• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI CURAH (SPRINKLER) JENIS CHALLANGER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI CURAH (SPRINKLER) JENIS CHALLANGER"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI CURAH (SPRINKLER) JENIS CHALLANGER

Oleh

Khomsin Romadon

Tujuan penelitian rancang bangun sistem irigasi curah (srpinkler) jenis

challanger adalah untuk melakukan analisis hidrolika dan jaringan perpipaan,

penentuan panjang maksimal pada jaringan pipa lateral dan jaringan pipa

manifold. Penentuan jumlah nozel dan jarak maksimal antar nozel dan evaluasi perhitungan jaringan perpipaan dengan data lapangan. Hasil perhitungan volum

bak penampung air yang dibutuhkan sebesar 1,8 m3 dan pompa sebesar 198,798

watt untuk penyiraman dengan luas lahan 448 m2 selama 1 jam penyiraman.

Jaringan pipa lateral yang digunakan berdiameter 13 mm (0,5 inchi), pipa

manifold pipa yang digunakan berdiameter 19 mm (0,75 inchi). Nozel yang

digunakan adalah nozel jenis challanger dengan debit 0,03 l/detik, jangkauan

curahan 4 meter. Hasil penelitian jangkauan curahan pada tekanan 1 bar terjauh

yaitu sebesar 2,69 meter, yang terendah yaitu sejauh 2,20 meter. Jangakauan

curahan pada tekanan 1,5 bar terjauh yaitu sebesar 3,19 meter dan yang terendah

sejauh 2,44 meter. Debit curahan pada tekanan 1 bar tertinggi sebesar 0,016

liter/detik. Dan debit curahan yang terendah yaitu sebesar 0,012 liter/. Pada

tekanan 1,5 bar debit curahan terbesar yaitu 0,021 liter/detik, sedangkan terendah

adalah sebesar 0,014liter/detik. Saran dari penelitian ini untuk irigasi challanger

agar menghasilkan curahan yang maksimal maka jarak antar lateral 6 meter, dan

jarak antar sprinkler 3 meter. Koefisien keseragaman pada tekanan 1 bar adalah

sebesar 82,9%. Sedangkan untuk tekanan 1,5 bar koefisien keseragaman yang

mampu dihasilkan adalah sebesar 93,7%.

(2)

ABSTRACT

IRRIGATION SYSTEM DESIGN BULK ( SPRINKLER ) TYPE CHALLANGGER

Oleh: Khomsin Romadon

The research objective of irrigation system design bulk ( sprinkler ) Challanger

type is to analyze the hydraulics and pipeline network , determining the maximum

length of the lateral pipelines and pipeline manifold . Determination of the

number of nozzles and the maximum distance between the nozzle and the

evaluation of pipeline network calculation with field data Results calculated water

tank volume of 1.8 m3 required by 198.798 watts and pump for watering the land

area of 448m2 for 1 hour watering. Lateral pipelines used diameter of 13 mm ( 0.5

inches ) , used pipe manifold pipe diameter of 19 mm ( 0.75 inches ). Nozzles are

used with discharge nozzle type Challanger 0.03 l / sec , range outpouring of 4

meters. Research results outpouring range at 1 bar pressure is equal to 2,69 meters

farthest. Outpouring of research results at a pressure range of 1 bar furthest in the

amount of 2.69 meters , a low of 2.20 meters so far. Jangakauan drink at a

pressure of 1.5 bar farthest that is equal to 3.19 meters and 2.44 meters of the

lowest so far. Outpouring discharge at a pressure of 1 bar high of 0,016 liters /

sec. And the outpouring of the lowest discharge is equal to 0.012 liters / . At a

pressure of 1.5 bar discharge largest outpouring ie 0,021 liters / sec , while the

lowest is equal 0,014liter / sec. Suggestions from this study for irrigation

Challanger to produce an outpouring of the maximum distance between the lateral

6 meters , and the. distance between the sprinkler 3 meters. Uniformity coefficient

at a pressure of 1 bar was 82.9 % . As for the pressure of 1.5 bar are able to

produce uniformity coefficient is equal to 93.7 % .

Keywords : irrigation bulk , bulk irrigation system , irrigation discharge range and

(3)

RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI

CURAH (

SPRINKLER

) JENIS

CHALLANGER

Oleh:

KHOMSIN ROMADON

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SERJANA TEKNIK PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalirejo pada tanggal 10 Desember

1989 sebagai anak kelima dari enam bersaudara, dari Bapak

Sutopo dan Ibu Tunsiah

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN1

Wonorejo Kecamatan Penawar Aji Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2001,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP PGRI 1 Wonorejo pada tahun

2004, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Assalam Tanjung Bintang

Lampung Selatan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SMPTN.

Selama menjadi mahasiswa penulis sebagai anggota HIMA TEP, FOSSI FP, ketua

BKLDK Lampung, ketua Gema Pembebasan Lampung, dan Syabab Hizbut Tahrir

(8)

Penulis akan mempersembahkan sebuah karya

yang sederhana ini untuk:

Kedua Orang Tua Tercinta dan mertua

Bapak dan Ibu yang telah menjadi inspirasi dan menuntunku

dalam do’a yang tulus sehingga aku dapat memenuhi harapan dan

kebanggaan kalian yaitu dengan menyelesaikan kuliah sarjana

pertanian ini.

Putramu menghaturkan terima kasih yang tak terhingga atas

kasih sayang kepercayaan dan pengorbanan.

Kepada Bapak Slamet dan Ibu sarinah yang telah

mendo’akan dengan tulus,

dan terimakasih atas motivasinya.

Istri Tersayang

Istriku Ika Nurmala Dewi yang saya sayangi karna

Allah. Terimakasih telah mau menjadi pendampingku

yang selalu mensuport dan memotivasiku. Terimakasih

tulus ku persembahkan kepada istri tercinta, dan juga

kepada si kecil yang masih dalam rahimmu.

