HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN
T E S I S
Oleh
DAME HUTABARAT 107032070/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE RELATIONSHIP BETWEEN INDIVIDUAL CHARACTERISTICS AND ORGANIZATION WITH THE PERFORMANCE OF THE NURSES
IN NURSING CARE DOCUMENTATION AT PUTRI HIJAU LEVEL II HOSPITAL KESDAM I BUKIT BARISAN
MEDAN
THESIS
By
DAME HUTABARAT 107032070/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DAME HUTABARAT 107032070/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN
Nama Mahasiswa : Dame Hutabarat Nomor Induk Mahasiswa : 107032070
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (
Ketua Anggota
Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 29 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes
Anggota : 1. Siti Saidah Nasution, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat 2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
PERNYATAAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2012
ABSTRAK
Pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien serta bermanfaat menjadi bukti hukum. Kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis ditemukan 75% pengkajian, 65% rencana kegiatan, 65% catatan kegiatan, dan 75% resume keperawatan pengisiannya kurang lengkap.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dan organisasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 169 orang dan sampel sebanyak 156 orang. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada pengujian α=0.05.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik individu dan karakteristik organisasi berhubungan signifikan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Variabel pengetahuan berpengaruh lebih besar terhadap kinerja perawat.
Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit untuk: mengupayakan peningkatan pengetahuan dan pengalaman perawat melalui pelatihan secara berkala dan memberikan kesempatan untuk mengikuti seminar tentang pendokumentasian asuhan keperawatan, meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya kelengkapan pengisian rekam medis dan manfaat rekam medis secara berkala dan berkesinambungan, mensosialisasikan desain kerja pada seluruh perawat di lingkungan rumah sakit, sehingga para perawat memahami secara benar mengenai desain yang diterapkan serta dapat dipedomani dalam menjalankan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan, dan mengupayakan kelengkapan fasilitas kerja seperti penyediaan form rekam medis dan alat tulis untuk keperluan pendokumentasian asuhan keperawatan.
ABSTRACT
Documenting nursing care in a medical record file has an important function and role in the continuity of nursing care implementation for the patients and is also beneficial as legal evidence. The performance of the nurses working for Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan in documenting nursing care in medical record found was that 75% assessment, 65% action plan, 65% records of activities, and 75% of the procedures of filling in the nurses’ resume were not complete.
The purpose of this explanatory study conducted from March to June 2012 was to analyze the relationship between individual characteristics and organization with the performance of the nurses in documenting nursing care at Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan. The population of this study was all of the 169 nurses working for this hospital and 156 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α = 0.05.
The result of this study showed that statistically individual characteristics and organization had a significant relationship with the performance of the nurses in documenting nursing care. The variable of knowledge had a bigger influence on the performance of the nurses.
The management of Hospital is suggested: to improve the knowledge and experience of the nurses through periodical trainings and to give the nurses the chance to attend seminars on nursing care documentation, to increase the socialization on the importance of completely filling out the medical record and the periodical and continuous benefit of medical record, to socialize the work design to all of the nurses working at this hospital that the nurses correctly understand the design applied and can make it guidance in implementing the activities of nursing care documentation, and to complete work facilities such as the provision of the forms for nursing care medical record and the stationery for nursing care documentation.
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat Ii Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan ".
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,
M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan Siti Saidah, S.Kep,
M.Kep, Sp.Mat, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan AKBP dr. Antonius Ginting, Sp.OG, M.Kes.
selaku komisi penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis
mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
7. Mayjen TNI Loudwik F. Paulus, Pangdam I/BB, Bapak Kolonel Ckm dr. Dubel
Mariyenes, Sp.B, Kakesdam I/BB dan Bapak Kolonel Ckm dr. M. Munif,
Karumkit TK. II Putri Hijau Kesdam I/BB yang telah memberikan ijin dan
kesempatan untuk mengikuti pendidikan
8. Dosen dan Staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
9. Rekan-rekan penulis di Peminatan Administrasi Rumah Sakit Angkatan 2010,
atas dukungan di berikan selama pendidikan.
10.Rekan kerja di Rumah Sakit TK II Putri Hijau (Paget br Pasaribu, Nelly br
Lumbanraja Sp.THT ).
Tesis ini saya persembahkan secara khusus dengan ucapan terima kasih yang
tulus dan rasa syukur kepada Ibunda tersayang M. br Tampubolon (Ompu. Jesica
Boru) yang telah memberikan perhatian dan doa yang tiada putus-putusnya bagi
Penulis, semoga Ibunda sehat selalu dan panjang umur. Demikian juga Bapak/Ibu
mertua Letkol (Purn) DHPT Marpaung/K br. Pasaribu yang telah memberikan
dukungan doa. Kakak dan Adik – adikku (Rita AMK, Mayor KH/W Toho Hutabarat,
S.H, Eva Spd, Reinhart S.E, Asian S.E, Netty, AMD) terima kasih atas semua
dukungannya.
Rasa cinta yang dalam dan dengan kasih sayang yang tulus, saya
persembahkan semuanya ini kepada suamiku tercinta Ir. Franz Yudika Marpaung,
dan ketiga anakku tersayang yang merupakan sumber motivasi dan inspirasiku : Ruth
Cyntia Rouli Marpaung, Josua Gilbert Daniel Marpaung, dan Immanuel Armand
Nicolas.
