• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan ppt edisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan ppt edisi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pemilik Usaha/redaktur:

Alamsyah Cahayusuf

Alamat:Jl. Palmerah Selatan

No. 22 Jakarta Pusat, 10270

NPWP:71.302.653.2-077.000

Infokontak:

HP: 0812 1238 2169

Email:

kabarsenayan@yahoo.com

Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan

Potensi Masyarakat

Akta Notaris: No. 33/13 Pebruari 2008

SKT No: 220/93/IV/KESBANG/2008

NPWP No: 02.872.333.6-808.000

Kontributor Daerah:

1. Ansarullah, Wilayah Sulawesi Selatan

2. Nurlaili Ramdhani, Wilayah Nusa Tenggara,

3. H. Ahmad S, Wilayah Kalimantan

(4)
(5)

TEORI DAN PRAKTEK PERMODELAN BIO-EKONOMI DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

Oleh: Prof. Dr. Mangara Tambunan

Saya mengucapkan Selamat kepada Saudari DR. Nimmi Zulbainarni yang telah menerbitkan buku Teori dan Praktik dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap edisi Revisi diterbitkan oleh IPB Press pada tahun 2012.

Buku ini terdiri dari 9 chapter yang pada dasarnya berisikan Pemodelan Bio Ekonomi Perikanan, Kebijakan Perikanan dan Implementasi Model Bio Ekonomi yang tadinya dikembangan dari single species (dari Master Thesis) kemudian dikembangkan menjadi Multi Species pada Disertasi PhD. Buku ini pada dasarnya adalah pengembangan Thesis dan Disertasi Saudara DR. Nimmi Zulbainarni. Pada dasarnya buku ini sangat berguna bagi akademisi dan juga pada pengambil kebijakan Ekonomi Perikanan. Permasa-lahan Perikanan yang utama adalah adanya

masalah overfishing yang bersifat tidak sustainable di Perairan Laut Indonesia akibatnya sangat mungkin sudah melebihi Maximum Sustainable Yield (MSY) sehingga mendorong Penulis mencoba memahami permasalahan perikanan Indonesia apakah sudah overfishing secara bio-logi atau masih under exploitation (hal 4-6). Ti-dak berhenti pada uji empiris juga mempelajari implikasi kebijakan eksploitasi perikanan di Indonesia.

Di dalam masyarakat Perikanan banyak laporan yang mengatakan bahwa kondisi Perairan Indo-nesia telah habis dikuras oleh nelayan asing dan juga nelayan dalam negeri sehingga kemung-kinan besar bahwa memang Perairan Indonesia telah mengalami overfishing. Apa yang dilaku-kan oleh Pemerintah selama ini adalah mem-batasi jumlah perijinan dan jumlah dan lokasi kapal dst, tetapi kita tidak mengetahui secara persis apakah perairan Indonesia sudah under-fishing atau over exploitation.

Dalam hal ini kita tidak mengetahui sebenarnya titik MSY didalam Kurva Yield Effort dan isi buku ini adalah sebuah exercise Bio Modelling yang telah dikembangkan dan diterapkan di Indonesia.

Ada 2 jenis model yang dipakai:1.Model Statis dan 2.Model Dinamis ini dengan mengin-troduksi dimensi Waktu (T) pada Model yang diuraikan di hal 30-33. Buku ini mengembangkan Model Logistik Dinamis pada Kurva Logistik Ikan Tangkap dengan meng-gunakan prinsip Maksimisasi man-faat dan eksploitasi sumber daya Perikanan menurut satuan waktu.

Model Bio Ekonomi Species terbagi menjadi 2: Tunggal dan Multi Species. Model Single Species umumnya berorientasi pada satu jenis ikan (stok) saja sehingga hasil model bisa bersifat bias terhadap ikan jenis lain. Kelemahan utama yaitu kurang realistisnya

-Model Tunggal karena kondisi Single Species yang mewakili Sektor Perikanan keseluruhan. Kelemahan lain adalah sukarnya kita memberikan saran rencana penangkapan jangka panjang tentang sumber daya Perikanan. Mengingat kelemahan ini maka dibangun Model Multi Species untuk menjawab masalah ini dan model ini lebih realistis karena memasukkan faktor jenis ikan yang lebih banyak. Sedangkan salah satu kelemahan model Multi Species adanya kemungkinan hubungan predator sesama ikan. Walaupun demikian mo-del Multi Species jauh lebih realistis sehingga kita dapat lebih memperoleh hasil titik optimum (Ekonomi-Biologi) atas penangkapan atau pe-nangkapan masih di titik dibawah MSY dan su-dah barang tentu hasil estimasi lebih dipercayai.

Dalam buku ini terlihat hasilnya menunjukkan bahwa dengan menggunakan Model Multi Species perikanan kita masih dibawah titik MSY sedangkan jadi disimpulkan belum dalam kondisiOver Fishing.

Hasil dari buku ini merupakan rintisan bagus yang dapat dikembangkan kearah penggunanan Bio Ekonomi dengan Pengelolaan Multi Species didalam Multi Region sehingga sifat Ekologi Perikanan yang sangat mungkin heterogen di tiap Wilayah semakin realistis dimasukkan di dalam Model.

Sentral Tesis dari Model Biologi Perikanan adalah bagaimana pengukuran yang lebih akurat tentang stok ikan yang tersedia. DR Nimmi da-lam versi revisi membuat stok perikanan ini se-bagai suatu Natural Capital dimana stok ikan itu terutama induknya harus dipertahankan sede-mikian rupa supaya terus menerus dapat mem-produksi ikan dengan tingkatan eksploitas di bawah atau persis di titik MSY dalam me-menuhi kebutuhan konsumsi penduduk.

(6)

-oleh pengambil kebijakan perikanan tangkap di Indonesia sehingga dapat dihin-darkan over eksploitasi perikanan yang meng-habiskan stok ikan.

Beruntung hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan Plagis seperti Lemuru di Selat Bali kelihatannya belum mengalami over fishing se-cara biology dan ekonomi. Artinya stok ikan dapat dieksploitasi lebih besar lagi. Dalam dimensi kebijakan dalam “Open Access” agar “Tragedy of the Common” tidak terjadi ada baiknya Indonesia menggunakan model Biologi Ekonomi perikanan agar bisa mem-perkirakan kapan kita over Exploited dan Under Exploited. Masalah ini tidak cukup hanya mem-batasi kapal kapal tangkap perikanan

di Indonesia akan tetapi kita harus dilengkapi dengan kerangka kerja didukung data data dasar sifat perpindahan/perjalanan ikan.

Petunjuk utama soal overfishing di berbagai daerah selama ini kita mengandalkan data ne-layan dengan tingkat tangkapan menu-run/meningkat sebagai indicator utama menun-jukkan kelangkaan ikan di lautan. Sehingga kita harus tahu perikanan per region dengan pola perjalanan ikan dari waktu ke waktu baik jenis dan jumlahnya.

Kita berharap research untuk meningkatkan pe-nangkapan ikan yang sustainable di bidang Per-ikanan masih perlu ditingkatkan.

Profil penulis buku

Dr. Nimmi Zulbainarni lahir di Kuok, Kampar, Riau, 25 Juni 1974. Sarjana Perikanan Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1997. Program Master Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), IPB tahun 2002. Penulis mengikuti Program Beasiswa Non-Gelar Pertukaran Mahasiswa Jangka Pendek tahun 2003 di Universitas Kagoshima, Jepang. Doktor Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), IPB tahun 2011. Penulis menjadi dosen IPB sejak tahun 1999 sebagai staf pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan (SEI), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian Bogor sampai dengan tahun 2005. Saat ini penulis sebagai staf pengajar Bagian Teknologi Penangkapan Ikan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), FPIK-IPB.

Penulis juga menjadi pengajar mata kuliah ekonomi sumberdaya perikanan di Pascasarjana Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Jakarta sejak tahun 2012 dan pernah mengajar dengan mata kuliah yang sama di Universitas Indonesia (UI), Depok. Penulis aktif di kegiatan, kelembagaan, dan forum nasional. Saat ini penulis menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI), Ketua Focus Group Pengembangan Ekonomi Maritim Dewan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Wakil Ketua Komisi Tetap Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Departemen Industri Budidaya Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Dewan Pakar Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), serta Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Rekrutment, Evaluasi, dan Pengembangan Sumberdaya Manusia di IPB.

(7)

Organisasi Terkemuka Penggunaan Lahan Berkelanjutan dan Konser-vasi Berkolaborasi untuk Memper-jelas Peran Kritis yang Dapat Di mainkan oleh Pengelolaan Lanskap Terpadu dalam Memajukan Pem-bangunan Berkelanjutan

World Wide Fund for Nature, Eco Agriculture Partners, The Nature Conservancy, IDH – The Suis-tainable Trade Initi-ative dan Global Canopy Programme mempublikasi-kan Buku Kecil Lanskap Berkelan-jutan.

Lanskap berkelanjutan harus men-jadi komponen penting supaya rezim iklim dan pembangunan in-ternasional baru dapat menjadi efektif. Sebuah ‘Buku Kecil’ baru diterbitkan oleh Global Canopy Prog-ramme dan pakar terkemuka lainnya termasuk World Wide Fund for Nature (WWF), EcoAgriculture Partners, The Nature Conservancy (TNC) dan IDH – The Sustainable Trade Initiative mengidentifikasi isu-isu kritis yang harus para pemangku kepentingan (pemerin-tah, perusahaan, sektor keuangan dan masyarakat sipil) tangani untuk memas-tikan pelaksanaan ‘pengelo -laan lanskap terpadu’ yang efektif. Pendekatan ini mem-berikan suatu cara yang terorganisasi bagi be-ragam peng-guna sumber daya alam bersama di suatu wilayah yang besar demi mengejar tujuan mereka sendiri tanpa merusak nilai sumber daya tersebut bagi orang lain. Dengan menggabungkan bukti dari 25 studi kasus dan survei dari ratusan inisiatif lanskap terpadu percontohan, Buku Kecil Lanskap Berkelanjutan (Little Sustainable Landscapes Book) menyoroti secara detail bagaimana pengelolaan lans-kap terpadu dapat membantu mas-yarakat, wilayah dan negara membuat kemajuan signifikan dalam

-mencapai tujuan iklim dan pembangunan berkelanjutan me-reka. Publikasi ini adalah yang terbaru dalam seri Buku Kecil Global Cano-py Programme dan dapat diunduh di sini situs: http://globalcanopy.org/sustainablel andscapes.

Andrew Mitchell, Direktur Ek-sekutif Global Canopy Programme, menyambut peluncur-an buku baru ini, menyatakan ‘Pertanian, kehutanan, dan bentuk lainnya dari tata guna lahan berkontribusi sebesar 10-15% dari emisi gas rumah kaca tahunan. Mengingat kebutuhan kritis untuk menstabilkan emi-si gas rumah kaca, pelak-sanaan pengelolaan lanskap terpadu sebagai bagian dari pengajuan Kontribusi Nasional Terhadap Penurunan Emisi Global (INDCs) suatu negara dapat memberikan manfaat mi-tigasi dan adaptasi yang nifikan.’

Ia melanjutkan dengan menyatakan

‘Kecuali negara-negara menangani penggunaan lahan, pertanian, dan kehutanan se-cara holistik, mereka berisiko kritis mengancam ketahanan air, pangan, energi, kesehatan dan tujuan pembangunan ber-kelanjutan lainnya.’

Buku ini memperjelas apa arti pengelolaan lanskap terpadu, dan menyediakan suatu peta jalan pelaksanaan. Para penyusun berpendapat bahwa mena-ngani tarik-ulur dan sinergi di antara para pemangku kepen-tingan kunci dan mengadopsi sebuah pendekatan kolaboratif dapat mewujudkan lanskap berkelanjutan jangka panjang.

(8)

bagian dari lanskap bergantung pada satu sama lain, dan bagaimana jasa ekosistem mengalir di se-luruh lanskap,”kata Sara Scherr, Presiden EcoAgriculture Partners dan salah satu pe-nyusun dari buku ini. “Ketika hal itu terjadi, akan jauh lebih mudah untuk merancang so-lusi yang menguntungkan semua orang, dan untuk memilih opsi pembangunan yang menopang sum-ber daya alam yang kita andalkan untuk nilai-nilai produksi pangan, energi, kesehatan, kecantikan dan rohani.”

Rekomendasi buku ini berfokus pada cara menerapkan pengelolaan lanskap terpadu ke tiap lanskap di seluruh du-nia. Secara khusus, para pe-nyusun menawarkan lima re-komendasi luas, dengan lang-kah-langkah aksi spesifik yang terdapat di dalamnya:

1.Mengadopsi pengelolaan lanskap terpadu sebagai sarana kunci demi mewujudkan ke-majuan menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di skala pusat dan daerah.

2.Memberdayakan para pemangku kepentingan lokal untuk merancang solusi lanskap berkelanjutan yang memenuhi prioritas dan konteks unik mereka.

3.Mengembangkan strategi lanskap yang berkontribusi pada ekonomi hijau yang inklusif.

4.Memanfaatkan berbagai sumber keuangan demi men-capai tujuan lanskap.

5.Meningkatkan kapasitas dan memfasilitasi pembelajaran di antara para pemangku kepen-tingan kunci untuk hasil yang lebih baik dalam pengelolaan lanskap terpadu. "Di dalam kerangka kerja na-sional yang koheren adalah penting bagi kita untuk menerapkan perencanaan kita di tingkat yurisdiksi dan lanskap,” kata Marco Lambertini, Direk-tur Jenderal WWF Inter-national. “Ini adalah tingkat di mana ekonomi bertemu ling-kungan. Di mana orang-orang menjalani kehidupan mereka dan mengupayakan mata pen-caharian mereka. Di mana hutan dibakar atau

dibiarkan berdiri. Ini adalah apa yang luput dari kita saat ini dan sangat kita butuhkan. Ini adalah yang semestinya menjadi fokus dari upaya bersama kita. Pelaksanaan perencanaan tata guna la-han terpadu yang bersifat holistik di tingkat lanskap yang saat ini men-jadi kendala utama bagi keber-hasilan dan merupakan pendekatan yang akan membantu menutup kesenja-ngan yang masih terlalu lebar antara komitmen dan kon-servasi hutan yang nyata.”

Buku Kecil ini bertujuan untuk menyajikan informasi yang je-las, ringkas dan meyakinkan tentang isu-isu kunci di dalam negosiasi kebijakan interna-sional. Global Canopy Prog-ramme telah merilis enam pub-likasi di mana proyek andalan ini; Buku Kecil Lanskap Ber-kelanjutan (Little Sustainable Landscapes Book) akan men-jadi yang ketujuh.

Untuk informasi lebih lanjut tentang Seri Buku Kecil kun-jungi situs:

http://globalcanopy.org/publications

Judul: Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Ekonomi Politik Indo-nesia

Jumlah Halaman: 159 + v; III Bagian; 12 Bab

Penulis: Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec

Penerbit: EKONISIA, UII Yogyakara

PEMBAHAS: FX. SUGIYANTO

•Apresiasi dan penghargaan untuk Prof Edy; saya sangat tahu sungguh tidak mudah bagi seorang yang sangat sibuk, telah berhasil mener-bitkan buku yang bukan hanya tulis dengan gaya yang mudah di-pahami melainkan ju-ga karena isu-isu dan dituangkan dalam buku

tersebut aktual, relevan dan substansial dalam kontek perkembangan ekonomi Indonesia terkini.

(9)

hingga peluang yang mungkin diraih oleh masyarakat Indonesia pada era tersebut.

Daya saing menjadi kata kunci untuk dapat meme-nangkan persaingan sebagai konsekuensi liberaslisasi pada tingkat ASEAN pada forum MEA tersebut. Sa-yang memang; sebagaimana diungkapkan oleh penulis, kita agak terlambat merespons MEA tersebut. Maka, di-ingatkan ja-ngan terlalu terlambat untuk merespon agar kita tidak kehilangan kepercayaan diri. Ini garis inti da-ri pembahasan dalam Bab-1.

“TheMost Powerful Weapon isEducation”. Itulah kira-kira inti tulisan pada bab-2. Pe-ningkatan produktivitas merupakan unsure terpenting dalam meningkatkan daya saing tersebut dan pendidikan menjadi senjata ter-penting untuk mendorong tumbuh dan meningkatnya produktivitas SDM. Poin penting dikemukakan penulis pada bab ini; bukan hanya jenjang pendidikan formal saja melainkan soft-skill adalah motor penggerak pro-duktivitas tersebut. Dunia industry mempunyai pe-nilaian yang sangat me-narik terkait kebutuhan akan soft-skill tersebut. Dari sisi dunia pendidikan, tentu elemen - elemen soft-skill ini akan sangat membantu dunia pendidikan untuk merancang arah dan arsitektur pendidikan di era persaingan bebas kedepan.

Peluang Indonesia sangat terbuka untuk memenangkan era persaingan pada forum MEA ini, mengingat saat ini Indonesia ditengarai sedang memasuki periode “Bonus Demografi” yang oleh penulis disebut sebagai generasi emas. Namun sekali lagi, penulis mengingatkan, bonus demografi hanyalah potensi yang hanya akan menjadi riil jika ia dimanfaatkan atau mampu mengelola secara optimal. Ini inti pembahasan pada Bab-3.

Isu pasar jasa; yang memang menjadi salah satu isu penting pada era MEA dikupas penulis pada bab-4;

khususnya terkait dengan eksistensi perguruan tinggi. PT mempunyai peran yang sangat strategi dalam era MEA ini, selain ber-peran menyosialisasi MEA; PT bertang-gungjawab menyiapan SDM yang berstandar sesuai kesepatan dalam MEA.

Bab 5 dan Bab 6 membahas peluang Indonesia pada era MEA dari sudaut pandang sektor UMKM dan Ekonomi Islam. Khusus dari sudut pandang Ekonomi Islam; dengan mempertimbangkan jumlah penduduk ASEAN yang dalam jumlah penduduk islamnya cukup besar; baik dalam industry produk-produk yang harus halal, juga pasar keuangan yang potensial.

Bagian II yang memuat 3 bab penulis memfokuskan pemabhasan mengenai ekonomi etik.

Dimulai dengan pokok bahasan tentang prinsip-prinsip ekonomi kerakyatan, bab ini mena-warkan topic diskusi tentang pengertian, ciri-ciri dan indicator ekonomi kerakyatan; yang sebenarnya telah terjadi diskurs cu-kup panjang.

Tawaran ini tentu merupakan sudut pandang penulis terkait dengan perspektif etis ekonomi dalam praktik maupun prinsip-prinsipnya yang akan dapat memper-kaya pandangan pembaca mengenai aspek filosofis, idelogis dan etis prinsip-prinsip pengelolaan ekonomi. Telaah etis atas ekonomi Indonesia dengan focus per-soalan kemiskinan dibahas pada bab 8. Penulis tentu dengan sadar memilih topic miskinan ini karena ke-miskinan merupakan isu aktual dan esensial dalam perekonomian Indonesia. Catatan penting dikemukakan oleh penulis, bahwa kemiskinan harus juga dipandang dari perspektif self-helf.

(10)

Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM. Berdiskusi

dengan Aktifis Lingkungan Hidup di Kabupaten

Luwu Timur

Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM. Berdiskusi

Aparat pemerintah Desa dan tokoh masyarakat

di Kabupaten Soppeng

Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM. Berdialog

dengan Kalangan Buidayawan dan Tokoh Politik

di Kabupaten Maros.

Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM. Berdialog

dengan Kalangan Buidayawan dan Mahasiswa

di Kabupaten Wajo.

(11)

DISKUSI BUDAYA DI KAMPUS SEKOLAH TINGGI

AGAMA ISLAM KABUPATEN MAROS DENGAN UNSUR PESERTA MAHASISWA DAN KELOMPOK SENI DAN BUDAYA SE KABUPATEN MAROS

RESES DI KABUPATEN ENREKANG BERSAMA JAJARAN PEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG

DI KABUPATEN BONE KECAMATAN PATIMPENG DALAM ACARA MAULID NABI MUHAMMAD SAW

RESES DI KOTA PAREPARE YANG DIKEMAS DALAM BENTUK DISKUSI BERSAMA AKTIFI PEMUDA

RESES DI KABUPATEN TANA TORAJA BERSAMA ANGGOTA DPRD KABUPATEN DAN PIMPINAN SKPD TERKAIT

(12)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa terhadap ajaran kelompok gafatar (gerakan fajar nusantara) sebagai ajaran sesat dan menyesatkan. Merujuk pada ajaran mereka yang disebutkan sebagai penggabungan dari Islam, Nasrani dan Yahudi. Seiring dengan itu, para pengikut kelompok ini telah dikembalikan ke daerah asal mereka yang telah berada di Kalimantan Barat selama beberapa waktu.

Keberadaan kelompok ini menjadi bahan pemberitaan, terutama dengan pengakuan adanya nabi dan hilangnya beberapa warga dari beberapa daerah.

Senator Antung Fatmawati, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – MPR RI dari Propinsi Kalimantan Selatan, turut memberikan pandangannya: “Kalau mereka mengaku agama baru, harus tunjukkan kitab sucinya. Harus jelaskan wahyu yang diterima. Kalau tidak, mungkin itu aliran kepercayaan. Tetapi, harus diketahui bahwa aliran kepercayaan itupun memiliki pedoman dalam melaksanakanajarannya”. “ Dan kalau mereka di wilayah Republik Indonesia, maka pemerintahan yang diakui adalah berdasarkan Pancasila dan UUD yang telah diamandemen. Jadi apapun kelompoknya, harus mematuhi dasar negara dan UUDkita”.

Senator Antung Fatmawati adalah anggota Komite I DPD RI yang membidangi: Pemerintah daerah; Hubungan pusat dan daerah serta antar daerah; Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;

Pemukiman dan kependudukan; Pertanahan dan tata ruang; Politik, hukum, HAM dan ketertiban umum; dan Permasalahan daerah di wilayah perbatasan negara. Senator Antung Fatmawati sangat peduli dengan pemerataan pembangunan dalam wadah NKRI. Dalam beberapa kali rapat Komite I tentang pemerataan pembangunan dan pemerintahan, Senator Antung Fatmawati selalu menyerukan perbaikan tata kelola pembangunan yang merata dan berkeadilan untuk seluruh wilayah dan rakyat Indonesia. Bahkan dalam rapat tentang otonomi khusus Papua, Senator Antung Fatmawati menyerukan agar tidak ada lagi kelompok yang mengganggu jalannya pemerintahan dan mengharapkan agar otonomi khusus Papua dilanjutkan dan Propinsi lain juga diberikan anggaran yang memadai untuk mempercepat laju pembangunan.

Akan halnya kejadian pembakaran tempat tinggal pengikut gafatar, Senator Antung Fatmawati memandang dengan bijak: “Sebenarnya itu tidak boleh dilakukan, karena merugikan mereka. Apalagi mungkin mereka hanya ikut-ikutan. Dan tindakan seperti ini, bisa luput dari aparat kita sehingga tidak bisa dicegah. Tapi kita syukuri karena tidak menimbulkan korbanjiwa”. Untuk itu, Senator Antung Fatmawati mewanti-wanti warga masyarakat terhadap ajakan terhadap kelompok tertentu.

(13)

Senator Antung fatmawati di Propinsi Kalimantan Selatan, kegiatan ini menghadirkan berbagai kelompok masyarakat dan berbagai kalangan.

“ Dalam pelaksanaan Sosialisasi 4 Pilar, selain pembinaan kebangsaan, disertakan pula pemuka agama, atauda’i yang juga memberikan pemahaman keagamaan sehingga masyarakat mendapat pencerahan rohani.” tambah Senator Antung Fatmawati.

Di akhir perbincangan, Senator Antung Fatmawati mengharapkan penegakan hukum yang adil bagi kelompok dimaksud.

“ Terhadap pengikutnya yang menyimpang, disamping hukuman penjara, mereka juga harus diberi pembinaan untuk kembali ke agama yang sebenarnya dan diberikan pemahaman kebangsaan. Sedangkan mereka yang ikut-ikutan, tidak semestinya diberi hukuman seperti koruptor atau pencuri. Tetapi mereka diberikan pembinaan keagamaan, akhlak dan pembinaan mental untuk kelangsungan hidupnya.”

Sosialisasi 4 pilar MPR RI

oleh Senator SHALEH MUHAMAD ALDJUFRI, Lc., M.A,

anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

MPR RI dari

Propinsi Sulawesi Tengah

Anggota MPR-DPD RI dari Sulawesi Tengah melaksanakan tugas pengabdiannya dengan menggelar kegiatan Sosialisasi 4 Pilar sebagai manifestasi tanggung jawab Anggota MPR untuk membangun daerah agar seluruh penyelenggaraan Pemerintah dan pembangunan di daerah dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai luhur bangsa sebagaimana terdapat pada Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. Adalah SHALEH MUHAMAD AL DJUFRI, Lc., M.A, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – MPR RI yang baru dilantik mengadakan kegiatan ini dengan menggandeng Himpunan Pemuda Alkhairaat di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

Bertempat di Madrasah Alkhairaat Bayoge Palu, tang-gal 21 November 2015, Senator SHALEH MUHAMAD ALDJUFRI, Lc., M.A, menjelaskan ten-tang tugas dan kewajiban anggota MPR RI,

meng-uraikan pokok pikiran dalam 4 Pilar, yaitu: Me-ningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, dan Ketetapan MPR; serta menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya se-luruh penyelenggaraan Pemerintah dan masyarakat me-mahami serta menerapkan nilai-nilai luhur Bangsa da-lam kehidupan sehari-hari.

Sosialisasi 4 Pilar MPR tersebut, juga menghadirkan narasumber, yaitu Alwi M. Aldjufri.

(14)

Senator Marhany Victor Poli Pua, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) –MPR RI dari Propinsi Sulawesi Utara memberikan ko-mentar tentang kenaikan harga da-ging sapi dan ayam yang meng-alami kenaikan harga.

“Kenaikannya sampai Rp150 ribu. Ini perlu dikaji, kenaikan ini mem-beratkan rakyat dan tidak meng-untungkan petani peternak. Kalau kenaikan harga daging sapi mem-bawa imbas pada kenaikan kese-jahteraan peternak, ini agak baik, meskipun disisi lain perlu dikaji kenaikan itu membawa resiko ke-naikan harga makanan di restoran. Kalau harga daging naik, maka da-ya beli masda-yarakat untuk meng-konsumsi daging jadi berkurang. Maka yang terjadi, beban ekonomi masyarakat lebih tinggi. DPD sudah rapat dengan dirjen peternakan kementerian pertanian dan Komite II telah memberikanrekomendasi”, Lalu Senator Marhani melanjutkan: “Sebenarnya tidak ada alasan ke-naikan harga, karena sudah ada subsidi angkutan untuk pengang-kutan ternak dari NTT ke Pulau Jawa. Hanya saja, ternyata kapal ternak itu efektif hanya waktu per-tama. Tahap berikutnya kosong. Pe-ternak tidak mau mengangkut sapi karena alasan rugi. Harga di NTT dan harga di Jawa sama, padahal peternak masih menanggung seba-gian biayaangkut”.

“Di Indonesia ini, mestinya dibuat sentra produksi sapi. Misalnya di Sulawesi Utara, ada wilayah yang bisa menjadi Tapos-nya Sulawesi.

Itu bisa dikembangkan menjadi daerah penghasil. Khususnya ka-wasan timur. Di Sumatra juga demi-kian, jadi kapal ternak tidak diperlukan lagi. Ini bisa memini-malisir pemenuhan kebutuhan ang-kutan daging di SeluruhIndonesia”. Berikut uraian keprihatinan Senator Marhani yang disampaikan dalam wawancara di ruang tamu DPD Sulawesi Utara beberapa waktu lalu: “DPD prihatin terhadap kenai-kan harga daging yang sebenarnya bisa dikendalikan. Ini masih dite-lusuri, apakah ada unsur “mafia” dalam kegiatan ini. Apakah itu be-lum bisa diatasi oleh pemerintah.” “Kemudian, kita masih ada kuota impor sapi. Impor sapi itu masih besar. Ini harus dikaji lebih jauh, agar kita bisa swasembada sapi. Akan halnya harga daging sapi yang murah di Malaysia, diperkirakan itu daging kerbau, karena impornya

dari India. Hewan sapi di India ti-dak disembelih untuk dimakan, te-tapi hewan ini dihargai dan dihor-mati sesuai ajaran di sana.

Mestinya kenaikan harga itu tidak terjadi, karena harga BBM turun, jadi aneh. Pemerintah harus mene-lusuri kejadian ini.

Kalau ada “mafia” yang menye-babkan kenaikan harga. Negara ti-dak boleh kalah oleh permainan se-perti itu. Jadi ada yang harus di-perbaiki dalam manajemen pema-saran pangan kita. “Mafia” pangan itu tidak kelihatan seperti kartel lain.

Pemerintah harus membuat sistem supaya peternak bisa memenuhi ke-butuhan daging sapi secara sional, data produksi sapi untuk na-sional, data produksi sapi untuk di-pasarkan dan kebutuhan daging re-gional dan nasional serta penentuan rantai produksi yang baik untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.

(15)

Seusai mengikuti rapat kerja Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dengan Menteri Kesehatan, di Kompleks Parlemen, Rabu 27 Januari 2016 Senator dr. Delis Julkarson Hehi, MARS, anggota DPD-MPR RI dari Propinsi Sulawesi Tengah terlibat perbincangan yang serius dengan beberapa pejabat dari Kemeterian Kesehatan.

Sehari kemudian, Senator dr. Delis JH, MARS, berkenan memberikan uraian tentang penolakannya terhadap “program layanan dokter primer” yang dicanangkan pemerintah.

”Ikatan Dokter Indonesia dan Persatuan dokter lainnya menolak program layanan dokter primer, yaitu program pemerintah dalam pendidikan kesehatan yang dianggap setara dokter spresialis. Program ini bertentangan dengan UU Kedokteran, karena dalam profesi dokter hanya dikenal 2 profesi, yaitu dokter umum dan dokter spesialis. Dan pengangkatan dokter spesialis dilakukan oleh kologium lewat muktamar IDI”. kata Senator dr. Delis JH, MARS.

” Jadi bukan pemerintah atau menteri kesehatan yang menentukan dokter spesialis. Penolakan terhadap program ini menjadi salah satu rekomendasi dari Muktamar IDI yang ke 29 yang lalu: “Bahwasanya Muktamar IDI Ke-29 yang dihadiri oleh perwakilan dokter seluruh Indonesia secara mufakat menolak konsep pendidikan Dokter Layanan Primer(DLP),” Lebih jauh, Senator dr. Delis JH, MARS menjelaskan: “Alasan pemerintah tidak jelas. Kalau dikatakan untuk peningkayan kompetensi dokter, itu sudah ada. Dokter umum itu mendapat serfikat dari kologium, sehingga berhak melakukan layanan kedokteran secara primer. Jadi tidak perlu menempuh pendidikan lain. apalagi uji kompetensi dengan biaya mahal. Argumentasi kemenkes bahwa ini untuk peningkatan kemampuan dokter, padahal selama ini kalangan dokter telah menempuh pendidikan itu. Program ini lebih banyak menyangkut pelayanan kesehatan masyarakat, bukan hal klinis. Sementara spesialis itu sifatnya klinis.” Selama ini, pemerintah menuntut tanggung jawab dan profesi tenaga dokter dan paramedis yang lain, tanpa peningkatan kesejahetraan. Padahal, dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada masyarakat, tenaga dokter dan paramedia lainnya melakukan hal

yang berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia, yaitu:

⦁Profesi medis bertanggung jawab untuk kemanusiaan, menyangkut kesehatan masyarakat di semua tingkatan. ⦁ Waktu kerja paramedis 24 jam, apalagi yang di pedesaan dan pelosok tanah air, seperti bidan desa, doktrr PTT. Mereka memberikan pelayanan kapanpun dibutuhkan oleh warga tanpa mengenal hari libur. ⦁ Beban kerja paramedis menyangkut fisik dan psikis. Ini menyangkut nyawa manusia beserta keluarga pasien dan harapan masyarakat.

⦁ Resiko pekerjaan yang bisa terjadi menyangkut nyawa pasien, ketularan penyakit darr pasien dan akibat hukum yang bisa timbul, dengan sebutan malpraktek. Jumlah tenaga medis sekitar 300 rb harusnya bisa di cover dgn political will pemerintah.

“Saya menolak program itu. Sepanjang tujuannnya tidak jelas, program ini tidak pantas diterapkan. Jadi harus ada tujuan yang jelas, apa manfaatnya bagi kalangan medis, apa benefitnya bagi masyarakat dan tenaga profesional kedokteran.” tegas Senator dr. Delis Julkarson Hehi, MARS.

(16)

Rapat Dengar Pendapat (RDP) Senator dr. Delis

Julkarson Hehi MARS, Anggota Dewan

Per-wakilan Daerah (DPD) - MPR RI diadakan

pa-da hari Sabtu, 14 November 2015. Kegiatan ini

dilaksanakan bertempat di Gedung Serbaguna

Kabupaten Morowali, yang dimulai pukul 18.00

20.00 wita.

Rapat Dengar Pendapat ini, dihadiri 150 orang

dari berbagai perwakilan kelompok masyarakat

seperti PNS, tenaga pendidik, tenaga kesehatan,

pemuda, tokoh masyarakat, serta tokoh agama

atau rohaniwan.

Senator dr Delis J. Hehi, MARS dalam

pema-paran pengantarnya mengemukakan bahwa

se-bagai seorang anggota DPD RI perwakilan dari

Propinsi

Sulawesi

Tengah,

dirinya

ber-kewajiban

untuk

menyerap

dan

memper-juangkan

aspirasi

masyarakat

di

Sulawesi

Tengah, secara khusus yang ada di Kabupaten

Morowali ini. Apalagi hal itu untuk kepentingan

masyarakat

dan

kemajuan

daerah

yang

diwakilinya.

Memang diakui bahwa kewenangan DPD RI

sebagai sebuah lembaga negara belum

mak-simal seperti yang dimiliki saudaranya yakni

DPR RI. Namun hal itu bukan menjadi alasan

dan penghalang bagi dirinya selaku Senator asal

Sulawesi Tengah untuk berjuang dan berusaha

bagi kemajuan daerahnya.

(17)

-maksimal.

Sumbang saran yang berkembang dalam RDP

kali ini, disampaikan oleh tokoh masyarakat

seputar infrastruktur dan sarana dan prasarana

jalan. Bahwa Kabupaten Morowali yang berdiri

tahun 1999, harus mengejar ketertingggalannya

dengan membangun infrastruktur jalan yang

memamdai agar maju atau setara dengan daerah

lain yang telah maju dan berkembang.

Masukan dari tenaga kesehatan dan tenaga

pendidikan lebih banyak seputar kesejahteraan

bagi mereka yang bekerja dengan status

ho-norer dan sukarela. Agar pemerintah pusat dan

daerah memperhatikan kesejahteraan mereka

dengan kebijakan prioritas pengangkatan

se-bagai CPNS mengingat lama pengabdian dan

daerah pelayanannya yang jauh di pedalaman

-dan pelosok.

Pada kesempatan lain tokoh agama

menyam-paikan agar suasana kerukunan dan perdamaian

tetap dijaga bahkan ditingkatkan kualitasnya.

Agar proses pembangunan di Kabupaten

Moro-wali bisa berlangsung, harus diciptakan suasana

hidup kerukunan antar umat beragama yang

harmonis. Demikian pula dengan perhatian

merintah pada bantuan pembangunan dan

pe-meliharaan rumah ibadah.

(18)

Demonstrasi tenaga honorer K2 ini hari ini (10 Pebruari 2016) mendapat perhatian serius dari Senator dr. Delis Julkarson Hehi, MARS, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – MPR RI dari Propinsi Sulawesi Tengah. Sebagai anggota Komite III DPD RI yang membidangi masalah kesejahteraan rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, Senator dr. Delis JH, MARS turut mengawal aksi ribuan tenaga honorer yang memadati kawasan Monas, Jakarta. “ Pemerintah harus menuntaskan persoalan tenaga honorer.” Kata Senator dr. Delis JH, MARS dengan tegas.

“Pemerintah harus mengangkat mereka sebagai PNS.” Terkait masalah di hulu menyangkut pendataan, Senator dr. Delis JH, MARS, memberikan tanggapan: “Soal pendataan, pemerintah bisa melakukan verifikasi dan validasi data secara akurat dan kemudian memproses pengangkatan sebagai PNS secara bertahap berdasarkan prioritas kebutuhan, usia tenaga honorer dan lama bertugas. Selama ini proses belajar mengajar di daerah terpencil bisa berjalan karena tenaga honorer, pelayanan di Rumah Sakit dan Puskesmas bisa berjalan lancar karena ada tenaga honorer. Demikian juga di kantor-kantor lain, seperti tenaga polisi pamong praja. Dan mereka bersedia melakukan itu dengan honor 150 ribu sampai 400 ribu.”

“Sangat tidak manusiawi, karena itu, pemerintah harus menghargai komitmen dan dedikasi para tenaga honorer tersebut.”

Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menimpa semua tenaga honorer.

“ Kasihan, begitu banyak tenaga honorer yang sudah mengabdi belasan bahkan puluhan tahun dengan bayaran yang sangat tidak manusiawi, tapi akhirnya nasib mereka tidak jelas. Kata Senator dr. Delis JH, MARS dengan penuh keprihatinan.

(19)

“Jujur,saya sangat menyesalkan perkataan ahok kepada warga dengan menyebut “maling”, Demikian jawaban Senator Fahira Idris pesan singkat, menyangkut kondisi anak seorang warga yang di bully oleh teman-temannya akibat perkataan Ahok, Basuki Tahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta, beberapa waktu lalu. “Apalagi, ucapan itu ditujukan kepada warga yang mencari kejelasan tentangKJP”.

Senator Fahira Idris adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)-MPR RI dari DKI Jakarta. Saat ini, Senator Fahira Idris adalah Wakil Ketua Komite III DPD RI. Komite ini adalah mitra beberapa bidang kerja pemerintah, antara lain, Bidang Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan dan Kesehatan. Senator Fahira Idris termasuk pencetus“JakartaLayakAnak”

dan Ketua Umum Gerakan Umum Nasional Anti Miras (Genam).

“Memimpin itu merupakan seni berkomunikasi, seni mendengar. Jadi seorang Gubernur yang memmimpin satu propinsi haruslah banyak mendengar. Apalagi di DKI Jakarta, jangan merasa diri paling benar, dan yang lain salah.”

“Jadi pemimpin di Jakarta tidaklah cukup hanya berani dan tegas, tetapi juga siap pasang badan terhadap berbagai persoalan yang dihadapai warganya. Bukannya menyalahkan pihak lain, apalagi warga yang inginmengadu”.

(20)

Menjelang masa sidang II tahun 2016, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – MPR RI dari Propinsi Kalimantan Timur (dan Kalimantan Utara), H. Muhammad Idris S, melakukan kegiatan reses di Kalimantan Timur. Senator H. Muhammad Idris S membuka agen-da awal tahunnya dengan melak-sanakan perjalanan reses selama 4 hari di Daerah Otonomi Baru (DOB) Kutai Utara. Turut bersama dalam kunjungan ini adalah anggota Komis II DPR RI daerah pemilihan Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi dan Hetifah. Rombongan ini men-dapat dukungan dari Bupati Kutai Utara untuk meninjau langsung DOB Kutai Utara.

Senator H. Muhammad Idris S adalah Anggota komite I Dewan Perwakilan Daerah, dengan lingkup tugas di bidang otonomi daerah, hu-bungan pusat dan daerah serta antar

daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pemuki-man dan kependudukan, pertananah dan tata ruang, serta politik hukum dan hak azasi manusia.

Diawali dengan melakukan perte-muan bersama Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman, Senator H. Muhammad Idris S bersama Tim Komite Pembentukan Kutai Utara, melanjutkan perjalanan menuju ke-camatan Kongbeng dengan waktu tempuh selama hampir empat jam. Kecamatan Kongbeng merupakan pemekaran dari kecamatan Muara Wahau.

Di hari kedua, beserta tim pemben-tukan Kutai Utara, Senator H. Muhammad Idris S ikut menengok kecamatan Telen, disambut dengan tarian dayak Nyifan Nyura’ Haqai atau tari penyambut tamu. Di hadapan sekitar 500-an warga suku

Dayak pedalaman dan suku lainnya. Camat Telen, Thamrin mengatakan sedikitnya lahan seluas 200 hektar di Telen akan dihibahkan untuk daerah perkantoran kabupaten Kutai Utara.

Perjalanan dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya harus melintasi perkebunan kelapa sawit. Bahkan harus melintasi jalan berlumpur. Beruntung cuaca hari itu sangat terik.

Berdasarkan data statistik Kalimantantan Timur Dalam Angka 2015, Kabupaten Kutai Timur memproduksi kelapa sawit paling banyak diantara 10 kabupaten/ kota lainnya di kalimantan Timur. Pada tahun 2014, separuh hasil produsi kelapa sawit Kalimanatan Timur dihasilkan dari Kutai Timur. Total produksi kelapa sawit Kalimantan Timur pada 2014 sebanyak 9-juta

Di Kecamatan Muara Bengkal DOB Kutai Utara

(21)

ton lebih. Ironisnya, ketika berada di kecamatan Batu Ampar setelah tiga jam menempuh perjalanan, diketahui bahwa hanya ada satu sekolah menengah pertama dan menengah atas. Beberapa siswa mengaku, untuk bisa mencapai sekolah, mereka berangkat ketika hari masih gelap, dan tiba disekolah setelah menempuh waktu perjalan hampir satu setengah jam lamanya dengan berjalan kaki.

Di Kecamatan Batu Ampar, rombongan Senator H. Muhammad Idris S Idris disambut sekitar lima ratusan warga sekitar, termasuk pelajar. Mereka berkumpul di bekas area perkebunan kayu untuk bahan dasar kertas, milik PT Kiani Lestari. Sebagai bagian dari persiapan pembentukan DOB Kutai Utara, tim pemekaran telah mempersiapkan lokasi perkantoraan sebagai salah satu calon Ibu Kota Kabupaten. Sedangkan Bupati Kutai Utara nantinya akan menempati rumah dan kantor bekas pimpinan PT Kiani Lestari.

Perjalanan di hari ketiga, Senator H. Muhammad Idris S menyinggahi kecamatan berusia satu abad lebih di Kutai Timur, yaitu kecamatan Muara Ancalong dengan luas sekitar 3.500 km persegi. Mata pencaharian warga yang berpenduduk sekitar 14-ribu lebih ini adalah .

petani kelapa sawit dan nelayan ikan sungai Didampingi oleh staf ahlinya, Laila hajarul Aswadina, Senator H. Muhammad Idris S bersama rombongan pembentukan DOB Kutai Utara mengkahiri perjalanan dinasnya di kecamatan Muara Bengkal. Pada acara puncak, rombongan kembali disambut oleh puluhan pelajar yang menampilkan tarian dan kesenian daerahnya. Kecamatan Muara Bengkal adalah salah satu calon ibukota DOB Kutai Utara. Dengan diselingi tepuk tangan dan teriakan yel-yel penuh semangat, disetiap kesempatan rombongan juga ikut meneriakkan yel-yel “Kutai Utara hargamati!”

Bersama dengan anggota Komisi II DPR RI, Senator H. Muhammad Idris S menyatakan dukungan penuh atas pembentukan DOB Kutai utara sebagai upaya untuk menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat adat Kutai dan Dayak pedalaman menegaskan belum merasakan pembangunan diaerahnya, padahal sudah 70 tahun Indonesia Merdeka, salah satunya karen begitu luasnya provinsi Kalimantan Timur jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

Di Kecamatan Long Mesangat

Di Kecamatan Telen

(22)

Agenda pembangunan yang menghadirkan Negara dalam mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019 tidak-lah nyata. Ambisi prioritas sasaran pembangunan nasio-nal di bidang infrastruktur terbukti secara telanjang dipertontonkan di depan mata. Faktanya, arah kebijakan yang digulirkan dalam menjalankan program pemba-ngunan tersebut menyimpang dari yang direncanakan dalam RPJMN 2015 – 2019. Hal ini terbukti pada proyek sarana dan prasarana kereta berkecepatan tinggi ( High Speed Train ) dari Jakarta ke Bandung.

Proyek sarana dan prasarana kereta berkecepatan tinggi ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah China. Ditindaklanjuti dengan membentuk perusahaan konsorsium antara beberapa perusahaan ke dua negara, yaitu PT. Kereta Cepat Indonesia China ( PT.KCIC). Sedangkan sumber dana pembanguan proyek berasal dari pinjaman ke China Development Bank (CDB).

Secara teknis sarana jalur kereta ini ini akan membentang sejauh 140, 9 KM.Jalur trasenya bermula di Kota Jakarta Timur kemudian melalui Kota Bekasi,

Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, dan berakhir di Kabupaten Bandung. Secara keseluruhan proyek ini akan berada di 4 Kota dan 5 Kabupaten.

Merujuk pada lintas wilayah dari proyek tersebut su-dah dipastikan berdampak besar pada menurunnya kualitas lingkungan hidup dan layanan alam . WALHI Jawa Barat memastikan proyek tersebut akan meng-ancam hilangnya ruang kelola masyarakat, seperti sawah, kebun, dan permukiman. Selain itu kondisi sungai-sungai yang akan dilalui jalur kereta juga sangat rentan tercemar dan rusak.

Lebih dari itu, apa yang terjadi ke depan adalah alih fungsi lahan yang semakin membabi buta sebagai dampak turunan dari proyek tersebut. Sarana properti, permukiman elit, apartemen mewah, kawasan per-tumbuhan industri akan tumbuh subur. Hal ini di-pastikan akan merubah rona lingkungan bentang alam. Beban daya dukung dan daya tampung lingkungan di sepanjang dan sekitar perlintasan kereta berkecepatan tinggi ini akan semakin bertambah.

Laju kerusakan lingkungan dan hilangnya ruang kelola rakyat semakin yakin dengan dikeluarkannya Perpres No.107 Tahun 2016 tentang Percepatan Penyeleng-garaan Sarana dan Prasarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung. Tindak lanjutnya proses kajian AMDAL yang dipercepat dan berpaling dari UU PPLH 32 Tahun 2009 dan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

(23)

me-ngetahui daerahnya akan menjadi stasiun akhir .

Selain itu data panjang lintasan jalur trase yang berubah-ubah. Sosialisasi yang kurang dan terbukti pada saat sidang AMDAL beberapa perwakilan warga yang diundang menyatakan tidak tahu akan proyek tersebut. Belum lagi kebutuhan energi listrik yang sangat besar untuk menggerakan kereta berkecepatan tinggi ini, yaitu sebesar 9 MW – 10MW dan tentunya akan memicu peningkatan emisi karbon. Karena konsumsi energi Indonesia masih mengandalkan pada energi fosil, diantaranya yaitu batu bara.

Lebih dari itu yang fatal adalah WALHI Jawa Barat menemukan dokumen AMDAL tersebut tidak mencan-tumkan kesesuaian dengan RTRW Kabupaten dan Kota yang terkena proyek. Selain izin-izin yang belum terlampir pada dokumen tersebut, beberapa di antaranya Izin Lokasi, Izin Pemanfatan Sungai, serta kesepakatan kesanggupan pengadaan listrik oleh PLN. Berdasarkan fakta dan hasil paparan singkat tersebut sudah jelas bahwa :

1.Pemerintah pusat secara angkuh telah dengan sengaja mengesampingkan pengelolaan dan perlindungan ling-kungan hidup, serta abai terhadap penegakkan hukum lingkungan hidup.

2.Pemerintah pusat mengabaikan mandat UU No.32 Tahun 2009 tentang PPLH.

3.Pemerintah pusat mengabaikan mandat PP No.27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

4.Presiden lagi-lagi menunjukkan keangkuhannya dengan menerbitkan Perpres No.107 tahun 2015.

5.Perpres No.107 Tahun 2015 tidak konsisten dan dibuat dengan terburu-buru.

6.Pemerintah pusat mengabaikan dan tidak konsisten terhadap RPJMN yang telah dirancangnya sendiri. 7.Pemerintah pusat tidak konsisten terhadap komitmen pengurangan emisi karbon.

8.Ada indikasi kepentingan investor dan negara asing dalam proyek kereta berkecepatan tinggi ini.

Oleh karena itu WALHI Jawa Barat dengan ini menyatakan sikap agar pemerintah pusat menghentikan dan membatalkan proyek kereta berkecepatan tinggi karena tidak ada kepentingannya terhadap publik dan hanya mengancam lingkungan hidup. WALHI Jawa Barat juga mendesak Perpres No. 107 Tahun 2015 agar dicabut karena hanya mempercepat laju kerusakan lingkungan hidup dan layanan alam.

(24)

Sedikitnya 200 juta anak perem-puan dan wanita yang hidup di 30 negara saat ini telah menjalani prak-tik mutilasi kelamin perempuan (Female Genital Mutilation/FGM), yang di Indonesia dikenal dengan istilah sunat perempuan, berdasar-kan laporan statistik yang dirilis menjelang Hari Internasional Tole-ransi Nol terhadap Mutilasi Kela-min Perempuan atau FGM/C. Female Genital Mutilation/Cutting: A Global Concern mencatat bahwa separuh anak perempuan dan wanita mengalami praktik ini di tiga negara – Mesir, Ethiopia dan Indonesia – dan mengacu kepada studi-studi le-bih kecil serta observasi yang mem-berikan bukti bahwa FGM adalah se-buah isu hak asasi manusia glo-bal yang berdampak kepada anak perempuan dan wanita di setiap ba-gian dunia.

Mutilasi kelamin perempuan meru-juk kepada sejumlah prosedur. Ter-lepas dari apa pun bentuk yang di-praktikkan, FGM adalah pelang-garan terhadap hak anak.

“Mutilasikelamin perempuan ber

-beda di berbagai wilayah dan bu-daya, dan beberapa bentuk meli-batkan risiko yang membahayakan hidup. Dalam setiap kasus, FGM melanggar hak anak perempuan dan wanita. Kita semua –pemerintah, profesional kesehatan, pemuka mas-yarakat, orang tua dan keluarga- ha-rus mempercepat upaya untuk me-ngakhiri praktik ini,” kata Deputi Direktur Eksekutif UNICEF Geeta Rao Gupta.

Berdasarkan data, anak-anak perempuan berusia 14 tahun dan lebih muda mewakili 44 juta orang yang telah mengalami satu bentuk FGM, dengan prevalensi FGM ter-berbeda di berbagai wilayah dan budaya, dan beberapa bentuk melibatkan risiko yang memba-hayakan hidup. Dalam setiap kasus, FGM melanggar hak anak perempuan dan wanita. Kita semua –pemerintah, profesional kesehatan, pemuka masyarakat, orang tua dan keluarga- harus mempercepat upaya untuk mengakhiri praktik ini,” kata Deputi Direktur Eksekutif UNICEF Geeta Rao Gupta.

Berdasarkan data, anak-anak perempuan berusia 14 tahun dan lebih muda mewakili 44 juta orang yang telah mengalami satu bentuk FGM, dengan prevalensi FGM ter-tinggi di kelompok umur ini berada di Gambia dengan 56 persen, Mau-ritania 54 persen dan Indonesia di-mana sekitar separuh anak perem-puan berusia 11 tahun dan lebih mu-da telah menjalani praktik ini. Ne-gara-negara dengan prevalensi ter-tinggi di kalangan anak perempuan dan wanita berusia 15 hingga 49 tahun adalah Somalia dengan 98 persen, Guinea 97 persen dan Djibouti 93 persen.

Di kebanyakan negara mayoritas anak perempuan disunat sebelum berusia lima tahun.

Angka global dalam laporan statistik FGM meliputi hampir 70 juta lebih banyak anak perempuan dan wanita dibandingkan dengan perkiraan pada tahun 2014. Hal ini dikarenakan pertumbuhan populasi di beberapa negara dan data representatif nasional yang dikum-pulkan oleh Pemerintah Indonesia. Seiring dengan semakin banyaknya data tentang FGM yang dapat diakses, perkiraan jumlah total anak perempuan dan wanita yang telah menjalani praktik ini pun ber-menjalani praktik ini pun ber-tambah. Pada 2016, tiga negara me-miliki data representatif nasional tentang praktik ini.

(25)

hak jutaan anak perempuan dan wanita,” kata Rao Gupta.

Momentum untuk membahas FGM terus tumbuh. Prevalensi FGM di antara anak perempuan berusia 15 hingga 19 tahun terus menurun, 41 poin persen di Liberia, 31 di Burkina Faso, 30 di Kenya dan 27 di Mesir dalam 30 tahun terakhir.

Sejak 2008, lebih dari 15.000 komunitas dan sub-distrik di 20 ne-gara secara publik telah mendeklarasikan bahwa mereka mengabai-kan FGM, termasuk lebih dari 2.000 komunitas tahun lalu. Lima negara telah me-netapkan undang-undang yang menjadikan praktik itu sebuah tindakan kriminal.

Data juga mengindikasikan adanya ketidaksetujuan yang luas terhadap praktik itu karena mayoritas penduduk di negaranegara dimana FGM terjadi berpenda

-dapat hal itu harus dihentikan. Mereka yang tidak setuju meliputi hampir dua pér-tiga anak lelaki dan kaum pria.

Namun angka kemajuan kese-luruhan itu tidak cukup untuk me-nyamai pertumbuhan populasi. Jika tren saat ini terus berlanjut maka jumlah anak perempuan dan wanita yang menjadi subyek FGM akan meningkat signifikan dalam 15 tahun mendatang.

UNICEF, dengan UNFPA, bersama memimpin program global terbesar menuju eliminasi FGM. UNICEF bekerja di semua lini dengan pe-merintah, komunitas, pemuka agama dan mitra-mitra lain untuk mengakhiri praktik ini.

(26)

Konferensi untuk membahas Prinsip-Prinsip Hak Anak dan Dunia Usaha untuk memperkuat perlindungan anak di tempat kerja, pasar dan masyarakat

UNICEF Indonesia, pemerintah, organisasi masyarakat madani dan pelaku bisnis hari ini duduk bersama untuk membahas dampak dari praktik-praktik bisnis terhadap perwujudan hak anak di Indonesia. “Semua perusahaan, baik bisnis ke-luarga skala kecil maupun perusa-haan multinasional skala besar berkontribusi terhadap kesejah-teraan anak melalui penciptaan la-pangan kerja bagi keluarga mereka atau juga melalui inisiatif-inisiatif yang bersifat filantropi. Namun di sisi lain, praktik bisnis juga dapat berdampak kurang positif terhadap anak-anak,” ujar Gunilla Olsson, Kepala Perwakilan UNICEF Indo-nesia, ketika membuka konferensi yang membahas upaya-upaya peng-uatan terhadap perlindungan hak anak dalam dunia usaha.

“UNICEFmengimbau pelaku dunia usaha untuk memastikan bahwa ak-tivitas dan operasional bisnis mereka tidak membahayakan anak-anak. Kebijakan-kebijakan peme-rintah juga harus memberikan lan-dasan hukum yang mendukung bisnis dalam hal ini, termasuk me-mastikan perlindungan anak dari kemungkinan-kemungkinan pelang-garan haknya sebagai dampak dari kegiatanbisnis”,tegas Gunilla. “SepuluhPrinsip Hak Anak dan

-Dunia Usaha yang telah di-kem-bangkan oleh UNICEF dan para mitra dari Save the Children dan Global Compact memberikan pan-duan komprehensif bagi bisnis un-tuk menghormati dan mendukung hak-hak anak di dunia usaha, pasar dan masyarakat. Kami berharap bahwa prinsip-prinsip ini bisa di-masukkan dalam kerangka nasional dan Rencana Aksi tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia,” kata Gunilla.

Konferensi di Erasmus Huis Jakarta ini, diselenggarakan oleh UNICEF dan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), dengan menghadirkan pembicara-pembicara dari Kementerian Pem-berdayaan Perempuan dan Per-lindungan Anak, Kementerian Hukum dan HAM serta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. “Satuper tiga populasi dunia adalah anak-anak, mereka adalah calon pe-mimpin di masa depan, pekerja dan pelanggan dari perusahaan. Demi tercapainya pembangunan berkelan-jutan, hal ini harus menjadi prioritas dalam upaya-upaya untuk menjaga kesinambungan bisnis. Prinsip-Prinsip Hak Anak dan Dunia Usaha atauChildren’s Rights and Business Principles adalah panduan bagi para pelaku bisnis yang bersedia bekerja lebih keras untuk memastikan masa depan dunia usaha yang lebih baik. IBCSD sangat mendukung inisiatif UNICEF ini dan mengimbau pelaku bisnis untuk menyelaraskannya

de-ngan aktivitas bisnis sehari-hari,” kata Shinta W Kamdani, Presiden dari IBCSD.

Para perwakilan dari dunia usaha termasuk dari Asosiasi Perusahaan Sayang Anak Indonesia (APSAI) berbagi tentang praktik-praktik bis-nis mereka yang sangat meng-akomodasi hak-hak dan kebutuhan anak. Salah satunya dengan menye-diakan ruang laktasi bagi karyawan perempuan yang menyusui.

Sementara pembicara dari Ke-menterian Hukum dan HAM serta Komnas HAM membahas bagai-mana hak-hak anak dapat diref-leksikan dengan lebih nyata dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dan juga da-lam proses pembuatan Rencana Aksi Nasional untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia (RAN Bisnis & HAM).

(27)

antara pelaku bisnis, untuk saling mendukung dan melindungi Hak Asasi Manusia termasuk Hak Anak,” kata Mualimin Abdi, Direk-tur Jendral HAM dari Kementerian Hukum dan HAM.

Sementara itu Komnas HAM yakin bahwa Rencana Aksi Nasional un-tuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia dan Bisnis (RAN Bisnis & HAM) sangat dibutuhkan untuk memini-malisir dampak negatif operasional bisnis terhadap hak asasi manusia dan lingkungan, serta akan mem-perjelas tanggung jawab perusahaan terhadap pembangunan di Indo-nesia.

”Komnas HAM memberikan per-hatian khusus pada isu Bisnis dan HAM karena tingginya pengaduan masyarakat terkait pelanggaran HAM oleh korporasi. Sebagai ins-titusi yang bertanggung jawab un-tuk mediasi dan pemantauan, juga

sejalan dengan UN Guiding Prin-ciples, kami menindaklanjuti peng-aduan masyarakat melalui pem-buatan RAN Bisnis & HAM yang juga kami konsultasikan dengan berbagai lembaga advokasi mas-yarakat dan pemangku kepentingan lainnya seperti bisnis, BUMN dan konsultan di beberapa wilayah. Kami percaya RAN Bisnis & HAM sangat dibutuhkan untuk melin-dungi mereka yang terdampak oleh proses bisnis, termasuk anak-anak” kata Nur Kholis Ketua Komnas HAM.

Prinsip-Prinsip Hak Anak dan Dunia Usaha (CRBP) diluncurkan secara global pada Maret 2012 oleh UNICEF, Save the Children dan Global Compact Network. Di Indonesia, ketiga mitra tersebut meluncurkan CRBP pada 2013, de-ngan dukude-ngan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

(28)

Kendati tingkat pengangguran menurun di sejumlah negara maju, analisis terbaru memperlihatkan bahwa krisis ketenagakerjaan global belum berakhir, terutama pada perekonomian yang sudah berkembang (emerging economies).

Berlanjutnya tingkat pengangguran yang tinggi di seluruh dunia dan kronisnya pekerjaan rentan di banyak negara sudah berkembang dan berkembang masih sangat mempengaruhi dunia kerja, demikian laporan terbaru ILO mengingatkan.

Angka terakhir untuk pengangguran pada 2015 diper-kirakan mencapai 197,1 juta dan pada 2016 perkiraan tersebut meningkat hingga 2,3 juta mencapai 199,4. Tambahan sekitar 1,1 juta pengangguran diperkirakan meningkatkan jumlah penghitungan global pada 2017, menurut Laporan ILO berjudul World Employment and Social Outlook–Trends 2016 (WESO).

“Perlambatan yang berarti dalam perekonomian di negara-negara sudah berkembang ditambah dengan penurunan tajam dalam harga-harga komoditas mem-berikan dampak yang dramatis terhadap dunia kerja, ” kata Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder.

“Banyak pekerja perempuan dan laki-laki yang harus menerima pekerjaan berupah rendah baik di negara-negara sudah berkembang maupun berkembang dan juga semakin meningkat di negara-negara maju. Kendati terjadi penurunan pengangguran di sejumlah negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat, masih terlalu banyak orang yang menganggur. Kita harus melakukan aksi segera untuk mendorong peluang kerja yang layak atau kita menghadapi risiko tensi sosial yang semakinbesar,”ia menambahkan.

Pada 2015, jumlah pengangguran global berkisar 197,1 juta– 27 juta lebih tinggi dibandingkan tingkat pra-krisis tahun 2007.

Perekonomian sudah berkembang paling terkena dampak

Tingkat pengangguran di negara-negara maju menurun dari 7,1 persen pada 2014 menjadi 6,7 persen pada 2015. Dalam banyak kasus, kemajuan ini sayangnya tidak memadai untuk menghapuskan kesenjangan pekerjaan yang muncul sebagai akibat krisis keuangan global.

Selanjutnya, kondisi ketenagakerjaan saat ini melemah di negara-negara sudah berkembang dan berkembang, khususnya di Brasil, Cina dan negara-negara penghasil minyak.

“Lingkungan perekonomian yang tidak stabil yang tercermin pada aliran modal yang rentan, masih tidak berfungsinya pasar-pasar keuangan dan kurangnya permintaan global terus berpengaruh pada perusahaan dan investasi serta penciptaan lapangan kerja,” Raymond Torres, Direktur Departemen Penelitian ILO menjelaskan.

“Untuk itu, para pembuat kebijakan harus lebih terfokus pada penguatan kebijakan-kebijakan ketenagakerjaan dan penanggulangan ketimpangan yang sangat besar. Banyak bukti yang memperlihatkan pasar kerja dan kebijakan sosial yang dikembangkan secara baik sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian dan menyikapi krisis ketenagakerjaan dan hampir delapan tahun setelah terjadinya krisis global, penguatan pendekatan kebijakan sangatlahdiperlukan,”Torres menambahkan. Penulis WESO juga mendokumentasikan fakta bahwa kualitas pekerjaan masih menjadi tantangan utama. Meski terjadi penurunan tingkat kemiskinan, tingkat penurunan pekerja miskin di negara-negara berkembang melambat dan pekerjaan rentan masih mencapai lebih dari 46 persen dari jumlah pekerjan secara global, yang berdampak pada hampir 1,5 milyar orang.

Pekerjaa rentan terbilang tinggi khususnya di perekonomian sudah berkembang dan berkembang, mencapai antara setengah dan tiga perempat populasi pekerja di kelompok-kelompok negara tersebut, dengan tertinggi di Asia Selatan (74 persen) dan Afrika sub-Sahara (70 persen).

Menanggulangi pekerjaan informal

(29)

Para ahli jelaskan model koeksistensi historis, kontemporer kepada perwakilan Palestina, Israel

Pada hari kedua dan terakhir Kon-ferensi Internasional tentang Perma-salahan Yerusalem, para ahli dalam rapat pleno tentang model koek-sistensi historis dan kontemporer mengulas masa lalu dan masa kini Yerusalem serta memberikan gagas-an untuk masa depgagas-an.

Menachem Klein, seorang dosen dan penulis yang berbasis di Ramat Gan, menjelaskan keadaan Yeru-salem sebelum perang tahun 1948 memecah kota itu. Terdapat sebuah konsep yang kuat, namun salah, tentang bagaimana Yerusalem telah terpecah berdasarkan kelompok etnis sebelum perang. Faktanya, penduduk Yerusalem berbicara banyak bahasa, dan kaum Arab dan Yahudi hidup berdampingan di tempat yang dulunya merupakan

kota kosmopolitan itu.

Beliau menyebutkan bahwa pada tahun-tahun sebelum perang, pendu-duk Yerusalem hidup dengan damai dan saling menghormati, tanpa ada-nya “penghalang mental” yang memisahkan wilayah Muslim dan Yahudi di, mana hambatan bahasa dan budaya tidak menimbulkan ba-nyak permasalahan. Penduduk yang menyambangi wilayah kaum “yang lain” menyebutkan bahwa di sana mereka merasa seperti di rumah.Wa-laupun kita tidak dapat kembali ke masa lalu, sebut beliau, kita dapat belajar dari sejarah keinklusifan sosial Yerusalem. Masa lalu se-jatinya perlu dipelajari untuk membentuk masa depan bersama. Azyumardi Azra, rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, mengatakan bahwa sejarah koeksistensi damai antar agama di Indonesia mencakup jaminan per-lindungan jiwa dan harta benda. Ar-tinya, prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia telah diakui di Indonesia jauh sebelum PBB menetapkan Per-nyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia.

Menurut beliau, ke depannya kita perlu mengarusutamakan kemode-ratan agama agar kelompok moderat dapat memainkan peran yang lebih besar dalam mewujudkan perda-maian. Dialog perlu lebih diting-katkan, pertama-tama antar Muslim dan antar Yahudi, kemudian antar

kelompok agama. Para pemuka agama juga perlu memperkuat dia-log untuk mengembangkan rasa sa-ling menghormati dan menghargai demi mewujudkan perdamaian di Yerusalem. Dialog antar agama me-miliki kegunaan yang sangat luas, termasuk sebagai sistem peringatan dini untuk mencegah konflik, dan model koeksistensi damai Indonesia telah memperlihatkan keberhasilan. Kalangan intelektual dan LSM ha-rus ikut terlibat pula untuk men-dorong dan memajukan proses per-damaian.

Wendy Pullan, Kepala Departemen Arsitektur Universitas Cambridge, berkata bahwa situasi terkini me-nunjukkan perpecahan di Yerusalem “sudah terlalu parah” dan bahwa komunitas internasional tidak hanya perlu menggunakan strategi lang-sung, melainkan juga mulai me-mikirkan rencana jangka panjang untuk masa depan. Pembersihan et-nis merupakan sebuah realita dan rakyat Palestina membutuhkan ban-tuan sekarang juga.

(30)

janjikan saat berlangsungnya kon-flik berat. Pada dasarnya ruang publik memang berisiko, tetapi me-rupakan hal yang sangat penting untuk Yerusalem dan karena itu perlu dipertahankan. Kerusuhan yang saat ini terjadi di Yerusalem dan kekeraskepalaan Israel berarti hanya ada sedikit harapan untuk menciptakan ruang bersama itu. Namun, menurut beliau mewu-judkan kota bersama bukanlah tidak mungkin. Beliau juga menyampai

-paikan kekhawatiran bahwa dengan kondisi yang ada saat ini, memecah Yerusalem akan merugikan rakyat Palestina yang tinggal di sana.

Setelah diskusi interaktif dengan para ahli, pidato penutupan disampaikan oleh Hasan Kleib, Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia; Riyad Mansour, Peninjau Tetap Negara Palestina untuk PBB; dan Desra Percaya, Wakil Ketua Komite Palestina PBB (Committee on the Exercise of the Inalienable Rights of the Palestinian People) dari Indonesia.

Konferensi Internasional tentang Permasalahan Yerusalem diselenggarakan oleh Komite Palestina PBB bekerja sama dengan Organisasi Kerja Sama Islam dan didukung oleh pemerintah Indonesia.

(31)

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – MPR RI dari Propinsi Bengkulu melakukan pemberdayaan masyarakat dengan terjun langsung ke wilayah pemilihannya. Usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan pembinaan, disertai lahan dan dana untuk menggerakkan perekonomian masyarakat. Beberapa program yang telah dilakukan, adalah pembinaan pada petani peternak, budidaya jagung, jeruk, serta membuka kursus Bahasa Inggris tanpa dipungut biaya dan menyiapkan ambulans gratis untuk warga.

(32)

PengembanProgram usaha peternakan rakyat di Desa Pekalongan Kecamatan Merigi Kabupaten

Kepahyang , Bengkulu

Program Pengembangan Jeruk Rimau Gergah Lebong di Kabupaten Rejang Lebong

(33)

Program pengembangan bahasa inggris di seluruh kabupaten

Pemberian Beasiswa berprestasi di SMP Kreatif Curup, Rejang Lebong

Bakti Sosial di Kecamatan Kampung Melayu Kotamadya Bengkulu

(34)

Pemerintah telah mengeluarkan ke-bijakan untuk menyiapkan kapal khusus pengangkut ternak dengan PP No 20 Tahun 2010 tentang Ang-kutan Perairan dimana kapal laut dapat digunakan untuk mengangkut hewan ternak, kemudian Permen-hub No PM 182 tentang Tarif Muat-an untuk kegiatMuat-an subsidi pengope-rasian kapal ternak yang menugas-kan PT. Pelni sebagai operator ternak.

Namun pada pelaksanaannya, kapal pengangkut ternak sapi dari NTT tidak optimal. Hal ini dikarenakan pada 2 kali pengangkutan, kapal kembali dalam keadaan kosong. Se-dangkan pada pengangkutan I oleh KM Camara Nusantara yang ditar-getkan mengangkut 500 ekor sapi, tetapi hanya mengangkut 353 ekor sapi.

Dalam hal penyediaan kapal angkut ternak ini, pemerintah memberikan subsidi Rp 8 Milyar dalam 4 bulan. Setiap ekor sapi disubsidi Rp 500.000,- sehingga biaya angkut yang semula Rp 1,8 juta menjadi Rp 1,3 juta.

1.Tujuan pemerintah mengadakan kapal ternak adalah untuk me-motong mata rantai biaya tinggi terutama sektor transportasi. De-ngan target dapat menurunkan harga sapi di pasaran, hingga Rp 75 rb/kg belum berhasil. Hal ini disebabkan: -Sapi yang disediakan oleh kapal ternak hanya sebesar 1% dari ke-butuhan pasar konsumen sehingga sama sekali tidak mampu

menurun-kan harga daging sapi.

-Pemberian subsidi pemerintah un-tuk kapal ternak ibarat melukis di awan tidak bermanfaat apa-apa, inefisien dan inefektif. Subsidi itu bersumber dari uang rakyat maka setiap penggunaannya harus ber-manfaat buat rakyat. Subsidi untuk kapal ternak kenyataannya tidak bermanfaat bagi rakyat.

-Jika pemerintah tetap menyediakan kapal ternak, maka orientasinya adalah bisnis komersial, tidak boleh ada subsidi.

2.Sebaiknya pemerintah membuat kebijakan yang mendekatkan sentra produsen dan konsumen sehingga mengurangi biaya transportasi. Per-mintaan daging sapi terbesar di wi-layah jabodetabek, sekitar 65%. Se-harusnya pemerintah membangun sentra-sentra produksi peternakan sapi di Provinsi Banten, Jawa Barat dan sekitarnya.. Masih banyak hamparan tanah luas, dan masih banyak peternak yang membutuh-kan bantuan pemerintah. Lebih baik subsidi untuk biaya angkut dire-lokasinkan untuk mensubsidi pe-ternak rakyat melalui pendam-pingan dan penyuluhan dari pemerintah.

3.Pemerintah menugaskan BUMN bahan pangan untuk fokus pada pembibitan, budidaya dan peng-gemukan sapi. 95% sapi di negeri ini adalah milik rakyat petani ternak. Para petani memiliki 1-4 sapi yang digunakan sebagai tabu-ngan keluarga detabu-ngan jadwal

pen-jualan yang tidak bergantung pada pemerintah.

BUMN ini dapat memberdayakan BUMD dan membangun konsep pe-ternakan inti plasma yang melibat-kan rakyat peternak sehingga ke-depan pemerintah dapat berfungsi untuk mengendalikan pasokan dan harga.

4.Pemerintah harus serius mening-katkan jumlah populasi dan mutu genetik sapi, serta meningkatkan pendapatan petani peternak. Hal yang harus dilakukan adalah:

-Mencegah pemotongan hewan be-tina produktif di RPH atau diluar kebijakan yang tidak merugikan petani ternak. Misalnya sapi itu di-beli pemerintah melalui dinas atau memberikan insentif kepada petani ternak yang memiliki sapi induk bunting/melahirkan.

-Melakukan impor sapi indukan produktif untuk menambah jumlah populasi dan perbaikan mutu ge-netik melalui teknologi budidaya yang sederhana dan tepat guna. -Memberikan pendampingan dan penyukuhan secara efektif kepada petani ternak, baik dari tata laksana, pakan atau penyakit hewan se-hingga dapat meningkat produk-tifitasnya.

(35)

Laporan Situasi Kependu-dukan Dunia 2015 dari UNFPA menetap-kan agenda transformasi untuk bantuan kemanusiaan guna mening-katkan dukungan bagi jutaan orang yang terabaikan

Kebutuhan kesehatan perempuan dan remaja terlalu sering diabaikan dalam bantuan ke-manusiaan untuk bencana alam dan konflik di seluruh dunia, tulis sebuah laporan baru yang dirilis oleh UNFPA, United Nations Population Fund.

Laporan Situasi Kependudu-kan Dunia, 2015, "Perlindu-ngan dari Terpaan Bencana," menyoroti betapa pentingnya pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi kesehatan dan kelangsungan hidup pe-rempuan dan remaja yang se-ring terabaikan pada saat yang palingdibutuhkan”.

Dari 100 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan di seluruh dunia saat ini, sekitar 26 juta adalah perempuan dan remaja perempuan yang sedang mengandung atau me-nyusui, laporan tahunan tersebut menunjukkan.

"Untuk perempuan hamil yang akan melahirkan, atau remaja perempuan yang selamat dari kekerasan seksual, upaya penyelamatan jiwa sama pen-tingnya seperti air, makanan dan tempat tinggal," jelas Di-rektur Eksekutif UNFPA, Dr. Babatunde Osotimehin. "Kese-hatan dan hak-hak perempuan dan remaja tidak boleh di-perlakukan hanya setelah ter-ingat dalam bantuan kemanusiaan."

Menurut data resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama tahun 2015 ini

(hingga Agustus), terdapat 1.219 bencana di seluruh Indonesia. Diper-kirakan bahwa selama keada-an darurat, 25 persen dari pen-duduk yang terkena bencana adalah perempuan usia reproduksi. Pada periode tertentu, diperkirakan 4% dari penduduk yang terkena dampak bencana adalah pe-rempuan hamil, dan 15-20 persen dari perempuan hamil tersebut akan mengalami komplikasi kebidananan.

"Perempuan dan remaja pe-rempuan lebih rentan terhadap kekerasan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan dan in-feksi menular seksual tanpa adanya perlindungan dari ke-luarga dan masyarakat," kata Martha Santoso Ismail, Wakil Kepala Perwakilan UNFPA di Indonesia, mengutip laporan tersebut yang diluncurkan di Yogyakarta, Senin.

Surya Chandra Surapaty, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menam-bahkan bahwa itu adalah pen-ting bagi perempuan memiliki hak mengakses kebutuhan dasar untuk melahirkan yang aman, pelayanan keluarga be-rencana dan kesehatan reproduksi, tanpa melihat pada situasi apapun, baik normal maupun bencana.

Dengan begitu banyak konflik dan bencana di dunia saat ini, UNFPA telah meningkatkan komitment

untuk memberikan pelayanan dalam bencana. Se-mentara UNFPA telah mem-berikan bantuan di 38 negara yang terkena bencana tahun ini, laporan tersebut mengung-kapkan bahwa ada kekurangan untuk melindungi semua orang yang membutuhkannya. Pada 2015, UNFPA menerima kurang dari setengah dana dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi esensial perempuan dan remaja.

Pada tahun 2014, PBB masih kekurangan dana sebesar $7.5 milyar dari $19.5 milyar untuk memenuhi kebutuhan saat ben-cana di seluruh dunia. Situasi ni membahayakan kesehatan dan kehidupan jutaan orang.

Karena permintaan untuk ban-tuan kemanusiaan yang mele-bihi ketersediaan sumber daya pendekatan baru diperlukan, dengan penekanan pada pen-cegahan dan kesiapsiagaan, serta membangun ketahanan bangsa, masyarakat, lembaga dan individu, laporan tersebut menyimpulkan.

***

(36)

Tuhan memang luar biasa sempurna. Ia men-ciptakan alam dan segala kebaikannya untuk manusia dan segala makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Juga untuk penyakit satu ini. Saat divonis dokter jika ia harus menjalani operasi pengangkatan kantong empedu, orang ini mengalami mukjizat setelah meminum air kelapa obat.

Beberapa waktu lalu, salah seseorang sahabatku tiba-tiba ambruk serta dinyatakan menderita batu empedu kronis yang telah sedemikian be-sarnya hingga batuan dalam empedunya itu menghalangi serta menutupi jalur suplai em-pedu untuk menolong pencernaan dalam lambungnya.

Menurut dokter yang menanganinya tak ada jalan lain selain melakukan operasi peng-angkatan kantong empedu yang dengan kata lain ia akan tidak lagi mempunyai kantung em-pedu di organ hatinya.

Tetapi beberapa hari saat sebelum operasi pengangkatan kantung empedu itu di lakukan, salah seseorang kerabatnya membawakan 3 buah kelapa hijau "serabut merah" atau kelapa obat yang memiliki ukuran besar, atau umum dikenali dengan ciri sabut bagian dalamnya berwarna merah keunguan bila ujung kulit atas buah kelapa itu sedikit dikupas. Buah kelapa seperti ini memanglah agak jarang tetapi rupanya juga tak terlalu susah didapat lantaran banyak penjual kelapa muda yang dapat menyediakannya tentu dengan harga yang lebih tinggi dari kelapa biasa.

Untuk mengolahnya juga tak terlampau susah yakni bagian pangkalnya sedikit dikupas serta dilubangi, lantas sedikit airnya dikurangi supaya tak tumpah bila di bakar di atas kompor sampai airnya mendidih. Sesudah air kelapanya mendidih dengan terlihat banyak gelembung udara serta uap yang keluar dari air kelapa itu jadi matikan api serta biarlah beberapa waktu supaya dingin apabila telah dingin selekasnya di minum hingga habis dengan memakai sedotan atau dapat pula dituang dalam gelas.

Tiga butir kelapa hijau "serabut merah" itu lah yg dikonsumsi oleh sahabatku dalam tiga hari, di mana saat meminumnya yang paling baik yaitu pada malam hari saat sebelum tidur. Alhasil pada beberapa hari lalu saat sahabatku melakukan USG akhir guna kepentingan operasi yg bakal segera di

lakukan, batu empedu yang akan di keluarkan dari badannya itu telah hilang sama sekali cuma tersisa

sedikit pasiryg akan segera hilang dalam beberapa hari. Pada akhirnya prosedur operasi juga dibatalkan serta sahabatku itu sehat kembali seperti sedia kala. Demikian tulisan ini saya bikin dengan merujuk dari pengalaman sahabatku supaya jadi faedah, lantaran prosedur pengangkatan kan-tung empedu menurut saya tak menyelesaikan permasalahan yang sesungguhnya. Di mana permasalahan yang sebenarnya sesungguhnya ada dalam organ hati yang oleh lantaran aspek ada sedikit kerusakan pada organ hati dan gaya hidup serta pola makan yg tidak sehat, jadi organ hati menghasilkan kimia tertentu pada cairan empedu yang bila mengendap bisa membuat batuan dalam kantung persediaan empedu.

Bila kantung empedunya dibuang, memang di pastikan tidak akan ada lagi terbentuk batuan di sana lantaran memang telah tidak ada lagi cairan empedu yang di tampung. Tetapi tiap-tiap tetes produksi empedu yang dihasilkan oleh organ hati bakal segera di tumpahkan kedalam lambung hingga banyak kita jumpai seorang yang pernah melakukan pengangkatan kantung empedu alami obesitas serta berat badan berlebihan hingga di perlukan beragam jenis obat di selama hidupnya untuk selalu menjaga kesehatannya supaya tidak

menghadirkan permasalahan masalah kesehatan yang baru. Demikian mudah-mudahan berguna.

Sumber: Facebook Djoko Soehardijarko

(37)

Hepatitis A merupakan salah satu penyakit yang dapat me-nyerang organ hati dan di se-babkan oleh infeksi virus. Jum-lah pengidap penyakit ini di dunia diperkirakan mencapai 1,4 juta jiwa pada tiap tahun-nya. Sementara di Asia Teng-gara sendiri, kasus hepatitis A akut menyerang sekitar 400.000 orang per tahun de-ngan angka kematian hingga 800 jiwa. Sebagian besar pen-derita hepatitis A adalah anak-anak.

Gejala awal yang dapat muncul meliputi demam, mual, mun-tah, nyeri pada sendi dan otot, serta diare. Ketika organ hati sudah mulai terserang, ada be-berapa gejala lain yang akan muncul, yaitu urine berwarna gelap, tinja berwarna pucat, sa-kit kuning dan gatal-gatal. Se-lain itu, daerah perut bagian ka-nan atas juga akan terasa sakit terutama jika ditekan.

Tetapi tidak semua pengidap mengalami gejala hepatitis A. Karena itu, penyakit ini kadang sulit untuk disadari. Hanya satu dari 10 penderita hepatitis A di bawah umur enam tahun yang mengalami sakit kuning. Se-dangkan pada remaja dan orang dewasa, penyakit ini biasanya menyebabkan gejala yang lebih

-parah dan sekitar tujuh dari 10 akan mengalami sakit kuning.

Gejala Hepatitis A

Gejala awal yang dapat muncul meliputi pusing, mual-mual, muntah, sakit tenggorokan, diare, kehilangan nafsu makan, kelelahan dan nyeri pada otot serta sendi. Ketika organ hati Anda mulai terserang, ada beberapa gejala yang akan muncul, yaitu urin berwarna gelap, tinja berwarna kuning pucat, sakit kuning serta pembengkakan hati yang terasa sakit jika perut kanan atas ditekan.

Tidak semua pengidap hepatitis A akan menunjukkan gejala. Karena itu, penyakit ini ka-dang sulit disadari. Masa se-jak masuknya virus sampai muncul gejala hepatitis A membutuhkan sekitar 14-40 hari. Tetapi masa inkubasi yang dialami sebagian besar pengidap penyakit ini sekitar tiga minggu.

Pengidap hepatitis A anak-anak di bawah usia 6 tahun cenderung tidak menunjuk-kan gejala. Hanya satu dari 10 yang mengalami sakit kuning. Sedangkan pada re-maja dan orang dewasa, pe-nyakit ini biasanya menye-babkan gejala yang lebih pa-rah dan sekitar tujuh di antara 10 akan mengalami sakit kuning.

Penyebab Hepatitis A

Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A yang dapat menyebar dengan sangat mu-dah. Sebagian besar kasus hepatitis A di Indonesia dise-babkan oleh konsumsi maka-nan yang telah terkontaminasi oleh tinja penderita hepatitis A akibat kebersihan yang kurang terjaga. Maka penting bagi kita, terutama anak-anak, untuk selalu teratur mencuci tangan dan tidak jajan di tempat yang keber-sihannya diragukan.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan penyebaran virus ini meliputi:

Sanitasi yang buruk, Kurang-nya ketersed

Referensi

Dokumen terkait