Kakak dan Adek tercinta

Mbak Siti dan keluarga, mbak nur dan keluarga, mbak nikma dan keluarga, mbak leli dan keluarga serta ahmad syarif udin terimakasih

atas semangat yang kalian berikan, dan do’a tulus dari kalian.

(9)

MOTTO

Sekali memulai pantang untuk

berhenti, kecuali jika semua telah usai.

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena barkat Rahmat,

Hidayah dan Kemurahan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Irigasi curah (sprinkler) jenis challanger” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.P selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P selaku ketua jurusan Teknik Pertanian

Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc selaku Pembimbing Akademik dan

sekaligus pembimbing utama atas kesediaanya memberikan bimbingan,

saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Ahmad Tusi, S.TP., M.Si selaku Pembimbing kedua atas

kesediaanya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Prof. Dr. IR. R.A. Bustomi Rosadi, M.P selaku pembahas kedua

atas kesediaanya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lampung, terimakasih atas ilmu dan didikannya selama penulis

(11)

7. Kepada kedua orangtua tercinta: Bapak Sutopo, Ibu Tunsiah dan kedua

mertua: Bapak Slamet dan Ibu Sarinah yang telah rela mencurahkan peluh, yang namaku selalu ada dalam setiap do’a yang engkau lafazkan, yang selalu mendukung langkah yang aku ambil dalam hidup, aku haturkan

terimakasih yang tak terhingga;

8. Kepada Istriku tercinta: Ika Nurmala Dewi dan sikecil yang masih dalam

kandunganmu. Terimakasih atas kesabaran, pengertian, pengorbanan dan

motivasi yang telah engkau berikan.

9. Kepada kakak-kakak: Mbak Siti dan keluarga, Mbak Nur dan keluarga,

Mbak Nima dan keluarga, Mbak leli dan keluarga dan adek tercinta: Ahmad Syarif Udin. Terimakasih tas do’a dan motivasinya.

10.Kepada teman-teman TEP angkatan 2007.

Hanya Allah sajalah sebaik-baik pemberi balasan atas segala kebaikan mereka

dan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 19 Desember 2014

Penulis

(12)

iii

2.2.3.Koefisien Keseragaman... 10

2.2.4. Interval, Laju, dan Lama Penyiraman... 11

2.2.5. Spesifikasi Pompa... 15

III. METODE PENELITIAN... 17

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

3.2.Bahan dan Alat... 17

3.3.Metode Penelitian... 18

(13)

iii

3.3.2.Skema Rancangan Sistem Irigasi Sprinkler... 19

3.3.2.1. Nozel Sprinkler... 19

3.3.2.2. Hidrolika Nozel... 20

3.3.2.3. Hidrolika Perpipaan... 21

3.3.1.3. Pompa dan Sumber Air... 22

3.3.2.Perlakuan... 24

3.3.2.1. Head Loss di Pipa ... 24

3.3.2.2. Perbedaan Tekanan Terhadap Jangkauan Penyiraman ... 24

3.3.3.Pengamatan dan Pengukuran Data... 25

3.3.2.1. Keseragaman Irigasi... 25

3.3.2.2. Analisis dan Evaluasi Rancang Sistem Irigasi Sprinkler... 26

3.3.3.3. Tahapan Desain... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 29

4.1. Desain Sistem Irigasi Curah (Sprinkler) jenis Challanger... 29

4.2. Analisis Hidrolika disepanjang Sistem Jaringan Irigasi Curah 34 4.2.1. Spesifikasi Nozzel Head... 34

4.2.2. Analisis Hidrolika pada Jaringan Lateral... 34

4.2.3. Analisis Hidrolika pada Jaringan Manifold... 35

4.3. Hasil Pengukuran Keseragaman Sistem Jaringan Irigasi Curah. 35 4.3.1. Radius Curahan... 35

4.3.2. Analisis Penurunan Debit Curahan... 39

4.3.3. Debit Curahan Nozel... 42

4.3.4. Analisis Penurunan Debit Curahan... 45

4.3.5. Laju Penyiraman... 47

4.3.6. Keseragaman Irigasi... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 49

5.1. Kesimpulan... 49

5.2. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Jarak Nozel Berdasarkan Curahan Air di Bawah Kecepata

Angin... 10

2. Hasil Perhitungan Hidrolika pada Pipa Lateral... 30

3. Hasil Perhitungan Hidrolika pada Pipa Manifold... 31

4. Radius Curahan dengan Tekanan 1 bar dan 1,5 bar pada

lateral ke-1... 36

5. Radius Curahan dengan Tekanan 1 bar dan 1,5 bar pada

lateral ke-2... 36

6. Debit Curahan Nozel dengan Tekanan 1 bar dan 1,5 bar pada

lateral ke-1... 42

7. Debit Curahan Nozel dengan Tekanan 1 bar dan 1,5 bar pada

(15)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Nozel jenis Challanger... 20

2. Skema Rancangan Irigasi Sprinkler... 23

3. Rancangan Bangun Sistem Irigasi Sprinkler... 24

4. Prosedur Desain Irigasi Curah... 28

5. Radius Curahan pada Jaringan Pipa Lateral 1... 37

6. RadiusCurahan pada Jaringan pipa Lateral 2... 37

7. Luas Daerah Pembasahan Irigasi Curah... 39

8. Analisis radius curahan terhadap penggunaan 5 nozzel untuk tekanan 1 bar yang terletak pada lateral 1... 40

9. Analisis radius curahan terhadap penggunaan 5 nozzel untuk tekanan 1,5 bar yang terletak pada lateral 1... 40

10.Analisis radius curahan terhadap penggunaan 5 nozzel untuk tekanan 1 bar yang terletak pada lateral 2... 41

