Oleh
CITA NUR SEPTIANI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
WOMEN LEADERSHIP AT LAMPUNG POLICE DEPARTMENT
BY
CITA NUR SEPTIANI
The number of women who get space and opportunity to occupy a strategic positions in public sector is still limited. Because in order to reach the strategic position they deal with male domination. This situation also such as in the Police Department which semi military organization structure and always related with masculinity. The purpose of this research is to analyze factors that determine women can be a leaders at Lampung Police Department and analyze whether women leadership at Lampung Police Department used transformational leadership style.
This research used descriptive method with qualitative approach. Data collections techniques in this research are depth interview, documentation, and observation.
The result of this research shows that every women leaders at Lampung Police Department have ability and qualified and based on that requirements women can become a leader at Lampung Police Department .On the other hands the leadership style of women leaders at Lampung Police Department is match with transformational leadership style.
Recomendations from this research are 1) women leaders at Lampung Police Department need to cooperate with field who handle about entrepreneurial spirit for better understanding about it 2) increase knowledge of leaders by doing routine coordination in order to create better understanding about job description so that could avoid miss perception about it.
ABSTRAK
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI POLDA LAMPUNG
Oleh
CITA NUR SEPTIANI
Dalam sektor publik, secara kuantitas masih sangat kecil jumlah perempuan yang mendapatkan ruang dan kesempatan menduduki posisi strategis karena untuk mencapai puncak karirnya masih berhadapan dengan dominasi laki-laki seperti pada organisasi kepolisian yang berstruktur semi militer dan identik dengan maskulin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor - faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi pemimpin di Polda Lampung dan menganalisis apakah kepemimpinan perempuan di Polda Lampung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa setiap pemimpin perempuan di Polda Lampung telah memiliki kemampuan dan memenuhi syarat yang menentukan perempuan dapat menjadi pemimpin di Polda Lampung. Selain itu pemimpin perempuan di Polda Lampung juga memiliki karakter gaya kepemimpinan transformasional.
Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah 1) pemimpin perempuan di Polda Lampung perlu bekerjasama dengan bidang yang berurusan dengan berwiraswasta untuk lebih memahami mengenai mewirausahakan birokrasi public, 2) menambah pengetahuan pemimpin untuk menyamakan persepsi mengenai tugas dengan setiap anggota agar tidak ada banyak persepsi yang dibangun dengan rutin mengadakan koordinasi untuk mendapatkan kesepakatan pada setiap tugas.
Penulis dilahirkan di Garut Jawa Barat pada tanggal 27
September 1992 dari pasangan Bapak Ahmad Yani dan
Ibu Siti Ruqoyah. Pendidikan yang ditempuh oleh
penulis dimulai dari TK Aisyiyah Bustanul Athfal
1997-1998, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar
di SDN 6 Sukajawa Bandar Lampung sejak tahun
1998-2004. Pendidikan lanjut tingkat pertama penulis tempuh pada tahun 2004-2007, di
SMPN 10 Bandar Lampung. Jenjang pendidikan tingkat atas penulis tempuh di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bandar Lampung sejak tahun
2007-2010. Di tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,
melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Selama menjadi mahasiswa penulis coba ikut aktif dalam berbagai organisasi di
lingkungan kampus Universitas Lampung. Organisasi tersebut ikut
mengembangkan karakter dan kepribadian penulis dalam masa yang akan datang
terutama saat kuliah. Dimulai dengan aktif di tingkat Fakultas yakni tercatat
sayang dan cinta dari keluarga, saudara, serta teman-teman, membuat penulis
Tidak ada perlindungan dan Pertolongan Bagimu Selain
Allah (QS. At-Taubah : 116)
Miliki mimpi (visi) yang benar-benar besar, karena mimpi yang kecil, yang biasa-biasa saja, tidak mempunyai kekuatan
untuk menggerakkan hati manusia.( Goethe )
Pemimpin mencapai suksesnya melalui pelayanan kepada orang lain, bukan dengan mengorbankan orang lain.
(H.Jackson Brown, Jr)
Kepemimpinan adalah kemampuan mendapatkan hasil/pencapaian luar biasa dari orang-orang biasa.
Dengan segala kekurangan dan kerendahan hati Puji syukur atas nikmat ALLAH SWT
Karya ini ku Persembahkan Untuk :
Kakek dan Nenek ku tercinta Kakek Ruswa (alm) dan Nenek Sadiah (alm) serta Kakek Yuyu Yuharna, BA dan Nenek Komariah S.Pd .
Babeh dan Mama terima kasih untuk semua pengorbanan, doa, dukungan, dan masukan yang selalu diberikan kepada penulis agar
tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan.
Adikku Dika Nugraha terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini, semoga cita-cita kita untuk membuat orang tua
bangga akan terlaksana dengan sempurna.
Rahmad Ario Baskoro, S.H yang selalu mendampingiku
Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Unila
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’ alamin penulisan panjatkan
atas kehadirat ALLAH SWT karena atas ridho, rahmat, dan kasih sayang-Nya
penulis dapat menyelesaikan sekripsi yang berjudul “Kepemimpinan Perempuan
Di Polda Lampung” yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan baik secara
moril, materi, berupa petunjuk, bimbingan, nasehat, dan saran dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah
banyak memberi arahan, bimbingan, saran, motivasi dan nasihat sehingga
penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini.
2. Ibu Meiliyana, S.IP., M.A. selaku pembimbing pembantu yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, saran, nasihat, motivasi dan masukan
sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini serta turut membantu memberi
saran dan motivasi kepada penulis selama kuliah.
4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Administrasi
Negara yang telah memberi arahan kepada penulis selama kuliah.
5. Drs.Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung khususnya Ilmu Administrasi Negara, terimaksih atas ilmu yang
telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Ibu Nur selaku Staf Jurusan Administrasi Negara yang telah banyak membantu
selama penulis menjadi mahasiswa.
8. Ibu AKBP. Drs. Hj. Sulistyaningsih yang telah memberikan banyak informasi,
masukan, motivasi, serta inspirasi kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
9. Ibu AKP.Entiyati yang telah memberikan banyak informasi dan arahan kepada
penulis.
10. Ibu Ipda. Rusnawati yang telah memberikan banyak informasi serta
pengetahuan kepada penulis.
11. Kedua orangtua penulis, untuk babeh dan mama terima kasih untuk semua
pengorbanan, doa, dukungan, dan masukan yang selalu diberikan kepada
penulis agar tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan.
selama ini, semoga cita-cita kita untuk membuat orang tua bangga akan
terlaksana dengan sempurna, amin.
12. Rahmad Ario Baskoro, S.H terima kasih untuk semua doa, dukungan yang
diberikan, kritik dan saran agar penulis lebih baik, serta kasih sayang yang
diberikan selama ini dan selalu mendampingiku. Semua doa terbaik semoga
didengar allah SWT untuk masa depan kita berdua, amin.
13. Sahabat-sahabat masa kecilku Yussi Fitria, Desiana Putri, Novalia Astika. Dan
sahabat-sahabat tercinta Shintya Yuniana, Isnaini Desnita Sari, Nanda Putri
Pratama, Lidwina Swastikarani Lintang Kinanti, Ersalia Dewi Nursita.
