IMPLEMENTASI PEMBERIAN REMISI BAGI NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SUKAMISKIN DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG
PEMASYARAKATAN
JUNCTO
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
99 TAHUN 2012 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN
TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Kerja Praktek Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
Oleh
ARMAN MARLANDO
3.16.10.015
DOSEN :
ARINITA SANDRIA, S.H., M.Hum
NIP. 4127.33.00.006
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
Nama : Arman Marlando
Tempat Tanggal Lahir : Sumedang 19 April 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Ciperdanta RT 04/06 desa Jatisari, kecamatan TanjungSari Kabupaten Sumedang
Telepon : 085222448665
Pendidikan Formal :
- SDN III Tanjungsari
- SMP Al-Aqsha
- SMA I Tanjungsari
Daftar riwayat hidup ini di buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa yang
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
……….
i
DAFTAR ISI
……….iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah ...7
C. Maksud Dan Tujuan ...8
D. Manfaat Kegiatan ...8
E. Jadwal Penelitian ...9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teoretis Mengenai Pemberian Remisi Pada
Narapidana
………...…….……….131. Pengertian Remisi………..………..………….13
2. Dasar Hukum Remisi ……….14
3. Pengertian Narapidana……….…….17
B.
Tinjauan Teoretis Lembaga Pemasyarakatan
………...181. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan……..………..18
2. Fungsi Dan Tujuan Lembaga Pemasyarakatan ..………..20
3. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Sukamiskin ………...25
1.
Pengumpulan Data ...322.
Kegiatan selama Kerja Praktik……….33BAB IV ANALISIS
A.
Pemberian Remisi Bagi Terpidana Di Dalam Perundang-undangan...451. Jenis Remisi ………..53
2. Besar Remisi………..54
3. Pengecualian Pemberian Remisi……….58
4. Prosedur Pengajuan Remisi……….59
5. Akibat Hukum Diberikanya Remisi………..60
B.
Faktor-Faktor yang menghambat Pemberian Remisi……….61BAB V : PENUTUP
A. Simpulan...63
B. Saran...64
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad S.A.W, bahwa peneliti masih
diberikan kesempatan untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, berkat taufik
dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan
judul “IMPLEMENTASI PEMBERIAN REMISI BAGI NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SUKAMISKIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN JUNCTO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN”
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari segi substansi maupun tata bahasa, sehingga
kiranya masih banyak yang perlu dipahami dan diperbaiki. Peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran yang insya Allah dengan jalan ini dapat
memperbaiki kekurangan dikemudian hari.
Pada proses penyusunan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih dengan penuh rasa hormat kepada Ibu Arinita Sandria, S.H.,M.Hum
kesabarannya untuk membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini,
selain itu juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua Atas yang telah memberikan dukunganya secara
Moril dan Materil
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Min Rukmini, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia
3. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
4. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia
5. Yth. Bapa Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia
6. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia
7. Yth. Ibu Yani Brilyani Tapivah, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia
8. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia
9. Yth. Ibu Muntadhiroh Alchujjah, S.H.,LLM selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia
10. Yth. Ibu Yusti Atra Pertiwi, S.T selaku Pembimbing dari Lembaga Klas
1 Sukamiskin
11. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer
Indonesia Dian Pratama Sandi, Endang Mukti A, Ricky Haryanto
iii
Baasith,Meiza Soraya, Wahyu Syamsul H,Jajang Supriatna,
Rhamdan Maulana,Rizky Adiputra, Wiko Putra D, Farhan Aziz,Okky
Pratomo dan Aditya Ilham yang telah memberikan Doa,Masukan dan
Motivasi
12. Gina Maulidia,Tekad Maulana Aziz,dan Kafka Alfarizky sebagai Adik
peneliti yang telah memberikan doa dan dukunganya
Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya
kepada Allah S.W.T, karena atas ijin-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan
Kerja Praktik ini, semoga Laporan Kerja Praktik ini bermanfaat bagi para
pembaca dan peneliti sendiri.
Bandung, Februari 2014
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986
Andi Hamzah , Suatu Tinjauan ringkas Sistem Pemidanaan Indonesia, Radar Jaya offside,
Jakarta 1983
Petrus & Irwan Panjaitan, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan
Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995
Dwijaya Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. Refika
Aditama,Bandung,2009
Dwijaya Priyatno, Sistem Peradilan Pidana penjara di Indonesia, Rafika atama, Bandung 1996
Website
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah kerja praktik adalah bentuk penyelenggaraan perkuliahan yang
pelaksanaannya merupakan perpaduan yang harmonis antara pengetahuan
teoretis dengan pemahaman praktis, antara belajar di bangku kuliah dengan
belajar di dunia kerja. Hal itu dimaksudkan untuk mempersempit jurang serta
memperkecil distorsi yang mungkin timbul dalam pengetahuan teori dengan
aktualisasi praktek, sehingga dapat menimbulkan kesan bahwa ketika
mahasiswa lulus dari perguruan tinggi mereka harus kembali belajar dari nol
tentang dunia kerja yang mereka pelajari.
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) sebagai salah satu Perguruan
Tinggi di Indonesia yang berbasis pada Komputer menyelenggarakan suatu
bentuk perkuliahan selain pembelajaran di bangku kuliah yaitu Kerja Praktik
(KP).Pelaksanaan Kerja Praktik (KP) merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh
semua mahasiswa dan merupakan salah satu usaha untuk menciptakan lulusan
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) khususnya Fakultas Hukum yang
berkualitas dan menjadi manusia yang seutuhnya yaitu cerdas intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, sehingga dapat berguna dalam
kehidupan bermasyarakat, yang mana usaha ini sesuai dengan apa yang
Kegiatan Kerja Praktik ini dilaksanakan oleh Peneliti di Lapas Klas 1
Sukamiskin Bandung, Jl. A. H Nasution No. 114 Bandung 40293, tanpa harus
mengabaikan perkuliahan yang ada.Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) juga
termasuk dalam program kekhususan di Fakultas Hukum Universitas Komputer
Indonesia (UNIKOM), Peneliti mengikuti Program Kekhususan Hukum Pidana.
