakukan asas perlindungan hukum dari adanya praktik penyitaan.

Penyitaan, setiap kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas sebagai barang bukti di persidangan harus disita (pasal 39 ayat (1) huruf c, dan pasal 40 KUHAP). Yang menjadi masalah pihak kepolisian Negara RI sampai sat ini belum memiliki rumah penyimpanan barang sitaan, sehingga keamanan barang bukti khususnya kendaraan mewah diragukan oleh pemilik kendaraan. Walaupun merupakan kewajiban penyidik. Dalam penyita kendaraan yang terlibat kecelakaan harus memperhatikan aspek keamanannya, bila ragu karena kendaraan yang terlibat klasifikasinya mewah, pelaksanaannya dapat disita di tempat di rumah pemilik kendaraan), apalagi bila yang disita bus dapat dituntut aspek keperdataan bilamana bus tersebut disita dalam jangka waktu lama.31

      

(20)

Apabila kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan pelaku telah bertanggung jawab kepada keluarga korban serta terjadi perdamaian, hal tersebut tidak menghapus tuntutan pidana kepada pelaku, sehingga polisi tetap berhak melakukan penyidikan.32

Undang-undang LLAJ juga menjelaskan tentang akibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban meninggal dunia pada Pasal 235 ayat (1) bahwa jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.

Ketentuan pidana bagi pelaku kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban meninggal dunia didasarkan Pasal 229 ayat (4) bahwa setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan menyebabkan luka berat atau meninggal dunia, tertuang dalam Pasal 310 ayat (3) dan ayat (4) Undang-undang LLAJ sebagai berikut:33

(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

      

32 Ilman Hadi. Ibid.

(21)

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Metodologi pada hakikatnya memberikan pedoman tentang cara-cara seorang ilmuan mempelajari, menganalisis dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif atau disebut juga sebagai penelitian hukum doktrinal. Hutchinson mendefinisikan penelitian hukum doktrinal sebagai, penelitian yang memberikan aposisi sistematis peraturan yang mengatur kategori hukum tertentu, analisis hubungan antara aturan, menjelaskan kesulitan dan daerah. mungkin, memprediksi pengembangan masa depan.

Penelitian hukum normatif, mencakup penelitian inventarisasi hukum positif, asas-asas hukum, penelitian hukum klinis, sistematika peraturan perundang-undangan, sinkronisasi suatu perundang-perundang-undangan, sejarah hukum dan perbandingan hukum.34 Penelitian hukum ini merupakan penelitian mengenai sinkronisasi peraturan perundang-undangan. Pada penelitian hukum normatif

      

(22)

sepenuhnya menggunakan data sekunder dan tidak diperlukan penyusunan atau perumusan hipotesis.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah termasuk penelitian deskriptif, yakni penelitian hukum yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku.35 Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi mengenai peran kepolisian dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian pada korban.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya memiliki otoritas.36 Bahan-bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan masalah yang dibahas

      

35 Peter Mahmud Marzuki. 2008. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Persada Media Group.

(23)

dalam penelitian ini. Data primer juga dari lapangan yaitu berkas perkara dari pihak kepolisian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum pendukung yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer, meliputi buku-buku teks, dokumen-dokumen, artikel dan jurnal-jurnal hukum. Pada penelitian ini sebagai bahan hukum sekunder peneliti menggunakan buku-buku ilmu hukum, jurnal, publikasi media cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas pada penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, baik itu berupa rancangan undang-undang, kamus hukum, maupun ensiklopedia

4. Teknik Pengumpulan Data

Mengingat jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa jenis data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan.

(24)

a. Penentuan sumber data sekunder.

b. Identifikasi data sekunder yang diperlukan, yaitu proses mencari dan mengenal bahan hukum.

c. Inventarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah, dengan cara pengutipan atau pencatatan.

d. Pengkajian data yang sudah terkumpul guna menentukan relevansinya dengan kebutuhan dan rumusan masalah.

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian dianalisa menggunakan metode analisis kualitatif. Menurut Winarno Surakhmad, analisis kualitatif adalah suatu analisa yang memahami kebenaran yang diperoleh dari hasil penelitian dan jawaban-jawaban responden untuk dicari hubungan antara satu dengan yang lain, kemudian disusun secara sistematis.37

 

 

      

Gambar

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Lalu Lintas dan Akibatnya di Wilayah Polresta Pematang Siantar Tahun  2012-2013

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penuturan juru kunci dari makam Mbah Djomotersebut, bahwa beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah peristiwa yakni keluarnya ikan gabus dari makam Mbah Djomopada saat

sosiologi, siswa, dan guru teman sejawat variasi gaya mengajar guru dalam meningkatkan minat belajar siswa sudah cukup baik, hal ini terbukti dari hasil tiga kali

Alat ini akan bekerja jika seseorang hendak masuk kerumah tanpa seijin pemilik rumah, dengan terbukanya pintu ataupun jende maka saklar akan menyala dan mengakibatkan alarm atau

[r]

The conclusions of the study can be summarised as follows: the "locational" aspect alone (no added symbols) of picture designs appears to be unhelpful in direct- ing

Nilai yang telah didapat dikelaskan dengan kalsifikasi usaha pengembangan objek wisata alam, maka kawasan air Riam Asam Telogah memiliki daya tarik areal yang bernila Baik (A)

[r]

Hal ini dapat diartikan bahwa kekuatan transversa plat resin akrilik heat cured yang direndam dalam 0,4% eugenol minyak kayu manis menunjukkan perbedaan yang