• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perusahaan Farmasi Yang Mengalami Merger di Indonesia Studi Kasus PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perusahaan Farmasi Yang Mengalami Merger di Indonesia Studi Kasus PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERUSAHAAN FARMASI YANG MENGALAMI MERGER DI INDONESIA STUDI KASUS PADA PT. KALBE FARMA TBK

DAN PT. MERCK TBK OLEH

WINA ARRANI 110521162

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Wina Arrani

NIM : 110521162

Program Studi : Manajemen Konsentrasi : Keuangan

Judul : Analisis Perusahaan Farmasi Yang mengalami Merger di Indonesia Studi Kasus Pada PT. Kalbe Farma Tbk dan PT Merck Tbk

Medan, April 2015

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Wina Arrani

NIM : 110521162

Program Studi : Manajemen Konsentrasi : Keuangan

Judul : Analisis Perusahaan Farmasi Yang Mengalami Merger di Indonesia Studi Kasus PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk

Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai

Dr. Khaira Amalia F., SE, MBA, Ak

NIP. 19731120 200312 2 001 NIP. 19580817 198601 1 003 Dr. Drs. Muslich Lufti, MBA

Ketua Program Studi

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Wina Arrani

NIM : 110521162

Program Studi : Manajemen Konsentrasi : Keuangan

Judul : Analisis Perusahaan Farmasi Yang Mengalami Merger di Indonesia Studi Kasus PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk

Tanggal Ketua Program Studi

NIP. 19620513 199203 2 001 Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi

Tanggal Ketua Departemen

(5)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Perusahaan Farmasi Yang Mengalami Merger di Indonesia Studi Kasus PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2015

NIM. 110521162 Wina Arrani

(6)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirrabbil’alamin. Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa penulis sampaikan kepada kedua orang tua Ayahanda Amri Sujono dan Ibunda Hotnauli Aritonang yang selalu memberikan do’a dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul penelitian “Analisis Perusahaan Farmasi Yang Mengalami Merger Di Indonesia Studi Kasus pada PT. Kalbe Farma dan PT. Merck Tbk”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Azhar Maksum, S.E, M.Ec. Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Insfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Marhayanie, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(7)

5. Ibu Dr. Friska Sipayung, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Dosen Pembimbing Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, Ak, MBA, MAPPI, (cert) yang telah banyak membimbing, memberi masukan serta arahan kepada penulis mulai dari awal sampai akhir penelitian ini.

7. Bapak Dr. Drs. Muslich Lufti, MBA, yang telah banyak memberikan masukan, arahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh dosen pengajar dan staf pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada saudara-saudara penulis: Bang Nandar Suhardi, Bang Andra Bang Qodirun, Kak Fira, Tania, Nahdawiyah, dan Sahabat Selamanya yang saya cintai dan yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang dibuat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang

Medan, April 2015 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Merger... 23

2.1.6 Klasifikasi Merger ... 24

2.1.7 Tujuan Merger ... 26

2.1.8 Langkah-langkah Merger dan Akuisisi ... 29

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 42

4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Kalbe FarmaTbk ... 42

4.1.2 Struktur dan Hubungan Tata Kelola Perusahaan ... 46

4.1.2.1 Direksi ... 47

4.1.2.2 Dewan Komisaris ... 47

4.1.3 Data Anak Perusahaan ... 51

4.1.4 Sejarah PT. Merck Tbk ... 52

4.1.5 Nilai Utama Merck ... 55

4.1.6 Struktur Unit Bisnis ... 57

4.2 Pembahasan ... 58

4.2.1 Faktor-faktor yang Meneyebabkan PT. Kalbe Farma Tbk Melakukan Merger dengan PT Dankos dan Enseval ... 58

4.2.2 Fakor-fakor yang Menyebabkan PT. Merck Tbk Melakukan Merger dengan PT. Schering Plough Corporaion ... 59

4.3 Hasil Penelitian ... 61

4.3.1 Paired Sample t Test Rasio Keuangan PT. Kalbe Farma... 61

4.3.2 Paired Sample t Test Rasio Keuangan PT. Merck Tbk ... 75

4.3.3 Perbedaan Kinerja Keuangan PT. Kalbe Farma Tbk Sebelum dan Sesudah Merger ... 81

4.3.4 Perbedaan Kinerja Keuangan PT.Merck Tbk Sebelum dan Sesudah melakukan Merger ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 96

(10)

DAFTAR TABEL

NO. TABEL JUDUL Halaman

2.2 Penelitian Terdahulu ... 35

3.1 Operasionalisasi Variabel... 40

4.1 Susunan Direksi Periode 2014-2017 ... 47

4.2 Susunan Dewan Komisaris Periode 2014-2017 ... 48

4.3 Data Anak Perusahaan ... 51

4.4 Paired Samples Statistics PT.Kalbe Farma Tbk ... 61

4.5 Paired Samples Test PT. Kalbe Farma Tbk ... 63

4.6 Paired Samples Staistics PT. Kalbe Farma Tbk ... 65

4.7 Paired Samples Test PT. Kalbe Farm Tbk ... 67

4.8 Paired Samples Staistic PT. Kalbe Farm Tbk ... 69

4.9 Paired Samples Test PT. Kalbe Farma Tbk ... 70

4.10 Paired Sample Statistic PT. Merck Tbk ... 72

4.11 Paired Sample Test PT. Merck Tbk ... 76

4.12 Paired Sample Statistic PT. Merck Tbk ... 78

4.13 Paired Sample Test PT. Merck Tbk ... 79

4.14 Current Ratio PT. Kalbe Farma Tbk ... 81

4.15 Return On Assets PT. Kalbe Farma Tbk ... 83

4.16 Return On Equity PT. Kalbe Farma Tbk ... 84

4.17 Debt to Equity Raio PT. kalbe Farma Tbk ... 86

4.18 Debt to Asset Ratio PT. Kalbe Farma Tbk ... 87

4.19 Current Ratio PT. Merck ... 89

4.20 Return On Assets PT. Merck Tbk ... 90

4.21 Return On Equity PT.Merck Tbk ... 91

4.22 Debt to Equity Ratio PT. Merck Tbk ... 92

(11)

DAFTAR GAMBAR

NO. GAMBAR JUDUL Halaman

2.1 Kerangka Pikir ... 37

4.1 Struktur dan Hubungan Kelola PT. Kalbe Farma Tbk ... 52

4.2 Struktur Unit Bisnis PT. Merck Tbk ... 57

4.3 Current Ratio Periode 2009-2013 ... 72

4.4 ROA dan ROE Periode 2009-2013 ... 73

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. LAMPIRAN JUDUL

I Rasio Keuangan PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Sebelum dan Sesudah Merger.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi persaingan bebas yang semakin banyaknya jumlah perusahaan yang selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing. Salah satu strategi bersaing merupakan suatu usaha untuk mengembangkan (memperluas) perusahaan sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan yang disebut juga strategi pertumbuhan. Strategi ini dapat dilakukan melalui memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, yaitu dengan menambah kapasitas produk, membangun perusahaan baru ataupun dengan cara membeli perusahaan baru.

(14)

diberikan kepada perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi.

