PENGARUH ASAM SITRAT, ALUMINIUM DAN INTERAKSINYA TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max (L)
Merill) VARIETAS ANJASMORO
Oleh Radella Hervidea
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari asam sitrat, aluminium
dan interaksinya terhadap pertumbuhan kecambah kedelai (Glycine max (L)
Merril) varietas Anjasmoro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada Januari 2016 dalam percobaan faktorial 2 x 3. Faktor A adalah aluminium dengan 2 taraf konsentrasi : 0 mM dan 5 mM. Faktor B adalah asam sitrat dengan 3 taraf konsentrasi : 0 mM, 5 mM dan 10 mM. Variabel dalam penelitian ini adalah berat segar kecambah, berat kering kecambah, kadar air relatif , kandungan klorofil a, b, total, rasio klorofil b/a dan kandungan
karbohidrat terlarut. Data dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika interaksi
tidak nyata maka dilanjutkan dengan penentuan main effect faktor A atau faktor B
dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Jika interaksi antara faktor A dan faktor B
nyata maka dilanjutkan dengan penentuan simple effect dengan uji F pada taraf
nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam sitrat menurunkan berat segar, berat kering, kadar air relatif, klorofil b dan karbohidrat terlarut total, sedangkan aluminium hanya menurunkan kadar air relatif dan interaksi antara asam sitrat dan aluminium mempengaruhi kandungan klorofil a, klorofil total dan rasio klorofil b/a. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa asam sitrat tidak dapat meningkatkan pertumbuhan kecambah kedelai varietas Anjasmoro baik dalam cekaman aluminium atau tanpa cekaman aluminium.
PENGARUH ASAM SITRAT, ALUMINIUM DAN INTERAKSINYA TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max (L)
Merill) VARIETAS ANJASMORO (Skripsi)
Oleh
RADELLA HERVIDEA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH ASAM SITRAT, ALUMINIUM DAN INTERAKSINYA TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max (L)
Merill) VARIETAS ANJASMORO
Oleh Radella Hervidea
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari asam sitrat, aluminium
dan interaksinya terhadap pertumbuhan kecambah kedelai (Glycine max (L)
Merril) varietas Anjasmoro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada Januari 2016 dalam percobaan faktorial 2 x 3. Faktor A adalah aluminium dengan 2 taraf konsentrasi : 0 mM dan 5 mM. Faktor B adalah asam sitrat dengan 3 taraf konsentrasi : 0 mM, 5 mM dan 10 mM. Variabel dalam penelitian ini adalah berat segar kecambah, berat kering kecambah, kadar air relatif , kandungan klorofil a, b, total, rasio klorofil b/a dan kandungan
karbohidrat terlarut. Data dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika interaksi
tidak nyata maka dilanjutkan dengan penentuan main effect faktor A atau faktor B
dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Jika interaksi antara faktor A dan faktor B
nyata maka dilanjutkan dengan penentuan simple effect dengan uji F pada taraf
nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam sitrat menurunkan berat segar, berat kering, kadar air relatif, klorofil b dan karbohidrat terlarut total, sedangkan aluminium hanya menurunkan kadar air relatif dan interaksi antara asam sitrat dan aluminium mempengaruhi kandungan klorofil a, klorofil total dan rasio klorofil b/a. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa asam sitrat tidak dapat meningkatkan pertumbuhan kecambah kedelai varietas Anjasmoro baik dalam cekaman aluminium atau tanpa cekaman aluminium.
PENGARUH ASAM SITRAT, ALUMINIUM DAN INTERAKSINYA
TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max (L)
Merill) VARIETAS ANJASMORO
Oleh
RADELLA HERVIDEA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Radella Hervidea anak pertama dari dua bersaudara
oleh pasangan Bapak Herliaman dan Ibu Erviza Fauzia yang dilahirkan di Gadingrejo pada tanggal 07 Desember 1994.
Penulis mengawali pendidikannya dari Taman Kanak-kanak Pertiwi Gadingrejo pada tahun 1998. Dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah Dasar Negeri
07 Gadingrejo pada tahun 2000. Setelah menamatkan pendidikan sekolah dasarnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 1 Gadingrejo pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Gadingrejo pada tahun 2009. Penulis terdaftar menjadi mahasiswi jurusan
Biologi FMIPA Unila di tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mendapatkan beasiswa ditahun 2015. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan (SPT). Selain itu penulis aktif dalam berorganisasi dan pernah menjadi anggota bidang Kominfo di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Juli-September 2016 di
bulan September- November 2016, penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultur (BPSB TPH) Provinsi Lampung dengan judul “Pengujian Standar Mutu Benih Kedelai Varietas Burangrang, Grobogan, Anjasmoro, Dering dan Argomulyo”
Ilmu yang didapatkan selama Kerja Praktik dilanjutkan dalam suatu penelitian dan menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi pada tanggal 21 April 2016 dengan judul “Pengaruh Asam Sitrat, Aluminium dan Interaksinya terhadap
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT
Kupersembahkan karya ini dengan kesungguhan hati
kepada:
Papa dan Mama yang menjadi penyemangat hidupku, selalu
memanjatkan do’a disetiap suj
udnya demi keberhasilan
putrinya
Adik dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberi
semangat dan dukungan disetiap langkahku untuk
menyelesaikan studi
Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu kepadaku
dengan tulus ikhlas
Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan menemani
disaat suka dan duka
MOTTO
“Sesuatu yang belum dikerjakan, sekalipun tampak
mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil
melakukannya dengan baik.” (Evelyn Underhill)
“Jika anda jatuh ribuan kali, berdirilah jutaan kali
karena anda tidak tahu seberapa dekat anda dengan
kesuksesan.”
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan
orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka
dengan keberhasilan saat mereka menyerah.”
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Asam Sitrat, Aluminium dan Interaksinya terhadap
Pertumbuhan Kecambah Kedelai (Glycine Max(L) Merill) Varietas Anjasmoro”
Skripsi ini merupakan salah satu hasil yang didapat penulis selama melaksanakan
penelitian di Labiratorium Fisiologi Tumbuhan. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada :
1. Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc., selaku Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan ide, saran, kritik, arahan dan
bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran selama penulis melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P., selaku Pembimbing II yang telah
dengan sabar membimbing, memberi perhatian, membagi ilmu serta membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S., selaku Pembahas yang telah
banyak memberikan saran, bimbingan dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Sri Muwarni, M.Sc., selaku pembimbing akademik atas
bimbingannya kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan
5. Kepala Laboratorium Botani yang telah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian.
6. Bapak Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan memberikan ilmu selama pelaksanaan studi di Jurusan Biologi.
7. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
9. Papa Herliaman , Mama Erviza Fauzia dan Adik Movan Bagaskara yang
tak henti memberikan do’a, kasih sayangnya, bantuan baik moril maupun
materil, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Pakde Andre Djatmiko, Bude Firziana dan saudara-sudara yang telah
banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
11.Teman seperjuangan Riza Dwiningrum dan Wina Safutri yang telah
banyak memberikan waktu, dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan
penelitian dan penulisan skripsi, terimakasih atas kerjasamanya yang baik.
12.Kepada sahabat yang selalu mendukung, menghibur dan meluangkan
waktunya untuk penulis Arvina Frida Karela, Rachma Pratiwi dan Isni Putri M.
13.Teman sepermainan Sabrina Prihantika, Propalia Utari RSA, Putri
14.Kepada teman – teman angkatan 2012 Bilogi, terimakasih atas perjalanan
kuliah selama ini, kebersamaan, kebahagian dan kekeluargaan yang telah terjalin selama ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan. Akhir kata, Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
diri Penulis secara pribadi maupun mereka yang telah menyediakan waktu dan sempat untuk membacanya.
Bandar Lampung, April 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
C. Perkecambahan Biji ... 12
2. Toksisitas Aluminium ... 17
8. Karbohidrat Terlarut Total Kotiledon ... 34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Notasi faktor, taraf, kombinasi perlakuan ... 20
Tabel 2. Rata-rata Berat Segar Kecambah Kedelai ... 25
Tabel 3. Rata-rata Berat Kering Kecambah Kedelai ... 26
Tabel 4. Rata-rata Kadar Air Relatif Kecambah Kedelai ... 27
Tabel 5. Rata-rata Kandungan Klorofil a Kotiledon ... 29
Tabel 6. Rata-rata Kandungan Klorofil b Kotiledon ... 30
Tabel 7. Rata-rata Kandungan Klorofil Total Kotiledon ... 32
Tabel 8. Rata-rata Rasio Klorofil b/a Kotiledon ... 33
Tabel 9. Rata-rata Kandungan Karbohidrat Terlarut Total ... 34
Tabel 10. Efek Aluminium dan Asam Sitrat ... 36
Tabel 11. Rata – rata, Standar Deviasi, Ragam, Standar Error, Koefisien Keragaman, Confident Interval Berat Segar ... 47
Tabel 12. Analisis Ragam Two Factor Berat Segar Kecambah ... 48
Tabel 13. Analisis Ragam Single Factor Berat Segar ... 49
Tabel 14. Perhitungan BNT Berat Segar ... 49
Tabel 15.Rata – rata, Standar Deviasi, Ragam, Standar Error, Koefisien Keragaman, Confident Interval Berat Kering ... 50
Tabel 16. Analisis Ragam Two Factor Berat Kering ... 51
Tabel 17. Analisis Ragam Single Factor Berat Kering ... 52
Tabel 18. Perhitungan BNT Berat Kering ... 52
Tabel 20. Analisis Ragam Two Factor Kadar Air Relatif ... 54
Tabel 21. Analisis Ragam Single Factor Kadar Air Relatif ... 55
Tabel 22. Perhitungan BNT Kadar Air Relatif ... 55
Tabel 23. Rata – rata, Standar Deviasi, Ragam, Standar Error, Koefisien Keragaman, Confident Interval Klorofil a ... 56
Tabel 24. Analisis Ragam Two Factor Klorofil a ... 57
Tabel 25. Rata – rata, Standar Deviasi, Ragam, Standar Error, Koefisien Keragaman, Confident Interval Klorofil b ... 59
Tabel 26. Analisis Ragam Two Factor Klorofil b ... 60
Tabel 27. Analisis Ragam Single Factor Klorofil b ... 61
Tabel 28. Perhitungan BNT Klorofil b ... 61
Tabel 29. Rata – rata, Standar Deviasi, Ragam, Standar Error, Koefisien Keragaman, Confident Interval Klorofil Total ... 62
Tabel 30. Analisis Ragam Two Factor Klorofil Total ... 63