Ucapan terima kasih khusus juga saya persembahkan kepada namboru
R. Br. Sirait dan adikku Aron Trison Marpaung yang telah membantu tenaga dan
moril. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet/br Marpaung terima kasih atas dukungannya..
Akhirnya ucapan terima kasih kusampaikan Tuhanku Yesus Kristus karena
kemurahan dan BerkatMu yang begitu mulia, sehingga saya dapat menyelesaikan
semua ini, bukan karna kekuatan dan kepintaranku ya Bapa, tetapi atas kuasa dan
Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, oleh karenanya saran untuk
perbaikan sangat di perlukan. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi
akademik dan jajaran rumah sakit Kodam I/BB.
Medan, Juli 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Dame Hutabarat, lahir di Binjai pada tanggal 16 Nopember 1970, anak ketiga
dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayahanda M. Hutabarat, dan Ibunda M. Br.
Tampubolon.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar Negeri
No. 010103 Percukaian, Binjai pada tahun 1983, pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 03 Binjai pada tahun 1986, pendidikan menengah atas di SMA Taman
Siswa Binjai pada tahun 1989, pendidikan akademi keperawatan Depkes RI Medan
pada tahun 1992, pendidikan kursus kecabangan kesehatan Jakarta pada tahun 1996,
pendidikan kursus administrasi rumah sakit pratama Jakarta pada tahun 2000,
pendidikan sekolah tinggi lanjutan perwira Jakarta pada tahun 2003, pendidikan
sarjana keperawatan STIKES YBS Medan pada tahun 2007, pendidikan kursus
perwira manajemen rumah sakit madya Jakarta pada tahun 2010.
Mulai bekerja sebagai anggota militer dengan pangkat Letnan dua corps
kesehatan pada tahun 1993-1999 ditempatkan di Rumah Sakit TK IV P.Siantar
dengan jabatan Kepala Rumah Obat. Kepala Seksi Perwira Logistik di Kesdam I/BB
pada tahun 2000. Kepala Bangsal Pavilium Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan
pada tahun 2001. Kepala Seksi Penunjang Keperawatan Rumah Sakit TK II Putri
Hijau Medan pada tahun 2003. Kepala Seksi Penunjang Medik Rumah Sakit TK II
Kepala Instalasi Penunjang Perawatan Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan
pada tahun 2009 Staf Fungsional Para Medis Merangkap Kepala Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan pada tahun 2010 sampai dengan sekarang
berpangkat Mayor Korps Kesehatan Angkatan Darat.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat
DAFTAR ISI
2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 10
2.1.3 Penilaian Kinerja ... 14
2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja... 18
2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja ... 19
2.2 Perawat ... 19
2.2.1 Kinerja Perawat di Rumah Sakit ... 22
2.3 Karakteristik Individu dan Organisasi ... 26
2.3.1 Karakteristik Individu ... 26
2.4 Perawat ... 32
2.4.1 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit ... 32
2.4.2 Asuhan Keperawatan ... 33
2.5 Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 34
2.5.1 Pengertian ... 34
2.5.2 Standar Dokumentasi ... 35
2.5.3 Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ... 35
2.5.4 Dokumen Keperawatan Terkait Rekam Medis ... 36
2.5.5 Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 36
2.6 Rumah Sakit ... 39
2.7 Landasan Teori ... 40
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 42
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 46
3.5.1 Variabel Bebas ... 46
3.5.2 Variabel Terikat ... 47
3.6 Metode Pengukuran ... 47
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 47
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 48
3.7 Metode Analisis Data ... 49
4.3.2 Karakteristik Organisasi ... 59
4.3.3 Kinerja ... 65
4.4 Analisis Bivariat ... 70
4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja ... 70
4.4.2 Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja ... 72
4.5 Analisis Multivariat ... 74
4.5.1 Menilai Kelayakan Model Regresi... 74
4.5.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 74
4.5.3 Pengujian Hipotesis ... 76
BAB 5 PEMBAHASAN ... 80
5.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja ... 80
5.1.1 Hubungan Lama Kerja dengan Kinerja ... 80
5.1.2 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja ... 81
5.1.3 Hubungan Sikap dengan Kinerja ... 84
5.2 Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja... 86
5.2.1 Hubungan Desain Kerja dengan Kinerja... 87
5.3 Kinerja Perawat ... 93
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
6.1 Kesimpulan ... 97
6.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 100
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 48
3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 49
4.1 Distribusi Identitas Responden ... 52
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 53
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 54
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 55
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 57
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap ... 59
4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Kerja ... 60
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pencatatan Kegiatan ... 61
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Tugas ... 62
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Desain Kerja ... 63
4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Kerja ... 64
4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Fasilitas Kerja ... 65
4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengkajian Keperawatan ... 66
4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Rencana Kegiatan Keperawatan ... 67
4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Catatan Keperawatan ... 68
4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Resume Keperawatan Pasien Pulang .. 69
4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kinerja ... 70
4.19 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja ... 71
4.20 Hubungan Sikap dengan Kinerja ... 72
4.21 Hubungan Desain Kerja dengan Kinerja... 73
4.22 Hubungan Fasilitas Kerja dengan Kinerja ... 73
4.23 Hasil Pengujian Kelayakan Model Regresi... 74
4.24 Uji Omnibus (overall test) ... 75
4.25 -2 Log Likehood Awal ... 75
4.26 -2 Log Likehood Akhir ... 75
4.27 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda ... 78
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Variabel yang Mempengaruhi Kinerja ... 13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 103
2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 111
3 Uji Univariat dan Bivariat ... 115
4 Uji Multivariat ... 141
5 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ... 142
6 Surat izin selesai penelitian dari Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan ... 143
ABSTRAK
Pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien serta bermanfaat menjadi bukti hukum. Kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis ditemukan 75% pengkajian, 65% rencana kegiatan, 65% catatan kegiatan, dan 75% resume keperawatan pengisiannya kurang lengkap.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dan organisasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 169 orang dan sampel sebanyak 156 orang. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada pengujian α=0.05.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik individu dan karakteristik organisasi berhubungan signifikan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Variabel pengetahuan berpengaruh lebih besar terhadap kinerja perawat.
Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit untuk: mengupayakan peningkatan pengetahuan dan pengalaman perawat melalui pelatihan secara berkala dan memberikan kesempatan untuk mengikuti seminar tentang pendokumentasian asuhan keperawatan, meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya kelengkapan pengisian rekam medis dan manfaat rekam medis secara berkala dan berkesinambungan, mensosialisasikan desain kerja pada seluruh perawat di lingkungan rumah sakit, sehingga para perawat memahami secara benar mengenai desain yang diterapkan serta dapat dipedomani dalam menjalankan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan, dan mengupayakan kelengkapan fasilitas kerja seperti penyediaan form rekam medis dan alat tulis untuk keperluan pendokumentasian asuhan keperawatan.
ABSTRACT
Documenting nursing care in a medical record file has an important function and role in the continuity of nursing care implementation for the patients and is also beneficial as legal evidence. The performance of the nurses working for Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan in documenting nursing care in medical record found was that 75% assessment, 65% action plan, 65% records of activities, and 75% of the procedures of filling in the nurses’ resume were not complete.
The purpose of this explanatory study conducted from March to June 2012 was to analyze the relationship between individual characteristics and organization with the performance of the nurses in documenting nursing care at Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan. The population of this study was all of the 169 nurses working for this hospital and 156 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α = 0.05.
The result of this study showed that statistically individual characteristics and organization had a significant relationship with the performance of the nurses in documenting nursing care. The variable of knowledge had a bigger influence on the performance of the nurses.
The management of Hospital is suggested: to improve the knowledge and experience of the nurses through periodical trainings and to give the nurses the chance to attend seminars on nursing care documentation, to increase the socialization on the importance of completely filling out the medical record and the periodical and continuous benefit of medical record, to socialize the work design to all of the nurses working at this hospital that the nurses correctly understand the design applied and can make it guidance in implementing the activities of nursing care documentation, and to complete work facilities such as the provision of the forms for nursing care medical record and the stationery for nursing care documentation.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu institusi bersifat sosio ekonomis yang
bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Jangkauan
dan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat tergantung pada kapasitas dan
kualitas tenaga sumber daya manusia (SDM) dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Depkes RI (2001) pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas
tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu di antaranya adalah
tenaga perawat. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat perawatlah yang paling lama
berinteraksi dengan pasien dan pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan
bio-psiko-sosial-spiritual serta dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan.
Profesi perawat dituntut untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
bermutu, memiliki landasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang kuat, disertai
sikap dan tingkah laku yang profesional dan berpegang kepada etika keperawatan.
Perawat membuat catatan keperawatan atau dokumen asuhan keperawatan pada
dokumen rekam medis, yang merupakan bukti tertulis dari pelaksanaan asuhan
keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan
atau reaksi pasien terhadap penyakit. Sehingga dokumentasi asuhan keperawatan
mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan
keperawatan pasien (Nursalam, 2001).
Menurut Kars (2007), pendokumentasian asuhan keperawatan pada berkas
rekam medis selain sangat bermanfaat menjadi bukti hukum dari apa yang mereka
laksanakan sesuai dengan panduan SOP (Standard Operating Procedure), dapat
menjadi media komunikasi antara sesama perawat yang bertugas dalam rentang shift,
dapat menjadi suatu pembelajaran bagaimana pengaruh sistem perawatan seperti yang
tercatat terhadap kesembuhan pasien dari penyakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/
PER/III/2008 tentang Rekam Medis pada pasal 1 ayat 1 , adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam pasal 6
disebutkan dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab
terhadap catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis, selanjutnya
disebutkan dalam pasal 7 bahwa sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan
fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 269/MENKES/
PER/III/2008 di atas maka tenaga keperawatan berkewajiban mendokumentasikan
setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di sarana pelayanan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan demikian dokumentasi asuhan
keperawatan adalah suatu yang mutlak harus ada disetiap sarana pelayanan kesehatan
Salah satu indikator kinerja perawat di rumah sakit dapat diketahui melalui
pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan adalah
suatu catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tentang pasien atas
kinerja perawat melalui standar asuhan keperawatan seperti ; pengakajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang disusun secara
sistimatis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
Kinerja rumah sakit sebagai suatu organisasi selalu menjadi ukuran
keberhasilan dalam mempertahankan kelangsungan organisasi. Kinerja merupakan
tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja karyawan dalam suatu organisasi baik secara
individu maupun kelompok mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi
kontribusi dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Gibson et al., 2003).
Supaya organisasi jasa pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuannya secara
efisien dan efektif maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah karakteristik individu. Gibson et al.
(2003), menjelaskan karakteristik individu meliputi; (kemampuan, keterampilan, dan
latar belakang individu: tingkat sosial, pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin)
mempengaruhi perilaku kerja personal yang selanjutnya berefek kepada kinerja
Selain faktor karakteristik individu, faktor organisasi dan psikologis
berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Gibson et al. (2003) bahwa faktor organisasi
meliputi; (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan) dan
faktor psikologis meliputi; (persepsi, sikap, belajar, kepribadian, motivasi)
mempengaruhi perilaku kerja seseorang dalam suatu organisasi.
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, adalah rumah sakit
kesehatan Angkatan Darat yang termasuk dalam kategori Kelas B Pendidikan. Salah
satu tugas pokok rumah sakit ini adalah memberikan pelayanan dan dukungan
kesehatan kepada prajurit TNI dan keluarga, dan masyarakat umum. Rumah sakit ini
memiliki instalasi rawat inap dengan kapasitas 218 tempat tidur terdiri dari ruang
kelas III, ruang kelas II, kelas I, VIP. Selama tahun 2011 pencapaian BOR (Bed
Occupancy Rate) 34,40%, BTO (Bed Turn Over) 18,97, ALOS (Average Length Of
Stay) 6,61, dan TOI (Turn Over Interval) 12,66. Penderita yang dirawat inap 4.420
dengan hari rawatan 27.669 (Rumkit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan,
2012).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa salah satu indikator kinerja
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan, yaitu melalui
hasil pencapaian BOR belum mencapai target, yaitu 85%. Indikator kinerja tersebut
tentu saja terkait dengan kinerja petugas pelayanan kesehatan, salah satunya adalah
perawat.
Survei pendahuluan pada bulan Januari 2012 tentang pendokumentasian
ditemukan tingkat kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan kurang
lengkap. Dari 832 rekam medik yang masuk di bagian sub bidang rekam medik lalu
diambil sebanyak 150 berkas secara acak ditemukan sebanyak 75% pengkajian
keperawatan, 65% rencana kegiatan keperawatan, 65% catatan kegiatan keperawatan,
dan 75% resume keperawatan pengisiannya kurang lengkap.
Berdasarakan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan belum sesuai dengan yang diharapkan
oleh pihak manajemen Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan
Medan. Ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan akan berdampak
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Hal ini menunjukkan asuhan keperawatan
yang berkesinambungan belum terwujud dengan baik dan berpengaruh terhadap
tindakan pemberian pelayanan kepada pasien, seperti (1) kesulitan untuk
mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mencatat kebutuhan pasien,
merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan,
(2) untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
Survei lanjutan, yaitu mengadakan wawancara dengan kepala bidang
keperawatan dan juga terjun langsung ke lapangan. Dari hasil wawancara diperoleh
informasi awal, yaitu ; (1) masih didapatkan beberapa perawat yang tidak mengisi
langsung dokumentasi asuhan keperawatan kedalam rekam medis setelah melakukan
tindakan pada pasien. Berdasarkan protap yang ada disebutkan bahwa setelah
melakukan tindakan kepada pasien, perawat diwajibkan melaksanakan
pasien yang belum dilaksanakan secara komprehensif (tidak lengkap) , (3) pergantian
shif dinas tidak tepat waktu/terlambat datang, (4) menerima pasien dengan kurang
ramah dan kurang peduli atas keluhan pasien serta lamban dalam memberikan
pelayanan, sehingga pasien sering mengeluh tentang pelayanan.
Wawancara juga dilakukan dengan kepada 10 orang perawat. Dari hasil
wawancara diperoleh informasi awal, yaitu ; (1) secara organisasi dukungan pimpinan
rumah sakit dirasakan masih kurang atas kelengkapan fasilitas seperti formulir dan
map-map dan alat tulis untuk pendokumentasian asuhan keperawatan kedalam rekam
medis, sehingga pengisiannya kurang lengkap, (2) penetapan kegiatan kerja perawat
di ruang rawat inap belum sepenuhnya dijalankan sesuai dengan pedoman kerja,
karena diluar tugas pokok dan fungsi ada pekerjaan tambahan seperti melakukan
penulisan resep dan menyapu ruangan, sehingga perawat secara individu menyikapi
hal ini menambah beban kerja dan (3) sebanyak 52% perawat pelaksana belum
sepenuhnya mengetahui komponen isi dokumentasi. Meskipun demikian, semua
perawat berpendapat bahwa dokumentasi asuhan keperawatan harus dilengkapi.
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Manajemen rumah sakit sudah berupaya untuk membuat kebijakan-kebijakan
keperawatan dan berusaha meningkatkan kualitas perawat dengan memberi
kesempatan dan merencanakan pendidikan, pelatihan baik formal maupan non
formal, namun kinerja perawat dalam pendokumentasian belum optimal.
Hasil penelitian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam
medis, yatu hasil penelitian Nelfiyanti (2009) di Rumah Sakit Haji Medan,
menyimpulkan bahwa 60,9% pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam
medis tidak lengkap dan faktor pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap
kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis.
Demikian juga hasil penelitian Nasution (2009), menyimpulkan bahwa variabel
pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan
rekam medis, sedangkan variabel umur, lama kerja dan sikap tidak berpengaruh.
Hasil penelitian Pribadi (2009), di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah yang
menyimpulkan bahwa faktor pengetahuan perawat berhubungan dengan kinerja
perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan serta perawat yang memiliki
pengetahuan tidak baik memiliki risiko untuk melaksanakan dokumentasi asuhan
keperawatan tidak baik 6,280 kali lebih besar dibanding yang memiliki pengetahuan
baik.
Berdasarkan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di
atas, dan permasalahan yang ditemui pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/Bukit Barisan Medan, maka perlu diteliti ” Hubungan Karakteristik
Individu dan Organisasi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Apakah Karakteristik Individu dan Organisasi berhubungan
dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan?.
1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi dengan Kinerja
Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan.
1.4 Hipotesis
Karakteristik Individu dan Organisasi berhubungan dengan Kinerja Perawat
dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi manajemen Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I Bukit Barisan Medan tentang kebijakan kinerja perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan.
2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan Administrasi Rumah Sakit terutama
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Tentang Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja sering dipadankan dengan kata dalam bahasa Inggris yakni
“performance”. Menurut The Scribner-Bantam English Dictionary tahun 1979
performance berasal dari akar kata “ to perform” yang mempunyai arti melakukan,
menjalankan, melaksanakan, memenuhi atau menjalankan kewajiban
menyempurnakan tanggung jawab dan melakukan sesuatu yang diharapkan seseorang
atau mesin. Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa arti “to perform” adalah
melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawab atau
hasil yang diharapkan, sedangkan arti kata performance merupakan kata benda
dimana salah satunya adalah sesuatu hasil yang telah dikerjakan.
Kinerja merupakan pencapaian yang optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para
pemimpin organisasi. Menurut Robbins (2006), kinerja merupakan ukuran hasil kerja
yang mana hal ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam
melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Triffin dan MacCormick (1979), kinerja individu berhubungan
dengan individual variable dan situational variable. Perbedaan individu akan
berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, misalnya kemampuan,
kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable
adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan
organisasi), misalnya pelaksanaan supervisi, karakteristik pekerjaan, hubungan
dengan sekerja dan pemberian imbalan.
Sementara kinerja menurut Mangkunegara (2002), adalah hasil kerja secara
kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya
karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan perusahaan dapat diketahui
dengan melakukan penilaian terhadap kinerja karyawannya. Penilaian kinerja
merupakan alat yang sangat berpengaruh untuk mengevaluasi kerja karyawan bahkan
dapat memotivasi dan mengembangkan karyawan.
2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Mangkunegara (2002), mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
a. Faktor Kemampuan (ability).
Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatnnya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk
mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor Motivasi (motivation).
Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi
Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara
garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu
dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (2003), ada tiga perangkat variabel yang
memengaruhi kinerja seseorang, yaitu:
1. Variabel Individual, terdiri dari:
a) Kemampuan dan Keterampilan
Kondisi mental dan fisik seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas atau
pekerjaan.
b) Latar Belakang
Kondisi dimasa lalu yang memengaruhi karakteristik dan sikap mental
seseorang, biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan serta pengalaman dimasa
lalu.
c) Demografis
Kondisi kependudukan yang berlaku pada individu atau karyawan, dimana
lingkungan sekitarnya akan membentuk pola tingkah laku individu tersebut
berdasarkan adat atau norma sosial yang berlaku.
2. Variabel Organisasional, terdiri dari:
a) Sumber Daya
Sekumpulan potensi atau kemampuan organisasi yang dapat diukur dan dinilai,
b) Kepemimpinan
Suatu seni mengkoordinasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam memotivasi
pihak lain untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh organisasi.
c) Imbalan
Balas jasa yang diterima oleh pegawai atau usaha yang telah dilakukan di dalam
proses aktivitas organisasi dalam jangka waktu tertentu secara intrinsik maupun
ekstrinsik.
d) Struktur
Hubungan wewenang dan tanggungjawab antar individu di dalam organisasi,
dengan karakteristik tertentu dan kebutuhan organisasi.
e) Desain Pekerjaan
Job Description yang diberikan kepada pegawai, apakah pegawai dapat
melakukan pekerjaan sesuai dengan job description.
3. Variabel Psikologis, terdiri dari:
a) Persepsi
Suatu proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan
memahami dunia sekitarnya.
b) Sikap
Kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisir melalui pengalaman dan
mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain.
c) Kepribadian
d) Belajar
Proses yang dijalani seseorang dari tahap tidak tahu menjadi tahu dan
memahami akan sesuatu terutama yang berhubungan dengan organisasi dan
pekerjaan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja tersebut dirangkum seperti pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Variabel yang Memengaruhi Kinerja Sumber: Gibson et al. (2003)
Menurut Werther dan Davis (1996), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Secara
psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ di atas
Variabel Individu
1.Kemampuan dan keterampilan 2.Latar belakang Individu :
rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan ketrampilan dalam
mengerjakan pekerjaan, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Sedangkan Robbins (2006), menambahkan dimensi baru yang
menentukan kinerja seseorang, yaitu kesempatan. Menurutnya, meskipun seseorang
bersedia (motivasi) dan mampu (kemampuan). Mungkin ada rintangan yang menjadi
kendala kinerja seseorang, yaitu kesempatan yang ada, mungkin berupa lingkungan
kerja tidak mendukung, peralatan, pasokan bahan, rekan kerja yang tidak mendukung,
prosedur yang tidak jelas dan sebagainya.
2.1.3 Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (2004), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah
prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja
memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja individu di waktu berikutnya.
Sedangkan menurut Rivai (2005), penilaian kinerja merupakan kajian sistematis
tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan
dengan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan
proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang,
meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas.
Rivai (2005), mengemukakan pada dasarnya ada 2 (dua) model penilaian
kinerja :
(a) Skala Peringkat (Rating Scale)
Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam
penilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian
yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu,
mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
(b) Daftar Pertanyaan (Checklist)
Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macam
tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu kata atau
pertanyaan yang mengambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.
Keuntungan dari cheklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah,
penilai hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan distandarisasi.
(c) Metode dengan Pilihan Terarah
Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi
subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini
adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah
penilaian dengan memaksa suatu pilihan antara pernyataan-pernyataan
deskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama.
(d) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)
Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik yang terkait
langsung dengan pekerjaannya.
Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan
penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para profesional,
misalnya penampilan, kemampuan berbicara, peran kepemimpinan dan
aktivitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
(f) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally Anchored
Rating Scale=BARS)
Penggunaan metode ini menuntut diambilnya 3 (tiga) langkah, yaitu:
1) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja
2) Menentukan kategori prestasi kerja dengan skala peringkat
3) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kecenderungan perilaku
karyawan yang dinilai dengan jelas.
(g) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)
Di sini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM.
Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihal
karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.
(h) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)
Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis yang
menyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan
mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujian
parktik yang langsung diamati oleh penilai.
Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan
karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.
2. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depan
a. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)
Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri
dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan
dan kelemahan dirinya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek
perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.
b. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)
Merupakan suatu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia
bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja
karyawan secara individu di waktu yang akan datang.
c. Penilaian dengan Psikolog
Penilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes psikologi,
diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia.
3. Organisasi dengan Tingkat Manajemen Majemuk
Pada organisasi dengan tingkat manajeman majemuk, personel biasanya dinilai
oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian termasuk yang dilakukan
oleh penyelia atau atasan langsung kepadanya laporan kerja personel
disampaikan. Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain. Sebagai
contoh, personel bagian pembelian dapat dinilai oleh manajer produksi sebagai
personel dan unit lain cukup tinggi. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari
bagian lain dibatasi, hanya pada situasi kerja kelompok dimana individu sering
melakukan interaksi. Pada penilaian manajer, biasanya dilakukan oleh beberapa
atasan manajer dengan tingkat lebih tinggi yang sering bekerja sama dalam
kelompok kerja. Penilaian kerja kelompok akan sangat bernilai jika penilaian
dilakukan dengan bebas dan kemudian dilakukan mufakat dengan diskusi. Hasil
penilaian akhir seharusnya tidak dihubungkan dengan kemungkinan adanya
perbedaaan pendapat diantara penilai. Penilaian kelompok dapat menghasilkan
gambaran total kinerja personel lebih tepat, tetapi kemungkinan terjadi bias
dengan kecenderungan penilaian lebih tinggi sehingga menghasilkan penilaian
yang merata. Penilaian atasan langsung sangat penting dari seluruh sistem
penilaian kinerja. Hal ini disebabkan karena madah untuk memperoleh hasil
penilaian atasan dan dapat diterima oleh akal sehat. Para atasan merupakan orang
yang tepat untuk mengamati dan menilai kinerja bawahannya. Oleh sebab itu,
seluruh sistem penilaian umumnya sangat tergantung pada evaluasi yang
dilakukan oleh atasan (Rivai, 2005).
2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (2004), tujuan penilaian kinerja digolongkan kedalam
tujuan evaluasi dan tujuan pengembangan.
a. Tujuan Evaluasi
Melalui pendekatan evaluatif, dilakukan penilaian kinerja masa lalu seorang
Hasil evaluasi digunakan sebagai data dalam mengambil keputusan-keputusan
mengenai promosi dan kompensasi sebagai penghargaan atas peningkatan kinerja
karyawan.
b. Tujuan Pengembangan
Pendekatan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan
di masa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja mendorong
perbaikan karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.
2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Mulyadi (1997), yaitu:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti
promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar distribusi penghargaan.
2.2 Perawat
Pengertian dasar seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam
dan proses penuaan. Perawat professional adalah perawat yang bertanggungjawab
dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 1999).
Perry dan Potter (2005) mengklasifikasikan peran perawat sebagai berikut :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya pengembalian kesehatan
emosi, spiritual dan sosial.
b. Pembuat Keputusan Klinis
Dalam pemberian asuhan keperawatan perawat dituntut untuk dapat membuat
keputusan sehingga tercapai perawatan yang efektif. Perawat juga berkolaborasi
dengan klien atau keluarga dan ahli kesehatan lain.
c. Pelindung dan Advokat Klien
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan
mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien
dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan. Perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan scara hukum, serta
membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
d. Manajer Kasus
Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab
e. Rehabilitator
Perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dari keadaan sakit
sampai penyembuhan baik fisik maupun emosi.
f. Pemberi Kenyamanan
Perawat merawat klien sebagai manusia secara utuh baik fisik maupun mental.
Perawat memberi kenyamanan dengan membantu klien untuk mencapai tujuan
yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
g. Komunikator
Peran komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang lain. Dalam
melakukan perannya, seorang perawat harus melakukan komunikasi dengan baik.
Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi
kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
h. Penyuluh atau Pendidik
Perawat memberikan pengajaran kepada klien tentang kesehatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain.
i. Role Model
Perawat harus dapat menjadi panutan dan dapat memberikan contoh bagi kliennya.
Baik dalam berperilaku, sikap maupun penampilan secara fisik.
j. Peneliti
Perawat merupakan bagian dari dunia kesehatan yang memiliki hak untuk
k. Kolaborator
Perawat dalam proses keperawatan dapat melakukan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan professional lainnya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan klien.
Menurut Carolus yang dikutip dalam Zaidin (2001) perawat memiliki
beberapa fungsi yaitu:
a. Fungsi Pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam
melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi
kematian yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila
mereka memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan. Bantuan yang diberikan
bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin.
b. Fungsi Tambahan
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan rencana
pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
c. Fungsi Kolaboratif
Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan
melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.
2.2.1 Kinerja Perawat di Rumah Sakit
Perawat adalah profesi yang terbanyak jumlahnya di rumah sakit. Dengan
jumlah besar inilah kekuatan kelompok dibentuk. Banyak bermunculan pendapat
adalah profesi yang setara dengan dokter, dibutuhkan pengakuan yang tepat bahwa
memang demikian adanya, namun tidak sedikit bahwa profesi ini secara tidak
disadari seperti tunduk terhadap apapun yang diperintahkan dokter. Ada beberapa
teori yang mengatakan bahwa pasien datang ke rumah sakit sebenarnya mencari
perawat bukan mencari yang lain. Namun secara tidak sadar kita lihat sehari-hari
bahwa pasien datang ke rumah sakit untuk mencari dokter, keduanya benar namun
keduanya kurang lengkap, secara tepat bahwa sebenarnya pasien datang ke rumah
sakit ingin mendapatkan pelayanan dokter, perawat dan pelayanan lainnya termasuk
pelayanan administrasi (Subanegara, 2005).
Menurut Nursalam (2002), dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan
kepada klien, digunakan standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan oleh
PPNI yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yaitu:
1. Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan, dengan kriteria meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan,
rekam medis, dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: status kesehatan
spiritual, respons terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang
optimal dan risiko-risiko tinggi masalah.
d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur lengkap, akurat, relevan dan baru.
2. Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan, kriteria proses:
a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien
dan perumusan diagnosis keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala,
atau terdiri atas masalah dan penyebab.
c. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
3. Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria proses:
a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
4. Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan, kriteria proses:
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respons klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, kriteria proses:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat
waktu dan terus-menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan ke
arah pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
2.3 Karakteristik Individu dan Organisasi 2.3.1 Karakteristik Individu
a. Lama Kerja
Menurut Gibson, et al. (2003), masa kerja seseorang akan menentukan
prestasi individu yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama
seseorang bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin
meningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak
kepada kinerja dan keuntungan organisasi yang menjadi lebih baik, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan.
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni:
(a) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
(b) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secata benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
(c) Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan unutk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
(d) Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
(e) Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
(f) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek atau materi (Notoadmodjo, 2005).
c. Sikap
Secara umum, sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
merespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.
Sikap mengandung penilaian emosional atau afektif (senang, benci, sedih dan
sebagainya), di samping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek tersebut)
serta aspek konotif (kecenderungan bertindak) (Notoadmodjo, 2005). Sikap seseorang
dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut,
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2000).
Menurut Notoadmodjo (2005) Berbagai tingkatan dalam sikap:
(1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
(2) Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
(3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.
(4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.3.2 Karakteristik Organisasi
Menurut Gomes (1995), organisasi mempunyai unsur-unsur tertentu, dan
unsur-unsur inilah yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lain.
Sedangkan menurut Hasibuan (2005), organisasi adalah suatu sistem perserikatan
formal dari dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara
garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu
dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (2003), faktor organisasional, terdiri dari: (a)
sumber daya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, dan (e) desain pekerjaan
a. Kepemimpinan
Menurut Stoner (1996), kepemimpinan sebagai proses pengarahan dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas kelompok. Sedangkan menurut
Timple, pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang
memastikan motivasi, disiplin, tugas, dan situasi agar dapat mencapai tujuan
organisasi.
Pemimpin adalah seseorang di dalam kelompok yang memberi perintah dan
mengkoordinasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan aktivitas kelompok atau orang
yang secara serentak mengerjakan fungsi-fungsi pemimpin didalam kelompok apabila
pemimpin yang terpilih tidak hadir (Fielder, 1967). Seorang pemimpin mempunyai
kriteria sebagai berikut : 1) ditunjuk oleh organisasi; 2) dipilih oleh kelompoknya;
3) banyak berpengaruh terhadap tugas dalam hal tidak ada pemimpin yang ditunjuk.
Sedangkan peran pemimpin menurut Model Quinn (dalam Daniel, 1995) ada
8 (delapan); 1) sebagai motivator; 2) sebagai perantara; 3) sebagai producer; 4)
sebagai pengarah; 5) sebagai koordinator; 6) sebagai pengamat; 7) sebagai fasilitator;
dan 8) sebagai penasehat.
Memimpin diartikan sebagai pembimbing dan mengarahkan orang lain. Para
pemimpin seperti para manajer berperan dalam membawa suatu kelompok untuk
mencapai tujuan mereka dengan menerapkan secara maksimum kemampuan yang
dimiliki. Kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin merupakan ciri
tersebut banyak sudah ditinggalkan, karena ternyata pemimpin dan kepemimpinan
dapat dilatih dan dibentuk secara berencana dan sistematis (Stoner, 1996)
Menurut Yulk (2000) kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya
dengan ciri-ciri individu, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi
hubungan peran, tepatnya pada suatu administratif, serta persepsi oleh orang lain
mengenai keabsahan dari pengaruh. Yulk (2000) memberikan gambaran bahwa
perilaku spesifik pemimpin adalah :1) merencanakan dan mengorganisasi;
2) pemecahan masalah; 3) menjelaskan peran dan sasaran; 4) memberi informasi;
5) memantau; 6) memotivasi dan memberikan informasi; 7) berkonsultasi;
8) mendelegasikan tugas dan wewenang; 9) memberikan dukungan;
10) mengembangkan dan jaringan kerja; 13) pengakuan atas keberhasilan bawahan;
dan 14) memberi penghargaan atas jerih payah yang dilakukan bawahan.
Para teoritis percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan energi pandangan, pengetahuan, dan kecerdasan,
imajinasi kepercayaan diri, integritas kepandaian berbicara, pengandalian, dan
keseimbangan mental maupun emosional, bentuk fisik, pergaulan sosial dan
persahabatan, dorongan, antusiasme, berani dan sebagainya (Handoko, 1984)7.
b. Desain Pekerjaan
Menurut Gibson et al. (2003), desain pekerjaan mengacu pada proses yang
diterapkan oleh para pimpinan untuk memutuskan tugas, pekerjaan, dan wewenang.
Teknik desain pekerjaan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pokok perawat,
organisasi. Desain pekerjaan dalam hal memberikan asuhan keperawatan meliputi
tata kerja dan prosedur yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Apabila
perawat pelaksana mempunyai desain kerja yang jelas maka hasil yang dicapai
menjadi maksimal dan bukan merupakan beban kerja.
Bila melihat lingkup tugas-tugas profesi keperawatan di lingkup suatu rumah
sakit, sesungguhnya tugas-tugas tersebut sudah distandarisasi menurut peraturan
profesi. Hal-hal tersebut berkisar dari: (1) Membuat rencana keperawatan bersama
tim (2) Melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang dilayani (3) Memberikan
obat atau therapy tertentu sesuai perintah dokter; (4) melakukan observasi kondisi
pasien termasuk pemeriksaan rutin; (5) menjawab keperluan pasien sewaktu-waktu;
(6) melakukan pencatatan tentang temuan-temuan observasi, pencatatan jam dan
tanggal serta paraf setiap kali memberi pelayanan di berkas rekam medis;
(7) melakukan / mengikuti pertemuan antara sesama anggota tim; (8) Membantu /
menemani dokter dalam pelayanan medis. (9) Melakukan catatan pada pelaporan
antar shift kerja di dalam buku keperawatan dan (10) Melakukan beberapa urusan
administrasi manajemen ruangan termasuk kelola inventarisasi dan kebersihan
ruangan serta lingkungannya (Zaidin, 2001).
c. Imbalan
Segala bentuk imbalan yang diterima baik dalam bentuk finansial (insentif)
dilihat dari jumlah, kecukupan, rasa keadilan, proporsional dengan beban kerja dan
Banyak orang berpendapat insentif dalam bentuk uang merupakan faktor
utama untuk timbulnya kepuasan kerja, namun beberapa penelitian yang pernah
dilakukan pada pekerja di negara Amerika menunjukkan mereka tidak ingin diberi
insentif uang yang lebih dengan penambahan waktu kerja yang telah ditentukan
(Robbins, 2006).
2.4 Rekam Medis 2.4.1 Pengertian
Menurut Permenkes No. 749a Tahun 1989, rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain (yang diberikan) kepada pasien (yang dipergunakan serta
tersedia) pada suatu sarana pelayanan kesehatan (Azwar, 2003). Brotowasisto (2003)
menambahkan, rekam medis adalah catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan serta tindakan dan pelayanan lain kepada pasien selama
mendapatkan perawatan di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat inap.
Suatu rekam medis yang baik memungkinkan rumah sakit untuk mengadakan
rekonstruksi yang baik mengenai pemberian pelayanan kepada pasien serta memberi
gambaran untuk dinilai apakah perawatan dan pengobatan yang diberikan dapat
diterima atau tidak dalam situasi dan keadaan demikian. Rekam medis harus diisi
segera dan secara langsung pada saat dilakukan tindakan dan pada pemberian
instruksi oleh dokter, atau oleh perawat pada saat dilakukan observasi telah timbul
suatu gejala atau suatu perubahan, dan sewaktu melakukan tindakan (Guwandi,
2.4.2 Isi Rekam Medis
Rekam medis rumah sakit dipergunakan untuk mencatat data-data dari pasien
rawat jalan dan rawat inap. Untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat,
rekam medis memuat informasi pasien, antara lain:
a. Identitas pasien
b. Anamnesis yang memuat keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang
mungkin diturunkan/kontak
c. Pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya
d. Diagnosis kerja/diferensial diagnosis
e. Pengobatan/tindakan; sedang untuk pasien rawat inap, rekam medis memuat
informasi pasien, antara lain:
1) Identitas pasien.
2) Anamnesis yang memuat keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang
mungkin diturunkan/kontak
3) Pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya
4) Diagnosis awal/diferensial diagnosis/diagnosis akhir
5) Persetujuan pengobatan/tindakan
6) Catatan konsultasi
7) Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain