• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Bakteri Probiotik untuk Meningkatkan Vigor Bibit Cabai (Capsicum annuum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Bakteri Probiotik untuk Meningkatkan Vigor Bibit Cabai (Capsicum annuum L.)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI BAKTERI PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN

VIGOR BIBIT CABAI (

Capsicum annuum

L.)

ENIK SETYOWATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Bakteri Probiotik untuk Meningkatkan Vigor Bibit Cabai (Capsicum annuum L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ii

ABSTRAK

ENIK SETYOWATI. Aplikasi Bakteri Probiotik untuk Meningkatkan Vigor Bibit Cabai (Capsicum annuum L.). Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan GIYANTO.

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia dan bernilai ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi penyemprotan dengan bakteri Serratia marcescens, Pseudomonas kel. fluorescens, dan Bacillus subtilis untuk meningkatkan vigor bibit cabai. Benih yang digunakan adalah benih yang telah dilapisi dengan bakteri yang sama dan disimpan selama 6, 9, 12, 15, dan 18 minggu. Aplikasi semprot dengan isolat bakteri dan media Luria-Bertani dilakukan saat bibit berumur 2 dan 4 MST. Pelapisan benih menggunakan Serratia marcescens menghasilkan nilai vigor benih terbaik pada periode simpan 6, 12, dan 15 minggu. Aplikasi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan adalah aplikasi menggunakan Pseudomonas kel. fluorescens baik diaplikasikan dalam pelapisan benih maupun penyemprotan bibit.

Kata kunci: aplikasi penyemprotan, Bacillus subtilis, pelapisan benih, Pseudomonas kel. fluorescens, Serratia marcescens

ABSTRACT

ENIK SETYOWATI. Application of Probiotic Bacteria to Improve Vigor of Chilli (Capsicum annuum L.) Seedling. Supervised by ENY WIDAJATI and GIYANTO.

Chilli (Capsicum annuum L.) is an important horticultural commodities in Indonesia and has high economic value. This research aims to study the effects of spraying with Serratia marcescens, Pseudomonas group of fluorescens, and Bacillus subtilis to improve vigor of chilli seedling. The seed that use is coated seed with the same bacteria and have been storaged for 6, 9, 12, 15 and 18 weeks. Spray application with bacteria and Luria-Bertani media is done when the seedling was 2 and 4 weeks. Coating seed using Serratia marcescens produce the best vigor seed in the period of 6, 12, and 15th weeks. The best application to increase growth of chilli seedling derived from seeds that have been storaged is using Pseudomonas group of fluorescens with application on seed coating and spraying chilli seedling.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

APLIKASI BAKTERI PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN

VIGOR BIBIT CABAI (

Capsicum annuum

L.)

ENIK SETYOWATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Bakteri Probiotik untuk Meningkatkan Vigor Bibit Cabai (Capsicum annuum L.)

Nama : Enik Setyowati NIM : A24090094

Disetujui oleh

Dr Ir Eny Widajati, MS Pembimbing I

Dr Ir Giyanto, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur atas berkah dan rahmat Allah S.W.T yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penyusunan laporan penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Judul mengenai Aplikasi Bakteri Probiotik untuk Meningkatkan Vigor Bibit Cabai (Capsicum annuum L.) dipilih sebagai salah satu upaya meningkatan pertumbuhan bibit cabai di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Nopember 2012 sampai April 2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Eny Widajati, MS dan Dr Ir Giyanto, MSi sebagai dosen pembimbing serta Prof Dr Ir Sudarsono, MSc sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak pengarahan dan masukan dalam penyusunan laporan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, teman-teman dan teknisi green house yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materiil.

Semoga skripsi ini dapat digunakan untuk menyumbang masukan bagi bidang ilmu terkait dan dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

(10)

vii

Pelapisan Benih untuk Mempertahankan Vigor Benih Selama

Penyimpanan 3

Bakteri Probiotik sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman 4

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Percobaan 5

Percobaan 1: Aplikasi Bakteri Probiotik terhadap Vigor Benih

Cabai (Capsicum annuum L.). 6

Percobaan 2: Aplikasi Bakteri Probiotik pada Fase Bibit dari Benih

Cabai (Capsicum annuum L.) yang telah Mengalami Penyimpanan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Percobaan 1: Aplikasi Bakteri Probiotik terhadap Vigor Benih

Cabai (Capsicum annuum L.) 8

(11)

DAFTAR TABEL

1 Interaksi pelapisan benih menggunakan bakteri probiotik dan

periode simpan terhadap vigor benih cabai 8

2 Aplikasi bakteri probiotik terhadap tinggi bibit cabai yang berasal

dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 6 minggu 10 3 Aplikasi bakteri probiotik terhadap jumlah daun bibit cabai yang

berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 6

minggu 11

4 Aplikasi bakteri probiotik terhadap vigor bibit cabai yang berasal

dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 9 minggu 12 5 Aplikasi bakteri probiotik terhadap tinggi bibit cabai yang berasal

dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 12 minggu 13 6 Aplikasi bakteri probiotik terhadap jumlah daun bibit cabai yang

berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 12

minggu 14

7 Aplikasi bakteri probiotik terhadap vigor bibit cabai yang berasal

dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 15 minggu 15 8 Aplikasi bakteri probiotik terhadap vigor bibit cabai yang berasal

dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 18 minggu 16

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan bibit cabai umur 6 MST yang berasal dari benih yang