11.Analisis radius curahan terhadap penggunaan 5 nozzel untuk tekanan 1,5 bar yang terletak pada lateral 2... 41

12.Debit Curahan dengan Tekanan 1 bar dan 1,5 bar pada Lateral 1... 43

13.Debit Curahan dengan Tekanan 1 bar dan 1,5 bar pada Latera 2... 44

(16)

vi

15.Analisis debit curahan terhadap penggunaan 5 nozzel untuk

tekanan 1,5 bar yang terletak pada lateral 1... 45

16.Analisis debit curahan terhadap penggunaan 5 nozzel untuk

tekanan 1bar yang terletak pada lateral 2... 46

17.Analisis debit curahan terhadap penggunaan 5 nozzel untuk

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyediaan air irigasi yang cukup merupakan suatu hal yang sangat

penting bagi pertumbuhan tanaman. Untuk mendapatkan penyiraman irigasi yang

mudah, efisien serta dapat menghemat penggunaan air maka suatu teknologi

alternatif perlu diterapkan. Salah satu teknologi alternatif itu adalah irigasi curah

(sprinkler).

Sistem irigasi curah (sprinkler) merupakan salah satu teknologi yang dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan air. Pemberian air dengan

menggunakan sistem ini lebih efisien dibanding dengan irigasi permukaan.

Sehingga teknologi ini dapat diterapkan pada lahan yang memiliki luasan kecil

ataupun yang besar (Kartasapoetra dan Mulyani, 1990). Menurut Prastowo (1995)

perhitungan rancangan hidrolika sub unit perpipaan merupakan tahapan kunci

dalam proses desain irigasi curah (sprinkler).

Karena itu, penelitian ini akan merancang sistem jaringan perpipaan irigasi

curah (sprinkler) jenis challenger. Analisa hidrolika perpipaan untuk menentukan besar diameter pipa yang dapat digunakan serta panjang maksimal pipa baik pada

(18)

2

1.2. Perumusan Masalah

Perhitungan persyaratan hidrolika jaringan perpipaan harus dipenuhi untuk

mendapatkan penyiraman yang seragam yakni tingkat keseragaman yang dapat

dicapai diatas 85% dari total penyiraman (Kurniati dkk, 2007).

Jumlah dan spesifikasi nozel maupun jenis dan diameter pipa sangat

beragam, maka rancangan hidrolika sub unit akan dilakukan dengan

menggunakan coba-ralat (trial and error). Penelitian ini juga akan merancang

inovasi nozel jenis challenger, modifikasi sistem perpipaan untuk mendapatkan

panjang maksimal pipa pada lateral ataupun manifold, perencanaan sistem

penjadwalan irigasi berdasarkan model rancangan sistem irigasi curah (sprinkler).

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a) Melakukan analisis hidrolika dan jaringan perpipaan.

b) Penentuan panjang maksimal pada jaringan pipa lateral dan jaringan pipa

utama.

c) Penentuan jumlah dan jarak maksimal nozel jenis challenger pada jaringan

sistem irigasi curah (sprinkler).

d) Evaluasi perhitungan jaringan perpipaan dengan data lapangan.

1.4.Hipotesis

Perancangan sistem irigasi curah (sprinkler) yang tepat akan memberikan

(19)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Irigasi Curah

Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara

kemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan (Keller and Bliensner,

2000).

Sistem irigasi curah (sprinkler) ini menggunakan energi tekanan untuk

membentuk dan mendistribusikan air ke lahan. Tekanan merupakan salah satu

faktor penting yang menentukan kinerja sprinkler.

Sistem irigasi curah (sprinkler) merupakan salah satu alternatif metode pemberian air dengan efisiensi pemberian air lebih tinggi dibanding dengan

irigasi permukaan. Sistem ini berbiaya mahal akan tetapi sangat murah dalam

pengoperasiannya (Kartasapoetra dan Mulyani, 1990).

Komponen sistem irigasi curah (sprinkler) terdiri dari pompa, saluran

utama (main line), saluran cabang (sub main), pipa lateral dan mata curah

(sprinkler). Sprinkler digunakan untuk menyemprotkan air dalam bentuk rintikan seperti air hujan ke lahan. Jaring utama, saluran cabang, pipa lateral digunakan

(20)

4

Kinerja (performance) irigasi curah (sprinkler) (Larry, 1988) dapat

dinyatakan dengan lima parameter, yaitu debit spinkler (spinkler discharger),

jarak pancaran (distance of throw), pola sebaran air (distribution pattern), nilai pemberian air (application rate) dan ukuran rintikan (droplet size).

2.2. Prosedur Desain Irigasi Curah

2.2.1. Tata Letak

Dalam penentuan tata letak jaringan irigasi curah (sprinkler), terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

a. Pemasangan lateral dipasang sejajar dengan kontur lahan dan tegak lurus

dengan arah angin.

b. Harus menghindari pemasangan lateral yang naik sejajar dengan lereng,

karena lebih menghasilkan keuntungan jika pemasangan lateral menurun

ke lereng.

c. Saluran utama atau manifold dipasang naik turun atau sejajar dengan lereng.

d. Pemasangan saluran utama perlu dilakukan bila memungkinkan, sehingga

saluran lateral dapat dipasang di sekeliling.

e. Apabila memungkinkan lokasi sumber air berada ditengah-tengah areal

rancangan. Tata letak yang ideal bergantung pada jumlah sprinkler yang

(21)

5

2.2.2. Hidrolika dan Dimensi Perpipaan

Rancangan hidrolika ditujukan untuk menentukan ukuran dimensi pipa

yang digunakan (meliputi diameter pipa dan panjang pipa), maksimum jumlah

nozel per lateral dan lateral per manifold, debit, total kehilangan head, tekanan outlet dan inlet pada lateral dan manifold serta variasi debit yang dihasilkan, yang kemudian digunakan dalam meyempurnakan tata letak dari sistem yang akan

dirancang.

Panjang maksimum lateral dibatasi oleh kriteria hidrolika pipa yaitu total

kehilangan head pada pipa lateral harus lebih kecil atau sama dengan total

kehilangan head maksimum yang diijinkan pada lateral. Begitu pula dengan pipa

manifold, kehilangan head pada pipa manifold harus lebih kecil atau sama dengan

total kehilangan head maksimum yang diijinkan pada manifold (Prastowo,1995).

Kebutuhan total tekanan suatu sistem irigasi curah terdiri atas:

Static head adalah jarak vertikal air yang harus diangkat atau diturunkan antara sumber air dengan titik pengeluaran.

Pressure head adalah perbedaan ketinggian antara pompa dengan hidran tertinggi dan terendah yang mengoprerasikan lateral sepanjang pipa utama

dan pipa sub utama, yang akan memberikan nilai static head maksimum dan

(22)

6

Friction head adalah kehilangan head sepanjang pipa utama, manifold, adanya katup dan sambungan.

Velocity head adalah kecepatan aliran dalam suatu sistem irigasi curah,

velocity head jarang melebihi 2,5 m/det, sehingga velocity head jarang yang melebihi 0,3 m/det dan jika terjdi itu dapat diabaikan.

Suction lift atau perbedaan antara elevasi sumber air dan elevasi pompa. Besarnya nilai suction lift ini merupakan akumulasi antara nilai SWL (Static WaterLevel) dengan nilai surutan (drawdown) suatu sumur.

Menurut Keller dan Bliesner (2000), persamaan yang bisa digunakan

untuk menentukan kehilangan tekanan friksi atau friction loss pada bahan plastik

pipa lateral dan pipa manifold sistem irigasi curah (sprinkler) adalah:

a. Untuk pipa kecil (<125 mm)

J = 7,89 x 107 x (Q1,75/D4,75) | 1 |

b. Untuk pipa besar (≥ 125 mm)

J = 9,58 x 107 x (Q1,83/D4,83) | 2 |

c. Tanpa outlet

Hf = J x (L/100) | 3 |

d. Dengan outlet

(23)

7

e. Untuk sambungan

Hl = Kr x 8,26 x 104 x (Q2/D2) | 5 |

Keterangan:

J : gradien kehilangan head (m/100 m) hf : kehilangan head akibat gesekan (m)

hl : kehilangan head akibat adanya ketup dan sambungan (m)

Q : debit sistem (l/detik)

D : diameter dalam pipa (mm)

F : koefisien reduksi

Kr : koefisien resistensi

L : panjang pipa (m)

Hidrolika dan dimensi perpipaan yang terjadi dapat ditentukan sebagai berikut:

Sprinkler

Kehilangan tinggi tekanan pada sprinkler menurut Finkel (1982) dalam

Kurniati dkk (2007), yaitu:

| 6 |

Keterangan :

(24)

8

Kd: data empiris pada pipa

Qe :debit aliran pada sprinkler (m3/det) D: diameter sprinkler (mm).

 Lateral

Debit pada rancangan lateral secara matematis menurut Schwab et.al.

(1981) dalam Kurniati dkk (2007) adalah:

QL = Qn.N | 7 |

Keterangan :

QL : Debit aliran pada lateral (m3/detik)

Qn : Debit aliran pada nozel (m3/detik)

N : Jumlah nozel

Kehilangan tinggi pada lateral adalah sebagai berikut:

| 8 |

| 9 |

Keterangan :

QL : Debit aliran pada lateral (m3/detik)

n : Jumlah sprinkler

Hfl : Head loss lateral (m)

K : Koefisien belokan, sambungan, alat pengatur pipa

(25)

9

C : Koefisien kekerasan Hazen-Williams

F : Faktor koreksi untuk pipa

 Pipa utama

Perhitungan debit pada rancangan pipa utama secara matematis menurut

dapat di hitung dengan persamaan berikut:

Qm = QL.N | 10 |

Ketrangan :

N : Jumlah lateral pada pipa utama

Qm : Debit aliran pada pipa utama (manifold) (m3/detik) QL : Debit aliran pada lateral (m3/detik)

Sedangkan untuk perhitungan Hf untuk pipa utama sama dengan pada pipa

lateral.

 Kerugian belokan dan sambungan pipa

Menurut Sularso (2000) untuk kerugian akibat belokan dan sambungan

pipa secara matematis dapat dihitung menggunakan persamaan :

| 11 |

(26)

10

Pemilihan jarak nozel didasarkan pada diameter curahan air, tekanan nozel

dan kapasitas debit nozel. Jarak nozel maksimum berdasarkan curahan air di

bawah kondisi kecepatan angin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jarak Nozel Berdasarkan Curahan Air di Bawah Kecepatan Angin

Kecepatan Sumber: Schwab et al. 1981

Menurut Christiansen (1942) dalam Keller dan Bliesner (2000) derajat

keseragaman merupakan salah satu faktor petunjuk efisiensi irigasi terutama

(27)

11

biasanya dinyatakan dalam koefisiensi keseragaman dengan mengunakan

persamaan Christiansen (CU).

| 13 |

Keterangan :

CU = koefisien keseragaman (%)

Xi = pengukuran air dari area Overlapping (cc)

X = rata-rata dari pengukuran pada area Overlapping (cc) n = banyaknya Sprinkler yang Overlapping pada suatu area i = 1,2,3,... n.

= Jumlah deviasi absolut dari tiap-tiap pengukuran (cc)

Dalam perancangan sistem irigasi curah, nilai CU yang dianggap baik

adalah lebih besar dari 85% (Merkley dan Allen, 2004).

2.2.4. Interval, Laju dan Lama Penyiraman

Dalam konsep desain yang akan diterapkan pada setiap blok irigasi perlu

dilakukan penentuan kedalaman air irigasi dan interval irigasi. Penentuan

kedalaman pemberian air irigasi digunakan untuk menentukan banyaknya air

irigasi yang harus diberikan, sedangkan interval irigasi yang digunakan dalam

desain adalah interval irigasi yang terpendek. Berikut ini beberapa persamaan

yang digunakan dalam desain adalah:

(28)

12

FX = dn/Ud | 15 |

D = dn/(Ea/100) | 16 |

Keterangan :

dx = RAW = kedalaman bersih air irigasi maksimum (mm)

MAD (Management Allowed Defisit) = faktor p = Fraksi kandungan air tanah

tersedia

Nilai dn yang dipilih seharusnya sama atau lebih kecil dari nilai dx. Apabila

nilai dn diganti dengan dengan dx, interval irigasi maksimum fx akan di peroleh.

Dalam rancangan desain irigasi curah, diameter curah nozel

mempengaruhi nilai laju penyiraman, penentuan jarak nozel pada lateral, serta

menentukan luasan lahan yang dapat terairi. Diameter curahan air yang

disemprotkan nozel dan akibat rotasi nozel ditentukan dengan persamaan sebagai

berikut:

| 17 |

Keterangan :

(29)

13

d = diameter lubang nozel (mm)

h = tekanan nozel (m)

Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air ke permukaan tanah yang

disemprotkan dari lubang nozel. Besarnya laju penyiraman dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut:

| 18 |

keterangan:

I = laju penyiraman rata-rata (mm/jam)

K = faktor konversi sebesar 60

Q = debit sprinkler (l/menit)

Se = jarak sprinkler dalam lateral (m) SI = jarak lateral (m)

Waktu aplikasi pemberian air irigasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan penyiraman air irigasi sesuai dengan kedalaman air irigasi yang

ditentukan. Untuk derajat keamanan yang masih memungkinkan, waktu aplikasi

sebaiknya tidak melebihi 90% dari total waktu potensial 24 jam yaitu 21,6 jam per

hari. Waktu aplikasi pemberian air irigasi dihitung dengan persamaan berikut:

| 19 |

keterangan:

(30)

14

AGD (Actual Gross Depth )= d = kedalaman kotor air irigasi (mm)

I = laju penyiraman rata-rata (mm/jam)

Kebutuhan kapasitas air pada sistem irigasi curah bergantung pada luas

areal yang diirigasi, kedalaman air irigasi yang diberikan dan lama operasi

pemberian air per irigasi, dengan mengikuti persamaan berikut:

| 20 |

Keterangan :

QS = Kapasitas/debit sistem (l/detik)

K = Konstanta sebesar 2,78

A = Luas areal/blok irigasi (Ha)

d = Kedalaman kotor air irigasi (mm)

f = Periode operasi per irigasi atau selang interval irigasi (hari)

t = Rata-rata lama operasi irigasi (jam/hari)

Bila kapasitas sistem yang diperoleh lebih besar dari debit yang tersedia,

maka perlu dilakukan beberapa hal, seperti: pengurangan luas areal, pengurangan

banyaknya tanpa irigasi atau penambahan jam operasi irigasi per hari.

Jumlah nozel yang digunakan dapat ditentukan berdasarkan keadaan areal

dengan menggunakan persamaan berikut:

| 21 |

Keterangan :

(31)

15

QS = kapasitas/debit sistem (l/detik)

qa = debit nozel rata-rata (l/detik)

2.2.5. Spesifikasi Pompa

Jenis pompa yang bisa digunakan pada suatu sistem irigasi curah adalah

sentrifugal dan turbin. Keller dan Bliesner (2000) menyatakan bahwa pompa

sentrifugal digunakan apabila debit dan tekanan yang dibutuhkan relatif kecil,

sedangkan pompa turbin digunakan apabila debit dan tekanan yang dibutuhkan

relatif besar.

Karakteristik suatu pompa biasanya ditujukan oleh suatu kurva

karakteristik pompa yang dinyatakan hubungan antara kemampuan menaikkan air

(H), besarnya debit (Q), efisiensi (E), jumlah putaran per menit (N) dan besarnya

tenaga (P). Besarnya tenaga yang diperlukan untuk pemompaan air tergantung

pada debit pemompaan, total head dan efisiensi pemompaan yang secara

matematis ditujukan pada persamaan berikut:

| 22 |

Keterangan :

BHP (Brake Horse Power)= tenaga penggerak (kW)

Q = debit pemompaan (l/detik)

TDH = total dynamic head (m)

C = faktor konversi sebesar 102,0

(32)

16

Besarnya total dinamik head (H) dihitung dengan persamaan:

TDH = SH + E + Hf1 + Hm + Hf2 + Hv + He + Hs | 23 |

Keterangan :

SH = beda elevasi sumber air dengan pompa (m)

E = beda elevasi pompa dengan lahan tertinggi (m)

Hf1 = kehilangan head akibat gesekan sepanjang pipa penyaluran dan

distribusi (m)

Hm = kehilangan head pada sambungan-sambungan dan ketup (m) Hf2 = kehilangan head pada sub unit (m), besarnya 20% dari Ha Hv = Velocity head (m), besarnya 0,3 m

He = tekanan operasi emitter (m)

Hs = head untuk faktor keamanan (m), besarnya 20% dari total kehilangan

(33)

17

III. METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumberdaya Lahan dan

Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juni sampai dengan Juli

2014.

3.2Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, pipa PVC (0,5”,

3/4”), sambungan pipa (Tee, elbow, reducer sock,sock drat, dll), lem pipa dan

listrik.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sprinkler jenis

challenger, pompa air, water meter, pressure gage/pengukur tekanan, manometer,

meteran, gergaji besi, wadah penampung, waterpas, gelas ukur 500 ml, stopwatch,

(34)

18

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Desain Pendahuluan

Desain pendahuluan dimaksudkan untuk menentukan tata letak, penentuan

spesifikasi sprinkler, spesifikasi pipa manifold dan lateral, spesifikasi pompa dan kapasitas sistem.

a. Spesifikasi sprinkler

Adapun spesifikasi sprinkler yang akan digunakan adalah:

Jenis : Challanger

Tekanan :1-1,5 bar

Kapasitas : 0,03 l/det

Radius penyiraman : 4 meter

Diameter pembasahan : 8 meter

Spasing (jarak antar sprinkler dan lateral) : 4 meter

b. Spesifikasi pipa manifold dan pipa lateral

Panjang maksimum lateral dibatasi oleh kriteria hidrolika pipa, yaitu total

kehilangan head pada pipa lateral harus lebih kecil atau sama dengan total

kehilangan head maksimum yang diijinkan pada lateral yaitu sebesar 11%. Begitu

pula dengan pipa manifold, kehilangan head pada pipa manifold harus lebih kecil

atau sama dengan total kehilangan head maksimum yang diijinkan pada manifold

yaitu sebesar 9%. Jadi total kehilangan head pada sistem jaringan pipa manifold

(35)

19

c. Kapasitas sistem

Kapasitas sistem merupakan blok-sub unit irigasi sistem yang terdiri dari

rangkaian bak penampung air, pompa, sistem jaringan perpipaan dan sprinkler

atau nozel.

3.3.2 Skema Rancangan Sistem Irigasi Sprinkler

Rancangan sistem irigasi sprinkler yang akan dibuat seperti pada Gambar

1. Sistem ini memiliki tiga bagian utama, yaitu nozel sprinkler, sistem jaringan perpipaan, pompa dan tenaga penggerak.

3.3.2.1 Nozel Sprinkler

Nozel sprinkler Gambar 1 yang akan digunakan adalah challenger dengan

spesifikasi sebagai berikut :

 Tekanan operasional sprinkler : 1-1,5 bar

 Kapasitas sprinkler : 0,03 l/detik

(36)

20

Gambar 1. Nozel jenis challenger

3.3.2.2Hidrolika Nozel

Secara umum hubungan antara tekanan atau head dengan debit sprinkler

atau nozel dirujukan pada persamaan berikut:

|23|

|24|

Keterangan :

q = debit sprinkler (l/menit)

Kd = koefisien debit nozel sesuai dengan peralatan yang digunakan

P = tekanan operasi sprinkler (kPa)

H = head operasi sprinkler (m)

3.3.2.3 Hidrolika Perpipaan

Sistem jaringan perpipaan terdiri dari pipa utama, manifold, dan lateral. Menentukan dimensi dan panjang pipa digunakan metode coba-ralat seperti yang

tertera pada Gambar 4. Menurut Merkley dan Allen (1990) beberapa persamaan

(37)

21

friktion loss pada bahan plastik pipa lateral dan pipa utama sistem jaringan irigasi curah adalah persamaan |1| sampai persamaan |5|.

Kehilangan head pada sub unit (∆Ps ) dibatasi tidak lebih dari 20% dari tekanan operasi rata-rata sistem. Kehilangan head (Hf) pada lateral harus lebih

kecil atau sama dengan ∆HI, demikian juga halnya pada manifold, kehilangan

head (Hf) harus lebih kecil atau sama dengan ∆Hm. Tekanan inlet lateral yang

tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada sub unit.

∆Ps = 20% x Ha | 25 |

∆HI = 0,55 ∆Ps±Z lateral | 26 |

∆Hm= 0,45 ∆Ps± Z manifold | 27 |

Keterangan :

∆Ps = kehilangan head yang dijinkan pada sub-unit (m)

Hl = kehilangan head yang dijinkan pada lateral (m)

Ha = tekanan operasi rata-rata sprinkler (m)

∆Hm = kehilangan head yang dijinkan pada manifold (m)

Z lateral = perbedaan elevasi sepanjang lateral (m)

Z manifold = perbedaan elevasi sepanjang manifold (m)

- = elevasi menurun

+ = elevasi menaik

Untuk mendapatkan penyiraman yang seragam sepanjang lateral,

diameter dan panjang pipa serta penempatannya ditentukan sedemikian rupa,

(38)

22

yang ditentukan berdasarkan distribusi tekanan dijelaskan dengan persamaan

berikut :

| 28 |

Bila tekanan head rata-rata diambil dari ujung :

Q = ((Pinx/Pex)-1) x 100 |29|

Keterangan :

∆Q = perbedaan debit sprinkler sepanjang lateral (%)

Pin = tekanan pada inlet lateral (m)

Pend = tekanan pada outlet lateral (m)

Pe = tekanan rata-rata pada sprinkler (m)

X = eksponen debit sprinkler

3.3.1.3. Pompa dan Sumber Air

Pompa yang digunakan jenis pompa listrik/PLN. Sumber air irigasi yang

akan digunakan bersumber dari sumur petak, embung atau sumber lainnya. Dalam

penelitian ini akan dianalisis kebutuhan volume kolam penampung berdasarkan

luasan areal yang akan ditanami dan lokasi lahan jauh dari sumber air.

Perhitungan analisis kebutuhan air kolam penampung menggunakan persamaan:

(39)

23

Pompa Jangkauan curahan

Pipa Utama Pipa Lateral

keterangan:

Vol = volume kolam/bak penampung

T = waktu irigasi (jam)

Q = debit sprinkler (l/jam)

n = jumlah sprinkler

Gambar rancangan sistem irigasi sprinkler yang akan dibuat adalah

sebagai berikut:

(40)

24

Pipa Utama Pipa Lateral

Rancangan sistem irigasi sprinkler yang akan dibuat adalah sebagai

berikut:

Gambar 3. Rancangan Bangun Sistem Irigasi Sprinkler

3.3.2. Perlakuan

3.3.2.1. Head Loss di Pipa

Penentuan besar head loss yang terjadi di sepanjang pipa lateral ataupun

pada pipa manifold secara teoritis menggunakan persamaan |8|. Sedangkan head

loss yang terjadi pada sprinkler menggunakan persamaan |6|. Selanjutnya besarnya

nilai head loss digunakan untuk menentukan besarnya pipa yang akan digunakan.

3.3.2.2. Perbedaan Tekanan Terhadap Jangkauan Penyiraman

Ada dua perbedaan tekanan yang akan diterapkan dalam jaringan sistem

irigasi sprinkler yaitu tekanan 1 bar dan 1,5 bar. Penentuan tekanan dikontrol

dengan menggunakan bypass yang ada pada jaringan pipa utama. Secara teoritis

jika tekanan kecil, besarnya jangkauan penyiraman juga akan kecil. Semakin

besarnya tekanan yang diberikan maka besarnya jangkauan juga akan semakin

besar. Pengaruh besarnya perbedaan tekanan terhadap jangkauan penyiraman

(41)

25

Berikut ini adalah prosedur pengambilan data untuk menentukan besarnya

jangkauan penyiraman:

 Mesin pompa dihidupkan, dan dibiarkan air curahan selama 5 menit.

 Diameter curahan diukur setelah curahan air terlihat membasahi tanah.

 Penentuan besarnya tekanan pada sprinkler dilakukan dengan meletakkan

manometer pada pangkal sprinkler, setelah mesin pompa dinyalakan

besararnya tekanan pada sprinkler akan terbaca.

3.3.3. Pengamatan dan Pengukuran Data

3.3.3.1. Keseragaman Irigasi

Pengukuran keseragaman irigasi sprinkler dengan menggunakan

persamaan |13| . Pengujian besarnya keseragaman dilakukan dengan menggunkan

data volume pada wadah penampung. Berikut ini adalah prosedur pengambilan

data untuk menguji keseragaman irigasi sprinkler:

 Wadah penampung (cup) diletakkan pada area irigasi dengan jarak antar

wadah 1 meter.

 Mesin pompa dihidupkan.

 Air curahan dibiarkan mengalir selama 5 menit. Selama proses irigasi

berlangsung, dilakukan pengukuran jarak lebar untuk masing-masing

(42)

26

 Setelah selesai dilakukan pengukuran volume air yang ditampung dalam

wadah menggunakan gelas ukur.

3.3.3.2. Analisis dan Evaluasi Rancang Sistem Irigasi Sprinkler

Analisis yang dilakukan adalah head loss yang terjadi dalam sistem

perpipaan, analisis hubungan tekanan operasi pompa dengan keseragaman irigasi,

jarak lemparan curahan air, dan tinggi riser serta model desain peletakkan

sprinkler, panjang maksimal pada pipa lateral dan pipa utama/manifold.

Dan selanjutnya data-data ini akan digunakan untuk memberikan masukan

dan batasan perancangan irigasi sprinkler jenis challenger jika sistem ini akan diterapkaan.

3.3.3.3. Tahapan Desain

Desain irigasi curah dilakukan dengan mengikuti diagram alir prosedur

desain seperti pada Gambar 4. Tahapan desain yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Menyusun rancangan pendahuluan, mencangkup pembuatan skema

tata letak (lay-out) serta penetapan jumlah dan luas-sub unit dan blok irigasi

b. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan mempertimbangkan

karakteristik hidrolika pipa dan spesifikasi sprinkler. Apabila

persyaratan hidrolika sub-unit tidak terpenuhi yaitu ∆H pada lateral

≤11% dari Ha, dan untuk ∆H pada manifold ≤9% dari Ha, alternatif

(43)

27

- Modifikasi tata letak

- Mengubah diameter pipa

- Mengganti spesifikasi sprinkler

c. Finalisasi (optimalisasi) tata letak.

d. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic head) dan

kapasitas sistem berdasarkan desain tata letak yang sudah final serta

dengan mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa yang

digunakan

e. Penentuan jenis dan ukuran pompa air beserta tenaga/mesin

penggeraknya.

Adapun jumlah dan spesifikasi sprinkler maupun jenis dan diameter pipa

yang sangat beragam, maka tahapan rancangan hidrolika sub unit harus dilakukan

(44)

28

Bagian 2. Hidrolika Pipa

Bagian 3. Pompa

Menyusun Nilai Faktor-faktor rancangan

Membuat skema lay out dan menetapkan luas sub unit dan blok irigai

Perhitungan rancangan hidrolik sub unit; 1. Lateral

a. Panjang

b. Jumlah emiter per paralel 2. Manifold

a. Panjang

b. Jumlah lateral per monifold

a. Modifikasi lay-out b. Ubah diameter pipa c. Ganti spesifikasi emiter

Finalisasi lay-out optimalisasi

Perhitungan TDH dan kapasitas sistem

Penentuan;

a. Jenis dan ukuran pipa

b. Jenis dan kekuatan tenaga penggerak

Bagian 1. Rancangan awal

(45)

49

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Luas lahah/blok yang teririgasi adalah 448 m2 , total sprinkler yang

digunakan 10 buah. Pipa lateral yang digunakan adalah pipa dengan

diameter dalam 13 mm (5 inchi) dan panjang pipa dari masing masing pipa

lateral 20 meter, pipa manifold yang digunakan adalah pipa dengan ukuran diameter dalam 19 mm (7,5 inchi) dengan panjang pipa 8 meter.

Pipa lateral dibuat menjadi dua jaringan, dan masing-masing jaringan pipa

lateral dipasang 5 buah sprinkler.

2. Terdapat perbedaan antara spesifikasi nozle dari pabrik pembuatan dengan

hasil penelitian. Spesifikasi yang dikeluarkan pabrik pembuat nozle jenis

challanger dengan tekanan 1-1,5 bar kapasitas debit sprinkler 0,03 liter/detik dengan radius curahan 4 meter. Dari hasil penelitian

menunjukkan debit sprinkler yang mampu dihasilkan maksimal adalah

sebesar 0,021 liter/detik dengan radius maksimal yang mampu dihasilkan

(46)

50

3. Radius curahan pada tekanan 1 bar terjauh sebesar 2,69 meter. dan

terpendek yaitu sebesar 2,20 meter. Radius curahan pada tekanan 1,5 bar

terjauh sebesar 3,19 meter dan yang terendah 2,44.

4. Debit curahan pada tekanan 1 bar terbesar 0,016 liter/detik. Terendah

sebesar 0,012 liter/detik. Pada tekanan 1,5 bar debit terbesar 0,021

liter/detik. Sedangkan yang terendah yaitu sebesar 0,014 liter/detik.

5. Laju penyiraman rata-rata pada jaringan irigasi sprinkler jenis challanger

adalah sepesar 0,07622 mm/jam pada tekanan 1 bar dan 0,089 mm/jam

pada tekanan 1,5 bar.

6. Tingkat keseragaman yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik,

karena diatas 85%. Besarnya tingkat keseragaman curahan dengan tekanan

1 bar adalah 82,9 %, pada tekanan 1,5 bar adalah 93,7 %.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui model

rancanganan yang pas untuk tiap-tiap jenis tanaman.

2. Perlu dilakukan analisa investasi pembuatan, pengoperasian dan perawatan

mengingat sistem jaringan irigasi curah (sprinkler) memiliki investasi yang

banyak diawal pembuatan.

3. Untuk mendapatkan keseragaman penyiraman dengan menggunkan sistem

(47)

DAFTAR PUSTAKA

James, G. Larry. 1988. Principles of Farm Irrigation System Design. New York. USA

Kartasapoetra, A. G. dan M. S. Mulyani. 1990. Teknologi Pengairan Pertanian. Bumi. Aksara. Jakarta

Kasiran. 2006. Teknologi Irigasi Tetes “RO DRIP” untuk Budidaya Tanaman

Sayuran di Lahan Kering Dataran Rendah. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 8 : 26-30

Keller, J. and D, R. Bliensner. 2000. Springkler and Trickle Irrigation. Blackburn Presss.

Kurnati, Evi.,. S. Bambang, dan T. Afrillia. 2007. Desain Jaringan Irigasi Curah (Sprinkler Irrigation) Pada Tanaman Anggrek. Jurnal Teknologi Pertanian, vol.8 (1) : 35-45

Mechram, S. 2008. Penetuan Head Loss Emitter Tipe Selang Kecil dari Bahan Lokal Sepanjang PipaLateral pada Sistem IrigasiTetes. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 : 114 – 120

Merkley, and Allen. 2004. Sprinkler & Trickle Irrigation Lecture Notes.state university

Prastowo, B. 1995. Kriteria Pengembangan Irigasi Sprinkler dan Drip. Fateta-IPB. Bogor

Suhardi. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius. yogyakarta.

Sularso, Haruo, Tahara. 2000. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakaian dan Pemeliharaan. PT Pradnyana Paramitha. Jakarta

(48)

52

Umar, S. 2012. Sistem Irigasi Tetes untuk Mengatasi Kekeringan dan

Meningkatkan Produktifitas Tanaman di Lahan Rawa. Jurnal Teknologi Pertanian vol.7: 42-49

Gambar

Tabel 1. Jarak Nozel Berdasarkan Curahan Air di Bawah Kecepatan Angin
Gambar 1. Nozel jenis challenger
Gambar 2. Skema Rancangan Irigasi Sprinkler
Gambar 3. Rancangan Bangun Sistem Irigasi Sprinkler
+2

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dilihat dari nilai kehilangan tekanan yang diperoleh pada pipa lateral dan pipa manipol menunjukkan bahwa jaringan pipa sub unit memenuhi persyaratan hidrolika karena

1) Emiter atau penetes, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah sekitar tanaman secara kontinu dengan debit rendah dan tekanan mendekati tekanan

Apabila dilihat dari nilai kehilangan tekanan yang diperoleh pada pipa lateral dan pipa manipol menunjukkan bahwa jaringan pipa sub unit memenuhi persyaratan hidrolika karena

1) Emiter atau penetes, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah sekitar tanaman secara kontinu dengan debit rendah dan tekanan mendekati tekanan

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM.. TIRTANADI

4 Layout sistem irigasi curah di Desa Tenilo, Gorontalo 10 5 Layout sistem irigasi curah di Desa Akar-Akar, Nusa Tenggara Barat 12 6 Hasil simulasi tekanan sprinkler

Hasil perhitungan secara teoritis dan simulasi CFD (Computational Fluid Dynamic) dengan variasi tekanan inlet dan variasi diameter outlet, maka dapat diperoleh

Apabila dilihat dari nilai kehilangan tekanan yang diperoleh pada pipa lateral dan pipa manipol menunjukkan bahwa jaringan pipa sub unit memenuhi persyaratan hidrolika karena