14. Teman-teman KKN Itqoh Fathayu Haisimi, Monica Syamsurya, Sheila Jatu
Garcia, Andini Fitria Hadi, Cici Metha Sari, Amalia NH, Agustia Pratiwi,
Helen Yuseva Ayu, Budiarto, Andi Subardi, Dimas Pratama Siddarta, Hendra,
Yasni, dan Tika.
15. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu mendengarkan keluh kesah,
curhatan, dan selalu memberikan semangat motivasi dan dukungannya. Indah
Putri Sari ( Berawal kenal saat Propti karena sama-sama mahasiswa yang
masuk lewat jalur UM sampai sekarang yang selalu jadi temen di semua hal.
Semoga langgeng sama kak donni. Ditunggu lagi curhatannya ya ndun), Erisa
Tri Anggraini ( Makasih selalu kasih motivasi untuk berhijab dan selalu jadi
temen yang baik meskipun suka antagonis), Intan Ayu Maysanti ( Temen
baikku dari SMA sampai kuliah, doakan ya tana biar kami juga cepet dapet
16. Almamater Administrasi Negara 2010 Tercinta dan semua angkatan mahasiswa
Administrasi Negara yang telah banyak memberikan semangat dan cerita indah
untuk di kenang selama kuliah. Untuk Astria, Sari, Sahara, Rizka, Dita makasih
karena sudah berbagi ilmu selama ini, Untuk Nuzul, Karina, Nona, Shela,
Meri, dan Cory, makasih buat masukan dan motivasi nya selama penyusunan
skripsi ini. Teman-teman geng Mutar Fadri, Jodi, Ade, Aris, Yogis, Anjas
senang bisa berteman dengan kalian. Temen-temen seperjuangan dari awal
kuliah geng nya Lica, Lusi, Gusti, Bunga M, Helsi. Temen- temen kelas genap
Nurul A, Hanny M, Dewinta, Maritha. Dan semua teman-teman satu angkatan
2010, Yulia, Cahya, Maya, Rahma, Nurul, Putri, Datas, Hadi, Bunga J, Rofi’I,
Efridho, Julian, Anisa, Satria, Abdu, Aden, Hepsa, Abil, Ali I, Ali, S, Shelli,
Loy, Bogel, Uyung, Rizal, Eeng, Indah P, Maya L, Enggi, Dora, Jeni Sari, Ani,
Ijal, Gideon, Wayan, Ardy, Daus, Gery.
Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
semoga mendapat balasan dari Allah SWT dan penulis meminta maaf apabila ada
kesalahan tanpa sengaja dan yang pernah tersakiti dalam kehidupan penulis.
Semoga sekripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR BAGAN ... iii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kepemimpinan... 12
1. Konsep Pemimpin ... 12
2. Konsep Kepemimpinan ... 13
3. Syarat-syarat Kepemimpinan ... 15
4. Fungsi Kepemimpinan ... 16
5. Gaya Kepemimpinan ... 19
6. Gaya Kepemimpinan Perempuan ... 23
7. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional ... 24
8. Peran Kepemimpinan ... 31
9. Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan ... 34
10. Perbedaan Leadership dan Management ... 36
11. Peranan Manajer ... 37
B. Tinjauan Tentang Kepemimpinan Dalam Organisasi Polri ... 39
1. Tuntutan Mutu Kepemimpinan di Polri ... 41
2. Aplikasi Kepemimpinan Polri ... 43
C. Tinjauan Tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender ... 45
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian... 51
B. Fokus Penelitian ... 52
C. Lokasi Penelitian ... 54
D. Teknik Pengumpulan Data ... 54
E. Teknik Analisis Data... 57
F. Teknik Keabsahan Data ... 59
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Polda Lampung ... 63
B. Bidang Humas Polda Lampung ... 66
C. Dikmas Lantas Polda Lampung ... 68
D. PJR Ditlantas Polda Lampung ... 70
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 72
Fokus 1: Faktor-faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi Pemimpin di Polda Lampung 1. Kemandirian ( berhasrat memajukan diri sendiri) ... 74
2. Besar rasa ingin tahu ... 76
3. Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam ... 78
4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan ... 81
5. Perfeksionis ... 84
6. Mudah menyesuaikan diri ... 86
7. Ulet ... 89
8. Waspada, peka, jujur, optimistis, berani, gigih, ulet realistis ... 91
9. Komunikatif ... 93
10. Berjiwa wiraswasta ... 96
11. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko ... 98
12. Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya ... 100
13. Berpengatahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan ... 101
14. Memiliki motivasi tinggi ... 103
15. Daya inovasi ... 104
Fokus 2: Gaya Kepemimpinan Transformasional 1. Toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian ... 107
2. Energi yang terpelihara ... 109
3. Nafsu untuk kualitas ... 111
4. Ketabahan ... 113
6. Kepercayaan ... 117 7. Keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain ... 120
B. Pembahasan... 122
Fokus 1: Faktor-faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi Pemimpin di Polda Lampung
Fokus 2: Gaya Kepemimpinan Transformasional
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 166
B. Saran ... 167
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Distribusi PNS Berdasarkan Kelompok Jenis Jabatan Dan
Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 3 Tabel 1.2. Nama Polisi Wanita Yang Menduduki Jabatan Strategis Di
Indonesia ... 6 Tabel 3.1. Informan Penelitian ... 55
Tabel 3.2. Dokumen Terkait Kepemimpinan Perempuan di Polda Lampung ... 56
Tabel 5.1. Riwayat Jabatan AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih ... 118
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1 Memberikan pendidikan kepada siswa siswi Patroli Keamanan Sekolah (PKS) dan Buku bahan pengajaran ekstrakulikuler pendidikan Lalu
Lintas untuk sekolah……… 79
Gambar 5.2 Panit PJR Induk 01 sebagai penembak jitu………. 80
Gambar 5.3 Kegiatan Bakti Sosial dengan masyarakat……….. 82 Gambar 5.4 Kabid Humas berdiskusi dengan wartawan/wapimred majalah ruwa
jurai……….. 82
Gambar 5.5 Panit PJR Induk 01 dan anggota………. 90
Gambar 5.6 Informasi untuk masyarakat dan call center bidang humas Polda
Lampung ………. 91
Gambar 5.7 Kanit Dikmas Turun ke jalan untuk menertibkan kendaraan…. 92
Gambar 5.8 Kanit dikmas saat sosialisasi pada pelajar dan pegawai………. 94
Gambar5.9 Prestasi AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih………. 105
Gambar 5.10 Panit PJR Induk 01 saat bertugas dengan anggota…………... 110
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1. Peranan-Peranan Manajer ... 38
Bagan 4.1. Struktur Organisasi Bidang Humas Polda Lampung ... 66
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan saling mempengaruhi antara
pemimpin dan pengikut ( bawahan ) dengan tujuan adanya perubahan nyata
yang mencerminkan tujuan bersama. Dalam hal ini seorang pemimpin harus
memiliki suatu program dan perilaku bersama-sama anggota kelompok
dengan menggunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan
mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik, mendorong, memotivasi, dan
mengkoordinasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena
itu,hal yang penting dalam sebuah kepemimpinan adalah adanya pengaruh
serta efektifnya kekuasaan dari seorang pemimpin sebagaimana yang
diungkapkan Locke dalam Sinambela (2006:103) bahwa kepemimpinan
adalah suatu titik sentral proses kegiatan suatu kelompok.
