• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN

T E S I S

Oleh

DAME HUTABARAT 107032070/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN INDIVIDUAL CHARACTERISTICS AND ORGANIZATION WITH THE PERFORMANCE OF THE NURSES

IN NURSING CARE DOCUMENTATION AT PUTRI HIJAU LEVEL II HOSPITAL KESDAM I BUKIT BARISAN

MEDAN

THESIS

By

DAME HUTABARAT 107032070/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAME HUTABARAT 107032070/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN

Nama Mahasiswa : Dame Hutabarat Nomor Induk Mahasiswa : 107032070

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (

Ketua Anggota

Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 29 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes

Anggota : 1. Siti Saidah Nasution, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat 2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I BUKIT BARISAN MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

(7)

ABSTRAK

Pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien serta bermanfaat menjadi bukti hukum. Kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis ditemukan 75% pengkajian, 65% rencana kegiatan, 65% catatan kegiatan, dan 75% resume keperawatan pengisiannya kurang lengkap.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dan organisasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 169 orang dan sampel sebanyak 156 orang. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada pengujian α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik individu dan karakteristik organisasi berhubungan signifikan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Variabel pengetahuan berpengaruh lebih besar terhadap kinerja perawat.

Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit untuk: mengupayakan peningkatan pengetahuan dan pengalaman perawat melalui pelatihan secara berkala dan memberikan kesempatan untuk mengikuti seminar tentang pendokumentasian asuhan keperawatan, meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya kelengkapan pengisian rekam medis dan manfaat rekam medis secara berkala dan berkesinambungan, mensosialisasikan desain kerja pada seluruh perawat di lingkungan rumah sakit, sehingga para perawat memahami secara benar mengenai desain yang diterapkan serta dapat dipedomani dalam menjalankan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan, dan mengupayakan kelengkapan fasilitas kerja seperti penyediaan form rekam medis dan alat tulis untuk keperluan pendokumentasian asuhan keperawatan.

(8)

ABSTRACT

Documenting nursing care in a medical record file has an important function and role in the continuity of nursing care implementation for the patients and is also beneficial as legal evidence. The performance of the nurses working for Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan in documenting nursing care in medical record found was that 75% assessment, 65% action plan, 65% records of activities, and 75% of the procedures of filling in the nurses’ resume were not complete.

The purpose of this explanatory study conducted from March to June 2012 was to analyze the relationship between individual characteristics and organization with the performance of the nurses in documenting nursing care at Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan. The population of this study was all of the 169 nurses working for this hospital and 156 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that statistically individual characteristics and organization had a significant relationship with the performance of the nurses in documenting nursing care. The variable of knowledge had a bigger influence on the performance of the nurses.

The management of Hospital is suggested: to improve the knowledge and experience of the nurses through periodical trainings and to give the nurses the chance to attend seminars on nursing care documentation, to increase the socialization on the importance of completely filling out the medical record and the periodical and continuous benefit of medical record, to socialize the work design to all of the nurses working at this hospital that the nurses correctly understand the design applied and can make it guidance in implementing the activities of nursing care documentation, and to complete work facilities such as the provision of the forms for nursing care medical record and the stationery for nursing care documentation.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat Ii Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan ".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

(10)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan Siti Saidah, S.Kep,

M.Kep, Sp.Mat, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu

untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan AKBP dr. Antonius Ginting, Sp.OG, M.Kes.

selaku komisi penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis

mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

7. Mayjen TNI Loudwik F. Paulus, Pangdam I/BB, Bapak Kolonel Ckm dr. Dubel

Mariyenes, Sp.B, Kakesdam I/BB dan Bapak Kolonel Ckm dr. M. Munif,

Karumkit TK. II Putri Hijau Kesdam I/BB yang telah memberikan ijin dan

kesempatan untuk mengikuti pendidikan

8. Dosen dan Staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

9. Rekan-rekan penulis di Peminatan Administrasi Rumah Sakit Angkatan 2010,

atas dukungan di berikan selama pendidikan.

10.Rekan kerja di Rumah Sakit TK II Putri Hijau (Paget br Pasaribu, Nelly br

(11)

Lumbanraja Sp.THT ).

Tesis ini saya persembahkan secara khusus dengan ucapan terima kasih yang

tulus dan rasa syukur kepada Ibunda tersayang M. br Tampubolon (Ompu. Jesica

Boru) yang telah memberikan perhatian dan doa yang tiada putus-putusnya bagi

Penulis, semoga Ibunda sehat selalu dan panjang umur. Demikian juga Bapak/Ibu

mertua Letkol (Purn) DHPT Marpaung/K br. Pasaribu yang telah memberikan

dukungan doa. Kakak dan Adik – adikku (Rita AMK, Mayor KH/W Toho Hutabarat,

S.H, Eva Spd, Reinhart S.E, Asian S.E, Netty, AMD) terima kasih atas semua

dukungannya.

Rasa cinta yang dalam dan dengan kasih sayang yang tulus, saya

persembahkan semuanya ini kepada suamiku tercinta Ir. Franz Yudika Marpaung,

dan ketiga anakku tersayang yang merupakan sumber motivasi dan inspirasiku : Ruth

Cyntia Rouli Marpaung, Josua Gilbert Daniel Marpaung, dan Immanuel Armand

Nicolas.

Ucapan terima kasih khusus juga saya persembahkan kepada namboru

R. Br. Sirait dan adikku Aron Trison Marpaung yang telah membantu tenaga dan

moril. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet/br Marpaung terima kasih atas dukungannya..

Akhirnya ucapan terima kasih kusampaikan Tuhanku Yesus Kristus karena

kemurahan dan BerkatMu yang begitu mulia, sehingga saya dapat menyelesaikan

semua ini, bukan karna kekuatan dan kepintaranku ya Bapa, tetapi atas kuasa dan

(12)

Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, oleh karenanya saran untuk

perbaikan sangat di perlukan. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi

akademik dan jajaran rumah sakit Kodam I/BB.

Medan, Juli 2012 Penulis

(13)

RIWAYAT HIDUP

Dame Hutabarat, lahir di Binjai pada tanggal 16 Nopember 1970, anak ketiga

dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayahanda M. Hutabarat, dan Ibunda M. Br.

Tampubolon.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar Negeri

No. 010103 Percukaian, Binjai pada tahun 1983, pendidikan menengah pertama di

SMP Negeri 03 Binjai pada tahun 1986, pendidikan menengah atas di SMA Taman

Siswa Binjai pada tahun 1989, pendidikan akademi keperawatan Depkes RI Medan

pada tahun 1992, pendidikan kursus kecabangan kesehatan Jakarta pada tahun 1996,

pendidikan kursus administrasi rumah sakit pratama Jakarta pada tahun 2000,

pendidikan sekolah tinggi lanjutan perwira Jakarta pada tahun 2003, pendidikan

sarjana keperawatan STIKES YBS Medan pada tahun 2007, pendidikan kursus

perwira manajemen rumah sakit madya Jakarta pada tahun 2010.

Mulai bekerja sebagai anggota militer dengan pangkat Letnan dua corps

kesehatan pada tahun 1993-1999 ditempatkan di Rumah Sakit TK IV P.Siantar

dengan jabatan Kepala Rumah Obat. Kepala Seksi Perwira Logistik di Kesdam I/BB

pada tahun 2000. Kepala Bangsal Pavilium Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan

pada tahun 2001. Kepala Seksi Penunjang Keperawatan Rumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan pada tahun 2003. Kepala Seksi Penunjang Medik Rumah Sakit TK II

(14)

Kepala Instalasi Penunjang Perawatan Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan

pada tahun 2009 Staf Fungsional Para Medis Merangkap Kepala Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan pada tahun 2010 sampai dengan sekarang

berpangkat Mayor Korps Kesehatan Angkatan Darat.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

(15)

DAFTAR ISI

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 10

2.1.3 Penilaian Kinerja ... 14

2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja... 18

2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja ... 19

2.2 Perawat ... 19

2.2.1 Kinerja Perawat di Rumah Sakit ... 22

2.3 Karakteristik Individu dan Organisasi ... 26

2.3.1 Karakteristik Individu ... 26

2.4 Perawat ... 32

2.4.1 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit ... 32

2.4.2 Asuhan Keperawatan ... 33

2.5 Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 34

2.5.1 Pengertian ... 34

2.5.2 Standar Dokumentasi ... 35

2.5.3 Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ... 35

2.5.4 Dokumen Keperawatan Terkait Rekam Medis ... 36

2.5.5 Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 36

2.6 Rumah Sakit ... 39

2.7 Landasan Teori ... 40

(16)

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 42

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 46

3.5.1 Variabel Bebas ... 46

3.5.2 Variabel Terikat ... 47

3.6 Metode Pengukuran ... 47

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 47

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 48

3.7 Metode Analisis Data ... 49

4.3.2 Karakteristik Organisasi ... 59

4.3.3 Kinerja ... 65

4.4 Analisis Bivariat ... 70

4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja ... 70

4.4.2 Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja ... 72

4.5 Analisis Multivariat ... 74

4.5.1 Menilai Kelayakan Model Regresi... 74

4.5.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 74

4.5.3 Pengujian Hipotesis ... 76

BAB 5 PEMBAHASAN ... 80

5.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja ... 80

5.1.1 Hubungan Lama Kerja dengan Kinerja ... 80

5.1.2 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja ... 81

5.1.3 Hubungan Sikap dengan Kinerja ... 84

5.2 Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja... 86

5.2.1 Hubungan Desain Kerja dengan Kinerja... 87

(17)

5.3 Kinerja Perawat ... 93

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

6.1 Kesimpulan ... 97

6.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 48

3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 49

4.1 Distribusi Identitas Responden ... 52

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 53

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 54

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 55

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 57

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap ... 59

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Kerja ... 60

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pencatatan Kegiatan ... 61

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Tugas ... 62

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Desain Kerja ... 63

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Kerja ... 64

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Fasilitas Kerja ... 65

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengkajian Keperawatan ... 66

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Rencana Kegiatan Keperawatan ... 67

4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Catatan Keperawatan ... 68

4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Resume Keperawatan Pasien Pulang .. 69

4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kinerja ... 70

(19)

4.19 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja ... 71

4.20 Hubungan Sikap dengan Kinerja ... 72

4.21 Hubungan Desain Kerja dengan Kinerja... 73

4.22 Hubungan Fasilitas Kerja dengan Kinerja ... 73

4.23 Hasil Pengujian Kelayakan Model Regresi... 74

4.24 Uji Omnibus (overall test) ... 75

4.25 -2 Log Likehood Awal ... 75

4.26 -2 Log Likehood Akhir ... 75

4.27 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda ... 78

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Variabel yang Mempengaruhi Kinerja ... 13

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 103

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 111

3 Uji Univariat dan Bivariat ... 115

4 Uji Multivariat ... 141

5 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ... 142

6 Surat izin selesai penelitian dari Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan ... 143

(22)

ABSTRAK

Pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien serta bermanfaat menjadi bukti hukum. Kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis ditemukan 75% pengkajian, 65% rencana kegiatan, 65% catatan kegiatan, dan 75% resume keperawatan pengisiannya kurang lengkap.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dan organisasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 169 orang dan sampel sebanyak 156 orang. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada pengujian α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik individu dan karakteristik organisasi berhubungan signifikan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Variabel pengetahuan berpengaruh lebih besar terhadap kinerja perawat.

Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit untuk: mengupayakan peningkatan pengetahuan dan pengalaman perawat melalui pelatihan secara berkala dan memberikan kesempatan untuk mengikuti seminar tentang pendokumentasian asuhan keperawatan, meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya kelengkapan pengisian rekam medis dan manfaat rekam medis secara berkala dan berkesinambungan, mensosialisasikan desain kerja pada seluruh perawat di lingkungan rumah sakit, sehingga para perawat memahami secara benar mengenai desain yang diterapkan serta dapat dipedomani dalam menjalankan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan, dan mengupayakan kelengkapan fasilitas kerja seperti penyediaan form rekam medis dan alat tulis untuk keperluan pendokumentasian asuhan keperawatan.

(23)

ABSTRACT

Documenting nursing care in a medical record file has an important function and role in the continuity of nursing care implementation for the patients and is also beneficial as legal evidence. The performance of the nurses working for Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan in documenting nursing care in medical record found was that 75% assessment, 65% action plan, 65% records of activities, and 75% of the procedures of filling in the nurses’ resume were not complete.

The purpose of this explanatory study conducted from March to June 2012 was to analyze the relationship between individual characteristics and organization with the performance of the nurses in documenting nursing care at Putri Hijau Level II Hospital Kesdam I Bukit Barisan Medan. The population of this study was all of the 169 nurses working for this hospital and 156 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that statistically individual characteristics and organization had a significant relationship with the performance of the nurses in documenting nursing care. The variable of knowledge had a bigger influence on the performance of the nurses.

The management of Hospital is suggested: to improve the knowledge and experience of the nurses through periodical trainings and to give the nurses the chance to attend seminars on nursing care documentation, to increase the socialization on the importance of completely filling out the medical record and the periodical and continuous benefit of medical record, to socialize the work design to all of the nurses working at this hospital that the nurses correctly understand the design applied and can make it guidance in implementing the activities of nursing care documentation, and to complete work facilities such as the provision of the forms for nursing care medical record and the stationery for nursing care documentation.

(24)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu institusi bersifat sosio ekonomis yang

bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Jangkauan

dan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat tergantung pada kapasitas dan

kualitas tenaga sumber daya manusia (SDM) dalam rangka mencapai tujuan

organisasi.

Menurut Depkes RI (2001) pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas

tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu di antaranya adalah

tenaga perawat. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat perawatlah yang paling lama

berinteraksi dengan pasien dan pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan

bio-psiko-sosial-spiritual serta dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan.

Profesi perawat dituntut untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

bermutu, memiliki landasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang kuat, disertai

sikap dan tingkah laku yang profesional dan berpegang kepada etika keperawatan.

Perawat membuat catatan keperawatan atau dokumen asuhan keperawatan pada

dokumen rekam medis, yang merupakan bukti tertulis dari pelaksanaan asuhan

keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan

(25)

atau reaksi pasien terhadap penyakit. Sehingga dokumentasi asuhan keperawatan

mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan

keperawatan pasien (Nursalam, 2001).

Menurut Kars (2007), pendokumentasian asuhan keperawatan pada berkas

rekam medis selain sangat bermanfaat menjadi bukti hukum dari apa yang mereka

laksanakan sesuai dengan panduan SOP (Standard Operating Procedure), dapat

menjadi media komunikasi antara sesama perawat yang bertugas dalam rentang shift,

dapat menjadi suatu pembelajaran bagaimana pengaruh sistem perawatan seperti yang

tercatat terhadap kesembuhan pasien dari penyakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/

PER/III/2008 tentang Rekam Medis pada pasal 1 ayat 1 , adalah berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam pasal 6

disebutkan dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab

terhadap catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis, selanjutnya

disebutkan dalam pasal 7 bahwa sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan

fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 269/MENKES/

PER/III/2008 di atas maka tenaga keperawatan berkewajiban mendokumentasikan

setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di sarana pelayanan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan demikian dokumentasi asuhan

keperawatan adalah suatu yang mutlak harus ada disetiap sarana pelayanan kesehatan

(26)

Salah satu indikator kinerja perawat di rumah sakit dapat diketahui melalui

pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan adalah

suatu catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tentang pasien atas

kinerja perawat melalui standar asuhan keperawatan seperti ; pengakajian

keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan

tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang disusun secara

sistimatis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum dalam

memberikan pelayanan kepada pasien.

Kinerja rumah sakit sebagai suatu organisasi selalu menjadi ukuran

keberhasilan dalam mempertahankan kelangsungan organisasi. Kinerja merupakan

tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja karyawan dalam suatu organisasi baik secara

individu maupun kelompok mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi

kontribusi dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Gibson et al., 2003).

Supaya organisasi jasa pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuannya secara

efisien dan efektif maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah karakteristik individu. Gibson et al.

(2003), menjelaskan karakteristik individu meliputi; (kemampuan, keterampilan, dan

latar belakang individu: tingkat sosial, pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin)

mempengaruhi perilaku kerja personal yang selanjutnya berefek kepada kinerja

(27)

Selain faktor karakteristik individu, faktor organisasi dan psikologis

berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Gibson et al. (2003) bahwa faktor organisasi

meliputi; (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan) dan

faktor psikologis meliputi; (persepsi, sikap, belajar, kepribadian, motivasi)

mempengaruhi perilaku kerja seseorang dalam suatu organisasi.

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, adalah rumah sakit

kesehatan Angkatan Darat yang termasuk dalam kategori Kelas B Pendidikan. Salah

satu tugas pokok rumah sakit ini adalah memberikan pelayanan dan dukungan

kesehatan kepada prajurit TNI dan keluarga, dan masyarakat umum. Rumah sakit ini

memiliki instalasi rawat inap dengan kapasitas 218 tempat tidur terdiri dari ruang

kelas III, ruang kelas II, kelas I, VIP. Selama tahun 2011 pencapaian BOR (Bed

Occupancy Rate) 34,40%, BTO (Bed Turn Over) 18,97, ALOS (Average Length Of

Stay) 6,61, dan TOI (Turn Over Interval) 12,66. Penderita yang dirawat inap 4.420

dengan hari rawatan 27.669 (Rumkit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan,

2012).

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa salah satu indikator kinerja

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan, yaitu melalui

hasil pencapaian BOR belum mencapai target, yaitu 85%. Indikator kinerja tersebut

tentu saja terkait dengan kinerja petugas pelayanan kesehatan, salah satunya adalah

perawat.

Survei pendahuluan pada bulan Januari 2012 tentang pendokumentasian

(28)

ditemukan tingkat kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan kurang

lengkap. Dari 832 rekam medik yang masuk di bagian sub bidang rekam medik lalu

diambil sebanyak 150 berkas secara acak ditemukan sebanyak 75% pengkajian

keperawatan, 65% rencana kegiatan keperawatan, 65% catatan kegiatan keperawatan,

dan 75% resume keperawatan pengisiannya kurang lengkap.

Berdasarakan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja perawat

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan belum sesuai dengan yang diharapkan

oleh pihak manajemen Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan

Medan. Ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan akan berdampak

kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Hal ini menunjukkan asuhan keperawatan

yang berkesinambungan belum terwujud dengan baik dan berpengaruh terhadap

tindakan pemberian pelayanan kepada pasien, seperti (1) kesulitan untuk

mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mencatat kebutuhan pasien,

merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan,

(2) untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.

Survei lanjutan, yaitu mengadakan wawancara dengan kepala bidang

keperawatan dan juga terjun langsung ke lapangan. Dari hasil wawancara diperoleh

informasi awal, yaitu ; (1) masih didapatkan beberapa perawat yang tidak mengisi

langsung dokumentasi asuhan keperawatan kedalam rekam medis setelah melakukan

tindakan pada pasien. Berdasarkan protap yang ada disebutkan bahwa setelah

melakukan tindakan kepada pasien, perawat diwajibkan melaksanakan

(29)

pasien yang belum dilaksanakan secara komprehensif (tidak lengkap) , (3) pergantian

shif dinas tidak tepat waktu/terlambat datang, (4) menerima pasien dengan kurang

ramah dan kurang peduli atas keluhan pasien serta lamban dalam memberikan

pelayanan, sehingga pasien sering mengeluh tentang pelayanan.

Wawancara juga dilakukan dengan kepada 10 orang perawat. Dari hasil

wawancara diperoleh informasi awal, yaitu ; (1) secara organisasi dukungan pimpinan

rumah sakit dirasakan masih kurang atas kelengkapan fasilitas seperti formulir dan

map-map dan alat tulis untuk pendokumentasian asuhan keperawatan kedalam rekam

medis, sehingga pengisiannya kurang lengkap, (2) penetapan kegiatan kerja perawat

di ruang rawat inap belum sepenuhnya dijalankan sesuai dengan pedoman kerja,

karena diluar tugas pokok dan fungsi ada pekerjaan tambahan seperti melakukan

penulisan resep dan menyapu ruangan, sehingga perawat secara individu menyikapi

hal ini menambah beban kerja dan (3) sebanyak 52% perawat pelaksana belum

sepenuhnya mengetahui komponen isi dokumentasi. Meskipun demikian, semua

perawat berpendapat bahwa dokumentasi asuhan keperawatan harus dilengkapi.

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Manajemen rumah sakit sudah berupaya untuk membuat kebijakan-kebijakan

(30)

keperawatan dan berusaha meningkatkan kualitas perawat dengan memberi

kesempatan dan merencanakan pendidikan, pelatihan baik formal maupan non

formal, namun kinerja perawat dalam pendokumentasian belum optimal.

Hasil penelitian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam

medis, yatu hasil penelitian Nelfiyanti (2009) di Rumah Sakit Haji Medan,

menyimpulkan bahwa 60,9% pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam

medis tidak lengkap dan faktor pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap

kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis.

Demikian juga hasil penelitian Nasution (2009), menyimpulkan bahwa variabel

pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan

rekam medis, sedangkan variabel umur, lama kerja dan sikap tidak berpengaruh.

Hasil penelitian Pribadi (2009), di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah yang

menyimpulkan bahwa faktor pengetahuan perawat berhubungan dengan kinerja

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan serta perawat yang memiliki

pengetahuan tidak baik memiliki risiko untuk melaksanakan dokumentasi asuhan

keperawatan tidak baik 6,280 kali lebih besar dibanding yang memiliki pengetahuan

baik.

Berdasarkan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di

atas, dan permasalahan yang ditemui pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/Bukit Barisan Medan, maka perlu diteliti ” Hubungan Karakteristik

Individu dan Organisasi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan

(31)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah: Apakah Karakteristik Individu dan Organisasi berhubungan

dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan?.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis hubungan Karakteristik Individu dan Organisasi dengan Kinerja

Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan.

1.4 Hipotesis

Karakteristik Individu dan Organisasi berhubungan dengan Kinerja Perawat

dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi manajemen Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I Bukit Barisan Medan tentang kebijakan kinerja perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan.

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan Administrasi Rumah Sakit terutama

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tentang Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja sering dipadankan dengan kata dalam bahasa Inggris yakni

performance”. Menurut The Scribner-Bantam English Dictionary tahun 1979

performance berasal dari akar kata “ to perform” yang mempunyai arti melakukan,

menjalankan, melaksanakan, memenuhi atau menjalankan kewajiban

menyempurnakan tanggung jawab dan melakukan sesuatu yang diharapkan seseorang

atau mesin. Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa arti “to perform” adalah

melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawab atau

hasil yang diharapkan, sedangkan arti kata performance merupakan kata benda

dimana salah satunya adalah sesuatu hasil yang telah dikerjakan.

Kinerja merupakan pencapaian yang optimal sesuai dengan potensi yang

dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para

pemimpin organisasi. Menurut Robbins (2006), kinerja merupakan ukuran hasil kerja

yang mana hal ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam

melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut Triffin dan MacCormick (1979), kinerja individu berhubungan

dengan individual variable dan situational variable. Perbedaan individu akan

(33)

berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, misalnya kemampuan,

kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable

adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan

organisasi), misalnya pelaksanaan supervisi, karakteristik pekerjaan, hubungan

dengan sekerja dan pemberian imbalan.

Sementara kinerja menurut Mangkunegara (2002), adalah hasil kerja secara

kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya

karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan perusahaan dapat diketahui

dengan melakukan penilaian terhadap kinerja karyawannya. Penilaian kinerja

merupakan alat yang sangat berpengaruh untuk mengevaluasi kerja karyawan bahkan

dapat memotivasi dan mengembangkan karyawan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Mangkunegara (2002), mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

a. Faktor Kemampuan (ability).

Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatnnya dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk

mencapai kinerja yang diharapkan.

b. Faktor Motivasi (motivation).

Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi

(34)

Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu

karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara

garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu

dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (2003), ada tiga perangkat variabel yang

memengaruhi kinerja seseorang, yaitu:

1. Variabel Individual, terdiri dari:

a) Kemampuan dan Keterampilan

Kondisi mental dan fisik seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas atau

pekerjaan.

b) Latar Belakang

Kondisi dimasa lalu yang memengaruhi karakteristik dan sikap mental

seseorang, biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan serta pengalaman dimasa

lalu.

c) Demografis

Kondisi kependudukan yang berlaku pada individu atau karyawan, dimana

lingkungan sekitarnya akan membentuk pola tingkah laku individu tersebut

berdasarkan adat atau norma sosial yang berlaku.

2. Variabel Organisasional, terdiri dari:

a) Sumber Daya

Sekumpulan potensi atau kemampuan organisasi yang dapat diukur dan dinilai,

(35)

b) Kepemimpinan

Suatu seni mengkoordinasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam memotivasi

pihak lain untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh organisasi.

c) Imbalan

Balas jasa yang diterima oleh pegawai atau usaha yang telah dilakukan di dalam

proses aktivitas organisasi dalam jangka waktu tertentu secara intrinsik maupun

ekstrinsik.

d) Struktur

Hubungan wewenang dan tanggungjawab antar individu di dalam organisasi,

dengan karakteristik tertentu dan kebutuhan organisasi.

e) Desain Pekerjaan

Job Description yang diberikan kepada pegawai, apakah pegawai dapat

melakukan pekerjaan sesuai dengan job description.

3. Variabel Psikologis, terdiri dari:

a) Persepsi

Suatu proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan

memahami dunia sekitarnya.

b) Sikap

Kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisir melalui pengalaman dan

mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain.

c) Kepribadian

(36)

d) Belajar

Proses yang dijalani seseorang dari tahap tidak tahu menjadi tahu dan

memahami akan sesuatu terutama yang berhubungan dengan organisasi dan

pekerjaan.

Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja tersebut dirangkum seperti pada

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Variabel yang Memengaruhi Kinerja Sumber: Gibson et al. (2003)

Menurut Werther dan Davis (1996), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja

adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Secara

psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ di atas

Variabel Individu

1.Kemampuan dan keterampilan 2.Latar belakang Individu :

(37)

rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan ketrampilan dalam

mengerjakan pekerjaan, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang

diharapkan. Sedangkan Robbins (2006), menambahkan dimensi baru yang

menentukan kinerja seseorang, yaitu kesempatan. Menurutnya, meskipun seseorang

bersedia (motivasi) dan mampu (kemampuan). Mungkin ada rintangan yang menjadi

kendala kinerja seseorang, yaitu kesempatan yang ada, mungkin berupa lingkungan

kerja tidak mendukung, peralatan, pasokan bahan, rekan kerja yang tidak mendukung,

prosedur yang tidak jelas dan sebagainya.

2.1.3 Penilaian Kinerja

Menurut Simamora (2004), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah

prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja

memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja individu di waktu berikutnya.

Sedangkan menurut Rivai (2005), penilaian kinerja merupakan kajian sistematis

tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan

dengan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan

proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang,

meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas.

Rivai (2005), mengemukakan pada dasarnya ada 2 (dua) model penilaian

kinerja :

(38)

(a) Skala Peringkat (Rating Scale)

Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam

penilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian

yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu,

mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

(b) Daftar Pertanyaan (Checklist)

Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macam

tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu kata atau

pertanyaan yang mengambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.

Keuntungan dari cheklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah,

penilai hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan distandarisasi.

(c) Metode dengan Pilihan Terarah

Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi

subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini

adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah

penilaian dengan memaksa suatu pilihan antara pernyataan-pernyataan

deskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama.

(d) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)

Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik yang terkait

langsung dengan pekerjaannya.

(39)

Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan

penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para profesional,

misalnya penampilan, kemampuan berbicara, peran kepemimpinan dan

aktivitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

(f) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally Anchored

Rating Scale=BARS)

Penggunaan metode ini menuntut diambilnya 3 (tiga) langkah, yaitu:

1) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja

2) Menentukan kategori prestasi kerja dengan skala peringkat

3) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kecenderungan perilaku

karyawan yang dinilai dengan jelas.

(g) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)

Di sini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM.

Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihal

karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.

(h) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)

Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis yang

menyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan

mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujian

parktik yang langsung diamati oleh penilai.

(40)

Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan

karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.

2. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depan

a. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)

Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri

dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan

dan kelemahan dirinya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek

perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.

b. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)

Merupakan suatu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia

bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja

karyawan secara individu di waktu yang akan datang.

c. Penilaian dengan Psikolog

Penilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes psikologi,

diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia.

3. Organisasi dengan Tingkat Manajemen Majemuk

Pada organisasi dengan tingkat manajeman majemuk, personel biasanya dinilai

oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian termasuk yang dilakukan

oleh penyelia atau atasan langsung kepadanya laporan kerja personel

disampaikan. Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain. Sebagai

contoh, personel bagian pembelian dapat dinilai oleh manajer produksi sebagai

(41)

personel dan unit lain cukup tinggi. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari

bagian lain dibatasi, hanya pada situasi kerja kelompok dimana individu sering

melakukan interaksi. Pada penilaian manajer, biasanya dilakukan oleh beberapa

atasan manajer dengan tingkat lebih tinggi yang sering bekerja sama dalam

kelompok kerja. Penilaian kerja kelompok akan sangat bernilai jika penilaian

dilakukan dengan bebas dan kemudian dilakukan mufakat dengan diskusi. Hasil

penilaian akhir seharusnya tidak dihubungkan dengan kemungkinan adanya

perbedaaan pendapat diantara penilai. Penilaian kelompok dapat menghasilkan

gambaran total kinerja personel lebih tepat, tetapi kemungkinan terjadi bias

dengan kecenderungan penilaian lebih tinggi sehingga menghasilkan penilaian

yang merata. Penilaian atasan langsung sangat penting dari seluruh sistem

penilaian kinerja. Hal ini disebabkan karena madah untuk memperoleh hasil

penilaian atasan dan dapat diterima oleh akal sehat. Para atasan merupakan orang

yang tepat untuk mengamati dan menilai kinerja bawahannya. Oleh sebab itu,

seluruh sistem penilaian umumnya sangat tergantung pada evaluasi yang

dilakukan oleh atasan (Rivai, 2005).

2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Simamora (2004), tujuan penilaian kinerja digolongkan kedalam

tujuan evaluasi dan tujuan pengembangan.

a. Tujuan Evaluasi

Melalui pendekatan evaluatif, dilakukan penilaian kinerja masa lalu seorang

(42)

Hasil evaluasi digunakan sebagai data dalam mengambil keputusan-keputusan

mengenai promosi dan kompensasi sebagai penghargaan atas peningkatan kinerja

karyawan.

b. Tujuan Pengembangan

Pendekatan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan

di masa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja mendorong

perbaikan karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.

2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja

Manfaat penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Mulyadi (1997), yaitu:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti

promosi, transfer dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar distribusi penghargaan.

2.2 Perawat

Pengertian dasar seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam

(43)

dan proses penuaan. Perawat professional adalah perawat yang bertanggungjawab

dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi

dengan tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 1999).

Perry dan Potter (2005) mengklasifikasikan peran perawat sebagai berikut :

a. Pemberi Asuhan Keperawatan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan

kembali kesehatannya melalui penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada

kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya pengembalian kesehatan

emosi, spiritual dan sosial.

b. Pembuat Keputusan Klinis

Dalam pemberian asuhan keperawatan perawat dituntut untuk dapat membuat

keputusan sehingga tercapai perawatan yang efektif. Perawat juga berkolaborasi

dengan klien atau keluarga dan ahli kesehatan lain.

c. Pelindung dan Advokat Klien

Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan

mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien

dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau

pengobatan. Perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan scara hukum, serta

membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.

d. Manajer Kasus

Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab

(44)

e. Rehabilitator

Perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dari keadaan sakit

sampai penyembuhan baik fisik maupun emosi.

f. Pemberi Kenyamanan

Perawat merawat klien sebagai manusia secara utuh baik fisik maupun mental.

Perawat memberi kenyamanan dengan membantu klien untuk mencapai tujuan

yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.

g. Komunikator

Peran komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang lain. Dalam

melakukan perannya, seorang perawat harus melakukan komunikasi dengan baik.

Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi

kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.

h. Penyuluh atau Pendidik

Perawat memberikan pengajaran kepada klien tentang kesehatan sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain.

i. Role Model

Perawat harus dapat menjadi panutan dan dapat memberikan contoh bagi kliennya.

Baik dalam berperilaku, sikap maupun penampilan secara fisik.

j. Peneliti

Perawat merupakan bagian dari dunia kesehatan yang memiliki hak untuk

(45)

k. Kolaborator

Perawat dalam proses keperawatan dapat melakukan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan professional lainnya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan klien.

Menurut Carolus yang dikutip dalam Zaidin (2001) perawat memiliki

beberapa fungsi yaitu:

a. Fungsi Pokok

Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam

melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi

kematian yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila

mereka memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan. Bantuan yang diberikan

bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin.

b. Fungsi Tambahan

Membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan rencana

pengobatan yang ditentukan oleh dokter.

c. Fungsi Kolaboratif

Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan

melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.

2.2.1 Kinerja Perawat di Rumah Sakit

Perawat adalah profesi yang terbanyak jumlahnya di rumah sakit. Dengan

jumlah besar inilah kekuatan kelompok dibentuk. Banyak bermunculan pendapat

(46)

adalah profesi yang setara dengan dokter, dibutuhkan pengakuan yang tepat bahwa

memang demikian adanya, namun tidak sedikit bahwa profesi ini secara tidak

disadari seperti tunduk terhadap apapun yang diperintahkan dokter. Ada beberapa

teori yang mengatakan bahwa pasien datang ke rumah sakit sebenarnya mencari

perawat bukan mencari yang lain. Namun secara tidak sadar kita lihat sehari-hari

bahwa pasien datang ke rumah sakit untuk mencari dokter, keduanya benar namun

keduanya kurang lengkap, secara tepat bahwa sebenarnya pasien datang ke rumah

sakit ingin mendapatkan pelayanan dokter, perawat dan pelayanan lainnya termasuk

pelayanan administrasi (Subanegara, 2005).

Menurut Nursalam (2002), dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan

kepada klien, digunakan standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan oleh

PPNI yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yaitu:

1. Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,

menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan, dengan kriteria meliputi:

a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan

fisik serta pemeriksaan penunjang.

b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan,

rekam medis, dan catatan lain.

c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: status kesehatan

(47)

spiritual, respons terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang

optimal dan risiko-risiko tinggi masalah.

d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur lengkap, akurat, relevan dan baru.

2. Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis

keperawatan, kriteria proses:

a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien

dan perumusan diagnosis keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala,

atau terdiri atas masalah dan penyebab.

c. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi

diagnosis keperawatan.

d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

3. Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria proses:

a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana

tindakan keperawatan.

b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

(48)

4. Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

rencana asuhan keperawatan, kriteria proses:

a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

b. Kolaborasi dengan tim kesehatan.

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.

d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,

keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang

digunakan.

e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan

respons klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam

pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, kriteria proses:

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat

waktu dan terus-menerus.

b. Menggunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan ke

arah pencapaian tujuan.

c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.

d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

(49)

2.3 Karakteristik Individu dan Organisasi 2.3.1 Karakteristik Individu

a. Lama Kerja

Menurut Gibson, et al. (2003), masa kerja seseorang akan menentukan

prestasi individu yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama

seseorang bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin

meningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak

kepada kinerja dan keuntungan organisasi yang menjadi lebih baik, sehingga

memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan.

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni:

(a) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

(b) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secata benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

(50)

(c) Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan unutk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

(d) Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(e) Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(f) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek atau materi (Notoadmodjo, 2005).

c. Sikap

Secara umum, sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

merespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.

Sikap mengandung penilaian emosional atau afektif (senang, benci, sedih dan

sebagainya), di samping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek tersebut)

serta aspek konotif (kecenderungan bertindak) (Notoadmodjo, 2005). Sikap seseorang

dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut,

melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2000).

Menurut Notoadmodjo (2005) Berbagai tingkatan dalam sikap:

(1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

(51)

(2) Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

(3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.

(4) Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.2 Karakteristik Organisasi

Menurut Gomes (1995), organisasi mempunyai unsur-unsur tertentu, dan

unsur-unsur inilah yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lain.

Sedangkan menurut Hasibuan (2005), organisasi adalah suatu sistem perserikatan

formal dari dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu

karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara

garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu

dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (2003), faktor organisasional, terdiri dari: (a)

sumber daya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, dan (e) desain pekerjaan

(52)

a. Kepemimpinan

Menurut Stoner (1996), kepemimpinan sebagai proses pengarahan dan

mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas kelompok. Sedangkan menurut

Timple, pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang

memastikan motivasi, disiplin, tugas, dan situasi agar dapat mencapai tujuan

organisasi.

Pemimpin adalah seseorang di dalam kelompok yang memberi perintah dan

mengkoordinasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan aktivitas kelompok atau orang

yang secara serentak mengerjakan fungsi-fungsi pemimpin didalam kelompok apabila

pemimpin yang terpilih tidak hadir (Fielder, 1967). Seorang pemimpin mempunyai

kriteria sebagai berikut : 1) ditunjuk oleh organisasi; 2) dipilih oleh kelompoknya;

3) banyak berpengaruh terhadap tugas dalam hal tidak ada pemimpin yang ditunjuk.

Sedangkan peran pemimpin menurut Model Quinn (dalam Daniel, 1995) ada

8 (delapan); 1) sebagai motivator; 2) sebagai perantara; 3) sebagai producer; 4)

sebagai pengarah; 5) sebagai koordinator; 6) sebagai pengamat; 7) sebagai fasilitator;

dan 8) sebagai penasehat.

Memimpin diartikan sebagai pembimbing dan mengarahkan orang lain. Para

pemimpin seperti para manajer berperan dalam membawa suatu kelompok untuk

mencapai tujuan mereka dengan menerapkan secara maksimum kemampuan yang

dimiliki. Kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin merupakan ciri

(53)

tersebut banyak sudah ditinggalkan, karena ternyata pemimpin dan kepemimpinan

dapat dilatih dan dibentuk secara berencana dan sistematis (Stoner, 1996)

Menurut Yulk (2000) kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya

dengan ciri-ciri individu, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi

hubungan peran, tepatnya pada suatu administratif, serta persepsi oleh orang lain

mengenai keabsahan dari pengaruh. Yulk (2000) memberikan gambaran bahwa

perilaku spesifik pemimpin adalah :1) merencanakan dan mengorganisasi;

2) pemecahan masalah; 3) menjelaskan peran dan sasaran; 4) memberi informasi;

5) memantau; 6) memotivasi dan memberikan informasi; 7) berkonsultasi;

8) mendelegasikan tugas dan wewenang; 9) memberikan dukungan;

10) mengembangkan dan jaringan kerja; 13) pengakuan atas keberhasilan bawahan;

dan 14) memberi penghargaan atas jerih payah yang dilakukan bawahan.

Para teoritis percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat

tertentu yang menyebabkan energi pandangan, pengetahuan, dan kecerdasan,

imajinasi kepercayaan diri, integritas kepandaian berbicara, pengandalian, dan

keseimbangan mental maupun emosional, bentuk fisik, pergaulan sosial dan

persahabatan, dorongan, antusiasme, berani dan sebagainya (Handoko, 1984)7.

b. Desain Pekerjaan

Menurut Gibson et al. (2003), desain pekerjaan mengacu pada proses yang

diterapkan oleh para pimpinan untuk memutuskan tugas, pekerjaan, dan wewenang.

Teknik desain pekerjaan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pokok perawat,

(54)

organisasi. Desain pekerjaan dalam hal memberikan asuhan keperawatan meliputi

tata kerja dan prosedur yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Apabila

perawat pelaksana mempunyai desain kerja yang jelas maka hasil yang dicapai

menjadi maksimal dan bukan merupakan beban kerja.

Bila melihat lingkup tugas-tugas profesi keperawatan di lingkup suatu rumah

sakit, sesungguhnya tugas-tugas tersebut sudah distandarisasi menurut peraturan

profesi. Hal-hal tersebut berkisar dari: (1) Membuat rencana keperawatan bersama

tim (2) Melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang dilayani (3) Memberikan

obat atau therapy tertentu sesuai perintah dokter; (4) melakukan observasi kondisi

pasien termasuk pemeriksaan rutin; (5) menjawab keperluan pasien sewaktu-waktu;

(6) melakukan pencatatan tentang temuan-temuan observasi, pencatatan jam dan

tanggal serta paraf setiap kali memberi pelayanan di berkas rekam medis;

(7) melakukan / mengikuti pertemuan antara sesama anggota tim; (8) Membantu /

menemani dokter dalam pelayanan medis. (9) Melakukan catatan pada pelaporan

antar shift kerja di dalam buku keperawatan dan (10) Melakukan beberapa urusan

administrasi manajemen ruangan termasuk kelola inventarisasi dan kebersihan

ruangan serta lingkungannya (Zaidin, 2001).

c. Imbalan

Segala bentuk imbalan yang diterima baik dalam bentuk finansial (insentif)

dilihat dari jumlah, kecukupan, rasa keadilan, proporsional dengan beban kerja dan

(55)

Banyak orang berpendapat insentif dalam bentuk uang merupakan faktor

utama untuk timbulnya kepuasan kerja, namun beberapa penelitian yang pernah

dilakukan pada pekerja di negara Amerika menunjukkan mereka tidak ingin diberi

insentif uang yang lebih dengan penambahan waktu kerja yang telah ditentukan

(Robbins, 2006).

2.4 Rekam Medis 2.4.1 Pengertian

Menurut Permenkes No. 749a Tahun 1989, rekam medis adalah berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain (yang diberikan) kepada pasien (yang dipergunakan serta

tersedia) pada suatu sarana pelayanan kesehatan (Azwar, 2003). Brotowasisto (2003)

menambahkan, rekam medis adalah catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan serta tindakan dan pelayanan lain kepada pasien selama

mendapatkan perawatan di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat inap.

Suatu rekam medis yang baik memungkinkan rumah sakit untuk mengadakan

rekonstruksi yang baik mengenai pemberian pelayanan kepada pasien serta memberi

gambaran untuk dinilai apakah perawatan dan pengobatan yang diberikan dapat

diterima atau tidak dalam situasi dan keadaan demikian. Rekam medis harus diisi

segera dan secara langsung pada saat dilakukan tindakan dan pada pemberian

instruksi oleh dokter, atau oleh perawat pada saat dilakukan observasi telah timbul

suatu gejala atau suatu perubahan, dan sewaktu melakukan tindakan (Guwandi,

(56)

2.4.2 Isi Rekam Medis

Rekam medis rumah sakit dipergunakan untuk mencatat data-data dari pasien

rawat jalan dan rawat inap. Untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat,

rekam medis memuat informasi pasien, antara lain:

a. Identitas pasien

b. Anamnesis yang memuat keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang

mungkin diturunkan/kontak

c. Pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya

d. Diagnosis kerja/diferensial diagnosis

e. Pengobatan/tindakan; sedang untuk pasien rawat inap, rekam medis memuat

informasi pasien, antara lain:

1) Identitas pasien.

2) Anamnesis yang memuat keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang

mungkin diturunkan/kontak

3) Pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya

4) Diagnosis awal/diferensial diagnosis/diagnosis akhir

5) Persetujuan pengobatan/tindakan

6) Catatan konsultasi

7) Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain

Gambar

Gambar 2.1 Variabel yang Memengaruhi Kinerja
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.2  Metode Pengukuran Variabel Terikat
+7

Referensi

Dokumen terkait

AI ini mempunyai beberapa Rules yang berfungsi untuk membuat rule atau peraturan aksi, Fact yang berfungsi untuk mengecek jika suatu kejadian yang dinginkan terpenuhi maka

Untuk itu, penulis mencoba membuat aplikasi games ini melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan aplikasi dengan menentukan siapa yang menjadi user dan bentuk dari aplikasi games

Sekretariat : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten Jalan Sulawesi No... Pengumuman Pemenang No.: 027/02flP,K.ULPNll20ll Tanggal : 1

Desain yang lebih sreamline dan proses produksi menggunakan media cetakan maka kapal portable miniboat yang dibuat akan lebih bisa dikomersilkan dengan harga yang

While the melon fruit with minimal processed without coating edible and stored at room temperature (control) had weight loss of high value so that the process

Tabel 4.15 Output Kedua dari Uji Regresi Linear Sederhana (Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis terhadap Hasil Belajar Matematika) dengan. SPSS 16.0

Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula kemampuan bank dalam meminimalisir resiko kredit yang terjadi, artinya bank tersebut mampu menutupi resiko kredit yang terjadi

Ukuran partikel abu vulkanik yang dibuat dalam dua jenis yaitu abu vulkanik yang lolos ayakan 100 mesh (< 0,15 mm) dan abu vulkanik mikro ( ± 5,6 µ m) cukup mempengaruhi