• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Inejeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Inejeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

TUGAS AKHIR

AYU SAKINAH

102401015

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

AYU SAKINAH NIM : 102401015

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Inejeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya

Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Ayu Sakinah

Nomor Induk Mahasiswa : 102401015

Program Studi : Diploma 3 Kimia

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Rumondang Bulan, MS

NIP.195512181987012001 NIP.195408301985032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS

(4)

ii

PERNYATAAN

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 4 Juni 2013

(5)

iii

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmad serta hidayah dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Pengaruh Injeksi Senyawa Fenol Dan

Lamanya Waktu Pengasapan Yang Dibutuhkan Terhadap Mutu Rubber Smoke Sheet

Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok merawan.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Rumondang Bulan, MS sebagai

pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini.

Terimakasih kepada Dr. Rumondang Bulan, MS dan Drs. Albert Pasaribu, M.Sc

selaku Ketua Departemen dan Sekertaris Departemen Kimia FMIPA-USU Medan,

Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh staff dan Dosen Kimia FMIPA

USU, pegawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan

kepada Bapak, Ibu, keluarga dan orang-orang terdekat yang selama ini memberikan

bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan

(6)

iv

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRAK

(7)

v

EFFECT OF PHENOL INJECTION AND DURATION

OF MATURATION ON RUBBER SMOKE SHEET

IN PT.RUBBER INDUSTRY NUSANTARA III

GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRACT

(8)

vi

2.1 Sejarah Perkembangan Karet 5

2.2 Perkembangan Industri Karet 7

2.3 Lateks 8

2.4 Jenis Karet Dan Manfaatnya 11

2.5 Kegunaan Tanaman Karet 13

2.6 Sifat Karet 14

(9)

vii

(10)

viii BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian 29

4.1.1 Data Penelitian 29

4.2 Pembahasan 29

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 31

5.2 Saran 31

Daftar Pustaka 32

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 Sifat Fisika Dari Karet Alam 24

(12)

iv

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRAK

(13)

v

EFFECT OF PHENOL INJECTION AND DURATION

OF MATURATION ON RUBBER SMOKE SHEET

IN PT.RUBBER INDUSTRY NUSANTARA III

GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik pengolahan karet sheet Gunung Para merupakan salah satu pabrik yang ada di

PT. Perkebunan Nusantara III. Pabrik pengolahan sheet Gunung Para disarankan oleh

pihak perusahaan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai

dengan keinginan konsumen. Untuk mewujudkan hal itu pihak manajemen pabrik

telah merencanakan beberapa cara salah satunya pada proses pengasapan. Pengasapan

merupakan metode pematangan karet yang bertujuan sebagai pengawet dan

mencegah karet dari proses oksidasi. Proses pengasapan memerlukan penanganan

yang serius dalam hal penggunaan temperatur dan lamanya waktu pengasapan yang

tepat. Mutu hasil proses pengolahan sheet pabrik karet milik PT. Perkebunan

Nusantara III ini juga dipengaruhi efisiensi dan efektifitas dari proses pengasapan

tersebut.

Karet merupakan polimer yang mempunyai sifat elastis, sehingga

dinamakan pula sebagai elastomer. Pada saat ini karet digolongkan atas dua bagian

yaitu, karet sintetik dan karet alam. Karet sintetik dibuat secara polimerisasi

fraksi-fraksi minyak bumi. Contohnya SBR (Strirene Butadiene Rubber ). Sedangkan Karet

(15)

2

memiliki berbagai keunggulan dibanding karet sintetik, terutama dalam hal elastisitas,

daya redam getaran.

Bentuk utama karet alam, terdiri dari 97 % cis – 1,4 – poliisoprena, dikenal

sebagai Havea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks. Lateks

biasanya dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh

Vulkanisasi (Steven, MP.2001.).

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik

untuk lingkup internasional dan khususnya bagi Indonesia. Perkembangan karet dan

industri karet dewasa ini sangat pesat. Negara Indonesia termasuk produsen karet

alam kedua setelah Malaysia, akan tetapi usaha perkaretan di Indonesia masih

tergolong kurang maju, bila dibandingkan dengan perkembangan produksi dan

kemajuan teknologi di Negara lain (Tim Penulis, PS.1999.).

Fenol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada

sebuah cincin benzen. Pada konsentrasi yang tinggi fenol jika terkena kulit

menyebabkan kulit akan terbakar dan sangat beracun .

Jiri Tochacek menggunakan senyawa fenol sebagai antioksidan didalam

polipropilen dan mempelajari sifat fisik dan tingkah laku yang menyimpulkan bahwa

ada pengaruh stabilitas polipropilen yang telah menggunakan fenol. Pengaruh ini

sangat signifikan yang ditunjukkan dalam peningkatan sifat – sifat mekanik.

Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi

(mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Antioksidan menstabilkan

(16)

3

dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang

dapat menimbulkan stres oksidatif (Yayasan Karet.1983.).

Komposisi antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan

antioksidan sintetik. Yang termasuk antioksidan alam antara lain turunan fenol,

kumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol dan asam askorbat.

Antioksidan sintetik antara lain Butyl Hidroksi Anisol (BHA), Butyl Hidroksi Toluen

(BHT). Sifat-sifat kimia pada antioksidan antara lain sinergisme, dapat diartikan

sebagai gejala bahwa efek dua komponen aktif dalam campuran lebih dari jumlah

efek masing – masing jika terpisah. Mekanisme kerja antioksidan dalam mencegah

ketengikan bahan di antaranya secara inhibitor dan pemecah peroksida (Meronda, G.

Rahma. 2008.).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin menganalisa “ Pengaruh

Injeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet

Di PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan “.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah :

1. Apakah injeksi fenol mempunyai pengaruh terhadap muru Rubber Smoke

Sheet.

2. Apakah injeksi fenol dapat menggantikan proses pengasapan pada Rubber

(17)

4

3. Apakah Rubber Smoke Sheet yang dihasilkan memenuhi standart mutu

nasional

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh senyawa fenol terhadap karet.

2. Untuk mengetahui lama waktu pemanasan Rubber Smoke Sheet dengan

injeksi fenol.

1.4 Manfaat Penelitian

1.Sebagai pedoman bagi pimpinan produksi untuk mengendalikan proses

seefektif mungkin, serta pengontrolan terhadap mutu yang diinginkan.

2.Memberikan alternatif penggantian kayu karet dalam proses pengasapan

RSS yang diakibatkan karena keterbatasan kayu asap.

3.Sebagai referensi untuk pihak terkait dalam penggunaan senyawa Fenol

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sejarah Perkembangan Karet

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua

Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini

ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon itu hidup secara liar

di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika Asli

mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang

didapat kemudian dijadikan bola yang dipantul-pantulkan. Bola ini disukai penduduk

asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan

tempat air dari getah tersebut.

Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebgai tanaman Hevea . Hasil

laporan Ekspedisi Peru ditulis dalam buku oleh Freshneau tahun 1749 dengan

menyebut nama tersebut, Freshneau juga menyertakan gambar dari tanaman tersebut.

Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1751, De La Condomine membuat usulan untuk

(19)

6

Gambar 2.1 Karet Alam

Pengenalan pohon Hevea membuka langkah awal yang sangat pesat kearah

zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh

getah karet memang jauh lebih efisien dari pada cara tebang langsung. Lagipula

dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali-kali.

Pengetahuan di bidang botani tanaman karet juga berkembang. Pada tahun 1825

diterbitkan sebuah buku mengenai botani tanaman karet atau Hevea Brasiliensis

Muell Erg. Nama ini diperkenakan karena tanaman Hevea yang didapat berasal dari

Brazil, tepatnya di daerah Amazon.

Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sempat menjadi

primadona daerah-daerah perkebunan di beberapa Negara tropis. Pada tahun itu

Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet. Goodyear mencampur karet

dengan belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120o-130oC. Dengan cara

(20)

7

Berawal dari penemuan Charles Goodyear, karet mulai banyak dicari orang untuk

dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk

mengolah karet menjadi ban. Menurut beberapa literature, Alexander Parkes ikut

pula mengembangkan cara vulkanisasi. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus

gagasan dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan

oleh Goldrich. (Tim Penulis PS, 1992).

2.2Perkembangan Industri Karet

Indonesia yang sejak sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1965 merupakan

negara penghasil karet alam terbesar, pernah menganggap bahwa : “Rubber is de kruk

waarop wij drijven” (karet adalah gabus dimana kita berapung). Walaupun sejak

tahun 1957 kedudukan kita sebagai produsen nomor wahid direbut oleh Malaysia

hingga sekarang, predikat pentingnya karet bagi perekonomian Indonesia masih tetap

menonjol setelah komoditi migas dan kayu.

Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karet banyak

diusahakan mulai dari luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter

persegi hingga mencapai luasan ribuan kilometer persegi.

Secara umum pengusahaan perkebunan karet di Indonesia dapat dibagi dalam

beberapa kelompok seperti dibawah ini :

1. Perkebunan besar negara atau yang diusahakan oleh pihak pemerintah, biasanya

(21)

8

2. Perkebunan besar yang diusahakan oleh swasta.

3. Perkebunan yang diusahakan oleh rakyat.

Kendatipun demikian, karet yang mampu menghidupi hampir 1,5 juta

penduduk ini boleh dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari 80% areal

penanaman karet diusahakan oleh rakyat.