Kegiatan merger dan akuisisi di Indonesia telah berlangsung pada tahun 1970, yang dilakukan oleh bank-bank dengan harapan agar dapat memperkuat struktur modal dan memperoleh keringanan pajak . Perkembangan merger dan akusisi tersebut terus berlangsung sampai sekarang. Apabila pada saat kondisi krisis, dimana banyak perusahaan yang mengalami kesulitan dalam pendanaan modalnya. Kecenderungan yang terjadi di Indonesia, pola akuisisi lebih banyak dilaksanaan. Hal ini disebabkan karena pemilik perusahaan lebih merasa nyaman dengan kepemilikan saham secara pribadi dalam jumlah besar.

(15)

merger antara perusahaan multi nasional-sebagai contoh, Daimler Chrysler dan Exxon-Mobil yang hampir benar-benar mengubah seluruh tatanan persaingan dari

pasar global mereka masing-masing. Tahun 1990-an juga menyaksikan kebangkitan dari privatisasi perusahaan dibanyak pasar yang sedang berkembang, menciptakan peluang pertumbuhan bagi perusahaan multinasional dalam memperoleh akses terhadap pasar dengan potensi besar yang sebelumnya terutup.

Penelitian yang berhubungan dengan merger dan akuisisi serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti baik di luar maupun di dalam negeri. Salah satunya penelitian Ravenschraft dan Scherer (1989), meneliti pengaruh aktivitas merger terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur di Amerika Serikat dengan menganalisis profitabilitas perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Sampelnya adalah 2.732 perusahaan manufaktur yang beroperasi di Amerika Serikat untuk periode tahun 1957 – 1977. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah perusahaan melakukan merger tingkat profitabilitasnya mengalami penurunan, kecuali diantara partner merger yang menggunakan metode akuntansi pooling of interest dan memiliki ukuran perusahaan yang sama dengan sebelum dilakukannya merger.

(16)

Dengan penggabungan dua atau lebih perusahaan dapat menunjang kegiatan usaha sehingga keuntungan yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan jika dilakukan sendiri-sendiri. Secara teori, setelah merger ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena asset dan kewajiban perusahaan telah digabung. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari aktivasi yang simultan, maka laba perusahaan juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu kinerja pasca merger seharusnya semakin baik dibandingkan dengen sebelum merger Usadha (2008) dalam Adriyanto (2011).

(17)

PT Kalbe Farma Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri farmasi dan produk-produk yang berkaitan dengan kesehatan. Semakin banyaknya perusahaan farmasi, menimbulkan iklim persaingan yang lebih ketat. Saat ini jumlah perusahaan farmasi di Indonesia berjumlah lebih dari 200 perusahaan. Hal ini membuat perusahaan farmasi saling berlomba untuk tetap mempertahankan posisinya. Begitu pula yang dilakukan oleh PT Kalbe Farma Tbk dan PT Dankos Laboratories Tbk. Untuk mengurangi persaingan sekaligus menciptakan efisiensi, kedua perusahaan tersebut akhirnya melakukan peleburan usaha atau merger.

Pada tahun 2005, manajemen PT Dankos Laboratories Tbk dan PT Enseval sepakat untuk melebur kedua perusahaan tersebut ke dalam PT Kalbe Farma Tbk. PT Dankos Laboratories Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, sedangkan PT Enseval merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. Dengan penggabungan ini, seluruh kegiatan usaha, aset, tagihan, dan karyawan beralih kepada Kalbe Farma Tbk. Setiap pemegang satu saham Dankos, akan dikonversi menjadi 1,34 saham Kalbe. Sedangkan satu saham Enseval akan dikonversi dengan 12.998,8 saham Kalbe dengan pembulatan ke atas. Pemegang saham yang tidak setuju dengan penggabungan dan memilih menjual sahamnya kepada PT Kresna Graha Sekurindo Tbk sebagai pembeli siaga. Setiap pemegang saham Kalbe dihargai Rp 850, Dankos Rp 1.140, sedangkan pemegang saham Enseval dapat menjualnya senilai Rp 11.049.000 per saham (www.tempo.com)

(18)

pada bulan Januari 1975. Perusahaan tersebut merupakan hasil merger dari PT Schering-Plough Corporation Pada tanggal 4 November 2009.

Dari fenomena tersebut, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan tema skripsi:

“Analisis Perusahaan Farmasi Terbuka Yang Mengalami Merger di Indonesia (Studi Kasus PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk)”

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan yang telah diuraian dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan perusahaan farmasi di Indonesia melakukan merger khususnya PT. Kalbe Tbk dan PT. Merck Tbk?

2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk sebelum dan setelah melakukan merger?

1.3Tujuan Penelitian

(19)

1. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor apa saja yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan merger.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara PT. Kalbe Farma Tbk dan PT. Merck Tbk sebelum dan sesudah melakukan merger.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian adalah: 1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan informasi bagi Perusahaan mengenai hasil pelaksanaan merger.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pelaksanaan merger.

3. Bagi Fakultas

Sebagai bahan studi dan literature bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Manajemen.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah karya ilmiah yang layak dipercaya dan juga dapat dijadikan langkah awal bagi penulisan karya ilmiah lain.

BAB II

(20)

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1 Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi bisnis suatu perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan usaha dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan adanya persaingan bebas yang semakin besar. Dalam bahasa akuntansi, peristiwa merger dan akuisisi merupakan salah satu bentuk penggabungan usaha dan disebut sebagai kombinasi bisnis (business combination) yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entinitas ekonomi. Penekanannya adalah dalam penggabungan bisnis ini akuntansi tidak memandang apakah penggabungan tersebut merupakan merger dan akuisisi , kecuali dalam definisi. Sedangkan definisi penggabungan usaha menurut Beams dan Yusuf (2000) adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Dalam penggabungan usaha ini beberapa perusahaan secara ekonomis berdiri sendiri menyatukan diri menjadi satu kesatuan ekonomis meski secara hukum dapat saja unit-unit tersebut berdiri sendiri Usadha (2008) dalam Adriyanto (2011). Bentuk penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger,akuisisi, dan konsolidasi.

(21)

1. Merger statutori (statutory merger), merupakan jenis penggabungan usaha dimana hanya satu dari perusahaan yang bergabung yang akan bertahan sedangkan perusahaan lainnya dibubarkan. Aset dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dipindahkan ke perusahaan pengakuisisi, dan perusahaan yang diakuisisi dibubarkan. Setelah merger, operasi dari perusahaan yang dulunya terpisah sekarang berada di bawah satu entitas. 2. Akuisisi saham (stock acquisition) atau afiliasi, yaitu penggabungan usaha

dengan cara membeli atau mengakuisisi saham berhak suara perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan kedua perusahaan tetap beroperasi sebagai dua entitas yang terpisah. Dalam afiliasi atau akuisisi saham, timbul hubungan induk-anak perusahaan (parent-subsidiary relationship). Induk perusahaan (parent company), yaitu perusahaan yang membeli sebagian besar atau seluruh

saham berhak suara perusahaan lain, dan anak perusahaan (subsidiary company), yaitu perusahaan yang sebagian besar atau seluruh sahamnya

dibeli oleh perusahaan lain.

(22)

bawah pengendalian satu entitas dan tidak satupun perusahaan yang bergabung tetap berdiri sejak dilakukannya konsolidasi

2.1.1.1 Merger

Istilah merger menjadi sangat populer di Indonesia saat ini. Merger berasal dari kata “mergere” (Latin) yang artinya bergabung bersama, menyatu, berkombinasi dan menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Harta dan kewajiban perusahaan yang dilikuidasi diambil alih oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan usahanya. Perusahaan yang hidup terus berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Merger didefinisikan sebagai penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badana hukum, sementara yang lainnya menghentikana aktifitas atau bubar.

(23)

dengan aset dan kewajiban perusahaan pengakuisisi tidak menimbulkan tambahan komponen organisasi.

(24)

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan yang tetap hidup, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Gambar 2.1 Skema Merger

2.1.2 Teori Merger

Teori ini yang menjelaskan motivasi yang melatarnelakangi terjadinya suatu penggabungan usaha menurut Dharmasetya dan Sulaiman (2009) dalam Andriyanto (2011) yaitu:

1. Teori Efisiensi

Menurut teori ini, merger dapat meningkatkan efisiensi. Efisiensi tersebu karena merger akan menghasilkan sinergi yang cara sederhana diartikan sebagai 2+2=5, yaitu konsep dalam ilmu ekonomi yang mengatakan gabungan faktor-faktor yang komplementer akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.

2. Teori Disversifikasi Perusahaan A

Perusahaan B

(25)

Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam, maka suatu perusahaan dapat menjaga stabilitas pendapatannya. Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing.

3. Teori Kekuatan Pasar

Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang serupa, secara teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda.

4. Teori Keuntungan Pajak

Keuntungan di bidang perpajakan melalui pengurangan kewajiban pembayaran pajak dapat menjadi motivasi yang melatarbelakangi suatu merger. Dengan adanya penggabungan usaha dimana perusahaan yang satu adalah perusahaan yang tidak mempunyai laba dengan perusahaan mempunyai laba besar, maka dapat mengecilkan pajak yang akan dibayarkan.

5. Teori Under Valuation

Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu perusahaan akan mendorong minat perusahaan lainnya untuk menggabungkan perusahaan yang pertama ke dalam perusahaannya melalui merger.

6. Teori Prestise

(26)

Dengan melakukan penggabungan usaha yang menyebabkan perusahaan menjadi semakin besar, maka akan meningkatkan prestise direksi perusahaan tersebut. 2.1.2.1 Segi Tata Cara Melakukan Merger

Jika dilihat dari segi tata cara bagaimana merger dilakukan, maka merger dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Merger dengan likuidasi dan Jual Beli Aset

Dalam hal ini terlebih dahulu perusahaan target dilikuidasi. Baru kemudian aset-asetnya yang masih tertinggal dibagi-bagikan kepada pemegang saham menurut porsinya masing-masing. Selanjutnya secara individual pemegang saham tersebut menjual aset itu kepada perusahaan merger yang akan membelinya.

2. Merger dengan Jual Beli Aset dan Likuidasi

Dengan metode seperti ini, justru jual beli aset perusahaan target yang terlebih dahulu dlakukan. Selanjutnya baru dilakukan likuidasi terhadap perusahaan target tersebut.

3. Merger dengan Jual Beli Saham dan Likuidasi

(27)

Misalnya 90 % saham. Setelah itu, pemegang saham mayoritas dapat melakukan likuidasi, sementara pemegang saham minoritas yang masih tersisa setelah dilikuidasi dapat dipaksakan untuk menerima cash sebagai harga sahamnya, sungguhpun pemegang saham minoritas misalnya masih dapat mempergunakan “hak appraisal” terhadap penentuan harga sahamnya.

2.1.2.2 Segi Variasi Merger

Jika dilihat dari segi variasinya, terdapat berbagai macam merger sebagai berikut :

1. Merger Sederhana (Simple Merger)

Merupakan bentuk prototype dari merger. Merger ini dilakukan dengan prosedur yang sederhana, dimana suatu perusahaan merger ke perusahaan lain dan salah satu diantaranya melebur, sementara seluruh aktiva dan pasiva perusahaan yang melebur tersebut beralih ke perusahaan yang exist. 2. Merger Praktis (Practical Merger)

Ini lebih merupakan variasi dari bentuk merger sederhana. Merger praktis terjadi, misalnya tidak dengan pembayaran tunai dari harga saham perusahaan target, melainkan ditukar dengan sahamnya pengambil alih. 3. Merger Segitiga (Triangular Merger)

(28)

Akan tetapi dalam hal ini, pemegang saham perusahaan yang melebur menerima saham dari perusahaan induk bukan dari anak perusahaan.

4. Merger Segitiga Terbalik (Reverse Triangular)

Pada merger segitiga terbalik, justru anak perusahaan penuh yang baru dibentuk dileburkan ke dalam perusahaan target. Ini biasanya dilakukan jika perusahaan target tersebut :

a) Sudah punya nama (terkenal)

b) Sulit membubarkan perusahaan target, misalnya banyak tersangkut dengan pihak ketiga, yang sulit dilakukan novasi atau cessie. Misalnya jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan asuransi atau bank.

5. Merger Anak Induk

Dalam hal ini, yang melakukan merger adalah antara anak perusahaan dengan induknya, dimana salah satu diantaranya akan lenyap. Jadi ini merupakan merger dalam satu grup perusahaan. Untuk itu dikenal beberapa jenis sebagai berikut :

a) Merger Arus ke Bawah

(29)

Sementara itu, merger arus ke bawah ini (Downstream Merger), maka sebelum merger, perusahaan holding tentu memegang saham pada anak perusahaan. Tetapi kemudian pemegang saham perusahaan holding setelah merger langsung memegang saham pada anak perusahaan. Dan dalam proses merger arus ke bawah ini, khususnya jika dipilih merger tanpa mengadakan likuidasi, maka tindakan-tindakan yuridis minimal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: i. Semua aktiva dan pasiva dialihkan dari perusahaan holding kepada anak perusahaan (kecuali aktiva yang harus dibayar kepada pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger). Kecuali jika dipilih model merger dengan likuidasi.

ii. Perusahaan holding menghentikan kegiatannya, kemudian dibubarkan tanpa likuidasi

iii. Pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger dapat memilih antara menjadi pemegang saham dalam anak perusahaan atau meminta kompensasi harga saham yang sedang dipegangnya tanpa menjadi pemegang saham di anak perusahaan.

b) Merger Arus ke Atas

Sebaliknya merger arus keatas terjadi justru jika anak perusahaan akan melebur ke induk perusahaan.

(30)

yuridis minimal yang harus dilakukan, khususnya jika dipilih merger tanpa mengadakan likuidasi sebagai berikut :

i. Semua aktiva dan pasiva dialihkan dari anak perusahaan kepada perusahaan holding (kecuali aktiva yang harus dibayar kepada pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger). Kecuali jika dipilih model merger dengan likuidasi.

ii. Anak perusahaan menghentikan kegiatannya, kemudian dibubarkan tanpa likuidasi.

iii. Pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger dapat memilih antara menjadi pemegang saham dalam perusahaan holding atau meminta kompensasi harga saham yang sedang dipegangnya tanpa menjadi pemegang saham di perusahaan holding.

c) Merger Jalan Pintas (Short Form)

(31)

ini sering disebut “merger jalan pintas” (short form). Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas tidak mengenal merger tanpa voting seperti ini. Sungguhpun demikian, apabila dengan merger, akuisisi dengan konsolidasi tersebut tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga yang wajar (Pasal 104 ayat (2) Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas)

6. Merger Kepanjangan Tangan (Arm’s Length)

Ini terjadi jika yang akan meleburkan diri adalah anak perusahaan yang merupakan subsidiary penuh dari perusahaan induk. Artinya, induk perusahaan dapat mengontrol penuh anak perusahaannya. Dalam hal ini, kalaupun ada pihak lain sebagai pemegang saham minoritas, tetapi pemegang saham minoritas tidak dapat melakukan apa-apa. Baik karena terlalu kecil saham yang dipegangnya, ataupun karena ketentuan dalam anggaran dasar tidak memungkinkannya. Merger ini sering juga disebut dengan “merger kepanjangan tangan” (arm’s length). Dalam merger seperti ini, sangat potensial terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh pihak mayoritas, sehingga perlu sekali pemberlakuan prinsip fair dealing dan fair price terhadapnya. Bahkan kepada pemegang saham minoritas, mestinya diberikan “hak appraisal”. Dalam praktek, jika salah satu pihak dapat mengontrol terjadinya merger tersebut, seperti pada arm’s leength merger, ini sering disebut dengan “merger terkontrol” (Controlled

(32)

quorum 75% dari seluruh suara yang hadir, sementara votting diterima jika terdapat 75% suara yang hadir. Dengan demikian jika salah satu pemegang saham mempunyai suara minimal 75%, maka dia akan dengan mudah melakukan merger, akuisisi, dan konsolidasi, tanpa terlalu memperhatikan/mendengar pihak pemegang saham lainnya.

7. Merger De Facto

Kadangkala suatu transaksi dilakukan dengan tidak menyebutkan bahwa yang sedang dilakukan tersebut adalah merger. Tetapi dalam kenyataannya, transaksi tersebut membawa akibat seperti halnya merger. Maka menurut doktrin merger de facto, transaksi yang bersangkutan selayaknya juga oleh hukum dianggap merger, sehingga hukum merger juga diberlakukan terhadapnya. Tetapi Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas belum dapat menjangkau/melakukan justifikasi terhadap merger de facto ini.

2.1.2.3 Segi Analisis Keuangan

Apabila dipakai analisis keuangan sebagai analisis, maka merger dapat dibagi ke dalam:

1. Merger Permodalan Murni

(33)

2. Merger Operasional

Yaitu merger di mana diharapkan akan ada sinergi dari perusahaan-perusahaan yang melakukan merger lewat integrasi dari operasional perusahaan-perusahaan tersebut.

2.1.2.4 Segi Akuntansi

Jika ditinjau dari sudut pandang akuntansi, maka suatu merger dapat dibagi ke dalam:

1. Merger dengan Metode Pembelian

Yaitu dimaksud dengan merger dengan metode pembelian (purchase method) adalah merger yang menggunakan metode akuntansi yang

didasari pada pembelian berdasarkan harga pasar dalam menilai harga perusahaan target.

2. Merger dengan Metode Pooling of Interest

Yaitu merger yang dilakukan dengan mendasarkan kepada metode akuntansi yang didasari dari nilai buku dalam memberi nilai kepada perusahaan target. Dalam hal ini balance sheet dari kedua perusahaan tersebut ditambahkan.

2.1.3 Syarat-syarat Merger

(34)

pihak tertentu. Kepentingan pihak-pihak tertentu adalah (pasal 126 ayat [1] UU PT) :

1. Kepetingan Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan yang bersangkutan.

2. Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

3. Syarat-syarat di atas bersifat kumulatif. Apabila salah satu syarat dilanggar mengakibatkan perbuatan hukum penggabungan tidak dapat dilaksanakan. Syarat tambahan berdasarkan pasal 123 ayat (4) UU PT. Penjelasannya, bagi “perseroan tertentu” yang akan melakukan penggabungan adalah adanya persetujuan dari instansi terkait. Perseroan tertentu artinya perseroan yang mempunyai bidang usaha khusus, antara lain lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Dan yang dimaksud dengan instansi terkait antara lain Bank Indonesia untuk penggabungan perseroan yang bergerak di bidang perbankan (@klinik hukumonline).

2.1.4 Manfaat dan Risiko Merger

(35)

1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang dimerger atau diakuisisi.

2. Memperluas portfolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan.

3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.

Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, perlu juga diperhatikan kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil dari merger dan akuisisi, yaitu:

1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan hasil merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada vendor yang masih terhutang.

2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.

3. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan dimasing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan waktu yang relatif lama, dan sebagainya.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Merger

(36)

a. Kelebihan Merger

Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain.

b. Kekurangan Merger

Dibandingkan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan, sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.

2.1.6 Klasifikasi Merger

Menurut Moin (2003) terdapat tiga tipe merger yaitu merger horizontal, merger vertical, merger konlomerasi

1. Merger Horizontal

(37)

2. Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input

sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward

integration).

3. Merger Konglomerat

(38)

terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.

4. Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus

membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

5. Merger Ekstensi Produk

(39)

2.1.7 Tujuan Merger

Ada beberapa tujuan yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger atau akuisisi yaitu sebagai berikut Yuliana (2009) dalam Andriyanto (2011):

1. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan dianggap salah satu alasan utama perusahaan untuk melaksanakan merger dan akuisisi. Dalam rangka tumbuh dan berkembang, perusahaan bisa melakukan ekspansi melakukan ekspansi bisnis dengan memilih diantara dua alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth) dan pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth). Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha cenderung memilih jalur pertumbuhan eksternal melalui merger maupun akuisisi.

Menurut Rokhayati (2005) dalam Andriyanto (2011) pertumbuhan perusahaan dapat direalisasi dalam beberapa bentuk, antara lain:

a. Pertumbuhan Penjualan

(40)

b. Pertumbuhan Laba

Merupakan gambaran dari prosentase kenaikan laba atas jumlah laba pada tahun tertentu. Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai peningkatan laba dari tahun ke tahun.

c. Pertumbuhan Ekuitas

Merupakan gambaran dari prosentase kenaikan ekuitas dari periode sebelumnya.

d. Pertumbuhan Aset

Merupakan gambaran dari prosentase kenaikan jumlah aset dalam tiap periode. Semakin tinggi angka rasio, semakin besar peningkatan jumlah total aset yang dimiliki perusahaan.

2. Sinergi

(41)

Sinergi dapat berasal dari dua sumber, yaitu sinergi operasional dan sinergi finansial. Menurut Gaughan (2002) sinergi operasional terjadi apabila perusahaan yang di akuisisi mempunyai proses produksi yang hampir sama, sehingga mesin-mesin ataupun peralatan pendukung lain bisa digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian hal utama yang menjadi sumber dari terjadinya sinergi operasional ini adalah penurunan biaya yang terjadi sebagai akibat dari kombinasi dua perusahaan tersebut, selanjutnya akan terjadi efisiensi, yaitu penurunan biaya per unit sebagai akibat kenaikan dalam jumlah atau skala operasi perusahaan.

Sedangkan sinergi finansial menurut Moin (2010) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan yang memliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi penilaian dan kepercayaan yang positif oleh publik.

Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana.