Kemampuan dalam memimpin antara laki-laki dan perempuan tentu
berbeda-beda. Struktur sosial dalam masyarakat masih menjadikan pemimpin
laki-laki lebih memegang peranan penting dalam sektor pubik dibandingkan
dengan pemimpin perempuan. Pemimpin laki-laki sering dianggap
mempunyai status yang lebih tinggi dari perempuan. Eisenstein dalam Irianto
(maskulin) telah menyatu dalam birokrasi. Dari perbedaan pandangan
tersebut terdapat perlakuan diskriminatif terhadap perempuan yang bekerja di
sektor publik khususnya.
Dalam sektor publik, jabatan yang dapat diduduki oleh perempuan masih
dirasa sangat sedikit. Seperti halnya kepemimpinan, budaya patriakhi di
Indonesia menyebabkan perempuan menjadi sulit untuk menjadi pemimpin
dan masih menjadi kontroversial. Patriaki adalah konsep bahwa laki-laki
memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat dalam
pemerintahan, militer, pendidikan, industri, dan lainnya. Contohnya, ketika
Megawati mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia
menggantikan K.H Abdurrahman Wahid, banyak elemen masyarakat
termasuk tokoh-tokoh agama di Indonesia yang memperdebatkan fenomena
kepemimpinan perempuan saat itu. Pencatatan sejarah pemimpin-pemimpin
perempuan belum bisa memberikan referensi untuk mengakui kemampuan
perempuan menjadi pemimpin terutama di suatu organisasi. Masih minimnya
ruang serta kesempatan yang dimiliki oleh perempuan untuk mencapai
puncak karirnya juga merupakan salah satu alasan bahwa pemimpin
perempuan belum bisa memberikan referensi yang dapat diakui
kemampuannya dalam memimpin. Berikut ini adalah tabel jumlah PNS
Tabel 1.1 Distribusi PNS Berdasarkan Kelompok Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin
No. Jabatan PNS Pria Persen
( % )
Wanita Persen ( % ) 1. Fungsional Umum 1.117.046 63,86 632.039 36,14 2. Fungsional
Tertentu
947.970 40,58 1.388.005 59,42
3. Struktural 195.592 70,42 82.153 29,58 4. Eselon I 529 79,91 133 20,09 5. Eselon II 11.209 84,96 1.985 0,15 6. Eselon III 49.080 79,40 12.730 20,60 7. Eselon IV 129.752 66,61 65.030 0,33 8. Eselon V 5.022 68,82 2.275 31,18
Jumah 2.260.608 51,82 2.102.197 48,18 Sumber : bkn.go.id ( Distribusi PNS berdasarkan Kelompok Jenis Jabatan & Jenis Kelamin, Desember 2012).
Kemudian pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2011, peran perempuan
dalam pengambilan keputusan masih relatif kecil yaitu jika melihat
persentase pejabat struktural PNS yang dipilih menurut jenis kelamin
tampak bahwa laki- laki masih mendominasi jabatan struktural dengan
persentase sebesar 79,91 persen. Sementara persentase pejabat struktural
perempuan hanya sebesar 24,09 persen ( Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak ). Hal ini menunjukan bahwa peran
perempuan dalam pengambilan keputusan masih relatif kecil.
Oleh sebab itu perlu upaya serius untuk mendorong perempuan agar dapat
setara dengan laki-laki. Kenyataan hingga saat ini pemimpin perempuan di
Indonesia masih dianggap belum menunjukan referensi yang dapat diakui
kemampuannya terutama di sektor publik, padahal sebenarnya
masing-masing pemimpin baik itu laki-laki maupun perempuan mempunyai
kelebihan masing-masing dalam memimpin. Dalam Amandemen UUD
persamaan kedudukan dalam hukum, pekerjaan dan memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Dengan demikian semakin
jelas posisi dan kedudukan wanita dilindungi oleh hukum positif
Indonesia.
Pemimpin yang ideal tidak hanya memenuhi kriteria popularitas dan
elektabilitas, tapi juga kapabilitas dan kepemimpinan yang kuat serta tegas
(strong leadership) serta ketulusan untuk mengabdi kepada bangsa dan
negara. Diantara sejumlah pemikiran mengenai konsep kepemimpinan
yang saat ini sedang banyak dibicarakan terdapat salah satu pemikiran
bahwa perempuan lebih cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan
transformasional yaitu gaya yang tujuan utamanya adalah untuk
memotivasi orang lain dengan mengubah kepentingan individu kepada
tujuan organisasi dengan mendorong orang lain untuk berpartisipasi dalam
organisasi, memperkuat komunikasi dan menciptakan loyalitas,
meningkatkan apresiasi kepada setiap individu dan menyemangati orang
lain dengan antusiasme serta motivasi (Rosener dalam Silvestri 2003:106).
Perempuan mempunyai kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin.
Perempuan mampu, dan selayaknya patut diberi apresiasi. Seperti yang
dikemukakan oleh Hijab dalam Hadiz (2004:405) yang menggunakan tiga
indikator untuk menjelaskan atau menilai seberapa besar kekuasaan yang
dimiliki perempuan. 1) partisipasi dalam proses demokrasi. 2)
undang-undang yang mengatur masalah status personal. 3) akses perempuan dalam
yang terwakili dalam lembaga pemerintahan atau parlemen; semakin
(adanya) undang-undang yang memberi persamaan hak pada pencapaian
status personal tanpa membedakan jenis kelamin;semakin tinggi tingkat
pendidikan dan gaji kerja perempuan, maka semakin tinggi/besar pula
kekuasaan yang dimiliki.
Secara kuantitas masih sangat kecil jumlah perempuan yang masih
mendapatkan ruang dan kesempatan menduduki posisi strategis karena
untuk mencapai puncak karirnya masih berhadapan dengan dominasi
laki-laki. Grant dan Tancred dalam Irianto (2006:472) mengatakan karena
adanya dual structure unequal representation, yaitu representasi
perempuan yang timpang dalam struktur birokrasi , maka sebagian besar
perempuan ditempatkan pada tempat yang tidak mempunyai kekuasaan
(powerless positions).
Salah satu contoh organisasi di Indonesia yang berhasil mendudukkan
perempuan sebagai pemimpin adalah organisasi Kepolisian. Kepolisian
merupakan organisasi yang berstruktur semi militer dengan tugas utama
untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Dengan slogan
melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat polisi dituntut untuk
bisa dekat dengan masyarakat. Salah satu faktor agar tujuan tersebut dapat
tercapai, dipengaruhi oleh pemimpinnya. Struktur organisasi Kepolisian
yang semi militer, menyebabkan jumlah perempuan yang bisa menjadi
pemimpin masih sedikit. Selama ini perempuan masih dianggap tidak
Namun tidak demikian halnya dengan beberapa polisi wanita (Polwan) di
Polda Lampung. Dari jumlah polisi wanita (Polwan) yang telah memiliki
ruang jabatan, ada beberapa polisi wanita (Polwan) yang memiliki jabatan
dan prestasi kerja yang menonjol diantara lainnya. Hal tersebut
menunjukan bahwa pemimpin perempuan memiliki kemampuan
memimpin yang baik diantara mayoritas pemimpin laki-laki di dalam
organisasi yang berstruktur semi militer dan identik dengan maskulin.
Yang pertama adalah seorang polisi wanita (Polwan) yang berhasil
menduduki posisi sebagai Kabid Humas di Polda Lampung saat ini yaitu
AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih. Berikut ini adalah daftar nama polisi
wanita (Polwan) yang menduduki jabatan strategis di Indonesia.
Tabel 1.2 Daftar Nama Polwan Yang Menduduki Jabatan Strategis
No. Nama Pangkat Jabatan
1. Ida Oetari Poernamasasi, S.Ap BRIGJEN POL
Pati Bareskrim Polri (Direktur PD BNN) 2. Basaria Panjaitan,S.H.,M.H BRIGJEN
POL
Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol
3. Soepartiwi, S.Pd.,M.si BRIGJEN POL
Kadiklatsusjatrans Lemdikpol
4. Dra.Sri Handayani KOMBES POL
Kasepolwan Lemdikpol
5. Siti Masitah Handayani KOMBES POL
Kapusdik Intel Lemdikpol
6. Dra.Pudji Astuti,M.M KOMBES POL
Dirbinmas Polda Jatim
7. Dra.Tri Isna Yulisati, M.M KOMBES POL
Karosarpras Polda Kep. Babel
8. Dra.Evie Suoth KOMBES POL
Karorena Polda Gorontalo
9. Rhein Anggraini,S.E KOMBES POL
Kabidkeu Polda Jabar
10. Dr.MS. Handayani, M.Si., DFM., APT
KOMBES POL
Kalabforcab Surabaya Puslabfor Bareskrim Polri 11. Dra.Tanti Septiyani AKBP Kapolres Wonogiri Polda
Jateng
Polda Jatim
13. Henny Sorta Lubis, S.Sos AKBP Kapolres Sabang Polda Aceh 14. Dra.Ni Wayan Sri Yudayatni
W.,S.Ik
AKBP Kapolres Klungkung Polda Bali
15. Esterlina Sroyer,Ba AKBP Kapolres Biak Numfor Polda Papua
16. Dra.Henny Ja.Posumah,M.M AKBP Kapolres Minahasa Polda Sulut
17. Josefien Marlien Tawas, S.H., M.H
AKBP Kapolres Tomohon Polda Sulut
18. Endang Widowati,S.H AKBP Dirtahti Polda Jabar 19. Tri Ningsih AKBP Ka SPN Polda Maluku 20. Dra.Hj.Sulistyaningsih AKBP Kabidhumas Polda Lampung 21. Lisma Dunggio,Bsc AKBP Kabidhumas Polda Gorontalo 22. Dra.Kasiani AKBP Kabidkeu Polda Diy
23. Quintilani Mentang, S.H., M.H AKBP Kabidkum Polda Sulut 24. Drg.Agustini P.,Sp.perio AKBP Kabiddokkes Polda Banten 25. Komang Ayu Astini, S.E AKBP Kasetum Polda Bali Sumber : Humas.polri.go.id ( Juli 2013)
Selain berhasil menduduki posisi sebagai salah satu pimpinan utama di
Polda lampung, beliau merupakan salah satu polisi wanita (Polwan) yang
memiliki kesempatan untuk menjalankan kepemimpinan dalam sektor
publik. Seperti yang dikatakan oleh de Beauvoir dalam Irianto (2006:466)
yaitu untuk menjadi manusia sempurna, menuju kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan, maka perempuan harus mempunyai akses di dunia publik.
Berdasarkan hasil pra riset dengan Kabid Humas Polda Lampung AKBP.
Dra. Hj. Sulistyaningsih pada tanggal 15 November 2013, sebelum
menjabat sebagai Kabid Humas Polda Lampung beliau sudah melakukan
promosi jabatan untuk menjadi seorang Kapolres, namun berdasarkan
promosi jabatan tersebut beliau di percaya dan diberi tanggung jawab oleh
atasannya untuk melaksanakan tugas sebagai Kabid Humas di Polda
(2006:471) menegaskan bahwa perhatian atasan merupakan salah satu
faktor penting untuk mendobrak glass ceiling bagi perempuan. Hierarki
wewenang ini menjadi peluang jika atasan yang laki-laki ataupun
perempuan memiliki perspektif gender. Hal ini menjadi bagian penting
untuk memajukan karir perempuan dalam birokrasi. Berdasarkan riwayat
jabatan beliau dan program unggulan yang dimiliki, Kabid Humas Polda
Lampung bersama 7 Polda di seluruh Indonesia lainnya terpilih menjadi
salah satu dari 31 Polda seluruh Indonesia yang ditunjuk oleh kedutaan
Amerika untuk mengikuti Pelatihan media dan polisi di kedutaan Amerika.
Kemudian yang kedua adalah salah satu polisi wanita (Polwan) yang saat
ini menduduki jabatan sebagai Kanitdikmas di Ditlantas Polda lampung
yaitu AKP.Entiyati . Selama masa jabatannya telah banyak pengalaman
yang beliau dapatkan dari berbagai kesempatan menduduki jabatan yang di
dapatkan. Riwayat Jabatan beliau antara lain adalah : 1) Pama Polda
Lampung, 2) Paur Jianma Ditlantas Polda Lampung, 3) Kanit Dikmas
Lantas Poltabes Bandar lampung, 4)Pamin Sat PJR Ditlantas polda
Lampung, 5) Panit II Dikmas Lantas Polda Lampung, 6) Kanitdikmas
Lantas Ditlantas Polda Lampung, 7) Kanit Dikyasa Polda Lampung, 8)
Kanitdikmas Lantas Ditlantas Polda Lampung.
Kemudian yang ketiga merupakan salah satu polisi wanita (Polwan) yang
bertugas sebagai Panit PJR Induk 01 yaitu Ipda. Rusnawati yang saat ini
menjadi satu- satunya opsnal di lapangan dari polisi wanita (Polwan) yang
Panit PJR Induk 01 seperti sekarang ini terdapat berbagai pengalaman
yang didapatkan beliau dalam bertugas dan salah satunya yaitu berkat
kemampuannya sebagai penembak jitu (sniper) dapat membawa beliau
menjadi anggota pengamanan Ring 1 Kepresidenan, semasa presiden
Soeharto dan bertanggung jawab mendampingi tamu VVIP
Negara,diantaranya saat APEC di Jakarta beliau bertanggung jawab
mendampingi istri orang nomor satu di Amerika Serikat yaitu Hillary
Clinton. (Sumber : Majalah Lantas Lampung Edisi 20 bulan September
2013).
Memperhatikan permasalahan di atas yaitu minimnya kesempatan bagi
para perempuan untuk mencapai puncak karirnya kemudian dengan
melihat beberapa prestasi kerja serta keberhasilan beberapa Polisi Wanita
(Polwan) di Polda Lampung menjadi seorang pemimpin perempuan
diantara jajaran pimpinan utama Polda Lampung yang didominasi laki-laki
serta melihat riwayat jabatannya maka peneliti tertarik untuk meneliti
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah penelitian adalah:
1. Apakah faktor - faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi
pemimpin di Polda Lampung ?
2. Apakah kepemimpinan perempuan di Polda Lampung menggunakan
gaya kepemimpinan transformasional ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis apakah faktor - faktor yang
menentukan perempuan dapat menjadi pemimpin di Polda Lampung ;
2. Menganalisis apakah kepemimpinan perempuan di Polda Lampung
menggunakan gaya kepemimpinan transformasional.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi studi Ilmu
Administrasi Negara, khususnya mengenai mata kuliah
2. Secara praktis
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kepemimpinan 1. Konsep Pemimpin
Pemimpin artinya seseorang yang mempunyai kemampuan dalam
penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat
terselenggara dengan efisien. Selanjutnya, agar terjadi ketertiban dalam
kegiatan organisasi diperlukan pengaturan mengenai pembagian tugas ,
cara kerja dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan
yang lain.
Pemimpin dapat diartikan predikat yang disandang seseorang sebagai
pemimpin yang memiliki kewenangan , maka pemimpin tersebut wajib
melaksanakan fungsiya. Berikut ini adalah pengertian pemimpin menurut
beberapa ahli :
1. Menurut Kartono (1982:51) menyatakan pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki
kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakann orang lain
melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu.
2. Menurut Kouzes dalam Pasolong (2004:17) mengatakan bahwa
kedalam situasi yang tidak diketahui. Pemimpin yang mempunyai visi
yang jelas dapat menjadi penuntun dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pemimpin.
3. Menurut Sudriamunawar dalam Pasolong (2006:1) mengatakan
pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang
dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerjasama
kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Menurut Matondang (2008:5) mengatakan bahwa pemimpin adalah
seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan sesuai yang diinginkan.
Dari berbagai pengertian di atas maka penulis mencoba memberikan
pengertian mengenai pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka melakukan
kerjasama kearah pencapaian tujuan bersama yang telah ditentukan.
2. Konsep Kepemimpinan
Banyak konsep tentang definisi kepemimpinan dari ahli administrasi dan
manajemen. Salah satu konsep kepemimpinan menurut Joseph C Rost
dalam Sinambela (2006:103) yaitu bahwa kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut
(bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan
tujuan bersama.
Selanjutnya pengertian kepemimpinan lebih dipertajam lagi oleh Locke
sentral proses kegiatan kelompok. Dalam hal ini kepemimpinan
melahirkan berbagai gagasan baru, yang memberikan dorongan lahirnya
perubahan atau perbaikan kegiatan dan seluruh proses kegiatan kelompok,
baik dari segi struktur, suasana dan aktivitas kelompok tersebut.
Kemudian dalam Thoha (1983;5) menyatakan bahwa kepemimpinan
kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan
keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang
menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan
pemecahan dari suatu persoalan bersama. Kemudian Terry merumuskan
bahwa kepemimpinan itu adalah aktifitas untuk mempengaruhi orang –
orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Dan menurut Matondang (2008:5) mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang lain agar mau atau tidak
melakukan sesuatu yang diinginkan. Ada juga yang mengatakan bahwa
kepemimpinan (leadership) adalah hubungan interaksi antara pengikut
(follower) dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan
pekerjaan para anggota kelompok. Tiga aplikasi yang terkandung dalam
hal ini yaitu : (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain yaitu bawahan
maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian
kekuasaan antara pemimpin dan kelompok secara seimbang, karena
menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi
tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.
Dari berbagai pengertian di atas, penulis mencoba memberi pengertian
bahwa kepemimpinan adalah suatu kewenangan yang disertai kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi dan memberikan inspirasi untuk
menggerakkan orang-orang yang berada di bawah koordinasinya dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
3. Syarat-syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan
dengan tiga hal penting, yaitu :
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakan
bawahan untuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang
mampu “mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut
patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu.
c. Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan
kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi
dari kemampuan anggota biasa.
Menurut Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam Kartono (2009:36)
1) Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism)
2) Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda
(curious)
3) Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam
4) Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan
5) Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna
6) Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi
7) Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” berhenti
8) Waspada, peka, jujur, optimistis, berani, gigih, ulet realistis
9) Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato
10) Berjiwa wiraswasta
11) Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat,
serta berani mengambil resiko
12) Tajam firasatnya, tajam, dan adil pertimbangannya
13) Berpengatahuan luas, dan haus akan ilmu pengetahuan
14) Memiliki motivasi tinggi, dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang
ingin dicapai, dibimbing oleh idealism tinggi
15) Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi,dan daya inovasi
4. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu
hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepimpinan
berhubungan langsung dengan situasi dalam kehidupan
kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap
gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antarindividua di
dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. Fungsi kepemimpinan
memiliki dua dimensi yaitu :
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok kelompok/organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok
kepemimpinan, yaitu :
a. Fungsi Intruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana, dan dimnana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan
kemampuan untuk menggerakkan dan motivasi orang lain agar mau
melaksanakan perintah
b. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam
usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan
pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan
berikutnya konsultasi dari pemimpin pada orang-orang yang dipimpin
dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam
pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan
berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan
keputusan-keputusan pemimpin akan dapat dukungan, dan lebih
mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung
efektif.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktigkan
orang-orang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti
bebas berbuat semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah
berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas
pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi
sebagai pemimpin dan bukan pelaksana
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun
tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi pada dasarnya
berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini
merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip,
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang
sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah
dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan
diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan
pengawasan.
5. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan. Tiga tipe kepemimpinan menurut Veithzal (2009), yaitu :
a. Tipe kepemimpinan Otoriter
Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal, kedudukan dan tugas
anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah
dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih
dalam segala hal, dibanding dengan bawahannya. Kemampuan
bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu
berbuat sesuatu tanpa diperintah
b. Tipe kepemimpinan kendali bebas
Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan
dengan memberi kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam
mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan
kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun
kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai
c. Tipe kepemimpinan demokratis
Menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam
setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan
orang yang dipimpinnya sebagai subyek yang memiliki kepribadian
dengan berbagai aspeknya, seprti dirinya juga. Kemauan, kehendak,
kemampuan, buah pikiran, pendapat, krativitas, inisiatif yang berbeda
dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe kepemimpinan ini berusaha
memanfaatkan aktif, dinamis, dan terarah, dalam mengambil
keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada
setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.
Kemudian Kartono (2009:80-87) membagi tipe kepemimpinan sebagai
berikut :
1. Tipe Karismatis
Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik
dan perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
2. Tipe paternalistis dan maternalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara
lain sebagai berikut :
a) Dia dianggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu
b) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective)
c) Jarang dia memberikan kesempatan keapda bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri
d) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesemaptan
kepada bawahan untuk berinisiatif
e) Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah
memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahannya
untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri
f) Selalu bersikap maha tahu dan maha besar
Selanjutnya tipe kepemimpinan yang maternalistis juga mirip dengan
tipe yang paternalistis, hanya dengan perbedaan adanya sikap
over-protective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol, disertai kasih
sayang yang berlebih-lebihan.
3. Tipe Militeristis
Tipe Sifatnya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luaran saja yang
mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini
mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter.
4. Tipe Otokratis
Kepemimpinan otokratis itu mendasar diri pada kekuasaan dan
paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau
berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan
5. Tipe Laisser Faire
Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis
tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang
berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun
dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggungjawab pun harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dan
merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki
keterampilan teknis, sebab duduknya sebagai direktur atau
pemimpin-ketua dewa, komandan, kepala-biasanya diperolehnya
melui penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme.
6. Tipe Populistis
Worsley dalam bukunya the third world dalam kartono (1982:85) mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan
yang dapat membangunkan solidaritas rakyat. Kepemimpinan
populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisional.
7. Tipe Administratif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
8. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Juga bersedia
mengakui keahlian pada spesialis dengan bidangnya
masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif
mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan
demokratif juga sering disebut sebagai kepemimpinan group
developer.
6. Gaya Kepemimpinan Perempuan
Menurut Rosener dalam Silvestri (2003:106) terdapat perbedaan dalam
cara dimana perempuan dan laki-laki menggambarkan diri mereka
sebagai pemimpin. Perempuan lebih cenderung mengadopsi gaya
kepemimpinan transformasional yaitu gaya yang tujuan utamanya adalah
untuk memotivasi orang lain dengan mengubah kepentingan individu
kepada tujuan organisasi dengan mendorong orang lain untuk
berpartisipasi dalam organisasi, memperkuat komunikasi dan
menciptakan loyalitas, meningkatkan apresiasi kepada setiap individu dan
menyemangati orang lain dengan antusiasme serta motivasi. Sebaliknya,
laki-laki cenderung memiliki karakter sebagai pemimpin transaksional
yaitu melihat prestasi kerja sebagai serangkaian transaksi dengan
bawahan, memberikan apresiasi atas jasa atau memberikan hukuman bagi
yang tidak bekerja semestinya. Laki-laki lebih mungkin untuk
7. Karakter Kepemimpinan Transformasional
Karakter dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang berbeda, dan
karakter kepemimpinan adalah untuk membedakan kualitas para pemimpin
yang akan memberikan warna dalam operasionalisasi kepemimpinannya di
ranah praktik. Menjadi seorang pemimpin transformasional membutuhkan
karakter yang mampu untuk mempengaruhi orang lain secara individu.
Kemudian melakukan upaya pemberdayaan di lingkungan organisasi yang
dipimpinnya. Karakter ini dapat meningkatkan keefektifan kepemimpinan
dalam memimpin organisasinya sehingga akan memberikan dampak
positif dalam meningkatkan kinerja organisasi. Pemimpin
transformasional merupakan agen perubahan yang dapat membangun visi
dan misi organisasi bersama (shared-vision and shared-mission) serta
melakukan pemberdayaan (empowermance)untuk meningkatkan kualitas
SDM agar dapat mencapai kinerja yang lebih dari yang diharapkan
(extra-ordinaryataubeyond expectation).
Menurut Koehler dan Pankowskin dalam Maulana ali (2012:104) ada
tujuh karakter kepemimpinan transformasional yang harus dibangun,
yaitu:
1. Toleransi yang tingi terhadap ketidakpastian ( high tolerance for uncertainty)
Dengan memberikan toleransi terhadap sesuatu yang tidak menentu
berarti pemimpin telah menerima kemungkinan adanya perubahan di
lingkungan organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin bukan saja berada
perubahan. Para pemimpin di pemerintahan sehari-hari berhadapan
dengan ketidakpastian, karena kekurangan data yang akurat dalam
proses manajemennya. Namun bagaimana juga perubahan yang
dilakukan oleh pemimpin transformasional tidak akan membuat suatu
yang tidak kondusif di lingkungan organisasi, tetapi menjadikan
pengalaman yang berharga.
Toleransi yang rendah untuk kepastian (low tolerance for certainty).
Kepastian berarti isu-isu sudah pasti akan terjadinya atau sudah
ditetapkannya, sebagai contoh nilai (values), keyakinan (beliefs), misi
(mission), dan prinsip-prinsip manajemen ( management principles). Pemimpin organisasi percaya bahwa ide-ide tersebut adalah dasar
untuk mengelola organisasi dengan efektivitas yang tinggi, sehingga
tidak diperlukan inisiatif untuk suatu perubahan menyesuaikan dengan
kondisi atau dinamika lingkungan yang berkembang.
2. Energi yang terpelihara (sustained energy)
Energi adalah kapasitas melakukan kegiatan. Pemimpin
transformasional adalah seorang yang energik. Di dalam pemerintahan,
stereotipikal administrator adalah seseorang datang kekantor terlambat,
waktu makan siang yang panjang dan pulang lebih awal dari waktu
yang ditentukan, ini tentu tidak benar. Kebanyakan administrator
pemerintah bekerja untuk waktu yang lebih panjang dari yang
ditetapkan. Bekerja pada waktu yang panjang, bagaimanapun juga
Karakter yang lebih penting dari kepemimpinan transformasional
adalah kemauan untuk komit dengan energy yang ada dan mendukung
asosiasi. Mereka tidak hanya mampu melaksanakann tugas
administratif, tetapi mereka dapat memberikan waktu bersama
asosiasinya dalam berbagai tingkatan. Mereka berada di
pertemuan-pertemuan tim dalam rangka proses pemberdayaan dan berpartisipasi
sebagai anggota tim. Mereka mempunyai energy untuk mereview data
secara berhati-hati yang dihasilkan proses pemberdayaan. Daripada
bersembunyi di dalam kantornya , pemimpin transformasional adalah
secara terus menerus bergerak, mendengar asosiasi mereka dan
mengidentifikasi serta menghilangkan kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi pada saat tim berproses. Pemimpin transformasional
tidak pergi bekerja dengan terus-menerus duduk di dalam kantornya,
memecahkan persoalan-persoalan, dan bertemu dengan anggota
asosiasinya. Hentikan pertentangan, dan datang ke kantor untuk
bekerja membuat sesuatu kontribusi yang positif, mereka adalah
enerjetik.
3. Nafsu untuk kualitas (passion for quality)
Administrator pemerintahan paling senang apabila dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai sasaran dan kuota yang telah
ditentukan. Pemimpin transformasional selalu berusahadoing the right thing dengan antusias untuk mencapai hasil yang luar dari kebiasaan
4. Ketabahan (perseverance)
Apa yang dilakukan pemimpin transformasional adalah mencoba
memberikan pengikut atau bawahan suatu kekuasaan untuk
mengontrol proses, dalam rangka melakukan proses pemberdayaan,
yang tentu akan menghadapi banyak perlawanan, rintangan, dan
hambatannya.
Pemimpin transformasional memahami bahwa semua pegawai di
dalam organisasi harus memiliki kemampuan professional dalam
melaksanakan yugas dan kewajibannya. Mereka membutuhkan upaya
meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Walaupun banyak
perlawanan, rintangan, dan hambatan yang dihadapi, tetapi mereka
tidak pernah menyerah dan berhenti. Namun, pemimpin
transformasional tidak akan berupaya untuk menhindari atau lari dari
perlawanan, rintangan dan hambatan tersebut, bahkan senang
menghadapi tantangan tersebut. Walaupun banyak yang mengkritik
dan berbicara tentang kepemimpinan di belakangnya, dia terima
dengan senang hati. Dengan penuh keyakinan dan ketabahan
melaksanakan program-program perubahan mind-set, struktur, dan perilaku organisasi sesuai dengan nilai, kepercayaan, dan
prinsip-prinsip organisasi.
5. Pencitraann diri yang positif (positive self-image)
Pertama kita harus yakin bahwa karakter dapat dirubah dengan suatu
selamat atau tidak yakin dirinya dapat merubah karakter dirinya, tidak
akan mampu merubah karakter orang lain. Mereka takut melakukan
pemberdayaan karena takut menghadapi resiko atau konsekuensinya.
Apabila dia tidak percaya kepada dirinya sendiri maka dia tidak akan
percaya dengan orang lain. Jika mereka tidak merasa mereka bekerja
akan memberi arti dan memberi nilai tambah, mereka tidak akan
termotivasi untuk lebih meningkatkan derajat kepuasannya terhadap
hasil pekerjaan yang dilakukannya, maka dia tidak akan mungkin
dapat mendorong orang lain untuk bekerja dengan tuntutan hasil yang
tinggi pula.
Pemimpin transformasional membutuhkan pemikiran yang didasarkan
pada mental yang kuat. Citra dirinya sendiri harus positif dapat secara
baik dan efektif berhubungan dengan orang lain yang akan berusaha
merusak konsep-konsep yang telah direncanakan. Pemimpin
transformasional harus memiliki gambaran mental yang positif,
sebagai seorang jujur ( honest ), cerdas ( Intelligent ), memahami organisasi ( knowledgeable about their organization), proaktif (
proactive ), dan visioner (visionary), dengan perhatian yang sungguh-sungguh atau tulus ( genuine concern ) kepada rakyat dan
organisasinya.
Pencitraan diri yang positif itulah sebagai modal untuk melakukan
proses pemberdayaan. Dengan memahami pencitraan diri yang positif
memungkinkan dia untuk menilai kekuatan dan kelemahannya, serta
berfikir sukses tidak gagal. Sebagai konsekuensinya, tidak takut
menempatkan kepentingan pribadinya yang kedua dan kepentingan
organisasi yang pertama.
6. Kepercayaan (credibility)
Karakteristik yang membantu seseorang untuk dapat mempengaruhi
orang lain adalah kepercayaan. Kepercayaan didefinisikan sebagai ‘
perceived trust you attach to a person’ ( Koehlen dan Pankowski
dalam Maulana ali (2012:109). Kepercayaan ada 2 dimensi, yaitu
kewenangan (authoritativeness) dan karakter. Dimensi yang pertama,
otoritas, adalah persepsi pengikut yang berkaitan dengan kompetensi
pemimpin, otoritas dan reliabilitas. Cara mengukur derajat
kepercayaan dapat dilakukan dengan menjawab 5 pertanyaan berikut
ini, yaitu 1) Is the leader informed? 2)Is the leader Intelligent? 3) Is the leader qualified? 4) Is the leader reliable? 5) Is the leader valuable to the organization ?
Pemimpin transformasional dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
akan dihargai positif oleh pengikutnya dalam menjawab lima
pertanyaan terseut. Dimensi kedua dari pada kepercayaan dan karakter
adalahpola perilaku yang diterima karena moralitas dan reputasinya.
Untuk melihat karakter seorang pemimpin, ada dengan menggunakan
karakter yang dibangun atas otorisasi yang diberikan padanya dan
sekaligus nilai kepercayaan.
7. Keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain (strong desire to influence others)
Memiliki keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain bukan
berarti sang pemimpin perlu mengontrol mereka. Kebanyakan
administrator lebih suka mempraktekan otoritas dan komando,
mengatur atau bias juga membatasi perilaku meraka. Di satu pihak,
mempengaruhi berarti melakukan sesuatu aksi pengaruh yang tidak
menggunakan otoritas yang ada, tetapi berdasarkan kepada kekuatan
karakter, keahlian, dan atau pengetahuan. Pemimpin transformasional
dibutuhkan untuk mengontrol proses, bukan orangnya. Pemimpin
transformasional memiliki keinginan yang kuat untuk mempengaruhi
orangnya, agar mereka menerima konsep yang dapat menuntun
mereka.
Pemimpin transformasional menginginkan pengikutnya untuk
memahami akurat konsep dan nilai-nilai yang ditawarkan. Pemimpin
transformasional juga memiliki keinginan yang kuat untukk
menyamakan konsep dan belief, tidak hanya kepada orang-orang tertentu saja, tetapi pada semua orang yang terlibat di dalam
organisasi.
Pemimpin transformasionalnya merasa senang kalau ada yang
Dengan demikian, ia juga tidak menabukan adanya perbedaan
pendapat, dan dinamika konflik sepanjang hal tersebut bermanfaat bagi
organisasi, dan didukung oleh argument-argumen yang rasional untuk
memperbaiki organisasi.
Dalam kesempatan seperti itu, pemimpin transformasional akan
meyakinkan kepada orang lain bahwa konsep yang ditawarkannya
masuk akal. Pemimpin transformasional juga tidak akan mendominasi
pertemuan dan mendominasi pembicaraan. Mungkin saja pemimpin
transformasional tersebut menganggap sudah selayaknya dia tidak
bicara dalam pertemuan tersebut manakala pertemuan berjalan efektif
dan memiliki kontribusi untuk menyempurnakan organisasi secara
terus menerus.
8. Peran Kepemimpinan
Pemimpin berdasarkan konsep teoritis sebagaimana yang telah
dikemukakan memiliki tanggungjawab yang besar baik dalam suatu
birokrasi pemerintahan maupun swasta. Dengan demikian peranan
pemimpin dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan yang dialami,
sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpin. Sedangkan
kepemimpinan menurut Sinambela dalam Pasolong (2008:31), terdiri atas
3 tingkatan yaitu (1) pemimpin tingkat atas (top management), (2)
pemimpin tingkat menengah (middle management) dan (3) pemimpin
tingkat bawah (lower management). Berdasarkan berbagai pendapat dari
1) Peran Pengambilan Keputusan, yaitu pemimpin birokrasi sebagai top
manager khususnya, memiliki kewenangan mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan manajerial yang berarti
memutuskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya,
siapa yang melakukannya, dan kapan akan dilakukan. Dalam hal ini
menetapkan sasaran, prioritas, strategi, struktur formal, alokasi
sumber-sumber daya, pertunjukan tanggungjawab dan pengaturan
kegiatan-kegiatan. Tujaunnya adalah untuk memastikan
pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi
kegiatan-kegiatan, penggunaan sumber-sumber yang berubah-ubah. Aspek
yang paling penting dari kebanyakan bentuk pengambilan keputusan
adalah memutuskan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingan
relatifnya (resource allocation), termasuk perencanaan pengambangan prosedur-prosedur unttuk menghindari
masalah-masalah (potential problem analysis) dan pengembangan prosedur
untuk melakukan tanggapan secara cepat dan efektif terhadap
masalah-masalah krisis-krisis yanga tidak dapat dihindari (contigency
planning).
2) Peran mempengaruhi, yaitu pemimpin birokrasi harus dapat
memberikan pengaruh kepada bawahannya, sehingga mau
bekerjasama dalam merealisasikan suatu program kerja. Pemimpin
birokrasi dapat mengembangkan berbagai teknik mempengaruhi
bawahan, dan ini sebenarnya mudah bagi pemimpin birokrasi publik
mengandalkan kewenangan semata-mata, juga tidak akan
memberikan efek yang berarti terhadap bawahan. Pemimpin birokrasi
dapat memodifikasi kewenangan dan keunggulan-keunggulan sifat
yang dimiliki oleh seorang pemimpin birokrasi. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar peran mempengaruhi bawahan yang
efektif, yaitu (a) menjadikan seorang pemimpin birokrasi yang jujur,
adil, terhadap semua bawahan tanpa pilih kasih (b) berusaha
memberikan contoh dalam bekerja dan bertindak, (c) bersikap arif dan
bijaksana terhadap bawahan yang melakukan pelanggaran, (d)
senantiasa melibatkan bawahan dalam berbagai kegiatan (e)
tumbuhkan rasa percaya diri pada bawahan, bahwa mereka memiliki
kemampuan dan etos kerja yang tinggi, dan (f) usahakan bawahan
tetap merasa dihargai, dengan menjadi mereka sebagai partner atau
tim kerja.
3) Peran memotivasi, yaitu berkaitan dengan pemberian dorongan
kepada pegawai untuk bekerja lebih giat. Hubungan pengaruh dan
motivasi adalah kalau peran mempengaruhi efektif, maka peran
motivasi akan lebih mudah dilakukan. Sebaliknya jika pemimpin
tidak mampu menanamkan pengaruh terhadap bawahannya, maka
sulit baginya untuk memahami benar-benar karakter bawahannya
yang berbeda kemampuan, pengetahuan dan perilaku.
4) Peran antar pribadi, yaitu peran stratejik pada peran antar pribadi
adalah sebagai figur atau tokoh yang cukup dihargai. Pemimpin harus
menampilkan perilaku yang baik dan benar, seperti etos kerja yang
tinggi, disiplin, dan sikap positif lainnya, pemimpin birokrasi harus
menempatkan diri sebagai penuntun, pemberdaya, dan pendorong
bagi bawahannya.
5) Peran informasional, yaitu peran informasional yang dimiliki seorang
pemimpin birokrasi sangat strategis, mengingat pemimpin birokrasi
adalah pemegang kunci, khususnya informasi tentang birokrasi yang
dipimpinya. Kemampuan komunikasi sangatlah diperlukan oleh
seorang pemimpin agar dapat menjadi komunikator yang efektif.
Peran informasional adalah menjelaskan kepada bawahan
menyangkut rencana-rencana kebijakan-kebijakan, serta harapan
peran, dan instruksi tentang cara pekerjaan harus dilakukan
tanggungjawab bagi para bawahan atau anggota lain, dan tujuan,
tujuan kinerja dan otoritas rencana tindakan untuk mencapainya.
9. Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktivitas dan
efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang di bebankan pada dirinya. Bila
produktivitas naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif, maka
disebut sebagai pemimpin yang berhasil. Sedang apabila produktivitasnya
menurun dan kepemimpinannya dinilai tidak efektif dalam jangka waktu
Beberapa indikator keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi
menurut Kartono (2009:228-230) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kinerja dan pemberian pelayanan organisasi yang
meliputi:
a) Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan ;
b) Kinerja dari organisasi tersebut
2. Semakin rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen
yang meliputi :
a) Pengeloaan sumber daya manusia, alam, dana, sarana dan waktu
yang makin ekonomis dan efisien ;
b) The right man in the right place, dengan delegation of authority/
pendelegasian wewenang yang luas ;
c) Struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi, dan ada
integritas dari semua bagian ;
d) Target dan sasaran yang ingin dicapai selalu terpenuhi, sesuai
dengan ketentuan jadwal waktu ;
e) Organisasi dengan cepat dan tepat dapat menyesuaikan diri pada
tuntutan perkembangan dan perubahan dari luar organisasi
(masyarakat, situasi dan kondisi sosial politik dan ekonomis).
3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi yang meliputi :
a) Terdapat iklim psikis yang mantap, sehingga orang merasa aman
dan senang bekerja ;
b) Ada disiplin kerja, disiplin diri, rasa tanggung jawab, dan moral
c) Terdapat suasana saling mempercayai, kerjasama kooperatif, dan
etik kerja yang tinggi ;
d) Komunikasi formal dan informal yang lancer dan akrab ;
e) Ada kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadap organisasi ;
f) Tidak banyak terdapat penyelewengan dalam organisasi ;
g) Ada jaminan-jaminan sosial yang memuaskan.
10. PerbedaanLeadershipdanManagement
Kepemimpinan dan manajemen sering kali disamakan pengertiannya
dengan banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya ada
perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya kepemimpinan
mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen.
Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan
didalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan diantara
kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap saat dan dimanapun asalkan ada
seseorang yang berusaha untuk mempengarui perilaku orang lain atau
kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya Dengan demikian,
kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau
kelompok, dan bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi.
Dalam arti yang luas kepemimpinan dapat digunakan setiap orang tidak
hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Seperi
yang dikemukakan dalam beberapa rumusan pengertian bahwa
atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun
kelompok. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau
tata krama birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu
organisasi tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi dimana saja,
asalkan seseorang menunjukan kemampuannya mempengaruhi perilaku
orang-orang lain kearah tercapainnya suatu tujuan tertentu. Apabila
kepemimpinan dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dalam
suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen.
Dari penjelasan tersebut maka dapat saja terjadi seorang manajer
berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu
mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Tetapi seorang pemimpinn belum tentu harus menyandang jabatan
manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kata lain,
seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi
seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorangleaderatau pemimpin.
11. Peranan Manajer
Suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur,
yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu
kantor yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat
mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul
karena seorang manajer memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia
Lingkungan itu luas dan beraneka macam, dan masing-masing manajer
akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi peranan yang harus
dimainkan pada hakikatnya tidak ada perbedaan.
Menurut Henry Mintzberg ada 3 peranan utama yang dimainkan oleh
setiap manajer dimana pun letak hierarkinya. Dari 3 peranan utama ini
kemudian olehnya diperinci menjadi 10 peranan. Sepuluh peranan
tersebut jika digambarkan dapat dilihat sebagai berikut :
Bagan 2.1 Peranan-peranan Manajer
Otoritas Formal
dan Status
Peranan Hubungan
Antar Pribadi
a. Figurehead
b. Pemimpin
c. Perantara
Peranan Informasi
a. Monitor
b. Disseminator
c. Juru Bicara
Peranan Pembuat
Keputusan
a. Enterpreneur
b. Penghalau
gangguan
c. Pembagi sumber
B. Tinjauan Tentang Kepemimpinan Dalam Organisasi Polri
Seperti halnya teori organisasi dan teori manajemen, maka teori suatu konsep
kepemimpinan juga sangat banyak. Bahkan sebanyak buku dan pengarang
masalah kepemimpinan. Begitu kompleksnya mas