PENETAPAN BILANGAN ASAM (ACID VALUE) DALAM MIE INSTAN DI PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk MEDAN
TUGAS AKHIR
OLEH:
RISNA MAHRANI NIM 082410008
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN BILANGAN ASAM (ACID VALUE) DALAM MIE INSTAN DI PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RISNA MAHRANI NIM 082410008
Medan, Juli 2011 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Panal Sitorus M.Si., Apt. NIP 195310301980031002
Disahkan Oleh: Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Hidayah Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul
“Penetapan Bilangan Asam (Acid Value) di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk Medan."
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Khususnya dari kedua
orang tua penulis baik moril maupun materil serta do’a. Oleh karena itu terima
kasih kepada Ayahanda Rohmat Nasution dan almarhumah Ibunda Erlinda Lubis
yang merupakan inspirator dan pemacu semangat penulis. Kepada kakanda Riska
terima kasih juga buat do’a dan motivasinya. Tanpa kalian dan keluarga semua
penulis bukanlah apa-apa.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Panal Sitorus, M.Si, Apt., selaku Dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat serta bimbingan
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Koordinator
Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh Dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Pantas M. Siahaan, selaku pembimbing lapangan dan QC proses
spv di PT. Indofood.
6. Seluruh staf dan karyawan PT. Indofood terutama bu Evy, bu Etti, bang
Nando, bang Markam, bang Ruskan, Isna dan Uci yang telah banyak
membantu penulis dalam proses pengerjaaan tugas akhir ini
7. Seluruh teman-teman kuliah angkatan tahun 2008 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dibawah
kesempurnaan sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun, oleh karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin
menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Medan, Juli 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Pengertian Minyak dan Lemak ... 3
2.2 Peranan Minyak dan Lemak ... 3
2.3 Kebutuhan Lemak ... 5
2.4 Ekstraksi Minyak dan Lemak... 5
2.5 Pemurnian Minyak dan Lemak ... 6
2.6 Sebab-Sebab Kerusakan Minyak dan Lemak ... 8
2.6.1. Penyerapan Bau (Tainting) ... 8
2.6.2. Hidrolisa ... 8
2.6.3. Oksidasi Lemak ... 8
2.7 Perubahan Kimia Minyak dan Lemak ... 9
2.8 Penentuan Bilangan Asam ... 10
BAB III METODOLOGI ... 11
3.1.1. Alat ... 11
3.1.2. Bahan dan Pereaksi ... 11
3.2 Prosedur Pengujian ... 12
3.2.1. Penetapan Normalitas KOH 0,05 N ... 12
3.2.1. Persiapan Sampel ... 12
3.2.3. Ekstraksi Sampel ... 12
3.2.4. Titrasi... 13
3.2.5. Perhitungan ... 13
3.2.6. Persyaratan ... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 14
4.2 Hasil ... 14
4.2 Pembahasan ... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 16
5.1 Kesimpulan ... 16
5.2 Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA ... 17
LAMPIRAN I ... 18
LAMPIRAN II ... 19
3.1.1. Alat ... 11
3.1.2. Bahan dan Pereaksi ... 11
3.2 Prosedur Pengujian ... 12
3.2.1. Penetapan Normalitas KOH 0,05 N ... 12
3.2.1. Persiapan Sampel ... 12
3.2.3. Ekstraksi Sampel ... 12
3.2.4. Titrasi... 13
3.2.5. Perhitungan ... 13
3.2.6. Persyaratan ... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 14
4.2 Hasil ... 14
4.2 Pembahasan ... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 16
5.1 Kesimpulan ... 16
5.2 Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA ... 17
LAMPIRAN I ... 18
LAMPIRAN II ... 19
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bilangan asam merupakan salah satu parameter untuk mengetahui
kualitas minyak atau lemak, pengujian bilangan asam juga dapat dilakukan untuk
minyak atau lemak yang berasal dari hasil ekstraksi produk makanan seperti mie
instan. Lemak diartikan sebagai suatu bahan makanan yang pada suhu ruang
terdapat dalam bentuk padat, sedangkan minyak adalah suatu bahan makanan
yang dalam suhu ruang terdapat dalam bentuk cair (Winarno,1992).
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda, tetapi lemak dan minyak tersebut sering kali
ditambahkan dengan sengaja kedalam bahan makanan dengan berbagai tujuan.
Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media
penghantar panas, seperti minyak goreng (Winarno,1992).
Pengukuran bilangan asam pada mie instan maksimum 1mg/g. Jika
bilangan asam pada mie instan tersebut lebih dari 1mg/g, maka mie tersebut tidak
layak lagi untuk dikonsumsi. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram
KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
1 gram minyak atau lemak. Makin tinggi bilangan asam makin rendah kualitas
minyak atau lemak (Sudarmadji, 2003).
Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan
yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi akan menghasilkan
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bilangan asam minyak goreng dari hasil ekstraksi mie
instan di laboratorium PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Medan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat penetapan bilangan asam dalam mie instan adalah untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang
artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air. Sifat
kelarutan ini yang membedakan lipida dari golongan senyawa alam penting lain
seperti protein dan karbohidrat yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut
nonpolar (Hart, 1990).
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang efektif, dimana satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9
kkal (Winarno, 1992).
Lemak merupakan bahan padat pada suhu ruang disebabkan
kandungannya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan
rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi, sedangkan minyak
merupakan bahan cair pada suhu ruang disebabkan tingginya kandungan asam
lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara
atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (Winarno,
2.2 PerananMinyak dan Lemak
Pada teknologi makanan, lemak dan minyak memegang peranan penting,
karena minyak dan lemak memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 200ºC) maka
dapat dipergunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng
akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan menjadi kering
(Sudarmadji, 2003).
Minyak goreng berfungsi sebagai media penghantar panas, penambah rasa
gurih dan penambah kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh
titik asapnya. Makin tinggi titik asap , makin baik mutu minyak goreng. Lemak
atau minyak yang digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun, karena
telah terjadi hidrolisis. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan
lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi, pada
umumnya suhu penggorengan adalah 177-221ºC (Winarno,1992).
Minyak dan lemak juga memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik.
Pada dunia teknologi roti (bakery technology) minyak dan lemak penting dalam
memberikan konstitensi empuk dan halus. Bahan lemak atau minyak yang dipakai
dalam pembuatan roti dan kue dikenal sebagai shortening (Sudarmadji,2003).
Lemak nabati dan lemak hewani dalam kewujudannya ada yang mudah
dilihat atau kentara disebut visible fat, seperti lemak hewani yang sering dijual di
pasar (mentega, keju, dan lain-lain). Sedangkan lemak yang belum kentara disebut
invisible fat yaitu lemak yang terdapat pada susu, kacang-kacangan, kuning telur
dan lain-lain. Baik pada visible fat maupun pada invisible fat terkandung
2.3 Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (1990)
menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total dianggap
baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial
dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang
dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total
berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda.konsumsi
kolesterol yang dianjurkan adalah ≤ 300 mg per hari (Yuniastuti,2008).
2.4 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Ektraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.
Ekstraksi dapat dibedakan antara lain:
• Ekstraksi dengan pelarut
Lemak dan minyak tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam bahan
pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida
adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan
mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya (Sudarmadji, 2003)
Penetapan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan mengekstraksi
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan
menggunakan pelarut eter atau pelarut minyak lainnya setelah contoh uji
• Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi.
• Pengepresan
Pengepresan merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak terutama
untuk bahan yang berasal dari biji-bjian. Cara ini diakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi. Bahan yang
mengandung lemak atau minyak mengalami perlakuan pendahuluan
misalnya dipotong-potong atau dihaluskan, kemudian dipres dengan
tekanan tinggi (Winarno, 1992).
2.5 Pemurnian Minyak dan Lemak
Untuk memperoleh minyak yang bermutu baik, minyak dan lemak kasar
harus dimurnikan dari bahan-bahan atau kotoran yang terdapat didalamnya.Tujuan
utama dari proses pemurnian minyak atau lemak adalah untuk menghilangkan
rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang
masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah
dalam industri (ketaren, 1986)
Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan dengan
tahapan proses sebagai berikut:
• Pemisahan gum (de-gumming)
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir tanpa
dengan pemanasan uap kemudian disusul dengan proses pemusingan (sentrifusi)
sehingga bagian lendir terpisah dari air.
• Netralisasi
Netralisasi merupakan suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa
sehingga membentuk sabun. Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan
dengan cara penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi.
• Pemucatan (bleaching)
Pemucatan adalah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna
yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur
minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap (fuller earth)
lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan
bahan kimia.
• Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi
yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam keadaan vakum.
2.6 Sebab-Sebab Kerusakan Minyak dan Lemak
Kerusakan minyak atau lemak dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
antara lain:
Apabila bahan pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang
terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari
bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan
yang mengakibatkan seluruh lemak menjadi rusak (Winarno,1992).
2.6.2. Hidrolisis
Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam
lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Dalam teknologi
makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut
terdapat pada semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase,
lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih rendah dari 10%.
(Winarno,1992).
2.6.3. Oksidasi Lemak
Kerusakan lemak yang utama adalah timbul bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. Dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti
cahaya, panas. Oksidasi ini dapat juga berlangsung bila terjadi kontak antara
sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya oksidasi akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak (Winarno,1992).
Pencegahan Ketengikan
Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan
antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan
tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium
atau stainless steel. Adanya antioksidan dalam minyak atau lemak akan
mengurangi kecepatan proses oksidasi. Antioksidan terdapat secara alamiah dalam
lemak nabati, dan kadang-kadang sengaja ditambahkan kedalam minyak atau
lemak (Winarno,1992).
Proses kerusakan lemak berlangsung sejak pengolahan sampai siap
konsumsi. Terjadinya peristiwa ketengikan tidak hanya terbatas pada bahan
pangan berkadar lemak tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada bahan berkadar lemak
rendah. Sebagai contoh ialah biskuit yang terbuat dari tepung gandum tanpa
penambahan mentega putih akan menghasilkan bau yang tidak enak pada
penyimpanan jangka panjang disebabkan ketengikan oleh oksidasi. Padahal kadar
lemaknya lebih kecil dari 1% (Winarno,1992).
2.7 Perubahan Kimia Minyak dan Lemak
Peruban-perubahan kimia atau penguraian minyak dan lemak dapat
mempengaruhi bau dan rasa suatu bahan makanan, baik yang menguntungkan
ataupun tidak. Pada umumnya penguraian minyak dan lemak menghasilkan
zat-zat yang tidak dapat dimakan. Kerusakan minyak dan lemak menurunkan nilai
gizi serta menyebabkan penyimpangan rasa dan bau pada minyak dan lemak yang
2.8 Penentuan Bilangan Asam
Salah satu analisa minyak dan lemak yang umumnya banyak dilakukan
dalam bahan makanan adalah penentuan sifat fisik maupun kimiawi yang khas
mencirikan sifat minyak tertentu sehingga dapat dianalisa dengan bilangan asam
pada suatu sampel. Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas,
serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam
lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan
untuk menetralkan asam lmak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau
lemak (Ketaren, 1986).
Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas
yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari
kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 1986).
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses
pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah
BAB III METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat
Neraca analitik
Labu destilat
Corong biasa
Sperangkat alat soxhlet
Buret digital
Oven
Gelas ukur
Pipet tetes
Erlenmeyer
3.1.2. Bahan dan Pereaksi
Mie instan
Kertas saring
Larutan KOH 0,05 N yang telah distandarisasi
Larutan indicator fenolftalein 1% dalam etanol 95%
Larutan petroleum benzene
Larutan dietil eter : metanol (1:1)
3.2.1. Penetapan normalitas KOH 0,05 N
- Timbang teliti sebanyak 0,1074 gKHC8H4O4 pada kertas perkamen
- Masukkan kedalam erlenmeyer
- Larutkan dengan 75 ml air suling
- Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan KOH
0,05 N
- Catat volume KOH 0.05 N yang terpakai
- Hitung normalitas KOH 0,05 N
3.2.2. Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan untuk analisis bilangan asam adalah mie instan.
Sebelum dilakukan analisis, maka sampel (mie instan) dipersiapkan terlebih
dahulu yaitu dengan cara mie diblender kemudian ditimbang.
3.2.3. Ekstraksi Sampel
- Sebanyak 10-20 mg sampel yang telah dihaluskan diekstraksi dengan 80
ml petroleum benzene dalam labu alas bulat yang sebelumnya telah
ditimbang terlebih dahulu
- Lanjutkan ekstraksi dengan alat shoxlet diatas penangas air selama 15 – 30
menit
- Selanjutnya labu dikeringkan didalam oven pada suhu 105º – 110ºC
selama 1-2 jam
- dinginkan didalam desikator dan ditimbang
3.2.4. Titrasi
- tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein
- titrasi dengan larutan standar KOH 0,05 N sampai terjadi perubahan warna
merah jambu yang tetap
- catat volume KOH 0,05 N
2.3.5. Perhitungan
Bilangan Asam = mg/g
Keterangan:
V : Volume larutan KOH 0,05 N (ml)
N : Normalitas KOH 0,05 N
W1 : Bobot cawan/botol timbang (mg)
W2 : Bobot cawan/botol timbang + sampel (mg)
3.2.6. Persyaratan
Standar bilangan asam (acid value) mie instan tidak boleh lebih dari 1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan bilangan asam pada mie instan yang
dilaksanakan di laboratorium PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Medan
[image:21.595.114.531.306.534.2]dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel I. Hasil penatapan bilangan asam pada mie instan:
Nama sampel/ line Normalitas larutan KOH 0,05 N Bobot cawan/botol timbang (g) Bobot cawan/botol timbang +sampel (g) Berat sampel (g) Volume titrasi (ml) Bilangan asam (mg/g)
I 0,0480 104,2851 107,4474 3,1622 0,72 0,6131
II 113,8450 116,7280 2,883 0,59 0,5510
IV 101,7603 104,6504 2,8901 0,50 0,4658
VIII 88,3756 91,1250 2,7494 0,63 0,6170
Perhitungan: (lihat lampiran 1 halaman 19)
4.2 Pembahasan
Dari hasil penetapan bilangan asam minyak goreng hasil eksteraksi mie
instan yang dilakukan terhadap empat (4) line diperoleh bilangan asam, yaitu: line
I 0,6151, line II 0,5510, line IV 0,4658, line VIII 0,6170. Bilangan asam yang
keempat line tersebut tidak lebih dari 1mg/g. Hal ini menunjukkan bahwa minyak
penggorengan untuk mie instan memiliki kualitas yang baik. Dimana faktor
penentu kualitas minyak atau lemak salah satunya adalah penentuan bilangan
asam. Makin tinggi bilangan asam makin rendah kualitasnya. Bilangan asam yang
besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa
minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik (Sudarmadji, 2003).
Asam lemak bebas yang besar dapat juga dipengaruhi oleh suhu
penggorengan. Pemilihan suhu penggorengan merupakan faktor yang menentukan
mutu hasil gorengan, yang dinilai berdasarkan rupa, flavor, lemak yang terserap
dan stabilitas penyimpanan. Mutu hasil gorengan dengan stabilitas penyimpanan
yang baik dihasilkan pada suhu menggoreng yang paling rendah. Salah satu
pertimbangan pemilihan suhu minyak menggoreng yang optimum adalah
pengaruhnya langsung terhadap warna bahan pangan yang digoreng. Disamping
itu suhu tinggi dapat mengakibatkan denaturasi protein dalam bahan pangan,
sehingga menghasilkan bahan pangan dengan flavor yang tidak disukai (Ketaren,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari analisis bilangan asam
minyak goreng hasil ekstraksi mie instan yang diproduksi oleh PT. Indofood
adalah memenuhi persyaratan (maksimum 1mg/g).
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut adalah dalam pemelitian
selanjutnya perlu dilakukan pengujian dengan parameter yang lebih lengkap pada
setiap harinya seperti bilangan penyabunan, bilangan iod dan bilangan proksida
terhadap minyak goreng hasil ekstraksi mie instan di PT. Indofood CBP Sukss
DAFTAR PUSTAKA
Hart, H., (1990), Kimia Organik Suatu Bahan Kuliah Singkat, Jakarta: Erlangga.
Hal: 276
Kartasapoetra, G., (1986) Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas
Kerja), Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 68
Ketaren, S., (1986), Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta: Universitas Indonesia
Press. Hal 30, 45, 191
Sudarmadji, S., (2003), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta. Hal: 93-97, 101-103, 108, 114
Winarno, (1992), Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hal: 8492, 95, 99, 100, 107, 115
Lampiran 1
Contoh Perhitungan
Perhitungan untuk penetapan normalitas KOH 0.05N
Rumus Perhitungan:
N KOH =
V KOH = 10,94 ml
BM KHC8H4O4 = 204,23 g/mol
Lampiran 2
Contoh Perhitungan
Perhitungan untuk analisa bilangan asam
Rumus Perhitungan: Bilangan Asam mg/g lemak
Data :
V: 0,72
N: 0,0480
W1: 107,4473
W2: 104,2851