telah mengalami penyimpanan 6 minggu 11

2 Pertumbuhan bibit cabai umur 6 MST yang berasal dari benih yang

telah mengalami penyimpanan 9 minggu 13

3 Pertumbuhan bibit cabai umur 6 MST yang berasal dari benih yang

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia dan bernilai ekonomis tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh data BPS (2012) bahwa kenaikan produksi cabai besar segar tahun 2011 sebesar 888.852 ribu ton dengan luas panen cabai besar sebesar 121.063 ribu hektar, dan rata-rata produktivitas 7.34 ton hektar-1. Kebutuhan konsumsi cabai akan semakin mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh sebab itu diperlukan teknik budidaya yang tepat mulai dari pemilihan benih hingga penanganan pasca panen untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Potensi budidaya cabai merah cukup luas karena dapat dibudidayakan pada dataran tinggi maupun dataran rendah dengan ketinggian 500-1200 m diatas permukaan laut. Keberhasilan usaha produksi cabai merah sangat ditentukan oleh aspek teknis budidaya di lapangan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknik budidaya cabai merah adalah dengan pemakaian benih cabai merah unggul yang tidak terkontaminasi virus dan penyakit (Syukur 2006). Benih cabai yang berkualitas merupakan benih yang mempunyai viabilitas dan vigor yang tinggi. Selama dipasarkan, benih akan mengalami masa tunggu di penyimpanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi viabilitas dan vigor benih cabai. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya benih mati (Justice dan Bass 2002). Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan adalah dengan pelapisan benih (seed coating) menggunakan bakteri probiotik.

Pelapisan benih adalah teknik menggunakan zat aditif seperti pestisida, nurisi, atau bakteri yang diaplikasikan pada permukaan kulit benih. Pelapisannya sesuai dengan bentuk benih dan tidak merubah bentuk serta ukuran benih (George 1999). Keuntungan melakukan pelapisan benih adalah melindungi benih dari hama dan penyakit tanaman yang menyerang saat persemaian dan awal musim tanam, meningkatkan vigor bibit, mengurangi penggunaan pestisida saat pembibitan (Ilyas 2003), meningkatkan kinerja benih saat dikecambahkan, melindungi benih dari pengaruh lingkungan, mempertahankan kadar air (KA) benih, serta memperpanjang daya simpan benih (Kuswanto 2003).

Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk melapisi benih adalah bakteri. Bakteri pemacu pertumbuhan (plant growth promoting rizhobacteria) telah banyak diaplikasikan dalam pertanaman di Indonesia. Beberapa bakteri pemacu pertumbuhan yang sudah sering digunakan adalah Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Serratia sp. Aplikasi bakteri-bakteri tersebut dalam banyak penelitian mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.

(13)

dapat meningkatkan daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), indeks vigor (IV), spontanitas tumbuh (SPT), dan kecepatan tumbuh (KCT), serta meningkatkan tinggi bibit, jumlah daun bibit, dan bobot kering biomassa bibit cabai. Penelitian Purnomo et al. (2008) memperlihatkan pengaruh nyata terhadap peningkatan panjang akar, tinggi tanaman, bobot kering tajuk, jumlah dan bobot buah panen, panjang buah, dan bobot per buah cabai dengan aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) Gigaspora margarita pada pertanaman cabai. Hasil penelitian Utama dan Yahya (2003) menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza dan rhizobium nyata meningkatkan panjang tanaman, bobot kering akar, dan panjang akar tanaman legum. Struktur hifa di dalam akar dan tanah mampu meningkatkan luas areal pertukaran hara dan air sehingga dapat meningkatkan serapan dan translokasi hara terutama P ke tanaman.

Keefektifan Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Serratia sp. dalam aplikasinya terhadap perlakuan benih maupun bibit dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu penelitian mengenai aplikasi bakteri pada pelapisan benih dan penyemprotan bibit perlu dilakukan sehingga dihasilkan pertumbuhan bibit cabai yang lebih vigor.

Perumusan Masalah

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini meliputi: 1. Apakah periode simpan benih mempengaruhi vigor bibit cabai?

2. Apakah pelapisan benih menggunakan isolat bakteri berpengaruh terhadap vigor bibit cabai?

3. Apakah aplikasi penyemprotan isolat bakteri pada bibit cabai berpengaruh terhadap vigor bibit?

4. Bagaimanakan interaksi antara pelapisan benih dengan aplikasi penyemprotan isolat bakteri terhadap vigor bibit cabai?

Tujuan Penelitian

(14)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Pelapisan Benih untuk Mempertahankan Vigor Benih Selama Penyimpanan

Tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomis adalah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya (Justice dan Bass 2002). Viabilitas benih dapat diperpanjang bila benih disimpan pada kondisi yang terlindung dari panas, uap air, dan oksigen. Umur benih merupakan karakteristik ekologi, morfologi, dan biokimia tanaman. Umur benih pada penyimpanan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu, kelembaban (RH), dan ketersediaan oksigen. Suhu dan RH yang rendah dapat memperpanjang umur benih, sedangkan umur benih diperpendek dengan tekanan oksigen yang tinggi (Desai et al. 1997). Hasil penelitian Rahayu dan Widajati (2007) memperlihatkan bahwa benih caisin dapat mempertahankan DB, IV, BKKN, dan PTM tetap tinggi selama 15 minggu penyimpanan dalam berbagai kemasan dan kondisi simpan.

Perlakuan benih umumnya mengacu pada aplikasi pestisida (fungisida, insektisida, atau kombinasi keduanya) pada benih untuk melindungi benih dari berbagai patogen penyakit benih dan penyakit dari tanah serta hama penyimpanan. Disinfeksi merujuk pada eradikasi spora jamur pada kulit benih atau dalam jaringan bagian dalam, sedangkan disinfestasi istilah umumnya digunakan untuk menghilangkan organisme (jamur, bakteri, serangga) pada permukaan benih yang telah terkontaminasi tetapi tidak terinfeksi pada permukaan benihnya (Desai et al. 1997).

(15)

Bakteri Probiotik sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman

Bakteri adalah organisme prokariotik bersel tunggal dengan jumlah kelompok paling banyak dan dijumpai di tiap ekosistem terestrial. Walaupun ukurannya lebih kecil daripada aktinomisetes dan jamur, bakteri memiliki kemampuan metabolik lebih beragam dan memegang peranan penting dalam pembentukan tanah, dekomposisi bahan organik, remediasi tanah, transformasi unsur hara, berintegrasi secara mutualistik dengan tanaman, dan juga sebagai penyebab penyakit tanaman (Hastuti dan Ginting 2007).

Umumnya jumlah bakteri melimpah pada permukaan tanah dan semakin berkurang ke arah dalam dengan semakin berkurangnya bahan organik yang terkandung dalam tanah. Keragaman jumlah dan jenis bakteri dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekstur tanah, kandungan air, aerasi, suhu, kemasaman, kandungan bahan organik, dan ketersediaan nutrisi. Kandungan air tanah yang sesuai untuk kehidupan bakteri berada pada tingkat 50-75% kapasitas menahan air (water holding capacity), dengan suhu optimum berkisar 25-35o C serta pH tanah dalam kondisi netral (Mashum et al. 2003). Penambahan bahan organik dalam tanah akan meningkatkan jumlah dan aktivitas bakteri tanah. Peran rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman berhubungan dengan fungsinya sebagai pengendali penyakit, mampu berkompetisi sebagai patogen, sintesis metabolit sekunder seperti antibiotik, siderofor, dan sintesis berbagai enzim (Sutariati et al. 2006; Sharafzadeh 2012).

Bakteri pemacu pertumbuhan seperti Pseudomonas sp., Serratia sp., dan Bacillus sp. telah banyak diaplikasikan dalam berbagai penelitian. Pseudomonas sp., Serratia sp., dan Bacillus sp. mampu menghasilkan IAA serta hormon pertumbuhan seperti giberelin dan sitokinin (Sutariati et al. 2006; Astuti 2008; Syamsuddin 2010; Widajati et al. 2012) sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan. Selain itu, Pseudomonas sp., Serratia sp., dan Bacillus sp. juga mampu melarutkan fosfat dan meningkatkan nutrisi bagi tanaman (Sutariati et al. 2006; Syamsuddin 2010; Sharafzadeh 2012).

(16)

5

oleh akar dan meningkatkan biomasa tanaman. Selain itu hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa inokulasi Bacillus subtilis dapat memperpendek waktu berkecambah benih, memacu pertumbuhan embrio, dan meningkatkan indeks vigor benih. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Goni (2010) menggunakan Methylobacterium spp. strain TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 yang diaplikasikan pada perendaman benih dan penyemprotan bibit dapat meningkatkan vigor bibit cabai besar (Capsicum annuum L.).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 sampai April 2013 di Laboratorium Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, dan greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat bakteri Serratia marcescens strain AR1, Pseudomonas kel. fluorescens strain P24, dan Bacillus subtilis strain EKK10 (koleksi laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Dept. Proteksi Tanaman, IPB),benih cabai varietas terdaftar IPB C5 yang telah dilapisi dengan isolat bakteri yang sama dan disimpan selama 6, 9, 12, 15, dan 18 minggu, media LB (Luria-Bertani), pasir, dan kompos.

Alat

Alat yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah hand sprayer, autoklaf, laminar air flow, tabung erlenmeyer, tabung ukur, polibag, kemasan plastik, dan toples plastik.

Prosedur Percobaan

(17)

Percobaan 1: Aplikasi Bakteri Probiotik terhadap Vigor Benih Cabai (Capsicum annuum L.).

Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan rancangan percobaan petak tersarang (Nested Design). Faktor pertama adalah periode simpan benih yang terdiri atas lima taraf, yaitu 6, 9, 12, 15, dan 18 minggu. Faktor kedua adalah perlakuan pelapisan benih dengan menggunakan isolat bakteri yang terdiri atas empat taraf, yaitu benih tanpa pelapisan (K), pelapisan benih dengan isolat S. marcescens (B1), pelapisan benih dengan isolat Pseudomonas kel. fluorescens (B2), dan pelapisan benih dengan isolat B. subtilis (B3). Model linier yang digunakan sebagai berikut:

Yijk = μ + τi + (ατ)ij+βk + (τβ)ik+ ijk

(ατ)ij : pengaruh ulangan ke-k tersarang pada periode simpan βk : pengaruh perlakuan pelapisan benih ke-j

(τβ)ik : interaksi antara periode simpan dengan perlakuan pelapisan benih. εijk : galat percobaanperiode simpan ke-i dan perlakuan pelapisan benih ke-j.

Benih cabai dikemas rapat dalam plastik klip, dimasukkan dalam toples dan disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar. Pengujian vigor benih di rumah kaca dilakukan setiap periode simpan benih. Penanaman menggunakan polibag ukuran 10 cm x 15 cm. Media tanam yang digunakan adalah pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1. Tolok ukur yang diamati dalam percobaan ini yaitu: 1. Daya berkecambah (DB) benih. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah

kecambah normal pada hitungan pertama (hari ke-7) dan hitungan kedua (hari ke-14) (ISTA 2010).

DB (%) = kecambah normal H1+H2

benih yang ditanam x 100%

2. Potensi tumbuh maksimum (PTM). Pengamatan meliputi jumlah kecambah normal dan abnormal pada 14 HST.

PTM (%) = benih yang berkecambah

benih yang ditanam x 100%

3. Indeks vigor (IV). Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (first count) yaitu pada hari ke-7.

IV (%) = kecambah normal pada hitungan pertama

benih yang ditanam x 100%

4. Kecepatan tumbuh benih (KCT). Pengamatan dilakukan terhadap kecambah normal sejak hari pertama hingga hari ke-14 setelah tanam. KCT dihitung berdasarkan jumlah pertambahan persentase kecambah normal etmal-1.

KCT (% etmal-1) =

% KN ke−i

etmal + .... +

% KN ke−n

etmal

(18)

7

Percobaan 2: Aplikasi Bakteri Probiotik pada Fase Bibit dari Benih Cabai (Capsicum annuum L.) yang telah Mengalami Penyimpanan

Pengamatan pada percobaan 2 dilakukan setiap periode simpan 6, 9, 12, 15, dan 18 minggu. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan rancangan percobaan Petak Terbagi (Split Plot). Faktor pertama (petak utama) adalah aplikasi penyemprotan yang terdiri atas tiga taraf, yaitu tanpa aplikasi penyemprotan (P0), aplikasi penyemprotan bibit dengan isolat bakteri (P1), dan aplikasi penyemprotan bibit dengan media LB (Luria-Bertani) (P2). Faktor kedua (anak petak) adalah pelapisan benih yang terdiri atas empat taraf, yaitu benih tanpa pelapisan (K), pelapisan benih dengan isolat S. marcescens (B1), pelapisan benih dengan isolat Pseudomonas kel. fluorescens (B2), dan pelapisan benih dengan isolat B. subtilis (B3). Model linier yang digunakan sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2002):

Yijk = μ + Kk + αi+ ik+ βj+ (αβ)ij+ ijk

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan pada faktor pertama taraf ke-i, faktor kedua taraf ke-j, dan ulangan ke-k

μ : rataan umum

Kk : pengaruh ulangan ke-k

αi : pengaruh pelapisan benih ke-i

βj : pengaruh aplikasi penyemprotan ke-j

(αβ)ij : pengaruh interaksi antara pelapisan benih ke-i dan aplikasi penyemprotan ke-j

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1: Aplikasi Bakteri Probiotik terhadap Vigor Benih Cabai (Capsicum annuum L.)

Aplikasi tunggal Pseudomonas kel. fluorescens mampu menghasilkan DB, KCT, dan PTM terbaik selama penyimpanan. Periode simpan benih dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas benih. Meskipun demikian, nilai DB dan PTM yang dihasilkan sampai periode simpan 18 minggu masih tergolong tinggi yaitu, 94.67%. Interaksi perlakuan periode simpan dan pelapisan benih berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur IV dan KCT. Interaksi kedua perlakuan menghasilkan vigor benih tetap tinggi sampai periode simpan 18 minggu. Nilai IV yang dihasilkan sebesar 45.67-91% dan KCT 12.15-14.32% etmal-1. Hasil perlakuan pelapisan benih terbaik jika diinteraksikan dengan periode simpan adalah pelapisan benih dengan isolat S. marcescens. Interaksi perlakuan tersebut menghasilkan nilai tolok ukur vigor benih terbaik pada periode simpan 6, 12, dan 15 minggu (Tabel 1).

Tabel 1 Interaksi pelapisan benih menggunakan bakteri probiotik dan periode simpan terhadap vigor benih cabai

Pelapisan benih Periode simpan benih (minggu)

6 9 12 15 18 Tanpa pelapisan 69.00d 91.00a 70.00cd 49.00f 84.33ab

S. marcescens 88.00ab 83.33abc 75.67bcd 56.67ef 80.00abcd

P. kel. fluorescens 78.00abcd 84.33ab 77.67abcd 45.67f 78.00abcd

B. subtilis 68.00de 80.00abcd 80.33abcd 51.00ef 83.33abc ---KCT (% etmal

-1

)a--- Tanpa pelapisan 13.07bcd 14.26a 13.12bcd 12.22d 14.18ab

S. marcescens 13.94ab 13.31abc 13.77ab 12.56cd 13.95ab

P. kel. fluorescens 13.85ab 13.82ab 13.40abc 12.39cd 14.32a

B. subtilis 13.75ab 13.09bcd 13.29abc 12.15d 14.15ab --- PTM (%) ---

(20)

9

dan PTM selama penyimpanan. Tetap tingginya nilai IV dan KCT selama penyimpanan dapat memberikan banyak manfaat. Nilai IV dan KCT yang tinggi dapat menyerempakkan pertumbuhan tanaman, mengurangi penyulaman selama pembibitan, tidak mudah terserang penyakit, tanaman juga dapat tumbuh dengan vigor yang lebih tinggi, serta dapat bersaing dengan gulma yang tumbuh.

Interaksi perlakuan pelapisan benih dan periode simpan tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur DB dan PTM namun berpengaruh sangat nyata terhadap IV dan KCT (Tabel 1). Hal tersebut diduga karena IV dan KCT sebagai tolok ukur vigor benih dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Menurut Coppeland dan McDonald (2001) vigor benih dipengaruhi oleh konponen genetik dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi vigor benih meliputi, konstitusi genetik benih, tahap kematangan benih saat panen,ukuran dan berat benih, deteriorasi dan penuaan benih, serta ada tidaknya patogen terbawa benih. Keadaan lingkungan yang berbeda-beda selama pengamatan sesuai periode simpan mempengaruhi nilai IV dan KCT. Penurunan nilai IV dan KCT terjadi pada periode simpan 12 dan 15 minggu dikarenakan terjadi serangan hama kutu daun (Myrus persiceae) saat benih mulai berkecambah.

Bakteri S. marcescens, P. fluorescens, dan B. subtilis mampu menghasilkan IAA (Indole Acetic Acid) (Sutariati et al 2006; Astuti 2008; Syamsuddin 2010, Widajati 2012). IAA berfungsi untuk merangsang pembelahan sel pada tanaman (Salisbury dan Ross 1995). P. fluorescens merupakan bakteri yang dapat menghasilkan hormon pertumbuhan sitokinin, IAA, giberelin, siderofor, mampu melarutkan fostat, serta dapat memproduksi kitinase (Widajati 2012). Sitokinin dapat mematahkan dormansi primer dan giberelin dapat memacu perkecambahan benih (Salisbury dan Ross 1995). Diduga hormon sitokinin dan giberelin serta IAA yang dihasilkan oleh Pseudomonas kel. fluorescens mampu memacu perkecambahan benih. Selain itu, hasil penelitian lain menyatakan bahwa inokulasi P. fluorescens dapat melindungi perakaran, meningkatkan kolonisasi mikroba pada akar tanaman yang dapat membantu pertumbuhan tanaman (Baharuddin et al. 2005; Syamsuddin 2010; Sharafzadeh 2012). Interaksi periode simpan dan pelapisan benih menggunakan S. marcescens memberikan hasil vigor terbaik pada periode simpan 6, 12, dan 15 minggu. Hal tersebut diduga karena kemampuan S. marcescens dalam menghasilkan IAA sehingga dapat menghasilkan vigor benih yang tinggi.

Penelitian terdahulu yang mengaplikasikan bakteri secara langsung pada benih (tanpa mengalami penyimpanan) oleh Sutariati et al. (2006) menunjukkan aplikasi Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Serratia sp. dapat meningkatkan daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), indeks vigor (IV), spontanitas tumbuh (SPT), dan kecepatan tumbuh (KCT) dibandingkan tanpa perlakuan bakteri sebagai kontrol. Penelitian Syamsuddin (2010) juga menghasilkan hasil yang sama, perlakuan benih dengan rizobakteri dari kelompok Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Serratia sp. mampu meningkatkan viabilitas maupun vigor benih dibandingkan benih tanpa perlakuan. Penelitian lain juga menghasilkan perlakuan Bacillus polymixa BG25, Pseudomonas fluorescens PG01 dan Serratia liquefaciens SG01 efektif dalam meningkatkan kualitas benih, pertumbuhan, dan hasil cabai (Sutariati dan Safuan 2012).

(21)

KCT, dan PTM tetap tinggi sampai periode simpan 18 minggu meskipun hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pelapisan benih. Hal tersebut dikarenakan periode simpan benih berpengaruh sangat nyata terhadap vigor benih.

Percobaan 2: Aplikasi Bakteri Probiotik pada Bibit Cabai (Capsicum annuum L.) yang Berasal dari Benih yang Telah Mengalami Penyimpanan

Vigor Bibit Cabai yang Berasal dari Benih yang Mengalami Penyimpanan Selama 6 Minggu

Aplikasi tunggal pelapisan benih menggunakan bakteri Pseudomonas kel. fluorescens (B2) dan penyemprotan bibit dengan menggunakan isolat bakteri (P1) mampu meningkatkan rata-rata tinggi dan jumlah daun bibit pada saat 4-6 MST dibandingkan tanpa perlakuan bakteri. Interaksi pelapisan bakteri menggunakan isolat S. marcescens (B1) dan penyemprotan bibit dengan isolat bakteri (P1) menunjukkan tinggi bibit terbaik pada saat 3-6 MST dan jumlah daun terbanyak pada 5 dan 6 MST (Tabel 2 dan 3).

Tabel 2 Aplikasi bakteri probiotik terhadap tinggi bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 6 minggu

Umur bibit

(MST) Pelapisan benih

Aplikasi penyemprotan dengan Tanpa semprot Isolat bakteri Media LB --- Jumlah daun (helai)a ---

S. marcescens 10.72da 13.03a 12.80ab

P. kel. fluorescens 11.52cd 13.15a 12.28abc

B. subtilis 10.77da 11.66cd 11.40cd

5 Tanpa pelapisan 14.11ea 20.40bcd 20.15bcd

S. marcescens 18.91cd 23.93a 20.10bcd

P. kel. fluorescens 20.81bc 23.73a 20.27bcd

B. subtilis 20.09bcd 21.68ab 18.25d

6 Tanpa pelapisan 17.51f 24.06cde 23.09de

S. marcescens 22.97de 28.74a 24.08cde

P. kel. fluorescens 27.07abc 27.40ab 24.95bcd

B. subtilis 24.66bcd 25.12bcd 21.32e

a

(22)

11

Tabel 3 Aplikasi bakteri probiotik terhadap jumlah daun cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 6 minggu

Umur bibit

(MST) Pelapisan benih

Aplikasi penyemprotan dengan Tanpa semprot Isolat bakteri Media LB --- Jumlah daun (helai)a ---

S. marcescens 11.87cd 14.20a 12.40cd

P. kel. fluorescens 12.07cd 13.93ab 12.00cd

B. subtilis 12.07cd 13.00abcd 11.73d

6 Tanpa pelapisan 11.80f 15.40cd 16.33bc

S. marcescens 12.93ef 18.80a 13.73de

(23)

Vigor Bibit Cabai yang Berasal dari Benih yang Mengalami Penyimpanan Selama 9 Minggu

Aplikasi tunggal pelapisan benih berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit saat 3 dan 6 MST serta jumlah daun saat 2-5 MST. Aplikasi penyemprotan dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit cabai. Aplikasi pelapisan benih menggunakan isolat Pseudomonas kel. fluorescens (B2) dapat meningkatkan tinggi dan jumlah daun bibit cabai mulai saat awal pertumbuhan dibandingkan perlakuan pelapisan benih yang lain. Aplikasi semprot menggunakan isolat bakteri (P1) mampu meningkatkan tinggi bibit saat umur 2-5 MST, sedangkan jumlah daun bibit dapat meningkat dengan aplikasi semprot menggunakan media LB (P2) saat 2-4 MST (Tabel 4).

Tabel 4 Aplikasi bakteri probiotik terhadap vigor bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 9 minggu

Perlakuan Umur bibit (MST)

2 3 4 5 6

--- Tinggi bibit (cm)a --- Aplikasi semprot:

Tanpa semprot 3.3200 4.4200 4.6000 6.66 11.7100 Dengan isolat bakteri 3.9300 4.5900 4.8500 6.73 11.2500 Dengan media LB 3.4700 4.5000 4.6500 6.53 10.8600 Dengan isolat bakteri 1.8800 3.7300 3.7300 5.72 11.080 Dengan media LB 1.9300 3.7600 3.7700 5.63 10.880

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

(24)

13

Gambar 2 Pertumbuhan bibit cabai umur 6 MST yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan 9 minggu. A (B3+P0); B (B2+P0); C (B1+P0); D (tanpa aplikasi bakteri); E (B3+P1); F (B2+P1); G (B1+P1); H (tanpa aplikasi bakteri); I (B3+P2); J (B2+P2); K (B1+P2); L (tanpa aplikasi bakteri)

Vigor Bibit Cabai yang Berasal dari Benih yang Mengalami Penyimpanan Selama 12 Minggu

Interaksi perlakuan pelapisan benih dan penyemprotan bibit nyata meningkatkan tinggi bibit saat umur 5 dan 6 MST. Interaksi perlakuan tanpa penyemprotan (P0) dan pelapisan benih dengan S. marcescens (B1) memberikan tinggi terbaik saat 2-3 MST, namun pada 5 dan 6 MST tinggi bibit meningkat dengan interaksi perlakuan penyemprotan menggunakan media LB (P2) dan pelapisan benih menggunakan Pseudomonas kel. fluorescens (B2) (Tabel 5). Tabel 5 Aplikasi bakteri probiotik terhadap tinggi bibit cabai yang berasal dari

benih yang telah mengalami penyimpanan selama 12 minggu Umur bibit

(MST) Pelapisan benih

Aplikasi penyemprotan dengan Tanpa semprot Isolat bakteri Media LB

---Tinggi bibit (cm)a ---

2 Tanpa pelapisan 2.530000 2.270vvv 2.300vv

S. marcescens 2.670000 2.470vvv 2.270vv

P. kel. fluorescens 2.50000v 2.270vvv 2.330vv

B. subtilis 2.300vv0 2.47000v 2.400vv

3 Tanpa pelapisan 2.770vvv 2.600vvv 2.5700v

S. marcescens 2.900vvv 2.770vvv 2.430vv

P. kel. fluorescens 2.670vvv 2.400vvv 2.600vv

B. subtilis 2.4700vv 2.670vvv 2.600vv

4 Tanpa pelapisan 3.070vvv 2.900vvv 2.700vv

S. marcescens 3.030vvv 3.070vvv 2.670vv

P. kel. fluorescens 2.870vvv 2.670vvv 2.930vv

B. subtilis 2.700vvv 2.930vvv 2.800vv

5 Tanpa pelapisan 3.30ab0v 2.93bcd0 2.80d0v

S. marcescens 3.27abc0 3.13abcd 2.83cd0

P. kel. fluorescens 3.03abcd 2.87bcd0 3.43a0v

B. subtilis 2.97bcd0 3.20abcd 3.00bcd

6 Tanpa pelapisan 3.77bcd0 3.63bcd0 3.33d0v

S. marcescens 3.60cd00 3.77bcd0 3.53cd0

P. kel. fluorescens 3.53cd00 3.43d000 4.80a0v

B. subtilis 3.633bcd 3.97bc0v 4.07b00

a

(25)

Interaksi perlakuan pelapisan benih dan penyemprotan bibit nyata mempengaruhi jumlah daun saat bibit berumur 4-6 MST. Peningkatan jumlah daun dihasilkan dari interaksi perlakuan yang berbeda-beda setiap minggunya (Tabel 6). Terjadi serangan hama kutu daun (M. persiceae) saat bibit masih pada fase kecambah (7 HST) sehingga bibit menjadi kerdil dan tidak dapat tumbuh dengan baik hingga akhir pengamatan.

Tabel 6 Aplikasi bakteri probiotik terhadap jumlah daun bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 12 minggu Umur bibit

(MST) Pelapisan benih

Aplikasi penyemprotan dengan Tanpa semprot Isolat bakteri Media LB

---Jumlah daun (helai)a---

(26)

15

Tabel 7 Aplikasi bakteri probiotik terhadap vigor bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 15 minggu

Perlakuan Umur bibit (MST)

2 3 4 5 6

---Tinggi bibit (cm)a --- Aplikasi semprot:

Tanpa semprot 2.16a0 2.33a0 2.62a0 2.8200 3.37a0 Dengan isolat bakteri 1.91b0 2.07b0 2.34b0 2.6300 2.91b0 Dengan media LB 2.04ab 2.18ab 2.48ab 2.8100 3.52a0 Pelapisan benih:

Tanpa pelapisan 2.0900 2.2300 2.5300 2.8100 2.96c0 S. marcescens 2.0500 2.1900 2.4800 2.7300 3.50a0 P. kel. fluorescens 2.0400 2.1900 2.4800 2.7800 3.42ab

B. subtilis 1.9600 2.1600 2.4300 2.6900 3.19bc

---Jumlah daun (helai)a --- Aplikasi semprot:

Tanpa semprot 0.0000 0.5200 1.3400 1.6400 2.25a0 Dengan isolat bakteri 0.0000 0.5800 1.3400 1.5600 1.97b0 Dengan media LB 0.0000 0.5600 1.3700 1.6400 2.36a0 Pelapisan benih:

Tanpa pelapisan 0.0000 0.6700 1.2400 1.51b0 1.75c0 S. marcescens 0.0000 0.4600 1.3300 1.66ab 2.39a0 P. kel. fluorescens 0.0000 0.5600 1.4600 1.74a0 2.46a0

B. subtilis 0.0000 0.5200 1.3700 1.54b0 2.16b0

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Vigor Bibit Cabai yang Berasal dari Benih yang Mengalami Penyimpanan Selama 18 Minggu

Aplikasi tunggal maupun interaksinya tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan bibit cabai dari benih yang telah disimpan 18 minggu (Gambar 3).

(27)

Tinggi bibit dan jumlah daun meningkat dengan perlakuan penyemprotan bibit menggunakan media LB (2, 3, dan 6 MST) serta dengan perlakuan pelapisan benih menggunakan B. subtilis (4-6 MST). Aplikasi tanpa penyempotan (P0) menghasilkan rata-rata tinggi dan jumlah daun terendah selama pengamatan (Tabel 8).

Tabel 8 Aplikasi bakteri probiotik terhadap vigor bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 18 minggu

(28)

17

sehingga tanaman menjadi kerdil hingga akhir pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan aplikasi pelapisan benih maupun penyemprotan bibit menggunakan bakteri tidak memberikan pengaruh yang nyata pada bibit cabai yang berasal dari benih yang telah disimpan 18 minggu.

Meningkatnya pertumbuhan bibit cabai dikarenakan bakteri-bakteri pemacu pertumbuhan tanaman dapat memproduksi metabolit sekunder (antibiotik, sianida, dan hormon pertumbuhan), menghasilkan siderofor, mengendalikan patogen, serta dapat memfiksasi N dan meningkatkan P tersedia dalam tanah, sehingga nutrisi tersedia bagi tanaman meningkat (Sharafzadeh 2012). S. marcescans, P. fluorescens, dan B. subtilis sebagai bakteri probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena mampu menghasilkan IAA (Sutatiati et al. 2006; Astuti 2008; Syamsuddin 2010; Widajati 2012) dan hormon pertumbuhan seperti giberelin dan sitokinin (Widajati 2012) serta dapat melarutkan P dalam tanah (Sharafzadeh 2012). Bakteri pemacu pertumbuhan juga dapat menghasilkan siderofor (Compant et al. 2010; Sharafzadeh 2012) sehingga dapat mengurangi pertumbuhan patogen dalam rizosfer. Siderofor merupakan senyawa yang dapat membantu ketersediaan Fe dari lingkungan menjadi tersedia bagi tanaman (Parida 2012).

Aplikasi tunggal pelapisan benih dan penyemprotan menggunakan isolat S. marcescans dan Pseudomonas kel. fluorescens mampu meningkatkan pertumbuhan pada bibit yang berasal dari benih yang telah disimpan selama 6 sampai 15 minggu, sedangkan aplikasi tunggal pelapisan benih dan penyemprotan menggunakan isolat B. subtilis mampu meningkatkan pertumbuhan pada bibit yang berasal dari benih yang telah disimpan selama 18 minggu. Hasil pengamatan terhadap tinggi dan jumlah daun bibit selama periode simpan 6-18 minggu menunjukkan bahwa aplikasi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan adalah aplikasi menggunakan Pseudomonas kel. fluorescens baik diaplikasikan dalam pelapisan benih maupun penyemprotan bibit.

Aplikasi bakteri pemacu pertumbuhan mampu meningkatkan tinggi, jumlah daun, jumlah bunga, dan jumlah buah tanaman cabai (Taufik 2010). Aplikasi bakteri probiotik juga mampu meningkatkan tinggi bibit, jumlah daun, dan panjang akar tanaman cabai (Sutariati et al. 2006; Syamsuddin 2010) dan tomat (Iswati 2012; Sharafzadeh 2012). Inokulasi B. subtilis pada akar dapat meningkatkan panjang dan bobot akar, bobot buah, serta hasil panen tanaman tomat (Mena dan Violante 2007). Aplikasi B. subtilis pada paprika juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen dibandingkan perlakuan kontrol (Burelle et al. 2006; Herman et al. 2008). Inokulasi B. subtilis pada benih terong dapat memperbaiki morfologi tanaman, terutama akar dan meningkatkan enzim antioksidan sehingga dapat meningkatkan penyerapan nutrisi oleh akar dan meningkatkan biomasa tanaman serta dapat memperpendek waktu berkecambah benih, memacu pertumbuhan embrio, dan meningkatkan indeks vigor benih (Zongzheng et al. 2009).

(29)

merangsang pembelahan sel, pemanjangan akar dan batang, serta mempengaruhi pertumbuhan pucuk. Sementara itu, giberelin berfungsi dalam memacu pertumbuhan, memacu perkecambahan benih dorman, pembungaan, serta perkembangan buah. Sitokinin berfungsi untuk pembelahan sel dan mematahkan dormansi primer (Salisbury dan Ross 1995).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pelapisan benih menggunakan bakteri Serratia marcescens, Pseudomonas kel. fluorescens, dan Bacillus subtilis mampu memacu perkecambahan benih serta dapat mempertahankan vigor benih selama penyimpanan. Perlakuan penyimpanan dan interaksinya dengan pelapisan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tolok ukur IV dan KCT. Nilai IV dan KCT yang dihasilkan selama penyimpanan tetap tinggi, yaitu nilai IV sebesar 45.67-91.00% dan nilai KCT sebesar 12.15-14.32% etmal-1. Perlakuan penyimpanan dan interaksinya dengan pelapisan benih tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur DB dan PTM. Nilai DB dan PTM masih tergolong tinggi hingga periode simpan 18 minggu, yaitu 94.67%.

Pelapisan benih menggunakan Serratia marcescens dan interaksinya dengan periode simpan menghasilkan nilai vigor benih terbaik pada periode simpan 6, 12, dan 15 minggu. Aplikasi pelapisan benih dan penyempotan bibit menggunakan ketiga isolat bakteri yang diujikan mampu meningkatkan pertumbuhan bibit cabai dari benih yang telah disimpan. Hasil pengamatan terhadap tinggi dan jumlah daun bibit selama periode simpan 6-18 minggu menunjukkan bahwa aplikasi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan adalah aplikasi menggunakan Pseudomonas kel. fluorescens baik diaplikasikan dalam pelapisan benih maupun penyemprotan bibit.

Saran

(30)

19

DAFTAR PUSTAKA

Ashworth S. 2002. Solanaceae, p. 152-154. In Whealy K (Ed.). Seed to Seed, Seed Saving and Growing Techniques for Vegetable Gardeners. United States (US): Seed Savers Exchange, Inc.

Astuti RI. 2008. Analisis karakter Pseudomonas sp. sebagai agen pemacu pertumbuhan tanaman dan biokontrol Fungi patogen [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Baharuddin, Nursaba, Kuswinanti T. 2005. Pengaruh pemberian Pseudomonas fluorescens dan “effective microorganism 4” dalam menekan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan Pbi dan PFI XVI Komda Sulawesi Selatan [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Sulawesi Selatan (ID): PEIPFI. hlm 195-200; [diunduh 2013 Mei 21]. Tersedia pada: http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2012/01/33-Bahar-Prosiding1.pdf.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi cabai besar tahun 2011 naik 10.12 persen dibandingkan tahun sebelumnya. BPS [internet]. [diunduh 2012 Oktober 21]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/?news=947.

Burelle NK, Kloepper JW, Reddy MS. 2006. Plant growth-promoting rhizobacteria as transplant amendements and their effects on indegenous rhizosphere microorganisms. Applied Soil Ecology. 31:91-100.

Compant S, Clement C, Sessitsch A. 2010. Plant growth-promoting bacteria in the rhizosphere and endosphere of plants: their role, colonization, mechanism involved and prospects for utilization. Soil Biology and Biochemistry. 42:669-678.

Copeland LO, McDonald MB. 2001. Principles of Seed Science and Technology. London (UK): Kluwer Academic Publ.

Desai BB, Kotecha PM, Salunkee DK. 1997. Seeds Handbook: Biology, Production, Processing, and Storage. New York (US): Marcel Dekker, Inc. George RAT. 1999. Vegetable Seed Production. New York (US): CABI Publ. Goni. 2010. Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp terhadap vigor benih dan

bibit cabai besar (Capsicum annuum l.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hastuti RD, Ginting RCB. 2007. Enumerasi bakteri, cendawan, dan aktinomiset, hal 13-22. Dalam Saraswati R, Husein E, dan Simanungkalit RDM (Eds.). Metode Analisis Biologi Tanah. Jakarta (ID): Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Herman MAB, Nault BA, Smart CD. 2008. Effects of plant growth-promoting rhizobacteria on bell pepper production and green peach aphid infestations in New York. Crop Protection. 27:996-1002.

Ilyas S. 2003. Teknologi Pelapisan Benih, Makalah Seminar Benih Pellet. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.

[ISTA] International Seed Testing Assosiation. 2010. International Rules for Seed Testing. Switzerland (CH): ISTA Publ.

(31)

Justice OE, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R, penerjemah. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Terjemahan dari: Principles and Practices of Seed Storage.

Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengolahan, dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Mashum M, Soedarsono J, Susilowati LE. 2003. Biologi Tanah. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Mena HG, Olalde V. 2007. Alteration of tomato fruit quality by root inoculation with plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR): Bacillus subtilis BEB-13bs. Scientia Horticulturae. 113:103-106.

Noor A. 2003. Pengaruh fosfat alam dan kombinasi bakteri pelarut fosfat dengan pupuk kandang terhadap P tersedia dan pertumbuhan kedelai pada ultisol. Bul. Agron. 31:100-106.

Palupi T, Ilyas S, Machmud M, Widajati E. 2012. Pengaruh formula coating terhadap viabilitas serta daya simpan benih padi (Oryza sativa l.). J Agron. Indonesia. 40(1):21-28.

Parida I. 2012. Seleksi dan karakterisasi bakteri penghasil siderofor sebagai agens antagonis Ralstonia solanacearum pada tomat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purnomo DW, Purwoko BS, Yahya S, Sujiprihati S, Mansur I, Amisnaipa. 2008. Tanggap pertumbuhan dan hasil cabai (Capsicum annuum L.) terhadap inokulasi fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol. Bul. Agron. 36:229-235.

Rahayu E, Widajati E. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih caisin (Brassica chinensis L.). Bul. Agron. 35(3):191-196.

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1997. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi. Herison C, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: World Vegetable: Principles, Production, and Nutritive Values.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid tiga. Lukmana DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Plant Fisiology.

Sari PE. 2009. Pengaruh komposisi bahan pelapis dan Methylobacterium spp. terhadap daya simpan benih dan vigor bibit kacang panjang (Vigna sinensis L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiyowati H, Surahman M, Wiyono S. 2007. Pengaruh seed coating dengan fungisida benomil dan tepung curcuma terhadap patogen antraknosa terbawa benih dan viabilitas benih cabai besar (Capsicum annuum L.). Bul. Agron. 35:176-172.

Sharafzadeh S. 2012. Effects of PGPR on growth and nutrients uptake of tomato. IJAET. 2:27-31.

Sutariati GAK, Safuan LO. 2012. Perlakuan benih dengan rizobakter meningkatkan mutu benihdan hasil cabai (Capsicum annuum L.). J Agron. Indonesia. 40(2):125-131.

(32)

21

Syamsuddin. 2010. Perlakuan benih untuk pengendalian penyakit busuk phytophthora, peningkatan hasil dan mutu benih cabai merah (Capsicum annuum L.) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syukur M. 2006. Pelatihan Budidaya dan Agribisnis Cabai. Bogor (ID): Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat, IPB Pr.

Taufik M. 2010. Pertumbuhan dan produksi tanaman cabai yang diaplikasi plant growth promoting rhizobacteria. J Agrivigor. 10:99-107.

Utama MZH, Yahya S. 2003. Peranan mikoriza VA, rhizobium dan asam humat pada pertumbuhan dan kadar hara beberapa spesies legum penutup tanah. Bul. Agron. 31(3):94-99.

Widajati E, Syukur M, Giyanto. 2012. Aplikasi bakteri probiotik untuk peningkatan mutu benih jagung dan cabai IPB [laporan penelitian]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yuningsih AFV. 2009. Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp. terhadap viabilitas benih buncis (Phaseolus vulgaris L.) selama penyimpanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(33)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 21 Juni 1990 dari ayah Susilo dan ibu Suhartini. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tuban dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Tabel 1  Interaksi pelapisan benih menggunakan bakteri probiotik dan periode
Tabel 2 Aplikasi bakteri probiotik terhadap tinggi bibit cabai yang berasal dari
Tabel 3 Aplikasi bakteri probiotik terhadap jumlah daun cabai yang berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan selama 6 minggu
Tabel 5  Aplikasi bakteri probiotik terhadap tinggi bibit cabai yang berasal dari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengurus Barang Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di daerah, Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu telah menerbitkan

Hasil sidik ragam kadar protein koro benguk akibat lama perendaman dan konsentrasi natrium bikarbonat tidak terdapat interaksi antara kedua faktor, tetapi berbeda nyata

Model Pembelajaran Snowbal Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X IPS 1 SMA Negeri 9 Pontianak? Permasalahan utama tersebut

Perbedaan yang ditunjukan adalah hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran reciprocal teaching lebih tinggi dari hasil belajar

Hasil analisis regresi berganda bobot hidup dan BCS terhadap total IB sapi Madura betina yang tidak disilangkan diperoleh koefisien determinasi 0,031, ini berarti 3,1% variasi

Dari pendapat para ahli ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daripada kinerja karyawan atau pegawai itu antara lain adalah kesetiaan (loyalitas)