Tabel 31. Rata – rata, Standar Deviasi, Ragam, Standar Error, Koefisien Keragaman, Confident Interval Rasio Klorofil b/a ... 65
Tabel 32. Analisis Ragam Two Factor Rasio Klorofil b/a ... 66
Tabel 33. Rata – rata, Standar Deviasi, Ragam, Standar Error, Koefisien Keragaman, Confident Interval Karbohidrat Total ... 68
Tabel 34. Analisis Ragam Two Factor Karbohidrat Total ... 69
Tabel 35. Analisis Ragam Single Factor Karbohidrat Total ... 70
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kecambah Kedelai ... 9
Gambar 2. Struktur Benih Kedelai ... 12
Gambar 3. Struktur Kimia Asam Sitrat ... 15
Gambar 4. Tata Letak Satuan Percobaan ... 21
Gambar 5. Main effect Asam Sitrat terhadap Berat Segar ... 26
Gambar 6. Main effect Asam Sitrat terhadap Berat Kering ... 27
Gambar 7. Main effect Asam Sitrat terhadap Kadar Air Relatif ... 28
Gambar 8. Main effect Aluminium terhadap Kadar Air Relatif ... 28
Gambar 9. Simple effect Aluminium terhadap Klorofil a ... 29
Gambar 10. Main effect Asam Sitrat terhadap Klorofil b ... 31
Gambar 11. Simple effect Asam Sitrat terhadap Klorofil Total ... 32
Gambar 12. Simple effect Aluminium terhadap Rasio Klorofil b/a ... 33
Gambar 13. Main effect Asam Sitrat terhadap Karbohidrat ... 35
Gambar 14. Proporsi kadar air dan berat kering ... 39
Gambar 15. Proporsi Klorofil a dan b ... 40
Gambar 16. Benih Kedelai ... 71
Gambar 17. Seleksi Benih ... 71
Gambar 18. Media Tanam ... 71
Gambar 19. Pengukuran Al dan Asam Sitrat ... 72
Gambar 21. Persiapan Penimbangan Berat Basah ... 72
Gambar 22. Persiapan Mengoven Kecambah Kedelai ... 73
Gambar 23. Mengoven Kecambah Kedelai ... 73
Gambar 24. Penimbangan Berat Segar dan Berat Kering ... 73
Gambar 25. Megukur Kandungan Klorofil a, b dan Karbohidrat ... 74
Gambar 26. Penyaringan Ekstrak Kotiledon ... 74
Gambar 27. Pengukuran Klorofil Kotiledon ... 74
Gambar 28. Sentrifuse ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Berat Segar Kecambah Kedelai ... 47
Lampiran 2. Berat Kering Kecambah Kedelai ... 50
Lampiran 3. Kadar Air Relatif Kecambah Kedelai ... 53
Lampiran 4. Kandungan Klorofil a Kotiledon ... 56
Lampiran 5. Kandungan Klorofil b Kotiledon ... 59
Lampiran 6. Kandungan Klorofil Total Kotiledon ... 62
Lampiran 7.Rasio Klorofil b/a Kotiledon ... 65
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L. Merill) merupakan sumber protein nabati yang
penting untuk diversifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Kedelai termasuk salah satu komoditas utama kacang-kacangan
yang dibutuhkan. Di Indonesia kebutuhan akan kedelai meningkat setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional (BPS, 2011).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi laju impor adalah dengan meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Di Indonesia upaya
peningkatan produksi kedelai mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah pemanfaatan lahan marjinal untuk budidaya kedelai. Salah satu lahan
marjinal yang sangat potensial di Indonesia ialah lahan masam dengan kandungan aluminium (Al) tinggi dan kandungan usur hara yang rendah.
Aluminium bersifat racun bagi tanaman karena dapat merusak perakaran dan menghambat pertumbuhan bintil akar (Widodo, 2008).
Kendala utama untuk pertumbuhan tanaman pada tanah masam diantaranya adalah tingginya konsentrasi ion-ion Aluminium (Al). Kemasaman (pH)
senyawa Al pada tingkat kemasaman berbeda adalah Al(OH)2+ dan Al(OH)2+
pada pH 4-5; Al3+ pada pH 5,5-7 dan Al(OH)4- pada pH 7-8 (Kinraide, 1997).
Beberapa bentuk Al yang bersifat racun bagi tanaman adalah Al3+, Al(OH)2+
dan Al(OH)2+ (Mossor-Pietraszwska, 2001). Gejala awal yang tampak pada
tanaman yang keracunan Al adalah sistem perakaran yang tidak berkembang dengan baik (Zhang, et.al., 2007). Hal ini menjadi faktor pembatas
produktivitas tanaman (Barabasz et al., 2002).
Kandungan Al yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan kedelai dan merusak perakaran tanaman sehingga mengakibatkan tidak efisiennya akar
menyerap unsur hara dan air (Ma et al., 2001).
Guna menanggulangi keracunan aluminium digunakan asam organik.
Menurut Ryan et al. (2001), asam organik berperan dalam mekanisme
ketahanan tumbuhan terhadap cekaman Al. Ada dua cara tumbuhan dalam mengatasi cekaman Al yaitu mekanisme eksternal dan internal. Mekanisme
eksternal pada tumbuhan yaitu mencegah masuknya Al ke dalam jaringan degan mengeksudasi asam organik dari akar yang dapat berikatan dengan Al di rizosfer. Asam organik tersebut dapat membentuk kompleks dengan Al di
rizosfer sehingga tidak bersifat racun bagi tumbuhan.
Tumbuhan diketahui memiliki beberapa jenis asam organik yang berperan dalam mekanisme toleransi terhadap cekaman Al secara eksternal. Seperti
oleh tanaman gandum dan asam sitrat dan malat yang dieksudasi oleh jagung
(Kollmeier et al., 2001).
Dari hasil penelitian Abullahi et al. (2006) yang dilakukan pada tanaman
kedelai, pada perlakuan Al 2 mM asam sitrat (5mM) diketahui dapat mengurangi cekaman aluminium dengan meningkatkan panjang hipokotil,
panjang kecambah dan panjang akar kecambah 11-26%. Asam sitrat meningkatkan berat segar 8% tetapi tidak memiliki efek nyata pada berat kerig, menurunkan klorofil sampai 16%. Pada Al 5mM asam sitrat (5mM)
meningkatkan secara nyata panjang hipokotil, panjang kecambah dan panjang
akar 19 – 60% , meningkatkan berat segar sampai 12% dan juga menurunkan
kandungan klorofil sampai 9%.
Asam sitrat memiliki kemampuan menurunkan derajat keasaman (pH). Asam sitrat merupakan salah satu jenis organik yang telah banyak digunakan dan
terbentuk secara alami didalam buah-buahan seperti jeruk nanas, buah lainnya. Asam sitrat diproduksi dalam bentuk kristal dan memiliki kiteria
yang tidak berwarna, berasa asam, tidak berbau dan lebih cepat larut dalam air panas. Disamping itu, asam sitrat dapat ditemukan dengan mudah
dipasaran dan memiliki harga yang murah (Winarno, 1997).
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari asam sitrat, aluminium dan interaksinya terhadap pertumbuhan kecambah kedelai (Glycine max L. Merril) varietas Anjasmoro.
C. Manfaat
Dari sudut fisiologi tumbuhan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi bagi pemahaman proses fisiologis pada tanaman yang berkenaan dengan cekaman aluminium. Dari sudut peningkatan produktivitas pertanian
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan
kedelai dilahan –lahan masam dimana keracunan aluminium menjadi masalah
utama.
D. Kerangka Pikir
Keracunan aluminium merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan
produktivitas tanaman – tanaman pertanian di lahan – lahan masam. Asam
organik memainkan peranan penting dalam mekanisme detoksifikasi aluminium pada tanaman. Dalam mekanisme eksternal akar tanaman
mengeluarkan eksudat berupa asam – asam organik yang membentuk
kompleks dengan aluminium sehingga mencegah aluminium masuk kedalam
tanaman akan bereaksi dengan asam organik membentuk kompleks yang
tidak toksik atau terjadi proses detoksifikasi.
Pemberian asam sitrat pada benih kedelai varietas anjasmoro diduga dapat meningkatkan kandungan asam sitrat dalam kecambah. Jika kandungan asam
sitrat dalam kecambah meningkat maka akan terjadi peningkatan mekanisme detoksifikasi baik secara eksternal dengan meningkatnya eksudat asam sitrat
dari akar kecambah maupun secara internal pada kondisi cekaman
aluminium. Jika hal ini terjadi maka pertumbuhan kecambah kedelai varietas anjasmoro yang diberi asam sitrat dalam kondisi cekaman aluminium akan
lebih baik dari pertumbuhan kecambah kedelai dari benih yang tidak diberi larutan asam sitrat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada Al 2 mM asam sitrat 5 mM
dapat mengurangi cekaman aluminium dengan meningkatkan panjang hipokotil, panjang kecambah dan panjang akar kecambah 11-26%. Asam sitrat meningkatkan berat segar sampai 8%, tetapi tidak memiliki efek yang
nyata terhadap berat kering, menurunkan kandungan klorofil sampai 16%. Pada Al 5mM asam sitrat 5 mM meningkatkan secara nyata panjang
hipokotil, panjang kecambah dan panjang akar 19 – 60% , meningkatkan
berat segar sampai 12% dan juga menurunkan kandungan klorofil sampai 9%.
Untuk membuktikan hal tersebut maka semua variabel pertumbuhan
1. Kecambah yang mengalami cekaman aluminium dengan kecambah yang
tidak mengalami cekaman aluminium.
2. Kecambah yang berasal dari benih yang diberi larutan asam sitrat dengan
kecambah yang berasal dari benih yang tidak diberi larutan asam sitrat dalam kondisi cekaman aluminium.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Asam sitrat dan aluminium mempengaruhi variabel pertumbuhan
kecambah kedelai.
2. Ada interaksi nyata antara asam sitrat dengan aluminium terhadap semua
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Taksonomi Kedelai
Klasifikasi tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) adalah sebagai berikut (Cahyono, 2007) :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Sub familia : Papilionoideae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Varietas : Anjasmoro
B. Morfologi Kedelai
yang membentuk morfologi tanaman kedelai adalah akar, batang, daun,
bunga, polong dan biji.
1. Akar
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam yaitu akar tunggang dan
akar sekunder (lateral) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu akar kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya akar adventif akan terbentuk pada
keadaan tertentu misalnya kadar air yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2005). Selain sebagai penyerap unsur hara dan penyangga tanaman akar merupakan tempat terbentuknya bintil/nodul akar untuk fiksasi nitrogen
dari udara oleh bakteri Rhizobium (Tambas dan Rakhman, 1986).
Unsur nitrogen tersebut dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman
kedelai, sedangkan bakteri Rhizobium memerlukan makanan yang berasal
dari tanaman kedelai, sehingga proses ini merupakan hubungan hidup yang saling menguntungkan (Rukmana dan Yuniarsih,1996).
2. Batang
Pada saat tanaman kedelai muda atau setelah melewati fase menjadi kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang kedelai dapat dibedakan menjadi dua yaitu bagian batang di bawah keping biji yang
epikotil. Batang kedelai tersebut bewarna ungu dan hijau (Andrianto dan
Indarto , 2004).
Pada tanaman kedelai dikenal dua tipe pertumbuhan batang yaitu determinit dan indeterminit. Batang pada tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada
pula yang tidak bercabang, tergantung dari karakter varietas kedelai, tetapi
umumnya cabang pada tanaman kedelai berjumlah antara 1 – 5 cabang
(Adisarwanto, 2008).
Gambar 1. Kecambah Kedelai Sumber : Mukaramah, 2012
3. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan
dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh setelah masa pertumbuhan. Daun kedelai hampir seluruhnya trifoliat (menjari tiga) dan jarang sekali mempunyai empat atau lima jari
berdaun sempit (narrow leaf). Di Indonesia kedelai berdaun sempit lebih
banyak di tanam oleh petani dibandingkan dengan kedelai berdaun lebar. Keunggulan tanaman kedelai berdaun sempit adalah sinar matahari akan
lebih mudah menerobos di antara kanopi daun sehingga memacu pembentukan bunga (Adisarwanto, 2008).
4. Bunga
Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memiliki alat
reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil, yaitu hanya 0,1%, warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Bunga
pada tanaman kedelai muncul/tumbuh pada ketiak daun, yakni setelah buku kedua, tetapi terkadang bunga dapat pula terbentuk pada cabang tanaman
yang mempunyai daun. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi,
tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar antara 40 – 200
bunga pertanaman. Hanya saja, umumnya di tengah masa pertumbuhannya, tanaman kedelai kerap kali mengalami kerontokan bunga hal ini masih di kategorikan wajar bila kerontokan yang terjadi berada pada kisaran
20 – 40 % (Adisarwanto, 2008).
5. Polong
Buah atau polong kedelai berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya 5 cm,
berwarnah cokelat muda, cokelat, cokelat kehitaman, putih dan kuning
kecokelatan (warna jerami). Disamping itu permukaan polong mempunyai struktur bulu yang beragam, warna bulu polong juga bervariasi, bergantung
pada varietasnya. Ada yang berwarna cokelat, abu–abu, cokelat tua, cokelat
kuning, dan putih. Polong kedelai bersusun bersegmen–segmen yang berisi
biji. Jumlah biji dalam polong bervariasi antara 1–4 buah, bergantung pada
panjang polong. Pada polong yang berukuran panjang, jumlah bijinya lebih banyak jika dibandingkan dengan polong yang pendek (Cahyono, 2007).
6. Biji
Bentuk biji kedelai tidak sama tergantung kultivar, ada yang berbentuk
bulat, agak gepeng, atau bulat telur. Namun sebagian, besar biji kedelai berbentuk bulat telur. Ukuran dan warna biji kedelai juga tidak sama, tetapi
sebagian besar berwarna kuning dengan ukuran biji kedelai yang dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu biji kecil (< 10 g/100 biji), berbiji
sedang ( 10–12gram/100 biji, dan berbiji besar (13–18 gram/100 biji) (Adisarwanto, 2008).
Biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (testa). Embrio terletak diantara keping biji. Pada kulit biji terdapat hilum (pusar) yang bewarna
Gambar 2. Struktur Benih Kedelai Sumber : Ipan, 2013
C. Perkecambahan Biji
Biji kedelai yang kering akan berkecambah apabila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai termasuk dalam epigeous yaitu keping biji
muncul diatas tanah. Dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar atau lingkungan).
Faktor internal meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, absorbansi
(daya serap biji terhadap air), dan ada tidaknya zat penghambat. Faktor
eksternal meliputi suhu, oksigen, dan air. Setelah biji menyerap air (imbibisi), biji membesar sehingga kulit biji pecah. Secara umum, proses perkecambahan terjadi secara kimiawi. Dengan masuknya air ke dalam biji, enzim akan bekerja dengan aktif. Jika embrio terkena air, embrio menjadi
aktif dan melepaskan hormon giberelin. Hormon ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan
D. Deskripsi Varietas
Berbagai benih varietas kedelai diberikan perlakuan pemuliaan
menggunakan tanaman tertua atau sumber plasma nutfah yang berasal dari
Brazil dan Argentina. Varietas hasil pemuliaan yang dilepas salah satunya adalah Anjasmoro. Varietas Anjasmoro merupakan varietas unggul berbiji
besar yang sering digunakan (Ginting, 2008).
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor galur : Mansuria 395-49-4
Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
Daya hasil : 2,03–2,25 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna bulu :Putih
Warna bunga :Ungu
Warna kulit biji :Kuning
Warna hilum : Kuning kecoklatan
Bentuk daun :Oval
Ukuran daun : Lebar
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga :35,7–39,4 hari
Umur polong masak : 82,5–92,5 hari
Tinggi tanaman : 64 - 68 cm
E. Asam Sitrat 1. Deskripsi
Asam sitrat merupakan salah satu jenis organik yang telah banyak
digunakan dan terbentuk secara alami didalam buah-buahan seperti jeruk, nanas, buah lainnya. Asam sitrat diproduksi dalam bentuk kristal dan
memiliki kreteria yang tidak berwarna, berasa asam, tidak berbau dan lebih cepat larut dalam air panas (Winarno, 1997).
Asam sitrat juga memiliki kemampuan menurunkan derajat keasaman (pH). Disamping itu, asam sitrat dapat ditemukan dengan mudah dipasaran dan
memiliki harga yang murah. Berdasarkan hasil penelitian Tersiska et al.,
(2006), senyawa asam sitrat dapat menghasilkan total antosianin yang lebih
tinggi sebesar 27,7 mg/100g dibandingkan dengan senyawa asam asetat sebesar 26,4 mg/100g dengan konsentrasi yang sama yaitu 0,75%.
2. Struktur Kimia
Asam sitrat mempunyai rumus kimia C6H8O7. Nama IUPAC-nya adalah
2-hidroksi-1,2,3-propana tri karboksilat. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang melepas proton dalam larutan. Jika hal ini
terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga (buffer) untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam dengan pengkelatan,
Gambar 3. Struktur kimia asam sitrat Sumber : Winarno, 1997
3. Sifat Kimia
Menurut Endarwati (2015), Asam sitrat memiliki sifat kimia sebagai berikut:
1. Mampu mengikat ion-ion logam sehingga dapat digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan dalam air.
2. Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil-COOH
yang dapat melepas proton dalam larutan.
3. Asam Sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau berupa
kristal monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekulnya.
4. Bentuk anhidrat Asam Sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan
bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi Asam Sitrat dalam air dingin.
5. Bentuk monohidrat Asam Sitrat dapat diubah menjadi bentuk anhidrat
dengan pemanasan pada suhu 70-75°C.
6. Jika dipanaskan di atas suhu 175°C akan terurai (terdekomposisi)
4. Sifat Fisika
Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan
adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak
ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk
serbuk kristal berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat
mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat
diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C.
F. Aluminium 1. Deskripsi
Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98. Di dalam udara bebas
aluminium mudah teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida (Al2O3) yang
Batas kritis kejenuhan Al di tanah masam Oksisol dan Ultisol bervariasi
antar spesies yaitu 70% untuk padi, 55% untuk kacang uci, 29% untuk jagung, 28% untuk kacang tanah, 15% untuk kedelai dan 5% untuk kacang
hijau (Arief, 1990). Pada gandum konsentrasi Al 50 ppm telah menghambat pertumbuhan akar (Rincon dan Gonzales, 1992), pada kedelai konsentrasi Al pada 8 ppm telah menghambat pertumbuhan akar kultivar rentan
(Sapra et al., 1982).
2. Toksisitas Aluminium terhadap Tanaman
Gejala awal yang tampak pada tanaman yang keracunan Al adalah sistem perakaran yang tidak berkembang dengan baik (Haynes dan Mokolobate,
2001., Zhang et al., 2007). Bentuk Al yang toksik bagi tanaman adalah
Al3+, Al(OH)2+ dan Al(OH)2+. Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya
penghambatan pembelahan sel, perpanjangan sel yang menyebabkan pertumbuhan akar tidak sempurna sehingga berakibat pada gangguan
penyerapan hara (Mossor-Pietraszewska, 2001).
Pengaruh Al terhadap permeabilitas membran akar dapat terlihat hanya dalam waktu beberapa menit atau beberapa jam setelah pemaparan Al. Hal ini disebabkan karena kemampuan Al untuk mengikat gugus karboksil dan
gugus fosfat pada dinding sel dan membran sel (Gunse et al.,1997).
Pada konsentrasi mikromolar kation aluminium Al3+ merupakan toksik bagi
beberapa tanaman pada. Berbagai spesies tanaman telah mengembangkan
dimana konsentrasi toksik Al3+ dapat membatasi pertumbuhan tanaman.
Asam organik memiliki peranan penting dalam mekanisme toleransi aluminium. Beberapa tanaman mendetoksifikasi aluminium di rhizosfer
dengan melepaskan asam organik yang mengikat aluminium. Setidaknya pada dua spesies, gandum dan jagung, transpor anion asam organik keluar dari sel-sel akar diantarai oleh kanal anion yang diaktifkan aluminium pada
membran plasma. Tanaman lain, termasuk spesies yang mengakumulasi aluminium dalam daun, mendetoksifikasi aluminium secara internal dengan
membentuk kompleks dengan asam-asam organik (Ma et al., 2001).
Efek asam sitrat eksogen terhadap pertumbuhan kecambah kedelai dibawah
cekaman aluminium telah dilaporkan oleh Abdullahi et al., (2006). Pada Al
2 mM asam sitrat (5mM) dapat mengurangi cekaman aluminium dengan meningkatkan panjang hipokotil, panjang kecambah dan panjang akar kecambah 11-26%. Asam sitrat meningkatkan berat segar sampai 8%, tetapi
tidak memiliki efek yang nyata terhadap berat kering, menurunkan kandungan klorofil sampai 16%. Pada Al 5mM asam sitrat (5 mM) meningkatkan secara nyata panjang hipokotil, panjang kecambah dan
panjang akar 19 – 60% , menurunkan berat segar sampai 12% dan juga
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Universitas
Lampung dari bulan Januari – Februari 2016.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi dan raknya, corong, mortar dan penggerus, kertas saring Whatman no.1, tisu, kapas, nampan, gelas plastik, pisau, pipet tetes, spektrofotometer UV,
oven dan neraca digital.
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai (Glycine max L.) varietas
burangrang yang diperoleh dariUPTD Balai Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Lampung, asam sitrat, Aluminium dalam bentuk
C. Rancangan Percobaan
Penelitian dilaksanakan dalam percobaan faktorial 2 x 3. Faktor A adalah Aluminium dengan 2 taraf konsentrasi : 0 mM dan 5 mM. Faktor B adalah asam sitrat dengan 3 taraf konsentrasi : 0 mM , 5 mM dan 10 mM.
Setiap kombinasi perlakuan diulang 5 kali. Jumlah satuan percobaan adalah 30. Notasi faktor, taraf dan kombinasai perlakuan dapat dilihat pada
tabel.3.
Tabel.1 Notasi faktor, taraf, kombinasi perlakuan
Faktor A
D. Variabel dan Parameter
Variabel dalam penelitian ini adalah berat segar kecambah, berat kering
b terhadap klorofil a dan kandungan karbohidrat terlarut. Parameter dalam
penelitian ini adalah nilai tengah ( µ) dari semua variabel tersebut.
E. Cara Kerja
1. Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan dengan merendam benih dalam aquades selama 10 menit. Benih yang mengapung dibuang.
2. Penanaman Kecambah
Berdasarkan satuan percobaan maka jumlah gelas plastik yang digunakan sebagai wadah penanaman benih yang telah berkecambah adalah
sebanyak 30 buah diberi label. Kapas dibasahi dengan larutan Aluminium dan larutan asam sitrat masing-masing 5 ml dan benih kedelai yang telah diseleksi dikecambahkan. Pengamatan variabel
pertumbuhan kecambah dilakukan 7 hari setelah penanaman. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. Tata Letak Satuan Percobaan Setelah Pengacakan
a1b1u1 a2b2u1 a1b3u5 a1b2u1 a1b1u5
a1b2u3 a2b3u1 a1b1u3 a2b2u2 a2b1u2
a1b3u1 a1b1u2 a2b1u3 a1b3u4 a2b3u3
a2b1u1 a1b2u2 a2b3u5 a1b1u4 a1b3u3
a1b2u4 a1b3u2 a2b2u5 a2b1u4 a1b2u5
Keterangan :
a1- a2 = Konsentrasi Asam sitrat b1- b2 = Konsentrasi aluminium u1- u5 = Ulangan perlakuan
3. Pengamatan
a. Berat Segar
Akar dipisahkan dari batang dan daun. Akar dan batang ditimbang dengan
neraca digital dan dinyatakan dalam miligram.
b. Berat Kering
Kecambah yang sudah diukur berat segarnya dikeringkan dalam oven pada
temperatur 1300C selama 2 jam. Kecambah yang sudah kering ditimbang
dengan neraca digital dan dinyatakan dalam miligram.
c. Pengukuran Kadar Air Relatif
Menurut Yamasaki (1999) kadar air relatif kecambah ditentukan dengan
rumus :
Keterangan : M1 = Berat segar kecambah
d. Kandungan Klorofil
Kandungan Klorofil ditentukan menurut Miazek , 2002. 0,1 gram kotiledon kecambah kedelai digerus sampai halus didalam mortar ,
kemudian ditambahkan 10 ml etanol 95%. Ekstrak disaring kedalam tabung reaksi. Ekstrak klorofil diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 648 dan 664 nm. Kandungan klorofil dinyatakan dalam miligram per gram jaringan dan dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Chla = 13.36.A664 - 5.19.A648 (
e. Pengukuruan Karbohidrat Terlarut Total
Kandungan karbohidrat terlarut total ditentukan berdasarkan metoda fenol sulfur. 0,1 gram kotiledon kedelai digerus sampai halus dalam mortar,
ditambahkan 10 ml aquades. Ekstrak disaring dengan kertas saring Whatman no.1 ke tabung reaksi. Selanjutnya 2 ml ekstrak kotiledon
kedelai diambil dan ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan 1 ml larutan fenol.
490 nm. Nilai absorbansi setiap ekstrak kotiledon kedelai dicatat.
Kandungan karbohidrat terlarut total ditentukan berdasarkan kurva standar glukosa.
4. Analisi Data
Data dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan jika interaksi antara faktor A dan faktor B tidak nyata maka dilanjutkan dengan penentuan main effect faktor A dan faktor B dengan uji BNT pada taraf nyata 5%, dan jika interksi
nyata maka dilanjutkan dengan penentuan simple effect faktor A dengan uji
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan penelitian ini adalah :
1. Asam sitrat menurunkan berat segar, berat kering dan kadar air relatif,
klorofil b dan karbohidrat, sedangkan Aluminium hanya menurunkan
kadar air relatif.
2. Interaksi antara aluminium dan asam sitrat 5mM meningkatkan
kandungan klorofil a dan total namun menurunkan rasio klorofil b/a.
3. Interaksi antara aluminium dan asam sitrat 10 mM menurunkan
klorofil a dan meningkatkan rasio klorofil b/a.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullahi, B.A., Huang, P., D.P., Meng, X.Y., Yang, Y.H. 2006. Effect of sitric acid on soybean seedling growth under aluminum stress. Journal of Plant Nutrition 2004 v.27 no.2 pp. 367-375.
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta
Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai. Penebar Swadaya. Yogyakarta
Andrianto, T.T. dan N.Indrto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Absolut. Yogyakarta.
Anton J. Hartomo. 1992. Memahami Polimer Perekat. Andi Off set. Yogyakarta.
Arief, A. 1990. Masalah lahan kering masam bukaan baru untuk tanaman
pangan.Simposium Tanaman Pangan, Ciloto 21-23 Maret 1988. Puslitbangtan. Departemen Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi padi, jagung dan kedelai (angka sementara tahun 2010 dan angka ramalan I tahun 2011). Berita Resmi Statistik 14:1-9. Barabasz, W., Albinska, D., Jaskowska, M. & Lipiec, J. 2002. Ecotoxicology of
Aluminium. Pol. J. Environ. Stud. 11: 199–203.
Cahyono , B. 2007. Kedelai . Aneka Ilmu. Semarang.
Endarwati. 2015. Zat Asam Sitrat : Sifat-sifat, Kegunaan dan Bahayanya. Tersedia di http://halosehat.com/farmasi/kimia/zat-asam-sitrat-sifat-sifat-kegunaan-dan-bahayanya Diakses pada 16 Desember 2015, Pukul 23.00 WIB
Ginting, E. 2008. Mutu Kedelai Nasional Lebih Baik Daripada Kedelai Impor.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30 No. 1 2008. Gunse, B., Poschenrieder, C. & Barcelo, J. 1997. Water transport properties of
Haynes, R. J., and M. S. Mokolobate. 2001. Amelioran of Al Toxicity and
Pdeficiency in acid soils by additions of organic residues: a critical review of the phenomenon and the mechanisms involved. Nutr. Cycl. in
Agroecosys. 59: 47-63. Kluwer Academic Publishers.
ISTA. 2006. Internasional rules for seed Testing. The International Seed Testing
Association (ISTA), Bassersdorf, CH-Switzerland.
Kasim, N., D. Sopandie, S. Harran, dan M. Jusuf 2001. PolaAkumulasi dan Sekresi Asam Sitrat dan AsamMalat pada Beberapa Genotipe Kedelai Toleran dan Peka Aluminium. Hayati. 8(3):58-61.
Kinraide, T. B. 1997. Reconsidering the rhizotoxicity of hydroxyl, sulphate and
fluoride complexes of aluminum. J. Exp. Bot. 48: 1115–1124.
Kollmeier, M., P., Dietrich, C.S. Bauer., W.J. Horst., and R. Hedrich. 2001. Aluminum activates a citrate-permeable anion channel in the sensitive zone of the maize root apex. A comparison between an aluminum-sensitive and an aluminum-resistant cultivar. Plant Physiol. 126:397-410.
Ipan Muhammad. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan tumbuhan. Tersedia di : http://irpanespanas.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pertumbuhan-dan-perkembangan.html. Diakses pada : 03 Desember 2015.
Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangannya. CV Simplex, Jakarta.
Lembar informasi pertanian IP2TP Mataram No. 07/Liptan/2000. Instalasi Penelitian dan Pengkajian teknologi Pertanian Mataram.
Ma, J.F., R.R. Peter, & D. Emmanuel. 2001. Aluminium tolerance in plants and the complexing role of organic acids. TRENDS in Plant Sci. 6 (6): 273– 276.
Mukaramah. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan. Tersedia
di : http://zonabawah.blogspot.co.id/2011/05/perkecambahan-pada-tumbuhan.html. Diakses pada 03 Desember 2015
Miazek, Mgr Inz. 2002. Krystian. Chlorophyll Extraktion From Harvested Plant
Material. Supervesior: Prof. Dr. Ha. Inz Stanislaw Ledakowicz.
Mossor-Pietraszewska, T. 2001. Effect of aluminium on plant growth and metabolism. Acta Biochim. Pol. 48: 673-686.
Prasetiyo, J. Dan Tasliah. 2003. Strategi Pendekatan Bioteknologi untuk Pemuliaan Tanaman Toleransi Keracunan Aluminium . Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 10 No.1: 64-67
Rincon, M. and R.A. Gonzales. 1992. Aluminum partitioning in intact roots of aluminum-tolerant and aluminum sensitive wheat cultivars. Plant Physiol. 99: 1021-1028.
Rukmana, S.K dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Ryan, P.R., E. Delhaize, and D.L. Jones. 2001. Function and mechanism of
organic anion exudation from plant roots. Plant Mol. Biol. 52:527-560.
Sapra, V.T., T. Mebrahtu and L.M. Mugwira. 1982. Soybean germplasm and
cultivar aluminum tolerance in nutrient solution and bladen clay loam soil.
Agron. J. 74: 687-690.
Stewart Reed (Corresponding author), Raymond Schnell, J. Michael Moore &
Christopher Dunn. 2012. Chlorophyll a + b Content and Chlorophyll
Fluorescence in Avocado. Journal of Agricultural Science. Vol. 4., No. 4. 2012
Tambas, D dan Rakhman, A.D. 1986. Pengaruh Inokulasi Rhizobium japonicum
Frank , Pemupukan Molibdenum dan Kobalt Terhadap Produksi dan Jumlah Bintil Akar Tanaman Kedelai Pada Tanah Po
dsolik Plintik. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Tersiska, E Sukarminah dan D. Natalia. 2006. Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah Arben (Rubus idaeus (Linn.)) dan Aplikasinya pada Sistem Pangan.
Tersedia di : http://digilib.umm.ac.id.Diakses pada 16 Desember 2015
Widodo, I.P. 2008. Uji adaptasi galur harapan kedelai terhadap cekaman pH
rendah dan aluminium di Jasinga. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Yamasaki, S and Dillemburg., L.R. 1999. Measureement Of Leaf Relative Water Content In Araucaria Angustifolia Revista Brarileira de Fisiologia Fegetal, 11(2). 69-75.
Zhang, X., Liu, P., Yang, Y. S. & Xu, G. D. 2007. Effect of Al in Soil on
Photosynthesis and related morphological and physiological characteristics