• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di majlis ta’lim halqoh el istighotsah Cikarang utara Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di majlis ta’lim halqoh el istighotsah Cikarang utara Bekasi"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS DAKWAH KH. A. HAYATIN KAUNI S.Ag. DI MAJLIS

TA’LIM HALQOH EL

ISTIGHOTSAH CIKARANG UTARA BEKASI

Skripsi ini

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Rifan Nur Asikin

NIM : 108051000128

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Diajukan Kepada Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratatr Mempercleh Gelar Sarjana Komiinikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

RIFAN NURASIKIN

NIM:

108051000128

JURUSAN

KOMUNIKASI

DAN

PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

DAKWAH DAN

ILMU

KOMUNIKASI

UNIYERSITAS

ISLAM NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H12013

M

Pembimbin
(3)

Ski'ipsi berjudul "Aktivitas Dakrvah KH. Atin Hayatin Kauni di Majlis Ta'lim Halqoh EI Istighotsah Cikarang Utara Bekasi" telah diujikan clalarn sidang munaqosyah

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islarn Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Korn.l) Program S1 pada jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 20 Mei 2013 Sidang Munaqosyah

Sekretarjs Sidang

Anggota,

9700903 1996031 001 NIP:1971

19601202199503 I 00r NIP : 19580910 1 8103 2 00t

(4)

1. Skripsi ini adalah benar-benar murni hasil karya asli peneliti tanpa adanya

duplikasi hasil karya orang lain.

2. Adapun apabila peneliti mengutip tulisan dan karya ilmiah orang lain, peneliti

telah mencantumkan dalam bentuk referensi, baik footnote ataupun daftar

pustaka.

3. Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang merugikan orang lain atau terbukti

peneliti menduplikasi karya orang lain, peneliti siap menerima konsekuensinya

dan sanksi akademis yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Mei 2013

(5)

i

Rifan Nurasikin 108051000128

Aktivitas Dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara Bekasi

Aktivitas dakwah meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan yang dilakukan seseorang da’i secara sadar untuk mengaajak manusia mengarah pada jalan Allah. Aktivitas yang dilakukan oleh KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. terlihat secara lebih jelas merupakan salah satu bagian dakwah. Beliau adalah seorang pendakwah atau da’i yang terbilang masih muda sikap mudah bergaul dan mau mendengarkan keluhan dari orang dewasa sampai anak-anak inilah yang menjadikan KH. A. Hayatin Kauni dikenal sebagai da’i yang berakhlakul karimah, sabar dan tawadhu, berpendirian teguh dan semangat dakwahnya sangat tinggi serta berusaha mencari keridhoan Allah sehingga wibawa dan karismatik beliau sangat tampak dan di akui masyarakat luas, KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. dikenal sebagai mubaligh yang telah mendirikan lembaga dakwah Islam di daerah Cikarang Utara Bekasi yaitu Majelis Ta’lim Halqoh El- Istighotsah yang sudah cukup lama dan terkenal.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan tentang a. Bagaimana aktivitas dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah? b. Metode dakwah apa yang digunakan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag.? c. Materi apa saja yang di sampaikan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. dalam berdakwah?

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penulis menggambarkan secara faktual apa yang dilihat dan ditemukan dari objek penelitian dan menuangkannya ke dalam tulisan. Metode ini juga didukung hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan penulis dilapangan yakni di ruang lingkup Majlis Ta’lim Halqoh El-Istighotsah.

(6)

ii

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, serta memberikan jalan kemudahan dalam

penyelesaian skrpsi ini. Shalawat dan Salam penulis haturkan kepada junjungan baginda

Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan

sampai zaman berpengetahuan, semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan

syafaatnya kelak di yaumil akhir

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian karya ilmiah ini masih banyak

kekurangan, karena keterbatasan yang penulis miliki. Pengerjaan skrpsi ini tidak

terlepas dari tantangan, rintangan dan halangan. Namun dengan izin Allah semua itu

telah di lalui, berkat dukungan, bantuan dan dorongan semua kalangan. Oleh karena itu,

maka izinkanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

tak terhingga kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Drs. Mahmud Djalal, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi

Umum, dan Drs. Study Rizal, L.K, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

2. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

(KPI). Dra. Umi Musyarofsh, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

(7)

iii

bimbingan dan arahan pra skripsi.

4. Prof. Dr.H.M. Yunan Yusuf, MA, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan motivasinya.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini

telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang di dapat bermanfaat

bagi penulis dalam menjalani kehidupan selanjutnya.

6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan

literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

7. Ayahanda Ahmad Rifa’i (Alm) dan ibunda tercinta Musih Handayani, atas

kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan do’a dan motivasi serta segala

kasih sayang, perhatian yang tak pernah lelah dan bosan dalam membiayai

kuliah untuk buah hatimu ini, semoga anakmu ini menjadi anak yang bermanfaat

bagi keluarga dan orang lain.

8. Kakakku Riyan Medika Saputra atas motivasi, perhatian serta materi yang

diberikan kepada adikmu untuk menyelesaikan kuliah, sebagai pengganti orang

tua setelah ayahanda wafat.

9. KH. A. Hayatin Kauni S.Ag yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan

motivasinya serta inspirasinya. Sehingga penulis dapat menjalankan penelitian

(8)

iv Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah.

11.Semua pihak para jamaah Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah atas

informasinya untuk kelancaran penelitian skripsi ini.

12.Seluruh teman-teman seperjuangan KPI D 2008, teman berdiskusi dalam belajar,

dan yang telah sama-sama melalui hari-hari indah dan susah bersama dalam

menuntut ilmu di bangku kuliah.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan. Harapan penulis

semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis akui skripsi ini jauh

dari kesempurnaan, bahkan masih jauh di kategorikan penulisan karya ilmiah

yang baik dan benar, untuk itulah penulis sangaat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat konstruktif guna perkembangan dan kemajuan penulis selanjutnya.

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penulis

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………. 3

C. Tujuan dan Manfaat penelitian……… 4

D. Metodologi Penelitian………... 5

E. Tinjauan Pustaka………... 8

F. Sistematika Penulisan……….. 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Aktivitas……… 11

B. Pengertian dakwah……….. 12

C. Unsur-unsur dakwah……….. 1. Da’i……… 15

2. Mad’u……… 17

3. Materi Dakwah……….. 18

4. Metode Dakwah……… 19

5. Media Dakwah……….. 19

6. Tujuan Dakwah………... 20

(10)

A. Riwayat Hidup dan Pendidikan KH. A. Hayatin Kauni………...25

B. Sejarah berdirinya Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah………... 28

C. Program kegiatan Majlis Ta’lim Halqoh El-Istighotsah………... 32

D. Struktur Organisasi Majlis Ta’lim Halqoh El-Istighotsah………... 33

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. A. HAYATIN KAUNI S.Ag. A. Aktivitas Dakwah KH. A. Hayatin Kauni di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah……… 36

B. Metode Dakwah KH. A. Hayatin Kauni……….. 42

C. Materi Dakwah KH. A. Hayatin Kauni………... 48

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 53

B. Saran-Saran………...54

(11)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang menyerukan tentang dakwah sebab itu Islam

disebut agama dakwah, yaitu agama yang memerintahkan umatnya untuk

menyebarkan dan mensyiarkan agam Islam kepada seluruh umat manusia yang

ada diseluruh penjuru dunia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dengan kata lain

Islam adalah agama keselamatan dan kebahagiaan baik dunia dan kelak di

akhirat bilamana ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan ini

dijadikan sebagai pegangan hidup dan dilaksanakan dengan sepenuh hati1

Aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana

yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari Rasulullah SAW.

“Balighu anni walau ayat” inilah yang membuat kegiatan aktivitas dakwah boleh

dan dilakukan oleh siapa saja yang memiliki rasa keterpanggilan untuk

menyebarkan nilai-nilai Islam, itu sebabnya aktivitas dakwah memang harus

berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang perorang dengan

kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah tersebut. 2

Keberadaan da’i sangat penting dalam membantu penyebaran dakwah

dan untuk merubah tingkah laku sosial masyarakat. Demikian halnya yang

dilakukan oleh KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh El

Istighotsah.

1

Abdul Rosyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang 1993), Cet ke-3. hal 1

2

(12)

Dari sekian banyak ulama-ulama yang mengkomunikasikan ajaran

dakwah salah satunya adalah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. yang peduli terhadap

dakwah Islam melalui Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah.

KH. A. Hayatin Kauni S.Ag adalah seorang pendakwah atau da’i yang

terbilang masih muda sikap mudah bergaul dan mau mendengarkan keluhan dari

orang dewasa sampai anak-anak inilah yang menjadikan KH. A. Hayatin Kauni

S.Ag. di kenal sebagai da’i yang berakhlakul karimah, sabar, sederhana dan

tawadhu serta berpendirian teguh dan sangat patuh. Ia hanya berusaha mencari

keridhoan Allah sehingga wibawa dan karismatik beliau sangat tampak dan di

akui masyarakat luas.3 Beliau seorang da’i yang sering mendapat panggilan

sebagai penceramah dan pemimpin do’a dalam suatu acara seperti acara Maulid,

Isra Mi’raj dan lain-lain.

Pada penelitian ini, tokoh yang menjadi subjek penelitian penulis adalah

KH. A. Hayatin Kauni S.Ag., KH. Atin Hayatin Kauni S.Ag. adalah kyai yang

memiliki keunikan dalam pelaksanaan dakwahnya. Jika selama ini sering kita

menyaksikan para da’i yang berdomisili di kota-kota besar lebih senang

melaksanakan dakwah Islam hanya melalui panggilan acara tabligh akbar, maka

beliau menjadikan bidang pendidikan dan Majlis Ta’lim sebagai sarana aktivitas

dakwahnya.

Beliau mendirikan Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah ini berdiri pada

tahun 2000 merupakan sarana berlangsungya kegiatan dakwah Islamiyah, yang

berada di daerah Cikarang Utara Bekasi. Majlis ini yang pada awalnya merintis

3

(13)

jamaahnya hanya 6 orang, sekarang sudah mencapai ratusan bahkan lebih

jama’ahnya. KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. saat ini sedang dalam proses

mendirikan Yayasan Pondok Pesantren yang beliau beri nama Pondok Pesantren

Halqoh (lingkaran) El Istighotsah (munajat).4

Eksistensi lembaga dakwah ini cukup dikenal luas dikalangan para

jama’ah daerah Cikarang Utara khususnya. Dan sebagai benteng bagi jama’ah

setempat bahwa peran KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. dalam dakwah Islamiyah di

daerah tersebut sangatlah di butuhkan, karena hanya satu-satunya Majlis Ta’lim

yang berkembang di daerah itu.5

Atas uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk melakukan

penelitian seputar aktivitas/kegiatan kyai ini dengan dakwahnya di Majlis Ta’lim

Halqoh El Istighotsah yang sudah cukup lama dan terkenal. Sehingga penulis

coba tuangkan ke dalam sebuah skrpsi dengan judul “Aktivitas Dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara Bekasi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan pembahasannya tidak meluas, maka

penulis lebih memfokuskan pada kajian materi dan metode dakwah KH. A.

Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara

Bekasi yang dilakukan penelitiannya sejak tanggal 20 September 2012.

4

Syahrul Hamdi, Jamaah Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah , Wawancara Pribadi 20 September 2012

5

(14)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan

masalahnya penulis bagi kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana aktivitas Dakwah yang dilakukan oleh KH. A. Hayatin Kauni

S.Ag. di Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara Bekasi?

2. Metode dakwah apa saja yang digunakan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag.

dalam berdakwah?

3. Materi apa yang di sampaikan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. dalam

berdakwah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan KH. A.

Hayatin Kauni S.Ag. di Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang

Utara Bekasi.

b. Untuk mengetahui metode apa saja yang di gunakan KH. A. Hayatin

dalam berdakwah.

c. Untuk mengetahui materi apa yang di sampaikan KH. A. Hayatin Kauni

S.Ag. dalam berdakwah.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis

Dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan tentang dakwah serta

(15)

b. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan

masukan bagi para da’i dalam melakukan aktivitas dakwah dan

memberikan sumbang saran kepada praktisi di bidang kelembagaan

agama khususnya Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 6 Tujuan metode ini adalah

untuk menggambarkan keadaan atau peristiwa yang ada dengan

sebenar-benarnya berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumbernya langsung atau

kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber.

Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memberikan

gambaran secara objektif suatu masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini

pendekatan yang diguanakan bersifat deskriptif analisis yaitu melukiskan

variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur pemecahan yang di

selidiki dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subjek/objek penelitian

(Seseorang, Lembaga, Masyarakat, Dan Lain-Lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya

penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesa.7

6

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. Ke 23, hal.4

7

[image:15.595.99.517.222.598.2]
(16)

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan. 8 Dan yang

menjadi subjek dalam penelitian ini adalah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag.

Adapun objek pada penelitian ini adalah Aktivitas Dakwah KH. A. Hayatin

Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara Bekasi.

2. Dasar Penetapan Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah yang

beralamat di Kp. Walahir, Desa Karang Raharja, Cikarang Utara, Kabupaten

Bekasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), teknik

pengumpulan datanya adalah dengan Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.

a. Observasi

Yaitu penulis melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data

yang diperlukan.9 Penulis mengamati dan mencatat dengan metode ini penulis

mengadakan pengamatan langsung dalam kegiatan dakwah. Observasi ini

dilakukan dengan mengadakan kunjungan ke Majlis Ta’lim Halqoh El

Istighotsah. Obervasi ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang sejarah

berdirinya Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah dan apa saja aktivitas KH. A.

Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah.

8

Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : PT. Rajawali Pers, 1989), hal. 15

9

(17)

b. Wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan wawancara. 10 Wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 11

Wawancara dilakukan dengan beberapa pihak yang di anggap berwenang dan

mengetahui masalah yang di teliti. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan

Pimpinan Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah, serta para Jama’ah Majlis Ta’lim

Halqoh El Istighotsah.

c. Dokumentasi

Mengumpulkan dan menelaah beberapa literatur dan data-data yang

berkaitan dengan penelitian ini, selain itu dokumentasi juga dimaksudkan untuk

menjelaskan teori yang digunakan, telaah kepustakaan di dapat dari sumber

informasi seperti buku-buku, jurnal, surat kabar, dan majalah yang kiranya dapat

mendukung penelitian ini dari segi pustaka.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Dan untuk

menganalisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang diperoleh,

yaitu hasil observasi, wawancara dengan pimpinan Majlis Ta’lim Halqoh El

10

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Gaila Indonesia, 1988), Cet ke-3, hal 234

11

(18)

Istighotsah. Data tersebut di deskripsikan secara konkret dengan didukung oleh

data yang di peroleh dari dokumen/arsip maupun sumber lainnya yang berkaitan

dengan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. dalam Aktivitas Dakwah di Majlis Ta’lim

Halqoh El Istighotsah. Adapun teknik penulisan ini berpedoman kepada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi dan mengadakan penelitian lebih

lanjut, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama Universitas Islam

Negeri Jakarta. Maksud dan tujuan pustaka ini antara lain untuk menghindari

kesamaan dalam penelitian.

Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang Aktivitas, tetapi

Subjek dan Formatnya berbeda, dan peneliti tidak menemui skripsi yang

membahas tentang skripsi yang peneliti akan tulis skripsi itu antara lain:

1. Aktivitas Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Di Majelis Ta’lim

Nurul Musthofa Ciganjur yang dibuat oleh Muthmainnah, yang membahas

tentang aktivitas dakwah Habib Hasan bin ja’far Assegaf yang merupakan

dakwah yang relevan dengan untuk mengajakan amar ma’ruf nahi munkar.

Dengan metode dakwah yang digunakan adalah metode individual untuk

menyebarkan pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan sekarang.12

2. Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said SQ, M.A Di Masjid Kubah Emas

Dian Al Mahri skripsi yang dibuat oleh Luthfi Anwar, membahas tentang

12 Muthmainnah, Aktivitas Dakwah Hasan bin Ja’far Assegaf di Majelis Ta’lim Nurul Mustafa,

(19)

aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said SQ. MA.

Merupakan sebuah proses pentransferan nilai-nilai ajaran Islam dengan

cara taushiah atau ceramah yang dilakukan dengan mengisi pengajian

tentang ibadah dan penjelasan tentang akhlak rosul yang diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. 13

3. Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru Di Majlis Ta’lim Al Falaah

Bintaro Jaya skripsi yang dibuat oleh Atty Sulastri Yusuf, membahas

tentang aktivitas dakwah yang dilakukan Ustadz Yuke Sumeru yaitu

dakwah bil lisan dengan berceramah di berbagai pengajian majelis ta’lim

dan dakwah bil hal dengan memberikan santunan setiap kali berceramah di

tempat pemulung.14

Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang “ Aktivitas

Dakwah” yang ada di Perpustakaan baik Perpustakaan Utama Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta atau Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Semua judul tersebut membahas tentang aktivitas dakwah

para da’i, yang membedakan dengan penelitian ini yaitu terletak pada

subjek dan objek penelitiannya dan tidak ditemukan judul skripsi yang

membahas tentang aktivitas dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis

Ta’lim Halqoh El Istighotsah.

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis akan menguraikannnya

ke dalam beberapa bab sebagai berikut :

13

Luthfi Anwar, Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said SQ. MA di Masjid Dian Al Mahri, 2009

(20)

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah,

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teroritis

Bab ini landasan teori yang membahas tentang Pengertian Aktivitas,

Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, Metode Dakwah, Bentuk-Bentuk

Dakwah.

Bab III Profil KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. dan Profil Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

Bab ini membahas tentang profil KH. A. Hayatin Kauni S.Ag., yang

meliputi latar belakang pendidikan riwayat hidup, aktivitas dan gambaran umum

Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah, meliputi sejarah berdirinya, struktur

organisasi dan program kegiatan.

Bab IV Analisis Tentang Aktivitas Dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

Bab ini membahas hasil analisis tentang aktivitas dakwah KH. A. Hayatin

Kauni S.Ag di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah yang meliputi metode

dakwah, materi dakwah.

Bab V Penutup

(21)

11 LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aktivitas

Pengertian aktivitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “adalah

keaktifan, kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu

kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam suatu organisasi atau

lembaga. 1

Menurut Samuel Soetito aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, tapi

lebih dari itu aktivitas di pandang sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi

kebutuhan.2

Menurut ilmu sosiologi, aktivitas artinya sebagai salah satu bentuk

kegiatan yang ada di masyarakat seperti: gotong royong atau kerja bakti disebut

sebagai aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tenaga,

ataupun hubungan kekerabatan.3

Ada dua jenis aktivitas: aktivitas eksternal dan aktivitas internal,

(eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan

tangan, jari-jari dan kaki, maka pada internal menggunakan tindakan mental

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),Cet. Ke-3, hal. 17

2

Samuel Soetitoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1928) hal. 52

3

(22)

dalam bentuk gambar-gambar dinamis). Aktivitas internal merencanakan

eksernal. 4

Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi

pintar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar dengan

cara bersekolah atau mengikuti majlis ilmu, membaca buku, berdiskusi, dan

kegiatan-kegiatan lain. Ternyata untuk memenuhi satu kebutuhan saja manusia

harus melakukan berbagai aktivitas.

Seseorang yang mendalami ilmu agama dan hubungan interaksi

masyarakat Islam misalnya, tentu ia harus melaksanakan aktivitas-aktivitas yang

dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti mebaca buku-buku

keagamaan, mengikuti pengajian-pengajian, melakukan diskusi-diskusi tentang

keagamaan dan kemasyarakatan, mengkaji norma-norma ajaran Islam tentang

hubungan sesama manusia dan tak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan

atau menerapkan ajaran atau ilmu yang telah di dapatkan kedalam kehidupan

yang nyata.

B. Pengertian Dakwah

Secara etimologi dalam kamus Arab-Indonesia, kata dakwah berasal dari

bahasa Arab dan mempunyai dua akar yaitu : pertama, berasal dari kata Da’a,

yad’u, da’watan yang berarti menyeru, memanggil, dan mengajak. Kedua

berasal dari kata da’a, yad’u, du’a yang artinya memanggil, mendo’a, dan

memohon.5

4

Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, LPKN, 1997)Cet ke 1. hal 26)

5

(23)

Dengan demikian, secara etimologi dakwah dan tabligh itu merupakan

suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu yang berupa

ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.

Dakwah adalah usaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain. Bagi

orang yang di dakwahi, pesan dakwah yang tidak di pahami tak lebih maknanya

dari bunyi-bunyian.

Jika dakwahnya berupa informasi maka ia dapat memperoleh pengertian,

tetapi jika seruan dakwahnya merupakan panggilan jiwa, maka ia harus keluar

dari jiwa juga. 6

Secara definitif, dakwah dirumuskan para ahli dalam teks dan konteks

yang bervariasi. Hal ini terlihat dalam orientasi dan penekanan bentuk kegiatan.

Berikut ini di kemukakan berbagai macam rumusan definisi dakwah diantaranya

:

Menurut M. Arifin berpendapat bahwa dakwah itu adalah :

“Suatu ajakan baik secara lisan , tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang

dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain

baik secara individu maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu

pengertian, kesadaran sikap, penghayatan , serta pengalaman dan pengamalan

tanpa adanya paksaan.”7

Menurut Taufik al-Wa’iy, dakwah menyerukan kepada tauhid (mengakui

keesaan Allaah) dan menyatakan dua kalimat syahadat, menerapkan manhaj

Allah di muka bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan, sebagaimana yang ada

6

Faizah & Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, ( Jakarta, : Kencana, 2006). hal. 10

7

(24)

dalam al-Qur’an dan as-Sunnah agar semua manusia beragama dan tunduk

kepada Allah.8

Pendapat K.H. M. Isa Anshari, dakwah yaitu menyampaikan seruan

Islam, mengajak dan memanggil umat manusia, agar menerima dan

mempercayai keyakinan dan hidup Islam.9

Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada

keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan

sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah

bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan

pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi

sekarang ini. Ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam

secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek. 10

Di dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 104 Allah SWT berfirman:

                           

Artinya: “Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang meyeru kepada

kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ;

merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Al Imron 104)

8

Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah, ( Robbani Press, 2010), Cet-1,hal. 17

9

Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya) Cet.1, hal.26

10

(25)

Dari beberapa pengertian dakwah di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan, dakwah yaitu menyampaikan dan memanggil serta mengajak

manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat,

sesuai dengan tuntunan dan contoh Rasulullah SAW.

C. Unsur-Unsur Dakwah 1. Da’i

Subjek dakwah (da’i), yaitu orang atau sekelompok orang yang

melaksanakan tugas dakwah, da’i sebagai pelaku dakwah atau pelaksana

dakwah. Juru dakwah menurut A. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah

Menurut al-Qur’an adalah para penasehat, para pemimpin, dan pemberi ingat,

yang memberi nasihat dengan baik, mengarang dan berkhutbah, memusatkan

kegiatan jiwa-raganya dalam wa’ad dan wa’id (berita pahala dan berita

siksaan) dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan

orang-orang yang karam dalam gelombang dunia.11

Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama yang

luas, dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan yang

universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi modern ini

berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan menguasai

teknologi dapat digunakan cara untuk menopang materi dakwah yang

disampaikan supaya tidak kering dan kaku. Selain itu da’i harus benar-benar

11

(26)

mendalami ilmu mengenai ushul (pokok) dan furu’ (cabang) Islam, sehingga

apabila ia berdakwah benar-benar memahami hakekat risalah yang sempurna

bahwa Islam adalah hubungan dengan Tuhan yang membimbing mukmin

dalam seluruh aspek kehidupannya.

Di dalam pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang

jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas dan

semangat untuk siap menegakan amar ma’ruf nahi munkar dan orang lain

dapat mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus bertauhid

dengan sempurna artinya mengenal tuhannya sebagai Sang Pencipta dengan

kekuasaan yang mutlak. Seorang juru dakwah harus berkahklakul karimah,

karena merupakan cerminan bagi orang yang di dakwahi.

Setiap juru dakwah harus mengetahui bahwa dalam berdakwah kepada

kebaikan tidak selalu berhasil dan dapat diterima oleh setiap orang. Oleh

karena itu ketika menyampaikan dakwah, reaksi mad’u terhadap pesan yang

disampaikan akan berbeda-beda, ada yang menerima dengan senang hati dan

mengamalkannya, ada yang menerima tapi tidak mengamalkannya dan ada

juga yang menolak dakwahnya.12

Secara umum dapat dikatakan bahwa da’i adalah pelaksana dalam

berdakwah atau da’i adalah manusia baik laki-laki maupun perempuan yang

mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat

manusia. Da’i adalah orang yang menyiarkan ajaran Islam ketengah-tengah

kehidupan manusia serta menjadi panutan atau tempat orang mencontoh cara

12

(27)

hidup yang Islami dan menjadi penyejuk di tengah kehidupan umat, jutru itu

tidak semua orang (umat Islam) dapat dikatakan da’i, karena begitu besar

tanggung jawabnya.

2. Mad’u (Objek Dakwah)

Mad’u dalam arti isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau

dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek sekaligus subyek dalam

dakwah yaitu seluruh man usia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki

maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun

orang tua menjelangh ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam.13

Mad’u (Objek Dakwah) yaitu msyarakat sebagai penerima dakwah.

Masyarakat baik individu maupun kelompok sebagai objek dakwah, memiliki

strata dan tingkatan yang berbeda-beda.14

Mad’u (Objek Dakwah) adalah manusia, baik seseorang atau lebih,

yaitu masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu bisa beragam,

tergantung dari cara memandangya. 15

Mad’u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu orang

-orang yang di seru, di panggil, atau di undang. Maksudnya ialah -orang yang di

ajak ke dalam Islam atau sesuai dengan ajaran Islam sebagai penerima dakwah.16

Menurut Asmuni Syukir, menjelaskan bahwa, yang di maksud dengan

objek dakwah adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur

13

Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah, (Yogyakarata: „Izzan Pustaka, 2005), Cet.4, hal.25

14

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Amzah, 2009), Cet.1,hal.15

15

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Logos, 1997), Cet.1, hal. 35

16

(28)

terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya

dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain.17

3. Materi Dakwah

Materi dakwah (Madah Ad-Da’wah) yang merupakan pesan-pesan

dakwah Islam. Pesan atau materi dakwah harus disampaikan secara menarik tidak

monoton sehingga merangsang objek dakwah untuk mengkaji tema-tema Islam

yang pada gilirannya objek dakwah akan mengkaji lebih mendalam mengenai

materi agama Islam dan meningkatkan kualitas pengetahuan keislaman untuk

pengalaman keagamaan objek dakwah. 18

Pesan-pesan dakwah harus dilakukan dengan memperimbangkan situasi

dan kondisi mad’u sebagai penerima dakwah. 19

Materi dakwah adalah satuan

fasal-fasal yang bertunggalan dari ajaran Islam, tersusun tertib, yang

bagian-bagiannya saling genap-menggenapi atas dasar-dasar yang pasti selaras dengan

tujuan untuk bahan pembahasan dalam dakwah.20

Pada dasarnya pesan dakwah tergantung kepada tujuan yang akan di

capai, yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. kedua pedoman ini

merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat global. Untuk memahaminya di

butuhkan orang-orang tertentu yang memiliki keahlian, khususnya dalam

penguasaan Bahasa Arab serta ilmu-ilmu lainnya demi keberhasilan pesan yang

akan disampaikan dalam berdakwah. Materi dakwah secara umum dapat

17

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983),hal. 66

18

Samsul Munir Amin, IlmuDakwah, (Jakarta : Amzah,2009), Cet.1, hal. 14

19

Ibid, hal. 14

20Ki Moesa. A. Machfoeld, Filsafat Da’wah

(29)

diklasifikasikan pada pokok-pokok seperti masalah aqidah, masalah akhlaq,

masalah syari’ah, dan masalah muamalah.

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (Jalan,cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa

metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.21

Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan

dan dalam bahasa Arab disebut Thariq. 22

Metode dakwah merupakan cara-cara penyampaian dakwah, baik

terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah itu

mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan situasi dan

kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, dimana penerapan metode

dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari para da’i

Sehingga metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh

seorang da’i kepada mad’u yang telah diatur melalui proses pemikiran untuk

mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.

5. Media Dakwah

Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin yang

artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala sesuatu yang

dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai tujuan tertentu. 23

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan

atau menyalurkan materi dakwah. 24 Dewasa ini, jenis-jenis media atau sarana

21

Munzier Suparta, Harjani hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet.1, hal.6

22

Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 1,hal.35

23

(30)

dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain radio, televisi, video, rekaman,

surat kabar, tabloid, majalah dan bahkan melalui media internet. Media dakwah

merupakan sarana untuk menyampaikan pesan agama dengan mendayagunakan

alat-alat temuan teknologi modern yang ada pada zaman ini. Dengan begitu

banyak media dakwah yang tersedia. Maka seorang da’i memilih salah satu atau

beberapa media saja sesuai dengan tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan

efisien.

Media dakwah Islam adalah sarana atau prasarana yang membantu

subjek dakwah atau da’i dan da’iyyah dalam memberikan dan menyampaikan

pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian media dakwah

sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media

dakwah ini dapat berupa orang, materi, tempat kondisi tertentu dan sebagainya.

Sedangkan fungsi media massa dalam dakwah adalah untuk memberikan

. informasi, pendidikan, hiburan dan mempengaruhi para mad’u. Media dakwah

juga merupakan hal yang sangat penting dalam proses dakwah, untuk

menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada masyarakat.

6. Tujuan Dakwah

Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini

dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang hendak dicapai. Di

dalam proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang sangat

24

(31)

penting. Dengan tujuan itulah dapat di rumuskan suatu landasan tindakan dalam

pelaksanaan dakwah. 25

Dakwah merupakan usaha memindahkan umat dari situasi negatif ke

situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari kemelaratan

kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari kemaksiatan

kepada ketaatan umtuk mencapai ridho Allah SWT.

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai

atau diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan

utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan

dan diarahkan. Dengan kata lain tujuan dakwah bukan memperbanyak pengikut

tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam dan mengamalkan

amar makruf nahi munkar.

Dan titik tujuan dakwah, yaitu memberi peringatan kepada umat manusia

agar mengambil segala ajaran Allah yang terkandung dalam Al-Qur’anul Karim

menjadi jalan hidupnya.26

Pada hakikatnya tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia untuk

berlomba-lomba dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan

menghormati hak sesama sehingga terbentuk keadilan dan kestabilan di dalam

masyarakat. Selain itu juga dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul

dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam serta

pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas.

25

Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet.1.hal.33

26

(32)

D. Bentuk-Bentuk Dakwah

Dalam aktivitas dakwah ada tiga bentuk penyampaian yang sangat

efektif di tengah masyarakat antara lain : dakwah bil lisan, dakwah bil al-qalam

dan dakwah bi al-hal.

1. Dakwah Bil Lisan

Metode dakwah ini merupakan cara penyampaian pesan dakwah melalui

lisan, seperti ceramah atau komunikasi langsung antara da’i dan mad’u. Dakwah

seperti ini akan menjadi lebih efektif apabila dipakai dalam acara-acara

pengajian, dalam khutbah jum’at dsb. Dengan kata lain metode dakwah ini

adalah metode dialog yakni da’i dan mad’u bertatap muka langsung atau

ceramah satu arah.

Dan menurut Ki Moesa A. Machfoeld disebutkan dakwah ini bentuknya

dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dengan berbagai bentuknya. Dalam

ceramahnya tersebut, dapat juga diselingi dengan humor, baik melalui kata-kata

atau gerakan badan dan mimik wajahnya.27

2. Dakwah bil Qalam

Dakwah yang dilakukan dengan perantaraan tulisan,seperti menulis

buku, tulisan di majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain.

Dakwah bil-qalam adalah dakwah yang dilakukan dengan memakai

tulisan sebagai media dakwah. Dalam konteks ini, tulisan mempunyai dua

fungsi:

27

(33)

pertama sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya

berupa ilmu pengetahuan.

Kedua sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya

seni (jurnalistik). Kedua fungsi ini mempunyai ruang lingkup tersendiri dengan

pendukung, sejarah landasan berpikir dan kejernihan (rasionalitas) tersendiri.

Da’i disini memerlukan keterampilan jurnalistik (menulis dalam media massa),

keterampilan menulis buku, metode ini merupakan suatu metode yang efektif,

efisien, dan mengena. Bentuk dakwah ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad

SAW melalui penyampaian surat keberbagai pihak. Dalam sejarah dakwah, Nabi

telah menyampaikan surat sebanyak 105 surat untuk berdakwah yang dibagi ke

dalam tiga kategori, yaitu surat yang berisi seruan untuk masuk Islam kepada

non muslim, berisi ajaran Islam (seperti tentang zakat dan shadaqah), dan surat

yang berisi hal yang wajib dilakukan non muslim terhadap pemerintah Islam.

3. Dakwah bil Hal

Dakwah bil hal merupakan dakwah yang mengedepankan perbuatan

nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti

jejak atau dakwah melalui perbuatan nyata dan perilaku konkrit yang dilakukan

da’i. Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima

dakwah.

Menurut `E. Hasim dalam kamus Istilah Islam memberikan pengertian

(34)

nyata. 28 Karena merupakan aksi atau tindakan nyata maka dakwah bil hal lebih

mengarah pada tindakan menggerakan / “aksi menggerakkan “mad’u sehingga

dakwah ini lebih berorientasi pada pengembangan masyarakat.

Dengan demikian, dakwah bil haal dapat di artikan ”mengajak/menyeru”

ke jalan Allah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat melalui perbuatan nyata

yang sesuai dengan keadaan manusia”.29

Dalam konteks dakwah bi al-hal,

pemahaman tentang kebutuhan sasaran dakwah mutlak diperlukan. Sebagai

contoh berdakwah dikalangan masyarakat miskin tidak akan efektif dengan

hanya berceramah, namun lebih efektif bila dakwah dilakukan dengan

menyantuni mereka, memberikan makanan, pakaian, sehingga dakwah

dikalangan masyarakat miskin tidak hanya dimengerti, tetapi juga dapat

dirasakan keberadaannya.30

28

Munzier Suparta & Harjani Hefni, Metode Dakwah , (Jakarta: PT Kencana,2003), Cet.1,hal.220

29

Rubiyanah & Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,2010) ,hal.60

30

(35)

25

PROFIL KH. A. HAYATIN KAUNI S.Ag. DAN GAMBARAN UMUM MAJLIS TA’LIM HALQOH EL ISTIGHOTSAH CIKARANG UTARA BEKASI

A. Profil KH. A. Hayatin Kauni S.Ag.

KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. terlahir di Kp. Gelonggong Cikarang Utara

Kabupaten Bekasi pada tanggal 23 februari 1973 Th. KH. A. Hayatin Kauni

S.Ag. adalah putra dari pasangan suami istri yaitu bapak Onan (Alm) dan ibu

Inni. Ia merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Ketika dalam kandungan

beliau sudah di tinggal wafat oleh ayahnya. Beliau terlahir dari keluarga yang

sederhana, namun dengan keadaan keluaraga tidak mematahkan semangatnya

kelak dewasa ia menjadi seorang da’i dan memiliki ilmu yang bermanfaat bagi

orang lain.1

Pada tahun 1980 usia 7 tahun, ia masuk Sekolah Dasar yaitu SDN

Gelonggong (pagi hari) dan Madrasah Ibtidaiyah (sore hari), sama halnya

dengan anak-anak seusianya. Di samping ia sekolah, bermain, belajar mengaji

,beliau juga menggembala kambing milik orang lain. Setelah lulus dari

pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986, beliau melanjutkan pendidikan ke

MTS (Madrasah Tsanawiyah) Pondok Pesantren Al-Barkah Cikarang Utara, dan

dilanjutkan ke pendidikan MA (Madrasah Aliyah) di tempat yang sama di

Pondok Pesantren Al-Barkah Cikarang Utara Bekasi yaitu Pesantren yang

berorientasikan pada kajian ilmu agama, kajian kitab kuning dan ilmu umum

dari tahun 1987-1992.

1

(36)

Setelah lulus MA (Madrasah Aliyah) di Ponpes Al-Barkah Cikarang

Utara Bekasi beliau melanjutkan ke jenjang Pendidikan lebih tinggi di Institute

of Da’wah & Islamic Studies Al-Hikmah Jln. Bangka II, Jakarta Selatan

Indonesia dan mengenyam Pendidikan juga di Institute Agama Islam

Shalahuddin Al- Ayyubi (INISA) pada Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab dari

tahun 1993-1996. Pada tahun 1995 sampai tahun 2010 beliau sudah mengajar di

Pondok Pesantren Al-Barkah Cikarang Utara, di samping beliau aktif mengajar

di sekolahan formal, beliau juga mengajar di berbagai pengajian di Majlis

Ta’lim, Masjid dan Mushola. Pada tahun 2000 membuka Majlis Dzikir

Istighotsah dan Ta’lim yang diadakan setiap malam Jum’at dan malam Ahad

bertempat di rumah beliau.

Kini Majlis Ta’lim Halqoh EL Istighotsah yang dulu hanya di hadiri 6

orang saja. Seiring waktu berjalan semakin bertambah jamaahnya yang sekarang

sudah mencapai ratusan bahkan lebih. Dalam menjalankan tugasnya ini sebagai

pengemban amanah Rasul beliau tidak putus asa, dan terus berdakwah dengan

menyebarkan kelembutan Allah SWT, yang membuat hati pendengar sejuk

dengan batin yang bersih, beliau tidak mencampuri urusan politik melainkan

selalu mengajarkan tujuan utama yaitu di ciptakan adalah untuk beribadah

kepada Allah SWT, bukan berarti harus berdzikir seharian penuh tanpa bekerja

dan lain-lain, tapi justru mewarnai seluruh kehidupan di dunia ini dengan

beraktivitas untuk sesuai dengan pekerjaannya masing-masing dan tentunya

untuk mencari keridhoan Allah semata. Sesuai yang pernah Rasul sampaikan

(37)

Pada tahun 2004 KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. menikah dengan ibu

Rosmaini Sipahutar S. Pd.I dan dikarunia 2 orang anak yaitu Hanna Nafsani

Munna dan Fathir Syauqanoer. Ia bukan hanya sekedar seorang da’i yang berani

berjuang di medan dakwah, melainkan ia juga seorang guru atau da’i yang selalu

membimbing dan mendidik murid-muridnya agar menjadi lebih baik dan

berakhlakul karimah. Beliau juga seorang suami yang banyak memberi panutan

bagi keluarganya, ia selalu menyempatkan waktu luang untuk berkumpul dan

bersenda gurau bersama keluarga besarnya.

Seiring waktu berjalan tepatnya pada tahun 2008 beliau mendapatkan

sebidang tanah wakaf 200 M2 dari bapak Na’am (Jama’ah Majelis Ta’lim

Halqoh El Istighotsah) untuk pembangunan Pondok Pesantren. Pembentukan

yayasan yang diberi nama Yayasan Pondok Pesantren Halqoh El Istighotsah,

yakni mengambil dari nama Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah. Sesuai akta

pendirian Yayasan Pondok Pesantren Halqoh El Istighotsah pada tanggal 28 juni

2010 nomor 33 Ahmad Ali Nurdin Sh. Sk. Menkeh & Hak Azasi Manusia.2

Semua keberhasilan dan kemajuan yang gemilang ini menurut beliau

disebabkan, karena beliau menyebarkan kasih sayang Allah SWT, tanpa

mencampuri urusan politik, beliau hanya menjadi penyambung lidah Nabi

Muhammad SAW, yang menjadi rahmat seluruh alam, sehingga semua orang

menerima dakwahnya, karena beliau tidak mencampuri kesibukan dan

pekerjaannya masing-masing dengan urusannya tapi seminggu dan sebulan

sekali mereka berkumpul untuk mendengarkan seruan penyejuk hati yang

2 Ustadz Romdoni, Sekretaris Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah, Wawancara Pribadi 20

(38)

membuat ketentraman dirinya, sehingga tentram dan damailah mereka dan

keluarganya masing-masing. 3

Demikianlah sekilas biografi beliau untuk memperjelas gerakan dakwah

yang beliau jalankan, semoga Allah meberikan ni’mat sehat dan panjang umur

untuknya dan Allah selalu memberikan curahan rahmat bagi mereka yang

berminat menerima seruan-seruan kelembutan Allah SWT. Amin Allahumma

Amin.

B. Sejarah Berdirinya Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara Bekasi

1. Latar Belakang/Landasan Pemikiran

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman “sesungguhnya agama (yang

diridhoi) disis Allah hanyalah Islam’’(QS. Ali Imran : 19). Sebagai umat Islam,

kita di perintahkan untuk berdakwah menyebarkan Islam dan menyampaikan

kebenaran untuk mewujudkan kesungguhan/keyakinan akan satu-satunya agama

yang benar dan di ridhoi Allah SWT. Ketika kita menghadapkan wajah untuk

melihat realita perkembangan Islam di Indonesia, dewasa ini telah menunjukan

peningkatan kemajuan yang cukup menggembirakan. Banyak dari umat Islam

memberikan andil dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya atau

mengambil peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, sepanjang

sejarah umat Islam setiap perkembangannya yang dicapai selalu saja dicurigai

akan membawa dampak bagi umat lain. hal ini ditandai oleh sikap sementara umat

Islam yang cenderung ingin memaksakan kehendak dengan dalih

3Wawancara Pribadi Dengan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. Pimpinan Majelis Ta’lim Halqoh El

(39)

memperjuangkan Islam dan jihad. Sikap seperti inilah yang mengakibatkan

munculnya opini yang salah diluar Islam, sehingga mencemarkan Islam. Adalah

benar bahwa Islam merupakan agama yang harus di sebarluaskan keseluruh

penjuru dunia, namun dalam upaya tersebut Islam memiliki konsep yang arif dan

bijaksana serta harus di mengerti dan di patuhi.

Dakwah adalah salah satu dari perintah-perintah Allah SWT, sementara dakwah tersebut haruslah memiliki wadah untuk menyebarluaskan hikmah dan

pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran dalam Islam sehingga dari latar belakang

atau landasan tersebut, maka KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. mendirikan Majlis

Ta’lim Halqoh El Istighotsah

2. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

Pengajian Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah yang di pimpin KH. A.

Hayatin kauni S.Ag. ini terletak di daerah Cikarang Utara Bekasi, berdiri pada

tahun 2000 merupakan sarana berlangsungnya kegiatan dakwah Islamiyah yang

berada di daerah Cikarang Utara Bekasi.

Pengajian Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah ini dilakukan empat kali

dalam satu bulan, dengan jumlah ratusan orang jamaah, Majelis Ta’lim Halqoh

El Istighotsah mempunyai struktur layaknya sebuah organisasi majlis lainnya.

organisasi ini terdiri atas Ketua, Wakil ketua, Sekretaris dan Bendahara,

meskipun demikian aktivitas majlis ini dapat berjalan dengan baik.

Majlis ini yang pada awalnya awalnya merintis yang diadakan dari

rumah kerumah hanya di hadiri 6 (enam) orang jamaah. Berkat tekad dan

(40)

Ta’lim Halqoh El Istighotsah ini seiring waktu berjalan bertambah jama’ahnya

yang awalnya hanya di hadiri 6 (enam) orang, sekarang telah di hadiri kurang

lebih ratusan bahkan lebih.4 Seiring waktu berjalan tepatnya pada tahun 2008

beliau mendapatkan sebidang tanah wakaf dari beberapa jama’ahnya, maka

berjalanlah proses pembangunan untuk pondok pesantren yang di beri nama

Pondok Pesantren Halqoh El Istighotsah mengambil nama dari Majlis Ta’lim

Halqoh El Istighotsah yang di Pimpin KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. ini.5

Sambil proses pembangunan pondok pesantren, pengajian Majelis Ta’lim

dan Dzikir Istighotah yang saat ini diadakan setiap malam Jum’at yang awalnya

bertempat dirumah beliau sekarang sudah bertempat di Pondok Pesantren

Halqoh El Istighotsah yang masih dalam proses pembangunan. Dan selain itu

juga diadakan pengajian bulanan yang diadakan pada awal bulan di malam

Minggu. Di Pondok Pesantren Halqoh El Istighotsah ini merupakan pusat

aktivitas dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. melalui Majelis Ta’lim dan

Dzikir Istighotsah yang beliau pimpin. Sampai saat ini usia majelis telah

mencapai 13 tahun berkat semangat perjuangan dakwah beliau di Cikarang

Utara Bekasi.

3. VISI, MISI, TUJUAN

Sebelum menentukan tujuan, sebuah organisasi atau lembaga harus

terlebih dahulu menetapkan Visi dan Misi lembaga atau organisasi, menyajikan

4 Ustadz Romdoni, Sekretaris Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah, Wawancara Pribadi, 18

Desember 2012

5 Ustadz Romdoni, Sekretaris Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah, Wawancara Pribadi, 20 Desember

(41)

kerangka kerja yang menuntun suatu nilai kepercayaan suatu organisasi.

Pernyataan Visi dan Misi sebuah organisasi merupakan suatu peranan penting

dalam meningkatkan semangat aktivitas atau mengembangkan sistem kualitas.

Visi dan Misi memberikan identitas sebuah organisasi dan pemahaman

terhadap arah yang di tuju oleh organisasi tersebut.

Visi (Vission) adalah suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh

sebuah organisasi yang akan datang. Sedangkan Misi (Mission) adalah suatu

pernyataan tentang aktivitas dari lembaga atau organisasi.6 Visi, misi dan tujuan

Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah.

a. Visi Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

1. Sebagai wadah organisasi keagamaan yang berfungsi untuk mengajak

dan menyeru kaum muslimin dan muslimat untuk lebih mengenal serta

cinta Allah dan Rasul secara mendalam sehingga menjadikan batin yang

di hinggapi dengan ketenangan dan kedamaian

2. Mempererat ukhuwah Islamiyah sesama muslim.

3. Sebagai wadah untuk menjalin silaturahmi dan mempererat ukhuwah

Islamiyah sesama muslim.

4. Dengan adanya Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah ini, semoga

menjadi benteng dan obat untuk keluarga dan lingkungan dalam

menghadapi tantangan zaman.

6

(42)

b. Misi Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

1. Menjadikan wadah organisasi keagamaan yang bermanfaat bagi

masyarakat luas baik di dunia maupun di akhirat.

2. Menjadi pusat informasi dan dakwah Islam

3. Mendidik generasi muslim yang tanggap terhadap setiap perubahan dan

kebutuhan masyarakat terhadap aktivitas dakwah.

4. Melaksanakan syiar Islam melalui pengajian dan dzikir

c. Tujuan Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

1. Untuk mengkokohkan keimanan manusia serta senantiasa ingat selalu

kepada Allah SWT

2. Mengisi kekosongan rohani

3. Tempat wadah silaturahmi kaum muslimin dan muslimat

4. Menjadi pusat informasi dan dakwah Islam

5. Mendidik generasi muslim yang tanggap terhadap perubahan dan

kebutuhan masyarakat terhadap aktivitas dakwah.

C. Program Kegiatan Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah yang rutin di laksanakan adalah:

a. Pengajian anak-anak di mulai ba’da Sholat „Ashar

b. Pengajian Remaja di mulai ba’da Sholat Magrib

c. Pengajian ibu-ibu setiap ba’da Sholat Jum’at

d. Pengajian rutin Bulanan

e. Pengajian Bapak-Bapak setiap malam Jum’at majlis dzikir dan ta’lim

(43)

g. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

h. Peringatan Isra wal M’iraj.

i. Wisata Ziarah

j. Buka Puasa Bersama (Iftor Jama’I pada bulan Ramadhan.

D. Struktur Organisasi Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara Bekasi

Pembina/Pimpinan Umum : KH. A. Hayatin kauni S. Ag

Ketua Majelis Ta’lim : H. Suhermanto S. Pd.I, M.S.i

Wakil Ketua : Ust. Mukhayat S.Pd.I

Sekretaris Umum : Ust. Romdoni Sugianto Hasan S.Pd.I

Wakil Sekretaris : Bpk. Alim

Bendahara : Bpk. H. Edi Junaedi

Koordinator Wilayah : Bpk. H. Serma Ade Rusiana

Korwil Walahir Selatan : Bpk. Thohirin S.Pd.I

Korwil Walahir Poncol : Ust. Suryadi S.Th.I

Korwil Walahir Pusat : Sdr. Tatang Afandi S.Pd.I

Korwil Perum. Puri : Sdr. Nawang

Korwil Perum. Paluaji : Sdr. Juanda

Korwil Kp. Gelonggong : Sdr. Kamit

Korwil Kp. Rawa Makmur : Ust. Rudi Woter

Korwil Kp. Baiturrohim : Sdr. Agus Basuni

Korwil Kp. At-taqwa : Bpk. Rahmat Suyana

(44)

Korwil Pintu Air : Bpk. Endang H

Korwil Perum Bcl : Bpk Saiful

E. Jama’ah MajelisTa’lim Halqoh El Istighotsah

Jama’ah secara bahasa diambil dari kata dasar jama’a (mengumpulkan).

Dari akar kata itulah muncul kata-kata semacam ijma’ (kesepakatan) dan ijtima’

(pertemuan) lawan kata dari tafarruq (perpisahan).

Sementara jama’ah menurut istilah ulama Ahlus Sunnah, tidak lain

adalah generasi Ass-salaf dari umat Islam dari kalangan sahabat, tabi’in dan

yang mengikuti jejak mereka hingga hari kiamat, yang mereka bersatu dalam

kebenaran yang jelas dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Abdullah bin Mas’ud

Radhiyallahu „anhu menyebutkan : “Jama’ah adalah sesuatu yang bersesuaian

dengan kebenaran meski hanya engkau sendiri”.

Mula-mula jam’ah Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah ini hanya

kurang dari sepuluh orang saja. Akan tetapi dengan informasi dan lain

sebagainya, seiring waktu berjalan jama’ahnya berkembang dan sampai saat

sekarang ini jama’ahnya sudah mencapai ratusan bahkan lebih, baik di dalam

Cikarang Utara maupun yang berada di luar Cikarang Utara. Sekarang terhitung

sudah 13 tahun beliau menyelenggarakan pengajian ini secara istiqomah dan

sabar.

Jama’ah Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah yang terdiri dari berbagai

macam kalangan, baik usia muda maupun usia tua. Dan dari berbagai macam

bentuk status sosial. Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah ini tidak memandang

(45)

jama’ahnya mantan sebagai narapidana pun beliau merangkul. Menurut KH. A.

Hayatin Kauni S.Ag. dakwah itu harus mengajak bukan mengejek, dan cara

beliau berdakwah yakni melalui perbuatannya dan sifat rasa mengasihi, ramah

tanpa kekerasan dan paksaan. Sehingga para jam’ah ada rasa kenyamanan ketika

beliau menyampaikan dakwahnya. 7

Selain mengetahui tentang khazanah keIslaman serta memantapkan diri

untuk menuju ridha Allah SWT, juga merupakan sebagai ajang silaturahmi

diantara mereka. Mulai dari itulah, mengakibatkan persaudaraan baik dari sifat

emosional dan saling membutuhkan diantara para jama’ah.

7

(46)

36 BAB IV

AKTIVITAS DAKWAH KH. A. HAYATIN KAUNI S.Ag. A. Aktivitas Dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag.

Berdasarkan analisis dan observasi, aktivitas dakwah yang dilakukan

oleh KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. lebih menggunakan dakwah bil lisan dan bil

hal. Beliau mengajak dan menyampaikan kepada jama’ah tentang ajaran yang

dibawa Nabi dengan hikmah, karena hikmah merupakan bekal da’i menuju

sukses.

Menurut KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. sebagai seorang da’i pemahaman

yang benar terhadap Islam akan membawa pada kemajuan Islam itu sendiri,

dakwah yang dilakukan oleh beliau adalah bertujuan untuk mengingatkan

pemahaman agama serta agar jamaahnya lebih mendekatkan diri kepada Allah

dan Rasulnya.

Aktivitas dakwah dalam pandangan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag

merupakan semua aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan dalam rangka

menjelaskan tentang ilmu tauhid atau menjelaskan tentang Allah dan segala

ajara-Nya dan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengarah pada

merubah seseorang atu kelompok bagi yang belum paham menjadi paham dan

yang sudah paham akan menjadi lebih paham.1

Menurut KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. berdakwah bukan hal yang

mudah, karena da’i mengajak manusia kepada jalan kebenaran dan mereka harus

1

(47)

meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah lekat dengan masyarakat yang di

dakwahinya.2

Seorang da’i tidak boleh kesal dan merasa letih atau putus asa, karena

tugas seorang da’i hanya menyampaikan dan Allah SWT yang akan memberi

petunjuk dan hidayah bagi mad’u. karena sesungguhnya hidayah itu tidak akan

mampu bagi orang yang Allah tidak izinkan/ kehendaki.

Seorang da’i harus bisa memilih kata yang tepat, tutur kata yang lembut

dan menarik, karena sudah menjadi fitrah manusia suka kepada yang

menyenangkan dan benci kepada yang menakutkan, maka selayaknya bagi para

da’i untuk memulai dakwahnya dengan memberi harapan yang menarik,

mempesona dan menggembirakan sebelum memberi ancaman.3

Sebagai seorang da’i beliau dapat memposisikan dirinya sebagai pelayan

bagi masyarakat, posisi yang lebih banyak berbuat, berkorban waktu dan tenaga,

biaya serta pikiran yang tulus maka inilah yang akan mengenai hati orang lain.

aktivitas dakwah yang dilakukan oleh KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis

Ta’lim Halqoh El Istighotsah bersandarkan kepada aktivitas dakwah Nabi

Muhammad SAW yang sangat sabar, amanah, dan fathonah.

Sedangkan pelaksanaan dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis

Ta’lim Halqoh El Istighotsah mengadakan pengajian Majlis Dzikir & Ta’lim

setiap malam Jum’at dan pengajian bulanan setiap awal bulan, bertujuan untuk

berlangsungnya dakwah Islam secara menyeluruh dan menghidupkannya batin

atau jiwa yang selalu condong kepada keburukan menjadi sesuatu kebaikan.

2

Wawancara Pribadi Dengan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag., Tanggal 20 Februari di Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah

3

(48)

Pada penelitian dan pengamatan, informasi yang di dapatkan dari penelitian ini,

penulis mendapatkan ada berbagai kegiatan dakwah yang dilakukan oleh KH. A.

Hayatin Kauni S.Ag. di Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah.

Perjuangan beliau untuk berdakwah dan mendapatkan kepercayaan

masyarakat itu tidak gampang, pada mulanya Majlis Ta’lim Halqoh El

Istihghotsah ini jama’ahnya hanya sedikit jumlahnya, namun berkat kegigihan,

keistiqomahan dan sabar beliau dalam mengemban tugas berdakwah ini,

akhirnya beliaupun mendapatkan respon yang positif dari masyarakat dan

jama’ah yang hadirpun semakin bertambah dan beliaupun mengembangkan

dakwahnya dengan baik.

Menurut KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. juga dalam berdakwah seorang

da’i tidak menyandarkan dakwahnya hanya berdasarkan teori dan metode saja,

dakwah di perlukan juga wawasan yang luas.4 Selain dari pemahaman tentang

Al-Qur’an yang mutlak harus di kuasai, ilmu-ilmu lain seperti psikologi, adat

istiadat suatu daerah, teknologi harus di kuasai agar pendakwah tidak melakukan

kesalahan dengan menuding apa yang di perbuat tersebut adalah salah.

Aktivitas dakwah yang dilakukan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. yaitu

dakwah Bil lisan dengan berceramah di berbagai pengajian Majelis Ta’lim,

Mushalla dan Masjid dan salah satu tempat aktivitas ia berdakwah yaitu di

Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah Cikarang Utara Bekasi dilakukan setiap

seminggu sekali yang dilaksanakan pada malam Jum’at setelah Isya.

4 Wawancara Pribadi Dengan KH. A. Hayatin Kauni S.Ag., di Majelis Ta’lim Halqoh El

(49)

Oleh sebab itu demi kelancaran aktivitas dakwahnya, selain belajar

tentang ilmu dakwah, KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. juga belajar ilmu Psikologi

Dakwah untuk memahami karakter mad’unya.

Memang sudah seharusnya dakwah Islam dilakukan dengan

menyejukkan, mencari titik persamaan bukan perbedaan, meringankan bukan

memberatkan, memudahkan bukan mempersulit, menggembirakan bukan

menakut-nakuti, bertahap dan berangsur-angsur secara frontal serta dakwah

seharusnya tidak mengenal kata keras maksudnya adalah kasar dan frontal,

sebagaimana pola dakwah yang dijalankan Rasulullah SAW ketika mengubah

kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan Islamiyah. Hal ini juga yang beliau

terapkan dalam berdakwah di Majlis Ta’lim Halqoh El Istighotsah, sehingga

semakin hari semakin bertambah jama’ah yang beliau bina di karenakan

keramahan dan sifat sabar yang beliau miliki.

Dalam membina jama’ah Majelis Ta’lim Halqoh El Istighotsah, beliau

senantiasa mengajak dan mengingatkan jama’ahnya dengan bijak dan tanpa

paksaan untuk mengikuti ajaran yang di bawa Rasulullah SAW, yang datangnya

dari Allah SWT supaya selamat dunia dan akhirat.

Aktivitas dakwah KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. di Majlis Ta’lim Halqoh

El Istighotsah, diantaranya :

1. Pengajian Khusus

Pengajian ini di peruntukkan bagi para santri yang tinggal di Majlis

Ta’lim Halqoh El Istighotsah atau yang tidak tinggal di Majelis Ta’lim Halqoh

(50)

sampai minggu, yaitu ba’da Maghrib sampai dengan Isya, terkadang ada juga

dari jamaah luar yang mengikuti pengajian ini dan yang mengajarkan atau

mengisi pengajian ini yaitu KH. A. Hayatin Kauni S.Ag. sendiri, dan terkadang

kalau beliau berhalangan

Gambar

gambaran secara objektif suatu masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini

Referensi

Dokumen terkait