PEDOMAN
PELAYANAN GIZI BAGI
ODHA
...
Cetakan II : Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RJ
612.3
Ind
P
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODl-IA .-- JRk artR : Kementerian Kesehatan R I, 20 I 0
I. Judul I. NUTRlTlON REQUIREMENTS
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG] ODHA
KATA PENGANTAR
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi HIV/ Al OS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultatio n on Nutrition and HIV/ AIDS" di Thailand pada 9-11 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan H IV/AI OS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/ AIDS pasti mempengaruhi status gizi OOHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) intervensi gizi yang adekuat dapat membantu OOHA mengurangi gejala klinis, mengurangi risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizi.
Oalam rangka menuju pelayanan HIV/ Al OS yang komprehensif, pada tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan OepKes dan WHO telah menyusun Pedoman PeIatihan Perawatan dan Oukungan Gizi bagi OOHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada OOHA belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi Bagi セohaBN@
Kami mengucapkan terimakasih kepada !intas program, akademis, profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini. Semoga ini bermanfaat.
Maret 2014
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG! ODHA
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR lSI v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
8. Tujuan 2
C. Sasaran 2
D. Ruang Lingkup 2
BAB II HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium KJinis HIV 3
B. Oiagnosa 6
C. Metabolisme Gizi Pada OOHA 7
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV 7
E. Gizi dengan ARV 8
BAB ([I PELAYANAN GIZ! BAG! OOHA
A. Tujuan 11
8. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (0-12 tahun) 11
2. Remaja dan dewasa
15
3. Ibu hamil dan menyusui 30
BAB IV MONITORING A. Monitoring kiinis B. Monitoring laboratorium
C. Monitoring asupan makanan
BAB V PENUTUP
OAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak b. Form monitoring berat badan pad a remaja dan dewasa 2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 6. Form daftar bahan makanan penukar 7. Contoh Makanan Formula Cair Oral 8. Form monitoring asupan makanan 9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Penyakit H IV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006, diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan H1V/ AI DS (ODHA) sebanyak 193.000 - 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang. Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/ AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang dilaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari
67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup.
B. TUJUAN
Umum: Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan
3. Terlaksananya monitoring berat badan
4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C. SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionisj dietisien 3. Perawat
4. Bidan
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum 2. HIV j AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis
HIV, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (0-2 tahun), remaja dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA denganmanifestasi klinis
penyakit
Jain.4. Monitoring (monitoring klinis, laboratorium dan asupan makanan).
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB II
HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu (AS1). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Wa\aupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission (PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan di dalam tubuh menurun.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit, termasuk pada ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup ODHA.
A. STADIUM KLINIS HIV
Tabel1 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
1. Penurunan BB < 10%
2. Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik, prurigo,infeksi jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulut berulang, kheilitis angularis)
3. Herpes zoster dalam S tahun terakhir
4. Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (seperti sinusitis bakterial)
Stadium klinis III
1. Penurunan berat badan > 10%
2. Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thru sh)
S. Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dU)
U:m atJU skal,) fllngsloTldl .3 . SO% dalam mJsa bul,lIl teral hi)'
tl'rh,lring
Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
1. HIV wasting Syndrome
*
2. Pneumocytic carinii pneumonia 3. Toksoplasmosis otak
4. Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan S. Kriptokokosis ekstra paru
6. Penyakit Cytomegalovirus pada satu organ selain hati, limpa ataB kelenjar getah bening (contoiT etinitis)
PEDOMANPElAYANAN GIZI BAG! ODHA
7. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan) atau organ dalam
8. Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML) 9. Mikosis endemik yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki 11. Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru 12. Septikemia salmonela non-tifoid
13. Tuberkulosis ekstra paru 14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi's 16. Ensefalopati HIV
**
Dan atau skala fungsional 4: > 50% dalam masa 1 bulan tcrakhir terbaring
*
HIV wasting syndrome: berat bad an berkurang > 10% dari BB semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .**
Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, berJangsung selama berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.Stadium k1inis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
1. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
2. Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal 3. Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yangjelas
[image:12.402.18.390.18.571.2]5. Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial non-TB, abses)
Stadium klinis III
1. Jnfeksi oportunistik yang termasuk dalam de f inisi AI DS 2. Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas
*
3. 4. 5.
Ensefalopati yang progresif Keganasan
Septikemia atau meningitis berulang
*
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali berturut-turut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .B. DIAGNOSA
Diagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas ( 4 stadium). 2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Dilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS. Pemeriksaan serologi untuk HIV
- Limfosit total atau CD4 (jika tersedia) Rapid Test Diagnosa (jika tersedia)
2.2. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan Co-morbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah, SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum. - Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
C. METABOLISME GIZI PADA ODHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak nap as, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
D. HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu perJu diperhatikan faktor pSikososial serta keamanan makanan dan minuman.
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada OOHA
[image:14.401.41.398.311.570.2]==7 ==
Gambar 1
Pada OOHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HIV PADA GIZI
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada OOHA
Gizi yang adekuat pada OOHA dapat mencegah kurang glZI, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan memperbaiki kualitas hidup.
E. GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat interaksi antara gizi dan ARV yaitu :
l. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV 2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek sa mp ing ARV dapat me mpengaruhi konsumsi makanan 4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek
sampi ng
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG\ ODHA
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kern bali, yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/ AIDS adalah menghambat perjalanan penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa Iebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidu p OOHA.
[image:16.403.67.317.243.316.2]Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV, sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain obat-obat ARVada beberapa obat lain yang diberi kan pada OOHA sesuai dengan kondisi klinisnya.
Tabel 3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini- Pertama
Anjuran Paduan ARV I
Pilihan utama AZT + 3TC + NVP Pilihan alternatif AZT + 3TC + EFV 04T + 3TC + NVP 04T + 3TC + EFV
Catatan: Pili han paduan berdasarkan Pedoman Tatalaksana HIV dan ARV dari
Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek sam ping bahkan tidak dapat ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
-- --
-• 10t .". 4IV"U.".,... ....
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
NAMA GENERIK EFEK SAMPING
GOLONGAN Zidovudine Anemia, neutropenia, intoleransi gastro intestinal, sakit kepala, sulit tidur, miopati, adosis laktat dengan statosis hepatitis (jarang), gangguan pengecapan, luka di mulut, edema di lidah dan bibir, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia,
Lamivudine (3TC) NRTI (AZT, ZOV)
Sedikit toksik, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T) Pancrea titis,neuropati peri fer,asidosis laktat dengan hepatitis (jarang), lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddl) Diare, mual, muntah, pankreatitis.
1
-Tenofovir (TDF) Insufisiensi fungsi ginjal
Ruam kulit, sindrom steven Johnson, GOLONGAN Nevirapine (NVP)
peningkatan serum aminotranferase, hepatitis, keracunan hati, mual, muntah.
NNRTI
-Efavirenz (EFV) Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi peningkatan kadar transaminase, ruam kulit
1- _ .
GOLONGAN Lopinavir (LPV) lntoleransi gastrointestinal,mual,
PI muntah, peningkatan enzim
transaminase, hiperglikemia, pemindahan lemak dan abnormalitas lipid
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan diet harus disesuaikan denga n kondisi klinis, efek sam ping, penyakit penye rta dan status gizi pada OOHA.
[image:17.400.14.377.32.570.2]PELAYANAN GIZI BAG\ ODHA
BAB III
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. TUJUAN
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Khusus:
1. Tercapainya berat bad an normal
2. Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah 3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi 4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
B. ASUHAN GIZI
1. PADA BAYI DAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHIV, umumnya mempunyai berat lahir rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gaga I tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 0-6 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah AS\, karena itu bayi yang lahir dari seorang ibu denga n HIV positif, harus diberikan pendampingan dan konseling menge nai pemilihan
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masing-masing pilihan tersebut. Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya. maka harus diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya diberikan ASI saja. bukan mixed feeding (ASI dan susu formula bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian ASI ekslusif. Makanan Pendamping AS! (MPASI) diberikan mulai usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi melalui AS!. yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi Menyusu Dini)/early cessation. 2) memanaskan ASl perah pada suhu tertentu (suhu 66°C) .
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet. mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV. 8agi ibu dengan HlV positif yang memilih untuk tidak memberikan ASl dapat memberikan susu formula sepanjang memenuhi kriteria AFASS (acceptable. feasible. affordable. sustainable. and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan susu formula untuk bayi. Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu dan keluarga punya waktu. pengetahuan. dan ketrampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula kepada bayi. Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga mampu membeli susu formula. Suistanable (berkelanjutan) berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar. serta suplai dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya. Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus disimpan secara benar. higienis. dengan kadar nutrisi yang cukup. disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih. serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti AS! bisa
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
diperoleh dari susu formula komersial rnaupun susu hewani yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabi,la ibu mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan
(44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak mampu menyediakan susu formula komersial (karena harga yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing dapat digunakan sebagai pengganti AS!.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan keluarganya:
1.1.1. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi.
1.1.2. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman
dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang teIah dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan 1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 6-24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat tanda-tanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI-nya lagi. maka makanan padat dapat segera diberikan.
Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 6-12 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 1224 bulan hanya memenuhi
sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas
24 bulan, makanan yang diberikan sarna dengan makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan memperhatikan kebersihan.
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus meliputi :
Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar tumbuh kern bang optimal dapat tercapai .
1.3. Pada anak (212 tahun)
Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat memacu tumbuh kern bang anak secara optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya adanya oral trush, atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat
digunakan pipa
orol
nasogastrik (nutrisi enteral). Apabilaterdapat infeksi kronis saluran cerna serta sind rom malabsorpsi yang berat dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral. Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata laksana gizi buruk.
Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak: 1.3.1. Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi
persyaratan
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1.3.2. Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
1.3.3. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jika memungkinkan.
1.3.4. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga matang .
1.3.5. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan
menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega 1.3.6. Obati penyakit penyerta.
1.3.7. Melakukan pemantauan rutin tiap 24 minggu
2. REMAJA (1218 tahun) DAN DEWASA
A. PENGKAJIAN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data
klinis dan fisik, data kebiasaan makan dietary history
I
sertadata riwayat personal.
Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan standar baku/nilai normal. sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya. 1. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan,lingkar lengan atas, teballemak, lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk dewasa dan standar deviasi Zscore
BB/PB atau BB/TB untuk anak.
Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam rum us pen ilaian status gizi tertentu.
1.1. IMT (Indeks Massa
Tubuh)
Digunakan u ntuk menentukanstatusgizi orangdewasa.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Rumusnya adalah :
IMT (k 1m2) = _ Berat Badan (kg)
g Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)
[image:23.400.103.362.42.456.2]Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang tersedia. Berikut adalah klasifikasi IMT untuk orang Indonesia.
Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang
IMT Kategori
< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan
tingkat berat)
17,0 18,4 Kurus (kekurangan berat badan
tingkat ringan)
.
18,5 25,0 Normal
25,1 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat
ringan)
> 27,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber: Oepkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
1.2 Laboratorium
Misalnya C04, Viral load, Creactive Protein,
Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin,
Hematokrit, Total kolesterol, HOL, LOL, trigliserida, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
dilakukan
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGt ODHA
1.3. Klinis / fisik
Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium HIV/ AIDS), kehilangan massa Jemak, massa otot, kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
1.4. Riwayat gizi :
Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya pantangan makanan (berkenaan dengan agama dan etnis), aJergi makanan, intoleransi makanan, keamanan makanan dan min uman, efek samping obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan (masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare, rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin, mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
1.5. Riwayat personal
Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial ekonomi dan kebiasaan merokok .
2. PENENTUAN MASALAH GIZI
Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya : 2.1. Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat 2.2. Kehilangan berat badan
2.3. Efek samping obatobatan, misalnya ARV 2.4. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan klinis ODHA
3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI 3.1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Berdasarkan diagnosis gizi kemudian
perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi klien. Hal ini dilakukan dalam rangka menetapkan preskripsi gizi, pedoman makan, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dan merencanakan menu sesuai kebutuhan klien. Pada penderita dengan HI\!, kebutuhan gizinya disesuaikan dengan stadium penyakitnya.
Tabel 6 : Kebutuhan gizi pad a DOHA berdasar stadium
Stadium 1 Kebutuhanenergi mengikuti kebutuhan
normal dengan memperhatikan gizi seimbang
Stadium 2 Kebutuhan energi meningkat 10% dari
kebutuhan normal
Stadium 3 dan 4 Kebutuhan energi meningkat 20% 30% dari kebutuhan normal
3.1.1. Perhitungan Kebutuhan Energi.
Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal penting yang perlu dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah seimbang.
3.1.1.1 Harris Benedict
Merupakan cara yang sering digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi seseorang. Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk lakiIaki dan perempuan.
LakiIaki = 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) ( 6,8 xU)
Perempuan = 65,5 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 xU)
Faktor koreksi stress adalah : Stress ringan Stress sedang
BEE untuk berbagai
=
1,3 x BEE= 1,5 x BEE
tingkat
I
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stress berat = 2,0 x BEE
Kanker = 1,6 x BEE
3.1.1.2. Basal Metabolik Rate dan Aktifitas Untuk menghitung perkiraan BMR seseorang digunakan berat badan sebenarnya. Secara umum BMR wanita adalah 0,9 kkaljkg BB/jam dan untuk lakiIaki adalah 1,0 kkal/kg BB/jam.
LakiIaki = 1 x BB sebenarnya x 24 jam
Perempuan = 0,9 x BB sebenarnya x 24 jam
Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi oleh tingkat aktifitas da n SDA. Aktifitas tubuh umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
Aktifitas sangat ringan = 20% x BMR
Aktifitas ringan = 30% x BMR
Aktifitas sedang = 40% x BMR
Aktifitas berat = 50% x BMR
SDA atau Specific Dynamic Action dari intake makanan adalah pengeluaran energi dari efek makanan yaitu 10% dari total energi makanan.
Kebutuhan energi total
= BM R + Tingkat aktifitas +SDA
3.1.1.3 Berdasarkan Berat Badan
Perhitungan kebutuhan energi untuk
mengetahui Angka Metabolisme Basal (AMB) berdasarkan per kg berat badan normal atau ideal dengan memperhitungkan energi untuk aktifitas dan faktor koreksi tingkat stress karena adanya penyakit.
I
AMB = 1 kkal x BB ideal x 24 jamKebutuhan energi didapat dengan mengalikan AMB dengan faktor akivitas dan faktor trauma/
stress, Rumus yang digunakan adalah:
Kebutuhan energi
= AMB X faktor aktivitas X faktor traumajstres
[image:27.401.156.361.186.363.2]catatan : Bila seseorang memiliki berat badan kurang, maka kebutuhan energinya ditambah 500 kkaJori, sedangkan bila berat badannya lebih dikurangi 500 kkalori
Tabel 7: Faktor aktivitas fisik
Aktivitas Jenis Kelamin
Lakilaki Perempuan
Sangat ringan*)
Ringan**)
Sedang
Berat**)
1,30
1,65
1,76
2,10
1,30
1,55
1,70
2,00
Sumber
*) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause's
Food, Nutrition & Diet Therapy.
**) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998, Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Widya Karya Pangan dan Gizi VI.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 8 : Faktor aktivitas & faktor trauma/stress
dalam menetapkan kebutuhan energi
No Aktivitas Faktor No Jenis trauma/stress Faktor
1. Istirahat di tempat tidur
1.2 1. Tidak ada stress, pasien
dalam keadaan gizi baik
1.3
2. Tidak terikat di tempat tidur
1.3 2.
3.
4.
5.
6.
Stress ringan: peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif, trauma kerangka moderat
Stres sedang: sepsis, bedah tulang, luka bakar, trauma kerangka mayor
Stres berat: trauma multiple, sepsis, dan bedah Multisistem
Stres sangat berat:
luka kepaJa berat, sindroma penyakit pernapasan akut, luka bakar, dan sepsis
Luka bakar sangat berat
1.4
1.5
1.6
1.7
2.1
Sumber: A Practical Guide to Nutritional Support in Adult and Children. Nutritional Support Service, University Malaya, Kuala Lumpur, 2000
Contoh kasus 1:
Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun, mempunyai tinggi badan 158 em dan berat badan 45 kg dengan
HIV stadium I.
Kebutuhan AMB: lx 45 x 24 Jam = 1080 k kal
Faktor aktifitas
=
1,3. Faktor stress=
1.3Total kebutuhan Kalori
=
1080 kkal x 1,3 x 1,3=
1823,9(dibulatkan 1850 kkal)
Contoh Kasus 2:
Seorang lakilaki menderita HIV stadium III dirawat di RS,
berat badan 45 kg tinggi badan 165 em. berat badan idealnya untuk
IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg atau
dibulatkan menjadi 52 kg.
Orang ini mengalami kekurangan berat badan tingkat berat IMT: 45 /
1.652 = 16,5. Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan
kebutuhan energinya adalah sebagai berikut : Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal
AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1.3 x 1,3 = 2.109 kkal
Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal
Total kebutuhan energi = 2609 kkal
(Pemberian energi ini diberikan seeara bertahap dan Iihat kondisi pasien sampai meneapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk menaikan berat badannya)
Contoh Kasus 3:
LakiIaki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 em dan berat badan 50 kg dengan HIV stadium I (ringan). Perhitungan kebutuhan energinya adalah:
Berat badan ideal adalah 53 kg. Faktor aktivitas = 1.2, Faktor stress = 1.4 (stress ringan). Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272
kkal. Kebutuhan Total energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.1.2. Perhitungan kebutuhan protein
Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi adalah 1215% dan tingkat kecukupan yang dianjurkan berdasarkan BB ideal per hari adalah 0,8 1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,4
-0,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB.
3.1.3. Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh (2 : 1) . Kebutuhan Jemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Di sam ping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak. Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total, kebutuhan lemak rendah < 10 % dari kebutuhan energi total
Dalam keadaan tertentu seperti :
Kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak sangat minimal
3.1.4. Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat adalah 60-75% dari total energi, atau sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya penyakitdiabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi membutuhkan serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan diare membutuhkan serat rendah «1 0 gjhari).
3.1.5. Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin
Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit atau saluran cerna, dan interaksi dengan obatobatan. Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu, vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
3.1.6. Perhitungan kebutuhan cairan
3.1.6.1. Seorang dewasa biasanya membutuhkan
cairan antara 1,5 2 lj hari
3.1.6.2 Berdasarkan kepada berat badan yaitu : Dewasa muda 35 40 ml / kg BB yang diinginkan / hari dan manula 25 30 ml / kg BB yang diinginkan / hari
3.1.6.3. Pada kondisi penyakit tertentu yang
membutuhkan pembatasan cairan
maka perhitungan cairan berdasarkan
penghitungan balans cairan yaitu : Balans
cairan
=
asupan (intake) keluaran (output)Asupan cairan
=
jumlah urin + insensiblewater loss (500 ml).
B. PRESKRIPSI DIET
1. Preskripsi Diet atau disebut dengan batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zatzat makanan lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Gizi memberikan arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatka nn kesehatan yang optimal.
2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi makan serta cara mengolah makanan
3. Penyusuna n menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan siang serta diantara waktu makan siang dan malam. Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman makan.
C. KONSELING GIZI
Ahli gizi sebagai konselor menginformasikan status gizi, data biokimia, data kJinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan gizi pasien, kebiasaan makan, asupan energi dan zat gizi klien serta hasil diagnosis gizi. Informasi tersebut kemudian didiskusikan, menuju peru bah an pola makan mengikuti perencanaan menu yang sudah disiapkan meliputi porsi makan 1 hari, distribusi porsi makan setiap waktu makan, hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan oleh klien berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hid up, penggunaan daftar bahan makanan penukar, contoh menu, makanan yang boleh dan yang tidak boleh dengan menggunakan alat bantu food model, leaflet dan alat peraga lainnya. Berikut ini adalah beberapa informasi yang perJu diberikan pada pasien HIV :
1. Syarat diet untuk stadium 1 dan 2
1.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur. ayam, ikan, kacang kacang dan produk olahannya.
1.2. Banyak makan sayur dan buah buahan secara teratur terutama sayuran dan buahbuahan berwarna kaya vitamin A dan zat besi.
1.3. Bila DDHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu sangat baik untuk kesehatan .
1.4. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
1.5. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual).
1.6. Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun kimia
1.7. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
1.8. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
1.9. Bila ODHA mendapatobatanti retroviral, pembe rian makanan
disesuaikan dengan jadwal
minum
obat saat iambung kosong,saat lambung terisi, atau diberikan bersamasama dengan makanan.
2. Syarat diet untuk stadium 3 dan 4
2.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang kacang dan produk olahannya
2.2. Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
2.3. Sayur dan buah buahan diberikan sesuai kebutuhan
2.4. Rendah serat, makanan lunak / cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
2.5. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
2.6. Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
2.7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya
2.8. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan
penyakit lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis oral)
2.9. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
2.10. Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun kimia
2.11. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
2.12. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
2.13. Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen , tapi
pemberian dosis besar (megadosis) harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh
2.14. Bila ODHA mendapatobatanti retroviraL pemberian makanan disesuaikan dengan jadwaJ minum obat saat lambung kosong, saat lambung terisi, atau diberikan bersamasama dengan makanan.
3. Saran untuk Meningkatkan Energi
3.1. GUlla kan lemak MeT (minyak kelapa), mentega dan kacang-kacangan
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG I ODHA
3.2. Sediakan makanan kecil tinggi protein: kacangkacangan, es
krim, yogurt
3.3. Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi kalori : krim
sup, sereal panas, ikan goreng tepung
3.4. Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manisj
minuman manis, agar agar disajikan sebagai makanan penutup
3.5. Makan secara perlahan dan nikmati secara santai
4. Keamanan Makanan
4.1. Bahan makanan dikemas sesual )enisnya secara terpisah
saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak mengkontaminasi bahan makanan lain.
4.2. Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
4.3. Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasanjmineral
4.4. Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir 4.5. Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi
4.6. Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pad a label kemasan makanan
4.7. Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan alat dapur
4.8. Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena lebih terjamin keamanannya.
4.9. Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
4.10. Hindari konsumsi bahan makanan me!ltah (misalnya lalapan, salad, telur dan daging panggang setengah matang) .
4.11. Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
4.12. Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak mencapai titik didih (100QC)
5. Bahan Makanan Yang Dianjurkan :
5.1. Tempe dan produknya, selain mengandung protein vitamin B12 juga mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.
5.2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak
sekaJigus sebagai sumber energi karena mengandung MCT
yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel.
5.3. Wortel mengandung betakaroten yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk C04. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan betakaroten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Akibat perusakan oleh HIV pada selsel maka tubuh menghasilkan radikal bebas
5.4. Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan C04
5.5. Sayuran hijau dan kacangkacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan C04 dan pencegahan anemia
5.6. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LOL. Oi samping itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV.
5.7. Konsumsi kacangkacangan sesering mungkin 5.8. Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
5.9. Konsumsi sayuran dan buahbuahan setiap hari, lebih baik dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air panas.
5.10. Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya 5.11. Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang.
6. Bahan Makanan yang Tidak Oianjurkan :
6.1. Semua bahan makanan yang menimbulkan gas seperti : ubi jalar, ko!. sawi , nangka dan durian
6.2. Semua makanan tinggi lemak : santan kental, lemak daging dan kulit ayam
6.3. Bum bu yang me rangsang : cabe, merica, cuka
6.4. Bahan makanan yang mentah seperti lalapan 6.5. Bua hb ua han yang masih mentah
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG I ODHA
6.6. Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur setengah matang.
6.7. Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa 6.8. Minuman bersoda dan mengandung alkohol
D. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Kegiatan ini merupakan langkah dari proses asu han gizi terstandar dan bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja.lndikator hasil yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada kebutuhan pasien, diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit. Sedangkan waktu pengamatan dari masingmasing indikator sesuai dengan rujukan yang digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi :
1. Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidaknya asupan
gizi ODHA
2. Berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LLA) 3. Laboratorium
[image:36.403.51.401.293.565.2]4. Masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi
Gambar 3 : PELAYANAN G1ZI
MASUK
1-Skrining
I I
Pengkaj ian Gizi :
Antropometri
Laboratorilllll
Klinis ( fisik
Riw.Gizi
Riw. Personal
I Masalah Gizi
I
.
Intervensi Gizi :
TlIju;m
Preskripsi diet
Implement<lsi
Pemberi;lIl Illakdnan( minuman
Erlukasi (ko nseling
.
Pengkajian
3. PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Syarat diet pada Ibu hamil dengan ODHA : sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori sebesar 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan multi mikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Perlu diperhatil<an ibu hamil tidak boleh menerima suplementasi vitamin A lebih dari 10.000 IU .
Tabel9 .
Kebutuhan Penambahan Energi dari Total Energi yang dianjurkan selama kehamilan dan menyusui
Trimester
HIV negatif, gizi baik
HIV positif, gizi baik
HIV positif, gizi bail< dengan penyakit oportunistik
HIV positif, gizi kurang
1 2 3
+0% +10% +25%
+10% +20% +35%
+30- +40-
+55-40% 50% 65%
+35% +35% +40%
Tabel10 .
Menyusui
+25%
+35%
+5565%
+40%
Rekomendasi Kenaikan BB selama kehamilan pada ODHA
Kategori IMT
Sebelum kehamilan
Total kenaikan (Kg)
Rekomendasi kenaikan
BBj minggu :
Trimester II & III
IMT < 19,5 12,5·18,0 セ@ 0,5 kg
IMT 19,5 25,9 11,516,0 0,5 kg
IMT26,0 29,0 7,011,5 0,3 kg
IMT >29,0 <7 0,3 kg
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Panduan WHO menyebutkan bahwa bayi dari ibu HIV positif tetap diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. Jika ibu memilih tidak memberikan ASI, dapat diberikan susu formula yang memenuhi persyaratan AFASS (Ii hat bahasan di makanan bayi 06 bulan).
Halhal penting yang harus diperhatikan, terkait dengan pemberian ASI pada ibu ODHA :
3.1. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling untuk membantu mereka membuat kep utusan apakah ingin memberikan AS! ekslusif atau susu formula kepada bayinya.
3.2. Pada ibu ODHA yang mengkonsumsi ARV, dianjurkan
memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan. Jika tidak diberikan ASI , susu formula yang dipilih harus memenuhi persyaratan AFASS.
3.3. Dianjurkan untuk memanaskan ASI (minimal 66 C) nya untuk
mematikan virus HIV
3.4. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif atau memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI
3.5. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran (mixed feeding) bagi bayi d3ri ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan dengan susu formula dan makanan minum lainnya bahkan airpun tidak , lalu menghentikan pemberian ASI setelah beberapa bulan.
4. PELAYANAN GIZI PADA MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT LAIN
ODHA pada stadium 2,3 atau 4 sering disertai dengan beberapa
gejala klinis dan infeksi oportunistik seperti ISPA, diare, TBC, hepatitis, dll. Berikut contoh manifestasi k1inis dan gangguan gizi yang sering terjadi pada ODHA dan rekomendasinya
Tabeill.
Manjfestasi klinis pada ODHA
MANIFESTASI KLiNIS
GANGGUAN GIZI REKOMENDASI GIZI
Anoreksiadan Penurunan nafsu Diet: makanan lunak, disajikan
disfagia makan, kesulitan
menelan karena infeksi jamur mulut (kandidiasis oral).
menarik, porsi kecil dan sering, minum menggunakan sedotan. Anjuran :kentalkan cairan, minuman ringan dihindari sampai selesai makan, anjuran beraktivitas, bila disfagia parah sediakan alat penghisap. Bila memakai makanan cair ijinkan pasien mencoba beberapa bahan makanan yang disenangi
Diare Kehilangan zat gizi
dalam tubuh
Diet: rendah laktosa, rendah serat, rendah lemak, dan banyak mengkonsumsi cairan, seperti oralit. Untuk gizi buruk gunakan Rehidration Solution for Malnutrition (ReSoMAL). Anjuran :buahbuahan rendah serat, tinggi kalium dan magnesium: jus pisang, jus alpukat
Sesak Nafas Asupan kalori tidak
mencukupi, pasien lemah
Anjuran : makanan tinggi lemak MCT dan rendah karbohidrat. Makanan diberikan dalam posisi setengah tidur
Malabsobsi Lemak
]
NBセ@Gangguan penyerapan lemak
Anjuran :sumber lemak nabati,
MCT, tambahkan vitamin larut
lemak
,
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
MANIFESTASI GANGGUAN GIZI REKOMENDASI GIZI
KLiNIS
Demam Peningkatan Anjuran : minum lebih dari 2
pemakaian kalori dan liter/ hari
kehilangan eairan Lunak dan porsi keeil tapi
serirg
Tinggi kalori protein, padat Badan
Penurunan Berat Gangguan makan
seeara oral kalori,rendah serat, porsi kecil
dan sering
porsi kecil tapi sering, Muntah
menghindari aroma makanan yang merangsang
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BABIV
MONITORING
Kegiatan monitoring adalah review dan pengukuran status ODHA yang telah dijadualkan, berkaitan dengan diagnosis gizi, rencana dan tujuan intervensi serta hasil.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan RS Rujukan Bagi ODHA, sehingga akses layanan terhadap OOHA semakin mudah dan dekat. Hal ini sesuai dengan pencanangan" access forall"oleh WHO,semua OOHA mendapat akses untuk perawatan, dukungan dan pengobatan secara komprehensif.
Oengan meningkatnya akses layanan terhadap OOHA, maka dibutuhkan suatu monitoring yang mencakup klinis dan laboratorium. Pada buku ini, monitoring hanya dibatasi pada halhal yang terkait dengan gizi OOHA.
A. MONITORING KLiNIS
Adalah suatu kegiatan, dimana OOHA diperiksa secara teratur dan diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan pencernaan, dll) dan tanda yang ada hubungannya dengan penyakitnya atau pengobatannya, termasuk monitoring berat badan . Oalam monitoring klinis diperlukan formulir medis yang baku dan register, termasuk sistim rujukan pasien.
Penimbangan berat badan untuk anak dilakukan setiap hari, sementara untuk orang dewasa dilakukan seminggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi klinis OOHA. Hal ini berguna untuk memonitor respons pengobatan dan intervensi gizi yang diberikan. Tidak adanya perubahan kenaikan berat badan mungkin merupakan pertanda adanya kegagalan pengobatan dan intervensi gizinya.
Status gizi bayi dan balita ditentukan denga n menggu nakan baku
standar WHO 2005. Untuk anak sampai usia 15 tahu n menggunaka n BB/TS
dengan Z score, remaja 1519 tahun dengan menggunakan IMT (Index Massa Tubuh) dibandingkan dengan umur dan dewasa menggunakan IMT.
lndikator keberhasilan :
1. Pada anak : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/
minggu .
2. Pada dewasa: mempertahankan BB pad a saat didiagnosa tidak turun > 5%
B. MONITORING LABORATORIUM
Adalah serangkaian pemeriksaan yang umumnya berhubungan dengan pemeriksaan darah yang meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, kadar gula darah, SGOT, SGPT, kadar albumin, ureum, kreatinin, elektrolit (Na, K, CI), kadar kolesterol, trigliserida, sistim imun, virologi, efek samping obat ARV dan resistensi obat. Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi adalah sebagai berikut :
1. Hemoglobin
Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemi paling sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang biasanya terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi
secara perlahanIahan beberapa bulan kemudian . Jika Hb < 7 g/ dl,
pertimbangkan untuk mengganti obat dan intervensi dan konseling gizi untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
2. Hematokrit
Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat セ@ 20%,
berarti ada indikasi dehidrasi. 3. Hiperglikemia dan resisten si insulin
Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat menyebabkan diabetes, yang biasanya terjadi pada penggunaan PI, dengan prevalensi 317%. Ratarata 5% kasus terjadi setelah pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi seteJah 2 bulan pengobatan.
4. Gangguan fungsi liver
Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anorexia, kencing berwarna t.eh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua ARV dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B
atau hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda
dini kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
dilepaskan oleh hati. Oikatakan hepatotoksisitas jika terdapat : peningkatan SGOT atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan ada gejala atau peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal tertinggi
5. Untuk mengetahui status nutrisi dapat dilakukan pemeriksaan albumin darah.
6. Gangguan fungsi ginjal
Obat jenis protease inhibitor menyebabkan gangguan ginjal yang dalam beberapa keadaan dapat dicegah dengan minum air yang banyak sepanjang hari. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dilakukan adalah ureum dan kreatinin.
7. Oislipidemia
Protease inhibitor paling sering menyebabkan dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid a dalam darah. KeJainan tersebut biasanya timbul setelah lebih dari 6 bulan penggunaan
obat ARV.
C. Monitoring Asupan Makanan
Monitoring asupan makan mencakup: jumlah, jadual dan jenis makanan menggunakan anamnesa diet dan anaJisis diet. Anamnesa diet terdiri dari recall 24 jam dan catatan pola makan untuk mengetahui jumlah dan komposisi makanan, poJa makan sehingga dapat dilakukan analisis untuk peningkatan kualitas dan kuantitas diet OOHA. Asupan makanan, minimal 80% dari kebutuhan jorangj hari. Asupan dikatakan baik bila dapat
menghabiskan > 80 %, kurang 5180% dan buruk bila < 51%. (Sumber:
Principles of Nutrition Assesment 2 rd edition 2005). Pada OOHA dengan masalah asupan makanan monitoring dilakukan setiap hari, yang meliputi jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima terhadapa makanan yang diberikan .
PEDOMANPELAYANAN GIZI MGI ODHA
BABV
PENUTUP
Pelayanan gizi bagi OOHA merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendukung keberhasilan perawatan dan pengobatan pada penderita HIV/ AIDS. Pada umumnya OOHA akan mengalami masalah dalam asupan makanan, yang mengakibatkan penurunan berat badan, menurunnya imunitas sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Asuhan gizi yang adekuat pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup OOHA.
Terapi
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I), Depkes 2013
2. Food, Nutrition & Diet Therapy Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000,
Krause's
3. HIV/ AIDS: A Guide for Nutritional Care and Support, 2004
4. HIV and Infant Feeding, Revised Principles and recommendations, Rapid
Advice, November 2009
5. International Dietetics & Nutrition Terminology (INDT) Reference
Manual, American Dietetic Association, 2008
6. KELUARGA SADAR GIZI (KADARZJ) mewujudkan keluarga cerdas dan
mandiri, Departemen Kesehatan RI, jakarta, 2004
7. Makalah Ilmiah Nasional (PIN) ke III Tahun 2007, Peran Gizi dalam
Kelangsungan Hidup Manusia, ASDI, DPD jawa Tengah, 2007
8. Materi Penatalaksanaan Gizi Medis dan Paramedis,jaringan Epidemiologi Nasional, tahun 2008
9. Modul Pelatihan Asuhan dan Dukungan Gizi bagi ODHA, WHO dan
Depkes
10. Nutritional Care and Support For Pregnant and Lactating Women and Adolescent Girl, HIVGuidelines, Source Institute of Medicine, 1990. 11. Nutrition Therapy and Pathophysiologi, Marcia Nelms, Kathryn Sucher,
Sara Long, 2007
12. Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA, JEN 2008
13. Pedoman Monitoring pasien untuk perawatan HIV dan antiretroviral, Depkes tahun 2005
14. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan Bagi ODHA, Ditjen Pemberantasan penyakit Menular dan penyehatan lingkungan, Depkes RI, jakarta, 2003
15. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi, DepKes 2006
16. Pedoman nasional Pencegahan dan Penularan HIV dari ibu ke bayi, Unicef
17. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral (Edisi Revisi), Ditjen Pemberantasan penyakit Menular dan penyehatan lingkungan, Depkes Rl, jakarta, 2007
18. Pedoman Umum Gizi Seimbang (panduan Untuk Petugas ) , Depkes 2005
19. Pen un tun Diet, edisi Baru, DR.Sunita Almatsier, MSc, Gramedia, tahun 2004
20. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
21. Principles of Nutrition Assesment, 2 rd edition, 2005 22 . Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Depkes 2007
23 . Training Pelayanan Gizi terpadu pad a Penderita HIV/ AIDS, RSPI Sulianti Saroso 2006
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 1
Form Monitoring Berat Badan Pada Bayi dan Anak
35
30
25 Berat Badan 20 (Kg) 15
10
5
o
r
-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu Perawatan (hari)
Form Monitoring Berat Badan Pada Remaja dan Dewasa
70
60
Berat 50
Badan 40
(Kg) 30
20
10
o
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu Perawatan (Minggu)
=
43
=
Lampiran 2
FORM CATATAN POLA MAKAN
Nama )enis kelamin : LIP
Alamat Tgi Lahirlumur : ... ....
Tgi masuk RS Nomer Register: ... .... .
NO BAHAN MAKANAN
1 Nasi
2 Jagung
3 Mie
4 Roti
5 Biskuit/ roti kering
6 Kentang
7 Singkong/ubi
8 Tempe/tahu
9 Oncom
10 Kacang kering
11 Ayam
12 Oaging sapi
13 Oaging diawet
14 Bakso
15 lkan basah
16 lkan asin
17 Udang segar
18 Telur ayam/ bebek
19 Sayuran hijau
20 Sayur kacangan
TlDAK SETIAP SEMINGGU SEBULAN
JARANG
PERNAH UARI SEKALI SEKALI
セセ@
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
NO BAHAN MAKANAN TIDAK SETIAP SEMINGGU SEBUIAN
JARANG
PERNAH HARI SEKALI SEKALI
21 Sayur tomat
22 Sayur lain
23 Pisang
24 Pepaya
25 Jeruk
26 Buah segar lain
27 Buah awet
28 Susu segar
29 Susu kental manis
30 Tepung susu whole
31 Tepung susu skim
32 Es krim
33 Keju
34 Minyak goreng
35 Kelapa / santan
36 Margarin/ mentega
37 Teh manis/ gula
38 Kue basah
39 Sirop
40 Minuman botol ringan
Lamp;ran 3
RECALL 24 JAM
Nama Umur Alamat
Pekerjaan Pendidikan
Tgl masuk RS No.Reg RS
NO WAKTU
..,
BAlIAN
IAIANM
mrr
DElAT (Gt8)m
1
2
3
4
5
Pagi
Snack jam 10.00
Siang
Snack jam 16.00
Sorel malam
Hasil analisa : Konsumsi makanan / hari ... kalori
Dengan komposisi : karbohidrat ....gr, protein ... gr, lemak ... gr, vitamin(A.B,C) ... mineral (Fe. K. Phospor), ...
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 4
Form Monitoring Status Gizi Anak
Nama Pasien No. Rekam medik
A. RIWAYAT
1. Perubahan berat badan
1. Perubahan berat badan dalam 6 bin: _ kg A B C
2. Persen perubahan berat badan : _ Meningkat atau
menurun < 5%
Penurunan 5 10%
Penurunan> 10%