I c:: Z
セ@
«
UJ
V)
UJ.;;t
セNM
ZO
«N
c:: UJ
I-Z
UJ
セ@
UJ
I c:: Z
セ@
«
UJ
V)
UJ.;;t
セNM
ZO
«N
c:: UJ
I-Z
UJ
セ@
UJ
Cetakan I Cetakan II
612.3
Ind
p
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kcmenterian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kcs ehatan RI
Ped oman Pe1ayanan Gizi Bagi ODlIA. Jakarta: Kem enterian Kcschatan RI. 20 10
1. Judu1 !. N UT RITION REQUIR EMENTS
2. AIDS DI ET THERA PY
[,EDOMAN PELAYANI\N Clli III\C; I ()I )11 i\
KATA PENGANTAR
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi HIV/ AIDS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultation on Nutrition and HIV/ AIDS" di Thailand pada 911 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV/ AIDS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/ AIDS pasti mempengaruhi status gizi ODHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) Intervensi gizi yang adekuat dapat membantu ODHA mengurangi gejala klinis, mengurangi risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizL
Dalam rangka menuju pelayanan HIV/ AIDS yang komprehensif, pada tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan DepKes dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA".
Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademis, profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini. Semoga ini bermanfaat.
Maret 2014
It-
l
-In Df.'dr..ly Izwardy, MA
Cetakan I Cetakan II
612.3
Ind
p
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kcmenterian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kcs ehatan RI
Ped oman Pe1ayanan Gizi Bagi ODlIA. Jakarta: Kem enterian Kcschatan RI. 20 10
1. Judu1 !. N UT RITION REQUIR EMENTS
2. AIDS DI ET THERA PY
[,EDOMAN PELAYANI\N Clli III\C; I ()I )11 i\
KATA PENGANTAR
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi HIV/ AIDS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultation on Nutrition and HIV/ AIDS" di Thailand pada 911 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV/ AIDS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/ AIDS pasti mempengaruhi status gizi ODHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) Intervensi gizi yang adekuat dapat membantu ODHA mengurangi gejala klinis, mengurangi risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizL
Dalam rangka menuju pelayanan HIV/ AIDS yang komprehensif, pada tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan DepKes dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA".
Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademis, profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini. Semoga ini bermanfaat.
Maret 2014
It-
l
-In Df.'dr..ly Izwardy, MA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
KATA PENGANTAR DAFTAR lSI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang 1
8. Tujuan 2
C. Sasaran 2
D. Ruang Lingkup 2
I'ED OMA NPELAYANAN GIZI BAGI Oll ilA
DAFTAR lSI
ii
v
BAB" HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium Klinis HIV 3
B. Diagnosa 6
C. Metabolisme Gizi Pada ODHA 7
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV 7
E. Gizi dengan ARV 8
BAB JII PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. Tujuan 11
B. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (012 tahun) 11
2. Remaja dan dewasa 15
3. Ibu hamil dan menyusui 30
BAB IV MONITORING
A. Monitoring klinis 35
B. Monitoring iaboratorium 36
C. Monitoring asupan makanan 37
BAB V PENUTUP 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 43
= IV =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
KATA PENGANTAR DAFTAR lSI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang 1
8. Tujuan 2
C. Sasaran 2
D. Ruang Lingkup 2
I'ED OMA NPELAYANAN GIZI BAGI Oll ilA
DAFTAR lSI
ii
v
BAB" HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium Klinis HIV 3
B. Diagnosa 6
C. Metabolisme Gizi Pada ODHA 7
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV 7
E. Gizi dengan ARV 8
BAB JII PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. Tujuan 11
B. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (012 tahun) 11
2. Remaja dan dewasa 15
3. Ibu hamil dan menyusui 30
BAB IV MONITORING
A. Monitoring klinis 35
B. Monitoring iaboratorium 36
C. Monitoring asupan makanan 37
BAB V PENUTUP 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 43
= IV =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
LAMPIRAN
1. a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa 2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 6. Form daftar bahan makanan penukar 7. Contoh Makanan Formula Cair Oral 8. Form monitoring asupan makanan 9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
= VI =
PEDOMANPELAYANAN GI Z I M G I OllilA
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/ AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosioekonomi negaranegara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006, diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/ AIDS (ODHA) sebanyak 193.000 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang. Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/ AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang diJaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA , sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92). Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan ( appetite) dan oral kandidiasis.
[image:8.841.9.392.18.553.2]PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
LAMPIRAN
1. a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa 2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 6. Form daftar bahan makanan penukar 7. Contoh Makanan Formula Cair Oral 8. Form monitoring asupan makanan 9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
= VI =
PEDOMANPELAYANAN GI Z I M G I OllilA
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/ AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosioekonomi negaranegara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006, diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/ AIDS (ODHA) sebanyak 193.000 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang. Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/ AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang diJaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA , sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92). Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan ( appetite) dan oral kandidiasis.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari 67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hid up.
B. TUJUAN
Umum : Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan 3. Terlaksananya monitoring berat badan 4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C. SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionis/ dietisien 3. Perawat
4. Bidan
D. RUANG LlNGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang Iingkup dan landasan hukum 2. HIV / AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis HIY, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (02 tahun), remaja dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA dengan manifestasi I<linis penyaki t lain.
<1. MOllitoring (l11onitoring Id illis, laboraloriulIl dan 。sャャーセQQャ@ rnakanan).
PEDOMANI'ELAYANAN GIZI HAGI ODHA
BAB II
HIVjAIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan tubuh terutama pad a darah, cairan sperm a, cairan vagina, Air Susu Ibu (ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahuntahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission (PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan di dalam tubuh menu run.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit, termasuk pada ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup ODHA.
A. STADIUM KLiNIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan AS!.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari 67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hid up.
B. TUJUAN
Umum : Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan 3. Terlaksananya monitoring berat badan 4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C. SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionis/ dietisien 3. Perawat
4. Bidan
D. RUANG LlNGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang Iingkup dan landasan hukum 2. HIV / AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis HIY, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (02 tahun), remaja dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA dengan manifestasi I<linis penyaki t lain.
<1. MOllitoring (l11onitoring Id illis, laboraloriulIl dan 。sャャーセQQャ@ rnakanan).
PEDOMANI'ELAYANAN GIZI HAGI ODHA
BAB II
HIVjAIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan tubuh terutama pad a darah, cairan sperm a, cairan vagina, Air Susu Ibu (ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahuntahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission (PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan di dalam tubuh menu run.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit, termasuk pada ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup ODHA.
A. STADIUM KLiNIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan AS!.
I' EDO M/\NPELAYANAN GI ZI BAGI ODHA
Tabel1 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
1. I I
Stadium klinis II
1. Penurunan BB < 10%
2. Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik, prurigo,infeksi jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulut berulang, kheilitis angularis)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (seperti sinusitis bakterial)
Stadium klinis III
1. Penurunan berat bad an > 10%
2. Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush) 5. Oral Hairy Leukoplakia (OHL) 6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)
1 o, ' l... ,.
Il:Un.f!lI'
HIV wasting Syndrome * 2. Pneumocytic carinii pneumonia 3. Toksoplasmosis otak
4. Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan 5. Kriptokokosis ekstra paru
6. Penyakit Cyto megalovirus pada satu organ selain hati, Iimpa atau kelenjar getah bening (contolr etinitis)
=4=
PED O M ANPELAYANAN G I ZI M G I OIJ II /\
7. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan) atau organ dalam
8. Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML) 9. Mikosis endemik yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki 11. Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru 12. Septikemia salmonela nontifoid
13. Tuberkulosis ekstra paru 14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi's 16. Ensefalopati HIV
**
IJalJ lItdU ,,".,hl [ャャャャQAセioiQHャj@ 4: > AIッイセヲL@ diJ\atn nmsa 1 hulan terakl
I " rhll"ill
*
HIV wasting syndrome: berat badan berkurang > 10% dari BB semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .**
Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup seharihari, berlangsung selama bermingguminggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
1. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
2. Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal 3. Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yang jelas
4. Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
I' EDO M/\NPELAYANAN GI ZI BAGI ODHA
Tabel1 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
1. I I
Stadium klinis II
1. Penurunan BB < 10%
2. Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik, prurigo,infeksi jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulut berulang, kheilitis angularis)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (seperti sinusitis bakterial)
Stadium klinis III
1. Penurunan berat bad an > 10%
2. Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush) 5. Oral Hairy Leukoplakia (OHL) 6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)
1 o, ' l... ,.
Il:Un.f!lI'
HIV wasting Syndrome * 2. Pneumocytic carinii pneumonia 3. Toksoplasmosis otak
4. Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan 5. Kriptokokosis ekstra paru
6. Penyakit Cyto megalovirus pada satu organ selain hati, Iimpa atau kelenjar getah bening (contolr etinitis)
=4=
PED O M ANPELAYANAN G I ZI M G I OIJ II /\
7. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan) atau organ dalam
8. Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML) 9. Mikosis endemik yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki 11. Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru 12. Septikemia salmonela nontifoid
13. Tuberkulosis ekstra paru 14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi's 16. Ensefalopati HIV
**
IJalJ lItdU ,,".,hl [ャャャャQAセioiQHャj@ 4: > AIッイセヲL@ diJ\atn nmsa 1 hulan terakl
I " rhll"ill
*
HIV wasting syndrome: berat badan berkurang > 10% dari BB semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas . [image:13.842.7.394.21.550.2]**
Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup seharihari, berlangsung selama bermingguminggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
1. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
2. Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal 3. Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yang jelas
4. Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
PFDOMANPELAYANAN GI ZI llAGI ODHA
5. Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial nonTB, abses)
1-Stadium klinis lU 1
-1. Infeksi oportunistik yang termasuk dalam def inisi AIDS 2. Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas
*
3. Ensefalopati yang progresif4. Keganasan
5. Septikemia atau meningitis berulang
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali berturutturut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
*
B.
DIAGNDSAOiagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium). 2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Oilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS. Pemeriksaan serologi untu k HIV
Limfosit total atau C04 (jika tersedia) Rapid Test Oiagnosa (jika tersedia)
2.2. Oilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan Comorbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah, SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum. Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax Pemeriksaan kehamilan
=6=
PEDOMANI)ELAYANAN ei zi HACI (lllll!\
C. METABDLISME GIZI PADA DDHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
D. HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
[image:14.841.6.394.25.542.2]Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada DOHA
PFDOMANPELAYANAN GI ZI llAGI ODHA
5. Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial nonTB, abses)
1-Stadium klinis lU 1
-1. Infeksi oportunistik yang termasuk dalam def inisi AIDS 2. Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas
*
3. Ensefalopati yang progresif4. Keganasan
5. Septikemia atau meningitis berulang
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali berturutturut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
*
B.
DIAGNDSAOiagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium). 2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Oilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS. Pemeriksaan serologi untu k HIV
Limfosit total atau C04 (jika tersedia) Rapid Test Oiagnosa (jika tersedia)
2.2. Oilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan Comorbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah, SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum. Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax Pemeriksaan kehamilan
=6=
PEDOMANI)ELAYANAN ei zi HACI (lllll!\
C. METABDLISME GIZI PADA DDHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
D. HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
[image:15.841.24.382.18.545.2]Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada DOHA
I'H)l)MANI'FLAYANAN GI ZI BAG I ODHA
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan an tara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HlV PADA GIZI
Sumber: Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang glZI, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat berkembangnya HlV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan memperbaiki kualitas hid up.
E. GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi obatobat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat interaksi an tara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV 2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan 4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat meni mbulkan efek
sa mping
= 8 =
I'EDOMAN I' ELAYANA N G I Z I Ml;! O UII /\
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HlV dalam sci yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi juml;lh virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HlV/ AIDS adalah menghambat perjalanan penyakit HlV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV, sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain obatobat ARVada beberapa obat lain yang diberikan pada OOHA sesuai dengan kondisi klinisnya.
Tabel3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini Pertama
Paduan ARV Pilihan utama
Anjuran
AZT + 3TC + NVP Pilihan alternatif AZT + 3TC + EFV 04T + 3TC + NVP 04T + 3TC + EFV
Cata ta n: Pilihan pa du a " be rd asarka n Ped o ma n Tata la ksa na lilV dan ARV dari
Di re ktora t Pe nge nd a li a n Pe nya kit Me nlll a r La ngs llng (P2ML) Kemcnterian Kese ha ta n RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
I'H)l)MANI'FLAYANAN GI ZI BAG I ODHA
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan an tara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HlV PADA GIZI
Sumber: Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang glZI, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat berkembangnya HlV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan memperbaiki kualitas hid up.
E. GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi obatobat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat interaksi an tara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV 2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan 4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat meni mbulkan efek
sa mping
= 8 =
I'EDOMAN I' ELAYANA N G I Z I Ml;! O UII /\
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HlV dalam sci yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi juml;lh virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HlV/ AIDS adalah menghambat perjalanan penyakit HlV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV, sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain obatobat ARVada beberapa obat lain yang diberikan pada OOHA sesuai dengan kondisi klinisnya.
Tabel3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini Pertama
Paduan ARV Pilihan utama
Anjuran
AZT + 3TC + NVP Pilihan alternatif AZT + 3TC + EFV 04T + 3TC + NVP 04T + 3TC + EFV
Cata ta n: Pilihan pa du a " be rd asarka n Ped o ma n Tata la ksa na lilV dan ARV dari
Di re ktora t Pe nge nd a li a n Pe nya kit Me nlll a r La ngs llng (P2ML) Kemcnterian Kese ha ta n RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
1'1- 1 )O MA NI'ELAYA NAN G I Z I BAGI ODI-IA
Tab el 4 : efek samping beberapa ARV
NAMA GENERIK EFEK SAMPING
GOLONGAN
I
Zidovudine Anemia, ョ・オエイッー・ョゥ。セッ{・イ。ョウゥ@NRTI (AZT, ZDV) gastro intestinal, sakit kepaJa, sulit tidur, miopati, adosis Jaktat dengan statosis hepatitis (jarang), gangguan pengecapan, Juka di mulut, edema di lidah dan bibir, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia.
Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T) Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis laktat dengan hepatitis (jarang), lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddI) 1 Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TOF) Insufisiensi fungsi ginjaJGOLONGAN
I
Nevirapine (NVP) Ruam kulit, sind rom steven Johnson,NNRTI peningkatan serum aminotranferase,
hepatitis, keracunan hati, mual, muntah.
r
-Efavirenz (EFV) Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar tidur, bingung, halusinasi, agitasi peningkatan kadar transaminase, ruam kulit
GOLONGAN I Lopinavir (LPV) IntoJeransi gastrointestinal,mual,
PI muntah, peningkatan enzim
transaminase, hiperglikemia, pemindahan lemak dan abnormalitas lipid
,
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit penyerta dan status gizi pada OOHA.
= 10 = . R{;t£J
4arK':'l.
PEDOMANP EUWANAN GI Z I 1)/\(;1 lll)f 1/\
BAB III
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
TUJUANUmum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seJuruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Khusus :
1. Tercapainya berat badan normal
2. Teratasinya gejaJa diare, intoleransi Jaktosa, mual dan muntah 3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi 4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap produktif, aktifbersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
B.
ASUHAN GIZI1. PAOA BAYI OAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHlY, umumnya mempunyai berat lahir rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 06 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 06 bulan adalah ASI, karena itu bayi yang Jahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus diberikan pendampingan dan konseling mengenai pem ilihan
1'1- 1 )O MA NI'ELAYA NAN G I Z I BAGI ODI-IA
Tab el 4 : efek samping beberapa ARV
NAMA GENERIK EFEK SAMPING
GOLONGAN
I
Zidovudine Anemia, ョ・オエイッー・ョゥ。セッ{・イ。ョウゥ@NRTI (AZT, ZDV) gastro intestinal, sakit kepaJa, sulit tidur, miopati, adosis Jaktat dengan statosis hepatitis (jarang), gangguan pengecapan, Juka di mulut, edema di lidah dan bibir, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia.
Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T) Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis laktat dengan hepatitis (jarang), lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddI) 1 Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TOF) Insufisiensi fungsi ginjaJGOLONGAN
I
Nevirapine (NVP) Ruam kulit, sind rom steven Johnson,NNRTI peningkatan serum aminotranferase,
hepatitis, keracunan hati, mual, muntah.
r
-Efavirenz (EFV) Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar tidur, bingung, halusinasi, agitasi peningkatan kadar transaminase, ruam kulit
GOLONGAN I Lopinavir (LPV) IntoJeransi gastrointestinal,mual,
PI muntah, peningkatan enzim
transaminase, hiperglikemia, pemindahan lemak dan abnormalitas lipid
,
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit penyerta dan status gizi pada OOHA.
= 10 = . R{;t£J
4arK':'l.
PEDOMANP EUWANAN GI Z I 1)/\(;1 lll)f 1/\
BAB III
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
TUJUANUmum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seJuruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Khusus :
1. Tercapainya berat badan normal
2. Teratasinya gejaJa diare, intoleransi Jaktosa, mual dan muntah 3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi 4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap produktif, aktifbersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
B.
ASUHAN GIZI1. PAOA BAYI OAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHlY, umumnya mempunyai berat lahir rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 06 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 06 bulan adalah ASI, karena itu bayi yang Jahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus diberikan pendampingan dan konseling mengenai pem ilihan
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masingmasing pilihan tersebut. !bu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 06 bulan. Artinya hanya diberikan AS! saja, bukan mixed feeding (AS! dan susu formula bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian AS! ekslusif. Makanan PendampingAS! (MPASI) diberikan mulai usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi melalui AS!, yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi Menyusu Dini)/eariy cessation, 2) memanaskan AS! perah pada suhu tertentu (suhu 66°C).
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet, mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV. Bagi ibu dengan H!V positif yang memilih untuk tidak memberikan AS! dapat memberikan susu formula sepanjang memenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan susu formula untuk bayi, Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula kepada bayi, Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga mampu membeli susu formula, Suistanable (berkelanjutan) berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya, Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus disimpan secara benar, higienis, dengan kadar nutrisi yang cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti AS! bisa
= 12 =
PEDOMAN PELAYANAN G IZI l\AC;! ( )) lll;\
diperoleh dari susu formula komersial maupun susu hl'WClIII yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabila ibu mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan (44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak mampu menyediakan susu formula komersial (karen a harga yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing dapat digunakan sebagai pengganti AS!.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan keluarganya:
1.1.1. AS! yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi.
1.1.2. !bu dan keluarga harus diberikan KlE (Komunikasi, lnformasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan 1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 624 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian AS! atau susu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat tandatanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masingmasing pilihan tersebut. !bu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 06 bulan. Artinya hanya diberikan AS! saja, bukan mixed feeding (AS! dan susu formula bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian AS! ekslusif. Makanan PendampingAS! (MPASI) diberikan mulai usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi melalui AS!, yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi Menyusu Dini)/eariy cessation, 2) memanaskan AS! perah pada suhu tertentu (suhu 66°C).
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet, mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV. Bagi ibu dengan H!V positif yang memilih untuk tidak memberikan AS! dapat memberikan susu formula sepanjang memenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan susu formula untuk bayi, Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula kepada bayi, Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga mampu membeli susu formula, Suistanable (berkelanjutan) berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya, Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus disimpan secara benar, higienis, dengan kadar nutrisi yang cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti AS! bisa
= 12 =
PEDOMAN PELAYANAN G IZI l\AC;! ( )) lll;\
diperoleh dari susu formula komersial maupun susu hl'WClIII yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabila ibu mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan (44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak mampu menyediakan susu formula komersial (karen a harga yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing dapat digunakan sebagai pengganti AS!.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan keluarganya:
1.1.1. AS! yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi.
1.1.2. !bu dan keluarga harus diberikan KlE (Komunikasi, lnformasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan 1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 624 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian AS! atau susu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat tandatanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
rEDOMANPELAYANAN GI Z I BAGI ODHA
Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASInya lagi, maka makanan padat dapat segera diberikan.
Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi serna kin lama serna kin berkurang porsinya. Pada usia 6-12 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 1224 bulan hanya memenuhi sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas 24 bulan, makanan yang diberikan sarna dengan makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan memperhatikan kebersihan.
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus meliputi :
Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai .
1.3. Pada anak (212 tahun)
Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat memacu tumbuh kembang anak secara optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya adanya oral trush, atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan melalui oraL bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat digunakan pipa orol nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sindrom malabsorpsi yang berat dapatdipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral. Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata laksana gizi buruk.
Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak: 1.3.1. Anju ran diet berdasarkan bahan lokal yang me menu hi
persyaratan
=
14=
PED OM ANPELAYANAN G I L l M CI ()I )ii ;\
1.3.2. Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
1.3.3. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jilci memungkinkan.
1.3.4. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga matang.
1.3.5. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega 1.3.6. Obati penyakit penyerta.
1.3.7. Melakukan pemantauan rutin tiap 24 minggu
2. REMAJA (1218 tahun) DAN DEWASA
A. PENGKAJlAN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik, data kebiasaan makan dietary history
I
serta data riwayat personal.Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan standar baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
i. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, teballemak, lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk dewasa dan stan dar deviasi Zscore BB/PB atau BB/TB untuk anak.
Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam rumus penilaian status gizi tertentu.
1.1. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Digunakan untukmenentukan status gizi orang dewasa.
rEDOMANPELAYANAN GI Z I BAGI ODHA
Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASInya lagi, maka makanan padat dapat segera diberikan.
Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi serna kin lama serna kin berkurang porsinya. Pada usia 6-12 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 1224 bulan hanya memenuhi sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas 24 bulan, makanan yang diberikan sarna dengan makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan memperhatikan kebersihan.
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus meliputi :
Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai .
1.3. Pada anak (212 tahun)
Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat memacu tumbuh kembang anak secara optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya adanya oral trush, atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan melalui oraL bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat digunakan pipa orol nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sindrom malabsorpsi yang berat dapatdipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral. Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata laksana gizi buruk.
Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak: 1.3.1. Anju ran diet berdasarkan bahan lokal yang me menu hi
persyaratan
=
14=
PED OM ANPELAYANAN G I L l M CI ()I )ii ;\
1.3.2. Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
1.3.3. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jilci memungkinkan.
1.3.4. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga matang.
1.3.5. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega 1.3.6. Obati penyakit penyerta.
1.3.7. Melakukan pemantauan rutin tiap 24 minggu
2. REMAJA (1218 tahun) DAN DEWASA
A. PENGKAJlAN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik, data kebiasaan makan dietary history
I
serta data riwayat personal.Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan standar baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
i. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, teballemak, lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk dewasa dan stan dar deviasi Zscore BB/PB atau BB/TB untuk anak.
Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam rumus penilaian status gizi tertentu.
1.1. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Digunakan untukmenentukan status gizi orang dewasa.
-
PEDOMANPELAYANAN GI Z I BJ\GI ODHA
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Rumusnya adalah :
I IMT
(k 1m')"セM⦅M⦅MMM
b M・イ M エ@
。 M
Badan (kg) I
g _ _ Tinggi badan (m) XTinggib。 セ 。 セ@
[image:24.842.5.391.29.546.2]Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang tersedia. Berikut adalah klasi fikasi IMT untuk orang Indonesia.
Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang
IMT Kategori
< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan
tingkat berat)
f t
-17,0 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 25,0 Normal
- f
-25,1 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0 Obes (kelebihan berat badan
tingkat berat)
Sumber: Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
1.2 Laboratorium
Misalnya C04, Viral load, Creactive Protein, Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin, Hematokrit, Total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
=
16
=' '
-PEDOMANPELAYANAN GI Z I I)AG I O I)IIA
1.3. Klinis / fisik
Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium HIV/ AIDS), kehilangan massa lemak, massa otot, kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
1.4. Riwayat gizi :
Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya pantangan makanan (berkenaan dengan agama dan etnis), alergi makanan, intoleransi makanan, keamanan makanan dan minuman, efek samping obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan (masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare, rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin, mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
1.5. Riwayat personal
Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial ekonomi dan kebiasaan merokok .
2. PENENTUAN MASALAH GIZI
Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya : 2.1. Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat 2.2. Kehilangan berat badan
2.3. Efek samping obatobatan, misalnya ARV 2.4. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan klinis ODHA
3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI 3.1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Berdasarkan diagnosis gizi kemudian dilakukan perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi klien. Hal ini dilakukan dalam rangka menetapkan preskripsi gizi, pedoman makan, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dan merencanakan menu sesuai kebutuhan klien. Pada penderita dengan HIV, kebutuhan gizinya disesuaikan dengan stadium penyakitnya.
-
PEDOMANPELAYANAN GI Z I BJ\GI ODHA
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Rumusnya adalah :
I IMT
(k 1m')"セM⦅M⦅MMM
b M・イ M エ@
。 M
Badan (kg) I
g _ _ Tinggi badan (m) XTinggib。 セ 。 セ@
[image:25.842.8.392.22.553.2]Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang tersedia. Berikut adalah klasi fikasi IMT untuk orang Indonesia.
Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang
IMT Kategori
< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan
tingkat berat)
f t
-17,0 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 25,0 Normal
- f
-25,1 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0 Obes (kelebihan berat badan
tingkat berat)
Sumber: Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
1.2 Laboratorium
Misalnya C04, Viral load, Creactive Protein, Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin, Hematokrit, Total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
=
16
=' '
-PEDOMANPELAYANAN GI Z I I)AG I O I)IIA
1.3. Klinis / fisik
Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium HIV/ AIDS), kehilangan massa lemak, massa otot, kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
1.4. Riwayat gizi :
Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya pantangan makanan (berkenaan dengan agama dan etnis), alergi makanan, intoleransi makanan, keamanan makanan dan minuman, efek samping obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan (masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare, rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin, mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
1.5. Riwayat personal
Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial ekonomi dan kebiasaan merokok .
2. PENENTUAN MASALAH GIZI
Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya : 2.1. Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat 2.2. Kehilangan berat badan
2.3. Efek samping obatobatan, misalnya ARV 2.4. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan klinis ODHA
3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI 3.1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Berdasarkan diagnosis gizi kemudian dilakukan perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi klien. Hal ini dilakukan dalam rangka menetapkan preskripsi gizi, pedoman makan, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dan merencanakan menu sesuai kebutuhan klien. Pada penderita dengan HIV, kebutuhan gizinya disesuaikan dengan stadium penyakitnya.
1'1 I Kl M ;\NI' L: LI\YANAN G I Z I MGI ODHA
Tabel 6 : Kebutuhan gizi pada ODHA berdasar stadium
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3 dan 4
Kebutuhanenergimengikuti kebutuhan normal dengan memperhatikan gizi seimbang
Kebutuhan energi meningkat 10% dari kebutuhan normal
I
Kebutuhan energi meningkat 20% 30% dari kebutuhan normal
3.1.1. Perhitungan Kebutuhan Energi.
Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24
jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal pentingyang perlu dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah seimbang.
3.1.1.1 Harris Benedict
Merupakan cara yang sering digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi seseorang. Rumusnya dibedakan antara kebtituhan untuk lakilaki dan perempuan.
Lakilaki
=
66 + C 13,7 x BB ) + C 5 x TB ) C6,8 xU)Perempuan = 65,5 + C 9,6 x BB ) + C 1,8 x TB ) C4,7 xU)
Faktor koreksi stress adalah : Stress ringan Stress sedang