• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Administrasi Pengarsipan Surat Tim Perijinan Dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Dan Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Administrasi Pengarsipan Surat Tim Perijinan Dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Dan Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM ADMINISTRASI PENGARSIPAN SURAT

TIM PERIJINAN DAN INFORMASI SISTEM PEMBAYARAN

DI BIRO PENGEMBANGAN DAN KEBIJAKAN SISTEM

PEMBAYARAN

BANK INDONESIA JAKARTA

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

NIANTI PRATIDINA DEWI

10106147

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

PROGRAM STRATA I

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.3.1 Maksud ... 3

1.3.2 Tujuan ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metode Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Profil Bank Indonesia... 7

2.1.1 Sejarah Bank Indonesia ... 7

a. Sejarah kelembagaan Bank Indonesia ... 7

b.Sejarah Bank Indonesia dalam sistem ekonomi dan perbankan Indonesia ... 8

c. Sejarah sistem pembayaran Bank Indonesia ... 11

2.1.2 Logo Bank Indonesia ... 12

2.1.3 Badan Hukum Bank Indonesia ... 12

2.1.4 Struktur Organisasi dan job description tim PISP ... 13

(3)

BAB III PEMBAHASAN ... 25

3.1 Jadwal kerja praktek ... 25

3.2 Kegiatan selama kerja praktek ... 25

3.3 Sistem administrasi pengarsipan surat ... 26

3.4 Spesifikasi kebutuhan fungsional ... 26

3.4.1 Karakteristik user ... 26

3.4.2 Kebutuhan non fungsional ... 26

3.5 Diagram Konteks ... 26

3.6 Data Flow Diagram ... 27

3.6.1 DFD Level 0 ... 28

3.6.2 DFD Level 1 proses 1... 29

3.6.3 DFD Level 1 proses 2 ... 30

3.6.4 DFD Level 1 proses 3 ... 31

3.7 Spesifikasi Proses ... 32

3.8 Kamus Data ... 35

3.9 Perancangan antarmuka ... 36

3.10 Implementasi ... 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

4.1 Kesimpulan ... 44

4.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu faktor kelancaran perusahaan adalah ketertiban dan kelancaran dalam pengurusan administrasi. Manajemen dan sumberdaya manusia yang berkualitas menjadi salah satu kunci utama kesuksesan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Bank Indonesia sebagai salah satu bank central di Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tentu tidak luput dari kesalahan (human error) dalam melakukan kegiatan pengarsipan surat perusahaan.

Divisi – divisi yang terdapat di Bank Indonesia mempunyai beberapa unit kerja dan sub-nya masing – masing seperti divisi DASP ( Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran ) yang di dalam nya terdapat tim kerja PISP ( Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran ).

Surat merupakan salah satu bagian terpenting, baik untuk pihak perusahaan ataupun untuk pihak di luar perusahaan sebagai salah satu proses administrasi yang merupakan syarat dalam pembuatan suatu produk seperti uang elektronik.

Setiap surat masuk yang diterima dan surat keluar yang dikirim oleh tim PISP mempunyai nilai yang sangat penting, baik sebagai alat komunikasi, sebagai pusat ingatan dan sebagai bukti otentik. Oleh karena itu pengelolaan atau penanganan surat masuk dan keluar harus dilakukan setepat-tepatnya sehingga selalu dapat diikuti proses perkembangannya.

Tim PISP dan beberapa tim lainnya dalam satu divisi mempunyai tugas yang berbeda. Dalam pelaksanaan tugas tersebut setiap tim dalam satu divisi akan mengirimkan memo kepada tim yang lain agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan terselesaikan dengan cepat. Salah satu tugas tim PISP adalah memberikan perijinan kepada lembaga selain bank yang akan membuat suatu produk.

(5)

memo banyak melakukan kesalahan, seperti surat masuk tercecer, surat keluar tidak terdokumentasikan, dan memo untuk pimpinan tidak tersampaikan dengan segera.

Tersedianya sistem administrasi pengarsipan surat untuk tim PISP belum membuat staff admin yang bertugas menjadi mudah dalam melakukan pencarian surat masuk, surat keluar, dan memo dari tim kerja atau divisi lain, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mencari surat – surat tersebut jika dibutuhkan.

Sistem administrasi pengarsipan surat yang ada perlu di kembangkan lebih lanjut dan perlu adanya SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk pengarsipan surat masuk, surat keluar, dan memo agar staff admin yang bertugas menjadi lebih terbantu. Sebelum mengembangkan sistem dan membuat SOP untuk pengarsipan surat masuk, surat keluar, dan memo maka perlu dilakukan “ANALISIS SISTEM ADMINISTRASI PENGARSIPAN SURAT” terlebih dahulu agar diketahui kekurangan – kekurangan yang ada di sistem administrasi pengarsipan surat ini.

1.2.Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan nya yaitu,

1. Bagaimana cara mengarsipkan surat masuk, surat keluar, dan memo di tim PISP agar pada saat diperlukan dapat dilihat kembali dan tidak membutuhkan waktu yang lama ?

(6)

1.3.Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan sistem administrasi pengarsipan surat di tim PISP.

1.3.2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai setelah menganalisis sistem administrasi pengarsipan surat ini adalah :

1. Memudahkan staff admin di tim PISP untuk mengarsipkan dan mencari surat – surat yang diperlukan dan dibutuhkan oleh tim dengan meminimalisasikan waktu,

2. Surat masuk, surat keluar, dan memo terdokumentasikan dengan baik, dan

3. Staff admin tidak bosan dan merasa terbantu ketika menggunakan sistem administrasi pengarsipan surat ini.

1.4.Batasan Masalah

Terdapat 6 (enam) hal yang merupakan batasan masalah dalam sistem administrasi pengarsipan surat ini :

1. Software

Tools yang digunakan dalam pembangunan sistem ini adalah Delphi 7.0 dan pembangunan database nya menggunakan Microsoft Access 2007.

2. Hardware

Hardware komputer yang digunakan adalah proccesor Intel Pentium

(7)

3. Brainware

Sistem administrasi pengarsipan surat ini digunakan oleh staff admin tim PISP Bank Indonesia.

4. Data

Data yang terdapat dalam sistem pengarsipan surat ini adalah data surat masuk, data surat keluar, memo masuk, memo keluar.

5. Prosedur

Staff admin tim PISP yang dapat menggunakan sistem administrasi pengarsipan surat ini.

6. Network

Sistem administrasi pengarsipan surat ini tidak terhubung ke jaringan internet. Sehingga hanya pengolahan data dan informasi nya hanya dapat dilakukan oleh intern perusahaan.

1.5.Metodelogi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa data secara deskriptif kualitatif yaitu suatu metode analisa dimana data itu tidak dianalisa secara matematis, tetapi hanya menguraikan dan menggambarkan suatu perusahaan berdasarkan data pada waktu tertentu.

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam pembuatan laporan kerja praktek ini adalah :

1. Observasi

Pengamatan langsung di objek pengamatan, yaitu tim PISP Bank Indonesia.

2. Wawancara

(8)

3. Studi Pustaka

Suatu cara untuk mengumpulkan data dengan membaca buku – buku, catatan, dan dokumen yang bersangkutan dengan sistem administrasi pengarsipan surat.

1.6.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan kerja praktek di Tim Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran, Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Jakarta ini terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan pendahuluan adalah memberikan gambaran singkat akan latar belakang pelaksanaan kerja praktek, perumusan masalah, maksud dan tujuan melaksanakan kerja praktek, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika pelaporan kerja praktek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi paparan umum mengenai Bank Indonesia dan Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, khusunya Tim Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran. Paparan umum ini berisi tentang sejarah Bank Indonesia, logo Bank Indonesia, badan hukum Bank Indonesia ; sturktur organisasi dan job description Tim Perijinan dan Informasi Sistem Pembayaran, dan stuktur organisasi Bank Indonesia, dan landasan teori.

BAB III PEMBAHASAN

(9)

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Profil Bank Indonesia

2.1.2. Sejarah Bank Indonesia

a. Sejarah kelembagaan Bank Indonesia

De Javasche Bank adalah cikal bakal berdirinya Bank Indonesia

yang merupakan bank asing pertama yang dinasionalisasikan dan menjelma

menjadi Bank Sentral Indonesia. Sejarah kelembagaan Bank Indonesia

dimulai sejak berlakunya Undang-Undang (UU) Nomor. 11 Tahun 1953

tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1

Juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia

dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan

dewan moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung

jawabnya berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank

tunggal, pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah

melalui Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral.

Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral dan sekaligus

membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijakan

yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan

demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh Dewan Moneter.

Independensi Bank Indonesia kelak akan tercapai sepenuhnya setelah masa

Orde Baru berlalu dimana Bank Indonesia dapat mencapai independensinya

melalui Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaiman telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan khusus dalam

struktur kenegaraan sebagai lembaga negara yang independen dan bebas

dari campur tangan pemerintah dan pihak-pihak lain. Namun, dalam

(11)

transparan, Bank Indonesia harus mempertimbangkan pula kebijakan umum

pemerintah di bidang perekonomian.

b. Sejarah Bank Indonesia dalam Sistem Ekonomi dan Perbankan

Indonesia

Setelah berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter di Indonesia

secara umum ditetapkan oleh Dewan Moneter dan pemerintah bertanggung

jawab atas kebijakan moneter tersebut. Mengingat buruknya perekonomian

pasca perang, upaya yang ditempuh pertama kali dalam bidang moneter

adalah perbaikan posisi cadangan devisa melalui kegiatan ekspor dan impor.

Pada periode ekonomi terpimpin, pembiayaan deficit spending keuangan

negara terus meningkat, terutama untuk membiayai proyek politik

pemerintah. Laju inflasi terus membumbung tinggi sehingga dilakukan dua

kali pengetatan moneter, yaitu Tahun 1959 dan Tahun 1965. Lepas dari

periode tersebut pemerintah memasuki masa pemulihan ekonomi melalui

program stabilisasi dan rehabilitasi yang kemudian diteruskan dengan

kebijakan deregulasi bidang keuangan dan moneter pada awal Tahun

1980-an. Di tengah pasang surutnya kondisi perekonomian, lahirlah berbagai

paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk memperkuat struktur

perekonomian Indonesia.

Mulai pertengahan tahun 1997, krisis ekonomi moneter menerpa

Indonesia. Nilai tukar rupiah melemah, sistem pembayaran terancam macet,

dan banyak utang luar negeri yang tak terselesaikan. Berbagai langkah

ditempuh, mulai dari pengetatan moneter hingga beberapa program

pemulihan IMF yang diperoleh melalui beberapa Letter of Intent (LoI) pada

Tahun 1998. Namun akhirnya masa suram dapat terlewati. Perekonomian

semakin membaik seiring dengan kondisi politik yang stabil pada masa

reformasi. Sejalan dengan itu, Tahun 1999 merupakan tonggak bersejarah

(12)

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 2009. Dalam undang-undang ini, Bank

Indonesia ditetapkan sebagai lembaga tinggi negara yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sesuai undang-undang tersebut,

Bank Indonesia diwajibkan untuk menetapkan target inflasi yang akan

dicapai sebagai landasan bagi perencanaan dan pengendalian moneter.

Selain itu, utang luar negeri berhasil dijadwalkan kembali dan kerjasama

dengan IMF diakhiri melalui Post Program Monitoring (PPM) pada 2004.

Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada

tanggal 17 Agustus 1950, struktur ekonomi Indonesia masih didominasi

oleh struktur kolonial. Bank-bank asing masih merajai kegiatan perbankan

nasional, sementara peranan bank-bank nasional dalam negeri masih

terlampau kecil. Hingga masa menjelang lahirnya Bank Indonesia pada

tahun 1953, pengawasan dan pembinaan bank-bank belum terselenggara. De

Javasche Bank adalah bank asing pertama yang dinasionalisasi dan

kemudian menjelma menjadi BI sebagai bank sentral Indonesia. Beberapa

tahun kemudian, seiring dengan memanasnya hubungan RI-Belanda,

dilakukan nasionalisasi atas bank-bank milik Belanda. Berikutnya, sistem

ekonomi terpimpin telah membawa bank-bank pemerintah kepada sistem

bank tunggal yang tidak bertahan lama. Orde Baru datang membawa

perubahan dalam bidang perbankan dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Mulai

saat itu, sistem perbankan berada dalam kesatuan sistem dan kesatuan

pimpinan, yaitu melalui pengawasan dan pembinaan Bank Indonesia. Bank

Indonesia dengan dukungan pemerintah, dalam kurun waktu 1971-1972

melaksanakan kebijakan penertiban bank swasta nasional dengan sasaran

mengurangi jumlah bank swasta nasional, karena jumlahnya terlalu banyak

dan sebagian besar terdiri atas bank-bank kecil yang sangat lemah dalam

permodalan dan manajemen. Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan

(13)

untuk program-program Kredit Investasi Kecil (KIK)/Kredit Modal Kerja

Permanen (KMKP), Kredit Investasi (KI), Kredit Mahasiswa Indonesia

(KMI), Kredit Koperasi (Kakop), Kredit Profesi Guru (KPG), dan

sebagainya. Dengan langkah ini, BI telah mengambil posisi sebagai

penyedia dana terbesar dalam pembangunan ekonomi di luar dana Anggaran

Perencanaan Belanja Negara.

Industri perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir

seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan BI. Regulasi tersebut

menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Tahun 1983 merupakan titik

awal BI memberikan kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan suku

bunga, baik kredit maupun tabungan dan deposito. Tujuannya adalah untuk

membangun sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Kebijakan

selanjutnya merupakan titik balik dari kebijakan pemerintah dalam

penertiban perbankan tahun 1971-1972 dengan dikeluarkannya Paket

Kebijakan Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88), yaitu kemudahan

pemberian izin usaha bank baru, izin pembukaan kantor cabang, dan

pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Pada periode selanjutnya, perbankan nasional mulai menghadapi

masalah meningkatnya kredit macet. Hal ini sejalan dengan meningkatnya

pemberian kredit oleh perbankan terutama untuk sektor properti. Keadaan

ekonomi mulai memanas dan tingkat inflasi mulai bergerak naik.

Ketika Krisis Moneter 1997 melanda, struktur perbankan Indonesia

porak poranda. Pada tanggal 1 November 1997, dikeluarkan kebijakan

pemerintah yang melikuidasi 16 (enam belas) bank swasta. Hal ini

mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Oleh karena itu, Bank Indonesia

turun mengatasi keadaan dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

atas dasar kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, berbagai

tindakan restrukturisasi dijalankan oleh Bank Indonesia bersama

(14)

c. Sejarah Sistem Pembayaran Bank Indonesia

Sistem Pembayaran di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu sistem

pembayaran tunai dan non tunai. Dalam Undang-Undang Nomor. 11 Tahun

1953 ditetapkan bahwa Bank Indonesia hanya mengeluarkan uang kertas

dengan nilai lima rupiah ke atas, sedangkan pemerintah berwenang

mengeluarkan uang kertas dan uang logam dalam pecahan di bawah lima

rupiah. Uang kertas pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah

uang kertas bertanda tahun 1952 dalam tujuh pecahan. Selanjutnya,

berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1968, Bank Indonesia

mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam

sebagai alat pembayaran yang sah dalam semua pecahan. Sejak saat itu,

pemerintah tidak lagi menerbitkan uang kertas dan uang logam. Uang logam

pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah emisi tahun 1970.

Pada era 1990-an, Bank Indonesia mengeluarkan uang dalam pecahan besar,

yaitu Rp20.000 (1992), Rp50.000 (1993), dan Rp100.000 (1999). Hal itu

dilakukan guna memenuhi kebutuhan uang pecahan besar seiring dengan

perkembangan ekonomi yang tengah berlangsung saat itu.

Sementara itu, dalam bidang pembayaran non tunai, Bank Indonesia

telah memulai langkahnya dengan menetapkan diri sebagai kantor

perhitungan sentral menjelang akhir tahun 1954. Sebagai bank sentral, sejak

awal Bank Indonesia telah berupaya keras dalam pengawasan dan

penyehatan sistem pembayaran giral. Bank Indonesia juga terus berusaha

untuk menyempurnakan berbagai sistem pembayaran giral dalam negeri dan

luar negeri. Pada periode 1980 sampai dengan 1990-an, pertumbuhan

ekonomi semakin membaik dan volume transaksi pembayaran non tunai

juga semakin meningkat. Oleh karena itu, Bank Indonesia mulai

menggunakan sistem yang lebih efektif dan canggih dalam penyelesaian

transaksi pembayaran non tunai. Berbagai sistem seperti Semi Otomasi

(15)

Dana Antar Kantor Terotomasi dan Terintegrasi (SAKTI) dengan sistem

paperless transaction terus dikembangkan dan disempurnakan. Akhirnya,

Bank Indonesia berhasil menciptakan berbagai perangkat sistem elektronik

seperti BI-LINE, Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ), Real Time

Gross Settlement (RTGS), Sistem Informasi Kliring Jarak Jauh (SIKJJ),

kliring warkat antar wilayah kerja (intercity clearing), dan Scriptless

Securities Settlement System (S4) yang semakin mempermudah pelaksanaan

pembayaran non tunai di Indonesia.

2.1.2. Logo Bank Indonesia

Logo Bank Indonesia adalah sebagai berikut :

Gambar II.1 Logo Bank Indonesia

2.1.3. Badan Hukum Bank Indonesia

Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun

badan hukum perdata ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor. 3 Tahun

2004. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan

peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari

undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan

wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat

(16)

2.1.4. Struktur Organisasi dan Job Description tim PISP

Berikut job description tim PISP Bank Indonesia adalah sebagai

berikut:

Tabel II.1. Job Description tim PISP

No PRODUK POKOK No TUGAS POKOK pembayaran sub subject area BI-RTGS dan perubahan hak akses pengguna pembayaran sub subject area Kliring dan perubahan hak akses pengguna pembayaran sub subject area APMK dan perubahan hak akses pengguna

Memberikan layanan IT Care dan helpdesk terhadap seluruh unit kerja di DASP dan Pengguna EDW dan DBSPN

6

Analisa dan laporan kuantitatif sistem pembayaran non tunai

6 Melakukan Query dan analisa data serta membuat laporan analisis

7 Publikasi sistem

pembayaran Non Tunai 7

(17)

8

9 Pengelolaan Aplikasi Pusat

Informasi DASP 9

10 Pengelolaan tabel dimensi

database money remittance 10

Melakukan pengelolaan terhadap kejanggalan data yang masih ada setelah berakhirnya batas waktu pelaporan yang selanjutnya laporan atas kejanggalan data tersebut akan diteruskan kepada Bagian PwSP

tanggal 20 Desember 1999 tentang struktur organisasi Bank Indonesia,

maka Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya di pimpin oleh dewan

gubernur yang terdiri dari gubernur yang merangkap sebagai kepala dan

deputi gubernur senior sebagai wakil serta di bantu oleh deputi – deputi

gubernur lainnya.

Dewan gubernur tersebut membawahi 27 (duapuluh tujuh) unit

satuan kerja antara lain adalah, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan

Moneter (DKM), Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM),

Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM), Direktorat Pengelolaan Devisa

(18)

Pengaturan Perbankan (DPNP), Direktorat Perizinan dan Informasi

Perbankan (DPIP), Direktorat Pengawasan Bank 1 (DPB1), Direktorat

Pengawasan Bank 2 (DPB2), Direktorat Pengawasan Bank 3 (DPB3),

Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP), Direktorat

Perbankan Syariah (DPbS), Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU),

Direktorat Pengedaran Uang (DPU), Direktorat Akunting dan Sistem

Pembayaran (DASP), Direktorat Logistik dan Pengamanan (DLP),

Direktorat Teknologi Informasi (DTI), Direktorat Sumber Daya Manusia

(DSDM), Direktorat Keuangan Intern (DKI), Direktorat Hukum (DHk),

Direktorat Pengawasan Intern (DPI), Direktorat Perencanaan Strategis dan

Hubungan Masyarakat (PSHM), Biro Sekretariat (BSk), Unit Khusus

Manajemen Informasi (UKMI), Unit Khusus Museum Bank Indonesia (

UKMBI), Unit Khusus Penyelesaian Aset (UKPA), Pusat Pendidikan dan

Studi Kebanksentralan (PPSK). Masing–masing dari direktorat, biro dan

unit khusus tersebut memiliki bagian–bagian dan tim–tim atau staf dalam

setiap unit satuan kerja.

Berikut gambar struktur organisasi Bank Indonesia :

(19)

2.2.Landasan teori

a. Pengertian prosedur, surat masuk, dan surat keluar

Prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan, yang

merupakan urutan menurut waktu dan cara tertentu untuk melaksanakan

pekerjaan yang harus diselesaikan, prosedur merupakan rencana yang penting

dalam tiap bagian perusahaan.

Surat masuk adalah semua jenis surat yang diterima dari instansi lain

maupun dari perorangan, baik yang diterima melalui pos (kantor pos) maupun

yang diterima dari kurir (pengiriman surat) dengan mempergunakan buku

pengiriman (ekspedisi).

Surat keluar adalah segala komunikasi tertulis yang diterima oleh suatu

badan usaha dari instansi lain atau perorangan.

b. Pengenalan Microsoft Access 2007

Microsoft Access digunakan kebanyakan oleh bisnis-bisnis kecil dan

menengah, di dalam sebuah organisasi yang kecil bahkan mungkin juga

digunakan oleh perusahaan yang cukup besar, dan juga para programmer untuk

membuat sebuah sistem buatan sendiri untuk menangani pembuatan dan

manipulasi data. Microsoft Access juga dapat digunakan sebagai sebuah basis

data untuk aplikasi web dasar yang disimpan di dalam server yang menjalankan

Microsoft Internet Information Services (IIS) dan menggunakan Microsoft

Active Server Pages (ASP). Meskipun demikian, penggunaan Access kurang

disarankan, mengingat telah ada Microsoft SQL Server yang memiliki

kemampuan yang lebih tinggi.

Beberapa pengembang aplikasi profesional menggunakan Microsoft

Access untuk mengembangkan aplikasi secara cepat (digunakan sebagai rapid

application development tool), khususnya untuk pembuatan purwarupa untuk

sebuah program yang lebih besar dan aplikasi yang berdiri sendiri untuk para

(20)

Microsoft Access kurang begitu bagus jika diakses melalui jaringan

sehingga aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh banyak pengguna cenderung

menggunakan solusi sistem manajemen basis data yang bersifat client/server.

Meskipun demikian, tampilan muka Microsoft Access (form, report, query, dan

kode visual basic) yang dimilikinya dapat digunakan untuk menangani basis

data yang sebenarnya diproses oleh sistem manajemen basis data lainnya,

seperti halnya Microsoft Jet Database Engine (yang secara default digunakan

oleh Microsoft Access), Microsoft SQL Server, Oracle Database, dan beberapa

produk lainnya yang mendukung ODBC.

Salah satu keunggulan Microsoft Access dilihat dari perspektif

programmer adalah kompatibilitasnya dengan bahasa pemrograman Sructured

Query Language(SQL) query dapat dilihat dan disunting sebagai

statemen-statemen SQL, dan statemen-statemen SQL dapat digunakan secara langsung di dalam

Macro dan VBA Module untuk secara langsung memanipulasi tabel data dalam

Microsoft Access. Para pengguna dapat mencampurkan dan menggunakan

kedua jenis bahasa tersebut (VBA dan Macro) untuk memprogram form dan

logika dan juga untuk mengaplikasikan konsep berorientasi objek.

Microsoft SQL Server Desktop Engine (MSDE) 2000, yang merupakan

sebuah versi mini dari Microsoft SQL Server 2000, dimasukkan ke dalam

Office XP Developer Edition dan dapat digunakan oleh Microsoft Access

sebagai alternatif dari Microsoft Jet Database Engine.

Tidak seperti sebuah sistem menajemen basis data relasional yang

komplit, Microsoft JET Database Engine tidak memiliki fitur trigger dan stored

procedure. Dimulai dari Microsoft Access 2000 yang menggunakan Microsoft

Jet Database Engine versi 4.0, ada sebuah sintaksis yang mengizinkan

pembuatan kueri dengan beberapa parameter, dengan sebuah cara seperi halnya

sebuah stored procedure, meskipun prosedur tersebut dibatasi hanya untuk

sebuah pernyataan tiap prosedurnya. Access juga mengizinkan form untuk

mengandung kode yang dapat dieksekusi ketika terjadi sebuah perubahan

(21)

hanya dengan menggunakan form tersebut, dan merupakan sesuatu hal yang

umum untuk menggunakan kueri yang akan diteruskan (pass-through dan

teknik lainnya di dalam Access untuk menjalankan stored procedure di dalam

RDBMS yang mendukungnya.

Dalam berkas Access Database Project (ADP) yang didukung oleh

Microsoft Access 2000 dan yang selanjutnya, fitur-fitur yang berkaitan dengan

basis data berbeda dari versi format/struktur data yang digunakan Access

(*.MDB), karena jenis berkas ini dapat membuat koneksi ke sebuah basis data

MSDE atau Microsoft SQL Server, ketimbang menggunakan Microsoft JET

Database Engine. Sehingga, dengan menggunakan ADP, adalah mungkin untuk

membuat hampur semua objek di dalam server yang menjalankan mesin basis

data tersebut (tabel basis data dengan constraints dan trigger, view, stored

procedure, dan UDF). Meskipun demikian, yang disimpan di dalam berkas

ADP hanyalah form, report, macro, dan modul, sementara untuk tabel dan objek

lainnya disimpan di dalam server basis data yang membelakangi program

tersebut.

Access mengizinkan pengembangan yang relatif cepat karena semua

tabel basis data, kueri, form, dan report disimpan di dalam berkas basis data

miliknya (*.MDB). Untuk membuat Query, Access menggunakan Query

Design Grid, sebuah program berbasis grafis yang mengizinkan para

penggunanya untuk membuat query tanpa harus mengetahui bahasa

pemograman SQL. DI dalam Query Design Grid, para pengguna dapat

memperlihatkan tabel basis data sumber dari query, dan memilih field-field

mana yang hendak dikembalikan oleh proses dengan mengklik dan

menyeretnya ke dalam grid. Join juga dapat dibuat dengan cara mengklik dan

menyeret field-field dalam tabel ke dalam field dalam tabel lainnya. Access

juga mengizinkan pengguna untuk melihat dan memanipulasi kode SQL jika

memang diperlukan.

Bahasa pemrograman yang tersedia di dalam Access adalah Microsoft

(22)

Microsoft Office. Dua buah pustaka komponen Component Object Model

(COM) untuk mengakses basis data pun disediakan, yakni Data Access Object

(DAO), yang hanya terdapat di dalam Access 97, dan ActiveX Data Objects

(ADO) yang tersedia dalam versi-versi Access terbaru.

c. Context Diagram (CD)

Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas

(DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah sistem

informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem

dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal. (CD menggambarkan sistem

dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Lingkaran tersebut

menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar Context

Diagram :

1. Terminologi sistem :

− Batas Sistem adalah batas antara daerah kepentingan sistem.

− Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau mempengaruhi sistem tersebut.

− Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan linkungan sistem tersebut.

Membuat context diagram menggunakan satu simbol proses, yang masuk

didalam lingkaran konteks (simbol proses) adalah kegiatan pemrosesan

informasi (Batas Sistem). Kegiatan informasi adalah mengambil data dari file,

mentransformasikan data, atau melakukan filing data, misalnya mempersiapkan

dokumen, memasukkan, memeriksa, mengklasifikasi, mengatur, menyortir,

menghitung, meringkas data, dan melakukan filing data (baik yang melakukan

(23)

- Nama/keterangan di simbol proses tersebut sesuai dengan fungsi sistem

tersebut,

- Antara entitas eksternal/terminator tidak diperbolehkan komunikasi

langsung,

- Jika terdapat termintor yang mempunyai banyak masukan dan keluaran,

diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah

penggambaran yang terlalu rumit, dengan memberikan tanda asterik ( * )

atau garis silang ( # ).

- Jika Terminator mewakili individu (personil) sebaiknya diwakili oleh

peran yang dipermainkan personil tersebut.

- Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data

berbeda.

d. Data Flow Diagram (DFD)

DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur

data dgn konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa

maupun rancangan sistem yg mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem

kepada pemakai maupun pembuat program. Komponen DFD menurut Yourdan

dan DeMarco :

Terminator Proses Data Store Alur Data

Terminator/entitas luar adalah Entitas diluar sistem yang berkomunikasi /

berhubungan langsung dengan sistem. Terdapat 2 jenis Terminator :

1. Terminator Sumber

(24)

2. Terminator Tujuan

Merupakan Terminator yang menjadi tujuan data / informasi sistem.

Terminator dapat berupa orang, sekelompok orang, organisasi,

perusahaan/departemen yang berada diluar sistem yang akan dibuat, diberi

nama yang berhubungan dengan sistem tsb dan biasanya menggunakan kata

benda contoh nya dosen, mahasiswa. Hal yang perlu diperhatikan tentang

terminator :

1. Alur data yang menghubungkan terminator dgn sistem, menunjukkan

hubungan sistem dgn dunia luar.

2. Profesional sistem tidak dapat mengubah isi/cara kerja, prosedur yang

berkaitan dgn Terminator.

3. Hubungan yang ada antar terminator tidak digambarkan dalam DFD.

Komponen proses menggambarkan transformasi input menjadi output.

Penamaan proses disesuaikan dgn proses/kegiatan yang sedang dilakukan. Ada 4

kemungkinan yang dapat terjadi dalam proses sehubungan dgn input dan output

:

1 input dan 1 output 1 input dan banyak output

Banyak input dan 1 output Banyak input dan banyak output

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang proses :

1. Proses harus memiliki input dan output.

2. Proses dapat dihubungkan dengan komponen terminator, data store atau

proses melalui alur data.

(25)

sistem digambarkan dengan komponen proses.

Komponen ini digunakan untuk membuat model sekumpulan paket

data dan diberi nama dengan kata benda bersifat jamak. Data store dapat berupa

file/database yang tersimpan dalam disket, harddisk atau bersifat manual seperti

buku alamat, file folder. Yang perlu diperhatikan tentang data store :

1. Alur data dari proses menuju data store, hal ini berarti data store berfungsi

sebagai tujuan/tempat penyimpanan fari suatu proses (proses write).

2. Alur data dari data store ke proses, hal ini berarti data store berfungsi sebagai

sumber/ proses memerlukan data (proses read).

3. Alur data dari proses menuju data store dan sebaliknya berarti berfungsi

sebagai sumber dan tujuan.

Alur data digunakan untuk menerangkan perpindahan data / paket

datadari satu bagian ke bagian lainnya. Alur data dapat berupa kata, pesan,

formulir / informasi. Ada 4 konsep tentang alur data :

1. Packets of data

Apabila ada 2 data / lebih yg mengalir dari 1 sumber yg sama menuju

pada tujuan yg sama & mempunyai hubungan digambarkan dgn 1 alur data.

2. Diverging data flow

Apabila ada sejumlah paket data yg berasal dari sumber yg sama

menuju pada tujuan yg berbeda atau paket data yg kompleks dibagi menjadi

beberapa elemen data yg dikirim ke tujuan yg berbeda.

3. Converging data flow

referensi yg ada, secara garis besar :

(26)

Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yg menggambarkan

hubungan sistem dgn lingkungan luarnya.Cara :

- Tentukan nama sistemnya.

- Tentukan batasan sistemnya.

- Tentukan terminator apa saja yg ada dalam sistem.

- Tentukan apa yg diterima/diberikan terminator dari/pada sistem.

- Gambarkan diagram context.

2. Buat diagram level Zero

Diagram ini adalah dekomposisi dari diagram Context. Cara :

- Tentukan proses utama yg ada pada sistem.

- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing proses pada/dari

sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur data yang

keluar/masuk dari suatu level harus sama dengan alur data yang

masuk/keluar pada level berikutnya)

- Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber

maupun tujuan alur data.

- Gambarkan diagram level zero.

- Hindari perpotongan arus data

- Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan

urutan proses).

3. Buat diagram level satu

Diagram ini merupakan dekomposisi dari diagram level zero.Cara untuk

membuat :

- Tentukan proses yg lebih kecil (sub-proses) dari proses utama yg ada di

level zero.

- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing sub-proses

pada/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.

- Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sbg sumber

maupun tujuan alur data.

(27)

- Hindari perpotongan arus data.

- Beri nomor pada masing-masing sub-proses yang menunjukkan

dekomposisi dari proses sebelumnya.

4. DFD level dua, tiga, dst

Diagram ini merupakan dekomposisi dari level sebelumnya. Proses

dekomposisi dilakukan sampai dg proses siap dituangkan ke dalam program.

(28)

BAB III PEMBAHASAN

3.1.Jadwal Kerja Praktek

Kerja praktek dilaksanakan di tim PISP (Perijinan dan Informasi Sistem

Pembayaran) gedung D lantai 5 Jalan. MH. Thamrin No.2 Jakarta Pusat 10350

mulai tanggal 13 Juli 2009 dan berakhir pada tanggal 21 Agustus 2009. Kerja

praktek dilaksanakan selama 5 (lima) hari kerja selama seminggu, yaitu hari Senin

sampai Jum’at dengan jam kerja dimulai pukul 07.10 WIB sampai 16.15 WIB.

3.2.Kegiatan selama Kerja Praktek

Kegiatan selama kerja praktek di tim PISP Bank Indonesia yaitu :

1. Minggu pertama, pengarahan kerja praktek dari DSDM (Direktorat

Sumber Daya Manusia) mengenai tata tertib dan segala hal yang

bersangkutan dengan kerja praktek, pengenalan lingkungan Bank

Indonesia, perkenalan dengan tim PISP dan adaptasi dengan suasana

kerja di Bank Indonesia.

2. Minggu kedua, mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh

pembimbing di tim PISP Bank Indonesia yaitu analisis sistem

administrasi pengarsipan surat sambil melakukan wawancara.

3. Minggu ketiga, melaporkan apa yang sudah dikerjakan di minggu kedua

kepada pembimbing.

4. Minggu keempat, memperbaiki yang menurut pembimbing dilapangan

masih kurang baik dan menyerahkan nya kembali

5. Mingggu kelima, di minggu ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat

laporan untuk DSDM yang berisi kegiatan selama melakukan kerja

praktek, menghadiri acara pembukaan devile, dan menghadiri

(29)

3.3.Deskripsi Sistem Administrasi Pengarsipan Surat

Sistem administrasi pengarsipan surat memiliki satu aktor, yaitu staff admin

yang bertugas menerima dan mencatat surat masuk, surat keluar, dan memo dan

hanya bisa diakses atau digunakan oleh staff admin di tim PISP.

Sistem administrasi pengarsipan surat ini dapat mencari surat masuk,

mencari memo berdasarkan tanggal, nomor memo, perihal, pengirim, dan tujuan.

Terdapat main menu dalam sistem yaitu file dan maintenance. Dalam main menu

file, staff admin dapat mengubah password dan keluar dari sistem. Sedangkan,

dalam maintenance berupa daftar nama staff admin yang dapat menggunakan

sistem administrasi ini. Kemudian, staff admin dapat menghapus dan menambah

daftar nama yang baru.

Proses pengarsipan surat di tim PISP dimulai dari proses penomoran surat

masuk, surat keluar, atau memo. Setelah surat diberi nomor, kemudian dilakukan

proses scan surat agar surat tersimpan di database.

3.4.Spesifikasi Kebutuhan Fungsional

3.4.1. Karakteristik user

User bisa mengoperasikan windows dan sudah familiar dengan

tombol, menu, laporan, dan tool – tool lain yang serupa.

3.4.2. Kebutuhan Non Fungsional

Sistem administrasi pengarsipan surat ini berjalan pada komputer

yang menggunakan database Microsoft Access 2007 dan sistem operasi

windows.

3.5.Diagram Konteks

Diagram konteks ini menggambarkan atau mempresentasikan sistem secara

(30)

menggambarkan antara sistem dan lingkungannya. Selain itu juga menggambarkan

aliran informasi apa saja yang datang dari eksternal entity (yang kemudian harus di

proses oleh sistem), dan informasi yang keluar dari sistem yang sedang berlangsung

dari satu bagian ke bagian lainnya.

Gambar III.1. Diagram Konteks

3.6.Data Flow Diagram

Data Flow Diagram (DFD) dalam sistem administrasi pengarsipan surat ini

terdiri dari 2 level. Adapun diagram data dari sistem administrasi pengarsipan surat

(31)

3.6.1. DFD Level 0

!

(32)

3.6.2. DFD Level 1 proses 1

" #

" $

"

"

"

$

Gambar III.3. DFD Level 1 proses 1

(33)

3.6.3. DFD Level 1 Proses 2

%

% "

%

%

"

& %

& %

" '

( )

"

Gambar III.4. DFD Level 1 Proses 2

(34)

3.6.4. DFD Level 1 proses 3

*

+ %

,

( )

* *

% %

Gambar III.5. DFD Level 3

(35)

3.7. Spesifikasi Proses

Spesifikasi proses digunakan untuk menggambarkan proses model aliran

yang terdapat pada DFD. Spesifikasi tersebut meliput :

Tabel III.2. Spesifikasi Proses

1

No. Proses 1.0

Nama Proses Login

Sumber Admin

Input Username dan password

Output Info Validasi username dan password

Tujuan Proses 1.1 dan proses 1.2

Logika Proses

Begin

{ Admin memasukan username dan password } if username, password ada

then tampil nama, password valid else tampil info nama, password invalid End

2

No Proses 1.1

Nama Proses Verifikasi username

Sumber - Proses 1.0

- Admin

Input Data username

Output Info Validasi Username

Tujuan Proses 2.0

Nama Proses Verifikasi password

(36)

if username ada

Output Data user tersimpan di database

Tujuan Proses 2.1, 2.2, 2.3, 2.4

Nama Proses Tambah data user

Sumber - Proses 2.0

- Admin

Input Data user

Output User baru tersimpan di database

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

{ Admin memasukkan data user yang ditambah } End

6

No Proses 2.2

Nama Proses Ubah password

Sumber Admin

Input Password yang diubah

Output Password yang diedit berubah

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

{ Admin memasukkan password baru ke dalam database}

End

7

No. Proses 2.3

Nama Proses Menghapus data user

Sumber Admin

Input Data user yang dihapus Output Data user hilang di database

Tujuan Admin

(37)

Proses { Admin menghapus data user yang di database } End

8

No Proses 2.4

Nama Proses Menampilkan data user

Sumber - Proses 2.1

- Admin

Input Data user yang ditampilkan

Output Data user yang ditampilkan dari database

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

{ Admin menginput data user yang ditampilkan oleh database}

End

9

No. Proses 3.0

Nama Proses Pengolahan surat

Sumber Admin

Input Data surat yang diolah

Output Data surat yang diolah di database

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

{ Admin mengolah data surat yang ada di database } End

10

No Proses 3.1

Nama Proses Cari surat

Sumber Admin

Input Data surat yang di cari

Output Data surat yang di cari ada di database

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

{ Admin mencari data surat yang ada database} End

11

No. Proses 3.2

Nama Proses Tambah data surat

Sumber Admin

Input Data surat yang ditambah Output User baru tersimpan di database

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

(38)

End

12

No Proses 3.3

Nama Proses Hapus surat

Sumber Admin

Input Data surat yang di hapus

Output Data surat yang di hapus hilang di database

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

{ Admin menghapus data surat yang ada database} End

13

No. Proses 3.4

Nama Proses Menampilkan surat

Sumber Admin

Input Data surat yang ditampilkan

Output Data surat yang ditampilkan dari database

Tujuan Admin

Logika Proses

Begin

{ Admin menampilkan data surat dari database } End

3.8. Kamus Data

Kamus data berfungsi untuk menjelaskan semua data yang digunakan

didalam sistem. Kamus data tersebut meliputi :

Tabel III.3. Kamus Data T_user

Nama T_user

Where used/How used

Proses 1.0 – Admin (Input)

Proses 1.1 – Admin (Input)

Proses 1.2 – Admin (Input)

Proses 2.1 – Admin (Input)

Proses 2.2 – Admin (Input)

Proses 2.3 – Admin (Output)

Proses 2.4 – Admin (Output)

(39)

Struktur Data id_user + username + password

Tabel III.4. Kamus Data T_surat

Nama T_surat

Where used/How used

Proses 3.0 – Admin (Input)

Proses 3.1 – Admin (Input)

Proses 3.2 – Admin (Input)

Proses 3.3 – Admin (Output)

Proses 3.4 – Admin (Output)

Deskripsi Berisi seluruh data T_surat

Struktur Data No_surat + perihal + tanggal +

direktorat asal + direktorat tujuan

(40)

3.9. Perancangan Antarmuka

Gambar III.6. Tampilan awal form login

(41)

Gambar III.8. Tampilan Form Administrasi Umum

(42)

Gambar III.10. Tampilan Form Change Password

(43)

Gambar III.12. Tampilan Form Tambah User

3.10. Implementasi

Berikut ini adalah form login sistem administrasi pengarsipan surat untuk

tim PISP.

(44)

Gambar III.14. Tampilan Form Awal

(45)
(46)

Gambar III.17. Form Tambah Memo

(47)

Gambar III.19. Form Maintenance – Pemeliharaan user

(48)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari pendeskripsian sistem administrasi pengarsipan surat untuk tim

PISP Bank Indonesia Jakarta yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem administrasi pengarsipan surat yang ada belum sepenuhnya

membantu tugas staff admin. Karena ada beberapa hal dalam sistem

yang membuat staff admin bosan dalam menggunakan sistem

administrasi pengarsipan surat ini.

2. Hanya staff admin tim PISP saja yang bisa mengakses sistem ini.

Sehingga akan sulit jika staff selain staff admin di tim PISP ingin

melihat surat masuk atau memo.

3. Hanya ada satu form untuk penambahan surat. Sedangkan surat yang

dimasukkan ke dalam database mencakup surat masuk, surat keluar,

dan memo.

4.2. Saran

1. Tampilan sistem administrasi pengarsipan surat hendaknya di update

per satu tahun agar staff admin yang menggunakan tidak merasa bosan

dengan tombol dan layout yang sama,

2. Sistem administrasi pengarsipan surat yang ada agar dikembangkan

lebih lanjut. Misalnya, pengarsipan surat dapat digolongkan

berdasarkan kepentingan isi surat tersebut atau diurutkan sesuai

tanggal masuk, sehingga staff admin menjadi mudah dalam

melakukan pencarian surat masuk, surat keluar, dan memo,

3. Hendaknya sistem administrasi pengarsipan surat di tim PISP Bank

Indonesia ini berbasis client-server sehingga semua staff di tim PISP

tidak perlu menunggu staff admin untuk bisa melihat atau mencari

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Setyo. (2006), Metodologi Penelitian, Politeknik Pos Indonesia, Bandung, 4-5.

Susanti, Rani. (16.45). (2009), Rancangan Sistem Pengolahan Data Surat, www.stikom-db.ac.id/.../92rancangan%20sistem%20pengolahan%data%surat

Novitasari, Dyah. (20.30), Data Flow Diagram,

Gambar

GAMBAR.......................................................................................................
Tabel II.1. Job Description tim PISP
tabel dimensi database money
Gambar III.3. DFD Level 1 proses 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Hendaknya bagi para pengajar khususnya program studi pendidikan agama Islam agar bisa mengambil nilai-nilai pendidikan Islam dari novel.. ini dan mengunakan hasil

rumah tangga penduduk Desa Potorono, 2) Tanggapan kepala rumah tangga penduduk terhadap adanya pembangunan perumahan di Desa Potorono, 3) Tingkat kesejahteraan rumah tangga

Suatu kecendrungan atau tren terhadap pengungkapan diferensial "uga telah ter"adi. Sebagai contoh, S#$ mensyaratkan bahwa informasi substantif tertentu harus

1.5.2 Ayu W uryanti, t elah m elakukan pe nelitian s ebelumnya pa da t ahun 2010 dengan j udul “ Hubungan A nemia da lam ke hamilan de ngan p erdarahan postpartum karena atonia

Hal ini pulalah yang melandasi sehingga setiap putusan harus berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 197 ayat (1)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan taraf signifikan sebesar 5%, diperoleh: (1) terdapaat pengaruh penggunaan strategi pembelajaran terhadap

Tindakan ini di mulai dari guru mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk do’a bersama-sama, diteruskan dengan mengabsensi peserta. Selanjutnya guru menerangkan

It is because through reading the students or the readers can get more information and improve their knowledge which can explore their competence.. Reading