Selain industri karet alam, belakangan ini karet Indonesia mulai mengacu

pada karet sintetis. Meskipun sebenarnya Indonesia bukan negara penghasil minyak

bumi terpaksa mencoba mengembangkan produk karet sintetis, terutama untuk jenis

Syrene Butadien Rubber (SBR). Jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi

peningkatan impor. SBR digunakan untuk industri ban, terutama untuk lapisan

luarnya. Produksi karet sintetis Indonesia masih berskala kecil. Walaupun masih

berskala kecil, tetapi industri perkaretan Indonesia saat ini sudah semakin maju dan

diproduksinya dua jenis karet yang laris di pasaran. (Spillane J.J., 1989).

2.3Lateks

Lateks yang berasal dari pohon hevea brasiliensis terdiri dari suspensi

koloidal dari air dan bahan – bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bagian –

bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna melainkan terpencar homogen

atau merata didalam air. Partikel – partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halus

sehingga dapat menembus saringan.

Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen

(22)

9

terkandung secara merata yang disebut dengan serum yang mengandung bagian –

bagian bukan karet yang melarut dalam air seperti protein, garam – garam mineral,

enzim – enzim. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan

yang terdiri dari butir – butir yang dikelilingi lapisan tipis protein.

Lateks yang berasal dari pohon havea brasiliens terdiri dari 2 bahan utama

yaitu partikel – partikel karet (rubber particle) dan bahan bukan karet (non rubber).

Sebelum tercampur atau terkontaminasi dengan bahan – bahan lain lateks itu

mempunyai pH normal yaitu ± pH : 6,9 – 7,0 cair dan bersifat koloid dan stabil.

Kestabilan koloid lateks tersebut akan dapat terganggu oleh berbagai faktor

segera setelah lateks keluar dari pohon (setelah disadap) misalnya terganggu oleh

bakteri atau enzim yang berasal dari udara luar atau dari peralatan pekerja, akibat

perubahan suhu dan lain sebagainya. Pengaruh faktor luar itu dapat mengakibatkan

menurunnya mutu lateks yang akan diolah menjadi berbagai jenis produksi.

Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas maka diperlukan beberapa

perlakuan agar mutu lateks akan diolah tetap terjamin. Tindakan yang perlu dilakukan

antara lain : menambahkan bahan pengawet dan menjaga kebersihan peralatan

penderes. Jadi untuk menghasilkan karet bermutu baik, pengawasan yang cermat

perlu dilakukan mulai dari penderesan sampai dengan proses akhir dipabrik bahkan

sampai dengan tranksaksi pengapalannya.

Oleh karena itu sifat – sifat lateks perlu mendapat perhatian agar dapat

memproduksi karet bermutu ekspor.

Komposisi lateks :

(23)

10

Pada uraian diatas telah disebutkan bahwa lateks havea brasiliensis terdiri

dari dua bahan pokok yaitu partikel – partikel hidrokarbon (karet) dan bahan bukan

karet. Bahan bukan karet dalam latek terdiri dari : air, protein , lipida, inositol dan

quebrachital (karbohidrat) dan beberapa logam.

Menurut berbagai peneliti, bahwa bagian – bagian bukan karet terutama

protein lipid dan karbohidrat sangat berperan terhadap kestabilan koloid lateks. Hal

ini berati bahwa bukan karet sangat berpengaruh terhadap mutu produksi akhir seperti

:sheet, crumb rubber dan lateks pusingan.

2. Susunan Fraksi Latek

Apabila latek segar dipusing dengan suatu alat pemusing berkecepatan tinggi (18000

– 20000 rpm ), maka latek tersebut akan terpisah menjadi 4 fraksi yaitu : partikel

karet, frey wisling, serum jernih, dan fraksi bawah terutama lutoid.

Karet alam mengandung seratus persen cuis-1,4 poliisoprena, yang terdiri

dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang.

H3C H H3C CH2 n

C=C C=C

H2C CH2 n H2C H

Cis – 1,4 Poliisopren (Karet Alam) Trans – 1,4 Poliisopren (Gutta Perca)

Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer

(24)

11

berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat

ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai

susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untk diubah menjadi bahan-bahan

yang bersifat elastis.

Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh

berbagai mikroorganisme sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan

udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain

yang berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain. Mikroba akan menguraikan

kandungan protein dan karbohidrat lateks akan menjadi asam-asam yang berantai

molekul pendek sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai

4,5 – 5,5 maka akan terjadi proses koagulasi.

Sifat-sifat mekanisme karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai

keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang

membedakan karet alam dengan karet benda lain adalah kelembutan, fleksibel dan

elastisitas. Komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman, sistem

deres, musim dan keadaan lingkungan kebun. (M.A.Cowd.,1991).

2.4Jenis Karet Dan Manfaatnya

A.Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintesis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah

karet sintesis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet belum dapat

(25)

12

sulit ditandingi oleh karet sintesis. Adapun kelebihan – kelebihan yang dimiliki karet

alam disbanding karet sintesis adalah:

- Memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna

- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah

- Mempunyai daya arus yang tinggi

- Tidak mudah panas ( low heat build up ), dan

- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap kerekatan.

Walaupun demikian, karet sintesis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap

berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bias dipertahankan supaya tetap

stabil. Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun

bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam tetap mempunyai

pangsapasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan

yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan

pemakai terbesar karet alam.

Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya

dicampur dengan karet sintesis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar,

yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban non-radial. Jenis –

jenis ban yang besar kurang baik bila dibuat dari bahan karet sintesis yang lebih

banyak. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban berukuran besar adalah jauh

lebih besar. Ban pesawat terbang bahkan dibuat hamper semuanya dari bahan karet

(26)

13

2.5 Kegunaan Tanaman Karet

Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan

manusia, sebanarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun

sekadar sampingan, tetapi member keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik

perkebunan karet.

Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah

kayu atau bahan barang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tak perlu

diremajakan dan diganti dengan tanaman mudah yang masih segar dan berasal dari

klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya

atau diambil kayunya.

Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet

terhitung tinggi. Dari hasil analisa diketahui kadar protein sebesar 27%, lemak

32,3%,air 3,6%, abu 2,4%, thiamin 450µg, asa nikonit 2,5µ g, karoten dan tokoferol

250µg, dan sianida sebanyak 330 mg dari setiap 1000g bahan. Selain kandungan

proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam

amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung didalamnya. Agar biji karet

dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat.

Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar

sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam proses pembuatannya,

(27)

14

Kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen –

komponen nonprotein lain yang larut.

Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi

mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam

dengan air yang sering diganti dan perebusan terbuka, maka sianida dapat

dihilangkan, menguap.

2.6 Sifat Karet

1. Pengaruh Komponen Bukan Karet (non-rubber)

Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa – senyawa protein,

lipida, karbohidrat serta ion – ion anorganik mempengaruhi sifat karet. Sifat fisika

dari karet alam dapat dilihat dari tabel 2.1

Tabel 2.1 Sifat fisika dari karet alam

Sifat Fisika Ukuran

Densitas pada 200C 0,906-0,916 g/cm3

Nilai pembiasan 1,591

Pembakaran panas 45,2 KJ/kg

Konduktifitas listrik 2 x 10-15 – 1 x10 -13

(28)

15

Komponen senyawa – senyawa protein dan lipida selain berguna

menyelubungi partikel karet ( memantapkan lateks ), juga berfungsi sebagai

antioksidan alamiah dan bahan pencepat (accelerator) dalam proses pembuatan

barang jadi karet. Oleh karena itu dalam penanganan bahan olah (lateks kebun atau

koagulum) dan pengolahan karet ekspor (lateks pekat,RSS atau SIR ) komponen non

karet protein dan lipid harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipid

dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan

yang terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandungan protein dan

lipida dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan dan pengawetan serta

mencegah terjadinya proses pencucian yang terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet

yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan mudah dioksidasi oleh udara

mengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah.

Kandungan ion – ion anorganik ( Ca,Mg,Fe,Mn,Cu,dll ) berkorelasi dengan

kadar abu di dalam analisa karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam semakin

tinggi kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam

dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet. Dalam penanganan bahan olah

karet kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan lai- lain harus dihindarkan.

1. Pengaruh Struktur Kimia Karet

Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4 poliisopren.

Rumus umum monomer karet alam adalah (C5H8) n. n adalah derajat polimerasasi

yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer didalam rantai polimer. Nilai n dalam

(29)

16

2.7Pengolahan Karet Alam

Pengolahan karet memiliki posisi yang cukup penting dalam rangkaian agribisnis

karet. Pengolahan karet menentukan nilai tambah yang akan diperoleh. Hasil sadapan

yang baik, apabila tidak diolah dengan optimal akan mendapatkan harga yang rendah.

Oleh karena itu pengolahan karet harus diperhatikan dengan baik, sehingga diperoleh

hasil olahan karet yang bermutu dan berharga jual tinggi.

2.7.1 Alat Dan Bahan

Ada beberapa jenis alat yang digunakan dalam pengolahan karet alam. Alat – alat ini

tidak semuanya digunakan dalam pengolahan setiap jenis karet. Ada alat yang hanya

digunakan untuk pembuatan jenis karet tertentu saja. Selain alat, juga banyak

digunakan bahan dalam pengolahan karet alam. Berikut ini adalah alat dan bahan

yang banyak ditemui dalam pengolahan karet.

2.7.1.1Mesin Penggiling

Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya digunakan mesin

penggilingan. Dikalangan pengolahan lateks sheet, mesin ini sering disebut baterai

sheet. Baterai sheet ada yang terdiri dari 4,5, atau 6 gilingan beroda dua. Baterai sheet

yang memiliki 4 gilingan beroda dua contohnya adalah merek cadet. Sedangkan yang

memiliki 5 dan 6 gilingan beroda dua masing – masing contohnya adalah merek

Aristo dan Six in One. Kapasitas setiap jenis baterai sheet berbeda dan tergantung

(30)

17

Ada mesin yang semi otomatis dan ada juga yang seluruhnya otomatis. Mesin

otomatis lebih melancarkan pekerjaan penggilingan, tetapi harganya sangat

mahal.perkebunan – perkebunan kecil serta petani karet yang mengerjakan sendiri

pengolahan lateksnya menggunakan mesin yang digerakkan oleh tangan.

Sewaktu penggilingan, mesin – mesin berjalan terus menerus. Pada gilingan

terakhir selalu terdapat patron yang disebut printer. Bentuk patron adalah spiral.

Diantara jurusan spiral dan sumbu terdapat sudut kira-kira 650.patronlah yang

memperbesar permukaan sheet serta bias mempercepat jalannya pengeringan. Lebar

dan dalam alur – alur patron menentukan besarnya ukuran patron. Hal ini harus

disesuaikan dengan ketebalan sheet yang dihasilkan. Kebalikannya bila ukuran patron

telah ditentukan maka ketebalan sheet yang telah ditentukan maka ketebalan sheet

yang dibuat harus disesuaikan dengan patronnya.

2.7.1.2Bejana Koagulasi

Tangki yang banyak dipakai pada era sebelum Perang Dunia II terbuat dari arnit atau

ebonite, sesudahnya digunakan bejana yang terbuat dari aluminium. Ukuran tangki

yang digunakan biasanya (10 x 3 x 16) kaki. Tangki yang berukuran besar ini disekat

lagi menjadi 76 atau 91 ruang yang lebih kecil. Untuk menyekat digunakan pelat –

pelat aluminium.

Ada juga yang menggunakan bejana dengan ukuran ( 300 x 70 x 40 ) cm. tangki

ini disekat lagi menjadi ruang – ruang kecil sejumlah 75 – 90 dengan pelat – pelat

(31)

18

Pada tempat pengolahan karet yang hanya sedikit kapasitas produksinya, fungsi

bejana digantikan oleh Loyang – Loyang yang mempunyai kapasitas olah antar 10 –

15 liter.

2.7.1.3Rumah Pengeringan

Pada pembuatan karet crepe, rumah pengeringan mutlak diperlukan. Tinggi ruangan

biasanya dibuat tidak lebih dari 6m. untuk rumah pengeringan bertingkat tingginya

hanya antara 3 – 4 m. Di dalam rumah pengeringan terdapat gantar – gantar dari kayu

jati dengan tebal 4 – 5 cm untuk menggantungkan karet crepe yang akan dikeringkan.

Gantar dari bamboo kurang baik kareta licin.

Rata – rata jumlah pengeringan menggunakan alat pemanas untuk

mempercepat pengeringan. Cara pemanasan yang paling banyak dipakai adalah

thermosifon atau pemanasan dengan air panas serta menggunakan uap air bertekana

rendah. Bila tanpa pemanas, waktu yang diperlukan untuk mengeringkan crepe antara

2 – 4 minggu. Sedangkan dengan pemanas waktunya bias dipersingkat menjadi 5 – 7

hari. Dinding rumah pengeringan sebaiknya dibuat dari batu atau kayu. Bahan seng

kurang baik digunakan. Atap dan dinding harus rapat agar tidak ada udara dari luar

yang merembes masuk.

2.7.1.4Rumah Pengasapan

Rumah pengasapan digunakan dalam pembuatan karet sheet. Syarat rumah asap yang

(32)

19

dari ruang – ruangnya dapat diatur sesuai kebutuhan, serta penambahan asap dan

pemanasan dapat terjamin.

Suhu dan ventilasi di dalam ruang pengasapan dan pengeringan harus dijaga agar

sesuai dengan kebutuhan, oleh karena itu, di dalam ruangan perlu dipasang temograf,

bias juga digunakan thermometer maksimum minimum. Jumlah ruang pengasapan

dan pengeringan yang diperlukan berhubungan dengan waktu pengeringan. Hal ini

berkaitan dengan ketebalan sheet yang akan dibuat.misalnya waktu pengeringan 5 –

5,5 hari maka ruang yang dibutuhkan adalah 6 buah. Namun, bila produksi harian

tinggi dan setiap hari membutuhkan lebih dari satu ruangan maka jumlah ruangan

yang diperlukan dikalikan jumlah ruangan yang dipakai per hari. Karet tidak boleh

dicampur aduk dalam satu ruangan karena hasil karet dari hari yang tidak sama tidak

boleh digabungkan.

Selain alat – alat yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada beberapa

alat yang banyak digunakan dalam pengolahan karet, seperti alat penyaring,

gunting/pemotong, meja sortasi, pengepres, pengepak dan lain – lain.

2.7.1.5Kayu Bakar Untuk Rumah Pengasapan

Ada beberapa macam pohon yang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar

ruang pengasapan. Pohon tersebut antara lain pohon karet, akasia, lomtorogung, dan

glirisidia. Kayu yang panjang biasanya dibelah dan dipotong hingga rata – rata

(33)

20

2.7.1.6Air

Dalam pengolahan karet diperlukan air, dalam jumlah yang banyak. Karena itu, air

meupakan bahan yang vital. Semakin tinggi kapasitas oleh suatu pabrik, semakin

besar jumlah air yang diperlukan. Air biasanya digunakan untuk keperluan

pengenceran lateks, pembuatan larutan kimia, pencucian hasil, pencucian alat, dan

untuk mendinginkan mesin.

2.7.2 Bahan – Bahan Kimia

Dalam pengolahan karet alam banyak sekali digunakan bahan – bahan kimia. Sesuai

dengan proses yang dibantunya bahan itu yang berfungsi sebagai bahan pokok, yaitu

sebagai bahan pembeku, pengelantang, vulkanisasi, pemercepat reaksi, penggiat,

antioksidan dan antiozonan, pengisi, pelunak, pewarna, peniup, pencegah

pravulkanisasi, dan bahan pewangi.

2.7.2.1Bahan Pembeku

Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam bahan kimia yang bias

digunakan. Biasanya adalah jenis – jenis asam, seperti asam format atau asam semut

dan asam asetat atau asam cuka.

2.7.2.2Bahan Peegelantang

Bahan ini digunakan untuk mendapatkan warna yang diinginkan dari karet. Biasanya

(34)

21

seperti ciranji 1 lateksnya berwarna terlalu kuning. Bahan pengelentang seperti

RPA-3 dapat menguranginya hingga sesuai dengan yang diinginkan pasar.

2.7.2.3Bahan Vulkanisasi

Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet cepat

matang. Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang. Selain untuk

vulkanisasi karet alam, belerang juga digunakan untuk vulkanisasi karet sintesis.

Selain belerang bahan – bahan seperti dammar fenolik, peroksida organik, radiasi

sinar gamma, serta uretan, juga dapat digunakan.

2.7.2.4Bahan Pencepat Reaksi

Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industri hal ini

kurang efisien karena menambah lama waktu produksi yang secara tidak langsung

juga menambah biaya. Bahan pencepat reaksi digunakan untuk mengatasi kelambatan

ini. Berdasarkan jenisnya ada beberapa macam bahan pencepat reaksi. Dari golongan

thiazol contohnya MBT dan MBTS. Dari golongan guanidin contohnya DPG dan

DOTG. Satu atau beberapa kombinasi bahan pencepat tersebut bias dipilih untuk

digunakan.

2.7.2.5Bahan Penggiat

Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerjabahan pencepat reaksi. Jadi,

(35)

22

pengolahan karet. Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang

paling banyak dipakai.

2.7.2.6Bahan Antioksidan Dan Antiozonan

Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen

maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap

pengaruh ion – ion tembaga, mangan, dan besi. Selain itu, juga mampu melindungi

terhadap suhu tinggi, retak – retak, dan lentur. Golongan antioksidan turunan difenil

amina contohnya nonox OD. Dari golongan fenil neftilamin contohnya PAN dan

PBN. Golongan kondensat keton amina contohnya flectol H. golongan kondensat

aldehid amina contohnya agerite resin. Dari golongan fenil sulfida contohnya

santowhite crystals. Dari turunan fenol contohnya montaclere dan lonol. Adapun

antiozonan yang paling banyak digunakan adalah turunan parafenilendiamina seperti

santoflex 13, nonox DPPD, dan UOP 88. Jenis wax atau lilin bisa juga membantu

melindungi karet dalam kondisi statis terhadap ozon.

2.7.2.7Bahan Pelunak

Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Karet

yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan pengisi yang

cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan pelunak yang

banyak digunakan antara lain minyak naftenik, minyak nabati, minyak aromatik, ter

(36)

23

2.7.2.8Bahan Pengisi

Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan

pengisi yang tidak aktif. Kedua, bahan pengisi yang aktif atau bahan pengisi yang

menguatkan. Yang pertama hanya menambah kekerasan dan kekakuan pada karet

yang dihasilkan, tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi

tidak aktif lebih banyak digunakan untuk menekan harga karet yang dibuat karena

bahan ini berharga murah, contohnya kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium

karbonat, barium sulfat, dan barit. Bahan pengisi atau penguat contohnya karbon

hitam, silicaaluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah

kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada

karet yang dihasilkan. Kadang – kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan

dalam campuran sebagai alternatif penghematan biaya.

2.7.2.9Bahan Pencegah Pravulkanisasi

Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada

bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Biasanya bahan ini ditambahkan pada kompon

karet tertentu, misalnya kompon karet untuk acuan injeksi. Contohnya adalah

santogard PVI dan Vulcalent A.

2.7.2.10 Bahan Pewangi

Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan

(37)

24

bahan pewangi, tetapi ada beberapa jenis yang menggunakannya. Contohnya bahan

pewangi antara lain Rodo 10.(Tim Penulis PS,2011)

2.8Antioksidan

Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi

(mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Zat – zat tersebut mempunyai

tujuan untuk mencegah barang – barang karet menjadi usang atau dengan perkataan

lain untuk memperpanjang daya tahan dari barang – barang tersebut. Keusangan

barang – barang karet dapat dilihat pada robekan – robekannya dan retakan –

retakannya yang kecil benar ke berbagai jurusan, satu peristiwa yang berhubungan

dengan oksidasi dari karet (Yayasan Karet. 1983.).

Untuk melindungi barang dari karet terhadap oksidasi, maka hampir selalu ditambahkan

antioksidan – antioksidan. Antiooksidan dibagi menjadi dua golongan :

a. Yang menyebabkan perubahan warna dari barang karet. Ini hanya dapat dipakai

dalam campuran – campuran yang berwarna tua atau hitam.

b. Yang tidak menyebabkan perubahan warna dan dapat dipakai untuk barang –

barang yang berwarna muda atau putih.

Faktor-faktor lingkungan seperti panas, sinar ultra violet, ozon, kelembaban udara

dan bahan-bahan kimia berdampak pada awet tidaknya lateks karet alami dapat

digunakan serta lamanya dapat disimpan. Antioksidan membantu stabilitas sarung

(38)

25

Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron

yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari

pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Yayasan Karet.

1983.).

Komposisi antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan antioksidan

sintetik, yang termasuk antioksidan alam antara lain turunan fenol, koumarin,

hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol, kathekin, dan asam askorbat.

Antioksidan sintetik antara lain butyl hidroksianisol, butyl hidroksitoluen, propil

gallat dan etoksiquin. ( Goran P. Kjallstrand. J. 2001)

2.9Fenol

Fenol (C6H5OH merupakan padatan kristal yang tidak berwarna, memiliki berat

jenis 1,07, titik lebur 42,5 – 43oC, titik didih 182 oC, titik nyala 774 oC. Fenol dapat

larut dalam alkohol, air, eter, kloroform dan alkali. Jika dalam keadaan tidak murni

fenol akan berubah menjadi pink atau merah dan akan mencair jika terkena sinar

matahari atau menyerap air dari udara. Pada konsentrasi yang tinggi fenol jika terkena

kulit menyebabkan kulit akan terbakar dan sangat beracun. Asap kayu bakar yang

digunakan mengandung zat fenol. Zat inilah yang dapat mencegah timbulnya jamur

pada lembaran sheet.(Montizaan, K.G. 1994).

Fenol merupakan asam yang jauh lebih kuat daripada alkohol karena anion yang

dihasilkan distabilkan oleh resonansi, dengan muatan negatifnya disebar oleh cincin

aromatik. pKa fenol adalah 10. Karena keasamannya, aslinya fenol disebut asam

(39)

26

fenol digunakan sebagai bahan antiseptik rumahsakit. Sebelum itu tidak digunakan

antiseptik karena orang mengira bahwa bau – baulah, dan bukan mikroorganisme

(40)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Alat

- Erlenmeyer 250 ml Pyrex

- Thermometer 1000C Pyrex

- Timbangan Analitik Mettler Toledo

- Oven Memert

- Gelas Ukur 500ml Pyrex

- Beaker Glass 250 ml Pyrex

- Spatula

- Bak koagulan skala laboratorium

- Penggiling skala laboratorium

3.1.2 Bahan-Bahan

- Lateks 1000 ml

- Asam semut/ asam formit

- Asam amoniak

- H2SO4 0,1 N

(41)

28

3.2 Prosedur Penelitian

- Penerimaan lateks dari pohon karet yang baru disadap disaring untuk

memisahkan kotoran kemudian dialirkan ke bak pengenceran.

- kemudian pengenceran dengan air hingga kadar karet kering (KKK)

13%-15%.

- Tahap selanjutnya dialirkan ke bak koagulan untuk dilakukan

pembekuan dengan penambahan zat koagulum yang bersifat asam.

Kemudian injeksi senyawa Fenol dengan 3cc per bak koagulan.diaduk

hingga 8 s/d 10 kali.

- Dibentuk dengan platskoten selama 2 jam.

- Dialirkan sheet ke penggilingan hingga 6 kali penggilingan.

- Kemudian dilakukan pengeringan dengan variabel suhu 45-500C,

(42)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil percobaan yang dikumpulkan adalah data percobaan yang diperoleh dari

hasil penelitian yang dilakukan dengan satu sampel dan dengan variasi suhu, waktu

yang berbeda dan injeksi fenol.

Injeksi senyawa fenol berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi karet

dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan

(43)

30

mampu melindungi dari suhu tinggi dan menghasilkan warna kuning kecoklatan pada

rubber smoked sheet. Injeksi fenol yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan

sebagai pengganti kayu bakar untuk pengasapan pada proses pematangan karet.

Injeksi fenol tidak baik jika terlalu banyak di injeksikan karena akan membuat warna

sheet kehitaman. Pengasapan biasanya berlangsung selama 4 hari lebih hingga selesai

dengan suhu optimum 600C. Pada penelitian ini pengasapan diganti dengan injeksi

senyawa fenol dan menggunakan oven sebagai pemanasnya, dimana proses

pematangan dapat dilakukan hanya 3 hari dengan suhu optimum 700C dan volume

fenol sebanyak 3 cc. Hasil penelitian ini menghasilkan rubber smoked sheet sesuai

yang diinginkan pasar berwarna kuning kecoklatan.

Dari data analisa dapat disimpulkan injeksi fenol bisa diterapkan dan dengan

waktu pemanasan lebih singkat tapi suhu optimum dinaikkan untuk meneyesuaikan

(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitiaan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

volume optimum fenol sebagai pengganti kayu bakar dalam skala laboratorium

sebanyak 3cc untuk sampel 1 liter lateks dan dengan suhu optimum 700C. Dengan

pemanfaatan senyawa fenol dalam proses pematangan karet, proses pematangan

menjadi lebih cepat yaitu selama 3 hari dibandingkan dengan penggunaan kayu bakar

sebagai asap dengan lama waktu 5 hari. Produk karet yang dihasilkan telah memenuhi

standar mutu pasar yaitu dengan warna kuning kecoklatan

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian terhadap pengaruh-pengaruh yang lain,

misalnya analisa kotoran, analisa faktor pengenceran, dan analisa pengganti asam

semut/ asam formic. Agar diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas dari

suatu produk..

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Bhatnagar,M.S. 2004. A Text Book Of Polymers. New Delhi. S . Chand & Company

LTD.

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga .

Kjallstrand, J. Goran P. 2001. Phenolic Antioxidants In Wood Smoke. J. The Science

Of The Total Environment.

Meronda, G. Rahma. 2008. Bahan Tambahan Makanan Antioksidan Dan Sekuesteran

Makasar : Universitas Hasanudin.

Montizaan, K.G. 1994. Phenol. Environmental Health Criteria 161. Bilthoven. Netherland : National Institute Of Public Health and Environmental Hygiene.

Setiawan, D.H. dan Andoko, 2008. Budidaya Karet. Cetakan Pertama Revisi. Solo :

PT. Agro Media Pustaka.

Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan 1. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta : Penerbit PT. Pradaya Paramita. Cetakan

Pertama.

Tim Penulis, PS. 1992. Karet Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya

Tim Penulis, PS. 1999. Karet : Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan

Pengolahan. Jakarta : Penerbit Swadaya. Cetakan VI.

Tim Penulis, PS. 2011. Panduan Lengkap Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Gambar

Gambar 2.1 Karet Alam
Tabel 2.1 Sifat fisika dari karet alam

Referensi

Dokumen terkait