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, artinya
menjujung tinggi kaedah-kaedah hukum yang berlaku. Hal tersebut ditegaskan
dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa:
“Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hukum adalah keseluruhan peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan
dengan sanksi.”
Sistem Pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan masih kurang
mendapat perhatian. Penerapan sistem pemidanaan di lembaga
pemasyarakatan, atau Ilmu hukum pidana yang dikembangkan saat ini,
masihlebih banyak membicarakan masalah-masalah dogmatic hukum pidana
dari pada pemberlakuan/penerapan sanksi pidana di lembaga
pemasyarakatan. Pembahasan tentang penerapan sanksi pidana di lembaga
pemasyarakatan yang bersifat memperkokoh norma hukum pidana belum
banyak dilakukan, sehingga pembahasan seluruh hukum pidana dirasakan
masih belum serasi. Sistem Pemasyarakatan menurut Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.1
“Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan
batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara
1
3
pembina, yang dibina, danmasyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang
baik dan bertanggung jawab.”
Sistem Pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan
penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan
dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan.Berdasarkan Pasal
1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan terdapat
beberapa istilah dalam pemasyarakatan yang perlu diperhatikan yaitu:
“ 1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan system, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari system pemidanaan dalam tata peradilan pidana
2. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
3. Lembaga pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
4. Balai pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranada untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan. 5. Warga binaan pemasyarakatan adalah narapidana, Anak didik
pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan.
6. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
7. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di LAPAS“
Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan narapidana untuk
menyesali perbuatanya, dan mengembalikan menjadi warga masyarakat yang
sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai.2
Pemikiraan mengenai pemidanaan yang di anut orang Dewasa ini, sebenarnya
bukan merupakan merupakan suatu pemikiran yang baru, melainkan sedikit atau
banyak telah mendapat pengaruh dari pemikiran-pemikiran para pemikir atau
para penulis beberapa abad yang lalu, yang pernah mengeluarkan pendapat
mereka tentang dasar pembenaran atau tentang Rechtvaardigingsgrond dari
suatu pemidanaan, baik yang telah melihat pemidanaan itu semata-mata sebagai
pemidanaan saja, maupun dengan tujuan–tujuan yang ingin dicapai dengan
pemidanaanya itu sendiri. 3 Tujuan yang ingin dicapai dengan suatu
pemidanaan itu ternyata tidak terdapat suatu kesamaan pendapat diantara para
pemikir atau diantara para peneliti,pada dasarnya terdapat 3 pokok pemikiran
tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan yaitu; 4
a. Untuk memperbaiki pribadi dari penjahatnya itu sendiri
b. Untuk membuat orang menjadi jera untuk melakukan kejahatan
c. Untuk membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu
untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang lain,yakni
penjahat-penjahat dengan cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas
pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut diatas melalui
pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Sejalan dengan peran Lembaga
Pemasyarakatan tersebut, maka tepatlah apabila petugas pemasyarakatan yang
2
Diakses Melalui http://nurulfatimah123.wordpress.com/2013/01/03/pidana-pemidanaan/ pada tanggal 6 Februari 2014 puklul 18.00 Wib
3
5
melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan Warga Binaan
Pemasyarakatan ditetapkan sebagai pejabat fungsional penegak hukum. 5
Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan
Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk
melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh
Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang
tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Menyadari hal
itu maka telah lama sistem pemasyarakatan Indonesia lebih ditekankan pada
aspek pembinaan Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, atau Klien
Pemasyarakatan yang mempunyai preventif, kuratif, dan edukatif.6
Pemasyarakatan memperlihatkan komitmen dalam upaya merubah
kondisi terpidana melalui proses pembinaan dan memperlakukan secara
manusiawi melalui perlindungan terhadap hak–hak terpidana. Komitmen ini pun
secara eksplisit ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 tahun
1995 tentang Pemasyarakatan dimana Sistem Pembinaan Pemasyarakatan
dilaksanakan berdasarkan asas :
1. Pengayoman
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan 3. Pendidikan
4. Pembimbingan
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan dan
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga
dan orang-orang tertentu.”
Wujud pembinaan dalam sistem pemasyarakatan salah satunya adalah
adanya pemberian remisi terhadap narapidanayang telah memenuhi kriteria yang
diatur dalam Undang-Undang. Prinsipnya remisi (pengurangan masa hukuman)
5Ibid Hlm 167
itu adalah sarana hukum yang berwujud hak yang diberikan oleh undang-undang
kepada Narapidana yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Pasal 14
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,secara tegas
disebutkan hak-hak narapidana. Hak-hak tersebut yaitu:
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan 2. Mendapat perawatan, baik perwatan rohani maupun jasmani 3. Mendapat pendidikan dan pengajaran
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makan yang layak 5. Menyampaikan keluhan
6. Mandapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang
7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya
9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat 12. Mendapatkan cuti menjelang babas dan
13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Bersamaan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12
Tahun1995 tentang Pemasyarakatan,maka usaha untuk mewujudkan suatu
sistem pemasyarakan dengan pembinaan yang berdasarkan Pancasiladan
Undang-Undang Dasar 1945 semakin mantap dan kokoh.Sejalan dengan
masalah remisi terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana, yang telah
diputus dalam sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan Hukum tetap dan
mengikat kemudian menjadi warga binaan lembaga pemasyarakatan,secara
hukum masih mempunyai hak untuk memperoleh pengurangan masa tahanan
atau remisi.
Pasal 34 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor32 Tahun 1999 tentang Syarat
7
”setiap narapidana dan anak pidana berhak mendapatkan remisi yang
mana narapidana untuk mendapatkan remisi harus memenuhi persyaratan yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan terkait”
Bersdasarkan uraian diatas itulah peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian yang berjudul : “IMPLEMENTASI PEMBERIAN REMISI BAGI
NARAPIDANADI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SUKAMISKIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN JUNCTO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN”
B.Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pemberian remisi bagi terpidana di dalam
Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan juncto
Peraturan pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Pemberian Remisi
C. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Kerja Praktek
Adapun Maksud dan tujuan praktik kerja lapangan:
a. Mengetahui proses dan prosedur pemberian remisi di Lembaga
pemasyarakatan di tinjau melalui Undang-undang Nomor 12 tahun 1995
juncto Peraturan pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 perubahan kedua atas peraturan pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang sayrat dan tata
cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan
b. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
Pemberian Remisi Terhadap Narapidana.
D. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi
Peneliti apabila telah menyelesaikan perkuliahannya, sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh
pada masa kuliah dan sekalian menambah wawasan dan pengalaman.
c. Dapat mengetahui perbandingan antara teori yang diperoleh selama
perkuliahan dengan praktik di lapangan, khususnya di Lembaga
Pemasyarakatan
9
2. Manfaat Bagi Akademik
Diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antara lembaga pendidikan
khususnya Akademik dengan Instansi.
3. Manfaat Bagi Instansi
a. Dapat menigkatkan kerjasama antara Akademik dengan
Instansi/Lembaga.
b. Membantu Instansi/Lembaga dalam menyelesaikan tugas sehari-hari
selama Praktek Kerja Lapangan.
E. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Sept Okt Nov Des Ja Feb
1
Persiapan kerja
praktik
2 Persiapan
penulisan LKP
3 Pengumpulan
data
4 Bimbingan
5 pengolahan data
7 Penyususnan
hasil kerja
praktik ke dalam
bentuk laporan
8 Siding
konprehensif
9 Perbaikan
10 Penjilidan
11 Pengesahan
F.Jadwal Kerja Praktek
1.Tempat dan Lokasi Kerja Praktek
Penulis melakukan Kerja praktek di Lembaga Pemasyarakatn Klas 1
Sukamiskin di Jl. A. H Nasution No.114 Bandung-Jawabarat
2.Waktu Kegiatan Kerja Praktek
Peneliti melakukan kuliah kerja praktek selama 100 jam, terhitung sejak
tanggal 14 Oktober 2013 sampai dengan 31 November 2013 dengan hari dan
11
JADWAL KERJA PRAKTEK
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KOTA BANDUNG
KEMENTERIAN HUKUM & HAK ASASI MANUSIA RI
KANTOR WILAYAH JAWA BARAT
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I SUKAMISKIN BANDUNG
Jl. A.H. Nasution Nomor 114 Bandung Telp. (022) 7271211 Fax. (022) 7272504
NO HARI/TANGGAL JAM KEGIATAN KETERANGAN
1
SENIN
07.00-14.00 WIB
Kerja Praktek
2
SELASA
07.00-09.30
WIB
Kerja Praktek
10.00-15.15
WIB
Kuliah
3
RABU
07.00-14.00
WIB
Kerja Praktek
4
KAMIS
07.00-08.00
WIB
Kerja Praktek
08.30-13.00
WIB
13.00-14.00
WIB
Kerja Praktek
5
JUM’AT
07.00-12.00
WIB
Kerja Praktek
13.00-14.30
WIB
Kuliah
6
SABTU
07.00-09.00
WIB
Kerja Praktek
09.00-12.00 WIB
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoretis Mengenai Pemberian Remisi Pada Narapidana 1. Pengertian remisi
Remisi dalam sistem pelaksanaan pidana penjara khususnya yang
menyangkut sistem pemasyarakatan sangat penting .Hal ini menyangkut
masalah pembinaan yang dilakukan oleh para petugas Lembaga
Pemasyarakatan terhadap para Narapidana, untuk itu di dalam sistem pidana
penjara di Indonesia, remisi mempunyai kedudukan yang sangat strategis
sebab, apabila Narapidana tidak berkelakuan baik maka tidak dapat diberikan
remisi1
Remisi dalam Sistem Pemasyarakatan diartikan sebagai potongan
hukuman bagi narapidana setelah memenuhi persyaratan tertentu yang
ditetapkan. Pengertian remisi dalam Kamus Besar Bahasa Indoesia diartikan
sebagai pengampunan hukuman yang diberikan kepada orang yang terhukum2.
Menurut Andi Hamzah, remisi adalah sebagai pembebasan hukuman untuk
seluruhnya atau sebagian atau dari seumur hidup menjadi hukuman terbatas
yang di berikan setiap tanggal 17 Agustus.3
1
Ibid Hlm 133 2
Poerwo Darminto WJI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984 Hlm 350
3
Pengertian Remisi Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan menyebutkan;
“Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan
kepada Narapidana dan Anak Pidana yang memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.”
2. Dasar Hukum Remisi
Peraturan pokok yang dijadikan dasar hukum dalam rangka pemberian
remisi adalah 4;
a. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menyebutkan:
Pasal 14 Ayat (1) yang berbunyi:
“ Narapidana berhak :
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya ; b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani ; c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran ;
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak ; e. Menyampaikan keluhan ;
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ; h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) ;
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga ;
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat ; l. Mendapatkan cuti menjelang bebas ; dan
4
15
m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.“
“Pasal 14 Ayat (2)
Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan hak hak Narapidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.”
b. Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Pasal 34
(1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi.
(2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidanayang telah memenuhi syarat:
a. berkelakuan baik; dan
b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
(3) Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dibuktikan dengan:
a. tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi;dan
b. telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan
oleh LAPAS dengan predikat baik.”
c. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi
Pasal 1
“ (1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang menjalani pidana
penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana.
(2) Remisi diberikan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia.
(3) Remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Hukum dan
Pasal 2
Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri atas :
“ a. remisi umum, yang diberikan pada hari peringatan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus; dan b. remisi khusus, yang diberikan pada hari besar keagamaan yang
dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan, denganketentuan jika suatu agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh penganut agama yang
bersangkutan.”
Pasal 3
“ (1) Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat ditambah
dengan remisi tambahan apabila Narapidana atau Anak Pidana yang bersangkutan selama menjalani pidana:
a. berbuat jasa kepada negara;
b. melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan; atau
c. melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai berbuat jasa dan melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau bagi kegiatan
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diteapkan dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Perundang-undangan.”
d. Pasal 2 Ayat (1) Keputusan Menteri Hukum dan
Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor. M. 09.HN.02.01 Tahun 1999
Pelaksanaan Keputusan Presiden No 174 tahun1999 tentang Remisi.
“Dalam hal pemberian Remisi, Menteri Hukum dapat
mendelegasikan pelaksanaanya kepada Kepala Kantor Wilayah.”
e. Keputusan Menteri kehakiman Republik Indonesia
Nomor.04.HN.02.01 Tahun 1988 tentang Tambahan Remisi Bagi
17
f. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Nomor.
M.10.HN.02.01 Tahun1999 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian remisi Khusus.
3. Pengertian Narapidana
Pengertian narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi
kurungan atau sannksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian
narapidana menrut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman
(orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.5
Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Harsono mengatakan;
Narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan vonis bersalah oleh hukum
dan harus menjalani hukuman.
Narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari
masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik6, dan ahli hukum lain
mengatakan Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya
karena melanggar norma hukum yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk
menjalani hukuman7
5
Poerwo Darminto WJI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984 Hlm 215
6 Willson dikutip dalam, Dwijaya Priyatno, Sistem Peradilan Pidana penjara, Rafika aditama, bandung 1996 Hlm 67
7
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pengertian
narapidana adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan dan telah
menjalani persidangan, telah diponis hukuman pidana serta ditempatkan dalam
suatu bangunan yang disebut penjara.
B. Tinjauan Teoretis Lembaga Pemasyarakatan
1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS Menurut
Pasal 1 Angka 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan adalah
“ Tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan.”
Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Istilah lapas di Indonesia, sebelumnya dikenal dengan istilah penjara8.
Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Secara etimologis.,
Pemasyarakatan merupakan kata kerja yang dibendakan. Pemasyarakatan
berasal dari kata kerja memasyarakatkan. Memasyarakatkan mengandung
dua arti, pertama yaitu menyebarkan ide kepada masyarakat luas untuk
diketahui, dimiliki atau dianut. kedua, adalah melakukan usaha melalui proses
yang wajar untuk dalam rangka memperlakukan anggota masyarakat agar
8
19
bersikap atau berperilaku sesuai dengan tatanan norma yang terdapat dalam
masyarakat.9
Definisi Pemasyarakatan menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang
Nomor. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan bahwa yang dimaksud
dengan pemasyarakatan adalah;
“ Kegiatan untuk melakukan pembinaan wargabinaan pemasyarakatan
berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan
pidana.”
Kegiatan di dalam lembaga pemasyarakatan bukan sekedar untuk
menghukum atau menjaga narapidana tetapi mencakup proses pembinaan agar
warga binaan menyadari kesalahan dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi
tindak pidana yang pernah dilakukan. Prinsip-prinsip pokok yang menyangkut
dasar perlakuan terhadap warga binaan dan anak didik yang dikenal dengan
nama Sepuluh (10) Prinsip Pemasyarakatan :10
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan
peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam negara.
3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat.
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau jahat
daripada sebelum dijatuhi pidana.
9
Ibid Hlm 120 10
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan ana
didik harus dikenalkan dengan dan tidak boleh diasingkan dari
masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh
diberikan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dinas atau kepentingan
negara sewaktu-waktu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu
dengan pekerjaan di masyarakat dan yang menunjang usaha
peningkatan produksi.
7. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak
didik harus berdasarkan Pancasila.
8. Narapidana dan anak didik sebagai orang-orang yang tersesat adalah
manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia.
9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan
sebagai salah satu derita yang dialaminya.
10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi
rehabilitatif, korektif dan edukatif dalam Sistem Pemasyarakatan
2. Fungsi dan tujuan Lembaga Pemasyarakatan
Berdasarkan kajian teoretis mengenai peran lembaga pemasyarakatan
dibentuk berdasarkan adanya kebutuhan masyarakat. Priyatno menyatakan
bahwa: “Fungsi dan peran lembaga pemasyarakatan diatur dalam Sistem
pemasyarakatan yang dianut di Indonesia diatur dalam Undang-undang No.
21
pidana penjara, yang merupakan perubahan ide secara yuridis filosofis dari
sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan.11
Fungsi lembaga pemasyarakatan secara sederhana diartikan sebagai
lembaga rehabilitasi sikap dan perilaku yang dianggap menyimpang dari
ketentuan hukum tetap. Menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor . 12 tahun
1995 tentang Pemasyarakatan, fungsi Lembaga Pemasyarakatan adalah;
“ Berfungsi menyiapkan Warga Binaan Pemasyrakatan agar dapat
berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat
berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan
bertanggung jawab.”
Fungsi lembaga pemasyarakatan yang dikemukakan Irwanto
menjelaskan bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat untuk
mendidik narapidana yang hilang kemerdekaannya agar kapok sehinggga
membangkitkan rasa penyesalan yang mendalam atas perbuatan salah yang
telah dilakukannya serta menimbulkan kesanggupan dan kemampuan untuk
merobah dan memperbaiki dirinya sehingga mereka nanti kembali ke
masyarakat berlaku sebagi warga negara yang baik dan berguna.
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan ditentukan bahwa, Sistem pembinaan
pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas :” 12
a. Pengayoman;
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan; c. Pendidikan;
11
d. Pembimbingan;
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia; f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan; dan
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu
Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan dijelaskan :
a. Asas Pengayoman, yaitu perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dan kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat.
b. Asas Persamaan Perlakuan dan Pelayanan, yaitu perlakuan dan pelayanan kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
c. Pendidikan dan pembimbingan, yaitu bahwa penyelenggara pendidikan dan pembimbingan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan keroganian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.
d. Penghormatan harkat dan martabat manusia, yaitu sebagai orang yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai manusia.
e. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, yaitu warga binaan pemasyarakatan harus berada dalam LAPAS dalam jangka waktu tertentu, sehingga Negara mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya. Jadi warga binaan pemasyarakatan tetap memperoleh haknya yang lain seperti hak atas perawatan kesehatan, makan, minum, latihan keterampilan, olah raga dan rekreasi.
f. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu, yaitu walaupun warga binaan pemasyarakatan berada di LAPAS, harus tetap didekatkan dan dikenalkan dalam masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan kedalam LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga (CMK).
Lembaga Pemasyarakatan didirikan di setiap ibukota kabupaten atau
23
atau kota administratif. Hal tersebut dimaksudkan guna meningkatkan mutu
pelayanan hukum dan pemerataan memperoleh keadilan bagi warga
binaan pemasyarakatan dan keluarganya dengan memperhatikan
perkembangan wilayah atau luar wilayah, pertambahan penduduk dan
peningkatan jumlah tindak pidana yang terjadi di wilayah kecamatan atau
kota administrasi yang bersangkutan.Untuk mewujudkan pelaksanaan pidana
yang efektif dan efisien, maka Lembaga Pemasyarakatan dibagi ke dalam
beberapa kelompok yaitu :
a. Menurut usia :
1) Lembaga Pemasyarakatan untuk Anak
2) Lembaga Pemasyarakatan untuk Dewasa
b. Menurut jenis kelamin
1 Lembaga Pemasyarakatan khusus Wanita
2. Lembaga Pemasyarakatan khusus Laki-laki
c. Menurut Klasifikasinya :
Menurut Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.HH-05.OT.01. Tahun 2011 tentang Perubahan atas
keputusan menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang
Pasal 4
(1) Lapas diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Klas yaitu; a. LAPAS klas 1
b. LAPAS klas IIA c. LAPAS Klas IIB d. LAPAS Klas III
(2) Klasifikasi tersebut pada ayat 1 didasarkan atas kapasitas,tempat kedudukan dan kegiatan kerja.”
Dasar Hukum Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan
mempunyai dasar hukum sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan
Anak
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012 perubahan
Keduan atas Peraturan Pemerintah 32 Tahun 1999 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Kemasyarakatan
5. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M-01-PK.04.10
Tahun 1998 Tentang Ketentuan Mengenai Tugas,
Kewajiban, dan Syaratsyarat Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing Kemasyarakatan, seperti yang telah ditetapkan
25
1998 bahwa tuga pembimbing kemasyarakatan Bapas adalah
:
a. Membantu tugas penyidik, penuntut umum dan hakim
dalam perkara Anak Nakal (anak yang berhadapan
dengan hukum)-(wilayah Kerja BAPAS)
b. Menentukan program pembinaan Narapidana di
LAPAS dan anak didik pemasyarakatan di LAPAS
Anak,
c. Menentukan Program perawatan Tahanan di RUTAN,
d. Menentukan program bimbingan dan atau bimbingan
tambahan bagi Klien Pemasyarakatan (wilayah Kerja
BAPAS)
6. Petunjuk Pelaksanaan Menteri Kehakiman RI Nomor
E.39-PR.05.03 Tahun 1987 Tentang Bimbingan Klien
Pemasyarakatan
7. Petunjuk Teknis Menteri Kehakiman RI Nomor E.40-PR.05.03
Tahun 1987 Tentang Bimbingan Klien Pemasyarakatan
3. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Sukamiskin
Penjara Sukamiskin yang sekarang di kenal dengan nama Lapas Klas I
Sukamiskin dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1918 dan mulai
difungsikan pada tahun 1924 sebagai tempat hukuman bagi kaum intelektual
Penguasa Belanda dengan nama “Straft Gevanngenis Voor Intelectullen”,
berlokasi di Jalan A.H. Nasution Nomor 114 Bandung.13
Penjara Sukamiskin memiliki nilai sejarah bagi Bangsa Indonesia
karena banyak tokoh nasional pernah dipenjarakan disini, antara lain Presiden
RI pertama, Ir. Soekarno pernah menghuni Kamar Nomor. 1 Blok Timur Atas.
Dipenjara inilah Ir. Soekarno menulis buku berjudul “Indonesia Menggugat”.
Bangunannya memiliki ciri khas tersendiri, jika dilihat dari atas mirip kincir angin,
karena pembagian blok mengikuti arah mata angin, kemana bilah “kincir”
menunjuk: blok utara, blok selatan, blok barat dan blok timur. Masing-masing
blok memiliki 2 (dua) lantai yang saling berhubungan melalui bangunan bundar
paling tinggi ditengah sebagai porosnya.14
Sejalan dengan perkembangan konsep perlakuan terhadap pelanggar
hukum dari sistem penjara ke Sistem Pemasyarakatan, Penjara Sukamiskin
berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Khusus Dewasa Muda Sukamiskin
Bandung, kemudian berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor: 01-PR.07.03 Tahun 1985 ditetapkan menjadi Lembaga
Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin. Dan pada tanggal 22 Juni 2010 telah
dilakukan penandatanganan Prasasti Lapas klas I Sukamiskin menjadi Lapas
Pariwisata oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
13
Diakses melaui http://lapassukamiskin.com/tentangkami/01/2014/cat/4/1 pada tanggal 30 Januari 2014 ,Pukul 18.24 Wib
27
Sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang pemasyarakatan yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat, Lapas Sukamiskin
mempunyai tugas melakukan pembinaan guna meningkatkan kualitas
narapidana, meliputi kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
kualitas intelektual; kualitas sikap dan prilaku; kualitas
profesionalisme/keterampilan; dan kualitas kesehatan jasmani dan rohani serta
kualitas keamanan dalam pelayanan.15
a. Visi Lapas Klas I Sukamiskin
Membentuk Narapidana yang sehat seutuhnya (jasmani dan rohani)
sehingga menjadi manusia pembangunan yang aktif dan produktif dalam
menghasilkan karya
b. Misi Lapas Klas I Sukamiskin
Melaksanakan Pembinaan sekaligus mempersiapkan Narapidana
agar siap kembali ke masyarakat dan menjadi manusia yang berperan aktif
dalam pembangunan melalui program :
1. Pembinaan rohani (mental) dalam agama dan emosional.
2. Pembinaan keterampilan (soft skill) yang berbasis kebutuhan di
masyarakat.
3. Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia bagi narapidana.
4. Menjaga keamanan bagi masyarakat, petugas dan narapidana.
15
5. Menjadi Lapas yang akuntable dan pelayanan prima bagi publik
c. Moto Lapas Klas I Sukamiski
“Berdo’a dan Berkarya”
d. Sruktur Organisasi
4. Tugas Para Pegawai Lembaga Pemasyarakatan
a. Kepala lembaga pemasyarakatan
Bertugas memimpin secara keseluruhan terhadap bagian atau seksi
29
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan di lembaga
pemasyarakatan kelas I Sukamiskin.
b. Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga
lembaga pemasyarakatan kelas I Sukamiskin. Bagian tata usaha terdiri atas ;
1. Sub. Bagian Kepegawaian
Bertugas melakukan urusan kepegawaian
2. Sub. Bagaian Keuangan
Bertugas melakukan urusan keuangan
3. Sub. Bagian Umum
Bertugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan
rumah tangga.
c. Bidang Pembinaan Narapidana
Bertugas melakukan pembinaan narapidana. Bidang pembinaan
terdiri atas:
1. Seksi Registrasi
Bertugas melakukan pencatatan dan membuat statistik serta
dokumentasi sidik jari narapidana.
Bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta
memberikan latihan olahraga, peningkatan pengetahuan, asimilasi,
cuti dan pelepasan bersyarat narapidana. Dalam melaksanakan
tugas pembinaan seksi bimbingan pemasyarakatan
3. Seksi Perawatan Narapidana
Bertugas mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi
narapidana
d. Bidang Kegiatan Kerja
Bertugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana
kerja dan mengolah hasil kerja. Bidang kegiatan kerja terdiri atas ;
1. Seksi Bimbingan Kerja
Bertugas memberikan petunjuk dan membimbing kerja bagi
narapidana
2. Seksi Sarana Kerja
Bertugas mempersiapkan fasilitas dan sarana kerja
3. Seksi Pengolahan Hasil Kerja
31
e. Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Bertugas mengatur jadwal petugas, penggunaan perlengkapan dan
pembagian tugas pengamanan, penerimaan laporan harian dan berita acara
dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di
bidang keamanan dan menegakkan tata tertib. Bidang administrasi
keamanan tata tertib terdiri atas ;
1. Seksi Keamanan
Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan
pembagian tugas pengamanan
2. Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
Bertugas menerima laporan harian dan berita acara dari satuan
pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala
dibidang keamanan
f. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP)
Bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di Lembaga
32
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Pelaksanaan kerja praktek di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1
Sukamiskin Bandung yang dimulai dari tanggal 30 September 2013 sampai 30
November 2013. Peneliti telah melakukan berbagai hal dan mempelajari lebih
jauh tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin dan sistem
Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin.
Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis adalah:
A. Melakukan apel pagi dan sore.
B. Mengunjungi setiap bidang di Lembaga pemasyarakatan dan mengunjungi
Blok Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin.
C. Membantu membuat data-data nama Narapidana yang baru masuk maupun
yang sudah ada, Pengarsipan Surat Masuk dan Surat Keluar, dan Membantu
mengerjakan pengetikan dan peng-editan beberapa dokumen yang
diperlukan.
D. Pengumpulan data dilakukan melalui 2 (dua) tahap
1. wawancara kepada Naripada dan pegawai yang berwenang mengenai
Remisi yang telah ditunjuk oleh Lembaga Pemasyarakatan, Selanjutnya
menjadi pembimbing kerja praktek
33
sudah mendapat izin dari pembimbing Kerja Praktik untuk mengamati
secara langsung diantaranya:
a. Admisi Orientasi
Narapidana yang baru menjalani pidana di Lapas Klas I
Sukamiskin dikenalkan dan digembleng dalam kegiatan Admisi
Orientasi atau Masa Pengenalan Lingkungan. Admisi Orientasi
(AO) ini efektif diberikan dalam jangka waktu 12 hari efektif bagi
setiap narapidana baru, materi pembekalan bagi narapidana
baru ini terdiri dari kegiatan lapangan dan kegiatan didalam
kelas. Kegiatan didalam lapangan lebih dititik beratkan pada
kegiatan Fisik berupa kegiatan baris berbaris (PBB dasar),
Olahraga Umum, Senam pagi, Ice Breaking, dengan tujuan
untuk melatih kedisiplinan dan mental serta kembali
menumbuhkan rasa cinta tanah air. Setelah merampungkan
kegiatan di lapangan, tahap selanjutnya adalah kegiatan di
dalam kelas yaitu pemberian materi pengenalan Lapas yang
diisi oleh Kabid Pembinaan, Ka. KPLP, Kabid Keamanan &
Ketertiban, Kabid Kegiatan Kerja, Kabag TU, Kasie Bimkemasy,
Kasie Perawatan dan Kasie Registrasi, pemahaman tentang
Hak, Kewajiban dan Larangan bagi Narapidana,
Tim Kerja :
Ketua Pelaksana : Kasie Bimkemasy
Kooordinator Lapangan : Bagus Endro
Tim Lapangan : Julius Jum Hartanto
Doni Yuda Prawira
Rohmana
Delly Andi Saputra
Jupriyanto
Choirul
Journal E Siahaan
Abdul Mugni
Feri
Jadwal Kegiatan Admisi & Orientasi
NO HARI JAM MATERI PEMBERI
MATERI
PENANGGUNG
JAWAB
1 2 3 4 5 6
1 Senin 07.30 –
09.00
Perkenalan Tim A O Bagus Endro
PBB dasar
2 Selasa 07.30 –
09.00
Tata cara apel di
lapangan
Tim A O Julius Jum Hartanto
35
09.00
4 Kamis 07.30 –
09.00
Praktek semua materi Tim A O Doni Yuda Prawira
5 Senin 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Pembukaan di kelas
Kabid Pembinaan
Tim A O
Kabid Pembinaan
Pius Harjadi
6 Selasa 07.30 –
08.00
Apel A O
Materi Ka. KPLP
Tim A O
Ka. KPLP
Bagus Endro
1 2 3 4 5 6
7 Rabu 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Kabid Kamtib
Tim A O
Kabid Kamtib
Asep Aleksa
8 Kamis 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Kabid Giatja
Tim A O
Kabid Giatja
Pius Harjadi
9 Senin 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Kabag TU
Tim A O
Kabag TU
10 Selasa 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Bimkemasy
Tim A O
Kasie Bimkemasy
Asep Aleksa
11 Rabu 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Perawatan napi
Tim A O
Kasie Perawatan
Pius Harjadi
12 Kamis 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
09.30 –
10.00
Apel A O
Materi Registrasi
Pembulatan
Tim A O
Kasie Registrasi
Kasie Bimkemasy
Bagus Endro
b Pesantren / Ceramah Agama
Pembinaan selanjutnya setelah menyelesaikan kegiatan
pembinaan Admisi Orientasi adalah kegiatan pembinaan
pesantren untuk yang beragama muslim selama 6 bulan.
Pesantren Lapas Klas I Sukamiskin dinamakan sebagai
pesantren AL HIDAYAH, dengan harapan nantinya ketika
benar-37
benar mendapatkan hidayah. Dalam satu kali seminggu pada
hari Jumat diberikan ceramah agama kepada semua
narapidana muslim
Tim Kerja :
Penanggung Jawab : Kabid Pembinaan
Ketua Pelaksana : Kasie Bimkemasy
Koordinator Pesantren : Andri Warsono
Tim Lapangan : Pengajar dari Kementerian Agama
Kota Bandung
Jadwal Pesantren
NO HARI KELAS JAM MATERI PENGAJAR
1 2 3 4 5 6
1. Senin Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an
2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah
)
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Al-Quran
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Fiqih ( II )
2. Tarekh
Tim Pengajar
Pesantren
AL Hidayah
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Nahwu / Sharaf
2. Al –Qur’an - Hadist
Semua
WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
2. Selasa Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an
2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah
)
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Tulis Al –Qur’an
2. Tauhid ( I )
1 2 3 4 5 6
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Al –
Qur’an/Tajwid/Tilawah
2. Tauhid ( II )
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Tauhid ( III )
39
Semua
WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
3. Rabu Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an
2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah
)
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Al –Qur’an
2. Hadits
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Akhlak ( II )
2. Al –Qur’an / Tajwid
Dan
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Al –Qure’an / Hadits
2. Akhlak ( III )
Kementerian
Agama Kota
Bandung
Semua
WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
4 Kamis Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an
2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah
)
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Tulis Al –Qur’an
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Al –Qure’an / Hadits
2. Fiqih ( II )
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Fiqih ( III )
2. Peng Umum / Tilawah
Semua
WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
5. Jum’at Semua
WBP
Semua
WBP
07.30 – 09.00
11.00 – 12.30
Tausiyah / Pengajian
Shalat Jum’at Berjama’ah
6. Sabtu Semua
WBP
Semua
WBP
07.30 – 09.00
11.00 – 12.30
Olah Raga
41
C .Pramuka
Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan kepramukaan
yang bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia
menjadi kader pembangunan di segala bidang, dengan
menggunakan Prinsip dasar Metode pendidikan kepramukaan
yang menitikberatkan pada peningkatan keterampilan dan
kepemimpinan untuk mengembangkan mental, moral spriritual,
semosional, social, intelektual, dan fisiknya sehingga menjadi
manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi luhur yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai wadah pembinaan bagi
Warga Binaan Pemasyarakatan, salah satu pembinaannya
adalah kepramukaan dengan maksud dan tujuan agar Warga
Binaan Pemasyarakatan lebih dapat meningkatkan kualitas
kepribadiannya untuk menjadi manusia yang berwawasan
kebangsaan dan mempunyai rasa nasionalisme, memiliki rasa
percaya diri tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai bekal
kehidupan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan setelah
menjalani masa pidananya.
Tim Kerja :
Penanggung Jawab : Kabid Pembinaan
Ketua Pelaksana : Kasie Bimkemasy
Tim Lapangan : Andri Warsono
Asep Aleksa
Yusti Astra Pertiwi
Dra. Engkuy K
Kwarcab Kota Bandung
d Kegiatan Rekreatif terjadwal
Merupakan kegiatan untuk menampung aspirasi dari
narapidana terkait dengan hobi :
1. Senam Pagi dilaksanakan secara massal setiap hari Sabtu
2. Tenis meja, Tenis Lapangan, Bola Volley, Basket dan
Futsal
Untuk kegiatan olah raga di atas karena fasilitas olah raga
berada di dalam blok hunian sehingga pelaksanaannya dapat
dilaksankan oleh setiap narapidana dengan pengaturan jadual
yang lebih fleksibel tetapi tetap dalam pengawasan
43
3. Bulutangkis
NO HARI JAM TEMPAT PENANGGUNG
JAWAB
1 Senin 14.00 – 17.00 GOR Lapas Yono S & Asep K
2 Rabu 08.00 – 11.30
14.00 – 17.00
GOR Lapas
GOR Lapas
Bimkemasy
Joauqim
3 Kamis 14.00 – 17.00 GOR Lapas Yono S & Asep K
4 Sabtu 09.00 – 11.30
14.00 – 17.00
GOR Lapas
GOR Lapas
Bimkemasy
Yono S & Asep K
4. Band
NO HARI JAM TEMPAT PENANGGUNG
JAWAB
1 Senin 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
3 Rabu 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
4 Kamis 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
5 Sabtu 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
e Konsultasi Psikolog
Kegiatan konseling ini dapat terlaksana berkat dukungan dan
bantuan dari Universitas Islam Bandung (UNISBA) Fakultas
Pasca Sarjana Jurusan Psikologi yang telah membuat MOU
dengan Lapas Klas I Sukamiskin untuk keberlangsungan dan
kesinambungan kegiatan Konseling Psikolog.
Jadwal Kegiatan
1. Setiap hari Senin dan kamis, Jam 09.00 – 13.00
2. Saat Praktek / magang di Lembaga yang lamanya
45
BAB IV
ANALISIS
A. Pemberian Remisi bagi Terpidana didalam Perundang-undangan
Pemberian remisi pada dasarnya mengacu kepada Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan dan Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999
tentang Remisi. Kemudian pemberian Remisi bagi narapidana dirubah didasarkan
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Perubahan tersebut tidak hanya terkait dengan pemberian remisi namun juga
terhadap pemberian Asimilasi, Cuti Menjelang Bebas dan Pembebasan Bersyarat
(PB).
Perubahan tersebut dibuat guna menyesuaikan dengan perkembangan
hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat terutama terkait dengan
narapidana yang telah melakukan tindak pidana yang mengakibatkan kerugian
yang besar bagi negara atau masyarakat atau Menimbulkan korban yang
banyak atau menimbulkan kepanikan, kecemasan atau ketakutan yang luar
biasa kepada masyarakat
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan memberikan
landasan hukum bagi penyelenggaraan politik kriminal modern. Terdapat
pemidanaan ini mudah di pahami karena dinamika perkembangan masyarakat ke
arah yang lebih baik dan lebih beradab sehingga oleh karenanya hukum pidana
sebagai norma yang juga berlaku dalam masyarakat juga mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan masyarakat tersebut. Pandangan bahwa narapidana
bukan saja obyek melainkan juga subyek yang tidak berbeda dari manusia lainnya
yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat
dikenakan pidana sehingga tidak harus di berantas dan yang harus diberantas
adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama atau kewajiban-kewajiban sosial
lain yang dapat dikenakan pidana
Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun1995 tentang
Pemasyarakatan menyebutkan tentang Hak Narapidana dimana disebutkan dengan
tegas bahwa :
“(1) Narapidana berhak :
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; 2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; 3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak 5. Menyampaikan keluhan;
6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ; 8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya;
9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) ;
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga ;
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat ; 12. Mendapatkan cuti menjelang bebas ; dan
13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
47
lanjut dengan peraturan pemerintah
Tindak lanjut dari pelaksanaan atas hak-hak narapidana tersebut maka
dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatanyang kemudian dirubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012 Perubahan kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata syarat dan Tata cara
Pelaksanaan Hak warga Binaan Pemasyarakatan. Sebelumnyapengaturan tentang
Remisi sebagai hak bagi narapidana terdapat dalam Pasal 34 dan 35 Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 1999, yaitu
Pasal 34 Berbunyi:
“ (1) Setiap Narapidana dan Anak pidana yang selama menjalani masa
pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi
(2) Remisi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dapat ditambah, apabila selama menjalani pidana, yang bersangkutan :
1. Berbuat jasa kepada negara
2. Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi Negara atau kemanusiaan;atau
3. Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan Lembaga
Pemasyarakatan.”
Pasal 35 Berbunyi:
“Ketentuanmengenai remisi diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden”
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Tata Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan kemudian dirubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Tata Syarat dan Tata cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. dengan alasan perlunya
pembebasan bersyarat guna penyesuaian dengan perkembangan hukum dan rasa
keadilan dalam masyarakat terutama terkait dengan Narapidana yang telah
melakukan tindak pidana yang mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara
atau masyarakat atau korban. Yang banyak atau menimbulkan kepanikan,
kecemasan atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat.
Terdapat beberapa perubahan yang diatur didalam Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
32Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan tersebut. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagi
berikut :
“ (1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana berhak mendapatkan Remisi.
(2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berkelakuan baik; dan
b. Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan
(3) Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dibuktikan dengan:
a. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi; dan
b. Telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan
oleh LAPAS dengan predikat baik”
.
Ketentuan Pasal 34 A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 34 A Berbunyi:
“(1)Pemberian Remisi bagi Narapidana yang dipidana karena
melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 juga harus memenuhi persyaratan:
49
membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya;
b. telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan untuk Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi; dan
c. telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh LAPAS dan/atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, serta menyatakan ikrar:
(2)kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara Indonesia, atau
(3)tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara Asing, yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme
(3)Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap Narapidana yang dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.
(4)Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
Di antara Pasal 34A dan Pasal 35 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal
34B dan Pasal 34C yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 34B Berbunyi:
“ (1) Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(2) Diberikan oleh Menteri.
(3) Remisi untuk Narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1) diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.
(4)Pertimbangan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya permintaan pertimbangan dari Menteri.
(5) Pemberian Remisi ditetapkan dengan Keputusan Menteri.”
Pasal 34C Berbunyi:
“(1) Menteri dapat memberikan Remisi kepada Anak Pidana dan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1).
(2) Narapidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri