OCEANARIUM
( ARSITEKTUR METAFORA )
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
SHINTIA RUSANTI
07 0406 011
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
OCEANARIUM
( ARSITEKTUR METAFORA )
Oleh :
SHINTIA RUSANTI
07 04060 011
Medan, 22 Juni 2011
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, MT
NIP. 1966 0622 1997 02 1001 Dosen Pembimbing I
Ir.Nelson M. Siahaan, Dipl. TP. M.Arch
NIP. 1958 1127 1987 01 1001
Dosen Pembimbing II
Beny.O.Y Marpaung, ST, MT, PhD
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Shintia Rusanti
NIM : 070406011
Judul Proyek Tugas Akhir : Oceanarium
Tema : Arsitektur Metafora
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
Koordinator TKA-490 1. Lulus Langsung
2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa
Sidang 4. Perbaikan
Dengan Sidang 5. Tidak Lulus
Medan, 22 Juni 2011
2011
A
B+
B
C+
C
D
E
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, MT.
NIP. 1966 0622 1997 02 1001
Koordinator TKA-490
Ir. N. Vinky Rahman, MT.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir ini, sebagai syarat yang diwajibkan setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan judul tugas akhir yang saya ajukan adalah Oceanarium berlokasi di Pantai Ocean Pasific, Belawan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang besar kepada pembimbing tugas akhir Bapak Ir. Nelson Siahaan, Dipl. TP. M.Arch dan kepada Ibu Beny O. Y Marpaung, ST, MT, PhD yang telah sangat berjasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada :
1. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Nelson Siahaan Dipl. TP. M.Arch selaku pimpinan siding.
3. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Orang tua saya yang tercinta, Bapak Rusman, SE dan Ibu Endang Yuliati, Aptnh atas segala doa, dukungan baik secara moril dan materiil, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Semua teman-teman stambuk 2007, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Buat Tim Maketer yang telah mengerjakan maket Penulis dengan baik dan terampil serta menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Medan, 22 Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR DIAGRAM ALIR.. ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 3
1.3. MASALAH PERANCANGAN 3
1.4. PENDEKATAN MASALAH.. 4
1.5. METODOLOGI PEMBAHASAN 5
1.6. LINGKUP DAN BATASAN PROYEK 5
1.7. ASUMSI 6
1.8. KERANGKA BERFIKIR 7
1.9. SISTEMATIKA LAPORAN 8
BAB II DESKRIPSI PROYEK 9
2.1. TERMINOLOGI JUDUL 9
2.2. TINJAUAN UMUM 9
2.2.1. Pengertian Akuarium 9
2.2.1.1. Sejarah Akuarium 10
2.2.1.2 Fungsi Akuarium 11
2.3. LANDASAN TEORITIS 11
2.3.1. Macam-macam Akuarium 11
2.3.2. Aspek Teknis Akuarium 12
a.Bentuk, dimensi, dan konstruksi akuarium 12
b.Komposisi Air Laut 16
c.Pencahayaan 25
d.Peralatan Akuarium 30
2.3.3. Jenis Biota yang Dipamerkan 33
2.4.1. Kriteria Pemilihan Lokasi 38
2.4.2. Pemilihan Lokasi 39
2.4.3.Analisa Penetapan Lokasi 43
2.4.3.1. Letak dan Luas 44
2.4.3.2. Kondisi Fisik Lokasi 46
2.4.3.3. Tinjauan Terhadap Struktur Kota 47
2.5. KAPASITAS PENGUNJUNG 49
2.6. DESKRIPSI PELAKU KEGIATAN 50
2.7. STUDI BANDING PROYEK SEJENIS 53
1. Churaumi Okinawa, Japan 53
2.Seaworld Ancol, Indonesia 56
3. Batumi Akuarium 63
BAB III ELABORASI TEMA 69
3.1. PENGERTIAN ARSITEKTUR METAFORA 69
3.1.1. Metafora Digunakan Sebagai Bentuk Metode Desain 70 3.1.2. Metode Apreasiatif Penggunaan Metafora Dalam Arsitektur 73
3.2. INTERPRETASI TEMA 76
3.3. KETERKAITAN TEMA DENGAN PROYEK 76
3.4. STUDI BANDING TEMA SEJENIS 76
1. Lyon Satolas Airport 76
2. Sidney Opera House 78
3. Milwaukee Art Museum 79
BAB IV ANALISA 82
4.1. ANALISA FISIK 82
4.1.1. Analisa Lokasi 82
4.1.2. Analisa Tata Guna Lahan 83
4.1.3. Analisa Kondisi Eksisting 84
4.1.4. Analisa Sirkulasi 85
4.1.5. Analisa Pencapaian 86
4.1.6. Analisa Matahari dan Angin 87
4.1.7. Analisa View Keluar 88
4.1.9. Analisa Kebisingan. 90
4.1.10. Analisa Vegetasi. 91
4.1.11.Analisa Ketinggian Bangunan 92
4.1.12. Analisa Sarana dan Prasarana 93
4.1.13. Analisa Studi Banding Proyek Sejenis 94
4.1.14. Analisa Studi Banding Tema Sejenis 96
4.2. ANALISA NON FISIK 97
4.2.1. Pelaku Kegiatan 97
4.2.2. Program Kegiatan dan Kebutuhan Ruang 98
4.2.3. Program Ruang 100
BAB V KONSEP PERANCANGAN 107
5.1. KONSEP PERANCANGAN TAPAK 107
5.2. KONSEP SIRKULASI 108
5.3. KONSEP VEGETASI 109
5.4. KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 110
BAB VI HASIL PERANCANGAN 112
DAFTAR PUSTAKA 158
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Thermometer 16
Gambar 2.2 Chiller 17
Gambar 2.3 Proses Pemasangan Chiller 18
Gambar 2.4 pH Meter Digital 18
Gambar 2.5 Refraktometer 19
Gambar 2.6 Hydrometer 20
Gambar 2.7 Protein Skimmer 22
Gambar 2.8 Test Kit 23
Gambar 2.9 Aerator AC 24
Gambar 2.10 Aerator DC 24
Gambar 2.11 Macam-macam Lampu Flourescent 27
Gambar 2.12 Macam-macam Lampu Merkuri 27
Gambar 2.13 Lampu Metal Halide 28
Gambar 2.14 Lampu LED 29
Gambar 2.15 Pompa Sirkulasi 31
Gambar 2.16 Ozonizer 32
Gambar 2.17 Heather 33
Gambar 2.18 Peta Lokasi Site 45
Gambar 2.19 Churaumi Okinawa, Japan 53
Gambar 2.20 Interior Churaumi Okinawa 54
Gambar 2.21 Tampak Seaworld 56
Gambar 2.22 Terowongan Antasena 56
Gambar 2.23 Fasilitas Fish Dip 57
Gambar 2.24 Ruang Serba Guna 57
Gambar 2.25 Ruang Perpustakaan 58
Gambar 2.26 Freshwater 58
Gambar 2.27 Akuarium Duyung 58
Gambar 2.28 Fasilitas Museum 58
Gambar 2.29 Fasilitas Theater 59
Gambar 2.30 Fasilitas Anjungan 59
Gambar 2.32 Fasilitas Restaurant 60
Gambar 2.33 Toko Cinderamata 60
Gambar 2.34 Ruang P3K 60
Gambar 2.35 Program Outreach 61
Gambar 2.36 Program Konservasi 61
Gambar 2.37 Sistem Pencahayaan Akuarium 61
Gambar 2.38 Akuarium Piranha 61
Gambar 2.39 Bentukkkan Batumi Akuarium 63
Gambar 2.40 Konsep Batumi Akuarium 63
Gambar 2.41 Sketsa Ide Batumi Akuarium 63
Gambar 2.42 Potongan Batumi Akuarium 64
Gambar 2.43 Site Plan Batumi Akuarium 64
Gambar 2.44 Interior Batumi Akuarium 64
Gambar 3.1 Nagoya City Art Museum 71
Gambar 3.2 Stasiun TGV 71
Gambar 3.3 Ex Plaza Indonesia 71
Gambar 3.4 Studi Banding Tema Sejenis Lyon Satolas Airport 77
Gambar 3.5 Sidney Opera House 78
Gambar 3.6 Studi Banding Tema Sejenis Sidney Opera House 78
Gambar 3.7 Fasade Museum Seni Milwaukee…… 80
Gambar 3.8 Interior Museum Seni Milwaukee 80
Gambar 4.1 Lokasi Perancangan 82
Gambar 4.2 Analisa Tata Guna Lahan 83
Gambar 4.3 Analisa Kondisi Eksisting 84
Gambar 4.4 Analisa Sirkulasi 85
Gambar 4.5 Analisa Pencapaian 86
Gambar 4.6 Analisa Matahari dan Angin 87
Gambar 4.7 Analisa View Keluar 88
Gambar 4.8 Analisa View Kedalam 89
Gambar 4.9 Analisa Kebisingan 90
Gambar 4.10 Analisa Vegetasi 91
Gambar 4.12 Analisa Sarana dan Prasarana 93
Gambar 4.13 Analisa Studi Banding Churaumi Okinawa 94
Gambar 4.14 Analisa Studi Banding Batumi Akuarium 95
Gambar 4.15 Analisa Studi Banding Tema Sejenis 96
Gambar 5.1 Konsep PerancanganTapak 107
Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi 108
Gambar 5.3 Konsep Vegetasi 109
Gambar 5.4 Kerang 110
Gambar 5.5 Sketsa Desain Bentuk Bangunan 110
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Ketebalan Kaca untuk Akuarium Air Laut 14
TABEL 2.Ketebalan Acrylic untuk Akuarium Air Laut 14
TABEL 3. Perbandingan Bahan Plastik, Kaca, Acrylic 15
TABEL 4. Perbandingan Bahan Acrylic dan Kaca 15
TABEL 5. Hubungan Antara Suhu Air Laut dengan Berat Jenis 19 TABEL 6. Hubungan Antara Tingkat Salinitas dengan Gravitasi 20
TABEL 7.Komposisi Air Laut 25
TABEL 8.Variasi Penggunaan Lampu 29
TABEL 9. Debit Pompa dan Arus Maksimal yang dapat Dicapai 31
TABEL 10.Data Perilaku Ikan 36
TABEL 11.Tabel Kriteria Lahan 38
TABEL 12. Penilaian Lokasi Berdasarkan SWOT 41
TABEL 13. Penilaian Lokasi 42
TABEL 14.RUTRK kota Medan 47
TABEL 15. Data Penduduk dan Kegiatan Utama 47
TABEL 16. Jumlah Wisatawan Mancanegara Melalui Belawan 47
TABEL 17. Jumlah Wisatawan Mancanegara Sumut 48
TABEL 18. Deskripsi Pelaku Kegiatan 59
TABEL 19. Kesimpulan Studi Banding Proyek Sejenis 64
TABEL 20 .Kajian Proyek Sejenis di Departemen Arsitektur USU 65
TABEL 21. Program Kegiatan dan Kebutuhan Ruang 97
DAFTAR DIAGRAM ALIR
Diagram Alir 1.8. Kerangka Berfikir 7
Diagram Alir 4.2.1.1 Kegiatan Pengelola dan Karyawan 96
Diagram Alir 4.2.1.2 Kegiatan Service 96
Diagram Alir 4.2.1.3 Kegiatan Pengunjung Bangunan 97
Diagram Alir 4.2.1.4 Kegiatan Peneliti/LAB 98
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km2 dan sekitar 70 % wilayahnya merupakan perairan laut dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km. Laut Indonesia terbagi atas 2,3 juta Km2 perairan kepulauan/ laut nusantara, 0.8 juta Km2 perairan teritorial dan 2,7 juta Km2 kawasan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)(Dishidros TNI AL, 1987). Selain itu, didalam perairan Indonesia terdapat beraneka ragam keindahan alam dan hasil laut. Laut dan kekayaan yang ada didalamnya merupakan sumber daya yang potensial sebagai modal dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (www.google.com/ Potensi laut Indonesia). Negara kita juga memiliki kewenangan untuk mengelola sumber daya hayati dan non hayati yang terkandung di dalamnya.(www.google.com/ Potensi Laut Indonesia).
Wilayah kelautan Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati laut tertinggi, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara terpenting di dunia. Keanekaragaman hayati laut yang dimiliki Indonesia meliputi 2500 jenis moluska, 2000 jenis krustasea, 6 jenis penyu laut, 30 jenis mammalia laut, dan terdapat sekitar 3500 jenis ikan yang mana merupakan 37% dari keseluruhan jenis ikan di seluruh dunia (www.google.com/ Potensi Laut Indonesia) . Selain itu juga terdapat berbagai jenis karang dan terumbu laut yang merupakan tempat tinggal bagi hewan laut.
Luas ekosistem terumbu laut yang terdapat di perairan Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km2 yaitu sekitar 12 hingga 15% dari luas terumbu karang dunia (www.google.com/ Potensi Laut Indonesia). Dengan kekayaan laut yang berlimpah tersebut, menjadikan laut sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat Indonesia dan menjadikan Indonesia kedalam urutan kedua pengekspor hewan-hewan laut ke Negara-negara di dunia khususnya Eropa dan Amerika (www.google.com/ Potensi Laut Indonesia).
laut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Coremap tahun 2000 menunjukkan bahwa ekosistem terumbu laut di Indonesia hanya sekitar 30% saja yang kondisinya masih bagus sedangkan sekitar 70% mengalami kerusakan. Selain itu, masyarakat banyak yang membuang limbah ke laut tanpa filtrasi terlebih dahulu, sehingga menyebabkan laut tercemar dan pada akhirnya juga dapat merusak ekosistem laut. Perlu diberikan perhatian lebih pada pengolahan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya laut agar tidak terjadi kerusakan bahkan kepunahan, sehingga nantinya dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Pemanfaatan kekayaan laut dan keindahan bawah laut yang dimiliki Indonesia dapat dilakukan dengan pengembangan wisata bahari, sehingga menjadi sumber devisa bagi Negara. Wisata bahari akan menjadi sasaran utama dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia. Berdasarkan GBHN ketetapan MPR RI No. II/MPR/1989 menyatakan bahwa sektor pariwisata Indonesia menekankan pada alam dan nilai budaya bangsa bagi budidaya kepariwisataan dan memperkenalkannya kepada wisatawan asing maupun domestik, dimana diversifikasi produk wisata dialihkan untuk memberikan variasi kuantitatif dapat memenuhi kebutuhan dari pada sektor kegiatan wisata di Indonesia.
Salah satu cara mengembangkan wisata bahari untuk memaksimalkan potensi laut yaitu wisata bahari berupa aquarium raksasa seperti Seaworld Ancol yang dilengkapi dengan fasilitas penelitian atau penangkaran habitat perairan. Sebenarnya sangat banyak cara lain dalam pemanfaatan kekayaan dan keindahan bawah laut yang dimiliki Indonesia, tetapi karena kondisi ekosistem laut cukup memprihatinkan yang disebabkan oleh penangkapan liar serta kerusakan terumbu karang, sehingga penulis mencoba menyadarkan masyarakat pada umumnya mengenai potensi laut yang begitu besar khususnya dalam menjaga kelangsungan hidup hewan laut dan terumbu karang dengan adanya aquarium raksasa tersebut.
Selain itu, sangat disayangkan apabila hanya terdapat sebuah aquarium publik yaitu Seaworld Ancol yang memamerkan kekayaan laut Indonesia, sedangkan Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dengan lautan yang luas beserta kekayaan laut yang terkandung didalamnya.
kekayaan yang terkandung didalamnya, sehingga mendorong penulis untuk mengambil objek Oceanarium, yang mana tidak hanya menampilkan berbagai jenis biota laut dalam satu aquarium raksasa beserta pusat penelitiannya yang berfungsi sebagai sarana pendidikan informal di bidang pengetahuan masyarakat mengenai kehidupan yang ada di laut dan perairan Indonesia, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas rekreasi berupa wisata bawah laut sehingga memberikan kesan kehidupan bawah laut menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang harus di jaga bersama.
Oceanarium ini nantinya diharapkan selain sebagai sumber devisa bagi Negara, juga dapat dijadikan sarana pendidikan dan memberikan sensasi berekreasi bawah laut. Selain itu, yang menjadi tujuan utama yaitu dapat menyadarkan masyarakat awam betapa indah dan kayanya laut Indonesia yang harus kita jaga bersama.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan adalah perihal yang menjadi keinginan untuk dicapai dan dilaksanakan. Dalam hal ini akan dibahas maksud dan tujuan dari pembuatan Oceanarium ini yaitu:
Membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan Negara dalam bidang pariwisata sekaligus membantu kemajuan perekonomian daerah setempat dan juga Negara Indonesia.
Memberikan alternatif rekreasi wisata bahari yang menyuguhkan sensasi berekreasi bawah laut.
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama menjaga kelestarian serta keindahan bawah laut yang kita miliki.
Memperkenalkan kepada masyarakat pada umumnya dan anak-anak pada khususnya mengenai biota-biota yang hidup di perairan laut. Menjaga kelestarian hewan-hewan laut khususnya hewan laut langka seperti kima raksasa dan penyu laut.
Masalah perancangan adalah perihal yang akan menjadi kendala dalam perancangan Oceanarium ini dan seterusnya akan dicari jalan penyelesaian untuk mengatasi masalah tersebut. Rumusan masalah yang timbul dalam perancangan Oceanarium ini adalah:
Bagaimana merancang bangunan sehingga maksud dan tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Bagaimana memilih lokasi bangunan yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang diinginkan.
Bagaimana bentuk desain yang tepat, sehingga dapat mencerminkan kehidupan bawah laut dan nantinya dapat dijadikan landmark.
Bagaimana penerapan teknologi yang tepat untuk mengakomodasi air beserta biota- biota laut dan fasilitas yang ada didalamnya.
Bagaimana sistem teknologi untuk regulasi air serta mengatur suhu yang sesuai pada aquarium air laut.
1.4. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah merupakan bentuk pengenalan terhadap masalah yang berfokus pada hal yang lebih khusus untuk mencari penyelesaian yang lebih tepat. Dalam hal ini pendekatan pada masalah perancangan Oceanarium.
Melalui pendekatan fungsinya sebagai Oceanarium, maka direncanakan adanya suatu akuarium raksasa publik yang dapat menampung dan memerkan biota-biota laut seperti beraneka ragam ikan, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar seperti ikan hiu dan paus. Selain terdapat akuarium publik, juga direncanakan fasilitas lainnya yang dapat menunjang kegiatan Oceanarium tersebut.
Lokasi perancangan terletak di dekat pantai. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengakomodasian hewan-hewan laut ke dalam aquarium serta memudahkan dalam system utilitas..
Dalam perancangan Oceanarium ini diterapkan desain yang bertemakan Arsitektur Metafora.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendefenisikan secara kwantitatif dan kwalitatif akan hal-hal yang dibutuhkan terhadap fungsi bangunan.
Studi Lapangan
Dilakukan secara survey langsung ke lokasi perencanaan berupa pengamatan dan pengumpulan data yang berhubungan dengan kasus proyek untuk mengetahui kondisi lingkungan dan potensi kawasan sekitar site.
Studi Analisa
Menganalisa data-data yang telah diperoleh dan permasalahan yang ada khususnya dalam kaitannya dengan sistem pengolahan air, tingkat suhu yang nyaman untuk oceanarium, dan sarana rekreasi air.
Sintesis
Dari segala data yang ada disintesis untuk memperoleh berbagai masukan arsitektural maupun non arsitektural bagi keperluan perancangan.
1.6. Lingkup dan Batasan Proyek
Lingkup dan batasan proyek adalah suatu perihal yang menjadi cakupan, wilayah pembahasan suatu peristiwa agar pembahasannya tersebut tepat sasaran dari tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini akan dibahas sejauh mana hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan Oceanarium ini, yaitu:
Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan dan perancangan mengenai bangunan sarana rekreasi yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, dan pembentukkan ruang.
Perencanaan fasilitas hiburan yang disertai fasilitas pendukungnya ini hanya menawarkan keberadaan wisata bahari yang diwujudkan dalam bentuk hiburan. Fasilitas yang ditawarkan dalam proyek ini terbatas pada sarana pertunjukkan dan pengetahuan.
Teknologi yang diterapkan untuk aquarium tepat guna, efisien, dan fleksibel
1.7. Asumsi
Karena kasus proyek bersifat fiktif, maka diperlukan beberapa asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan, yaitu:
Diasumsikan kepemilikan bangunan oleh pihak swasta dengan penekanan bangunan yang mewadahi kegiatan komersil yang bersifat rekreatif.
Diasumsikan lokasi lahan studi layak untuk didirikan bangunan sesuai dengan peruntukan lahan sebagai kawasan wisata yang bersifat komersil.
Diasumsikan kondisi perairan tidak menjadi permasalahan yang dapat menghambat keberadaan proyek ini.
1.8. Kerangka Berfikir
1.9. Sistematika Laporan
LATAR BELAKANG
Wilayah Kelautan Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi dengan jenis biota yang beragam serta terumbu karang yang luas.
Masyarakat banyak yang mengeksploitasi laut dengan menggunakan alat-alat yang berbahaya seperti bom, racun , dll sehingga tidak hanya menyebabkan ikan mati tetapi juga menyebabkan kerusakan terumbu karang.
Mengoptimalkan potensi laut sebagai Objek Wisata Bahari, sehingga menjadi sumber devisa bagi Negara, menambah Pendapatan Daerah, serta menjadi peluang keuangan bagi masyarakat sekitar.
Wisata Bahari dapat juga dijadikan sebagai sarana rekreasi sekaligus pendidikan bagi masyarakat sekitar.
MAKSUD DAN TUJUAN
Membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan Negara dalam bidang pariwisata sekaligus membantu kemajuan perekonomian daerah setempat dan juga Negara Indonesia.
Memberikan alternatif rekreasi wisata bahari yang menyuguhkan sensasi berekreasi bawah laut.
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama menjaga kelestarian serta keindahan bawah laut yang kita miliki.
Memperkenalkan kepada masyarakat pada umumnya dan anak-anak pada khususnya mengenai biota-biota yang hidup di perairan laut.
Menjaga kelestarian hewan-hewan laut khususnya hewan laut langka seperti kima raksasa dan penyu laut.
Pemilihan lokasi bangunan yang tepat.
Bentuk desain yang tepat, sehingga dapat mencerminkan kehidupan bawah laut dan nantinya dapat dijadikan landmark.
Penerapan teknologi yang tepat untuk mengakomodasi air beserta biota- biota laut dan fasilitas yang ada didalamnya.
Sistem teknologi untuk regulasi air serta mengatur suhu yang sesuai pada aquarium air laut.
DATA
Fisik (lokasi tapak dan lingkungan, Potensi tapak, view, orientasi, dll.)
Non Fisik(Aktifitas, pengguna &kebutuhan ruang, Program ruang).
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan, lingkup batasan, asumsi kelayakan dan sistematika laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisikan tentang pengertian Oceanarium, lokasi, tinjauan fungsi dan studi banding terhadap Kasus Proyek sejenis yang lain.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisikan tentang kajian mengenai pengertian, interpretasi dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sama.
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi dari tapak perancangan, potensi dan kondisi lingkungan, pemakai, dan aktivitasnya serta berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, hubungan antar ruang yang bersifat analisa.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan lingkungan kajian.
BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi gambar-gambar desain dan foto maket hasil perancangan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Terminologi Judul
Terminologi judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna dari sebuah kata judul agar bisa dipahami tujuan maupun sasarannya. Adapun judul proyek ini adalah “Oceanarium”.
Oceanarium terdiri dari dua kata yaitu “Ocean” dan “rium”. Ocean berasal dari
bahasa Inggris yang artinya lautan atau samudra, sedangkan “rium” merupakan
penggalan dari kata akuarium yang artinya tempat.
Maka Oceanarium adalah sebuah tempat penangkaran ikan-ikan dan hewan-hewan air laut lainnya dalam suatu akuarium raksasa yang dibuat menyerupai habitat aslinya, dilengkapi dengan fasilitas penelitian serta fasilitas lainnya yang berhubungan dengan wisata yang dapat menunjang kegiatan Oceanarium tersebut. Selain itu, juga akan disediakan fasilitas pendidikan berupa mini museum tentang biota laut serta mini theater yang akan mempertontonkan film tentang biota laut, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi sekaligus sarana pendidikan informal bagi masyarakat.
Oceanarium ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan wisatawan akan sarana wisata dan pendidikan yang berhubungan dengan laut. Selain itu, diharapkan mampu memberikan nuansa lain dari objek wisata bahari serta dapat menyadarkan masyarakat dan wisatawan akan keindahan bawah laut yang harus dijaga bersama.
2.2. Tinjauan Umum
Tinjauan umum membahas tentang berbagai hal yang berhubungan dengan
aquarium air laut atau Oceanarium secara keseluruhan.
2.2.1 Pengertian Aquarium
Aquarium berasal dari bahasa latin “aqua”, yang berarti air,dan “rium” yang
serta tumbuhan hidup di dalamnya (Budiono Mismail “Akuarium Terumbu Karang” Penerbit UB Press Cetakan I, 2010).
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, Aquarium adalah tempat memelihara ikan hias ; Aquarium itu mirip dengan satu ekosistem tang berisikan banyak komponen saling berinteraksi sehingga keseluruhan sistem berjalan.
Istilah aquarium sebenarnya sudah dipakai oleh bangsa Romawi, dimana mereka membuat kolam-kolam besar dihalaman rumah untuk memelihara ikan yang nantinya dikonsumsi (The Complete Aquarium Encyclopedia of Tropical Freshwater Fish, Dr. J. D. Van Ramshort).
2.2.1.1 Sejarah Aquarium
Memelihara ikan dalam satu tempat terbatas atau di lingkungan buatan telah dikembangkan sejak lama. Bangsa Sumeria kuno diketahui menyimpan ikan hasil tangkapan di kolam sebelum disajikan sebagai hidangan. Pada awalnya ide untuk memelihara ikan dawan suatu tempat berasal dari bangsa Romawi dan Mesir, tetapi pada saat itu bukan untuk dinikmati keindahannya melainkan untuk memenuhi kebutuhan ikan segar, karena pada saat itu belum ditemukannya alat pendingin (The Complete Aquarium Encyclopedia of Tropical Freshwater Fish, Dr. J. D. Van
Ramshort).
Di Cina penangkaran secara selektif sejenis ikan tambera (keluarga Cyprinidae) sehingga menghasilkan ikan mas atau koi telah dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu. Pada jaman dinasti Song di Cina, ikan mas mulai dipelihara di dalam rumah dalam bejana keramik besar (Budiono Mismail “Akuarium Terumbu Karang” Penerbit UB Press Cetakan I, 2010).
Pada tahun 1665 Samuel Pepys (1633-1703), administrator angkatan laut Inggris menulis dalam buku hariannya bahwa di London ia melihat: „ikan asing dan
langka yang indah di dalam gelas berisi air dan hidup selamanya‟. Selanjutnya, memelihara ikan dalam aquarium menjadi kegemaran populer di Inggris setelah tahun 1851 dimana terdapat pameran akbar (Great Exhibition)(Budiono Mismail “Akuarium
Terumbu Karang” Penerbit UB Press Cetakan I, 2010).
yaitu London Zoo (kebun binatang London) yang bernama „Fish House‟. Pada thun 1871 di Sydenham dibuka aquarium buatan pertama didunia yang bernama Crystal Palace Aquarium. Aquarium rumah sendiri mulai diperkenalkan sejak tahun 1816.
2.2.1.2 Fungsi Aquarium
Aquarium memiliki fungsi untuk memelihara ikan atau tumbuh-tumbuhan air yang diteliti, sehingga mempermudah para peneliti untuk melakukan pekerjaannya tanpa perlu mendatangi daerah yang diteliti secara berulang kali, cukup dengan contoh atau sampel saja, sehingga menghemat biaya untuk penelitian. Didalam perkembangannya aquarium juga dimanfaatkan oleh umum untuk menghias ruang dalam skala yang lebih kecil.
Selain itu, Aquarium dapat memberikan kepuasan dan ketenangan jiwa disamping sebagai hiasan perabot rumah.
2.3. Landasan Teoritis
2.3.1 Macam-macam Aquarium
Terdapat bermacam-macam aquarium, tetapi secara umum aquarium dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Aquarium Geografik, aquarium dengan nuansa hijau dengan suasana pegunungan alami.
2. Aquarium Display, aquarium dengan wadah-wadah yang membatasi ruang gerak biotanya
Berdasarkan keadaan air yang ada, aquarium dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Aquarium air laut, dimana di dalamnya dipelihara jenis-jenis binatang dan
tumbuh-tumbuhan yang hidup di air laut.
2. Aquarium air tawar, dimana didalamnya dipelihara jenis-jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di air tawar.
Berdasarkan penggunaannya, aquarium dapat dibagi menjadi :
1. Aquarium untuk penelitian (riset), hanya digunakan untuk tempat binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan untuk diteliti.
3. Aquarium untuk penelitian dan umum, digunakan dengan tujuan utama untuk penelitian, tetapi untuk umum juga diberi kesempatan untuk melihatnya sehingga aquarium ini memiliki fungsi ganda.
2.3.2 Aspek Teknis Aquarium
Pembuatan dan perawatan aquarium air laut lebih sulit dibandingkan aquarium air tawar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan aquarium air laut, yaitu:
a. Bentuk, dimensi, dan konstruksi aquarium
- Bentuk Aquarium
Pada awalnya menurut sejarah, aquarium berbentuk lonjong. Kemudian dengan inovasi dan rekayasa dari manusia, maka muncul bentuk-bentuk baru berupa bentuk persegi dengan rangkaian beberapa kaca yang dapat memuat ikan dalam jumlah besar dan dapat dinikmati dari laur. Adapun bentuk-bentuk aquarium yaitu bulat, silinder, rumah-rumahan, bentuk toples, persegi empat, segitiga, dan segi enam. Model ini biasanya diletakkan menempel di dinding. Bentuk ini dibuat untuk memenuhi tuntutan aquarium yang lebih besar serta keinginan menghadirkan aquarium yang menyatu dengan rumahnya.
Walaupun terdapat berbagai macam bentuk aquarium, tetapi umumnya bentuk yang sering dipakai yaitu bentuk persegi panjang. Bentuk persegi panjang ini terdiri dari dua model yang berbeda, yaitu bentuk tinggi dan bentuk pendek. Aquarium bentuk tinggi, ukuran tinggi lebih besar dari pada lebarnya. Aquarium bentuk pendek, ukuran lebar lebih besar dari pada tingginya.
Aquarium yang pendek, permukaan airnya lebih luas dibandingkan dengan aquarium yang tinggi. Permukaan air yang luas membuat ikan lebih leluasa untuk bergerak. Walaupun aquarium tinggi lebih dalam, tetapi tidak banyak pengaruhnya terhadap ikan. Ikan-ikan laut lebih banyak bergerak secara mendatar dari pada naik-turun.
Adapun bentuk-bentuk akuarium yang ada, antara lain :
Memanjang ke atas : kekurangannya tekanan air terhadap kaca akan lebih besar sehingga memerlukan kaca yang lebih tebal.
Lonjong/ silinder : kelebihannya mudah dibersihkan, kekurangannya sama seperti bentuk bulat yaitu penipu penglihatan mata.
Diorama : akuarium ini dibuat di dalam tembok dan hanya dinikmati dari satu sisi saja. Pembuatannya lebih mahal dan membutuhkan perawatan yang rumit. Kelebihannya yaitu menimbulkan kesan seolah sedang mengintip kehidupan bawah laut.
Kubus : pembuatannya lebih mudah. Kerangkanya bisa dibuat dari:
o Besi, mudah pembuatannya dan murah. Tahan lama asalkan dirawat dengan baik.
o Alumunium, ada bermacam-macam ukuran maupun tebal atau panjangnya. Tidak semua tukang las bisa mengerjakannya sehingga biaya pemasangan relatif mahal.
o Serba kaca, merupakan yang paling praktis, murah dan mudah dirakit sendiri.
o Plastik, kekurangannya mudah tergores dan retak. Bentuk rumah-rumahan
Segienam : model ini biasanya diletakkan dengan menempel di dinding. Bentuk ini dibuat untuk memenuhi tuntutan akuarium yang lebih besar, keinginan menghadirkan akuarium yang menyatu dengan rumahnya.
- Dimensi Aquarium
Aquarium air laut biasanya lebih besar dari pada aquarium air tawar. Volume aquarium air laut ideal minimal 90 liter atau berukuran panjang 70 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 40 cm. Ukuran aquarium ditentukan oleh banyaknya penghuni aquarium. Banyaknya ikan yang dapat ditampung di aquarium secara kasar dapat dinyatakan sebagai 10 liter per centimeter panjang ikan. Artinya jika aquarium memiliki volume 200 liter, maka banyaknya ikan sepanjang 5 centimeter yang dapat ditampung sekitar 4 ekor.
Berikut merupakan dimensi aquarium untuk bahan kaca dan acrylic. Tabel ketebalan kaca untuk aquarium air laut.
DIMENSI AQUARIUM (cm) TEBAL KACA MINIMAL (mm)
Panjang Lebar Tinggi
60 30 30 5
80 30 30 7
80 45 45 7
90 45 45 8
100 50 50 8
130 50 50 10
200 75 75 15
Tabel 2.1 Ketebalan Kaca untuk Aquarium Air Laut.
Tabel ketebalan acrylic untuk aquarium air laut.
DIMENSI AQUARIUM (cm) TEBAL ACRYLIC MINIMAL (mm)
Panjang Lebar Tinggi
70 55 45 6
90 55 45 8
130 55 55 10
150 55 60 10
180 60 60 15
240 120 80 20
Sumber : Eko Budi Kuncoro “ Akuarium Laut” Penerbit Kanisius edisi Pertama 2004. Tabel 2.2 Ketebalan Acrylic untuk Aquarium Air Laut.
- Konstruksi Aquarium
Saat ini di pasaran telah banyak dijual aquarium dengan berbagai bahan, seperti kaca, fiberglass, maupun acrylic. Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
BAHAN KEKURANGAN KELEBIHAN
PLASTIK Cepat buram atau kusam Bahan lebih ringan
KACA Tidak kuat terhadap
ACRYLIC Sulit menjadi konduktor, sehingga aquarium menjadi panas.
Lebih ringan, kuat, lebih cerah bila terkena sinar, permukaan lebih licin sehingga sulit ditumbuhi oleh lumut, dapat dipoles apabila terjadi goresan, lebih lentur sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan, tidak membutuhkan sambungan. Sumber : Eko Budi Kuncoro “Akuarium Laut” Penerbit Kanisius edisi Pertama 2004.
Tabel 2.3 Perbandingan Bahan Plastik, Kaca, dan Acrylic.
Pada umumnya bahan utama untuk aquarium yaitu kaca dan acrylic. Beberapa pertimbangan dalam menentukan bahan aquarium antara kaca dan acrylic, yaitu:
PERTIMBANGAN KACA ACRYLIC
HARGA Murah Lebih mahal dari kaca
GORESAN Tahan goresan Goresan pada acrylic
mudah dihilangkan
KEMAMPUAN
MENGHANTAR PANAS
Mudah menghantar panas,
sehingga mudah
dipengaruhi oleh suhu ruang.
Menghantar panas tetapi tidak sebaik kaca.
SAMBUNGAN Menggunakan sambungan
sehingga memungkinkan terjadi kebocoran
Tidak menggunakan sambungan
KEJERNIHAN BAHAN jernih Lebih tembus pandang
dari pada kaca
Sumber : Prof. Ir. Budiono Mismail “ Akuarium Terumbu Karang “ Penerbit UB Press Cetakan I 2010. Tabel 2.4 Perbandingan antara Kaca dan Acrylic.
b. Komposisi Air Laut
Keadaan di laut tropis dapat dikatakan selalu konstan, oleh sebab itu keadaan air dalam aquarium harus sedemikian juga. Suhu harus dijaga antara 25oC sampai 28oC, pH(derajat keasaman) sekitar 8,4, dan salinitas (kadar garam) dengan berat jenis sekitar 1,021. Derajat keasaman dan mutu air akan banyak berubah karena adanya interaksi para penghuni aquarium.
Suhu
Suhu yang terjaga sekitar 26oC merupakan hal yang mutlak untuk aquarium air laut. Pergeseran suhu sampai dua derajat tidak akan terlalu banyak menimbulkan masalah, tetapi bila suhu mencapai 30oC akan berbahaya bagi kehidupan koral. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu aquarium yaitu Thermometer.
Thermometer digunakan untuk melihat suhu air di dalam aquarium. Suhu yang baik untuk aquarium air laut yaitu berkisar antara 25oC-29oC. Apabila didalam
aquarium laut tersebut lebih banyak dipelihara karang dan anemone laut, maka sebaiknya suhu dipertahankan pada 26oC, sedangkan apabila lebih banyak dipelihara ikan maka suhu dipertahankan pada 27oC. Suhu yang terlalu tinggi dapat diatasi dengan peralatan pendingin khusus (chiller) atau dengan kipas angin yang diletakkan di bawah sungkup aquarium.
Chiller berfungsi untuk mendinginkan atau menurunkan panas air laut dalam aquarium. Panas ditimbulkan oleh adanya sistem lampu dan pompa yang dapat menghasilkan kalor. Aquarium besar yang dilengkapi dengan lampu metal halide dapat menyebabkan kenaikan suhu dari 27oC hingga 30oC-32oC. Hal ini menyebabkan metabolisme ikan dan hewan laut lainnya juga meningkat yang berarti bahwa organ tubuh dipaksa bekerja cepat sehingga menyebabkan ikan dan terumbu karang mati.
Oleh sebab itu, diperlukan chiller yang dikombinasikan dengan thermostat
sehingga suhu air laut dapat dipertahankan hingga 26oC Chiller sebaiknya dibuat dengan bahan khusus, agar tidak mudah berkarat, seperti bahan
titanium atau bahan yang berselaput plastik Adapun cara kerja chiller yaitu sebagai berikut:
Air dipompa melalui penukar panas, dimana kompresi gas dingin mengalir. Gas dikompresi dengan tujuan untuk mengambil panas dari air di aquarium. Yang panas (suhu tinggi) dibawa kembali ke kompresor dan mengalami penurunan tekanan.
Selanjutnya panas dibawa ke radiator , sebuah kipas penghisap udara baru dan memungkinkan udara panas keluar dari chiller.
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran konsentrasi hidrogen dan ion hidroksida dalam larutan. Jika ion hidroksida sangat banyak larutan dikatakan bersifat basa, tetapi jika ion hydrogen lebih banyak maka larutan akan bersifat asam. Dalam aquarium, proses alamiah cenderung menurunkan nilai pH dan harus diwaspai. Aquarium air laut mempunyai pH antara 8,0 sampai 8,5 artinya air lebih bersifat basa. Derajat keasaman diukur dengan pH meter. salah satu tanda bahwa nilai pH terlalu tinggi atau terlalu rendah adalah banyaknya koral yang mati dan kerang membuka cangkangnya lebar-lebar. Untuk mengatasi agar kadar pH tidak berubah diperlukan Kesadahan suatu larutan sebagai penyangga (buffer). Kesadahan dapat diperoleh dengan keberadaan antara lain karbonat, bikarbonat, dan lain-lain. Keberadaan karbonat juga dapat dipakai sebagai pengganti ukuran kesadahan, dan nilai derajat kandungan karbonat dapat dipakai sebagai acuan. Air laut alami mempunyai derajat kandungan karbonat (dKH) antara 6 sampai 7. Sedangkan untuk air laut dalam aquarium sebaiknya dipertahankan antara7 sampai 10 dKH. Alat yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman atau pH yaitu pH-meter.
Konsentrasi ion Hidrolium merupakan komponen penting dalam kimia air laut. Semakin tinggi pH maka semakin tinggi pula NH3 (ammonia), sedangkan semakin rendah pH maka kandungan oksigen juga rendah. Sehingga lebih baik pH air laut dipertahankan pada kondisi antara 8,1-8,4.
Salinitas (kadar Garam)
Kadar garam (salinity) adalah ukuran beberapa banyak garam yang larut dalam air, diukur dengan gram per liter. Air laut daerah tropis mempunyai kadar garam sekitar 35 gram per liter. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar garam adalah refraktometer.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut seperti gula, garam, protein, dsb. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernst Abbe seorang ilmuwan dari German pada permulaan abad 20. Prinsip kerja refraktometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya.
Disamping itu, berat jenis juga dapat digunakan untuk mengukur kadar garam air laut terhadap air suling. Air suling mempunyai berat jenis 1,000 dan air laut mempunyai berat jenis antara 1,022 sampai 1,030 tergantung pada daerahnya. Pengukuran berat jenis dapat dilakukan dengan menggunakan hydrometer dan harus dipertahankan antara 1,022 dan 1,025. Umumnya hydrometer untuk aquarium laut pada skalanya diberi warna hijau untuk rentang nilai yang dianjurkan.
Suhu air laut
(oC)
Berat jenis
air laut
20 1,025
21 1,024
24 1,023
Tabel 2.5 Hubungan Antara Suhu Air Laut dengan Berat Jenis Air Laut
Gambar 2.6 Hydrometer
Berikut merupakan table yang menunjukkan hubungan antara tingkat salinitas dengan gravitasi khusus atau berat jenis.
SALINITAS/KADAR GARAM (‰) GRAVITASI KHUSUS
23,1 1.0169
24,7 1.0181
26,3 1.0193
27,9 1.0205
29,3 1.0218
30,3 1.0224*
31,1 1.0230*
31,9 1.0236*
32,7 1.0242*
33,4 1.0248*
34,3 1.0254*
35,1 1.0261
25 1,023
27 1,023
28 1,023
30 1,022
36,8 1.0267
37,6 1.0279
39,3 1.0292
40,1 1.0305
42,6 1.0318
Sumber : Eko Budi Kuncoro “Akuarium Air Laut” Penerbit Kanisius edisi Pertama 2004
Keterangan * = Rentang yang baik untuk aquarium air laut
Tabel 2.6 Hubungan Antara Tingkat Salinitas dengan Gravitasi Khusus
Unsur-unsur penting lainnya (kapur, amonia, nitrat, posfat)
Unsur-unsur lainnya yang juga tidak kalah penting dalam aquarium air laut adalah unsur kapur, ammonia, nitrat, posfat.
Kapur (kalsium-Ca) merupakan bahan pembentuk utama koral, berbagai jenis ganggang, dan makhluk hidup lainnya yang berada di akuarium terumbu karang. Kandungan kapur dapat diukur dengan ppm (part per million- bagian per sejuta) atau milligram per liter (mg/l). kandungan kapur dalam air laut alami berkisar antara 380 sampai 480 mg/l tergantung pada tempatnya. Untuk meningkatkan kandungan kapur dapat menggunakan tambahan kalsium klorida(CaCl2) atau kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Kalsium klorida mudah digunakan dan tidak secara langsung mempengaruhi pH aquarium, tetapi bila berlebihan dapat meningkatkan berat jenis dan menurunkan kesadahan sehingga akhirnya mempengaruhi pH. Kalsium hidroksida dalam larutan dikenal juga sebagai air kapur.
Amonia (NH3) dalam aquarium air laut sebaiknya nol, jika dalam air aquarium terkandung amonia maka akan menyebabkan kematian hewan laut.
Gambar 2.7 Protein Skimmer
Cara kerja protein skimmer yaitu mencampur udara dengan air dalam aquarium sedemikian sehingga membentuk buih. Buih tersebut selanjutnya ditampung di suatu tempat yang nantinya akan dibuang. Buih mengikat protein dan berbagai bahan organik yang larut dalam air, jika tidak dibuang akan terurai menjadi ammonia dan senyawa nitrit yang mencemari aquarium. Selain itu, protein skimmer juga memegang peran penting dalam mempertahankan kandungan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) dalam air. Di laut lepas, peran protein skimmer dilakukan oleh ombak yang menghanyutkan buih ke pantai.
Agar protein skimmer dapat bekerja secara efektif, maka bagian tengah skimmer tempat lewatnya buih kepenampungan harus mengandung lendir.
Terdapat beberapa tipe skimmer, antara lain:
1. Tingkat skimmer 45cm-50cm, diameter skimmer 7,5cm-10cm, dengan 1 batu gelembung.
2. Tingkat skimmer 45 cm-50 cm, diameter skimmer lebih dari 15 cm, dengan 2 batu gelembung.
3. Tingkat skimmer lebih dari 90 cm, diameter skimmer 7,5 cm-10 cm, dengan 1 batu gelembung.
4. Tingkat skimmer lebih dari 90 cm, diameter skimmer lebih dari 15 cm, dengan 2 batu gelembung.
5. Tingkat skimmer lebih dari 90 cm (venture skimmer), tanpa batu gelembung, dengan 1 pompa air.
Untuk mengetahui kadar kandungan di dalam aquarium digunakan alat yaitu test kit.
Gambar 2.8 Test Kit
Oksigen
Oksigen merupakan unsur yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup tidak terkecuali hewan-hewan yang hidup di air. Untuk menyuplai oksigen didalam aquarium air laut dibutuhkan Aerator.
Aerator adalah alat untuk menyuplai oksigen yang berbentuk gelembung-gelembung (buble) yang masuk ke dalam air dengan selang kecil. Pada aquarium air tawar alat ini merupakan alat vital, tetapi pada aquarium air laut, aerator hanya digunakan pada saat listrik PLN mati. Prinsip kerja aerator sangat sederhana. Di dalam aerator terdapat sebuah motor sederhana yang bergerak karena adanya gaya magnet dari sebuah kumparan yang dialiri arus listrik dihubungkan dengan klep karet. Gerakan yang ditimbulkan dari klep karet ini akan menimbulkan tekanan udara. Tekanan udara tersebut yang digunakan untuk menggerakkan air dalam aquarium sehingga terjadi difusi oksigen.
Adapun manfaat dari penggunaan aerator, yaitu :
Gerakan air yang ditimbulkan aerator akan meratakan kandungan oksigen di dalam air.
Gerakkan air juga dapat menaikkan gas-gas yang timbul dari sisa makanan atau kotoran ikan ke permukaan dan terlepas di udara bebas.
Kotoran yang menjadi berat tersebut akan jatuh ke dasar aquarium dan air yang keruh akan terlihat jernih.
Gerakan air membentuk gelombang, sehingga membuat aquarium mendekati dengan habitat asli ikan-ikan di laut.
Gambar 2.9 Aerator AC Gambar 2.10 Aerator DC
Untuk mengetahui komposisi air laut dapat dilihat pada table berikut:
UNSUR JUMLAH (ppm)
A. Komponen Mayor 875.000
Oksigen (O) 108.000
Hidrogen (H) 19.000
Klor (Cl) 10.500
Magnesium (Mg) 1.350
Sulfur (S) 0,885
Kalsium (Ca) 0,400
Natrium (Na) 0.380
B. Komponen Minor
Brom (Br) 65
Karbon (C) 28
Strontium (Sr) 13
Boron (B) 4,6
Silikon (Si) 3
C. Komponen Berjumlah Sedikit
Flour (F) 1,4
Nitrogen (N) 0,5
Litium (Li) 0,18
Fospor (P) 0,07
Yodium (I) 0,06
Borium (Br) 0,03
Alumunium (Al) 0,01
Besi (Fe) 0,01
Molibdenum (Mo) 0,01
Seng (Zn) 0,01
Nikel (Ni) 0,0054
Arsenik (As) 0,003
Tembaga (Cu) 0,003
Timah 0,003
Uranium (U) 0,003
Mangan (Mn) 0,002
Vanadium (V) 0,002
Caesium (Cs) 0,0005
Perak (Ag) 0,0004
Yitrium (Y) 0,0003
Kobalt (Co) 0,00027 Selenium (Se) 0,00009 Sumber : Heru Susanto “Ikan Hias Laut”Penerbit Penebar Swadaya
Tabel 2.7 Komposisi Air Laut
c. Pencahayaan
Pencahayaan untuk aquarium air laut sekurang-kurangnya harus memenuhi dua fungsi utama, yaitu pencahayaan harus mampu melestarikan kehidupan dan fungsi-fungsi kehidupan penghuni aquarium, pencahayaan juga harus memberikan keindahan bagi aquarium sehingga memberikan kenikmatan bagi yang memandang.
menghasilkan gula untuk makanan koral sebagai tempat tinggalnya.
Pemilihan lampu untuk penerangan buatan bukan hanya ditentukan oleh dayanya saja, tetapi juga spektrum cahaya yang dihasilkan. Daya selalu dinyatakan dalam watt. Semakin tinggi watt lampu semakin terang cahaya lampu, selain itu juga semakin besar menyerap tenaga listrik dan panas yang dipancarkan juga semakin tinggi. Spektrum cahaya yang dipancarkan diberikan dalam nilai Kelvin (K). Semakin tinggi nilai derajat Kelvin, maka semakin biru cahaya yang dipancarkan. Lampu dengan 5000K memberikan warna kekuningan, 10.000K berwarna biru keputihan, dan 20.000K berwarna sangat biru. Untuk aquarium terumbu karang dianjurkan memakai lampu dengan nilai Kelvin tinggi sekitar 10.000K atau bahkan 20.000K (berwarna biru), untuk menirukan keadaan didasar laut guna merangsang kehidupan koral. Lampu berwarna biru (actinic) disamping bermanfaat bagi penghuni aquarium, juga memberikan kenikmatan tersendiri bagi yang memandang. Lampu berwarna biru akan menyebabkan pendar indah pada penghuni aquarium.
Umumnya lampu yang digunakan untuk penerangan aquarium, antara lain: Lampu Flourescent /Lampu TL
Jenis lampu ini hanya bisa digunakan pada aquarium yang memiliki kedalaman antara 40 cm-50 cm. Lampu ini mempunyai spektrum sinar hampir sama dengan panjang sinar matahari, sehingga dapat memberikan sinar fotosintesis bagi alga. Lampu jenis ini tersedia dalam berbagai kuat penerangan dan warna cahaya, meliputi NO (normal output- standar), HO (high output-keluaran tinggi), VHO (very high output-keluaran sangat tinggi), dan kompak. Lampu fluorescent untuk aquarium
terumbu karang sebaiknya adalah jenis HO, VHO atau fluorescent kompak dengan warna biru (actinic).
Lampu flouresent HO bentuknya sama seperti lampu fluorescent yang dipakai di rumah tetapi harganya lebih mahal dan lebih tahan lama. Lampu ini tersedia dengan daya dari 20 watt sampai 60 watt dan nilai Kelvin dari 6000K sampai 11.000K.
Lampu fluorescent kompak merupakan lampu fluorescent yang dibentuk seperti huruf U. lampu jenis ini relative baru untuk aquarium air laut. Lampu ini tersedia dengan daya dari 10 watt sampai 100 watt dan nilai Kelvin dari 5000K sampai 10.000K. Seperti halnya dengan lampu VHO, umumnya lampu ini dilengkapi dengan kipas pendingin.
Gambar 2.11 Macam-macam Lampu Flourescent
Lampu Actinic Blue
Lampu ini memiliki panjang gelombang warna biru yang mana dialam dapat menembus kedalaman air hingga 400 m dibawah permukaan laut.
Lampu Mercuri (HQL)
Penggunaan lampu mercuri pada aquarium air laut tidak direkomendasikan, karena panjang gelombang sinar kuning dan merah yang ditimbulkan member efek yang tidak alami. Selain itu, lampu ini memicu pertumbuhan lumut pada permukaan kaca acrylic. Biasanya lampu ini digunakan pada aquarium yang memlihara ikan dengan menggunakan karang mati.
Gambar 2.12 Macam-macam Lampu Merkuri
Lampu Metal Halide (HQI)
menghasilkan daya dari 175 watt sampai 1000 watt. Tetapi jenis lampu ini menimbulkan efek yaitu menghasilkan kalor sehingga air di dalam aquarium menjadi panas, sehingga perlu digunakan chiller untuk menghilangkan panas dari aquarium. Lampu Halide Logam atau Metal Halide dijual dengan berbagai spektrum dari 5000K sampai 20.000K. Lampu Halide dapat menimbulkan gemerlapan dalam air aquarium karena riak permukaan air, serupa dengan yang dijumpai di laut lepas dengan ombak yang bersikap seperti lensa dalam meneruskan cahaya matahari ke dalam laut. Selain itu, lampu ini mendekati cahaya matahari tetapi mahal harganya. Panas yang ditimbulkan oleh lampu ini sehingga umumnya lampu ini harus digantung agak jauh dari permukaan air yaitu berkisar antara 20-30 cm.
Gambar 2.13 Lampu Metal Halide
Lampu LED
Lampu LED (light emitting diode) merupakan lampu jenis baru untuk aquarium air laut. Lampu ini dikatakan sebagai pengganti lampu halide logam dan fluorescent karena lebih hemat energi. Lampu LED yang setara dengan lampu halide logam 250 watt yaitu 20.000K dan hanya memerlukan daya 150 watt serta umurnya 50.000 jam. Selain itu, panas yang ditimbulkan jauh lebih kecil dari pada lampu halide logam dan lampu fluorescent.
Gambar 2.14 Lampu LED
Umumnya untuk aquarium dengan 200 liter cukup dipasang penerangan sekitar 100 watt, tetapi untuk aquarium jenis tegak perlu lampu yang lebih terang agar cahaya dapat mencapai dasar aquarium. Syarat tersebut berlaku untuk lampu halide logam dan lampu fluorescent, dan tidak berlaku untuk lampu LED yang memerlukan daya jauh lebih rendah.
Secara umum persyaratan lampu untuk aquarium air laut, antara lain:
- Spektrum cahaya yang dihasilkan hendaknya tidak terlalu banyak mengandung warna merah atau kuning serta warna biru harus dominan.
- Tidak boleh menimbulkan panas yang berlebihan dalam aquarium. - Tidak boleh memancarkan sinar ultra-ungu yang berlebihan.
- Harus memberikan kuat cahaya yang sesuai untuk makhluk yang diteranginya.
Spesifikasi (Px L x T) cm Volume Air Laut (liter) Sistem Lampu
70 x 55 x 45 126 TL 20 Watt x 3
Actinic Blue 20 Watt x 2
90 x 55 x 45 162 TL 20 Watt x 4
Actinic Blue 20 Watt x 3
90 x 55 x 45 162 Metal Halide 10.000 K, 150
Watt
Actinic Blue 40 Watt x 2
130 x 55 x 55 409 Metal Halide 10.000 K, 2 x
150 Watt
Actinic Blue 40 Watt x 2
150 x 55 x 60 495 Metal Halide 10.000 K, 2 x
150 Watt
Actinic Blue 40 Watt x 2
150 Watt
Actinic Blue 40 Watt x 4 240 x 120 x 80 2.300 Metal Halide 10.000 K, 3 x
250 Watt
Actinic Blue 40 Watt x 8 Sumber : Eko Budi Kuncoro “Akuarium Air Laut” Penerbit Kanisius edisi Pertama 2004
Tabel 2.8 Variasi Penggunaan Lampu
d. Peralatan Aquarium
Sebagai media ikan hidup, aquarium memiliki kelemahan yaitu tempat yang terbatas bagi ikan. Sehingga ikan yang dapat dipamerkan hanya beberapa ekor, aquarium cepat berlumut, air cepat kotor, dsb. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan beberapa peralatan yang harus dimiliki selain hal-hal teknis yang telah dijelaskan diatas mengenai mempertahankan unsur-unsur dalam aquarium air laut, juga dibutuhkan peralatan lainnya, yaitu:
- Pompa air
Keberadaan pompa air sangat dibutuhkan pada setiap aquarium, tanpa pompa tersebut maka pemeliharaan aquarium akan sia-sia. Pompa air dalam aquarium
berfungsi sebagai “hati” dari sistem aquarium air laut. Pompa yang baik adalah pompa yang memenuhi syarat-syarat antara lain; konsumsi energi rendah namun kekuatan outputnya besar, selain itu mudah diinstal (dipasang kembali) setelah dibersihkan. Kegunaan dari pompa meliputi tiga bagian antara lain :
a. Pompa sirkulasi / filter
Pada aquarium yang berukuran kecil, perpaduan batu koral dan gerakan air oleh aerator sudah cukup menjaga kejernihan air dalam aquarium, tetapi tidak berlaku untuk aquarium dengan ukuran yang lebih besar. Pada aquarium dengan ukuran yang besar, ikan yang dipelihara cukup banyak, sehingga sisa makanan dan kotoran hasil buangan dari badan ikan pun banyak dan dapat menjadi racun. Oleh sebab itu, diperlukan alat penyaringan (filter).
yang berwarna putih.
Karbon aktif berfungsi sebagai penyaring partikel kotoran yang lebih besar, dan juga untuk menjaga air agar tetap basa (alkalis). Selain itu, karbo aktif dapat mengikat gas-gas di dalam air seperti H2S sehingga tidak membahayakan ikan. Sedangkan serat filter berfungsi sebagai penyaring partikel yang lebih kecil dan juga serat pada filter dapat dijadikan media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri yang bermanfaat bagi proses perputaran nitrogen.
Gambar 2.15 Pompa Sirkulasi
b. Pompa Arus
Pompa arus digunakan untuk menciptakan arus dalam air sehingga suplay oksigen ke dalam aquarium tetap terjaga. Adapun arus air diciptakan sesuai dengan kondisi alam lautan yaitu sebagai berikut. Air pada lapisan air laut mempunyai kerapatan (density) yang lebih rendah dibandingkan dengan lapisan yang ada dibawahnya, sehingga semakin kebawah terjadi penurunan kandungan oksigen terlarut. Dengan adanya arus, maka lapisan permukaan akan berpindah ke bawah dan lapisan bawah akan berpindah ke atas. Hal ini berlangsung terus sehingga kandungan oksigen pada berbagai lapisan akan sama.
Pada aquarium tanpa arus ikan akan banyak berkumpul di permukaan karena hanya pada lapisan ini paling banyak mengandung oksigen. Posisi pompa pada aquarium akan mempengaruhi kuat lemahnya arus pada suatu daerah di dalam aquarium.
Secara umum, debit pompa dan panjang arus tercantum pada table berikut :
DEBIT POMPA (liter/ jam) PANJANG ARUS MAKSIMAL (m)
250 0,55
300 0,85
540 1,50
1000 1,75
1200 2,00
2000 3,00
2280 3,10
Sumber : Eko Budi Kuncoro “Akuarium Air Laut” Penerbit Kanisius edisi Pertama 2004. Tabel 2.9 Debit Pompa dan Arus Maksimal yang dapat Dicapai.
c. Pompa Protein Skimmer
Telah dijelaskan sebelumnya kegunaan dari pompa protein skimmer yaitu untuk untuk merombak materi organik (protein) alga yang melayang bebas, dan sisa-sisa pakan. Penggunaan skimmer didasarkan pada filtrasi pada adanya sistem filtrasi, tingkat kepadatan organisme, dan besarnya aquarium.
- Ozonizer
Merupakan alat yang adapt menghasilkan ozon (O3). Sementara ozon berfungsi untuk membunuh protozoa, bakteri, virus, maupun jamur. Ozonisasi merupakan reaksi khusus yang terjadi pada molekul oksigen. Dengan adanya ozon, sebagian dari materi organik dan beberapa materi anorganik yang ada, akan dioksidasi.
Gambar 2.16 Ozonizer
- Ultraviolet
melayang pada tingkat spora. - Heater atau thermostat
Heater merupakan alat pemanas yang dibutuhkan bila suhu air aquarium terlalu rendah. Heater dan thermostat merupakan dua alat yang berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai alat pemanas. Heater dan thermostat dapat digunakan bersamaan. Heater dan thermostat cocok digunakan untuk daerah dingin, digunakan bila suhu air laut di dalam aquarium berada di bawah 22oC. Sehingga dengan demikian, alat ini tidak cocok digunakan di Indonesia. Heater biasanya digunakan untuk aquarium air tawar maupun untuk aquarium karantina bagi ikan yang sakit.
Gambar 2.17 Heather
2.3.3 Jenis Biota yang Dipamerkan
Biota yang akan dipamerkan juga harus dipertimbangkan, karena ada beberapa hewan laut khususnya ikan yang mempunyai sifat mengganggu dan tidak bersahabat dengan ikan lainnya sehingga akan menimbulkan kekacauan. Adapun biota yang akan dipemerkan dikelompokkan sebagai berikut :
Kelompok ikan hias karang
Aquarium yang digunakan untuk kelompok ikan hias karang berukuran tidak terlalu besar, tetapi panjang karena umumnya pada koral dan karang terdapat Zooxanthellae yang memerlukan cahaya untuk melakukan fotosintesis sehingga aquarium tidak boleh dalam yang nantinya akan menyulitkan cahaya sampai ke dasar aquarium. Jenis- jenis ikan yang menghuni aquarium ini, yaitu: angel fish, damselfish, surgeon fish, butterfly fish, gobbies fish, banner fish, fox fish, frog fish, dll.
Kelompok bukan ikan hias karang
ini, dimana pengunjung diarahkan untuk menuju ke sebuah ruangan aquarium sehingga merasa berada pada suasana kehidupan di dalam laut dan menyaksikan secara langsung bagaimana kehidupan penghuni air laut serta terumbu karang itu sendiri.
Aquarium ini memerlukan goa-goa batu karang yang besar pada dasar aquariumnya. Umumnya kedalaman mencapai 5 meter lebih dengan panjang mencapai 10 meter lebih. Adapun jenis-jenis penghuni aquarium ini yaitu ikan Hiu, Pari, ikan Tuna, Grouper, Scorpion Fish, kerapu macan, lumba-lumba, paus jenis
tertentu, penyu laut, lobster, dan ikan-ikan terumbu karang.
Berikut merupakan tabel perilaku beberapa ikan. NO Nama
7 Layara
17 Kerap
18 Bayan Hogfish Bodianu s
27 Brajan
29 Triger Trigger Rhineca nthus
Sumber : Prof. Ir. Budiono Mismail “Akuarium Terumbu Karang” Penerbit UB Press, Cet I 2010
Ket : G = galak, AG= agak galak, J=jinak, D=daging, S=segala, R=rukun, T=tidak, Y=ya, H=hati-hati.
Tabel 2.10 Data Perilaku Ikan
Koral
Koral ditempatkan dengan kelompok ikan hias karang, karena koral membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis.
Beberapa jenis koral, diantaranya :
- Anemone jamur (keluarga Actinodisciidae)
Beberapa diantaranya, yang berwarna coklat hidup dengan cahaya yang tidak terlalu terang dan yang berwarna biru memerlukan cahaya yang lebih kuat. Anemone ini memerlukan arus yang tidak terlalu kuat dan tidak perlu diberi makan.
- Polip bintang (keluarga Clavulariidae)
- Koral keras
Koral yang tergolong mudah dipelihara adalah koral kolang-kaling (Plerogyra sinuosa), keluarga Euphyllia dan Catalaphyllia. Beberapa jenis lainnya yang tahan banting adalah karang otak (Trachyphyllia), Turbinaria dan Cynarina.
2.4 Tinjauan Lokasi
2.4.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Kriteria pemilihan lokasi dalam perancangan Oceanarium ini, yaitu :
NO KRITERIA LOKASI
1 Tinjauan terhadap struktur kota Berada di kawasan wisata daerah yang merupakan bangunan yang dirancang memiliki fungsi komersil berskala nasional serta dekat dengan perairan atau laut.
2 Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik dengan angkutan umum maupun pribadi. Oleh karena itu bangunan diusahakan masih dapat terlihat dari bagian jalan tertentu (Sumber : NAD dan TSS).
3 Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan sebagai objek wisata. Selain itu, terletak dekat dengan perairan sesuai dengan fungsi proyek rancangan. (Sumber : Asumsi ).
4 Peraturan Tanah milik Pemerintah atau pribadi. Tabel 2.11 Tabel Kriteria Lahan
2.4.2 Pemilihan Lokasi
1. Alternatif lokasi
Lokasi 2 : Kawasan Belawan Medan, Sumatera Utara.
Lokasi 3 : Kawasan Pantai Ocean Pasific Kel. Bagan Deli, Sumatera Utara 2. Penilaian terhadap alternatif lokasi.
kawasan merupakan kawasan wisata yang terdekat dari rencana Bandar Udara Kuala pelabuhan kapal yang menjadi salah satu gerbang masuk ke Sumatera Utara melalui jalur laut baik domestik maupun lebar dan mulus. Serta dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama ± 50 menit.
Dekat
dengan stasiun kereta
Belawan.
dengan stasiun kereta api Belawan.
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 2.12 Penilaian Lokasi Berdasarkan SWOT
Ket : S = Sthrengt (Kekuatan) T = Threat (Ancaman/ Bahaya) W= Weakness (Kelemahan)
Penilaian Lokasi
Daerah laut yang masih jauh dari suasana industri dan aktifitas
kapal besar,
mengandalkan suasana pantai yang asri dengan fasilitas wisata bangunan yang cukup tinggi. Fungsi sekitar merupakan tradisional serta tempat pencarian ikan bagi nelayan terdisional. (4)
Merupakan pangkalan AL serta terdapat juga restaurant seafood terlihat bentangan laut yang luas. (3)
Keadaan airnya kurang baik. Dapat melihat aktivitas para AL serta kapal AL.
(4)
(3) pusat kota Medan dan dekat dengan
pusat kota
Belawan.(5)
Pencapaian Tidak terlalu mudah, hanya dilalui oleh
angkutan umum
tertentu dengan waktu terbatas. (3) dekat dengan stasiun kereta api. (5)
Kebisingan Intensitas rendah (5) Intensitas rendah (5) Intensitas cukup tinggi (4)
Total Nilai 28 27 30
Peringkat 2 3 1
Sumber : Olah Data
Tabel 2.13 Penilaian Lokasi
2.4.3 Analisis Penetapan lokasi
Berdasarkan tabel penilaian lokasi yang telah dilakukan sebelumnya, maka ditetapkan lokasi perancangan untuk proyek Oceanarium ini yaitu di pantai Ocean Pasific kel. Bagan Deli Belawan. Tinjauan pemilihan lokasi di Medan-Belawan tepatnya di pantai Ocean Pasific sebagai lokasi perancangan Oceanarium, yaitu :
serta dapat ditempuh selama ± 1,5 jam dengan kendaraan umum.
Terdapat perairan atau laut yang menjadi kriteria utama dalam pemilihan lokasi perancangan.
Dekat dengan pelabuhan kapal Belawan yang merupakan pelabuhan kapal Internasional.
Kawasan Belawan merupakan kawasan yang akan menjadi pusat pengembangan kota Medan dalam RUTRK tahun 2006-2016.
Lokasi pantai Ocean Pasific merupakan kawasan wisata serta telah tersedia fasilitas penunjang seperti Cottage, Restaurant, taman bermain, dll.
2.4.3.1Letak dan Luas
Wilayah lokasi berada di kecamatan Medan Belawan dengan luas wilayah 2.625,01 Ha dan berada 3 meter di atas permukaan laut. Letak geografisnya adalah 030-480 Lintang Utara dan 980-420 Bujur Timur. Dengan batas-batas sebagai berikut : Batas Utara : Selat Malaka
Batas Timur : Kec. Percut Sei Tuan Batas Selatan : Kec. Medan Labuhan Batas Barat : Kec. Hamparan Perak
Sementara lokasi proyek terletak di Gadion Kel. Bagan Deli, dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas Utara : Selat Malaka Batas Timur : Selat Malaka
Batas Selatan : Kantor Metereologi Maritim Batas Barat : Pelabuhan Barang Belawan
Belawan dengan kota-kota sekitarnya seperti kota Medan.
Gambar 2.18 Peta Lokasi Site
Deskripsi Kondisi Existing Lokasi sebagai tapak rancangan Kasus Proyek : Oceanarium
Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Swasta
Lokasi Lahan : Kel. Bagan Deli, Belawan Batas Utara : Selat Malaka
Batas Selatan : Kantor Metereologi Maritim Batas Timur : Selat Malaka
Batas Barat : Pelabuhan Barang Belawan Luas Lahan : ± 3 Ha (± 30.000 m2)
KDB : 33 %
GSB : ½ n +1 (8 meter) Potensi lahan :
Terletak tidak jauh dari Ibu Kota Provinsi, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama ± 50 menit.
Akses pencapaian menuju lokasi sangat baik dengan keadaan jalan yang mulus dan lebar jalan yang cukup, serta terdapat Tol Belmera yang menghubungkan Medan-Belawan sehingga mempercepat dan mempermudah pencapaian.
Terletak tidak jauh dari stasiun kereta api yang menghubungkan Medan-Belawan, dapat ditempuh selama ± 10 menit.
Terletak dekat pelabuhan Internasional Belawan yang menjadi gerbang masuk ke Sumatera Utara baik dari domestik maupun mancanegara.
2.4.3.2Kondisi Fisik Lokasi
- Iklim
Iklim Medan Belawan adalah iklim tropis dengan 10 bulan basah dan 2 bulan kering. Curah hujan rata-rata per tahun 1807 mm, kelembaban udara 84.88%. Temperatur udara rata-rata 26.90C dengan iklim ekstrim mencapai 33.40C. Kecepatan angin maksimum 3.6 knots dan minimum 2.04 knots. Intensitas matahari 67.7%.
- Pengaruh Angin
Angin muson barat pada bulan November- April dari arah barat laut ke tenggara sementara angin muson timur berhembus dari arah Timur laut ke barat daya.
- Kualitas Udara
Kadar debu sekitar 120 ug/ m3 (masih di bawah batas minimum polusi udara yaitu 260ug/m3. Sedangkan titik kebisingan tertinggi terdapat di kawasan pelabuhan barang Belawan terutama di lokasi aktivitas bongkar muat peti kemas.
- Topografi
Tingkat kemiringan dasar laut 0-2% tiap kedalaman 30 cm. Kedalaman air laut berkisar 80-100 meter.
- Hidrologi dan Kualitas Air
Pada umumnya kualitas air sifat fisika masih di bawah ambang batas sedangkan sifat kimia pada umumnya telah melebihi ambang batas. Ini disebabkan oleh banyaknya bahan bakar minyak yang tumpah ke laut sehubungan dengan aktivitas perkapalan. Air disekitar lokasi memiliki banyak sampah pada tepiannya. Tetapi sesuai dengan asumsi yang telah dijelaskan bahwa hal tersebut tidak menjadi kendala dan dianggap masalah sampah telah teratasi.
- Oceanografi
berkisar 0,7 cm/ detik.
2.4.3.3Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Berdasarkan RUTRK, Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan disesuaikan menjadi 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan ( WPP ) , yaitu :
Tabel 13 RUTRK Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
WPP Cakupan
M. Labuhan BELAWAN