• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2013"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP

DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2013

Oleh

LAILI HASANAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

CORRELATION SHIFT WORK WITH OF SLEEP PATTERNS DISTURBANCE INSTALLATION PATTERNS IN WARD NURSE IN

ABDUL MOELOEK HOSPITAL BANDAR LAMPUNG

By

LAILI HASANAH

Shift work is a job that out of usual work hours. Shift work has some effects for the workers, there are physiological, pshycosocial, performance health, and safe work effects. This research is aimed to know the relation between shift work and sleep pattern disturbance in hospitalized instalation in Abdul Moeloek Hospital.

(3)

disturbance that mostly happen to the nurse are (84,3%) in shift and (15,6%) in non shift. From the analyzed data, p=0,434. So, there are no relation between shift work and sleep pattern disturbance.

(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD ABDUL

MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2013

Oleh

LAILI HASANAH

Shift kerja merupakan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa. Shift kerja mempunyai efek terhadap pekerja yaitu efek fisiologis, psikososial, kinerja, efek terhadap kesehatan, dan efek terhadap keselamatan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur pada perawat Instalasi Rawat Inap di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.

(5)

Hasil penelitian, di dapatkan data perawat yang bekerja shift 85%, dan yang non shift 15%. Shift kerja yang paling banyak menyebabkan gangguan pola tidur pada

pekerja adalah shift malam (75,8%), kemudian shift pagi (7,2%). Perawat shift yang mengalami gangguan pola tidur (84,3%) dan non shift 15,6%. Perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidur yang shift 91,7%, dan non shift. Dari hasil analisis data di dapatkan p=0,434 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara shift

Kerja dengan gangguan pola tidur.

(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………i

DAFTAR ISI……….ii

DAFTAR GAMBAR………iii

DAFTAR TABEL……….iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit ... 6

1.4.2 Manfaat Bagi Pekerja ... 7

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ... 7

1.5 Kerangka Penelitian ... 7

1.5.1 Kerangka Teori ... 7

1.5.2 Kerangka Konsep ... 9

1.6 Hipotesis Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat……….. ... 10

2.2 Shift Kerja……. ... 11

2.2.1 Definisi Shift Kerja ... 11

(9)

2.2.5 Shift Kerja dan Circadian rythm ( irama tubuh) ... 18

2.3 Tidur……… ... 20

2.3.1 Fungsi Tidur ... 22

2.3.2 Tahapan Tidur ... 23

2.3.3 Pola Tidur Normal ... 27

2.3.4 Gangguan Pola Tidur ... 32

BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Temapat dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1 Populasi… ... 37

3.3.2 Sampel…. ... 38

3.4 Variabel Penelitian ... 39

3.4.1 Variabel Bebas… ... 39

3.4.2 Variabel Terikat…. ... 39

3.5 Definisi Operasional ... 39

3.6 Cara Pengumpulan Data ... 40

3.6.1 Bahan…… ... 40

3.6.2 Alat…….. ... 41

3.6.3 Jenis Data ... 41

3.6.4 Cara Kerja ... 41

3.7 Alur Penelitian.. ... 42

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 43

3.8.1 Pengolahan Data ... 43

3.8.2 Analisis Data ... 44

(10)

4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit ... 45

4.1.2 Karakteristik Responden………...46

4.1.3 Analisis Univariat ... 48

4.1.4 Analisis Bivariat ... 50

4.2 Pembahasan.. ... 50

4.2.1 Analisis Univariat ... 54

4.2.2 Analisis Bivariat ... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 62

5.3 Saran ... 63

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Kerangka Teori………... 8

2. Kerangka Konsep………... 9

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Tabel Defenisi Operasional ……… 40

2. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Usia……… 46

3. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………….. 47

4. Tabel Distribusi Responden yang Mengalami Gangguan Pola Tidur Berdasarkan shift Kerja………...………. 47

5. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ……….. 48

6. Tabel Gambaran Shift Kerja Responden……… 49

7. Tabel Gambaran Gangguan Pola Tidur Responden……… 49

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang (Menkes RI, 2007). Kesehatan kerja merupakan ilmu dan penerapannya berkaitan dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 2003).

Semua pekerja mengharapkan kesehatan yang optimal supaya bisa bekerja sebagaimana mestinya untuk memberikan pelayanan yang baik dan hasil maksimal di tempat kerjanya. Hal ini dapat diwujudkan apabila suatu tempat kerja telah menerapkan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan baik dan benar. Tempat kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko diantaranya: faktor fisik, kimia, biologi dan ergonomi. Faktor

(14)

Menurut Kroemer & Grandjean (2005), semua negara industri sekarang ini melakukan produksi terus menerus sehingga waktu kerja bukan lagi menjadi masalah dalam suatu industri. Untuk melakukan hal ini para instansi atau perusahaan menerapkan sistem shift pada karyawannya. Shift kerja dapat didefenisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan terutama diluar jam normal. Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja bergilir diluar jam kerja normal baik itu bergilir atau berotasi dengan sifat kerja atau permanen.

Sistem shift kerja sendiri dapat berbeda antara instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift. Menurut periode shift kerja yang meliputi shift pagi, shift sore, dan shift malam. Dari pembagian ketiga shift kerja tersebut kerja shift malam merupakan resiko lebih tinggi. Menurut Mauritz (2008) pekerja shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cedera atau kecelakaan. Selain itu shift kerja malam dapat mengurangi kemampuan kerja,

meningkatnya kesalahan dan kecelakaan, menghambat hubungan sosial dan keluarga, adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, system syaraf, jantung dan pembuluh darah serta terganggunya waktu tidur. Hal ini bisa menyebabkan seseorang itu akan mengalami gangguan tidur. Dari hasil data penelitian setiap tahun di dunia, diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius (Primanda, 2009).

Shift kerja bisa berakibat fatal pada pekerja shift itu sendiri maupun orang lain.

(15)

30-40% kecelakaan truk terjadi akibat kantuk karena terganggunya waktu tidur, yakni pekerja itu akan mengalami gangguan pola tidur. Tidur merupakan aktivitas susunan syaraf pusat yang berperan sebagai lonceng biologis. Selain itu tidur juga merupakan proses aktivitas sinkronisasi bagian ventral dan medulla oblongata (Mardjono, 2007).

Manusia umunya melakukan aktivitas pada siang hari dan istirahat pada malam hari. Menurut Kroemer & Grandjean (2005) manusia mempuyai dua fase diantaranya fase ergotrofik yaitu diarahkan untuk kerja di siang hari dan fase trotropik yaitu sibuk dengan pemulihan dan penggantian energi pada malam hari. Kehidupan seperti ini sesuai dengan pola jam biologik yang di sebut dengan circadian rhytms. Bila jam kerja yang menggusur siang hari dan bekerja pada malam hari akan menggangu irama sirkadian dan homeostasis tidur (Torbdjron and Kenneth, 2009).

(16)

mementingkan faktor waktu (39,08%), kemudian tekanan stress (33,21%), dan terakhir tekanan mental (27,21%) dalam bekerja (Selvia, 2013).

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 mengatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Menkes RI, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa rumah sakit harus selalu beroperasi 24 jam. Selain itu rumah sakit juga diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik untuk masyarakat, dan perawat merupakan salah satunya tenaga medis di rumah sakit yang memberikan pelayanan untuk menunjang penyembuhan pasien (Selvia, 2013). Dengan pelayanan, dan dedikasi perawat yang di berikan kepada pasien perawat harus rela

melaksanan kerja secara shift, meskipun hal ini dapat menyebabkan gangguan tidur pada perawat itu sendiri.

(17)

Rumah Sakit Abdul Moeloek merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi pusat rujukan terbesar di Provinsi Lampung. Di mana selama 24 jam rumah sakit ini selalu ramai dengan pengunjung. Untuk menunjang kegiatan Rumah Sakit Abdul Moeloek peran perawat sangat dibutuhkan dalam waktu 24 jam. Instalasi Rawat Inap merupakan suatu bagian dirumah sakit yang digunakan untuk tempat asuhan keperawatan. Kegiatan asuhan keperawatan yang dilaksanakan tergantung dari kualitas dan kuantitas tenaga perawat yang bertugas selama 24 jam. Hal ini dilaksanakan oleh perawat dengan sistem kerja shift.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2013.

1.2Perumusan Masalah

(18)

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur pada perawat Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Abdul Moeloek 2013?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur pada perawat Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran sistem shift kerja pada perawat Instalasi Rawat Inap di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

b. Mengetahui gambaran gangguan pola tidur pada perawat shift Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar lampung.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit

(19)

1.4.2 Manfaat Bagi Pekerja

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman pekerja mengenai hubungan shift kerja yang diterapkan di rumah sakit dengan gangguan pola tidur.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan shift kerja dan gangguan pola tidur.

1.5 Kerangka Penelitian

1.5.1 Kerangka Teori

Gangguan pola tidur bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni : status kesehatan, lingkungan, kelelahan, pekerjaan, gaya hidup, strees, emosi, obat-obatan, alkohol, diet, merokok, motivasi. Dari beberapa faktor tersebut pekerjaan merupakan salah satu faktor yang sering

menyebabkan seseorang mengalami gangguan pola tidur, Hal ini karena adanya sistem shift kerja. Shift kerja merupakan jadwal jam kerja yang berada di luar jam normal yang biasanya dibagi menjadi tiga shift dalam 24 jam (sehari semalam) yakni shift pagi (07.00-14.00), siang (14.00-21.00), malam (21.00-07.00). Shift kerja dapat mempengaruhi pola tidur karena shift kerja akan ritme sirkadian seseorang yang bisa

(20)
[image:20.595.117.527.87.475.2]

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : Kuswadji (1997), Japardi (2002), Wijaya (2004) Shift Kerja

1. Shift pagi (07-14.00) 2. Shift siang (14.00-21.00 ) 3. Shift malam (21.00 - 07.00 )

Karakteristik Pekerja :

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Status kesehatan

4. Motivasi

5. Masa kerja

6. Status Perkawinan

Gaya Hidup :

1. Merokok

2. Konsumsi Alkohol

dan Kafein

3. Diet

4. Penggunaan obat-

obatan

Gangguan Pola tidur

(21)
[image:21.595.144.512.99.307.2]

1.5.2 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

1.6 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu adanya hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar lampung 2013.

1.Non shift 2.Shift Kerja:

 Pagi  Siang  Malam

  

Gangguan Pola Tidur Variable

Independent

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawat

Perawat merupakan salah satu tenaga medis di rumah sakit yang memberikan pelayanan untuk menunjang kesembuhan pasien, oleh sebab itu peran perawat di rumah sakit sangatlah dibutuhkan. Beradasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, definisi perawat adalah seseorang

yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seorang perawat dituntut untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Selvia,

2013).

Menurut Wijaya (2005) mengatakan bahwa perawat bertanggung jawab meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada upaya pelayanan kesehatan utama sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi

(23)

meningkat. Dalam pernyataan Alimul yang dikutip oleh Selvia (2013) Bahwa di dalam etika keperawatan terdapat beberapa unsur yang terkandung

didalamnya antara lain pengorbanan, dedikasi, pengabdian dan hubungan antara perawat dengan pasien, dokter, sejawat maupun diri sendiri (Selvia, 2013).

2.2 Shift Kerja

Dalam meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan sumber daya yang ada suatu Perusahaan atau instsansi biasaya menerapkan waktu kerja berlebih dan shift kerja. Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan pelayanan. Polisi dan rumah sakit benar-benar dibutuhkan untuk 24 jam /hari (Kuswadji, 1997)

2.2.1 Definisi Shift Kerja

Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja

(24)

ada pula defenisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji,1997).

2.2.2 Karakteristik dan Sistem Shift Kerja

Menurut Knauth dalam Kodrat 2009 terdapat 5 faktor shift kerja yaitu Jenis shift (pagi, siang, malam), panjang waktu tiap shift, waktu di mulai dan berakhir satu shift, distribusi waktu istirahat, dan arah transisi shift. Coleman (1995) membagi shift kerja menjadi 6 bentuk dasar :

a. Fixed shifts ( straight shift)

Setiap karyawan sudah mempunyai jam kerja tetap dan tidak bisa diubah

b. Rotating shifts

Karyawan secara bergiliran bekerja pada shift yang telah diatur

c. Oscilatting shifts

Satu kelompok karyawan mempunyai shift tetap dan kelompok sisa rotasi

d. Primary shifts

Setiap karyawan mempunyai shift tetap tetapi dapat dipindah sementara

e. Staggeret Shifts

Shift tetap dengan nomor waktu mulai dan nomor karyawan

f. Mixed Shifts

(25)

Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja shift. Ada dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari :

1. Shift permanen

Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.

2. Sistem Rotasi

Tenaga kerja bekerja tidak terus menerus di tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling mengganggu terhadap irama sirkadian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu yang panjang (Ramayuli, 2004).

Menurut Grandjean (2005) Shift kerja terdiri dari pagi, siang, malam dan setiap bagian mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada dua kelompok besar shift kerja, yaitu permanen dan rotasi. Namun demikian dipandang dari sudut kesehatan yang penting ialah apakah kerja mengandung unsur kerja malam atau tidak.

(26)

masing-masing shift, urutan rotasi shift, jangka daur shift dan keteraturan sistem shift (Kuswadji, 1997).

2.2.3 Pembagian Waktu Sistem Shift Kerja

Menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turut paling sedikit ada 3 jenis:

1. Continental Rota

Di Negara Eropa sistem continental rota sering dipakai dan dijadikan rekomendasi untuk shift kerja. Pada sistem ini pekerja bekerja

menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, malam, libur, libur). Pada sistem ini hari libur sabtu dan minggu akan terjadi setiap 4 minggu (Grandjean 2005).

2. Metropolitan Rota

Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, libur). Sistem ini hari libur sabtu dan minggu hanya terjadi sekali dalam 8 minggu. Itu saja terjadinya pada minggu ke 8 (Grandjean, 2005).

Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift, dan keteraturannya sistem shift dapat di bagi menjadi tiga yaitu : a. Sistem 3 shift biasa

(27)

dinas sore antara pukul 14-22 dan dinas malam antara pukul 22-6. Dinas pagi memungkinkan keluarga dapat berkumpul bersama pada malam harinya. Bila dinas pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan sangat melelahkan dan tidur malam menjadi lebih singkat. Dinas sore sangat tidak baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuk tidur sangat menguntungkan. Dinas malam lebih berdampak buruk dibandingkan dinas pagi dan sore, karena dinas malam dapat mengganggu tidur akibat berbagai sebab: bising di siang hari, tidur terputus karena harus makan siang, tidur terus sampai sore. Akibatnya meraka mengalami kelelahan karena tidur yang tidak pulas (Kuswadji, 1997).

b. Sistem Amerika

Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 8-16, dinas sore antara pukul 16-24 dan dinas malam antara pukul 24-8. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial, kesempatan tidur akan banyak terutama pada pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam seminggu (Kuswadji, 1997)

c. Sistem 12 -12

(28)

biasanya pulang kerumah dan tinggal bersama keluarga dipandang dari sudut kesehatan atau ergonomi bekerja menurut cara

demikian tidak baik. Namun beberapa perkecualian dapat dilakukan, misalnya bila pekerjaan ini tidak tertalu berat. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini, masing-masing shift baik siang atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari (Kuswadji, 1997).

Menurut International labour Organization 1983 dalam Kodrat 2009 sistem shift kerja terbagi :

1. Sistem 3 shift 4 kelompok (4x8 hours continous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam dan 1 kelompok istirahat. Sistem ini digunakan pada aktivitas terus menerus tanpa hari libur. Rotasi shift 2-3 hari.

2. Sistem 3 shift 3 kelompok (4x8 hours semi continous shift work), yaitu kelompok shift bekerja setiap 8 jam, pada akhir minggu libur. Rotasi shift 5 hari.

2.2.4 Efek Shift Kerja

a. Shift kerja mempunyai dampak bagi pekerja yaitu :

1.Job Performance

(29)

2. Job related Attitude

Karyawan yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi.

3. Personal Health

Pekerjaan yang menggunakan sistem shift dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan mental, karena situasi dan kondisi pada setiap shift berbeda. Pekerja harus menyesuaikan kondisi fisik setiap kali bekerja di shift yang berbeda.

4. Social and Domestic factors

Pembagian shift kerja dapat menyebabkan pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita akan mengalami kesulitan dalam membagi waktu bersosialisasi, berkomunikasi dengan anggota keluarga lain dan melakukan aktivitas religious.

b. Menurut Fish yang dikutip oleh kodrat 2009 Efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu :

1. Efek fsiologis, berpengaruh terhadap :

a. Kualitas tidur perlu dijaga untuk menebus kurang tidur akibat kerja malam

b. Kapasitas fisik kerja yang menurun akibatnya perasaan mengantuk dan lelah

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan 2. Efek psikososial

(30)

untuk berinteraksi dengan teman, menganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Demikian pula adanya pandangan di suatau daerah membenarkan wanita bekerja pada malam hari

mengakibatkan tersisih dari masyarakat. 3. Efek Kinerja

Dalam melakukan shift kerja malam dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja dari pekerja. Hal ini karena dipengaruhi dari efek fisiologis dan psikososial.

4. Efek terhadap kesehatan

Efek shift kerja bisa mengakibatkan gangguan sistem pencernaan seperti dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun. Selain itu efek shift kerja terhadap kesehatan adalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin pada penderita diabetes.

5. Efek terhadap keselamatan kerja

2.2.5 Shift Kerja dan Circadian Rhytm (Irama Tubuh)

Tubuh mempunyai irama sirkadian, dalam kedaan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur bangun dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas, siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut

(31)

Menururt Kuswadji (1997) masing-masing orang mempunyai jam biologis sendiri-sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti:

a. Perubahan antara gelap dan terang b. Kontak sosial

c. Jadwal Kerja d. Adanya Jam weker

Fungsi tubuh yang sangat dipengaruhi oleh circadian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, proses metabolisme, suhu tubuh, denyut jantung dan tekanan darah. Setiap siang hari meningkat dan pada malam hari menurun.

Menurut Singleton dalam Kodrat (2009) jika tubuh bergerak selama 24 jam, akan mengalami fluktuasi dalam hal-hal tertentu seperti temperatur, kemampuan untuk bangun, aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon. Aktivitas tubuh ini dikenal dengan circadian rhythm. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan

maksimum dan maksimum terjadi pada shift malam.

(32)

yang sama. Umumya semua fungsi tubuh meningkat pada siang hari, mulai melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan. Fenomena ini disebut dengan irama kehidupan (circadian rhythm) (Kodrat, 2009).

Menurut beberapa peneliti menyatakan bahwa shift kerja dapat mempengaruhi irama sirkadian tubuh. Hal ini dapat dilihat dari waktu pembagian shift kerja ada yang pagi, siang, malam, dan shift kerja malam yang paling berpengaruh terhadap irama sirkadian dan kesehatan tubuh (Kodrat, 2009).

Menurut Kuswadji (1997) menyatakan bahwa 60%-80% pekerja shift akan mengalami gangguan tidur. Pekerja yang melakukan shift kerja satu kali saja maka secara bertahap circadian rhytms akan kembali seperti semula, namun bila shift kerja dilakukan menetap circadian rhytms tidak akan kembali ke irama semula. Akibatnya pola tidur terganggu (Wijaya, 2005).

2.3 Tidur

(33)

kesadaran terhadap rangsangan sekitar yang di bedakan dengan koma (Primanda, 2009).

Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar lainnya adalah pada keadaan tidur siklusnya dapat diprediksi dan kurang respons terhadap rangsangan eksternal. Otak berangsur-angsur menjadi kurang responsif terhadap rangsang visual, auditori dan rangsangan lingkungan lainnya. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensorik walaupun mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi keadaan tidur (Riadi, A dkk, 2010).

Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar yang fisiologis. Tidur suatu kegiatan yang relatif tanpa sadar yang penuh, pada saat tidur seseorang akan merasakan ketenangan tanpa kegiatan. Hal ini merupakan kegiatan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan jasmaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2004).

Menurut Japardi (2002) semua makhluk hidup di muka bumi ini mempunyai circadian rhytms atau sering disebut dengan irama biologis yang sesuai

(34)

oblongata bagian rostal sebagai pusat penggugah atau aerosol state (Japardi, 2002).

2.3.1 Fungsi Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, dimana ketika seseorang yang tidur akan mengalami perubahan status kesadaran dalam periode tertentu. Pendapat dari beberapa ahli mengatakan bahwa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga hal ini karena tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode terjaganya (Potter, 2005).

Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di antara berbagai jaringan otak (Guyton, 2008).

Tidur juga mempunyai banyak fungsi. Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. Dalam The World Book Encyclopedia, dikatakan tidur dapat memulihkan energi kepada tubuh khusunya kepada otak dan system syaraf (Purwanto, 2008).

(35)

pertama efek pada sitem syarafnya sendiri dan kedua efek pada sistem fungsional tubuh lainnya (Guyton, 2008).

2.3.2 Tahapan Tidur

Tidur adalah suatu proses aktif yang terdiri dari periode-periode tidur gelombang lambat dan paradoksikal yang berselang seling (Sherwood, 2001). Terdapat berbagai tahap dalam waktu tidur, dari tidur yang ringan, sampai tidur yang sangat dalam, tidur di bagi menjadi 2 tipe yaitu:

1. Tidur NREM (Non rapid eye movement)

Tidur jenis ini disebut juga tidur gelombang lambat yang

berlangsung dalam empat stadium, masing-masing memperlihatkan gelombang Elektroensefalogram (EEG) yang semakin lama semakin lambat dengan amplitudo yang semakin besar (karena itu disebut

tidur “gelombang lambat”) biasanya persentase tidur seseorang 80%

adalah tidur NREM.

Tidur tahap ini begitu tenang dan dapat dihubungkan dengan

(36)

pernapasan, tekanan darah mengalami penurunan yang ringan, pada tidur ini seseorang mudah dibangunkan (Sherwood, 2001).

Menurut Japardi (2002) tidur NREM di bagi dala 4 stadium yaitu : a. Tidur stadium satu

Fase ini merupakan fase antara terjaga dan awal tidur. Fase ini juga didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri. Waktu dari fase ini hanya berjalan cukup singkat yakni sekitar 3-5 menit dan mudah sekali untuk dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang-kadang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak di dapatkan adanya gelombang sleep spindle dan komplek K.

a. Tidur stadium dua

Di dalam fase ini akan didapatkan bola mata sudah berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari fase yang pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Tampak adanya gelombang sleep spindle, gelombang vortex, F dan gelombang K.

b. Tidur stadium tiga

(37)

c.Tidur stadium empat.

Fase ini merupakan fase tidur yang dalam serta susah dibangunkan. Gambaran EEG di dominasi oleh gelombang delta sampai 50% dan tampak adanya gelombang sleep spindle.

2. Tidur REM (Rapid eye movement)

Tidur REM ini disebut juga tidur paradoksikal, atau tidur

desinkronisasi, dimana sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM yang berlangsung 5 sampai 30 menit biasanya muncul rata-rata 90 menit. Bila seseorang sangat mengantuk, setiap tidur REM

berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya, sewaktu orang menjadi semakin lebih nyenyak sepanjang malamnya, durasi tidur REM juga semakin lama.

Terdapat beberapa hal yang sangat penting dalam tidur REM :

a. Tidur REM biasnya disertai mimpi yang aktif dan pergerakan otot tubuh yang aktif.

b. Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik selama tidur gelombang lambat, namun orang-orang terbangun secara spontan di pagi hari sewaktu episode tidur REM.

c. Tonus otot di seluruh tubuh sangat berkurang, dan ini

(38)

d. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya menjadi irreguler, dan ini merupakan sifat dari keadaan tidur dengan mimpi.

e. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih timbul pergerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khusunya mencakup pergerakan mata yang cepat.

f. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme di seluruh otak meningkat sebanyak 20%. Pada elektroensefalogram (EEG) terlihat pola gelombang otak yang serupa dengan yantg terjadi selama keadaan siaga. Tidur tipe ini disebut juga tidur paradoksikal karena hal ini bersifat paradoks, yaitu seseorang

dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya meningkat. (Guyton, 2008).

(39)

2.3.3 Pola Tidur Normal

Dalam sebuah penelitian menjelaskan apabila dilihat dari usia individu seorang bayi normal membutuhkan waktu tidur selama 16-18 jam sehari. Berbeda dengan manusia dewasa normal yang rata-rata membutuhkan waktu tidur antara 7-8 jam sehari. Pada orang yang berusia diatas 60 tahun, kebutuhan tidurnya akan berkurang 4-6 jam dalam seharinya. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kualitas tidur seseorang tidak selamanya tergantung dari lamanya waktu yang dihabisakan untuk tidur, akan tetapi dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional. Tidur yang berkualitas tinggi adalah tidur yang nyenyak, tidak terlalu sering terbangun di tengah malam, dan apabila terbangun akan mudah untuk tertidur kembali serta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti (Handayani, 2008).

Tidur dengan pola yang teratur juga akan sangat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Menurut (Kozier, 2004) mengatakan bahwa tidur dengan pola teratur ternyata lebih penting dari jumlah jam tidur itu sendiri, pada beberapa orang merasa dengan waktu tidur selama 5 jam saja sudah cukup pada setiap malamnya.

(40)

(Kozier, 2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yaitu :

a. Penyakit / Status Kesehatan

Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sakit akan membutuhkan waktu tidur lebih lama dari pada keadaan normal. Orang yang sakit juga sering mengalami tidur terganggu karena rasa nyeri yang dirasakannya, misalnya nyeri akibat luka dan sebagainya.

b. Lingkungan

Lingkungan bisa mempengaruhi kualitas dan kuantitsa tidur. Karena Lingkungan dapat mendukung dan menghambat tidur. Temperatur, ventilasi, penerangan ruangan, dan kondisi kebisingan Sangat mempengaruhi tidur seseorang.

c. Kelelahan

Kelelahan bisa mempengaruhi pola tidur seseorang baik itu tidur REM maupun NREM. Semakin lelah seseorang maka akan meyebabkan semakin pendek waktu tidur REM.

d. Gaya hidup

Seseorang yang mempunyai kebisaan beraktivitas malam hari bisa membuat pola tidurnya terganggu. Hal ini dapat dilihat pada pekerja shift misalnya, orang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus

mengatur kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat.

(41)

e. Stress Emosi

Depresi dan kecemasan sering menganggu tidur. Seseorang yang dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur. Kecemasan akan meningkatkan kadar neuropinephrin dalam darah yang merangsang sistem saraf simpatetik. Perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya tahap IV REM dan tidur REM. f. Obat-obatan dan Alkohol

Ada beberapa obat yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitasa tidur seseorang, misalnya obat yang mengandung diuretik dapat menyebabkan insomnia, anti depresan akan mensupresi REM. Orang minum alkohol juga banyak mengalami gangguan tidur.

g. Diet

Diet merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tidur seseorang. Ada beberapa makanan yang bisa mempengaruhi kuantitas tidur seseorang seperti makanan yang mengandung L-tropthopan yang terkandung pada susu dan keju dapat mempermudah seseorang untuk tidur. Akan tetapi tidak semua diet berpengaruh positif untuk pola tidur, seperti mengkonsumsi alkohol dan kafein bisa

menyebabkan seseorang akan sulit memulai tidur, terbangun pada malam hari, dan mengalami kesulitan bangun pada pagi hari h. Merokok

(42)

tidur dibandingkan dengan yang tidak perokok. Dengan menahan untuk tidak merokok setelah makan orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok.

i. Motivasi

Motivasi dalam diri seseorang akan mempengaruhi tidurnya juga. Orang yang mempunyai keinginan untuk tetap terjaga sering kali berpengaruh terhadap tidur nya .

j. Usia Pekerja

Faktor usia dan masa kerja dapat mempengaruhi pola tidur. Semakin tua usia seseorang, semakin sulit untuk beradapatasi terhadap kerja malam, selain mereka juga cepat lelah dan tidak dapat menikmati tidur yang panjang karena sangat mudah terganggu dalam tidurnya. Oleh sebab itu, pekerja yang berumur kurang dari 25 tahun atau lebih dari 50 tahun sebaiknya tidak bekerja shift, terutama shift malam (Garandjean, 1998; Alawiyyah, 2009).

(43)

yang timbul pada usia tersebut, hal ini diduga dapat menyebabkan gangguan pada pola tidur pekerja (Garandjean, 1998; Alawiyyah, 2009).

k. Jenis Kelamin

Perempuan lebih sering mengalami gangguan tidur dari pada laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alawiyyah 2009 disalah satu rumah sakit di Jakarta bahwa dari 41 pekerja 13 laki-laki 5 (12%) diantaranya mengalami gangguan tidur dan 28 perempuan 17 (41%) diantaranya mengalami gangguan tidur juga. Menurut Hestiantoro selaku staf bagain obsetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, gangguan tidur lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki, penyebab gangguan tidur pada perempuan antara lain :

1. Stress Psikis

Secara satistik 34% kaum perempuan lebih sering mengalami gangguan tidur jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 22% yang mengalaminya. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena perempuan merupakan pribadi yang lebih sensitif. 2. Gangguan Mitra Tidur

(44)

3. Masalah Haid

Gangguan tidur terjadi pada saat hormon progesteron mengalami penurunan. Yaitu beberapa hari menjelang datangnya mensturasi (hari ke 22-28 dari siklus haid)

4. Masalah Kehamilan

Pada kehamilan 7-9 bulan biasanya perempuan akan mengalami gangguan tidur. Berdasarkan data statistik sekitar 97% perempuan akan lebih sering terbangun pada tengah malam dan sukar untuk tertidur kembali, dan sekitar 30% perempuan yang tidak pernah mendengkur akan tidur dengan mendengkur (Handayani, 2008 ; Alawiyyah, 2009).

2.3.4 Gangguan Pola Tidur

Gangguan pola tidur merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami resiko perubahan jumlah dan kualitas istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan (Japardi, 2002).

(45)

kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup (Japardi, 2002).

Menurut data Internasional of Sleep Disorder, pervalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut : penyakit asma (61-74%), gangguan pusat pernafasan (40-50%), sindroma kaki gelisah (5-15%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological ((5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65%), demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%) obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus, (< 1%), narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%) (Japardi, 2002).

Klasifikasi gangguan tidur menurut Internasional Classification of Sleep Disorder yaitu:

a. Dissomnia

 Gangguan tidur intrinsik

Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindrom kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilsasi post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), dan idiopatik.

 Gangguan tidur ekstrintik

Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant.

(46)

Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindromja fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.

b. Parasomnia

 Gangguan aurosal

Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur terror, aurosal konfisional.  Gangguan antara bangun-tidur

Gerak tiba-tiba, tidur berbicara, kram kaki, gangguan gerak berirama

 Berhubungann dengan fase REM

Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest

 Parasomnia lain-lainnya

Bruxism (otot rahang, mengeram), mengompol, sukar menelan, distonia paroksimal.

c. Gangguan tidur berhubungan dengan ganguan kesehatan/psikiatri  Gangguan mental

Pikosis, anxietas, gangguan efektif, panik (nyeri hebat), alkohol.  Berhubungan dengan kondisi kesehatan

Penyakit degeneratif (demensia, Parkinson, multiple sklerosis), epilepsy, status epilepsy, nyeri kepala, Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gillesde-la tourette sindroma.

(47)

Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikum, sindroma fibrosis, refluks gastrointestinal, penyakit paru obstruksi kronik ( PPOK) d. Gangguan tidur yang tidak terklasifikasi

Gangguan tidur yang umum terjadi : 1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupaun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemukan pada orang dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti rasa gundah atau gelisah. Insomnia dibagi menjadi tiga macam yaitu:

 Insomnia inisial yaitu kesulitan untuk memulai tidur  Insomnia intermiten yiatu ketidakmampuan untuk tetap

mempertahankan tidur sebab sering terbangun

 Insomnia terminal yaitu bangun lebih awal tetapi sulit untuk tidur kembali

2. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa turunuan insomnia antara lain sering terjaga, gangguan transisi bangun tidur, parasomnia yang terkait tidur REM, dan gangguan yang lainnya.

3. Hipersomnia

(48)

disebabkan oleh kondisi tertentu seperti kerusakan pada syaraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya hipotiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga

sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pasti pada

gangguan tidur ini belum diketrahui, diduga karena kerusakan genetik sistem syaraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM untuk alternatif dari percobaan ini

5. Apnea saat tidur

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional design yang bertujuan untuk menganalisis adanya hubungan antar variabel dimana dalam hal ini variabel penelitian adalah shift kerja dan gangguan pola tidur perawat. Pengukuran dan pengambilan variabel dilakukan pada satu saat yang bersamaan (Dahlan, 2010).

3.2Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung. Pengambilan data dimulai dari November hingga Desember 2013, sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(50)

3.3.2 Sampel

Perawat yang bekerja shift di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung dengan memberi kuesioner pada perawat sebagai data primer dan juga melalui sekunder untuk mendapatkan data shift kerja perawat serta data profil RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.

a. Kriteria Insklusi

1. Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

2. Masa kerja lebih dari satu tahun 3. Sedang bekerja saat penelitian 4. Sehat

5. Perawat berumur 25-50 tahun

6. Bersedia menjadi subyek penelitian dengan mengisi informed consent yang telah disediakan

b. Kriteria Eksklusi

Responden yang tidak mengisi dengan lengkap lembar kuesioner yang telah disediakan.

c. Besar Sampel

(51)

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan (0,05)

= 153 sampel

3.4Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas (dependent variable)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah shift kerja 3.4.2 Variabel terikat (independent variable)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah gangguan pola tidur pada perawat kerja shift di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.

3.5Definisi Operasional

(52)
[image:52.595.110.557.115.545.2]

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat

Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Pola tidur Terganggunya Ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu sesuai aktivitas. Perubahan pola tidur ini dilihat dari segi kualitas dan kuantitas tidur. Kualitas tidur adalah nyenyak atau tidaknya tidur seseorang.

Kuantitas tidur adalah lamanya seseorang untuk tidur selama 24 jam (dalam satu hari) (Handayani, 2008; Alawiyyah, 2009)

Kuesioner Wawancara dengan pekerja 1.Tidak adagangguan <16 2.Ada gangguan>16 Ordinal

2 Shift Kerja

Kerjabergilir yang dilakukandiluar jam kerja normal

(Kuswajdi,1997)

Kuesioner Wawancara dengan pekerja dan pihak pengelola rumah sakit 1.Shift (pagi,siang, malam) 2. non shift

Ordinal

3.6 Cara Pengumpulan Data 3.6.1 Bahan

(53)

3.6.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kuesioner. Pada penelitian ini digunakan instrumen

kuesioner.Kuesior gangguan tidur untuk memeriksa gangguan tidur yang terdiri dari pertanyaan yang menggambarkan keluhan dan gejala gangguan tidur yang tersusun berdasarkan teori prinz dkk. Dalam Kuswadji, 1997 dan Arifin dalam Wijaya (2006). Kuisioner ini diuji dengan menggunakan metode uji terpakai. Hasil dari kuesioner yaitu :

Normal: 1-16 Ringan: 17-32 Sedang: 33-48 Berat: 49-64 3.6.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh secara langsung dari seluruh perawat dengan menggunakan alat ukur yang berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden, dan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan, dan laporan dari rumah sakit, seperti jadwal shift kerja perawat dan data profil di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.

3.6.4 Cara Kerja

(54)

berjalannya pengambilan data dan penelitian. Kuesioner dibagikan, kemudian dikumpulkan segera setelah diisikan.

[image:54.595.118.457.166.554.2]

3.7Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Pembuatan Proposal,Pengambil

an data perawat di RSUD Abdul Moeloek, Perizinan 1. Tahap Persiapan

Pengisian informed consent 2. Tahap Pelaksanaan

Pengisian kuisioner, dan wawancara

Pencatatan

Analisis dengan software pengolah

data statistik 3. Tahap

(55)

3.8.Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Pengolahan data

Kuesioner yang telah diisi oleh responden, dalam hal ini adalah seluruh Perawat, dikumpulkan kemudian di periksa kelengkapannya, di entry dan diolah dengan sistem komputerisasi dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing, yaitu kegiatan untuk melihat dan memeriksa kelengakapan dan ketepatan data, jelasnya jawaban yang ada di kuesioner, serta relevan dan konsisten.

b. Coding, yaitu kegiatan untuk mengkode jawaban huruf ke dalam bentuk angka.

c. Processing, yaitu kegiatan untuk memproses data yang dilakukan dengan cara melakukan entry data dari kuesioner ke program computer.

d. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Manajemen data, yaitu proses memanipulasi atau merubah bentuk data.

(56)

3.8.2 Analisis Data

Analisis yang dilakukan untuk tujuan melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap setiap variabel independen dan dependen yang dikehendaki dari tabel distribusi.

Analisis data terdiri dari : a. Univariat

Analisis yang digunakan dengan menjelaskan secara deskriftif untuk melihat distribusi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen dengan kata lain, untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur pada perawat di rumah sakit.

b. Bivariat

Analisis bivariat adalah untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur pada perawat di rumah sakit. Analsis ini dilakukan dengan uji statistik Chi square dengan uji alternatif Fisher.

3.9 Ethical Clereance

(57)
(58)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Perawat Instalasi Rawat Inap yang bekerja shift 85%, dan non shift 15%. Shift kerja yang ada di RSUD Abdul Moloek Bandar Lampung terdiri

dari 3 shift yaitu pagi (07.30-14.00), shift sore (14.00-21.00), dan shift malam (21.00-07.30).

b. Perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung yang mengalami gangguan pola tidur pada 92,2%, dan perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidur 7,8%.

(59)

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian yang dimilki dalam penelitian ini maka dapat direkomendasikan hal-hal berikut :

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada perawat pekerja shift yang mengalami gangguan pola tidur. Rumah sakit diharapkan meninjau kembali jadwal shift kerja untuk menjaga kesegaran dan kewaspadaan saat bekerja dengan demikian kualitas pekerjaan juga diharapkan tetap terjaga.

b. Bagi perawat

Perawat disarankan untuk menjaga jadwal tidur seperti biasa. Tidur di tempat yang sejuk (dingin) dapat mempertahankan tidur. Selanjutnya perawat juga disarankan untuk istirahat sebelum bekerja shift malam agar dapat bekerja secara optimal.

c. Bagi Peneliti

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pekerja Shift di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. (Skripsi). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia : Depok.

Alawiyyah,T. 2009. Gambaran Pola Tidur Pada Perawat di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 (Skripsi). Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Dahlan, S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Guyton dan Hall. 2008. Aktivitas Otak Tidur,Gelombang Otak, Epilepsi, Psikosis.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. Hal 777

Handayani, 2008. P. Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Pola Tidur Pekerja di Bagian Produksi PT. Enka Parahiyangan (Skripsi). Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta

ILO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety, International New York Labour Office, Geneva, 1983, Vol. II.

Japardi, 2002. Gangguan tidur.Usu digital library. Tufts U.19 Maret 2011. http://respiratoty usu.ac.id/ 12345678/19481/bedah iskandar %20japardi2.pdf

(61)

Kodrat, K.Y. 2009. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Terjadinya Kelelahan pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT x Labuhan Batu, ( Tesis). Universitas Sumatra Utara: Medan.

Kozier. 2004. Pundamental of nursing: Concepts, Process and Practice. New Yersey. Person Prectice hall.

Kuswadji, S.1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran, No. 116/1997, 52-48.

Mardjono, M. 2008. Kesadaran dan Fungsi Luhur. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat Jakarta. Hal 183.

Mauritz, L.S., Ima,D.W. 2008. Faktor dan penjadwlan shift kerja. Teknoin Volume 13, No 2, Desember 2008, 11 -12 ISSN :0853-896.

Menkes, RI. 2010. Peraturan Menkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat.

Menkes, RI. 2007. Peraturan Menkes RI No, 432/ MENKES/ SK/IV / 2007 / Tentang Pedoman Menajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3) di Rumah Sakit .

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Primanda,Y. 2009. Pengaruh Ekstrak Valerian Terhadap Waktu Tidur Mencit

BALB/C (Skirpsi). Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.

Perry Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. EGC : Jakarta.

Purwanto, S. 2008. Mengatasi insomnia dengan terapi relaksasin. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 141-148.tufts u.5 oktober 2013.

Ramayuli, S. 2004. Hubungan Faktor Individu dan Shift Kerja Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan di PT. INDOFOOD Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004 (Skripsi). FKM-USU: Medan.

(62)

Safitrie, A. 2013. Studi Komparatif Kualitas Tidur Perwat Shift dan Non Shift di Unit Rawat Inap dan Unit Rawat Jalan. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro : Semarang.

Selvia, N. 2013. Perbedaan stress kerja ditinjau dari shift kerja pada perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal psikologi,vol 2 No, 01 Februari 2013. Fakultas psikologi universitas Airlangga.Surabaya

Sherwood, Laurell. 2001. Tidur adalah suatu proeses aktif yang terdiri dari periode- periode tidur Gelombang lambat dan paradoksal yang beselang –seling.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sisitem .Edisi 2.EGC. Jakarta.Hal 137

Simanjuntak, R.A, & Situmorang, D.A. 2010. Analisis pengaruh shift kerja terhadap beban kerja mental dengan metode subjective workload assessment technique (swat). Jurnal Teknologi, Volume 3, No1, 53-60.

Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Torbdjron & Knetth. 2009. Sleep Loss and Fatigue In Shift Work Disorder. Sleep Med Clin 2009 june.1:4(2):257-271.doi: 1016/j.jsmc.03.001. tufts U. Oktober 2013.

Wicaksono. Dw. 2013. Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Fakultas keperawatan Universitas Airlangga: Surabaya

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Gambar 3.1 Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan menyebarkan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) kepada 30 orang perawat

Ada banyak faktor yang menyebabkan permasalahan-permasalahan tersebut mulai dari lemahnya penegakan hukum, rumah sakit yang lebih berorientasi bisnis daripada sebagai lembaga

Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja di suatu rumah sakit yang lebih dikenal dengan istilah shift

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari shift kerja terhadap gangguan tidur dan gangguan lain yang menyertai yang terjadi pada perawat pekerja

Tujuan umum dilakukan penelitian ini yaitu guna mengetahui hubungan Shift Kerja dengan Kejadian Burnout pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Mulia Bekasi

Studi Interaksi Obat Kemoterapi dengan Obat Penunjangnya pada Protokol Kemoterapi Kanker Anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais.. Indonesian Journal

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perawat shift malam di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Bojonegoro tahun 2019 tentang kinerja perawat dengan menggunakan

Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini ialah mengetahui adanya hubungan antara stres kerja shift malam dan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Wava