• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF

HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA

SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

MIKOLEHI FIRDAUS

A24060441

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

MIKOLEHI FIRDAUS. Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan ADE WACHJAR).

Magang yang telah dilaksanakan bertujuan untuk mempelajari tahapan dalam memproduksi benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu serta mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif melalui pengamatan vegetatif dan analisis tandan. Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama empat bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010 sampai tanggal l5 Juli 2010. Penulis melakukan identifikasi karakter vegetatif dan generatif/analisis tandan kelapa sawit pada

tanaman yang sama di kebun uji Sei Dadap. Penulis juga melakukan kegiatan penelusuran tetua kelapa sawit yang menurunkan sifat penyakit tajuk.

Pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi.

Hasil pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap menunjukkan bahwa tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu 534.110 cm. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98, yaitu 3.293 m. Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98. Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Leaf area terluas terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.553 m2. Total leaf area (TLA) terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 437.99 m2. Leaf area index (LAI) di kebun uji Sei Dadap berkisar antara 4.757 - 6.260. LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.260.

Di kebun uji Sei Dadap terdapat beragam persilangan yang dilakukan oleh pemulia PPKS. Persilangan terbaik dapat diketahui dari berbagai peubah tandan

(3)

% minyak/daging, dan % minyak/tandan. Peubah-peubah tersebut diperlukan untuk mengetahui potensi produksi minyak yang akan dihasilkan oleh kelapa sawit.

Dari berbagai persilangan yang dilakukan di kebun uji Sei Dadap tersebut, persilangan terbaik dapat diketahui berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi. Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression

pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter tersebut yaitu buah/tandan (X1), daging/buah (X2), inti/buah (X3), minyak/daging (X4), dan

bobot tandan (X5). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan

karakter yang paling berpengaruh/berkontribusi besar terhadap minyak/tandan. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga peubah X1, X2, dan

X4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Melalui tiga peubah tersebut

didapatkan persamaan yang digunakan untuk melihat nilai Y terbaik. Hasil yang diperoleh dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling baik yaitu sebesar 30.02 persen.

Pada penelusuran tetua penyakit tajuk, dilakukan penelusuran berdasarkan

tetua yang digunakan sebagai pohon betina (female) dan tetua yang digunakan sebagai pohon jantan (male). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon induk didapatkan melalui persentase parent female (PF) dan grandparent female

(GPF). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon jantan didapatkan melalui persentase parent male (PM) dan grandparent male (GPM). Persentase PF dan PM didapatkan dari jumlah tanaman yang terkena penyakit tajuk dengan berbagai persilangan pada tetua induk atau tetua bapak tertentu. Persentase GPF dan GPM diperoleh dari jumlah seluruh pohon yang terkena penyakit tajuk pada setiap persilangan dan tetua betina keturunan dari orijin betina atau orijin jantan yang sama. Persentase GPF maupun GPM yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut banyak menurunkan penyakit tajuk pada keturunannya.

(4)

IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF

HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Mikolehi Firdaus

A24060441

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

Nama : MIKOLEHI FIRDAUS NIM : A24060441

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Ir. Abdul Qadir, M.S.

NIP: 19620927 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S.

NIP: 19550109 198003 1 008

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP: 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Tirto, Provinsi Lampung pada tanggal 9 Mei 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak H. Jimin dan Ibu Hj. Siti Maryami.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri Sidoasih, Ketapang-Lampung Selatan pada tahun 2000, SLTP Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2003 dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan studi ke pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB pada tahun 2007.

Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus. Penulis pernah sebagai staf Departemen Kebijakan Publik BEM KM IPB Kabinet IPB Bersatu (2006 - 2007). Penulis pernah menjabat ketua umum Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) periode 2008-2009. Selain itu, penulis juga dipercaya sebagai wakil ketua panitia Masa Pengenalan Departemen (MPD) pada tahun 2008.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul : Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara.

Skripsi ini ditulis berdasarkan kegiatan yang dilakukan penulis di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS Marihat selama empat bulan. Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Ir Abdul Qadir, MSi dan Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi.

2. Ibu Ir Megayani Sri Rahayu, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian studi selama perkuliahan.

3. Bapak Dr Muhammad Syukur, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam ujian skripsi.

4. Ayahanda H. Jimin A.Ma dan ibunda Hj. Siti Maryami tercinta atas pemberian motivasi, dukungan dan doanya pada setiap waktu.

5. Bapak Dr Ir Iman Yani Harahap selaku Kepala Unit Usaha PPKS Marihat yang telah bersedia menerima penulis melakukan kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat.

6. Bapak Edy Suprianto, SP, MSc selaku manajer Breeding and Research Development (BRD) yang telah membimbing penulis selama kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat.

(8)

8. Teman-teman Departemen Agronomi dan Hortikultura Angkatan 43, kalian mutiara sangat berharga bagi saya.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Januari 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 5

Varietas Tanaman Kelapa Sawit ... 6

Penyerbukan Kelapa Sawit ... 7

Pemuliaan Kelapa Sawit ... 8

METODE MAGANG ... 11

Tempat dan Waktu ... 11

Metode Pelaksanaan ... 11

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 12

KEADAAN UMUM ... 13

Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit ... 13

Lokasi dan Letak Geografis PPKS ... 14

Keadaan Tanaman dan Lahan ... 15

Struktur Organisasi ... 16

PELAKSANAAN MAGANG ... 18

Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit ... 18

Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan ... 35

PEMBAHASAN ... 44

Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap ... 44

Analisis Tandan ... 48

Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

Kesimpulan ... 59

Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di PPKS

Marihat ... 15

2. Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat ... 16

3. Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label ... 25

4. Kelas Fruitset pada Tandan ... 29

5. Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit ... 30

6. Data Hasil Telling di Blok 2005 Afdeling II ... 39

7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Sei Dadap ... 44

8. Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap ... 46

9. Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif ... 48

10. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan ... 49

11. Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap ... 50

12. Korelasi pada Karakter Analisis Tandan ... 51

13. Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan ... 52

14. Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi ... 53

15. Orijindan Tetua sebagai Betina yang Mewariskan Penyakit Tajuk ... 57

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) ... 9

2. Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh... 22

3. Posisi Bunga untuk Pengamatan ... 23

4. Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan ... 26

5. Kegiatan Penomoran Pohon: (a) Pembersihan, (b) Pelepah yang Telah Dibersihkan, (c) Penomoran ... 35

6. Pengukuran Lingkar Batang ... 36

7. Pengukuran Lebar Petiole (a), Tebal Petiole (b), dan Lebar Anak Daun (c)... 36

8. Pengukuran Diameter Batang (a) dan Tinggi Tanaman (b) ... 37

9. Penghitungan Pelepah Daun (a), Contoh Daun Membuka 70 % (b) ... 37

10. Buah Tenera Hasil Segregasi ... 38

11. Serangan Oryctes pada Daun Muda (a) dan pada Pangkal Pelepah (b) ... 39

12. Tanaman Kelapa Sawit yang Doyong ... 40

13. Gejala Fronds Berputar: (a) Pohon yang Sakit (b) Pohon yang Sudah Pulih ... 40

14. Gejala Kekurangan Boron (a) dan Serangan Oryctes (b) ... 41

15. Gejala Serangan Penyakit Tajuk ... 41

16. Tanaman Abnormal... 42

17. Pengukuran Duri Spikelet (a) Panjang, (b) Lebar, dan (c) Tebal ... 43

18. Pengukuran (a) Panjang Buah, (b) Lebar Buah, (c) Panjang Biji, dan (d) Lebar Biji ... 43

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Varietas Kelapa Sawit di PPKS ... 65

2. Struktur Organisasi PPKS ... 66

3. Sidik Ragam Karakter Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap ... 67

4. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Generatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap ... 68

5. Hasil Best Regression dari Minitab 14 ... 69

6. Hasil Pengamatan Penyakit Tajuk di Pembibitan ... 73

7. Hasil Pengamatan di Blok 2005 Afdeling II ... 74

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat potensial di Indonesia. Kelapa sawit sangat berperan dalam pembangunan nasional yang saat ini terus digalakkan. Hasil olahan minyak sawit digunakan dalam industri rafinasi dan fraksionasi, industri oleokimia, dan industri energi alternatif. Perkebunan kelapa sawit dapat menambah cadangan devisa negara dan lapangan pekerjaan di Indonesia di samping mampu meningkatkan perekonomian.

Peta penyebaran kelapa sawit di Indonesia mencakup 19 provinsi dengan luas areal tanaman pada tahun 2004 sebesar 5.45 juta hektar. Provinsi yang mempunyai luas areal terbesar yaitu Riau dengan luas 1.37 juta hektar atau 25.15 % dari total areal kelapa sawit nasional. Peringkat kedua dan ketiga yaitu Provinsi Sumatera Utara (17.53 %) dan Sumatera Selatan (9.46 %). Komposisi kepemilikan usaha kelapa sawit yang paling dominan yaitu perkebunan swasta nasional (PBSN), disusul kemudian oleh perkebunan rakyat dan perkebunan negara (Pahan, 2008). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2007), luas

lahan kelapa sawit perkebunan besar meningkat sebesar 2.53 % yaitu dari 3 592 000 hektar pada tahun 2005 menjadi 3 682 900 hektar pada tahun 2006.

Luas lahan kelapa sawit perkebunan rakyat mengalami peningkatan sebesar 11.86 % yaitu dari 2 356 900 hektar pada tahun 2005 menjadi 2 636 400 hektar pada tahun 2006.

(14)

dihasilkan oleh produsen benih yaitu 7 - 10 ton CPO/ha/tahun. Tidak tercapainya potensi produktivitas tersebut diduga karena banyaknya penggunaan benih palsu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (Latif, 2006). Benih palsu merupakan benih yang dihasilkan bukan dari perusahaan benih kelapa sawit yang telah resmi ditunjuk oleh pemerintah. Benih palsu tidak memiliki asal usul yang jelas sehingga tidak diketahui potensi produksi yang akan dihasilkan oleh benih tersebut.

Benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu didapatkan dari persilangan berbagai tanaman yang unggul. Benih yang akan digunakan harus jelas asal-usulnya, yaitu berasal dari pusat sumber benih. Perlu diketahui juga varietas yang dianjurkan, riwayat penemuan, potensi produksi, dan tindakan kultur teknis yang perlu dilakukan agar potensi tersebut dapat tercapai. Pemilihan tetua sangat penting karena akan menentukan karakter benih yang nanti akan dihasilkan.

Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah:

1. Meningkatkan wawasan pengetahuan dan kemampuan kerja, baik secara teknis di lapangan maupun manajerial.

2. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam memahami proses kegiatan kerja di perkebunan kelapa sawit serta dapat membandingkan teori dan praktik di lapangan.

Tujuan secara khusus adalah:

1. Mempelajari tahapan proses dalam memproduksi benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu serta mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif melalui pengamatan vegetatif dan analisis tandan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah.

Secara umum, taksonomi tanaman kelapa sawit yang dikutip dari Lubis (2008) adalah:

Divisi : Tracheophyita Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae

Famili : Arecaceae/Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Akar kelapa sawit merupakan bagian dari tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah serta dapat menjadi alat respirasi tanaman. Akar terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuartener. Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar sekunder merupakan akar yang terbentuk dari akar primer. Akar sekunder

membentuk akar tersier, dan akar tersier membentuk akar kuartener. Akar tersier dan kuartener inilah yang paling aktif dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah. Pada tanaman di lapangan, akar-akar tersebut terutama berada pada 2 - 2.5 m dari pangkal pokok atau di luar piringan yang merupakan daerah sebaran pupuk.

Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak (midrib).

(16)

c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.

d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang.

Menurut Lubis (1992) daun kelapa sawit yang pertama kali muncul pada stadia bibit berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan meyusul

pinnate. Daun dihasilkan dalam urutan-urutan yang teratur dan memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar ke kiri atau ke kanan, tetapi kebanyakan berputar ke kanan. Pengenalan arah putaran penting dilakukan untuk mengetahui letak daun ke-17 yang dapat digunakan sebagai pengambilan contoh daun untuk analisis perhitungan dosis pemupukan. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Selama setahun, pelepah daun yang dihasilkan berkisar 20 - 30, kemudian semakin berkurang sesuai umur menjadi 18 - 25. Panjang pelepah bervariasi bergantung pada varietas dan kesuburan tanah. Jumlah anak daun yang dihasilkan oleh setiap pelepah dapat mencapai 150 – 200 helai.

Luas permukaan daun tanaman kelapa sawit dapat mencapai 10 - 15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Perbedaan umur akan

mempengaruhi luas permukaan daun demikian pula varietas pohon induk yang dipakai dalam persilangan. Pada umumnya daun akan mencapai luas maksimum pada umur 10 - 13 tahun. Penanaman yang rapat akan lebih mempercepat tercapainya luas permukaan daun maksimum tersebut (Lubis, 1992).

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian 15 - 20 m. Batang berbentuk silindris dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Batang bagian bawah umumnya lebih besar daripada batang bagian atas yang disebut bongkol batang atau bowl. Kelapa sawit ada yang tumbuh secara cepat dan ada pula yang lambat. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan dalam pemilihan pohon induk karena keterkaitannya dengan masalah panen (Lubis, 2008).

(17)

2.5 tahun. Bunga tumbuh di setiap ketiak pelepah yang nantinya akan menghasilkan bunga jantan atau betina. Jenis bunga yang dihasilkan bergantung pada faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah, dan umur tanaman (Hakim, 2007).

Bunga jantan tumbuh silindris, terdiri atas tangkai bunga (spikelet) yang berbentuk silinder dengan panjang sekitar 10 - 20 cm dengan diameter sekitar 1 - 1.5 cm. Satu rangkaian bunga memiliki 100 - 150 spikelet. Setiap spikelet berisi 500 - 1 500 bunga kecil yang nantinya akan menghasilkan tepung sari (Lubis, 1992). Menurut Pahan (2008) bunga jantan mekar mulai dari bagian dasar

spikelet dan seluruh bunga sudah mekar dalam waktu dua hari, kecuali pada kondisi hujan yang mekar setelah empat hari.

Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15 - 20 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga memiliki 100 - 200 spikelet dan setiap spikelet memiliki 15 - 20 bunga betina. Bunga betina yang kecil inilah yang akan diserbuki oleh tepung sari. Bunga betina yang terbentuk tidak semuanya akan membentuk buah sempurna yang matang, terutama bagian dalam tandan.

Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 - 2 000 buah bergantung pada besarnya tandan. Setiap pokok kelapa sawit dapat menghasilkan 15 - 25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan 8 - 12 tandan/pokok/tahun pada tanaman dewasa (Lubis, 2008).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0 - 500 meter di atas permukaan laut (dpl.). Curah hujan yang baik berkisar antara 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan penyebaran hujan merata sepanjang tahun sehingga tidak mengalami defisit air. Suhu harian optimal berkisar antara 24 - 28 oC, kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan sangat penting karena berhubungan dengan sifat tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Fluktuasi curah hujan secara langsung berkorelasi erat

(18)

Menurut Setyamidjaja (2006), sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit yang baik adalah sebagai berikut: 1. Solum cukup dalam (> 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak

terganggu.

2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, dan liat 20 - 25 %.

3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang memiliki drainase buruk sebaiknya dibuat saluran drainase.

5. Reaksi tanah (pH) optimal yaitu pada 5 - 5.5.

6. Tanah memiliki kandungan unsur hara cukup tinggi.

Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki berbagai varietas berdasarkan tebal tipisnya cangkang (Setyamidjaja, 2006). Vaughan (1970) membagi jenis kelapa sawit tersebut dalam empat varietas, yaitu: (1) varietas Macrocarya dengan ketebalan cangkang 40 - 60 %, (2) varietas Dura dengan ketebalan cangkang 20 - 40 %, (3) varietas Tenera dengan ketebalan cangkang 5 - 20 %, dan (4) varietas Pisifera

dengan cangkang tipis. Menurut Pahan (2008) varietas Tenera lebih disukai untuk penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocarp-nya lebih tinggi daripada Dura. Varietas Macrocarya akhir-akhir ini sudah tidak dipakai lagi karena tidak merupakan sifat genetik yang signifikan.

Jenis tanaman kelapa sawit juga dapat dibedakan dari warna buah. Varietas yang dibedakan dari warna buah (Lubis, 2008) antara lain:

1. Nigrescens, yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) setelah matang.

2. Virescens, yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna merah kuning (orange).

(19)

Penyerbukan Kelapa Sawit

Bunga betina pada tanaman kelapa sawit tidak serentak dalam anthesis. Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 3 - 5 hari atau lebih. Bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah sehingga waktu anthesis tidak bersamaan dan terjadi penyerbukan silang. Menurut Pamin dan Tailiez (1976), pada areal tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda (young mature palms) sering terjadi masalah kekurangan tepung sari/polen. Kekurangan tepung sari tersebut akan mengakibatkan pembentukan tandan-tandan yang kurang sempurna dan kadang-kadang menjadi busuk. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan penyerbukan buatan (assisted pollination) dengan menaburkan serbuk sari dari pohon berbeda ke bunga-bunga betina yang sedang dalam masa subur.

Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang menurut hasil pengamatan Lubis (2008) di Marihat menunjukkan hasil sebagai berikut: 1. Daging buah (mesocarpium). Warna buah hingga 3 bulan setelah anthesis

masih putih-kehijauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah masih terdiri atas air, serat, dan klorofil serta minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah terbentuk dengan terbentuknya karoten.

2. Cangkang atau tempurung. Cangkang terbentuk satu bulan setelah

penyerbukan, tetapi masih sangat tipis dan lembut. Pengerasan terus berlangsung dan pada umur 3 bulan cangkang sudah mengeras. Warna cangkang berubah dari putih menjadi cokelat muda.

3. Inti (endocarpium atau nucleus seminis). Pada umur 2 bulan terjadi perubahan bentuk dari cairan menjadi agar-agar dan pada umur 3 bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras.

(20)

Pemuliaan Kelapa Sawit

Pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individu-individu terbaik dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka panjang lainnya adalah mendapatkan pohon yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, tandan lebih berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, tangkai buah lebih pendek, serta adaptasi tanaman baik (Lubis, 2008). Pelaksanaan program pemuliaan menggunakan metode yang banyak digunakan, yaitu metode Resiprocal Recurrent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Metode RRS merupakan skema yang sangat menarik baik bagi program pemuliaan maupun produksi benih dan klon kelapa sawit. Hal ini disebabkan: (1) pemilihan tetua untuk memproduksi benih hibrida komersil didasarkan atas pengujian keturunan (progeny test), sehingga hanya hibrida-hibrida teruji yang disalurkan kepada konsumen, (2) skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan terbaik dan perbaikan dapat dilakukan melalui selfing, (3) hibrida komersil dapat direproduksi dengan menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura dan berbagai persilangan tenera/pisifera diseleksi tenera (Purba, Akiyat, dan Muluk, 1997). Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung (combining ability) dari dua grup individu yaitu grup A (dura) dan grup B (tenera, pisifera) yang dicirikan dengan:

a. Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan sedikit, tetapi ukuran tandan besar.

b. Grup B (pisifera, tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan banyak tetapi berukuran relatif lebih kecil.

Grup tersebut merupakan populasi dasar (base population) dalam pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Populasi dasar yang telah diseleksi kemudian dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis dan menentukan persilangan terbaik yang dapat dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung

(21)

yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada program pemuliaan selanjutnya. Penggunaan rekombinasi diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dasar baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya (Purba et al., 1997). Skema program pemuliaan dengan metode RRS dapat dilihat pada Gambar 1.

Populasi Dura Populasi

Tenera/Pisifera

D1, D2, D3, ….. Pengujian P1, P2, P3,T1, T2 … Progeny

DxP, DxT

Dura terpilih

Selfing/Crossing

Pisifera/Tenera terpilih Selfing/Crossing

Produksi Kecambah DxP

Introduksi Introduksi

Populasi Dura Hasil Rekombinasi

Populasi Pisifera/ Tenera Hasil Rekombinasi

D1 x D2 D2 x D3

P1 x P2

P3 x P4, T1 x T2 Pengujian

Progeny DxP, DxT

(22)

Menurut Lubis (1993) benih varietas kelapa sawit yang baik dan unggul adalah (1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, (2) tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, (3) umur genjah, (4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, (5) respon terhadap perlakuan yang diberikan, (6) memiliki umur ekonomis yang cukup panjang (25 - 30 tahun), (7) tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap lingkungan, dan (8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat sumber benih kelapa sawit yang resmi telah ditunjuk oleh pemerintah.

Pengadaan benih unggul kelapa sawit yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah, di antaranya adalah (1) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, (2) PT Socfindo, (3) PT PP London Sumatera, (4) PT Tunggal Yunus, (5) PT Dami Mas, (6) PT Bina Sawit Makmur, dan (7) PT Tania Selatan. Kapasitas produksi total yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut berkisar 124 - 135 juta benih pada tahun 2006 (Purba et al., 2006). PPKS Medan sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit telah menghasilkan banyak varietas. Varietas yang dihasilkan PPKS saat ini berjumlah

11 varietas. Varietas tersebut yaitu: Yangambi, Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simangulun, Sungai Pancur 1 (Dumpy), AVROS, Sungai Pancur 2, Bah Jambi, dan Marihat. Varietas PPKS 540 dan 718 dilepas tahun 2007 (Kurnila, 2009). Daftar varietas kelapa sawit di PPKS terdapat pada Lampiran 1.

Karakteristik tanaman induk yang menjadi kriteria seleksi untuk produksi benih adalah:

1. Produksi TBS 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton palm product (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rataan selama 3 tahun produksi.

2. Rendemen pabrik 23 % yang dihitung berdasarkan hasil rendemen laboratorium × 0.855 (faktor koreksi).

(23)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara, pada bulan Maret hingga Juli 2010.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilakukan selama pelaksanaan magang di PPKS Marihat yaitu metode umum dan metode khusus:

Metode Umum

a. Mengikuti kegiatan orientasi perusahaan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap divisi di PPKS Unit Marihat selama satu bulan. b. Mengikuti kegiatan yang dilakukan di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman

(SUS-BHT) bagian pemuliaan tanaman selama tiga bulan.

c. Pengumpulan data sekunder dari bank data, arsip dan laporan lainnya.

d. Wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan magang seperti kelompok peneliti, mandor lapangan, supervisor, bank data, staf dan pegawai pusat penelitian (puslit) lainnya.

Metode Khusus

Metode khusus digunakan dalam kegiatan pencarian persilangan terbaik di kebun uji Sei Dadap berdasarkan nilai rendemen minyak/tandan tertinggi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan sofrware SAS 6.12 dan Minitab versi 14. Langkah-langkah penentuan hasil persilangan terbaik tersebut, yaitu:

a. Penggunaan best regression untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap minyak/tandan dari berbagai karakter yang teramati. b. Peubah yang dominan berpengaruh terhadap minyak/tandan kemudian

dicari persamaan regresinya dari keseluruhan data.

(24)

Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk (crown disease) dilakukan dengan mengamati tanaman yang terkena serangan penyakit tajuk secara langsung di lapangan dan melalui data sekunder yang diperoleh dari bank data. Tanaman tersebut diidentifikasi tetua dan grandparents-nya berdasarkan buku crossing plan

dan buku Daftar Persilangan Percobaan Pemuliaan 1992-1999 dan Rencana Penanaman Tahun 2000.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang dengan

menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan. Data primer diperoleh dari setiap kegiatan yang dilakukan selama magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen (bulanan, semesteran, tahunan) yang berkaitan dengan keadaan umum puslit, letak geografis, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, sarana/prasarana pendukung, produksi benih, dan varietas. Data sekunder juga dapat diperoleh melalui studi pustaka, baik berupa buku teks, jurnal maupun sumber pustaka lainnya.

Pengambilan data pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, jumlah anak daun satu sisi, panjang dan lebar anak daun. Pengukuran daun dilakukan pada daun ke-17. Data pertumbuhan vegetatif diambil dari kebun uji Sei Dadap.

Pengambilan data perkembangan generatif dari analisis tandan dilakukan di kebun uji Sedi Dadap. Data yang digunakan adalah berat tandan rata-rata (kg), % buah/tandan, % daging buah/buah, % inti/buah, % minyak/daging buah, dan % minyak/tandan.

Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Penelusuran tetua dilakukan dengan melihat peta persilangan dan buku crossing plan. Pengamatan penyakit tajuk dilakukan di pembibitan, Afdeling II tahun tanam 2005, dan Adeling II

(25)

KEADAAN UMUM

Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging Van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera) dikemudian hari menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan. Hasil-hasil penelitian APA pada saat itu cukup banyak dan sangat berguna bagi pengembangan perkebunan di Sumatera. Setelah Perang Dunia II sebagian besar perkebunan di Sumatera terlantar, sehingga pada tahun 1952 diadakan penyatuan dengan “Deli Planters Vereniging”.

Pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi dan mengambil alih perkebunan-perkebunan milik Belanda karena alasan politik dan ekonomi. Pada tahun 1957 AVROS diambil alih dan diubah menjadi Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). APA diganti dengan Balai Penelitian GAPPERSU yang dikenal dengan RISPA (Research Institute of the Sumatera Planters Association). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 247/UM/57 tanggal 11 Desember 1957 ditetapkan bahwa RISPA ditempatkan di bawah Kementerian Pertanian RI yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan.

Pada tahun 1968 RISPA berubah menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan (BPPM) dengan pembinaan dan pembiayaannya diserahkan kepada

(26)

Pada bulan November 1987 Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) didirikan di Jakarta. Balai-Balai Penelitian Perkebunan ditempatkan di bawah koordinasi AP3I dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI. Dengan perubahan tersebut selanjutnya Balai Penelitian Perkebunan Medan disebut dengan Pusat Penelitian Perkebunan Medan atau disingkat Puslitbun Medan (Lubis, 2008)

Sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No. 084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di lingkungan AP3I, maka pada 4 Februari 1993 dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat, dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi. Pada tahun 1993 itu juga, melalui rapat anggota, AP3I berubah nama menjadi Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI).

Perbaikan organisasi PPKS selanjutnya dilakukan pada tahun 1996.

Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI) dalam suratnya No. 03/RA-APPI/II/1996, Pusat Penelitian Perkebunan lingkup Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia bertanggung jawab kepada Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan pembinaan dan pengaawasan dari Dewan Pembina Pusat Penelitian Perkebunan (Lubis, 2008).

PPKS merupakan satu-satunya lembaga penelitian yang bergerak dalam penelitian semua aspek kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan mulai dari pemuliaan tanaman, bioteknologi tanaman, proteksi tanaman, tanah dan agronomi, pengolahan hasil dan mutu, enjinering dan lingkungan hingga kajian sosial dan ekonomi. Telah begitu banyak hasil yang dicapai dalam menunjang perkembangan industri kelapa sawit nasional.

Lokasi dan Letak Geografis PPKS

(27)

PPKS Marihat mempunyai topografi lahan dengan ketinggian 369 meter di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata 1 764 mm/tahun dengan jumlah hari hujan

rata-rata 184 hari dan kisaran suhu minimum 20 ⁰C dan maksimum 29 ⁰C. Jenis tanah Podzolik dengan pH rata-rata 5.0 - 6.0. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan maka kebun PPKS Marihat termasuk ke dalam kelas lahan S1.

Keadaan Tanaman dan Lahan

Kebun produksi yang dimiliki PPKS Marihat bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah 137.28 ha dengan rincian

110.27 ha untuk pohon induk dan 27.01 ha untuk pohon bapak. Jumlah pohon induk yang masih produktif hingga bulan November 2009 adalah 2 781 pohon dan

pohon bapak 153 pohon. Jumlah pohon induk dan pohon bapak yang terdapat di PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di PPKS Marihat

No. Lokasi/Pos Tahun

Tanam

Jumlah Pohon (pohon)

Jumlah Pohon Non Aktif

(pohon)

1. Bah Jambi IV Pos 1 1987 147 21

2. Bah Jambi IV Pos 2 1987 140 56

3. Bah Jambi IV Pos 3 1987 200 27

4. Bah Jambi IV Pos 4 1987 359 52

5. Bah Jambi IV Pos 5 1988 213 10

6. Bah Jambi Afdeling III/93 1993 169 14

7. Bah Jambi Afdeling II/266 1989 57 6

8. Balimbingan Afd. I/95 1995 140 20

9. Bah Jambi Afd. IV/92 1992 136 11

10. Bah Jambi Afd. VII/96 1996 74 15

11. Bah Jambi VIII/2000A 2000 416 35

12. Bah Jambi VIII/2000B 2000 348 9

13. Marihat Afd. III/44B Pos 1 1986 215 27

14. Marihat Afd. III/44A Pos 2 1986 167 21

Total Pohon Induk 2 781 324

1. Benoa VII 83, 87 1974/1977 118 -

2. Benoa VIII 100 1976 23 -

3. Bah Jambi VIII/2000 2000 8 -

4. Bah Jambi II/92 1992 4 -

Total Pohon Bapak 153 0

(28)

Pohon induk merupakan tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua betina dalam persilangan kelapa sawit. Tetua betina yang digunakan merupakan varietas Dura terpilih hasil seleksi sebelumnya. Pohon bapak merupakan tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua jantan dalam persilangan kelapa sawit. Tetua jantan yang digunakan merupakan varietas Pisifera terpilih hasil seleksi pemulia tanaman.

PPKS Unit Marihat juga memiliki kebun produksi komersil. Lokasi kebun tersebut tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara dan Riau. Luas kebun komersil yang dimiliki adalah 881.46 ha, tetapi yang produktif hanya 548.57 ha. Lokasi kebun produksi dan luas areal yang dimiliki PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat

No Sub station Lokasi Luas

(ha) Produktif (ha) Keterangan 1

Sijambu-jambu Sumatera Utara 21.00 21.00 D × P 2 Teluk Dalam Sumatera Utara 40.00 35.00 DP 3 Pulau Maria Sumatera Utara 4.75 4.75 DP 4 Pargarutan Sumatera Utara 45.86 45.00 DP 5 Simirik Sumatera Utara 4.58 4.58 DP

6 Padang

Madarsyah Riau 402.20 102.17 DP

7 Kalianta Riau 93.10 83.40 Dura, DD,DP

8 Dalu-Dalu Riau 269.97 252.00 DP/DD, DT

TT MK

Total 881.46 548.57

Sumber : PPKS Marihat

Struktur Organisasi

PPKS dipimpin oleh seorang direktur yang dibantu oleh kepala bidang penelitian, kepala biro umum/ SDM, kepala bidang usaha dan kepala satuan unit strategis (SUS).

(29)

Tanah dan Agronomi, Kelompok Penelitian Pengolahan Hasil dan Mutu, Kelompok Penelitian Engineering dan Lingkungan, serta Kelompok Penelitian Sosial Ekonomi, yang masing-masing diketuai oleh seorang ketua kelompok peneliti dan kepala urusan penelitian.

Kepala biro umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu urusan SDM dan hukum, urusan akuntansi dan keuangan, dan urusan rumah tangga. Kepala bidang usaha membawahi unit usaha Marihat, unit usaha Medan, urusan pengembangan usaha dan promosi, urusan pelayanan dan konsultasi, serta urusan laboratorium dan pelayanan.

(30)

PELAKSANAAN MAGANG

Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit

Proses kegiatan di PPKS Marihat dimulai dari Divisi Breeding Research and Development (BRD), yaitu penentuan populasi dasar tanaman kelapa sawit. Populasi dasar tersebut kemudian dilakukan rekombinasi dan evaluasi. Seleksi dilakukan terhadap pohon kelapa sawit yang akan digunakan sebagai pohon induk dan pohon bapak. Terhadap pohon induk dan pohon bapak yang terpilih kemudian dilakukan penyerbukan oleh polinator. Tandan yang sudah matang fisiologis (umur 4.5-5 bulan) dipanen dan tandan diangkut ke bagian persiapan benih. Proses dari penyerbukan hingga pengangkutan tandan merupakan bagian kegiatan Divisi Pohon Induk. Tandan yang telah diangkut ke persiapan benih kemudian diproses hingga menjadi benih yang siap untuk dikecambahkan. Benih yang telah berkecambah sesuai dengan standar mutu kemudian siap disalurkan kepada konsumen. Proses dari persiapan benih hingga pengecambahan merupakan bagian dari kegiatan produksi benih, sedangkan penyaluran benih kepada konsumen merupakan kegiatan dari pemasaran. Perlu waktu sekitar 9 bulan untuk memperoleh benih mulai dari awal penyerbukan.

Divisi Breeding Research Development (BRD)

Divisi BRD merupakan salah satu bagian dari Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS BHT) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berada di Marihat. Divisi BRD memiliki peranan penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit, karena memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan rendemen minyak.

(31)

Sub divisi crossing plan. Crossing Plan merupakan sub divisi yang kegiatannya menjadi tahapan awal sebelum melakukan kegiatan pemuliaan.

Crossing Plan berperan dalam merealisasikan matting design yang telah dirancang oleh pemulia dari divisi BRD. Kegiatan yang dilakukan Crossing Plan

yaitu penyeleksian tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman betina dan tetua jantan. Crossing Plan juga melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan pohon-pohon rencana seleksi terpilih untuk disilangkan dengan pohon-pohon yang telah ditentukan dalam matting design yang memuat program-program seleksi.

Kegiatan yang dilakukan di Crossing Plan meliputi inspeksi bunga jantan dan betina, pembungkusan bunga jantan dan betina, penyerbukan bunga betina, pemanenan bunga jantan dan pemanenan tandan. Jika terjadi kegagalan dalam program maka harus diulang kembali, kegagalan dapat disebabkan oleh pohon tersebut terserang penyakit atau mati. Hasil dari kegiatan sub divisi Crossing Plan

kemudian ditanam pada pembibitan.

Sub divisi pembibitan. Pembibitan merupakan bagian dari Divisi BRD yang digunakan untuk menampung hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Divisi Pemuliaan. Selain itu, pembibitan juga merupakan tempat untuk menanam benih yang dihasilkan dari Sub Divisi Crossing Plan. Pada pembibitan dilakukan dua kali seleksi bibit kelapa sawit, yaitu seleksi awal saat tanaman berumur 1.5 bulan untuk seleksi bibit yang mati, dan seleksi sebelum penanaman di main nursery (MN). Pada saat seleksi, tanaman yang abnormal di afkir. Seleksi yang kurang ketat akan menyebabkan beberapa bibit abnormal akan tertanam di lapangan.

Sub divisi vegetatif. Kegiatan yang dilakukan pada Sub Divisi Vegetatif berupa telling, segregasi, sex ratio, dan pengamatan pertumbuhan vegetatif.

Telling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kondisi pohon yang ada di lapangan. Kegiatan telling dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pohon yang siap untuk dijadikan pohon induk atau tujuan kegiatan pemuliaan lainnya.

(32)

juga dilakukan pengamatan produksi daun. Pada saat pengamatan, daun tombak (daun ke-1) diberi tanda cat merah, pada pengamatan berikutnya dihitung pertambahan daun dan dicatat.

Segregasi pohon merupakan salah satu kegiatan Sub Divisi Vegetatif untuk mempelajari keragaman pohon kelapa sawit. Hasil pengamatan digunakan untuk mengenal pohon jenis dura, pisifera, atau tenera. Segregasi dilakukan setiap satu tahun sekali. Pengamatan segregasi selesai dilakukan setelah 3 kali pengamatan. Segregasi dilakukan dengan membelah buah pada tandan dengan menggunakan alat tajam. Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam buku pengamatan segregasi.

Pengukuran pertumbuhan vegetatif memiliki tujuan untuk memperoleh data tentang perkembangan pertumbuhan tanaman kelapa sawit sejak pembibitan hingga tanaman dewasa untuk mempelajari hubungannya dengan produksi dan daya penurunan sifatnya. Pengamatan yang dilakukan di lapangan antara lain adalah baris, nomor pokok, tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi.

Pengukuran pertumbuhan vegetatif di pembibitan dilakukan dengan mengambil sampel ± 30 % pada tiap persilangan dan dipilih secara acak. Pengukuran dilakukan setiap 3 bulan sampai saat akan dipindah ke lapangan.

Pengamatan pertumbuhan vegetatif untuk Rencana Seleksi (RS) dilakukan secara acak. Kegiatan pengukuran pertumbuhan vegetatif dilakukan di kebun uji yang merupakan kebun percobaan PPKS. Kebun uji PPKS ada enam lokasi, yaitu Sei Silau, Sei Dadap, Tanah Raja, Bah Jambi, Marihat, dan Rambutan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif tanaman di lapangan dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak ± 30 % dan pengukuran dilakukan setahun sekali sampai pertumbuhan tinggi pohon konstan.

Pengukuran vegetatif pada pohon yang akan dijadikan pohon induk dilakukan pada seluruh pohon persilangan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif juga dilakukan pada pohon yang akan dijadikan pohon bapak.

(33)

mempertinggi ketelitian dan keseragaman. Petugas yang menimbang terdiri atas seorang kerani yang mencatat pada buku pengamatan dan seorang penimbang. Penimbangan dilakukan dengan menimbang tandan dan semua berondolan yang berada di sekitar pokok dengan menggunakan timbangan. Jika pada satu pokok terdapat lebih dari dua tandan, maka tandan tersebut ditimbang sekaligus jika memungkinkan. Berat tandan adalah berat goni ditambah tandan dikurangi dengan berat goni kosong. Tandan yang telah dipanen harus diletakkan dan ditimbang pada piringan dari tiap-tiap pokok. Pada tiap stalk harus ditulis nomor pokok dan berat tandan menggunakan pensil kopi.

Sub divisi analisis tandan. Kegiatan yang dilakukan di Sub Divisi Analisis Tandan adalah pengujian tandan dari berbagai jenis percobaan yang dilakukan oleh pemuliaan tanaman. Tandan yang diterima dari lapangan dilakukan analisis minyak dan bijinya. Adapun hasil analisis tandan adalah berupa informasi mengenai bobot tandan, persentase buah/tandan, persentase daging/buah, persentase inti/buah, persentase minyak/daging, dan persentase minyak/tandan.

Proses penerimaan tandan sampai pemilihan buah untuk contoh dapat dilihat

pada Gambar 2.

Divisi Pohon Induk

Divisi Pohon Induk memiliki tujuan memproduksi tandan untuk bahan baku kelapa sawit unggul yang baik dan benar. Ruang lingkup dari Divisi Pohon Induk antara lain: 1) inspeksi pohon sampai pemanenan dan pengangkutan tandan benih, 2) inspeksi pohon sampai pemanenan bunga jantan serta pengelolaannya di laboratorium tepung sari. Pohon kelapa sawit yang berada di PPKS Marihat dibagi menjadi dua, yaitu pohon induk dan pohon bapak. Pohon induk merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai tetua betina dalam persilangan. Tetua betina merupakan kelapa sawit varietas Dura terpilih. Pohon bapak merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai sumber tepung sari yang akan digunakan untuk menyerbuki pohon induk. Tetua jantan merupakan varietas Pisifera terpilih.

(34)
[image:34.595.117.524.143.711.2]

betina, penyerbukan tandan, inspeksi bunga jantan, pembungkusan bunga jantan, pemanenan bunga jantan, dan laboratorium tepung sari.

Gambar 2. Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh Tandan dari Kebun

Ditimbang Diterminasi, Afkir

Dura

Dipreteli

Buah Ditimbang, Spikelet Dibuang

< 15 Kg

Pisifera

Tenera

15 Kg

Dibagi Dua

B A

Ditimbang

Stalk Dibuang

Stalk Ditimbang

Contoh A dan B Ditimbang, Contoh B Kemudian di Buang Partitor Contoh A = 30 Buah

Contoh B = 30 Buah

Buah Luar

Buah Tengah

(35)

Inspeksi bunga betina. Pohon induk yang telah terpilih dilakukan inspeksi, yaitu pemeriksaan bunga yang ada dalam pohon tersebut. Pengamatan dilakukan untuk mengontrol bunga yang akan dibungkus dan bunga yang akan diserbuki. Jika pada pohon induk terdapat bunga jantan, maka bunga jantan tersebut harus segera dibuang. Pembuangan tersebut dimaksudkan agar tepung sari yang diserbukkan polinator ke pohon induk tidak tercampur dengan tepung sari dari pohon itu sendiri. Pembersihan tandan betina pada pohon induk dilakukan untuk menjaga kebersihan, menghindari serangga, dan agar penyerbukan merata sehingga memudahkan dalam penyerbukan.

Pengamatan atau inspeksi bunga yang dilakukan diamati berdasarkan posisi bunga yang terdapat pada pohon tersebut. Pembedaan berbagai posisi tersebut memudahkan untuk melakukan pengamatan. Penentuan arah muka dan belakang berpatokan pada jalan pasar atau pos yang ada di blok tersebut. Posisi bunga pada pohon yang diamati dapat dilihat pada Gambar 3.

BKI BKN

MKI MKN

Jalan Pasar

Gambar 3. Posisi Bunga untuk Pengamatan

Keterangan:

BKI : belakang kiri BKN : belakang kanan

MKI : muka kiri MKN : muka kanan

(36)

terlalu kuat agar scapel (tangkai tandan) tidak patah. Jika terjadi gangguan pada

scapel maka suplai makanan akan terganggu sehingga bunga yang nanti akan diserbuki tidak akan menjadi biji atau hanya sebagian kecil yang menjadi buah. Pengikatan yang terlalu kendur akan menyebabkan serangga dapat masuk ke dalam bungkusan sehingga mengganggu kemurnian tandan.

Pohon induk yang telah memproduksi tandan, tetapi terkena penyakit maka perlu diambil tindakan sebagai berikut:

a. Apabila tandan baru dibungkus maka tandan tersebut diafkir di lapangan. b. Apabila tandan < 3 bulan maka tandan diafkir di lapangan.

c. Apabila tandan 3-4.5 bulan tandan dipanen kemudian diafkir.

d. Apabila tandan berumur 4.5 bulan maka tandan masih dapat dipanen.

Tandan yang telah dibungkus disebar klerat untuk menekan serangan tikus yang akan menyerang tandan. Polinator, mandor dan kerani memasukkan semua kegiatan dan data di buku harian setelah selesai melakukan pembungkusan. Pengamatan dilakukan secara rutin terhadap tandan untuk mengetahui perkembangan bunga dan waktu penyerbukan yang tepat.

Penyerbukan tandan. Penyerbukan dilakukan setelah anthesis yaitu ketika bunga sudah mekar dan berwarna keunguan. Penyerbukan biasanya dilakukan 10 - 15 hari setelah bunga dibungkus. Kondisi bunga yang perlu diperhatikan dalam penyerbukan adalah bunga sudah pecah minimal 75 persen. Alat dan bahan yang digunakan dalam penyerbukan yaitu: 1) satu botol pulper tepung sari, 2) plester plastik dan gunting, 3) kapas, 4) insektisida cair, 5) alkohol, 6) hand sprayer, dan 7) label.

Penyerbukan yang dilakukan pada pohon induk kadang kala mengalami gangguan sehingga diperlukan penyerbukan ulang. Penyerbukan ulang dilakukan jika bunga betina yang mekar baru sebagian sehingga tidak dapat seluruhnya diserbuki. Penyerbukan dilakukan keesokan harinya dengan menggunakan polen yang sama. Penyerbukan tunda terjadi pada bunga betina yang siap diserbuk esok hari, tetapi ternyata belum siap sehingga tidak ada penyerbukan. Penyerbukan dilakukan sehari setelahnya.

(37)

baik, tetapi jika kondisi hujan maka penyerbukan tidak dapat dilakukan. Penyerbukan yang dilakukan dapat gagal karena bunga betina yang diserbuki tidak dapat menjadi tandan. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena faktor kondisi tandan yang belum reseptif, iklim/lingkungan, dan sumber daya manusia. Kesalahan dari sumber daya manusia dapat dikenakan denda oleh pihak perusahaan.

Pembukaan bungkusan dan panen buah untuk benih. Pembukaan bunga dilakukan 15 hari setelah penyerbukan. Penempelan label dilakukan pada tandan yang telah dilakukan penyerbukan. Label yang digunakan dalam penyerbukan berisi beberapa informasi mengenai pohon yang akan dihasilkan. Pada label terdapat warna yang mencirikan karakter pohon tersebut. Karakter pertumbuhan tinggi tanaman tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label

Warna Label Pertumbuhan Tinggi Tanaman

(cm/tahun)

Hijau > 80

Kuning 70-80

Merah 60-70

Putih < 60

Sumber: PPKS Marihat

Panen tandan buah dilakukan setelah masak fisiologis, yaitu 4-5 bulan. Berbeda dengan perusahaan komersil lainnya, yang memanen tandan buah setelah jatuh berondolan. Hal ini disebabkan oleh tujuan pemanenan yang berbeda.

Perusahaan komersil buah tandan digunakan untuk diambil minyaknya, sedangkan di PPKS tandan diambil untuk benih.

(38)
[image:38.595.179.449.298.500.2]

Pembungkusan bunga jantan. Setelah dilakukan inspeksi bunga, maka kegiatan selanjutnya adalah pengamatan. Pengamatan dilakukan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi bunga yang siap untuk dibungkus atau siap panen. Pembungkusan bunga dilakukan 10 hari sebelum bunga anthesis atau saat seludang telah membuka 25 persen. Bungkus yang digunakan untuk membungkus bunga betina berbeda dengan digunakan pada pohon induk. Bungkus yang digunakan pada bunga jantan memiliki struktur yang sedemikian rupa, sehingga polen yang telah masak tidak berhamburan keluar. Pembungkus bunga jantan (stelkolar) ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan

Pemanenan bunga jantan. Pemanenan bunga jantan dilakukan secara manual dengan memanjat pohon bapak. Bunga jantan dipotong dengan hati-hati agar tidak merusak bunga tersebut. Bunga jantan yang telah dipotong kemudian diturunkan dengan menggunakan tali yang dikerek dari atas.

(39)

Laboratorium tepung sari. Bunga jantan yang telah dipanen langsung dibawa ke laboratorium tepung sari. Bunga jantan dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama ± 3 - 4 jam pada suhu 22 - 23 0C. Polen dapat diambil dengan memukul-mukul bunga jantan tersebut sehingga polen masuk wadah khusus pada bungkus bunga jantan. Polen yang telah diambil kemudian disaring dengan ukuran 80 mess untuk memisahkan antara polen dengan kotoran-kotoran yang mungkin terbawa. Polen diayak di boks manipulasi, kemudian dimasukkan ke dalam talam. Talam ini terdiri atas tiga bagian, bagian atas sebagai tutup, bagian tengah sebagai tepung sari, dan bagian bawah sebagai tempat silica gel. Hasil ayakan pada talam bagian tengah kemudian diletakkan pada talam bawah yang berisi silica gel kemudian ditutup. Talam tersebut didiamkan selama ± 2 × 24 jam. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar air yang masih ada pada polen dan untuk menjaga agar polen tetap kering.

Tahap selanjutnya polen dimasukkan ke dalam botol kecil (vial) sebanyak 0.25 gram melalui boks manipulasi setelah sebelumnya disterilkan dengan alkohol 96 % dan dipanaskan dengan suhu 105 0C. Vial kemudian dimasukkan ke dalam

botol unit kemudian disimpan pada ruang pendingin dengan suhu -18 ⁰C. Satu botol unit dapat menampung 3 - 5 vial. Sebelum disimpan, vial dihampakan dengan alat vacuum hingga tekanan 76 cmHg, lalu disegel dengan tutup aluminium.

Polen yang sudah disimpan dalam ruang pendingin memiliki viabilitas yang berbeda sebelum polen tersebut disimpan. Uji viabilitas polen perlu dilakukan sebelum dan sesudah simpan. Uji viabilitas dilakukan dengan menumbuhkan pada media menggunakan larutan borax. Alat dan bahan yang digunakan adalah mikroskop, gelas ukur, pipet, aquades, borax (Na2B4O7) dan sukrosa.

(40)

Persentase viabilitas dihitung dengan rumus:

Keterangan:

H = Jumlah tepung sari yang hidup M = Jumlah tepung sari yang mati

Tepung sari yang masih hidup dicirikan dengan bentuk yang memanjang seperti ekor dan bagian kepalanya tidak berwarna hitam. Polen yang sudah mati tidak memiliki ekor dan bagian kepalanya berwarna hitam. Polen yang masih bisa digunakan untuk menyerbuki bunga betina memiliki viabilitas tinggi, yaitu 70 persen. Viabilitas polen yang < 70 % dilakukan uji viabilitas diulangi sebanyak 2 kali. Jika masih viabilitas masih dibawah 70 %, maka polen tersebut tidak digunakan lagi.

Tepung sari yang akan digunakan dalam penyerbukan dilakukan pencampuran. Pencampuran dilakukan pada boks manipulasi. Satu botol penicillin

dengan berat 0.25 gram dicampur dengan talcum sebanyak 4 gram pada botol

pulper. Tepung sari yang telah dicampur kemudian diberi label laminating yang merupakan identitas dari tepung sari tersebut. Label juga memberikan informasi kepada pollinator pada tandan pohon mana tepung sari tersebut digunakan.

Divisi Produksi

Persiapan benih. Persiapan benih pada Divisi Produksi Benih memiliki fungsi sebagai tempat pengolahan tandan kelapa sawit menjadi benih yang siap untuk diproses (dikecambahkan). Banyaknya jumlah varietas PPKS menyebabkan terbatasnya varietas tertentu karena pemesanan benih varietas tertentu.

(1) Penerimaan tandan

Pengambilan tandan yang akan diproses di persiapan benih dilakukan pada pohon induk yang telah memiliki tandan siap panen. Tandan siap panen merupakan tandan yang telah matang fisiologis, yaitu umur 4 - 5 bulan. Tandan selalu disertai dengan label dan selalu dibawa dari proses awal hingga akhir.

(41)

pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial polinator. Label harus menancap kokoh di antara spikelet dan tidak melukai buah. Tandan harus berkualitas baik/tidak busuk.

Pada beberapa pohon dapat ditemui gagal tandan. Gagal tandan ini bisa disebabkan penyerbukan tidak tepat waktu, sehingga fruitset atau buah sempurna yang terbentuk sedikit. Fruitset < 20 % (± 300 berondolan) dimusnahkan dengan cara dibakar. Tandan afkir dihitung jumlahnya dan dimusnahkan dengan cara dibakar serta dilengkapi berita acara (BA) pemusnahan.

(2) Pencincangan

Tandan dari lapangan ditimbang dan dilakukan penyincangan. Penyincangan dilakukan untuk memisahkan spikelet dari stalk/bonggol tandan. Label dari lapangan selalu dilampirkan pada tandan yang akan diproses. Tandan dengan kelas E harus diafkir. Kelas fruitset atau buah sempurna yang terbentuk pada tandan buah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kelas Fruitset pada Tandan

Kelas Fruitset Persentase Buah (%)

Kelas A 80-90

Kelas B 60-79

Kelas C 40-59

Kelas D 20-39

Kelas E < 20

Sumber: PPKS Marihat

(3) Fermentasi dan pemipilan

Spikelet yang telah terpisah dari stalk dikumpulkan pada peti yang berukuran 60 cm × 60 cm × 40 cm untuk dilakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 4 - 7 hari. Tujuan fermentasi adalah untuk mempermudah pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah

(42)

(4) Pengupasan

Berondolan/buah dimasukkan ke dalam mesin pengupas biji. Mesin yang digunakan ada dua macam, yaitu mesin depericarper berbentuk hexagonal horizontal dan mesin turbo vertikal berbentuk silinder vertikal. Mesin depericarper mampu mengupas 2 tandan dalam waktu 45 menit. Mesin turbo vertikal mampu mengupas satu tandan dalam waktu 5 - 10 menit. Biji hasil pengupasan direndam dalam larutan Dithane 0.01 - 0.02 % selama 24 jam kemudian ditimbang dan dituang ke kawat penirisan.

(5) Pemilahan benih

[image:42.595.109.516.408.635.2]

Pemilahan benih yang dilakukan memiliki kriteria tertentu. Benih baik dan biji afkir dihitung. Benih baik ditimbang dan dicatat jumlahnya. Biji afkir di hitung, di timbang serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi Berita Acara (BA). Kriteria pemilahan benih yang digunakan untuk memilih benih baik dan benih afkir terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit

Benih Baik Benih Afkir

1. Biji tidak lolos dari kotak kawat seleksi atau bobot biji 0.8 gram.

2. Biji tidak cacat/terluka. 3. Biji berwarna hitam.

4. Biji - biji terseleksi atau benih-benih baik ditimbang dan dihitung jumlahnya.

5. Pelabelan atau label kertas kuning persiapan benih pada setiap kantong benih sesuai dengan data label laminating dari lapangan.

1. Biji lolos dari kotak seleksi/berat biji < 0.8 gram.

2. Biji cacat/terluka hingga melukai bagian inti.

3. Biji berwarna putih.

4. Biji - biji afkir ditimbang dan dihitung jumlahnya, serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi berita acara pemusnahan.

Sumber: Divisi Produksi PPKS Marihat (6) Penyimpanan

(43)

ada permintaan maka benih dikeluarkan dari ruang stok untuk dilakukan pengecapan dan pengecambahan.

Pematahan dormansi. Benih yang dipesan oleh konsumen sebelum dikecambahkan terlebih dahulu dilakukan pematahan dormansi. Pematahan dormansi dilakukan di ruang pemecahan dormansi. Benih diterima dari bagian persiapan benih, kemudian ditimbang. Benih direndam selama 7 hari dalam bak khusus yang menggunakan air mengalir. Gelembung oksigen digunakan untuk sirkulasi udara dan penyediaan oksigen bagi benih. Benih yang telah dilakukan perendaman selama 7 hari kemudian ditiriskan setelah sebelumnya dicelupkan dalam larutan Dithane M-45 0.2 persen. Benih kemudian ditiriskan selama 5 - 24 jam. Benih yang telah ditiriskan diambil sampel untuk diuji kadar airnya. Kadar air yang sesuai adalah 19 persen.

Benih dimasukkan ke dalam ruang pemanas menggunakan tray (baki). Satu tray dapat menampung 750 - 1 000 benih. Ruang pemanas diatur suhunya antara 38 - 40 0C selama 60 hari. Setiap 7 hari tray dibuka selama 3 - 5 menit untuk mengganti oksigen. Benih yang telah dilakukan pemanasan kemudian direndam

kembali selama 3 hari dalam bak mengalir untuk menghindari kontaminan. Benih kemudian dicelupkan dalam larutan Dithane M-45 0.2 % selama 2 - 3 menit dan dikeringanginkan selama ± 8 jam.

Perkecambahan. Benih yang telah mengalami proses penganginan dari ruang penganginan dibawa ke ruang perkecambahan dengan suhu 28 - 30 0C. Kecambah disusun dengan menggunakan tray. Penggunaan tray memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan plastik, di antaranya adalah estetika, persentase tumbuh kecambah lebih tinggi sehingga kecambah siap salur tray lebih tinggi, dan lebih menguntungkan dari segi biaya.

(44)

Pemilihan benih harus memperhatikan mutu fisik dari benih tersebut. Adapun beberapa kriteria yang dilihat adalah:

a. Keseragaman ukuran benih. Benih yang baik memiliki berat > 0.8 gram dan tidak lolos dari ayakan ukuran 1.3 cm.

b. Plumula dan radikula. Plumula dan radikula dapat dibedakan dengan jelas, baik warna maupun bentuk, tumbuh berlawanan arah, memiliki warna putih kekuningan, tidak cacat, dan panjang radikula hingga plumula tidak melebihi 2 cm.

c. Tidak tampak ada serangan cendawan pada biji.

Pemasaran. Benih yang telah terpilih dikemas dan benih yang tidak sesuai dengan kriteria (abnormal) diafkir dan dimusnahkan. Benih dikemas dalam kantong plastik dengan jumlah 150 butir/kantong. Plastik yang digunakan berukuran 26 cm × 30 cm dengan tebal 0.05 cm. Kantong kemasan kecambah digembungkan agar tersedia oksigen yang cukup bagi kecambah. Kantong berisi kecambah tersebut disatukan berdasarkan kelompoknya. Kantong-kantong tersebut kemudian dimasukkan ke dalam boks plastik berisi strerofoam yang

berfungsi untuk menahan guncangan dan mengurangi kerusakan pada saat kecambah dikirim ke Medan.

Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan salah satu divisi di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT). Laboratorium kultur jaringan berupaya menghasilkan bibit unggul dari proses kultur jaringan. Kultur jaringan mengembangkan Tenera elit yang diuji keunggulannya dibandingkan dengan varietas yang lain. Kultur in vitro tersebut mengambil pucuk (pupus) untuk ditumbuhkan pada media kultur. Pucuk tersebut disebut dengan ortet. Pengambilan atau pemotongan ortet dilakukan di atas titik tumbuh, yaitu > 7 cm dari titik tumbuh. Ortet dipotong kecil-kecil untuk eksplan, kemudian ditumbuhkan menjadi kalus hingga menjadi embrio. Embrio kemudian tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit baru. Bibit kecil tersebut kemudian diaklimatisasi

(45)

dipindahkan pada media tanah selama ½ bulan. Bibit yang tumbuh baik kemudian dipindahkan ke Pre Nursery (PN) selama 3 bulan dan seterusnya hingga siap ditanam di lapangan.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA)

Quality Control (QC) merupakan salah satu divisi yang bertugas dalam melakukan verifikasi, yaitu kesesuaian proses dari divisi yang diawasi. Quality Assurance (QA) memberikan jaminan bahwa seluruh produk benih diproses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. QC ada di semua divisi, kecuali BRD dan Kultur Jaringan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan sumber daya

manusia.

QC pertama kali dibentuk pada tahun 2002 dengan jumlah anggota 28 orang. QC bertugas secara independent, confident, dan honest. Perekrutan tenaga kerja untuk QC/QA dilakukan secara khusus melalui tes tertulis, praktik, interview dan tes kesehatan. Training awal untuk menjadi pembantu teknisi setelah lulus semua tes.

Kelompok Peneliti Agronomi

Agronomi merupakan salah satu bagian dari Kelompok Peneliti (Kelti) yang berada di PPKS Marihat. Kelti Agronomi banyak melakukan kegiatan penelitian di lapangan. Kelti Agronomi melakukan kegiatan penelitian dengan melakukan pengamatan dan pengukuran iklim, fisiologi tanaman, produksi kelapa sawit,

Legume Cover Crop (LCC), aspek lingkungan, dan pelayanan agronomi.

Proteksi Tanaman

(46)

Hama penting yang terdapat pada pembibitan di antaranya adalah kumbang

Adoretus dan Apogonia (kumbang malam) serta belalang yang memakan daun kelapa sawit. Pada tanaman belum menghasilkan hama yang sering menyerang adalah kumbang Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk). Kumbang tersebut hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah kuncup tanaman. Jika gerekan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu dan dapat juga lebih (Harahap et al, 2003).

Tikus paling sering muncul di banyak perkebunan kelapa sawit. Tikus menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), bunga dan buah. TBM diserang tikus dengan mengerat pangkal pelepah dan memakan umbut sehingga dapat mematikan tanaman. Tikus juga memakan bunga dan buah sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi pada TM (Jamin, 1989). Pengendalian tikus tersebut dapat dilakukan menggunakan predator dari tikus tersebut. Burung hantu merupakan predator tikus yang mampu menanggulangi serangan tikus tersebut. Burung hantu ditempatkan pada kandang khusus yang disebut gupon. Satu ekor burung hantu dapat menangani 20 - 25

hektar.

Penyakit yang sering menyerang tanaman saat pembibitan adalah bercak daun (Curvularia), dan Antraknose (jamur). Penyakit yang sering muncul pada TBM dan TM adalah busuk tandan buah yang disebabkan oleh cendawan

(47)

Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan Penomoran Pohon

Penomoran pohon merupakan salah satu sasaran kegiatan yang dilakukan di kebun uji Se

Gambar

Gambar 2. Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh
Gambar 4. Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan
Tabel 5. Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit
Gambar 16. Tanaman Abnormal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada kebun Dolok Ilir meliputi : tanaman telah berumur 30 bulan, 60 % pohon telah menghasilkan tandan matang panen,

Tanggap bibit terhadap keefektifan prototipe pupuk organo-kimia menghasilkan pertumbuhan vegetatif (tinggi, jumlah daun,.. dan diameter batang) yang lebih baik apabila

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada material genetik tanaman kelapa sawit diperoleh hasil bahwa nilai keragaman molekuler berdasarkan empat marka SSR yang

Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan serta diuji menggunakan uji jarak Duncant

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara lain: kapasitas panen per orang, waktu tunggu TBS di TPH, pengangkutan tandan

Penelitian dilakukan di Kebun Kelapa Sawit milik PT Asian Agri wilayah Sumatera Utara, Riau, dan Jambi, dengan pengumpulan data sekunder tahun 2005- 2012 dari salah

Unsur P yang terkandung dalam abu vulkanik gunung Sinabung dapat membantu dalam proses pertumbuhan vegetatif bagi pertambahan tinggi bibit tanaman kelapa sawit

Pengaruh Pemberian ZPT Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Sawit Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap