ANALISIS SISTEM ADMINISTRASI PENGARSIPAN SURAT
TIM PERIJINAN DAN INFORMASI SISTEM PEMBAYARAN
DI BIRO PENGEMBANGAN DAN KEBIJAKAN SISTEM
PEMBAYARAN
BANK INDONESIA JAKARTA
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia
NIANTI PRATIDINA DEWI
10106147
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
PROGRAM STRATA I
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR ISI
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.3.1 Maksud ... 3
1.3.2 Tujuan ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Metode Penelitian ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Profil Bank Indonesia... 7
2.1.1 Sejarah Bank Indonesia ... 7
a. Sejarah kelembagaan Bank Indonesia ... 7
b.Sejarah Bank Indonesia dalam sistem ekonomi dan perbankan Indonesia ... 8
c. Sejarah sistem pembayaran Bank Indonesia ... 11
2.1.2 Logo Bank Indonesia ... 12
2.1.3 Badan Hukum Bank Indonesia ... 12
2.1.4 Struktur Organisasi dan job description tim PISP ... 13
BAB III PEMBAHASAN ... 25
3.1 Jadwal kerja praktek ... 25
3.2 Kegiatan selama kerja praktek ... 25
3.3 Sistem administrasi pengarsipan surat ... 26
3.4 Spesifikasi kebutuhan fungsional ... 26
3.4.1 Karakteristik user ... 26
3.4.2 Kebutuhan non fungsional ... 26
3.5 Diagram Konteks ... 26
3.6 Data Flow Diagram ... 27
3.6.1 DFD Level 0 ... 28
3.6.2 DFD Level 1 proses 1... 29
3.6.3 DFD Level 1 proses 2 ... 30
3.6.4 DFD Level 1 proses 3 ... 31
3.7 Spesifikasi Proses ... 32
3.8 Kamus Data ... 35
3.9 Perancangan antarmuka ... 36
3.10 Implementasi ... 40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
4.1 Kesimpulan ... 44
4.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu faktor kelancaran perusahaan adalah ketertiban dan kelancaran dalam pengurusan administrasi. Manajemen dan sumberdaya manusia yang berkualitas menjadi salah satu kunci utama kesuksesan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bank Indonesia sebagai salah satu bank central di Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tentu tidak luput dari kesalahan (human error) dalam melakukan kegiatan pengarsipan surat perusahaan.
Divisi – divisi yang terdapat di Bank Indonesia mempunyai beberapa unit kerja dan sub-nya masing – masing seperti divisi DASP ( Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran ) yang di dalam nya terdapat tim kerja PISP ( Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran ).
Surat merupakan salah satu bagian terpenting, baik untuk pihak perusahaan ataupun untuk pihak di luar perusahaan sebagai salah satu proses administrasi yang merupakan syarat dalam pembuatan suatu produk seperti uang elektronik.
Setiap surat masuk yang diterima dan surat keluar yang dikirim oleh tim PISP mempunyai nilai yang sangat penting, baik sebagai alat komunikasi, sebagai pusat ingatan dan sebagai bukti otentik. Oleh karena itu pengelolaan atau penanganan surat masuk dan keluar harus dilakukan setepat-tepatnya sehingga selalu dapat diikuti proses perkembangannya.
Tim PISP dan beberapa tim lainnya dalam satu divisi mempunyai tugas yang berbeda. Dalam pelaksanaan tugas tersebut setiap tim dalam satu divisi akan mengirimkan memo kepada tim yang lain agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan terselesaikan dengan cepat. Salah satu tugas tim PISP adalah memberikan perijinan kepada lembaga selain bank yang akan membuat suatu produk.
memo banyak melakukan kesalahan, seperti surat masuk tercecer, surat keluar tidak terdokumentasikan, dan memo untuk pimpinan tidak tersampaikan dengan segera.
Tersedianya sistem administrasi pengarsipan surat untuk tim PISP belum membuat staff admin yang bertugas menjadi mudah dalam melakukan pencarian surat masuk, surat keluar, dan memo dari tim kerja atau divisi lain, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mencari surat – surat tersebut jika dibutuhkan.
Sistem administrasi pengarsipan surat yang ada perlu di kembangkan lebih lanjut dan perlu adanya SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk pengarsipan surat masuk, surat keluar, dan memo agar staff admin yang bertugas menjadi lebih terbantu. Sebelum mengembangkan sistem dan membuat SOP untuk pengarsipan surat masuk, surat keluar, dan memo maka perlu dilakukan “ANALISIS SISTEM ADMINISTRASI PENGARSIPAN SURAT” terlebih dahulu agar diketahui kekurangan – kekurangan yang ada di sistem administrasi pengarsipan surat ini.
1.2.Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan nya yaitu,
1. Bagaimana cara mengarsipkan surat masuk, surat keluar, dan memo di tim PISP agar pada saat diperlukan dapat dilihat kembali dan tidak membutuhkan waktu yang lama ?
1.3.Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan sistem administrasi pengarsipan surat di tim PISP.
1.3.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai setelah menganalisis sistem administrasi pengarsipan surat ini adalah :
1. Memudahkan staff admin di tim PISP untuk mengarsipkan dan mencari surat – surat yang diperlukan dan dibutuhkan oleh tim dengan meminimalisasikan waktu,
2. Surat masuk, surat keluar, dan memo terdokumentasikan dengan baik, dan
3. Staff admin tidak bosan dan merasa terbantu ketika menggunakan sistem administrasi pengarsipan surat ini.
1.4.Batasan Masalah
Terdapat 6 (enam) hal yang merupakan batasan masalah dalam sistem administrasi pengarsipan surat ini :
1. Software
Tools yang digunakan dalam pembangunan sistem ini adalah Delphi 7.0 dan pembangunan database nya menggunakan Microsoft Access 2007.
2. Hardware
Hardware komputer yang digunakan adalah proccesor Intel Pentium
3. Brainware
Sistem administrasi pengarsipan surat ini digunakan oleh staff admin tim PISP Bank Indonesia.
4. Data
Data yang terdapat dalam sistem pengarsipan surat ini adalah data surat masuk, data surat keluar, memo masuk, memo keluar.
5. Prosedur
Staff admin tim PISP yang dapat menggunakan sistem administrasi pengarsipan surat ini.
6. Network
Sistem administrasi pengarsipan surat ini tidak terhubung ke jaringan internet. Sehingga hanya pengolahan data dan informasi nya hanya dapat dilakukan oleh intern perusahaan.
1.5.Metodelogi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa data secara deskriptif kualitatif yaitu suatu metode analisa dimana data itu tidak dianalisa secara matematis, tetapi hanya menguraikan dan menggambarkan suatu perusahaan berdasarkan data pada waktu tertentu.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam pembuatan laporan kerja praktek ini adalah :
1. Observasi
Pengamatan langsung di objek pengamatan, yaitu tim PISP Bank Indonesia.
2. Wawancara
3. Studi Pustaka
Suatu cara untuk mengumpulkan data dengan membaca buku – buku, catatan, dan dokumen yang bersangkutan dengan sistem administrasi pengarsipan surat.
1.6.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kerja praktek di Tim Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran, Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Jakarta ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Tujuan pendahuluan adalah memberikan gambaran singkat akan latar belakang pelaksanaan kerja praktek, perumusan masalah, maksud dan tujuan melaksanakan kerja praktek, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika pelaporan kerja praktek.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi paparan umum mengenai Bank Indonesia dan Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, khusunya Tim Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran. Paparan umum ini berisi tentang sejarah Bank Indonesia, logo Bank Indonesia, badan hukum Bank Indonesia ; sturktur organisasi dan job description Tim Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran, dan stuktur organisasi Bank Indonesia, dan landasan teori.
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Profil Bank Indonesia
2.1.2. Sejarah Bank Indonesia
a. Sejarah kelembagaan Bank Indonesia
De Javasche Bank adalah cikal bakal berdirinya Bank Indonesia
yang merupakan bank asing pertama yang dinasionalisasikan dan menjelma
menjadi Bank Sentral Indonesia. Sejarah kelembagaan Bank Indonesia
dimulai sejak berlakunya Undang-Undang (UU) Nomor. 11 Tahun 1953
tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1
Juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia
dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan
dewan moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung
jawabnya berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank
tunggal, pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah
melalui Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral.
Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral dan sekaligus
membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijakan
yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan
demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh Dewan Moneter.
Independensi Bank Indonesia kelak akan tercapai sepenuhnya setelah masa
Orde Baru berlalu dimana Bank Indonesia dapat mencapai independensinya
melalui Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaiman telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan khusus dalam
struktur kenegaraan sebagai lembaga negara yang independen dan bebas
dari campur tangan pemerintah dan pihak-pihak lain. Namun, dalam
transparan, Bank Indonesia harus mempertimbangkan pula kebijakan umum
pemerintah di bidang perekonomian.
b. Sejarah Bank Indonesia dalam Sistem Ekonomi dan Perbankan
Indonesia
Setelah berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter di Indonesia
secara umum ditetapkan oleh Dewan Moneter dan pemerintah bertanggung
jawab atas kebijakan moneter tersebut. Mengingat buruknya perekonomian
pasca perang, upaya yang ditempuh pertama kali dalam bidang moneter
adalah perbaikan posisi cadangan devisa melalui kegiatan ekspor dan impor.
Pada periode ekonomi terpimpin, pembiayaan deficit spending keuangan
negara terus meningkat, terutama untuk membiayai proyek politik
pemerintah. Laju inflasi terus membumbung tinggi sehingga dilakukan dua
kali pengetatan moneter, yaitu Tahun 1959 dan Tahun 1965. Lepas dari
periode tersebut pemerintah memasuki masa pemulihan ekonomi melalui
program stabilisasi dan rehabilitasi yang kemudian diteruskan dengan
kebijakan deregulasi bidang keuangan dan moneter pada awal Tahun
1980-an. Di tengah pasang surutnya kondisi perekonomian, lahirlah berbagai
paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk memperkuat struktur
perekonomian Indonesia.
Mulai pertengahan tahun 1997, krisis ekonomi moneter menerpa
Indonesia. Nilai tukar rupiah melemah, sistem pembayaran terancam macet,
dan banyak utang luar negeri yang tak terselesaikan. Berbagai langkah
ditempuh, mulai dari pengetatan moneter hingga beberapa program
pemulihan IMF yang diperoleh melalui beberapa Letter of Intent (LoI) pada
Tahun 1998. Namun akhirnya masa suram dapat terlewati. Perekonomian
semakin membaik seiring dengan kondisi politik yang stabil pada masa
reformasi. Sejalan dengan itu, Tahun 1999 merupakan tonggak bersejarah
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 2009. Dalam undang-undang ini, Bank
Indonesia ditetapkan sebagai lembaga tinggi negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sesuai undang-undang tersebut,
Bank Indonesia diwajibkan untuk menetapkan target inflasi yang akan
dicapai sebagai landasan bagi perencanaan dan pengendalian moneter.
Selain itu, utang luar negeri berhasil dijadwalkan kembali dan kerjasama
dengan IMF diakhiri melalui Post Program Monitoring (PPM) pada 2004.
Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada
tanggal 17 Agustus 1950, struktur ekonomi Indonesia masih didominasi
oleh struktur kolonial. Bank-bank asing masih merajai kegiatan perbankan
nasional, sementara peranan bank-bank nasional dalam negeri masih
terlampau kecil. Hingga masa menjelang lahirnya Bank Indonesia pada
tahun 1953, pengawasan dan pembinaan bank-bank belum terselenggara. De
Javasche Bank adalah bank asing pertama yang dinasionalisasi dan
kemudian menjelma menjadi BI sebagai bank sentral Indonesia. Beberapa
tahun kemudian, seiring dengan memanasnya hubungan RI-Belanda,
dilakukan nasionalisasi atas bank-bank milik Belanda. Berikutnya, sistem
ekonomi terpimpin telah membawa bank-bank pemerintah kepada sistem
bank tunggal yang tidak bertahan lama. Orde Baru datang membawa
perubahan dalam bidang perbankan dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Mulai
saat itu, sistem perbankan berada dalam kesatuan sistem dan kesatuan
pimpinan, yaitu melalui pengawasan dan pembinaan Bank Indonesia. Bank
Indonesia dengan dukungan pemerintah, dalam kurun waktu 1971-1972
melaksanakan kebijakan penertiban bank swasta nasional dengan sasaran
mengurangi jumlah bank swasta nasional, karena jumlahnya terlalu banyak
dan sebagian besar terdiri atas bank-bank kecil yang sangat lemah dalam
permodalan dan manajemen. Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan
untuk program-program Kredit Investasi Kecil (KIK)/Kredit Modal Kerja
Permanen (KMKP), Kredit Investasi (KI), Kredit Mahasiswa Indonesia
(KMI), Kredit Koperasi (Kakop), Kredit Profesi Guru (KPG), dan
sebagainya. Dengan langkah ini, BI telah mengambil posisi sebagai
penyedia dana terbesar dalam pembangunan ekonomi di luar dana Anggaran
Perencanaan Belanja Negara.
Industri perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir
seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan BI. Regulasi tersebut
menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Tahun 1983 merupakan titik
awal BI memberikan kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan suku
bunga, baik kredit maupun tabungan dan deposito. Tujuannya adalah untuk
membangun sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Kebijakan
selanjutnya merupakan titik balik dari kebijakan pemerintah dalam
penertiban perbankan tahun 1971-1972 dengan dikeluarkannya Paket
Kebijakan Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88), yaitu kemudahan
pemberian izin usaha bank baru, izin pembukaan kantor cabang, dan
pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Pada periode selanjutnya, perbankan nasional mulai menghadapi
masalah meningkatnya kredit macet. Hal ini sejalan dengan meningkatnya
pemberian kredit oleh perbankan terutama untuk sektor properti. Keadaan
ekonomi mulai memanas dan tingkat inflasi mulai bergerak naik.
Ketika Krisis Moneter 1997 melanda, struktur perbankan Indonesia
porak poranda. Pada tanggal 1 November 1997, dikeluarkan kebijakan
pemerintah yang melikuidasi 16 (enam belas) bank swasta. Hal ini
mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Oleh karena itu, Bank Indonesia
turun mengatasi keadaan dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
atas dasar kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, berbagai
tindakan restrukturisasi dijalankan oleh Bank Indonesia bersama
c. Sejarah Sistem Pembayaran Bank Indonesia
Sistem Pembayaran di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu sistem
pembayaran tunai dan non tunai. Dalam Undang-Undang Nomor. 11 Tahun
1953 ditetapkan bahwa Bank Indonesia hanya mengeluarkan uang kertas
dengan nilai lima rupiah ke atas, sedangkan pemerintah berwenang
mengeluarkan uang kertas dan uang logam dalam pecahan di bawah lima
rupiah. Uang kertas pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah
uang kertas bertanda tahun 1952 dalam tujuh pecahan. Selanjutnya,
berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1968, Bank Indonesia
mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam
sebagai alat pembayaran yang sah dalam semua pecahan. Sejak saat itu,
pemerintah tidak lagi menerbitkan uang kertas dan uang logam. Uang logam
pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah emisi tahun 1970.
Pada era 1990-an, Bank Indonesia mengeluarkan uang dalam pecahan besar,
yaitu Rp20.000 (1992), Rp50.000 (1993), dan Rp100.000 (1999). Hal itu
dilakukan guna memenuhi kebutuhan uang pecahan besar seiring dengan
perkembangan ekonomi yang tengah berlangsung saat itu.
Sementara itu, dalam bidang pembayaran non tunai, Bank Indonesia
telah memulai langkahnya dengan menetapkan diri sebagai kantor
perhitungan sentral menjelang akhir tahun 1954. Sebagai bank sentral, sejak
awal Bank Indonesia telah berupaya keras dalam pengawasan dan
penyehatan sistem pembayaran giral. Bank Indonesia juga terus berusaha
untuk menyempurnakan berbagai sistem pembayaran giral dalam negeri dan
luar negeri. Pada periode 1980 sampai dengan 1990-an, pertumbuhan
ekonomi semakin membaik dan volume transaksi pembayaran non tunai
juga semakin meningkat. Oleh karena itu, Bank Indonesia mulai
menggunakan sistem yang lebih efektif dan canggih dalam penyelesaian
transaksi pembayaran non tunai. Berbagai sistem seperti Semi Otomasi
Dana Antar Kantor Terotomasi dan Terintegrasi (SAKTI) dengan sistem
paperless transaction terus dikembangkan dan disempurnakan. Akhirnya,
Bank Indonesia berhasil menciptakan berbagai perangkat sistem elektronik
seperti BI-LINE, Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ), Real Time
Gross Settlement (RTGS), Sistem Informasi Kliring Jarak Jauh (SIKJJ),
kliring warkat antar wilayah kerja (intercity clearing), dan Scriptless
Securities Settlement System (S4) yang semakin mempermudah pelaksanaan
pembayaran non tunai di Indonesia.
2.1.2. Logo Bank Indonesia
Logo Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
Gambar II.1 Logo Bank Indonesia
2.1.3. Badan Hukum Bank Indonesia
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun
badan hukum perdata ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor. 3 Tahun
2004. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan
peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari
undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat
2.1.4. Struktur Organisasi dan Job Description tim PISP
Berikut job description tim PISP Bank Indonesia adalah sebagai
berikut:
Tabel II.1. Job Description tim PISP
No PRODUK POKOK No TUGAS POKOK pembayaran sub subject area BI-RTGS dan perubahan hak akses pengguna pembayaran sub subject area Kliring dan perubahan hak akses pengguna pembayaran sub subject area APMK dan perubahan hak akses pengguna
Memberikan layanan IT Care dan helpdesk terhadap seluruh unit kerja di DASP dan Pengguna EDW dan DBSPN
6
Analisa dan laporan kuantitatif sistem pembayaran non tunai
6 Melakukan Query dan analisa data serta membuat laporan analisis
7 Publikasi sistem
pembayaran Non Tunai 7
8
9 Pengelolaan Aplikasi Pusat
Informasi DASP 9
10 Pengelolaan tabel dimensi
database money remittance 10
Melakukan pengelolaan terhadap kejanggalan data yang masih ada setelah berakhirnya batas waktu pelaporan yang selanjutnya laporan atas kejanggalan data tersebut akan diteruskan kepada Bagian PwSP
tanggal 20 Desember 1999 tentang struktur organisasi Bank Indonesia,
maka Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya di pimpin oleh dewan
gubernur yang terdiri dari gubernur yang merangkap sebagai kepala dan
deputi gubernur senior sebagai wakil serta di bantu oleh deputi – deputi
gubernur lainnya.
Dewan gubernur tersebut membawahi 27 (duapuluh tujuh) unit
satuan kerja antara lain adalah, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan
Moneter (DKM), Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM),
Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM), Direktorat Pengelolaan Devisa
Pengaturan Perbankan (DPNP), Direktorat Perizinan dan Informasi
Perbankan (DPIP), Direktorat Pengawasan Bank 1 (DPB1), Direktorat
Pengawasan Bank 2 (DPB2), Direktorat Pengawasan Bank 3 (DPB3),
Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP), Direktorat
Perbankan Syariah (DPbS), Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU),
Direktorat Pengedaran Uang (DPU), Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran (DASP), Direktorat Logistik dan Pengamanan (DLP),
Direktorat Teknologi Informasi (DTI), Direktorat Sumber Daya Manusia
(DSDM), Direktorat Keuangan Intern (DKI), Direktorat Hukum (DHk),
Direktorat Pengawasan Intern (DPI), Direktorat Perencanaan Strategis dan
Hubungan Masyarakat (PSHM), Biro Sekretariat (BSk), Unit Khusus
Manajemen Informasi (UKMI), Unit Khusus Museum Bank Indonesia (
UKMBI), Unit Khusus Penyelesaian Aset (UKPA), Pusat Pendidikan dan
Studi Kebanksentralan (PPSK). Masing–masing dari direktorat, biro dan
unit khusus tersebut memiliki bagian–bagian dan tim–tim atau staf dalam
setiap unit satuan kerja.
Berikut gambar struktur organisasi Bank Indonesia :
2.2.Landasan teori
a. Pengertian prosedur, surat masuk, dan surat keluar
Prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan, yang
merupakan urutan menurut waktu dan cara tertentu untuk melaksanakan
pekerjaan yang harus diselesaikan, prosedur merupakan rencana yang penting
dalam tiap bagian perusahaan.
Surat masuk adalah semua jenis surat yang diterima dari instansi lain
maupun dari perorangan, baik yang diterima melalui pos (kantor pos) maupun
yang diterima dari kurir (pengiriman surat) dengan mempergunakan buku
pengiriman (ekspedisi).
Surat keluar adalah segala komunikasi tertulis yang diterima oleh suatu
badan usaha dari instansi lain atau perorangan.
b. Pengenalan Microsoft Access 2007
Microsoft Access digunakan kebanyakan oleh bisnis-bisnis kecil dan
menengah, di dalam sebuah organisasi yang kecil bahkan mungkin juga
digunakan oleh perusahaan yang cukup besar, dan juga para programmer untuk
membuat sebuah sistem buatan sendiri untuk menangani pembuatan dan
manipulasi data. Microsoft Access juga dapat digunakan sebagai sebuah basis
data untuk aplikasi web dasar yang disimpan di dalam server yang menjalankan
Microsoft Internet Information Services (IIS) dan menggunakan Microsoft
Active Server Pages (ASP). Meskipun demikian, penggunaan Access kurang
disarankan, mengingat telah ada Microsoft SQL Server yang memiliki
kemampuan yang lebih tinggi.
Beberapa pengembang aplikasi profesional menggunakan Microsoft
Access untuk mengembangkan aplikasi secara cepat (digunakan sebagai rapid
application development tool), khususnya untuk pembuatan purwarupa untuk
sebuah program yang lebih besar dan aplikasi yang berdiri sendiri untuk para
Microsoft Access kurang begitu bagus jika diakses melalui jaringan
sehingga aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh banyak pengguna cenderung
menggunakan solusi sistem manajemen basis data yang bersifat client/server.
Meskipun demikian, tampilan muka Microsoft Access (form, report, query, dan
kode visual basic) yang dimilikinya dapat digunakan untuk menangani basis
data yang sebenarnya diproses oleh sistem manajemen basis data lainnya,
seperti halnya Microsoft Jet Database Engine (yang secara default digunakan
oleh Microsoft Access), Microsoft SQL Server, Oracle Database, dan beberapa
produk lainnya yang mendukung ODBC.
Salah satu keunggulan Microsoft Access dilihat dari perspektif
programmer adalah kompatibilitasnya dengan bahasa pemrograman Sructured
Query Language(SQL) query dapat dilihat dan disunting sebagai
statemen-statemen SQL, dan statemen-statemen SQL dapat digunakan secara langsung di dalam
Macro dan VBA Module untuk secara langsung memanipulasi tabel data dalam
Microsoft Access. Para pengguna dapat mencampurkan dan menggunakan
kedua jenis bahasa tersebut (VBA dan Macro) untuk memprogram form dan
logika dan juga untuk mengaplikasikan konsep berorientasi objek.
Microsoft SQL Server Desktop Engine (MSDE) 2000, yang merupakan
sebuah versi mini dari Microsoft SQL Server 2000, dimasukkan ke dalam
Office XP Developer Edition dan dapat digunakan oleh Microsoft Access
sebagai alternatif dari Microsoft Jet Database Engine.
Tidak seperti sebuah sistem menajemen basis data relasional yang
komplit, Microsoft JET Database Engine tidak memiliki fitur trigger dan stored
procedure. Dimulai dari Microsoft Access 2000 yang menggunakan Microsoft
Jet Database Engine versi 4.0, ada sebuah sintaksis yang mengizinkan
pembuatan kueri dengan beberapa parameter, dengan sebuah cara seperi halnya
sebuah stored procedure, meskipun prosedur tersebut dibatasi hanya untuk
sebuah pernyataan tiap prosedurnya. Access juga mengizinkan form untuk
mengandung kode yang dapat dieksekusi ketika terjadi sebuah perubahan
hanya dengan menggunakan form tersebut, dan merupakan sesuatu hal yang
umum untuk menggunakan kueri yang akan diteruskan (pass-through dan
teknik lainnya di dalam Access untuk menjalankan stored procedure di dalam
RDBMS yang mendukungnya.
Dalam berkas Access Database Project (ADP) yang didukung oleh
Microsoft Access 2000 dan yang selanjutnya, fitur-fitur yang berkaitan dengan
basis data berbeda dari versi format/struktur data yang digunakan Access
(*.MDB), karena jenis berkas ini dapat membuat koneksi ke sebuah basis data
MSDE atau Microsoft SQL Server, ketimbang menggunakan Microsoft JET
Database Engine. Sehingga, dengan menggunakan ADP, adalah mungkin untuk
membuat hampur semua objek di dalam server yang menjalankan mesin basis
data tersebut (tabel basis data dengan constraints dan trigger, view, stored
procedure, dan UDF). Meskipun demikian, yang disimpan di dalam berkas
ADP hanyalah form, report, macro, dan modul, sementara untuk tabel dan objek
lainnya disimpan di dalam server basis data yang membelakangi program
tersebut.
Access mengizinkan pengembangan yang relatif cepat karena semua
tabel basis data, kueri, form, dan report disimpan di dalam berkas basis data
miliknya (*.MDB). Untuk membuat Query, Access menggunakan Query
Design Grid, sebuah program berbasis grafis yang mengizinkan para
penggunanya untuk membuat query tanpa harus mengetahui bahasa
pemograman SQL. DI dalam Query Design Grid, para pengguna dapat
memperlihatkan tabel basis data sumber dari query, dan memilih field-field
mana yang hendak dikembalikan oleh proses dengan mengklik dan
menyeretnya ke dalam grid. Join juga dapat dibuat dengan cara mengklik dan
menyeret field-field dalam tabel ke dalam field dalam tabel lainnya. Access
juga mengizinkan pengguna untuk melihat dan memanipulasi kode SQL jika
memang diperlukan.
Bahasa pemrograman yang tersedia di dalam Access adalah Microsoft
Microsoft Office. Dua buah pustaka komponen Component Object Model
(COM) untuk mengakses basis data pun disediakan, yakni Data Access Object
(DAO), yang hanya terdapat di dalam Access 97, dan ActiveX Data Objects
(ADO) yang tersedia dalam versi-versi Access terbaru.
c. Context Diagram (CD)
Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas
(DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah sistem
informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem
dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal. (CD menggambarkan sistem
dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Lingkaran tersebut
menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar Context
Diagram :
1. Terminologi sistem :
− Batas Sistem adalah batas antara daerah kepentingan sistem.
− Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau mempengaruhi sistem tersebut.
− Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan linkungan sistem tersebut.
Membuat context diagram menggunakan satu simbol proses, yang masuk
didalam lingkaran konteks (simbol proses) adalah kegiatan pemrosesan
informasi (Batas Sistem). Kegiatan informasi adalah mengambil data dari file,
mentransformasikan data, atau melakukan filing data, misalnya mempersiapkan
dokumen, memasukkan, memeriksa, mengklasifikasi, mengatur, menyortir,
menghitung, meringkas data, dan melakukan filing data (baik yang melakukan
- Nama/keterangan di simbol proses tersebut sesuai dengan fungsi sistem
tersebut,
- Antara entitas eksternal/terminator tidak diperbolehkan komunikasi
langsung,
- Jika terdapat termintor yang mempunyai banyak masukan dan keluaran,
diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah
penggambaran yang terlalu rumit, dengan memberikan tanda asterik ( * )
atau garis silang ( # ).
- Jika Terminator mewakili individu (personil) sebaiknya diwakili oleh
peran yang dipermainkan personil tersebut.
- Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data
berbeda.
d. Data Flow Diagram (DFD)
DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur
data dgn konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa
maupun rancangan sistem yg mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem
kepada pemakai maupun pembuat program. Komponen DFD menurut Yourdan
dan DeMarco :
Terminator Proses Data Store Alur Data
Terminator/entitas luar adalah Entitas diluar sistem yang berkomunikasi /
berhubungan langsung dengan sistem. Terdapat 2 jenis Terminator :
1. Terminator Sumber
2. Terminator Tujuan
Merupakan Terminator yang menjadi tujuan data / informasi sistem.
Terminator dapat berupa orang, sekelompok orang, organisasi,
perusahaan/departemen yang berada diluar sistem yang akan dibuat, diberi
nama yang berhubungan dengan sistem tsb dan biasanya menggunakan kata
benda contoh nya dosen, mahasiswa. Hal yang perlu diperhatikan tentang
terminator :
1. Alur data yang menghubungkan terminator dgn sistem, menunjukkan
hubungan sistem dgn dunia luar.
2. Profesional sistem tidak dapat mengubah isi/cara kerja, prosedur yang
berkaitan dgn Terminator.
3. Hubungan yang ada antar terminator tidak digambarkan dalam DFD.
Komponen proses menggambarkan transformasi input menjadi output.
Penamaan proses disesuaikan dgn proses/kegiatan yang sedang dilakukan. Ada 4
kemungkinan yang dapat terjadi dalam proses sehubungan dgn input dan output
:
1 input dan 1 output 1 input dan banyak output
Banyak input dan 1 output Banyak input dan banyak output
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang proses :
1. Proses harus memiliki input dan output.
2. Proses dapat dihubungkan dengan komponen terminator, data store atau
proses melalui alur data.
sistem digambarkan dengan komponen proses.
Komponen ini digunakan untuk membuat model sekumpulan paket
data dan diberi nama dengan kata benda bersifat jamak. Data store dapat berupa
file/database yang tersimpan dalam disket, harddisk atau bersifat manual seperti
buku alamat, file folder. Yang perlu diperhatikan tentang data store :
1. Alur data dari proses menuju data store, hal ini berarti data store berfungsi
sebagai tujuan/tempat penyimpanan fari suatu proses (proses write).
2. Alur data dari data store ke proses, hal ini berarti data store berfungsi sebagai
sumber/ proses memerlukan data (proses read).
3. Alur data dari proses menuju data store dan sebaliknya berarti berfungsi
sebagai sumber dan tujuan.
Alur data digunakan untuk menerangkan perpindahan data / paket
datadari satu bagian ke bagian lainnya. Alur data dapat berupa kata, pesan,
formulir / informasi. Ada 4 konsep tentang alur data :
1. Packets of data
Apabila ada 2 data / lebih yg mengalir dari 1 sumber yg sama menuju
pada tujuan yg sama & mempunyai hubungan digambarkan dgn 1 alur data.
2. Diverging data flow
Apabila ada sejumlah paket data yg berasal dari sumber yg sama
menuju pada tujuan yg berbeda atau paket data yg kompleks dibagi menjadi
beberapa elemen data yg dikirim ke tujuan yg berbeda.
3. Converging data flow
referensi yg ada, secara garis besar :
Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yg menggambarkan
hubungan sistem dgn lingkungan luarnya.Cara :
- Tentukan nama sistemnya.
- Tentukan batasan sistemnya.
- Tentukan terminator apa saja yg ada dalam sistem.
- Tentukan apa yg diterima/diberikan terminator dari/pada sistem.
- Gambarkan diagram context.
2. Buat diagram level Zero
Diagram ini adalah dekomposisi dari diagram Context. Cara :
- Tentukan proses utama yg ada pada sistem.
- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing proses pada/dari
sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur data yang
keluar/masuk dari suatu level harus sama dengan alur data yang
masuk/keluar pada level berikutnya)
- Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber
maupun tujuan alur data.
- Gambarkan diagram level zero.
- Hindari perpotongan arus data
- Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan
urutan proses).
3. Buat diagram level satu
Diagram ini merupakan dekomposisi dari diagram level zero.Cara untuk
membuat :
- Tentukan proses yg lebih kecil (sub-proses) dari proses utama yg ada di
level zero.
- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing sub-proses
pada/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.
- Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sbg sumber
maupun tujuan alur data.
- Hindari perpotongan arus data.
- Beri nomor pada masing-masing sub-proses yang menunjukkan
dekomposisi dari proses sebelumnya.
4. DFD level dua, tiga, dst
Diagram ini merupakan dekomposisi dari level sebelumnya. Proses
dekomposisi dilakukan sampai dg proses siap dituangkan ke dalam program.
BAB III PEMBAHASAN
3.1.Jadwal Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan di tim PISP (Perijinan dan Informasi Sistem
Pembayaran) gedung D lantai 5 Jalan. MH. Thamrin No.2 Jakarta Pusat 10350
mulai tanggal 13 Juli 2009 dan berakhir pada tanggal 21 Agustus 2009. Kerja
praktek dilaksanakan selama 5 (lima) hari kerja selama seminggu, yaitu hari Senin
sampai Jum’at dengan jam kerja dimulai pukul 07.10 WIB sampai 16.15 WIB.
3.2.Kegiatan selama Kerja Praktek
Kegiatan selama kerja praktek di tim PISP Bank Indonesia yaitu :
1. Minggu pertama, pengarahan kerja praktek dari DSDM (Direktorat
Sumber Daya Manusia) mengenai tata tertib dan segala hal yang
bersangkutan dengan kerja praktek, pengenalan lingkungan Bank
Indonesia, perkenalan dengan tim PISP dan adaptasi dengan suasana
kerja di Bank Indonesia.
2. Minggu kedua, mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh
pembimbing di tim PISP Bank Indonesia yaitu analisis sistem
administrasi pengarsipan surat sambil melakukan wawancara.
3. Minggu ketiga, melaporkan apa yang sudah dikerjakan di minggu kedua
kepada pembimbing.
4. Minggu keempat, memperbaiki yang menurut pembimbing dilapangan
masih kurang baik dan menyerahkan nya kembali
5. Mingggu kelima, di minggu ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat
laporan untuk DSDM yang berisi kegiatan selama melakukan kerja
praktek, menghadiri acara pembukaan devile, dan menghadiri
3.3.Deskripsi Sistem Administrasi Pengarsipan Surat
Sistem administrasi pengarsipan surat memiliki satu aktor, yaitu staff admin
yang bertugas menerima dan mencatat surat masuk, surat keluar, dan memo dan
hanya bisa diakses atau digunakan oleh staff admin di tim PISP.
Sistem administrasi pengarsipan surat ini dapat mencari surat masuk,
mencari memo berdasarkan tanggal, nomor memo, perihal, pengirim, dan tujuan.
Terdapat main menu dalam sistem yaitu file dan maintenance. Dalam main menu
file, staff admin dapat mengubah password dan keluar dari sistem. Sedangkan,
dalam maintenance berupa daftar nama staff admin yang dapat menggunakan
sistem administrasi ini. Kemudian, staff admin dapat menghapus dan menambah
daftar nama yang baru.
Proses pengarsipan surat di tim PISP dimulai dari proses penomoran surat
masuk, surat keluar, atau memo. Setelah surat diberi nomor, kemudian dilakukan
proses scan surat agar surat tersimpan di database.
3.4.Spesifikasi Kebutuhan Fungsional
3.4.1. Karakteristik user
User bisa mengoperasikan windows dan sudah familiar dengan
tombol, menu, laporan, dan tool – tool lain yang serupa.
3.4.2. Kebutuhan Non Fungsional
Sistem administrasi pengarsipan surat ini berjalan pada komputer
yang menggunakan database Microsoft Access 2007 dan sistem operasi
windows.
3.5.Diagram Konteks
Diagram konteks ini menggambarkan atau mempresentasikan sistem secara
menggambarkan antara sistem dan lingkungannya. Selain itu juga menggambarkan
aliran informasi apa saja yang datang dari eksternal entity (yang kemudian harus di
proses oleh sistem), dan informasi yang keluar dari sistem yang sedang berlangsung
dari satu bagian ke bagian lainnya.
Gambar III.1. Diagram Konteks
3.6.Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) dalam sistem administrasi pengarsipan surat ini
terdiri dari 2 level. Adapun diagram data dari sistem administrasi pengarsipan surat
3.6.1. DFD Level 0
!
3.6.2. DFD Level 1 proses 1
" #
" $
"
"
"
$
Gambar III.3. DFD Level 1 proses 1
3.6.3. DFD Level 1 Proses 2
%
% "
%
%
"
& %
& %
" '
( )
"
Gambar III.4. DFD Level 1 Proses 2
3.6.4. DFD Level 1 proses 3
*
+ %
,
( )
* *
% %
Gambar III.5. DFD Level 3
3.7. Spesifikasi Proses
Spesifikasi proses digunakan untuk menggambarkan proses model aliran
yang terdapat pada DFD. Spesifikasi tersebut meliput :
Tabel III.2. Spesifikasi Proses
1
No. Proses 1.0
Nama Proses Login
Sumber Admin
Input Username dan password
Output Info Validasi username dan password
Tujuan Proses 1.1 dan proses 1.2
Logika Proses
Begin
{ Admin memasukan username dan password } if username, password ada
then tampil nama, password valid else tampil info nama, password invalid End
2
No Proses 1.1
Nama Proses Verifikasi username
Sumber - Proses 1.0
- Admin
Input Data username
Output Info Validasi Username
Tujuan Proses 2.0
Nama Proses Verifikasi password
if username ada
Output Data user tersimpan di database
Tujuan Proses 2.1, 2.2, 2.3, 2.4
Nama Proses Tambah data user
Sumber - Proses 2.0
- Admin
Input Data user
Output User baru tersimpan di database
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
{ Admin memasukkan data user yang ditambah } End
6
No Proses 2.2
Nama Proses Ubah password
Sumber Admin
Input Password yang diubah
Output Password yang diedit berubah
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
{ Admin memasukkan password baru ke dalam database}
End
7
No. Proses 2.3
Nama Proses Menghapus data user
Sumber Admin
Input Data user yang dihapus Output Data user hilang di database
Tujuan Admin
Proses { Admin menghapus data user yang di database } End
8
No Proses 2.4
Nama Proses Menampilkan data user
Sumber - Proses 2.1
- Admin
Input Data user yang ditampilkan
Output Data user yang ditampilkan dari database
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
{ Admin menginput data user yang ditampilkan oleh database}
End
9
No. Proses 3.0
Nama Proses Pengolahan surat
Sumber Admin
Input Data surat yang diolah
Output Data surat yang diolah di database
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
{ Admin mengolah data surat yang ada di database } End
10
No Proses 3.1
Nama Proses Cari surat
Sumber Admin
Input Data surat yang di cari
Output Data surat yang di cari ada di database
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
{ Admin mencari data surat yang ada database} End
11
No. Proses 3.2
Nama Proses Tambah data surat
Sumber Admin
Input Data surat yang ditambah Output User baru tersimpan di database
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
End
12
No Proses 3.3
Nama Proses Hapus surat
Sumber Admin
Input Data surat yang di hapus
Output Data surat yang di hapus hilang di database
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
{ Admin menghapus data surat yang ada database} End
13
No. Proses 3.4
Nama Proses Menampilkan surat
Sumber Admin
Input Data surat yang ditampilkan
Output Data surat yang ditampilkan dari database
Tujuan Admin
Logika Proses
Begin
{ Admin menampilkan data surat dari database } End
3.8. Kamus Data
Kamus data berfungsi untuk menjelaskan semua data yang digunakan
didalam sistem. Kamus data tersebut meliputi :
Tabel III.3. Kamus Data T_user
Nama T_user
Where used/How used
Proses 1.0 – Admin (Input)
Proses 1.1 – Admin (Input)
Proses 1.2 – Admin (Input)
Proses 2.1 – Admin (Input)
Proses 2.2 – Admin (Input)
Proses 2.3 – Admin (Output)
Proses 2.4 – Admin (Output)
Struktur Data id_user + username + password
Tabel III.4. Kamus Data T_surat
Nama T_surat
Where used/How used
Proses 3.0 – Admin (Input)
Proses 3.1 – Admin (Input)
Proses 3.2 – Admin (Input)
Proses 3.3 – Admin (Output)
Proses 3.4 – Admin (Output)
Deskripsi Berisi seluruh data T_surat
Struktur Data No_surat + perihal + tanggal +
direktorat asal + direktorat tujuan
3.9. Perancangan Antarmuka
Gambar III.6. Tampilan awal form login
Gambar III.8. Tampilan Form Administrasi Umum
Gambar III.10. Tampilan Form Change Password
Gambar III.12. Tampilan Form Tambah User
3.10. Implementasi
Berikut ini adalah form login sistem administrasi pengarsipan surat untuk
tim PISP.
Gambar III.14. Tampilan Form Awal
Gambar III.17. Form Tambah Memo
Gambar III.19. Form Maintenance – Pemeliharaan user
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari pendeskripsian sistem administrasi pengarsipan surat untuk tim
PISP Bank Indonesia Jakarta yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem administrasi pengarsipan surat yang ada belum sepenuhnya
membantu tugas staff admin. Karena ada beberapa hal dalam sistem
yang membuat staff admin bosan dalam menggunakan sistem
administrasi pengarsipan surat ini.
2. Hanya staff admin tim PISP saja yang bisa mengakses sistem ini.
Sehingga akan sulit jika staff selain staff admin di tim PISP ingin
melihat surat masuk atau memo.
3. Hanya ada satu form untuk penambahan surat. Sedangkan surat yang
dimasukkan ke dalam database mencakup surat masuk, surat keluar,
dan memo.
4.2. Saran
1. Tampilan sistem administrasi pengarsipan surat hendaknya di update
per satu tahun agar staff admin yang menggunakan tidak merasa bosan
dengan tombol dan layout yang sama,
2. Sistem administrasi pengarsipan surat yang ada agar dikembangkan
lebih lanjut. Misalnya, pengarsipan surat dapat digolongkan
berdasarkan kepentingan isi surat tersebut atau diurutkan sesuai
tanggal masuk, sehingga staff admin menjadi mudah dalam
melakukan pencarian surat masuk, surat keluar, dan memo,
3. Hendaknya sistem administrasi pengarsipan surat di tim PISP Bank
Indonesia ini berbasis client-server sehingga semua staff di tim PISP
tidak perlu menunggu staff admin untuk bisa melihat atau mencari
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, Setyo. (2006), Metodologi Penelitian, Politeknik Pos Indonesia, Bandung, 4-5.
Susanti, Rani. (16.45). (2009), Rancangan Sistem Pengolahan Data Surat, www.stikom-db.ac.id/.../92rancangan%20sistem%20pengolahan%data%surat
Novitasari, Dyah. (20.30), Data Flow Diagram,