• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis quinensis jacq) merupakan salah satu dari beberapa tanaman palm yang dapat menghasilkan minyak. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari kata Guinea yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilhat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandanya. (Tim Penulis PS,1993)

Dalam hal pertumbuhan, tanaman kelapa sawit dapat tumbuh subur dengan memanfaatkan pupuk nitrogen oleh petani. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 220-320C. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh sampai umur > 60 tahun terutama untuk mencapai hasil pembuahan yang tinggi.

(2)

kematangan yang tepat yaitu dilihat dari warna kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada tiap tandan. Biasanya warna kulit buah yang telah masak adalah merah kehitaman dan bentuk buah dengan penampang yang bulat dan tempurung tebal. Warna daging buah adalah putih kekuningan di waktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang. (Kataren,1986)

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah, dan linguistic yang ada, diyakini berasal dari Afrika Barat. Ditempat asalnya ini kelapa sawit (yang pada saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan-hutan) sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat, kelapa sawit telah di proses dengan amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah colonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang di bawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis uasha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang belajar banyak tentang kalapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya di ikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya kebun sawit di Indonesia mulai bekembang. Pada masa pendudukan Belanda, perkembangan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggelar dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. (Yan Fauzi,2004)

(3)

sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenalkan jenis sawit “Deli

Dura”.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang , Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit basar-besaran baru di mulai tahun 1911. Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosok hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian di ambil alih Malaya (lalu Malaysia). Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

2.1.2 Jenis – Jenis Kelapa Sawit

(4)

Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :

a. Dura

Tempurung cukup tebal sekitar antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

b. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Perifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain. Dalam penyilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

c. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya yaitu Pisifera dan Dura. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi antara 60 – 96%.

d. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm sedang daging buahnya tipis sekali. e. Diwikka - wakka

(5)

diwikka-wakkatenera. Rendeman minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 -24%, sedangkan pada varietas Dura antara 16 – 18%.

Gambar 2.1.2 Jenis- Jenis Kelapa Sawit

Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, dikenal 3 varietas yaitu :

a. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan. b. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap hijau. Varietas ini jarang dijumpai dilapangan.

c. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih – putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning – kuningan dan ujungnyan berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga jarang dijumpai

(6)

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). (Mangoensoekarjo, 2003)

Minyak sawit tersusun dari unsur – unsur C, H, dan O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh antara lain asam maristat, asam palmitat, dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tak jenuh yang terdiri dari asam oleat dan asam linoleat. Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan minyak inti sawit dan minyak kelapa. (Tim Penulis PS,1993)

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Tipe Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (persen) Minyak Inti Sawit (persen)

Asam Kaprilat - 3 – 4

Asam Kaproat - 3 – 7

Asam Laurat - 46 – 52

Asam Miristat 1,1 - 2,5 14 – 17

Asam Palmitat 40 - 46 6,5 – 9

Asam Stearat 3,6 - 4,7 1 - 2,5

Asam Oleat 39 - 45 13 – 19

Asam linoleat 7 - 11 0,5 – 2

(7)

Sifat fisika - kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), slipping point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau yang khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionane. (Kataren,1986). Bila lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali, ester terkonversi menjadi gliserol dan garam dari asam lemak (Riswiyanto,2009)

2.3 Minyak Inti Sawit

Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti. Cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras jalan dan lain – lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit (Palm Kenel Oil) dan hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Titik lebur minyak inti sawit adalah berkisar antara 25OC – 30OC.

(8)

Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran yang berarti bahwa gugus asam lemak yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat) – C18 (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan linoleat). (Winarno,FG.,1995)

Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.

Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan – Deli. Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya di ekspor. Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standart pengawasan mutu minyak inti dan bungkil inti kelapa sawit untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen. (Kataren,1986)

Produk samping kelapa sawit dari pengolahan minyak inti sawit adalah cangkang kelapa sawit (Pa lm Kernel Shell) yang merupakan bagian terkeras dari buah kelapa sawit. Pada saat ini pemanfaatan cangkang sawit dari berbagai pengolahan kelapa sawit belum banyak digunakan sepenuhnya sehingga menghasilkan residu, yang pada akhirnya dijual mentah ke pasaran. Pada umumnya cangkang sawit banyak digunakan sebagai bahan bakar, karbon aktif, asap cair, fenol, tepung tempurung serta briket arang. Cangkang kelapa sawit merupakan lombah padat pertanian yang berasal dari industri kelapa sawit yang banyak di Indonesia .

(9)

inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit pecah yang basah akan menjadi tempat bikan mikroorganisme (jamur).

Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyak akan berwarna gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar 130OC. Suhu kerja maksimum dibatasi tinggi untuk menghindari terlalu banyak inti yang berubah warna. Berondolan dan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut. (Mangoen soekarjo,2003 )

Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, sasam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor – faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, Refining Lose, Plasticity dan Spreadability, sifat transfaran, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak dan bungkil inti sawit terutama tergantung pada mutu inti sawitnya sendiri. Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah di pucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.

2.4 Pengolahan Kelapa Sawit

(10)

Tahap – tahap pengolahan buah kelapa sawit adalah :

a. Pengangkutan TBS ke pabrik

Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALBnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Sesampai TBS di pabrik, segera dilakukan penimbangan.

b. Penimbangan

Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang jika diangkut dengan kendaraan truk atau traktor gandengan. Penimbangan dilakukan sebelum pmbongkaran dan pemuatannya ke dalam keranjang rebusan.

c. Perebusan TBS

Buah besrta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125oC. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya perebusan dalam wakt yang terlalu singkat menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya.

Dalam perebusan digunakan sistem 3 puncak (trippel peak). 1. Puncak I

(11)

2. Puncak II

Menggunakan tekanan 2,2 bar dan pada suhu 125oC. Waktu untuk mencapai puncak ini adalah sekitar 12 menit. Diharapkan buah masak hingga pada lapisan kelima.

3. Puncak III

Menggunakan tekanan 2,8 bar pada suhu 140oC. Puncak ketiga ini berlangsung selama 45 menit. Tujuannya agar lepasnya inti dari cangkang.

Tujuan perebusan adalah :

1. Merusak enzim lipase yang menstimular pembentukan ALB 2. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang 3. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan

4. Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak.

d. Perontokan dan Pelumatan Buah

Setelah perebusan lori – lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah – buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat. Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji selama proses pelumatan TBS dipanasi (diuapi). Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar, dapat juga digunakan sebagai bahan mulsa (penutup tanah)

(12)

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu pengadukan 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit dilakukan pemerasan untuk mengambil minyak dari masa adukan.

f. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak sawit yang keluar dai tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel – pertikel dari temperung dan serabut serta 40 – 45 % air. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan ke tangki minyak kasar (Crude Oil Tank). Dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak ini dapat ditampung ditangki – tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan minyak sawit murni.

2.5 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO

Biji sawit yang telah dipisahkan pada poses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji – biji dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada 50oC. Akibat proses penegringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari temperungnya. Biji – biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji.

(13)

sawit mengapung sedangkan tempurungnya tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut yaitu ekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm Kernal Oil,PKO). Hasil samping pengolahan minyak inti sawit adalah bungkil inti sawit (Palm Ker nel Expeller) yang dimanfaatkan untuk pakan ternak. Sedangkan tempurung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, sebagai pengeras jalan atau dibuat arang dalam industri bakar aktif.

2.6 Standart Mutu

Hasil jadi yang diuji adalah minyak sawit dan inti sawit.

2.6.1 Mutu Minyak Sawit

Mutu minyak sawit yang diperiksa adalah minyak produksi dan minyak yang dikirim. Minyak produksi diambil dari pipa sewaktu pemompaan ke tangki timbun. Sedangkan minyak yang dikirim diambil dari bagian tengah setiap tangki angkut untuk setiap pengiriman. Ada beberapa faktor yang menentukan Standart mutu pada kualitas minyak sawit yaitu kadar asam

(14)

Tabel 2.2 Standart Mutu Minyak Sawit

Kandungan SPB

Asam lemak bebas (%) 1-2

Kadar air (%) 0,1

Kotoran (%) 0,002

Besi p.p.m 10

Tembaga p.p.m 0,5

Bilangan iod 53 ± 1,5

Karotene p.p.m 500

Tokoferol p.p.m 800 Sumber : Kataren,1986

2.6.2 Mutu Inti Sawit

Mutu inti sawit yang diperiksa adalah inti produksi pada waktu penggonian. Contoh diambil dari setiap goni pada waktu sedang mengisi goni yang kemudian menjadi contoh harian setiap dinas gilir. Data yang diperlukan adalah % air, % kotoran, % inti pecah, % kadar minyak, dan % asam lemak bebas.

(15)

Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit

Komposisi Jumlah (%)

Minyak 47 – 52

Air 6 – 8

Protein 7,5 – 9,0

Selulosa 5

Abu 2

Sumber : Bailey,1950

2.7 Penentuan Kualitas Minyak

2.7.1 Kadar Minyak

Penentuan kadar minyak bertujuan untuk mengetahui banyaknya minyak yang terkandung didalam sampel yang diduga mengandung minyak.

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam – macam yaitu :

2.7.1.1 Rendering

(16)

a. Wet Rendering

Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi) selama 4 – 6 jam. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan – lahan sampai suhu 50oC. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan.

b. Dry Rendering

Dry Rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry Rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperlengkapi mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 105oC -110oC. Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

2.7.1.2 Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)

(17)

Ada dua cara dalam pengepresan mekanis yaitu:

a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)

Pada cara hydraulic pressing, bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dapat digunakan serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6 % tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawa tekanan hidraulik.

Tahap – tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.7.1.2 Skema cara memperoleh minyak dengan pengepresan

b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)

Cara Expeller Pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 115,5 oC dengan tekanan sekitar 2,5-3,5 %. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan mengandung minyak sekitar 4-5 %.

2.7.1.3 Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction)

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah sekitar 1% lebih

Bahan yang mengadung

minyak

Perajangan Penggilingan

Pemasakan/

pemanasan Pengepresan

Minyak Kasar

(18)

rendah dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline, karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene, dan n-heksan. Jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 %.

2.8 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor faktor tersebut dapat langsung dari pohon induknya penanganan pascapanen, atau kesalahn selama pemprosesan dan pengangkutannya. Berikut beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit yaitu :

2.8.1 Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)

(19)

2.8.2 Kadar Zat Menguap dan Kotoran

Pada umumnya penyaringan hasil minyak sawit dilakukan rangkaian proses pengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi. Kotoran – kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi, kotoran – kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang – laying didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Standar mutu kadar zat menguap sebesar 0,1 %.

2.8.3 Kadar Logam

Beberapa jenis logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain besi, tembaga dan kuningan. Logam – logam tersebut biasanya berasal dari alat – alat pengolahan yang digunakan. Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam – logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam – logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. reaksi ini dapat dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan. Sebagai standar mutu yang ditetapkan untuk kadar logam besi maksimal 10 ppm dan logam tembaga maksimal 5 ppm.

2.8.4 Angka Oksidasi

(20)

2.8.5 Pemucatan

Minyak sawit mempunyai warna orange sehingga jika digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak yang lebih memikat dan sesuai kebutuhan. Keintesifan pemucatan minyak sawit sangat ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakin jelek kualitasnya, maka biaya pemucatan juga semakin besar. Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui standar mutu yang didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna kuning 35.

Tabel 2.4 Standart Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit

Karakteristik Minyak sawit Inti sawit Minyak inti sawit Keterangan

Asam lemak bebas 5 % 3,5 % 3,5 % Maksimal

Kadar kotoran 0,5% 0,02% 0,02% Maksimal

Kadar zat menguap 0,5% 7,5% 0,2% Maksimal

Bilangan peroksida 6 meq - 2,2 meq Maksimal

Bilangan iodine 44-58 mg/gr - 10,5 -18,5 mg/gr -

Kadar logam (Fe,Cu) 10 ppm - - -

Lovibond 3-4 R - - -

Kadar minyak - 47% - Minimal

Kontaminasi - 6% - Maksimal

Kadar pecah - 15% - maksimal

(21)

2.9 Pemanfaatan Hasil Olahan TBS

Dari hasil olahan TBS, ternyata bukan hanya hasil olahan utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, bahkan beberapa hasil ikutan dan limbahnya masih bisa dimanfaatkan. Mulai dari bahan makanan ternak, sebagai pupuk, sampai pemanfaatnanya sebagai bahan bakar.

a. Sebagai Makanan Ternak

Beberapa hasil ikutan yang dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit, serat perasan buah sawit, dan lumpur minyak sawit. Bahan – bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, karena didalamnya masih terkandung zat – zat makanan yang berguna.

Minyak sawit kasar dan sisa hasil fraksinasi yang berupa stearin cukup baik digunakan sebagai ransum unggas karena kandungan tokoferol dan karotennya. Bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pada proses ekstraksi inti sawit. Bungkil ini kurang disenangi ternak karenan kandungan serat kasarnya cukup tinggi. Biasanya pemberiannta dicampur dengan makanan yang disukai ternak.

Serat perasan buah sawit merupakan limbah yang diperoleh dari buah dalam proses pemerasan. Limbah ini dapat digunakan sebagai pupuk karena kaya unsur K. Sebagai bahan campuran makanan ternak, limbah ini cenderung cocok.

Lumpur minyak sawit merupakan larutan buangan yang dihasilkan selama proses ekstraksi minyak. Limbah ini biasanya dibuang, padahal sebenarnya masih dapat diandalkan potensinya baik sebagai pupuk maupun sebagai campuran pakan ternak. b. Sebagai Bahan Bakar dan Sumber Energi

(22)

Dari satu studi kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dari TBS sebanyak 10.000 ton mampu dihasilkan listrik sebesar 1.000 KW. Skema kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.

3.0. Ekstraksi Sokletasi

3.0.1. Ekstraksi

Pengambilan suatu senyawa organic dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut organic dengan kepolaran yang semakin meningkat. Dimulai dengan pelarut n- heksana, eter, petroleum eter atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa treponoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alcohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa lebih polar.

3.0.2 Sokletasi

Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang – ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.

(23)

Metode sokletasi merupakan penggabungan antara metode maserasi dan perkolasi. Jika pada metode pemisahan minyak atsiri (distilasi uap), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.

Gambar

Gambar 2.1.2 Jenis- Jenis Kelapa Sawit
Tabel  2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Tabel 2.2  Standart Mutu Minyak Sawit
Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan video digital adalah camcorder, yang digunakan untuk merekam gambar-gambar video dan audio, sehingga sebuah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pembelajarn problem posing lebih baik dari direct instruction terhadap kemampuan berpikir

Pemegang Unit Penyertaan tidak perlu mengisi Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan BATAVIA PROTEKSI MAXIMA 29 karena Manajer Investasi wajib membeli kembali

Secara garis besar berpendapat bahwa tingkah laku tnanitsia dikeridalikan oleli gan-jaran (re~r~urd) atau penguatan (reinfhrceme~ii) dari lingkungan. Dengan kata lain

Luaran yang dihasilkan penelitian ini adalah: (a) dikembangkannya model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan belajar (burnout) mahasiswa sebagai

Dalam cerit a film Hulk yang menjadi mutan t okoh yang bernama

Menurut teori pengaruh FACR terhadap ROA adalah negatif apabila persentase aset tetap lebih tinggi dibanding persentase modal yang dimiliki maka modal yang

Persaingan merek pasta gigi tersebut terlihat jelas dari hasil polling pasta gigi terbaik pilihan konsumen yang memilih Pepsodent 12 jam pada polling PintuNet.com.. mengatakan