3. Motif Ekonomi

(42)

pangsa pasar (market share) dan kekuatan pasar (market power) sebagai akibat integrasi horizontal, serta berbagai keuntungan lain sebagai akibat dari integrasi vertikal. Jika perusahaan melakukan akuisisi dengan integrasi horizontal, berarti perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang berada pada industri yang sama atau sejenis. Dengan demikian industri yang dilayani akan lebih terkonsentrasi sehingga pangsa pasar dan kekuatan pasar dapat lebih ditingkatkan.

2.1.8 Langkah-langkah Merger dan Akuisisi

Dalam proses melakukan merger dan akuisisi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger dan akuisisi terjadi. Menurut Caves (2004) dalam Ardiagarini (2011), langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Pre merger

Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana

dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaanperusahaan tersebut.

2. Merger stage

(43)

3. Post merger

Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan. Langkah pertama (1) yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger, sering terjadinya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi. Langkah kedua (2) yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.

2.1.9 Tingkat Aktivitas Merger

Lima “gelombang merger” besar telah melanda Amerika Serikat. Gelombang pertama terjadi pada akhir tahun 1800-an, pada saat konsolidasi dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minyak, baja, tembakau, dan industry dasar lainnya. Gelombang kedua terjadi pada tahun 1920-an, pada saat kejayaan pasar saham menolong para promotor keuangan mengkonsolidasi perusahaan-perusahaan dalam sejumlah industri, yang mencakup perusahaan-perusahaan umum (ultilities), komunikasi dan mobil. Gelombang ketiga berlangsung pada tahun

(44)

perusahaan untuk bersaing dengan lebih baik dalam perekonomian global, sedang dalam proses dewasa ini. Brigham & Houston (2001).

2.1.10 Peraturan Merger

Sebelum pertengahan tahun 1960-an, akuisisi sukarela umumnya terjadi sebagai merger yang bersifat pertukaran saham yang sederhana, dan proxy fight merupakan senjata utama yang digunakan dalam pertempuran pengendalian secara paksa. Pertama, diperlukan waktu yang lama untuk menyusun proxy fight pembajak pertama harus meminta daftar pemegang saham perusahaan sasaran, lalu diolak, dan kemudian mendapatkan perintah pengadilan yang memaksa manajemen untuk memberikan daftar tersebut. Selama waktu itu, manajemen perusahaan sasaran akan berpikir keras dan kemudian menerapkan strategi untuk mengusir si pembajak. Akibatnya, manajemen memenangkan sebagian besar proxy fight. Menghadapi pembajakan yang terencana dengan baikn seperti ini,

manajemen umumnya merasa kewalahan. Saham itu mungkin berharga lebih tinggi daripada yang ditawarkan pembajak bagi calon penawar lain, tetapi manajemen tidak mempunyai cukup waktu untuk menyampaikan pesan kepada pemegang saham, atau mendapatkan penawaran yang bersahabat. Situasi ini tampak tidak adil sehingga kongres AS mengeluarkan Undang-undang Williams tahun 1968 yang mempunyai dua tujuan utama yaitu:

1. Untuk mengatur cara perusahaan pengambil alih menyusun penawaran pengambil alihan.

(45)

Undang-undang Williams memberikan empat pembatasan pada perusahaan pengambil alih:

1. Pengambil alih harus mengungkapkan jumlah saham yang ditahan sekarang dan maksud di masa depan dalam sepuluh hari untuk mengumpulkan paling sedikit 5 persen dari saham perusahaan.

2. Pengambil alih harus mengungkapkan sumber dana yang akan digunakan dalam akuisisi.

3. Pemegang saham perusahaan sasaran harus diberi waktu paling sedikit 20 hari untuk mentenderkan saham mereka, yaitu tawaran itu harus “terbuka” paling tidak selama 20 hari.

4. Jika perusahaan pengambil alih meningkatkan harga penawaran selama periode 20 hari tersebut, maka semua pemegang saham yang mentenderkan sebelum penawaran baru harus menerima harga yang lebih tinggi. Brigham & Houston (2001)

2.1.11 Motivasi Melakukan Merger

Joseph F. Sinkey (1983), menjelaskan motivasi yang mendorong bank

untuk melakukan merger, antara lain:

1. Untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat,

2. Guna meningkatkan pangsa pasar,

(46)

4. Kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang dimiliki masing-masing Bank.

2.1.12 Dampak Positif dan Negatif Proses Merger 2.1.12.1 Dampak Positif

1. Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat memanage risiko likuiditas dengan lebih fleksibel. 2. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan

meningkat tetapi tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage biaya akibat bertambahnya skala usaha.

3. Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat memperbesar margin bunga pinjaman.

2.1.12.2 Dampak Negatif

1. Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat terselesaikannya kemelut keuangan disalah satu perusahaan peserta, maka harga penjualan sahamnya cenderung akan dinilai dibawah harga pasar yang wajar.

2. Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak direksi, manajer dan karyawan.

(47)

4. Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik diantara para anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil merger tersebut dikuasai oleh lebih satu pemegang saham pengendali.

5. Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi efisiensi sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari sebagian pihak direksi dan staf profesional.

6. Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan sehingga perusahaan hasil merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek.

2.2 Penelitain Terdahulu No Peneliti

Terdahulu

Judul Penelitian Teknik

(48)

3 Payamta dan yang diuji secara parsial, Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin,

Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt.

2.3 Kerangka Pikir

Penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, terencana dan sangat sisematis dengan maksud untuk dapat memecahkan suatu masalah.

Menurut Sinuraya (2006) merger merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat adalah bergabung dengan perusahaan lain. Secara umum tujuan dilakukan merger adalah untuk pertumbuhan perusahaan, Melalui merger perusahaan dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan melakukan ekspansi secara internal.

(49)

berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar dari aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga akan semakin meningkat.

Dalam penelitian ini , dilakukan analisis dan perbandingan kinerja antara PT. Kalbe Farma, Dankos, Enseval sebelum dan sesudah merger menjadi PT. Kalbe Farma dan Merck dan sebelum dan sesudah merger menjadi PT. Merck Schering Plough dengan melihat dari rasio Capital Ratio (CR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Total Debt To Total

Capital Assets (DTAR).

Dari uraian berikut dapat digambarkan hubungan sisitematika nya sebagai berikut:

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pikir

MERGER

Faktor Penyebab

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian skripsi ini peneliti menggunakan penelitian deskripif dan komparatif. Yaitu penelitian yang umumnya membandingkan variable yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Pada penelitian ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif berupa data yang diukur dalam skala numeric (angka) yang merupakan data laporan tahunan perusahan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian di PT. Kalbe Farma dan PT Merck Tbk melalui media

internet dengan situsda

buku-buku dan Jurnal. Waktu penelitian Maret 2014 sampai April 2015. 3.3 Batasan Operasional

1. Subjek perusahaan pada penelitian ini adalah PT. Kalbe Farma dan PT Merck Tbk yang terdaftar dibursa Efek Indonesia.

(51)

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel yang akan diteliti adalah: 3.4.1 CurrentRatio (CR)

Current ratio merupakan perbandingan antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek biasa dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dari aktiva lancarnya.

x 100%

3.4.2 Return On Asset (ROA)

Return on Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan

untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset bank tersebut. Semakin besar nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan, karena return yang didapat perusahaan semakin besar.

x 100%

3.4.3 Return on Equity (ROE) mengukur seberapa besar keuntunganbersih yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan kata lain rasio ini mengukur berapa rupiah keuntungan yang dihasilkan oleh modal sendiri.

(52)

3.4.4 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) mengukur kemampuan pemilik perusahaan

dengan equity yang dimiliki, untuk membayar hutang kepada kreditur.

3.4.5 Debt to Asset Ratio

Debt to asset ratio yaitu ratio total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentaseaktiva perusahaan yang didukung oleh hutang.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Pengukuran Skala

CR Rasio

ROA Rasio

ROE Rasio

DER Rasio

DAR Rasio

(53)

3.5 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter sedangkan sumber data adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka, internet, jurnal, dan lain-lain. Data sekunder yang digunakan dalampenelitian ini adalah laporan tahunan bank (annual report) dan laporan keuangan (financial statement) dari website PT. Kalbe Farma dan PT. Merck Schering Plough.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua data sekunder yang dipublikasikan oleh IDX tentang perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, studi pustaka dari berbagai literatur, dan jurnal atau buku-buku yang berkaitan dengan instansi perusahaan terkait serta laporan tahunan bank (annual report) dan laporan keuangan (financial statement) dari website PT. Kalbe Farma dan PT. Merck Schering Plough.

3.7 Teknis Analisis Data

3.7.1 Paired Sample t Test

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk

Dunia berubah lingkungan berubah, dan kita semua menyadari bahwa satu-satunya hal yang konstan adalah perubahan. Seperti makhluk hidup, perusahaan harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah dari waktu ke waktu. Tidak banyak perusahaan Indonesia telah mampu bertahan, apalagi terus mengembangkan selama puluhan tahun. Salah satu contoh dari perusahaan Indonesia adalah PT Kalbe Farma Tbk.

(55)

Hidup dengan filsafat, Kalbe selalu bergerak dan terus tumbuh. Tidaklah mengherankan bahwa saat ini Kalbe menjual produknya ke pasar Asia dan Afrika, sebagai perluasan pasar di Indonesia. Pada akhir 2005, Kalbe diwakili di tujuh pasar, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, Sri Lanka dan Afrika Selatan.

Saat ini Kalbe terlibat dalam kedua bisnis kesehatan konsumen dan bisnis produk farmasi untuk memenuhi beragam kebutuhan pelanggan mereka melalui penciptaan merek yang kuat banyak. Dalam mengembangkan jaringan bisnis dan pasar, Kalbe terus menghasilkan produk inovatif. Kalbe pasti selalu mencoba yang terbaik untuk memenuhi persyaratan kesehatan dari semua pelanggan mereka dihargai,baik di Indonesia dan luar negeri. Dengan skala luas bisnis dan berbagai produk inovatif yang terus menjadi terkenal di pasar, Kalbe adalah kelompok usaha yang selalu di garis terdepan. Meskipun demikian, Kalbe tidak akan pernah berhenti. Di masa depan, Kalbe bertekad untuk menjadi dikenal tidak hanya sebagai perusahaan regional, tetapi juga sebagai perusahaan global yang aktif dalam bisnis kesehatan dan melayani semua kebutuhan kesehatan masyarakat umum.

(56)

produk-produk kesehatan dan obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss.

Pada tanggal 16 Desember 2005, Manajemen Kalbe mengumumkan penggabungan (merger) dengan perusahaan PT. Dankos Laboraories Tbk, dan PT. Enseval menjadi PT. Kalbe Farma yang telah memperkuat kemampuan produksi pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga meningkakan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha Kalbe baik di tingkat lokal maupun Internasional.

PT. Dankos Laboratories yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang farmasi pada tahun 1974 yang didirikan oleh Dr. Boen.Dankos yang berarti singkatan dari drug & cosmetics. Dankos memiliki fasillitas tiga pabrik utama yaitu penieilin, cephalosporin, dan non-betalactam (NBL).

PT. Enseval didirikan pada Oktober 1973, sebagai akibat dari pemisahan fungsi distribusi dari pemasaran dan produksi PT. Kalbe Farma bersama anak perusahaan. Dalam perkembangannya PT. Enseval juga berkembang menjadi distributor umum, tidak saja menjadi distributor produk - produk farmasi saja tapi juga mencakup produk keperluan konsumen, alat-alat kedokteran bahkan agen dan distributor bahan-bahan dasar kimia untuk industri farmasi, kosmetik dan industri makanan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia. PT Enseval juga mempunyai Visi Misi yaitu:

Visi

(57)

Misi

Menyediakan jasa layanan logistik yang unggul dan terpadu untuk produk-produk perawatan kesehatan dan produk-produk sejenisnya.

PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk memiliki Care Values yang disingkat dengan GISSIA, yaitu:

1. Giving the best to costumer (memberikan yang terbaik pada pelanggan)

2. Integrity (integritas)

3. Striving for excellence (gigih untuk mencapai yang terbaik) 4. Strong teamwork (kerjasama yang kokoh)

5. Innovation (inovasi)

6. Agility (tangkas dan lincah)

Visi dan Misi Perusahaan

Untuk memenuhinya rencana jangka panjang Kalbe Farma terdapat penajaman Visi dan Misi dari perusahaan Kalbe Farma yaitu sebagai berikut: Visi

Menjadi perusahaan yang dominan dalam bidang kesehatan di Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan merek dagang yang kuat, didasarkan oleh manjemen, ilmu dan teknologi yang unggul.

Misi

(58)

Core Value

1. Integrity.

2. Striving for Excellence. 3. Strong Teamwork. 4. Innovation.

5. Agility.

6. Giving the Best to Customers.

4.1.2 Stuktur Dan Hubungan Tata Kelola Perusahaan

(59)

4.1.2.1Direksi

Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Anggota susunan direksi berdasarkan RUPS tanggal 14 Mei 2014 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Susunan Direksi Periode 2014-2017

Nama Jabatan Periode Jabatan

Bernadette Ruth Irawati Setiady Presiden Direktur 2014-2017 Budi Dharma Wreksoatmodjo Direktur 2014-2017

Bujung Nogroho Direktur 2014-2017

Vidjongtius Direktur 2014-2017

Ongkie Tedjasurja Direktur 2014-2017

Sumber: PT. Kalbe Farma Tbk

4.1.2.2Dewan Komisaris

Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Kalbe melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Dalam melaksanakan tugas, Dewan

(60)

Tabel 4.2

Susunan Dewan Komisaris Periode 2014-2017

Nama Jabatan Reprentasi

Pemegang Saham

Masa Jabatan Johannes Setijono Presiden

Komisaris

- 2014-2017

Santoso Oen Komisaris - 2014-2017

Jozef D. Angkasa Komisaris - 2014-2017

Ferdinand Aryanto Komisaris - 2014-2017

Lucky S. Salmet Komisaris Independen

Independen 2014-2017 Farid A Moeloek Komisaris

Independen

Independen 2014-2017 Sumber: PT. Kalbe Farma Tbk

Untuk membantu pelaksanaan tugasnya, Dewan Komisaris dibantu oleh 5 (lima) Komite dan untuk membantu pelaksanaan tugas Direksi, telah dibentuk struktur organisasi yang efektif dan efisien yaitu:

a. Komite Nominasi

Komite Nominasi bertugas dalam membantu Dewan Komisaris untuk menentukan kebijakan nominasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi.Komite Nominasi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, susunan Komite Nominasi Kalbe adalah sebagai berikut:

1. Johannes Setijono – Ketua

2. Bernadette Ruth Irawati Setiady – Anggota

b. Komite Remunerasi

(61)

1. Menentukan kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan

2. Melakukan peninjauan remunerasi berdasarkan perkembangan skala usaha, perolehan pendapatan, aset Perseroan

dan/atau benchmark/salary survey minimal 1 (satu) tahun untuk diajukan dalam RUPS.

3. Menentukan jumlah remunerasi yang diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, susunan anggota Komite Remunerasi terdiri dari:

1. Johannes Setijiono – Ketua

2. Bernadette Ruth Irawati Setiady – Anggoa c. Komite Audit

Wewenang Komite Audit antara lain adalah memiliki akses yang tidak terbatas terhadap catatan, karyawan, dana, aset serta sumber daya Perseroan lainnya yang berkaitan dengan tugasnya.Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan dua orang anggota yang profesional yang seluruhnya berasal dari luar lingkungan Perseroan (independen).Per 14 Mei 2014, susunan anggota Komite Audit terdiri dari:

1. Lucky Surjadi Slamet – Ketua

(62)

d. Komite Risiko Usaha

Komite Risiko Usaha bertanggung jawab dalam memantau kebijakan serta pengelolaan risiko serta tindakan mitigasi yang diambil oleh Perseroan.Komite Risiko Usaha bertanggung jawab terhadap Dewan Komisaris.Adapun tugas dan tanggung jawab Komite Risiko Usaha adalah sebagai berikut:

1. Menyusun kebijakan terkait dengan penilaian risiko dan manajemen risiko 2. Memberikan evaluasi kepada Dewan Komisaris atas pelaksanaan

prinsip-prinsip manajemen risiko Perseroan

3. Mengevaluasi pengelolaan risiko dan pengawasan intern

4. Memberikan rekomendasi perbaikan serta penanganan risiko yang dihadapi oleh Perseroan.

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, Susunan Anggota Komite Risiko Usaha terdiri dari:

1. Johannes Setijono – Ketua

2. Budi Dharma Wreksoatmodjo – Anggota 3. Vidjongtius – Anggota

e. Komite GCG

(63)

sebagai bentuk perwujudan tanggung jawab kepada publik. Sampai dengan 31 Desember 2013, susunan anggota Komite GCG terdiri dari:

1. Johannes Setijono – Penasihat

2. Budi Dharma Wreksoatmodjo – Penasihat 3. Vidjongtius – Ketua

Pada akhirnya struktur dan hubungan tata kelola perusahaan PT. kalbe Farma dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 4.1

Struktur dan Hubungan Tata Kelola Perusahaan

4.1.3 Data Perusahaan Anak

Tabel 4.3

Data Perusahaan Anak PT. Kalbe Farma Tbk

NO Nama Perusahaan Anak Jenis Usaha Kedudukan Persentase

Pemilikan

1 Pharma Metric Labs Farmasi Jakarta 81.64%

2 Dankos Farma Farma Jakarta 99.975%

3 Innogene Kalbiotech Pte. Ltd

Farmasi Singapore 93.34%

4 Finusolprima Farma

Internasional

Farmasi Jakarta 99.994% 5 Bifarma Adiluhung Farmasi Jakarta 99.996% 6 Sanghiang Perkasa Makanan

Kesehatan

Jakarta 99.997% 7 Kalbe Morinaga Indonesia Makanan

Kesehatan

Remunerasi Komite Audit

Komite Risiko

(64)

Kesehatan

9 Orange Kalbe Limited Farmasi Nigeria 30%

10 EPMT Perusahaa 91.57%

11 Hale International Minuman Kesehatan 16 Kalbe International Pte.Ltd Farmasi Singapore 100% 17 Millennia Dharma Insani Penjualan &

Distributor

Jakarta 99.6% 18 Tri Sapta Jaya Penjualan &

Distributor

Jakarta 99.999% 19 Enseval Medika Prima Penjualan &

Distributor

Jakarta 99.9%

20 Global Chermindo

Megatrading

Penjualan & Distributor

Jakarta 99.9% 21 Renalmed Tiara Utama Penjualan &

Distributor

Jakarta 98.75% 22 Kalgen DNA Farmasi Surabaya 60% 23 Asiawide Kalbe Philippines,

Inc.

Penjualan & Distributor

Philipin 50% Sumber: www.kalbe.co.id

4.1.4 Sejarah PT. Merck Tbk

Didirikan pada tahun 1970, PT Merck Tbk menjadi perusahaan publik pada tahun 1981, dan merupakan salah satu perusahaan pertama yang terdaftar di Bursa Saham Indonesia.Sebagian besar saham dimiliki oleh Grup Merck yang berkantor pusat di Amerika Serikatdan merupakan perusahaan farmasi dan kimia tertua di dunia.

(65)

J.A.5/173/6 tanggal 28 Desember 1970, dan diumumkan dalam Tambahan No. 202 pada Berita Negara No. 34 Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akte notaris Aulia Taufani SH, pengganti Sutjipto SH tanggal 4 Juni 2002 No.)1 mengenai perubahan nama Perseroan dari PT Merck IndonesiaTbk menjadi PT Merck Tbk. Akte ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan No. C-11973 HT.01.04.TH.2002 tanggal 2 Juli.

PT. Schering-Plough Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan akta No. 17 tanggal 7 Maret 1972 dari Djojo Muljadi, S.H. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. Y.A.5/72/5, tanggal 26 Oktober 1972 dan diumumkan dalam BeritaNegara Republik Indonesia No. 2 tanggal 5 Januari 1973, Tambahan No. 13.

Sesuai dengan suratPerseroan kepada Bapepam-LK dengan No. PD/30/10/09 tanggal16 Oktober 2009 mengenai penggabungan usaha pemegang saham pengendali, yang menginformasikan bahwa pada tahun 2009, Schering-Plough Corporation sebagai pemegang saham pengendali Perseroan, melakukan penggabungan usaha (merger) dengan Merck, yaitu suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum the State of New Jersey. Sebagai akibat dari merger, Schering-Plough Corporation akan menja di perusahaan hasil penggabungan dan akan berubah nama menjadi Merck & Co., Inc.

(66)

Dalam perusahaan memerlukan visi dan misi perusahaan agar tercapai tujuan jangka panjang dalam hal ini visi misi perusahaan PT Merck Tbk yaitu:

Visi

Kami di PT Merck Tbk, dihargai oleh seluruh pemegang kepentingan karena kesuksesan kami yang berkelanjutan, berkesinambungan, dan di atas pangsa pasar pada bidang yang kami jalankan.

Misi

Kami di PT Merck Tbk memberikan nilai tambah bagi:

1. Pelanggan kami, melalui perluasan kesempatan pada usaha mereka dalam jangka panjang, membentuk kemitraan yang saling menguntungkan.

2. Konsumen kami, melalui penyediaan produk-produk yang aman & bermanfaat.

3. Pemegang Saham kami, melalui pencapaian hasil usaha yang berkesinambungan & berarti.

4. Karyawan kami, melalui penciptaan lingkungan kerja yang aman & pemberian kesempatan yang sama bagi semua.

5. Lingkungan kami, melalui teladan yang kami berikan dalam bentuk tindakan perlindungan & dukungan bagi masyarakat sekitar.

4.1.5 Nilai Utama Merck

Integritas - menjamin kredibilitas kami

1. Integritas merupakan landasan yang menjadikan kami dapat dipercaya oleh semua orang.

(67)

3. Integritas mewajibkan kami untuk menepati janji. 4. Integritas juga berarti mampu mengatakan tidak.

5. Integritas berarti hanya mengizinkan interaksi dan perjanjian yang sesuai dengan nilai-nilai perusahaan kami.

Menghargai – landasan bagi segala hubungan

1. Menghargai didasari oleh konsep kemanusiaan dan martabat manusia. 2. Menghargai menciptakan atmosfer saling menghargai, adil dan pemberian

pengakuan.

3. Menghargai membutuhkan komunikasi yang terbuka jujur.

4. Menghargai memungkinkan bekerja dengan beragam budaya dan dengan orang-orang yang berbeda.

5. Menghargai berarti menghargai sebuah pencapaian – kemarin, hari ini, dan esok.

Transparansi – menumbuhkan saling percaya

1. Transparansi adalah keterlibatan seluruh pemegang saham melalui penyampaian informasi.

2. Transparansi membuat tindakan kami dapat dimengerti.

3. Transparansi mendukung sikap yang berorientasi tujuan, di seluruh perusahaan.

4. Transparansi menciptakan keandalan.

5. Transparansi mendukung terciptanya tanggung jawab oleh seluruh karyawan.

(68)

1. Keberanian membutuhkan kepercayaan akan kemampuan diri. 2. Keberanian memberikan persepsi diri yang sehat.

3. Keberanian mendukung kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan keputusan dalam proses perubahan.

4. Keberanian berarti: kita menantang diri sendiri. 5. Keberanian: membuka diri terhadap ide-ide baru.

4.1.6 Struktur Unit Bisnis

Gambar 4.2 Struktur Unit Bisnis

PT MERCK Tbk

Chemical

Pharmaceutical

Merck

(69)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kalber Farma Tbk Melakukan Merger dengan PT. Dankos dan Enseval

Pada tanggal 16 Desember 2005, Manajemen Kalbe telah berhasil melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan Enseval menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan satu perusahaan farmasi tercatat dan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Penggabungan usaha ini akan memberikan peluang bagi masa depan Kalbe dalam meningkatkan efisiensi serta efektivitas. Merger yang melibatkan PT Enseval sebagai superholding dan tiga anak perusahaan yang terdaftar di BEJ tersebut Kalbe Farma, Dankos Laboratories (DNKS),dan Enseval Putera Megatrading (EPMS) sekaligus membentuk

perusahaan yang betul-betul terintegrasi. Kalbe memiliki pengalaman yang cukup panjang dan dari segi finansial, pendapatan Kalbe meningkat sekitar 18% per tahun. Tujuan PT. Kalbe Farma melakukan merger adalah untuk:

1. Menjadi perusahaan farmasi dan penghasil produk-produk berkaitan dengan kesehatan terbesar di Asia Tenggara.

2. Meningkatkan daya saing perusahaan hasil penggabungan dengan terciptanya sinergi dalam strategi pemasaran.

3. Meningkatkan efisiensi pada bidang pemasaran, produksi, penelitian dan pengembangan produk (research & development) dan lain-lain.

(70)

5. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan likuiditas perdagangan saham di bursa Perusahaan hasil penggabungan.

6. Memperbaiki kualitas neraca keuangan Perusahaan hasil penggabungan yang dapat mendukung pengembangan usaha masa depan baik didalam negeri maupun regional.

4.2.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Merck Tbk Melakukan Merger dengan PT. Schering Plough Corporation

PT Merck Tbk. didirikan pada tanggal 14 Oktober 1970 Sejak berdirinya

Perseroan telah menjadi pelaku utama dalam industri farmasi dan bahan kimia.

Dalam industri farmasi, Perseroan menghasilkan dan memasarkan produk-produk

obat bebas (melalui Divisi PerawatanKesehatan Konsumen) dan produk obat

peresepan (melalui divisi Merck Ethical, yang disebut “Merck Serono”).

Produk-produk Perseroan meliputi Produk-produk yang didistribusikandi bawah merek yang telah

diterima dan dipercaya dengan sangat baik di Indonesia, seperti Sangobion,

Neurobion dan Glucophage. Di bidang kimia, Perseroan memasarkan bahan kimia

khusus seperti reagensia dan perangkat laboratorium, serta pigmen yangdigunakan

untuk menghasilkan antara lain plastik, pelapis dan kosmetik.

Dalam upaya Grup Merck terus berinovasi, beberapa produk dengan

teknologi terakhir, baru-baru ini diperkenalkan ke pasar, termasuk Erbitux (agen

yang bekerja di level molekuler dalam pengobatan penyebaran kanker kolorektal,

serta kanker kepala dan leher) dan serangkaian produk farmasi Biotek, termasuk

Gonal-F atau Rebif. Pada tahun 1981, Perseroan merupakan salah satuperusahaan

(71)

Dalam perkembangannya, terhitung mulai 4 November 2009 PT. Merck Tbk melakukan merger dengan PT. Schering Plough Corporation. Atas proses penggabungan ini Schering Plough akan berganti nama menjadi Merck, dan kode perdagangan perseroan di bursa saham menjadi MRK.

Secara umum adapun faktor-faktor utama yang mendorong terjadinya merger PT. Merck dengan PT. Schering Plough Corporation adalah:

1. Bergabungnya induk perusahaan PT. Merck dan PT. Schering Plough di Amerika Serikat

2. Secara historis PT. Merck Tbk. Dan PT. Schering Indonesia memiliki banyak kesamaan dan berbasis ilmu pengetahuan

3. Memiliki misi yang sama untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan di seluruh dunia

4. Menjadikan perusahaan yang kuat dan global dalam menghadapi persaingan yang kompetitif.

5. Menciptakan produk yang lebih beragam dan berkualitas 6. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

7. Meningkatkan nilai lebih bagi para pemegang saham dan konsumen 4.2.3 Paired Sample t Test Rasio Keuangan PT. Kalbe Farma Tbk.

Paired Sample t Test digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis

beda dua rata-rata yang saling berhubungan. Sampel berhubungan yang

Gambar

Gambar 2.1 Skema Merger
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan PT Kalbe Farma Tbk dalam menghasilkan laba kurang baik, hal tesebut dapat diketahui dari tingkat rentabilitas ekonomi yang mengalami penurunan sebesar 8,54%

Kemampuan PT Kalbe Farma Tbk dalam menghasilkan laba kurang baik, hal tesebut dapat diketahui dari tingkat rentabilitas ekonomi yang mengalami penurunan sebesar 8,54%

Semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan ROA maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki dan penerbit obligasi dikelompokkan

Penelitian ini menunjukan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan, hal ini berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki

Semakin tinggi profitabilitas, maka semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan karena bank mampu menghasilkan laba bersih dari hasil pengelolaan seluruh aset

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan Perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas total aset yang dimiliki Perusahaan dan mengindikasikan

Volume 10 Nomor 1 Januari – April 2023 Return On Assets ROA merupakan persentase kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan aset yang dimiliki, dapat dihitung dengan

(ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang dimiliki oleh perusahaan.Semakin tinggi ROA, maka semakin