• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Nitrit Dalam Sosis Dan Daging Burger Sapi Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemeriksaan Nitrit Dalam Sosis Dan Daging Burger Sapi Secara Spektrofotometri Sinar Tampak"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN NITRIT DALAM SOSIS DAN DAGING

BURGER SAPI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK

SKRIPSI

OLEH:

AGREFINA BR SEMBIRING NIM 091524034

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PEMERIKSAAN NITRIT DALAM SOSIS DAN DAGING

BURGER SAPI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR

TAMPAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

AGREFINA BR SEMBIRING NIM 091524034

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PEMERIKSAAN NITRIT DALAM SOSIS DAN DAGING

BURGER SAPI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK

OLEH :

AGREFINA BR SEMBIRING NIM 091524034

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal : Juni 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. NIP. 195006071979031001 NIP 195008281976032002

Pembimbing II, Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP. 195006071979031001

Drs. Fathur Rahman H., M.Si., Apt. Drs. Maralaut Batubara ,M. Phill., Apt. NIP 195201041980031002 NIP 195101311976031003

Dra. Salbiah, M.Si., Apt. NIP 194810031987012001

Disahkan Oleh: Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang

telah melimpahkan rahmat, karunia dan kasihNya sehingga penulis dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Pemeriksaan Nitrit dalam Sosis dan Daging Burger Sapi secara

Spektrofotometri Sinar Tampak”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar

nitrit dalam sosis dan daging burger sapi yang beredar di Kota Medan. Kadar nitrit

di setiap sampel sosis dan daging burger sapi berbeda-beda. Kadar nitrit tidak ada

yang melewati batas maksimum.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

yang tulus kepada Ayahanda Drs. Ng. Sembiring dan Ibunda Ira Maria Surbakti

serta abang dan adik yang telah memberikan semangat, doa dan pengorbanan baik

moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan terima kasih

kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt, dan kepada Bapak Drs.

Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., atas waktu, bimbingan, kesabaran dan

tanggung jawab kepada penulis selama melakukan penelitian hingga selesainya

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. sebagai Dekan Fakultas

Farmasi, Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si.,Apt.,. sebagai dosen penasehat

akademik penulis, beserta seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi USU

Medan yang telah mendidik penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., Bapak Drs. Maralaut

Batubara, M.Phill., Apt.,dan Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt. selaku dosen

penguji yang telah memberikan petunjuk dan masukan kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Staf Laboratorium Biofarmasetika dan Farmakokinetika yang telah

memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas laboratorium selama penulis

melakukan penelitian.

4. Teman-teman mahasiswa Farmasi khususnya stambuk 2009 Farmasi

Ekstensi yang telah memberikan bantuan, dorongan dan semangat kepada

penulis serta ketulusan persahabatan yang terjalin selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna,

sehingga penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya

dibidang farmasi.

Medan, Juni 2011

Penulis,

(6)

PEMERIKSAAN NITRIT DALAM SOSIS DAN DAGING BURGER SAPI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

Abstrak

Nitrit adalah bahan tambahan pangan yang digunakan sebagai pengawet.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

722/MENKES/PER/IX/1988, penggunaan nitrit pada sosis dan daging burger memiliki batas maksimum yaitu 125 µg/ml. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah nitrit yang terdapat dalam daging olahan yakni sosis dan daging burger sapi yang berasal dari pasar tradisional dan supermarket di Kota Medan.

Sampel yang dianalisis adalah lima produk sosis dan tiga produk daging

burger sapi dari dua supermarket (Super Swalayan dan Berastagi Buah

Supermarket) dan dua produk daging burger sapi dari dua pasar tradisional (Pasar Tanjung Rejo/F dan Pasar Padang Bulan/G). Penetapan kadar nitrit dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pereaksi warna N-(1-naftil) etilen diamin dihidroklorida pada panjang gelombang maksimum 537 nm.

Hasil identifikasi menunjukkan semua sampel yang ditentukan mengandung nitrit. Kadar nitrit yang diperoleh berturut-turut dalam sosis adalah 83,8609 mg/kg (Uenak); 33,9024 mg/kg (Champ); 79,0323 mg/kg (Vida); 19,8932 mg/kg (Kimbo); dan 48,2759 mg/kg (Vigo). Kadar nitrit dalam daging

burger sapi tidak bermerek adalah 22,2113 mg/kg (F); 12,4736 mg/kg (G). Kadar

nitrit dalam daging burger sapi bermerk adalah 29,9118 mg/kg (Vida); 17,2134 mg/kg (Vigo); dan 15,1936 mg/kg (Fino).

Semua sampel yang ditentukan kadarnya memenuhi persyaratan yang ditetatapkan. Uji validasi yang dilakukan terhadap metode yang dipakai memberikan hasil rerata perolehan kembali yaitu 92,7785% dan Relatif Standar Deviasi (RSD) yaitu 0,6256%. Ini menunjukkan metode ini memberikan akurasi dan presisi yang baik dengan batas deteksi (LOD) 1,4491 mg/kg dan batas kuantitasi (LOQ) 4,8826 mg/kg.

(7)

DETERMINATION OF NITRITE IN SAUSAGE AND BEEF BURGER BY VISIBLE SPECTROPHOTOMETRY

Abstract

Nitrite is one of food additives that used as preservatives. According to the requirement of the Minister of Health of Indonesia Republic number 722/MENKES/PER/IX/1988, an upper limit level of nitrite in sausage and beef burger is 125 µg/ml. The aim of this research was to determine nitrite in meat such as sausage and beef burger from traditional market and supermarket in Medan.

The samples analyzed included five products of sausage and three products of beef burger from two markets (Super Swalayan dan Berastagi Buah Supermarket), and two products of beef burger from two traditional markets (Pasar Tanjung Rejo/A dan Pasar Padang Bulan/B). The analysis method used for determination of nitrite was visible spectrophotometry using sulfanilate acid and sulcolour’s reagent N-(1-naftil) etilen diamine dihydrochloride with maximum wavelength of 537 nm.

The result indicated that all samples contained nitrite. Nitrite concentration in sausage was 83,8609 mg/kg (Uenak); 33,9024 mg/kg (Champ); 79,0323 mg/kg (Vida), 19,8932 mg/kg (Kimbo); and 48,2759 mg/kg (Vigo). Concentration of nitrite in beef burger from traditional market was 22,2113 mg/kg (F); 2,4736 mg/kg (G). Concentration of nitrite in beef burger from supermarket was 29,9118 mg/kg (Vida); 17,2134 mg/kg (Vigo); and 15,1936 mg/kg (Fino).

All of the samples of sausage and beef burger that contain nitrite do not exceed concentration maximum. The validation test by this method gived the recovery result was 92,7785% and relatives standard deviation (RSD) was 0,6256%. The result indicated that this method had a good accuracy and precision with limit of detection (LOD) was 1,4491 mg/kg and limit of quantitation (LOQ) was 4,8826 mg/kg.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Daging ... 4

2.1.1 Sosis ... 4

2.1.2 Daging Sapi Olahan untuk Burger ... 5

2.2 Nitrit ... 6

2.3 Efek Toksik Nitrit ... 8

2.4 Analisis Nitrit ... 10

2.4.1 Pemeriksaan Kualitatif Nitrit ... 10

2.4.2 Penetapan Kadar Nitrit ... 11

2.5 Validasi…….. ... 13

2.5.1 Perolehan Kembali ... 14

2.5.2 Batas Deteksi ... 15

2.5.2 Batas Kuantitasi ... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 16

(9)

3.2 Alat-alat ... 16

3.3 Bahan-bahan ... 16

3.4 Prosedur ... 17

3.4.1 Pembuatan Pereaksi ... 17

3.4.2 Larutan Induk Baku... 17

3.4.3 Identifikasi Nitrit ... 17

3.4.4 Penetapan Kadar Nitrit ... 18

3.4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Nitrit Baku ... 18

3.4.4.2 Penentuan Waktu Kerja Nitrit Baku ... 18

3.4.4.3 Penentuan Kurva Kalibrasi Nitrit Baku ... 19

3.4.4.4 Penentuan Kadar Nitrit dalam Sosis dan Daging Burger Sapi ... 19

3.4.4.5 Uji Perolehan Kembali ... 20

3.4.4.6 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 20

3.4.4.7 Analisis Data secara Statistik ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Sampel ... 22

4.2 Identifikasi Nitrit dalam Sampel ... 23

4.3 Penetapan Kadar Nitrit ... 24

4.3.1 Kurva Serapan ... 24

4.3.2 Kurva Waktu Kerja ... 25

4.3.3 Kurva Kalibrasi ... 26

4.3.4 Kadar Nitrit dalam Sosis dan Daging Burger Sapi ... 27

4.3.5 Validasi Metode ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Nitrit pada Berbagai Sampel ... 13

Tabel 4.1. Hasil survey berbagai merk Sosis d an Daging Burger Sapi di

supermarket dan Pasar Tradisional pada Bulan Januari 2011…… 22

Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Nitrit dalam Sampel ... 23

Tabel 4.3 Kadar Nitrit pada Sosis dan Daging Burger Sapi ... 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Kurva serapan nirit baku dengan konsentrasi 0,8000 µg/ml secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 400 – 800 nm ... 24

Gambar 4.2 Kurva waktu kerja nitrit baku dengan konsentrasi

0,8000 µg/ml secara spektrofotometri sinar tampak pada

panjang gelombang 537 nm ... 25

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi nitrit baku dengan berbagai konsentrasi pada panjang gelombang maksimum 537 nm secara

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sampel ... 33

Lampiran 2. Perhitungan persamaan regresi ... 37

Lampiran 3. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 38

Lampiran 4. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Sosis Merk Uenak……… 39

Lampiran 5. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Sosis Merk Champ ... 41

Lampiran 6. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Sosis Merk Vida 43

Lampiran 7. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Sosis Merk Kimbo ... 46

Lampiran 8. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Sosis Merk Vigo ... 49

Lampiran 9. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Daging Burger Sapi Tidak Bermerk (A) ... 51

Lampiran 10. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Daging Burger Sapi Tidak Bermerk (B) ... 53

Lampiran 11. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Daging Burger Sapi Merk Vida ... 56

Lampiran 12. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Daging Burger Sapi Merk Vigo ... 58

Lampiran 13. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada

Daging Burger Sapi Merk Fino ... 61

Lampiran 14. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Perolehan

Kembali Nitrit pada Daging Burger Sapi Merk Champ... 63

Lampiran 15. Contoh Perhitungan Kadar Nitrit dalam Sosis merk

Champ ... 64

Lampiran 16. Contoh Perhitungan Perolehan Kembali (%) Sosis merk

(13)

Lampiran 17. Penentuan Waktu Kerja ... 66

Lampiran 18. Daftar Nilai Distribusi t ... 67

Lampiran 19. Tabel Konsentrasi Larutan Nitrit Baku ... 68

Lampiran 20. Sampel ... 69

Lampiran 21. Uji Kualitatif Sampel ... 71

(14)

PEMERIKSAAN NITRIT DALAM SOSIS DAN DAGING BURGER SAPI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

Abstrak

Nitrit adalah bahan tambahan pangan yang digunakan sebagai pengawet.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

722/MENKES/PER/IX/1988, penggunaan nitrit pada sosis dan daging burger memiliki batas maksimum yaitu 125 µg/ml. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah nitrit yang terdapat dalam daging olahan yakni sosis dan daging burger sapi yang berasal dari pasar tradisional dan supermarket di Kota Medan.

Sampel yang dianalisis adalah lima produk sosis dan tiga produk daging

burger sapi dari dua supermarket (Super Swalayan dan Berastagi Buah

Supermarket) dan dua produk daging burger sapi dari dua pasar tradisional (Pasar Tanjung Rejo/F dan Pasar Padang Bulan/G). Penetapan kadar nitrit dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pereaksi warna N-(1-naftil) etilen diamin dihidroklorida pada panjang gelombang maksimum 537 nm.

Hasil identifikasi menunjukkan semua sampel yang ditentukan mengandung nitrit. Kadar nitrit yang diperoleh berturut-turut dalam sosis adalah 83,8609 mg/kg (Uenak); 33,9024 mg/kg (Champ); 79,0323 mg/kg (Vida); 19,8932 mg/kg (Kimbo); dan 48,2759 mg/kg (Vigo). Kadar nitrit dalam daging

burger sapi tidak bermerek adalah 22,2113 mg/kg (F); 12,4736 mg/kg (G). Kadar

nitrit dalam daging burger sapi bermerk adalah 29,9118 mg/kg (Vida); 17,2134 mg/kg (Vigo); dan 15,1936 mg/kg (Fino).

Semua sampel yang ditentukan kadarnya memenuhi persyaratan yang ditetatapkan. Uji validasi yang dilakukan terhadap metode yang dipakai memberikan hasil rerata perolehan kembali yaitu 92,7785% dan Relatif Standar Deviasi (RSD) yaitu 0,6256%. Ini menunjukkan metode ini memberikan akurasi dan presisi yang baik dengan batas deteksi (LOD) 1,4491 mg/kg dan batas kuantitasi (LOQ) 4,8826 mg/kg.

(15)

DETERMINATION OF NITRITE IN SAUSAGE AND BEEF BURGER BY VISIBLE SPECTROPHOTOMETRY

Abstract

Nitrite is one of food additives that used as preservatives. According to the requirement of the Minister of Health of Indonesia Republic number 722/MENKES/PER/IX/1988, an upper limit level of nitrite in sausage and beef burger is 125 µg/ml. The aim of this research was to determine nitrite in meat such as sausage and beef burger from traditional market and supermarket in Medan.

The samples analyzed included five products of sausage and three products of beef burger from two markets (Super Swalayan dan Berastagi Buah Supermarket), and two products of beef burger from two traditional markets (Pasar Tanjung Rejo/A dan Pasar Padang Bulan/B). The analysis method used for determination of nitrite was visible spectrophotometry using sulfanilate acid and sulcolour’s reagent N-(1-naftil) etilen diamine dihydrochloride with maximum wavelength of 537 nm.

The result indicated that all samples contained nitrite. Nitrite concentration in sausage was 83,8609 mg/kg (Uenak); 33,9024 mg/kg (Champ); 79,0323 mg/kg (Vida), 19,8932 mg/kg (Kimbo); and 48,2759 mg/kg (Vigo). Concentration of nitrite in beef burger from traditional market was 22,2113 mg/kg (F); 2,4736 mg/kg (G). Concentration of nitrite in beef burger from supermarket was 29,9118 mg/kg (Vida); 17,2134 mg/kg (Vigo); and 15,1936 mg/kg (Fino).

All of the samples of sausage and beef burger that contain nitrite do not exceed concentration maximum. The validation test by this method gived the recovery result was 92,7785% and relatives standard deviation (RSD) was 0,6256%. The result indicated that this method had a good accuracy and precision with limit of detection (LOD) was 1,4491 mg/kg and limit of quantitation (LOQ) was 4,8826 mg/kg.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau sering disebut Bahan Tambahan

Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk

mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Salah satu BTM adalah nitrit yang

dipakai sebagai zat pengawet dalam pengolahan daging (Yuliarti, 2007).

Seiring berkembangnya industri makanan maka banyak pula produk

daging yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet,

menarik dan lebih praktis dibandingkan produk segarnya seperti sosis, kornet

daging sapi dan burger. Agar produk tahan lama, maka pada tahap pembuatannya

sering ditambahkan nitrat atau nitrit dalam bentuk garamnya.

Nitrit ditambahkan dengan tujuan untuk mengembangkan warna daging

menjadi lebih cerah, mempercepat proses curing, antimikrobial yang mempunyai

pengaruh bakteriostatik, sebagai agensia yang mampu memperbaiki flavor dan

antioksidan (Soeparno, 1994). Nitrit merupakan antioksidan yang efektif

menghambat pembentukan WOF (Warmed-Over Flavor) pada produk daging

yang dimasak (Raharjo, 2006).

Saat ini masyarakat lebih menyukai makanan siap saji seperti sosis dan

daging burger. Mengingat perubahan pola konsumsi makan masyarakat dan

adanya kemungkinan penggunaan nitrit yang melebihi batas penggunaan dapat

menimbulkan efek toksik. Dosis nitrit yang lebih dari 15-20 mg/kg BB bisa

menyebabkan kematian (Soeparno, 1994). Penggunaan nitrit perlu dibatasi karena

(17)

nitrosamin. Reaksi pembentukan nitrosamin dapat terjadi dalam makanan dan

dalam suasana asam lambung (Lawrie, 2003).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 tahun 1988,

penggunaan nitrit maksimum pada daging olahan dan daging awetan yakni 125

µg/ml dan untuk korned kaleng 50 µg/ml (Badan Standardisasi Nasional, 2001).

Penetapan kadar nitrit dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain

spektrofotometri sinar tampak dan volumetri yaitu permanganometri dan

serimetri. (Herlich, 1990; Vogel, 1994). Penelitian tentang kadar nitrit dalam

korned sapi kalengan, daging burger sapi dan sop daging sapi telah dilakukan

sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rangkuti (2008),

Cory (2009) dan Alamsyah (2009) diperoleh hasil bahwa pada daging burger sapi

mengandung nitrit yang kadarnya masih memenuhi persyaratan. Namun pada

korned sapi kalengan mengandung nitrit yang melebihi batas maksimum yang

diizinkan. Pada sop daging sapi yang dijual di rumah makan di Kota Medan

mengandung nitrit yang tidak melebihi persyaratan yang ditetapkan.

Berdasarkan hal di atas, penulis melakukan identifikasi sekaligus

menentukan kadar nitrit pada sosis dan daging burger yang beredar di Kota

Medan. Pada penelitian ini digunakan metode spektrofotometri sinar tampak

karena memiliki kelebihan dimana alat yang digunakan lebih sensitif sehingga

diperoleh hasil yang lebih akurat. Metode spektrofotometri sinar tampak

berdasarkan atas reaksi diazotasi dimana senyawa amin primer aromatik

dikopling dengan N-(1-naftil) etilen diamin dihidroklorida (NED). Dengan adanya

nitrit maka akan menghasilkan senyawa yang berwarna ungu kemerahan yang

(18)

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah nitrit terdapat pada sosis dan daging burger sapi yang dijual di

Kota Medan?

2. Apakah kadar nitrit pada pada sosis dan daging burger sapi yang dijual di

Kota Medan memenuhi persyaratan?

1.3Hipotesis

1. Nitrit terdapat pada sosis dan daging burger sapi yang dijual di Kota

Medan.

2. Kadar nitrit pada sosis dan daging burger sapi yang dijual di Kota Medan

memenuhi persyaratan.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya nitrit pada sosis dan daging burger sapi

yang dijual di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kadar nitrit pada sosis dan daging burger sapi yang

dijual di Kota Medan.

1.5Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam mengkonsumsi produk sosis dan

daging burger sapi di Kota Medan.

2. Hasil penelitian dapat menjadi sumber data dalam pengawasan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daging

Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak

menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 1994).

Komposisi daging terdiri dari 75% air, 19% protein, 3,5% substansi non protein

yang larut, dan 2,5% lemak (Lawrie, 2003). Daging dapat dibagi dalam dua

kelompok yaitu daging segar dan daging olahan. Daging segar ialah daging yang

belum mengalami pengolahan dan dapat dijadikan bahan baku pengolahan

pangan. Sedangkan daging olahan adalah daging yang diperoleh dari hasil

pengolahan dengan metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan, misalnya

sosis, dendeng, daging burger dan daging olahan dalam kaleng dan sebagainya

(Desroiser, 1988).

Kontaminasi bakteri dapat menyebabkan perubahan warna dan bau.

Selama proses memasak, warna daging dapat mengalami perubahan dan kurang

menarik (Putra, 2008). Warna daging segar adalah warna merah terang dari

oksimioglobin, warna daging yang dimasak adalah warna coklat dari globin

hemikromogen, warna daging yang ditambahkan nitrit adalah warna merah gelap

dari nitrikoksidamioglobin dan bila dimasak (Soeparno, 1994).

2.1.1 Sosis

Sosis (dalam bahasa Inggris sausage) berasal dari bahasa Latin salsus yang

artinya asin adalah suatu

dan

(20)

seringkali menggunakan bahan

misalnya dengan

Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada

sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya

nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat. Sosis daging

sapi dapat mengandung air sampai 60% (Soeparno, 1994). Menurut Standar

Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995), sosis yang baik harus mengandung

protein minimal 13%, lemak maksimal 25% dan karbohidrat maksimal 8%.

2.1.2 Daging Sapi Olahan untuk Burger

Burger merupakan produk daging giling segar. Daging burger sapi

merupakan produk olahan daging sapi yang digiling dan dihaluskan, dicampur

bumbu dan kemudian diaduk dengan lemak hingga tercampur rata dengan proses

kuring (Soeparno, 1994). Bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan burger

adalah daging giling atau cacah, lemak, bahan pengikat, bahan pengisi dan aneka

bumbu (Senior, 2006).

Bahan pengikat adalah material bukan daging yang dapat meningkatkan

daya ikat air-daging dan emulsifikasi lemak. Bahan pengikat terutama berasal dari

susu kering dan produk kedelai misalnya tepung kedelai. Bahan pengisi adalah

bahan yang mampu mengikat sejumlah air tetapi mempunyai pengaruh kecil

terhadap emulsifikasi (Soeparno, 1994). Bahan pengisi yang umum digunakan

adalah tepung terigu, tapioka dan sagu (Senior, 2006). Lemak ditambahkan untuk

memberikan rasa lezat. Penyedap dan bumbu mempunyai pengaruh preservatif

terhadap produk daging proses namun terutama ditujukan untuk menambah atau

(21)

Bahan tambahan pangan yang sering digunakan adalah pemanis, pengawet

dan pewarna. Pemanis yang dipakai adalah sukrosa, dekstrosa, laktosa dan sirop

jagung. Di dalam burger sering ditambahkan pewarna buatan khususnya pewarna

merah. Selain itu untuk memperkuat cita rasa pada burger juga biasa ditambahkan

flavor daging seperti daging sapi dan daging ayam. Bahan tambahan pangan yang

sering digunakan sebagai pengawet adalah nitrit (Senior, 2006).

2.2 Nitrit

Nitrit adalah senyawa nitrogen yang reaktif. Kalium nitrat dan nitrit serta

natrium nitrat dan nitrit telah digunakan dalam daging olahan (kuring) selama

berabad-abad (Silalahi, 2005). Penggunaan bahan ini menjadi semakin luas karena

manfaat nitrit dalam pengolahan daging (seperti sosis, korned, dan burger) selain

sebagai pembentuk warna dan bahan pengawet antimikroba, juga berfungsi

sebagai pemberi aroma dan cita rasa (Cahyadi, 2006). Curing adalah cara proses

daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam NaCl, Natrium nitrit

dan atau Natrium nitrat dan gula serta bumbu-bumbu (Harris, 1989). Maksud

curing antara lain adalah untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur

dan kelezatan yang baik dan memperpanjang masa simpan produk daging. Produk

daging yang diproses dengan curing disebut daging cured (Soeparno, 1994).

Menurut Winarno (2004), Pada umumnya proses curing terjadi karena:

a. Reaksi biologis yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan NO, yang

mampu mereduksi ferri menjadi ferro.

b. Terjadinya denaturasi globin oleh panas. Bila daging yang di-curing

(22)

c. Hasil akhir curing daging membentuk pigmen nitrosilmioglobin bila tidak

dimasak, dan nitrosilhemokromogen bila telah dimasak.

Nitrit mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri, terutama

bakteri patogen Clostridium botulinum (Silalahi, 2005). Bakteri ini merupakan

mikroorganisme patogenik paling berbahaya dan sangat fatal yang dapat

mengkontaminasi daging cured. Nitrit menghambat produksi toksin Clostridium

botulinum dengan menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora.

Keracunan makanan yang disebabkan oleh toksin Clostridium botulinum disebut

botulisme (Soeparno, 1994).

Nitrit juga merupakan antioksidan yang efektif menghambat pembentukan

WOF (Warmed-Over Flavor) yaitu berubahnya warna, aroma dan rasa yang tidak

menyenangkan pada produk daging yang telah dimasak. Penambahan nitrit pada

konsentrasi 156 mg/kg cukup efektif menghambat pembentukan WOF dan

menurunkan angka TBA pada produk daging sapi dan ayam. TBA (Thio

Barbiturat Acid) adalah senyawa yang dapat bereaksi dengan senyawa aldehid

membentuk warna merah yang bisa diukur menggunakan spektrofotometer.

Angka TBA adalah angka yang dipakai untuk menentukan adanya ketengikan dari

senyawa aldehid yang dihasilkan dari oksidasi minyak atau lemak (Raharjo,

2006).

Sumber utama nitrit secara umum adalah makanan, terutama sayuran dan

air minum. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemakaian pupuk pada sayuran.

Jika pupuk urea banyak digunakan akan berdampak pada manusia melalui

sayuran, terutama berdaun hijau serta sayuran dari umbi dan air minum. (Silalahi,

(23)

2.3 Efek Toksik Nitrit

Efek toksis nitrit adalah methaemoglobinemia, yaitu hemoglobin yang di

dalamnya ion Fe2+ diubah menjadi ion Fe3+ dan kemampuannya mengangkut

oksigen telah berkurang. Darah manusia secara normal mengandung

methaemoglobin pada konsentrasi tidak melebihi 2% (Muchtadi, 2008).

Kandungan methaemoglobin menjadi 30-40% dapat menyebabkan gejala klinis

berkaitan dengan kekurangan oksigen dalam darah (hipoxia). Penderita menjadi

pucat, kulit menjadi biru (cianosis), sesak nafas, muntah dan shock. (Cahyadi,

2006). Kematian dapat terjadi jika kadarnya mencapai 70% (Silalahi, 2005).

Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet untuk mempertahankan

warna daging atau ikan ternyata menimbulkan efek yang membahayakan. Nitrit

dapat berikatan dengan amino atau amida dan membentuk turunan nitrosamin

yang bersifat toksik. Nitrosamin merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik.

Nitrosamin dapat menimbulkan tumor pada bermacam-macam organ, termasuk

hati, ginjal, kandung kemih, paru-paru, lambung, saluran pernapasan, pankreas

dan lain-lain (Muchtadi, 2008).

Senyawa nitrosamin yang dihasilkan dari reaksi nitrit dengan amin

sekunder merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik. Amin-amin sekunder

yang paling banyak ditemukan didalam daging adalah piperidin, dietil amin,

pirolidin dan dimetil amin (Lawrie, 2003). Agen nitrosasi yang paling penting

dalam pembentukan nitrosamin adalah N2O3 yang mudah terbentuk dari nitrit

dalam suasana asam. N2O3 bereaksi dengan pasangan elektron bebas yang ada

pada amin sekunder membentuk nitrosamin. Kondisi pH yang optimum untuk

(24)

biasanya lebih tinggi dari pH 3,5, biasanya tingkat keasaman makanan cukup

untuk memicu reaksi nitrosasi dengan laju yang lebih lambat dari maksimum.

Keasaman lambung mendekati pH 2,5-3,5 sehingga akan menjadi kondisi yang

cukup baik untuk reaksi nitrosasi (Silalahi, 2005).

Beberapa contoh senyawa nitrosamin adalah nitrosodimetilamin,

nitrosodietilamin, nitrosopiperidin,dan nitrosopirolidin. Nirosodimetilamin dapat

menimbulkan resiko kanker yang lebih berbahaya daripada nitrosopirolidin.

Konsentrasi nitrosodimetilamin sampai 5 ppb di dalam daging dapat bersifat

karsinogenik (Soeparno, 1994). Menurut Silalahi (2005), nitrosodimetilamin

bersifat karsinogenik paling kuat diantara karsinogen kimia.

Untuk mencegah terbentuknya nitrosamin maka dianjurkan untuk

menambahkan zat yang dapat menghambat proses tersebut misalnya asam

askorbat (Silalahi, 2005). Di Amerika dianjurkan penambahan asam askorbat

sebanyak 550 mg/kg dalam daging olahan melalui reaksi sebagai berikut ini:

asam askorbat + N2O3 asam dehidroaskorbat + 2NO + H2O

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 tahun 1988,

penggunaan nitrit maksimum pada daging olahan dan daging awetan yakni 125

µg/ml dan untuk korned kaleng 50 µ g/ml (Badan Standardisasi Nasional, 2001).

Batas penggunaan nitrit di negara-negara barat telah diturunkan dari 150 ppm

menjadi 50 ppm saja karena telah terbukti adanya kemungkinan terbentuknya

senyawa nitrosamin. Nitrosamin merupakan sekelompok senyawa kimia yang

bersifat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker (Harris, 1989).

2.4 Analisis Nitrit

(25)

Pemeriksaan kualitatif nitrit dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu

menggunakan asam sulfanilat dan larutan NED, serbuk antipirin, dan serbuk

kalium iodida. Larutan yang mengandung nitrit bila ditambahkan beberapa tetes

larutan asam sulfanilat dan larutan NED, dibiarkan selama beberapa menit akan

memberikan hasil warna ungu merah (Vogel, 1990). Persamaan reaksinya adalah:

+ HCl HNO2 + NaCl

NaNO2

NH2

N HSO3 +HNO2 HSO3 N Cl

Asam sulfanilat Garam diazonium

+HCl +2H2O

N

HSO3 N Cl +

NHCH2CH2NH2

Garam diazonium NED

HCl N

HSO3 N NHCH

2CH2NH2 +

Senyawa azo (merah)

Larutan yang mengandung nitrit, dipekatkan diatas penangas air,

kemudian pada sisa larutan diteteskan beberapa tetes asam klorida encer dan

ditambahkan sedikit serbuk antipirin, kemudian diaduk akan memberikan hasil

warna hijau (Roth, 1988). Persamaan reaksinya adalah:

(26)

N

N CH3

CH3

O

+ HNO2 N

N CH3

CH3 O

NO

+ H2O

Antipirin 4-Nitrosoantipirin

Larutan yang mengandung nitrit, ditambahkan sedikit serbuk kalium

iodida lalu diasamkan dengan asam klorida encer, iod akan dibebaskan, yang

dapat diidentifikasi dengan pasta kanji memberikan hasil warna biru (Roth, 1988).

Persamaan reaksinya adalah:

NaNO2+HCl HNO2 + NaCl

KI + HCl KCl + HI

2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2 H2O

I2 + kanji kanji Iod (biru)

2.4.2 Penetapan Kadar Nitrit

Penetapan kadar nitrit dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain

spektrofotometri sinar tampak dan volumetri. Metode spektrofotometri sinar

tampak digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif nitrit dengan pereaksi asam

sulfanilat dan NED yang membentuk warna ungu merah dan dapat diukur dengan

panjang gelombang maximum 540 nm (Herlich, 1990; Vogel, 1994). Metode ini

berdasarkan atas reaksi diazotasi dimana senyawa amin primer aromatik

dikopling dengan N-(1-naftil) etilen diamin dihidroklorida (NED). Dengan adanya

nitrit maka akan menghasilkan senyawa yang berwarna ungu kemerahan yang

(27)

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu

molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan

kuantitatif. Bila suatu molekul dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul

tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Hukum

Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diserap oleh larutan zat

berbanding lurus dengan tebal dan kosentrasi larutan dan berbanding terbalik

dengan transmitan. (Day, 2002; Rohman, 2007). Menurut Day (2002), hukum

tersebut dituliskan dengan:

A = abc = log 1/T

Keterangan : A = absorbansi (energi radiasi yang diserap oleh molekul)

a = koefisien ekstingsi

b = tebal sel (cm)

c = konsentrasi analit

T = transmitan (energi radiasi yang dilewatkan)

Pada analisis menggunakan alat spektrofotometri sinar tampak dilakukan

pemilihan panjang gelombang dan pembuatan kurva kalibrasi. Panjang gelombang

yang digunakan adalah panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimum

dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Kurva kalibrasi menunjukkan

hubungan antara absorbansi dan konsentrasi baku sehingga diperoleh persamaan

regresi linier. Persamaan regresi ini dipakai untuk menghitung kadar dalam

sampel (Rohman, 2007).

Penetapan kadar nitrit dengan metode volumetri dilakukan secara

permanganometri dan serimetri. Permanganometri adalah suatu cara titrasi

(28)

(IV) sulfat dimana kelebihan serium (IV) sulfat dititrasi dengan amonium besi (II)

sulfat dan asam N-fenilantranilat sebagai indikator. Tetapkan volume larutan

serium (IV) sulfat standar yang telah bereaksi dengan larutan nitrit, dan dihitung

kadar nitrit (Vogel,1994).

Penelitian tentang penetapan kadar nitrit dalam makanan telah dilakukan

sebelumnya. Diantaranya pada sampel korned sapi kalengan, daging burger sapi

dan sop daging sapi. Metode yang dipakai pada pemeriksaan korned sapi

kalengan, daging burger sapi dan sop daging sapi tersebut adalah spektrofotometri

sinar tampak dimana digunakan pereaksi asam sulfanilat dan NED. Hasil dapat

dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Hasil pemeriksaan kadar nitrit pada berbagai sampel

No Kode Sampel Kadar Nitrit (mg/kg) Referensi

1. Korned sapi kalengan 70,34-109,75 Rangkuti, 2008

2. Daging burger sapi 40,00-160,00 Cory, 2009

3. Sop daging sapi 64,67-101,45 Alamsyah, 2009

2.5 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada

prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut

memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter validasi adalah

kecermatan (accuracy), keseksamaan (precision), selektivitas (spesifitas),

linieritas dan rentang, batas deteksi dan batas kuantitasi, ketangguhan metode

(rugged-ness), dan kekuatan (robustness) (Harmita, 2004). Validasi dilakukan

(29)

reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

Beberapa parameter analisis dalam validasi diuraikan di bawah ini.

2.5.1 Perolehan Kembali

Persen perolehan kembali digunakan untuk menyatakan kecermatan.

Kecermatan merupakan ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis

dengan kadar analit sebenarnya. Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara

yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku

(standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni

pembanding kimia ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan

farmasi (plasebo) lalu dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit

yang ditambahkan. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah

analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa lalu dianalisis lagi

dengan metode tersebut. Perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut (Harmita, 2004) :

% perolehan kembali = * x100

C C C

A A F

Keterangan :

F

C = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku

A

C

= konsentrasi sampel awal

A

C* = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan

2.5.2 Batas Deteksi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit yang masih dapat dideteksi.

(30)

sampai 10 kali. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

(Rohman, 2007) :

Batas Deteksi =

Slope SD 3

Keterangan : SD = simpangan baku

2.5.3 Batas Kuantitasi

Batas kuantitas adalah jumlah terkecil analit yang masih dapat diukur

dalam kondisi percobaan yang sama dan masih memenuhi kriteria cermat. Batas

kuantitas dapat diperoleh dengan mempersiapkan larutan standar kemudian

dianalisis sebanyak 6 sampai 10 kali. Batas kuantitas dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut (Rohman, 2007) :

Batas Kuantitasi =

Slope SD 10

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biofarmasetika dan Farmakokinetika,

Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan pada Bulan Februari 2011

hingga April 2011.

3.1 Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif.

Sebagai lokasi pengambilan sampel didata beberapa supermarket dan pasar

tradisional, kemudian dipilih dua lokasi supermarket yang paling lengkap menjual

produk sosis dan daging burger sapi serta pasar tradisional yang banyak

dikunjungi masyarakat Medan. Sampel yang digunakan sebanyak sepuluh buah

yang terdiri dari lima produk sosis dan tiga produk daging burger sapi yang dijual

di supermarket (Super Swalayan dan Berastagi Buah Supermarket) dan dua

produk daging burger sapi yang dijual di pasar tradisional (Pasar Tradisional

Tanjung Rejo dan Pasar Tradisional Padang Bulan).

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer

UV-Visibel (Shimadzu mini 1240), neraca listrik (AND GF-200), blender,

hotplate, magnetic stirer, penangas air, termometer dan alat-alat gelas.

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis

(32)

etilendiamin dihidoklorida (NED), asam klorida, asam asetat glasial, antipirin

(PT. Brataco) dan air suling (PT. Rudang Jaya).

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan Pereaksi

Pereaksi yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam asetat

15% (v/v), larutan NED, dan larutan asam sulfanilat. Larutan asam asetat 15%

(v/v) dibuat dengan cara diencerkan 75 ml asam asetat glasial dengan air suling

dalam labu tentukur 500 ml. Larutan NED dibuat dengan cara dilarutkan 0,350 g

N-(1 naftil) etilendiamin dihidroklorida ke dalam 250 ml asam asetat 15% v/v.

Jika perlu disaring dan simpan di dalam botol berwarna coklat. Larutan asam

sulfanilat dibuat dengan cara dilarutkan 0,850 g asam sulfanilat di dalam 250 ml

asam asetat 15% v/v. Jika perlu disaring dan simpan di dalam botol berwarna

coklat (AOAC, 1990).

3.4.2 Larutan Induk Baku

Serbuk natrium nitrit dikeringkan pada suhu 110° C selama satu jam,

kemudian didinginkan dalam desikator. Ditimbang 100 mg natrium nitrit yang

telah dikeringkan dan didinginkan, kemudian dipindahkan dalam labu tentukur

100 ml secara kuantitatif dan dilarutkan dengan air suling, lalu dicukupkan

volumenya sampai garis tanda (C = 1000,0 µg/ml) (LIB I). Dipipet 1 ml LIB I di

atas dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu diencerkan dengan air

suling sampai garis tanda (C = 10,0 µg/ml) (LIB II).

3.4.3 Identifikasi Nitrit

Identifikasi nitrit dilakukan dengan cara sebagai berikut. Diambil sebagian

(33)

glass, ditambahkan air suling secukupnya, dipanaskan di atas penangas air

beberapa saat sambil diaduk-aduk, kemudian dinginkan dan disaring. Lalu

dilakukan identifikasi yaitu:

a) Dimasukkan filtrat ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan

beberapa tetes larutan asam sulfanilat dan larutan NED lalu dikocok.

Dibiarkan selama beberapa menit, warna ungu merah menunjukkan

adanya nitrit (Vogel, 1990).

b) Dimasukkan filtrat ke dalam cawan porselin, kemudian dipekatkan di atas

penangas air, kemudian pada sisa larutan diteteskan beberapa tetes asam

klorida encer dan ditambahkan sedikit serbuk antipirin, kemudian diaduk,

warna hijau menunjukkan adanya nitrit (Roth, 1988).

3.4.4 Penetapan Kadar Nitrit

3.4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Nitrit Baku

Dipipet 4 ml LIB II dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml,

ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit,

ditambahkan 2,5 ml pereaksi NED dan dicukupkan dengan air suling sampai garis

tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada panjang gelombang 400-800

nm dengan blanko air suling (C = 0,8 µ g/ml).

3.4.4.2 Penentuan Waktu Kerja Nitrit Baku

Dipipet 4 ml LIB II dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml,

ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit,

ditambahkan 2,5 ml pereaksi NED dan dicukupkan dengan air suling sampai garis

tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada panjang gelombang

(34)

3.4.4.3 Penentuan Kurva Kalibrasi Nitrit Baku

Prosedur pembuatan kurva kalibrasi natrium nitrit baku merupakan

prosedur berdasarkan Herlich (1990). Dari LIB II dengan konsentrasi 10,0 µg/ml,

dipipet masing-masing sebanyak 2, 3, 4, 5, dan 6 ml (0,4 µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8

µg/ml; 1,0 µg/ml; 1,2 µg/ml). Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml. Ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat pada setiap labu tentukur

kemudian dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml pereaksi NED, dikocok

dan diencerkan sampai garis tanda dengan air suling dan dihomogenkan. Diukur

serapan setelah menit ke-24 dimana warna stabil pada panjang gelombang

maksimum 537 nm.

3.4.4.4 Penentuan Kadar Nitrit dalam Sosis dan Daging Burger Sapi

Prosedur penentuan kadar nitrit dalam sosis dan daging burger sapi

merupakan prosedur berdasarkan Herlich (1990). Ditimbang 10 g sampel yang

telah dihaluskan. Dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, kemudian

ditambahkan air suling panas (± 800C) sampai volume 150 ml. Diaduk hingga

homogen dengan batang pengaduk dan dipanaskan di atas penangas air, panaskan

selama 2 jam sambil diaduk. Dinginkan sampai suhu kamar dan pindahkan secara

kuantitatif ke dalam labu ukur 250 ml. Ditambah air suling sampai garis tanda,

homogenkan dan saring. Filtrat pertama ± 50 ml dibuang. Dipipet 10 ml filtrat dan

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam

sulfanilat lalu dikocok, didiamkan selama 5 menit, kemudian ditambahkan 2,5 ml

pereaksi NED, dikocok, dicukupkan sampai garis tanda dengan air suling dan

dikocok hingga homogen. Diukur serapan setelah menit ke-24 dimana warna

(35)

3.4.4.5 Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan larutan baku

natrium nitrit yang jumlahnya diketahui ke dalam sampel kemudian dianalisis

dengan perlakuan yang sama seperti pada sampel. Menurut Harmita (2004),

perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% perolehan kembali = * x100

C C C

A A F

Keterangan :

F

C = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku

A

C

= konsentrasi sampel awal

A

C* = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan

3.4.4.6 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko

(Harmita, 2004).

Batas Deteksi =

Slope SD

3

Batas kuantitasi adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih

dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004). Batas kuantitasi

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Batas Kuantitasi =

(36)

3.4.4.7 Analisa Data secara Statistik

Untuk menghitung kadar nitrit dalam sampel digunakan rumus :

Kadar nitrit =

S P S

B xVxF C

Data diterima jika tidak ada perbedaan secara bermakna pada tingkat kepercayaan

95% dengan nilai

α

1/2 = 0,025 dimana thitung < ttabel.

Rumus yang digunakan :

SD =

1 )

( 2

− −

n X Xi

n SD

X Xi thitung

/

− =

Untuk menghitung kadar nitrit dalam sampel digunakan rumus:

Kadar nitrit (µ)=X ±(txSD/ n)

Keterangan :

SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata natrium nitrit dalam sampel

Xi = kadar natrium nitrit dalam satu perlakuan

µ = kadar natrium nitrit

n = jumlah perlakuan

α = tingkat kepercayaan

dk = derajat kebebasan (dk = n-1)

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel

Sebelum dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan survei

terhadap berbagai produk sosis dan daging burger sapi yang dijual di supermarket

dan pasar tradisional di Kota Medan. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel

sebanyak lima produk sosis dan tiga produk daging burger sapi di Super Swalayan

dan Berastagi Buah Supemarket serta dua produk daging burger sapi di Pasar

Tradisional Tanjung Rejo dan Pasar Tradisional Padang Bulan (spesifikasi sampel

[image:37.595.140.485.400.623.2]

dapat dilihat pada Lampiran 1 Halaman 33).

Tabel 4.1. Hasil survey berbagai merk Sosis dan Daging Burger Sapi di

supermarket dan Pasar Tradisional pada Bulan Januari 2011

No. Nama Supermarket Merk yang Tersedia

1. Super Swalayan A, B, C, D, E, H, I, J

2. Berastagi Buah A, B, C, D, E, H, I

3. Carrefour A, B, C, H, I, J

4. Indomart A, B, D, E, H, I

5. Bina Swalayan A, C, D, E, H, J

6. Pasar Tradisional Tanjung Rejo F

7. Pasar Tradisional Padang Bulan G

8. Pasar Tradisional Peringgan -

(38)

4.2 Identifikasi Nitrit dalam Sampel

Dari hasil uji kualitatif yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa semua

sampel sosis dan daging burger sapi memberikan hasil yang positif. Hasil

identifikasi nitrit dalam sosis dan daging burger sapi dapat dilihat pada Tabel 4.2

di bawah ini (gambar dapat dilihat pada Lampiran 21 Halaman 70 dan 71).

Tabel 4.2. Hasil Identifikasi Nitrit dalam Sampel

No. Sampel Hasil Reaksi

Pereaksi Asam Sulfanilat dan Larutan NED

Antipirin dalam Suasana HCL

encer

1. Sosis Uenak

+++ +++

2. Sosis Champ

++ ++

3. Sosis Vida

+++ +++

4. Sosis Kimbo

+ +

5. Sosis Vigo

++ ++

6. Daging Burger Sapi F (Pasar

Tradisional Tanjung Rejo) + +

7. Daging Burger Sapi G (Pasar

Tradisional Padang Bulan) + +

8. Daging Burger Sapi Vida

+ +

9. Daging Burger Sapi Vigo

+ +

10. Daging Burger Sapi Fino

+ +

Keterangan:

1. Hasil uji positif dengan Pereaksi Asam Sulfanilat dan Larutan NED

+++ : ungu merah kuat

++ : ungu merah

+ : ungu merah lemah

2. Hasil uji positif dengan Antipirin dalam Suasana HCL encer

+++ : hijau ++ : hijau muda

(39)

Identifikasi nitrit dalam sampel dengan pereaksi asam sulfanilat dan

larutan NED akan menunjukkan hasil berupa warna ungu merah jika mengandung

nitrit (Vogel, 1990). Identifikasi nitrit dalam sampel dengan menambahkan serbuk

antipirin lalu ditambahkan beberapa tetes asam klorida encer akan menghasilkan

warna hijau jika sampel mengandung nitrit (Roth, 1988).

4.3 Penetapan Kadar Nitrit

4.3.1 Kurva Serapan

Sebelum melakukan penentuan linearitas kurva kalibrasi dan analisis kadar

nitrit pada sampel, maka terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang

maksimum. Hal ini dilakukan karena pada panjang gelombang maksimum

kepekaannya juga maksimum dan disekitar panjang gelombang maksimum,

bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer

[image:39.595.185.438.463.718.2]

akan terpenuhi (Rohman, 2007). Kurva serapan nitrit baku dapat dilihat pada

Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1. Kurva serapan nirit baku dengan konsentrasi 0,8 µg/ml secara

(40)

Menurut Herlich (1990), penetapan kadar nitrit dengan pereaksi

sulfanilamid dan N-(1-naftil) etilen diamin dihidroklorida diukur pada panjang

gelombang maksimum 540 nm. Namun pada penelitian ini menggunakan pereaksi

asam sulfanilat dan panjang gelombang maksimum diperoleh adalah 537 nm. Jadi

penelitian ini dilakukan pada panjang gelombang 537 nm dengan pertimbangan

kemungkinan adanya perbedaan pereaksi, perbedaan jenis atau merk dari

spektrofotometer yang digunakan dan perbedaan kondisi percobaan.

Menurut Ditjen POM (1995), toleransi panjang gelombang maksimum

yang diperkenankan lebih kurang 3 nm dari panjang gelombang yang ditentukan

untuk jangkauan 400 nm hingga 600 nm.

4.3.2 Kurva Waktu Kerja

Kurva waktu kerja nitrit baku dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.

Gambar 4.2. Kurva waktu kerja nitrit baku dengan konsentrasi 0,8 µg/ml secara

spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 537 nm.

Penentuan waktu kerja nitrit baku secara spektrofotometri sinar tampak

(41)

yang dibaca empat angka desimal. Dari kurva diatas terlihat waktu pengukuran

terbaik adalah pada menit ke-25 hingga menit ke-36 atau stabil selama 11 menit.

Sehingga dapat disimpulkan senyawa azo yang dihasilkan mempunyai kestabilan

yang cukup baik.

4.3.3 Kurva Kalibrasi

Pembuatan kurva kalibrasi nitrit baku dilakukan dengan membuat seri

larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,4

µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8 µg/ml; 1,0 µg/ml; 1,2 µ g/ml. Kurva kalibrasi nitrit baku

[image:41.595.135.483.329.570.2]

dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4.3. Kurva kalibrasi natrium nitrit baku dengan berbagai konsentrasi

pada panjang gelombang maksimum 537 nm secara

spektrofotometri sinar tampak.

Dari kurva kalibrasi diatas diperoleh hubungan yang linear antara

konsentrasi dengan absorbansi. Persamaan garis regresi yang diperoleh yaitu

(42)

Dari hasil tersebut, dapat dikatakan terdapat korelasi yang positif antara

kadar dengan serapan. Artinya dengan meningkatnya konsentrasi maka absorbansi

juga akan meningkat. Nilai korelasi (r) yang paling baik adalah jika nilai r tersebut

berada pada angka mendekati satu (Sudjana, 2002).

4.3.4 Kadar Nitrit dalam Sosis dan Daging Burger Sapi

Hasil penetapan kadar nitrit dalam sosis dan daging burger sapi yang

[image:42.595.119.509.298.662.2]

beredar di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Kadar Nitrit pada Sosis dan Daging Burger Sapi

No. Sampel Kadar Nitrit (mg/kg) Standar

Deviasi

1. Sosis Uenak 83,8609 ± 0,4617 0,4400

2. Sosis Champ 33,9024 ± 0,0859 0,0540

3. Sosis Vida 79,0323 ± 0,2159 0,1358

4. Sosis Kimbo 19,8932 ± 0,1498 0,1205

5. Sosis Vigo 48,2759 ± 0,1003 0,0631

6. Daging Burger Sapi F (Pasar

Tradisional Tanjung Rejo) 22,2113 ± 0,0899 0,1133

7. Daging Burger Sapi G (Pasar

Tradisional Padang Bulan) 12,4736 ± 0,1005 0,0632

8. Daging Burger Sapi Vida 29,9118 ± 0,0957 0,0912

9. Daging Burger Sapi Vigo 17,2134 ± 0,1083 0,0681

10. Daging Burger Sapi Fino 15,1936 ± 0,4807 0,4582

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kadar nitrit pada sampel sosis lebih

besar dari pada daging burger sapi. Sampel sosis yang memiliki kadar nitrit

(43)

Sampel daging burger sapi yang memiliki kadar nitrit terendah adalah daging

burger sapi tidak bermerk(G) sedangkan yang tertinggi adalah merk Vida.

Dalam Permenkes No.722/MENKES/PER/IX/1988 tercantum batas

maksimum penggunaan nitrit untuk daging olahan dan daging awetan yaitu

sebesar 125 µ g/ml. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diperoleh bahwa

semua sampel yang diperiksa mengandung kadar nitrit yang masih memenuhi

persyaratan yang berlaku.

Untuk menjaga rasa, warna dan kesegaran daging ditambahkan pengawet

nitrit seperti natrium nitrit. Selain itu pengawet dapat memperpanjang waktu

penyimpanan dengan menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum.

(Silalahi, 2005)

Menurut Ronald (2000), nitrit dapat mengalami reaksi oksidasi, reduksi

dan nitrosasi di dalam daging. Menurut Silalahi (2005), nitrit mengalami reaksi

nitrosasi membentuk N2O3 yang selanjutnya bereaksi dengan pasangan elektron

bebas dari amin sekunder membentuk nitrosamin.

3.3.5 Validasi Metode

Validasi metode dilakukan untuk memastikan bahwa metode yang

digunakan telah sesuai untuk tujuan yang dimaksudkan. Beberapa parameter

analisis yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil validasi metode

yang baik adalah batas deteksi, batas kuantitasi, kecermatan (accuracy), dan

keseksamaan (precision) (Harmita, 2004).

Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang

diperoleh dari kurva kalibrasi. Batas deteksi dan batas kuantitasi yang diperoleh

(44)

sampel sosis dan daging burger sapi berada di atas batas deteksi dan batas

kuantitasi sehingga metode memenuhi kriteria cermat dan seksama (hasil

perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3 Halaman 38).

Akurasi ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku. Uji

validasi pada sampel sosis merk Champ dilakuakan dengan rentang spesifik 50%,

[image:44.595.109.515.273.641.2]

100% dan 150%. Hasil uji validasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data Uji Validasi

No. Rentang

Spesifik

Absorbansi Baku nitrit yang

ditambahkan

(mg/kg)

Perolehan Kembali

(%)

50%

0,2122

17,0037

93,2209

1. 0,2123 92,3162

0,2119 91,9229

100%

0,2789

34,0075

92,8859

2. 0,2793 93,0396

0,2797 93,3244

150%

0,3457

51,0112

93,7896

3. 0,3439 92,1145

0,3445 92,3933

Rerata perolehan kembali (%)

Simpangan Baku (SD)

Simpangan Baku Relatif (RSD) (%)

Batas Deteksi (mg/kg)

Batas Kuantitasi (mg/kg)

92,7785

0,6256

0,6743

1,4491

4,8826

Kisaran rata-rata hasil uji perolehan kembali yang diizinkan untuk 10

µg/ml analit yang diperiksa ialah 90-107% dan Relatif Standar Deviasi (RSD) <

(45)

proses pengujian yang dilakukan cukup baik karena didapat hasil uji yang cukup

(46)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Semua sampel sosis dan daging burger sapi yang berasal dari dan

supermarket (Super Swalayan dan Berastagi Buah Supermarket) dan pasar

tradisional (Pasar Tanjung Rejo dan Pasar Padang Bulan) mengandung nitrit yang

masih memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722 tahun 1988

dimana kadar lima produk sosis adalah 19,8932-83,8609 mg/kg dan kadar lima

produk daging burger sapi adalah 12,4736-29,9118 mg/kg. Hasil uji validasi yang

dilakukan terhadap satu sampel sosis merk Champ memenuhi persyaratan.

4.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memeriksa kadar nitrit

dalam berbagai produk daging olahan ataupun jenis makanan tertentu untuk

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, S. (2009). Penetepan Kadar Nitrit pada Sop Daging Sapi yang Dijual

di Rumah Makan di Kota Medan secara Spektrofotometri Sinar Tampak.

Skripsi Fakultas Farmasi USU. Hal. 36

Anonim. Sosis. Tanggal akses 19 Januari 2011

Badan Standardisasi Nasional. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 722/MENKES/PER/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan.

Cahyadi, W. (2006) Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Hal 29

Cory, M. (2009). Analisis Kandungan Nitrit dan Pewarna Merah pada Daging

Burger yang Dijual di Grosir Bahan Baku Burger di Kota Medan. Skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Hal 29

Day, R. A. Dan Underwood, A.L (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Jakarta: Erlangga. Hal. 394,396-404.

Desroiser, N W. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah : Mucji Muljohardjo. Jakarta: Universtas Indonesia. Hal. 230-246.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 1066.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I No.3. Hal 119,130-131.

Harris, R dan Endel K. (1989). Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung : ITB Press. Hal 392.

Herlich, K. (1990). Official Methods Of Analysis. 15th edition. Virginia : AOAC

Inc. Page. 934.

Lawrie, R. A. (2003). Ilmu Daging. Edisi V. Penerjemah : Aminuddin Paraksasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 220-222.

Muchtadi, D. Keamanan Pangan,Sulfit Dipermasalahkan da Nitrit Dikurangi?. Tanggal akses September 2008.

(48)

Putra, R. P. Waspadai Pembentukan Nitrosamin pada Daging yang Diawetkan

dengan Sendawa. Tanggal akses 19 Januari 2011.

Raharjo, S. (2006). Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hal. 109-110.

Rangkuti, B. A. (2008). Penetapan Kadar Nitrit pada Daging Sapi Segar dan

Olahan yang Beredar di Kota Medan secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Skripsi Fakultas Farmasi USU. Hal. 36.

Rohman, A. (2007). Kimia Farnasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Hal. 252,255.

Ronald B.P. (2000). Nitrit curing of Meat, The N-nitrosamine Problem and Nitrit

Alternatif. Canada: Food and Nutrition Press. Inc. Page. 163-169.

Roth, H. J., and Gottfried, B. (1988). Analisis Farmasi. Penerjemah : Dr. Sriwoelan Soebito. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 18,20.

Senior. (2007). Nikmati Burger Secara Bijak. Tanggal akses 10 Januari 2011. http://www.Inicommunity.net

Silalahi, J. (2005). Masalah Nitrit dan nitrat dalam Makanan. Medika No. 07 Tahun ke XXXI. Hal. 460-461.

Soeparno. (1994). Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 233-235.

Sudjana. (1992). Metode Statistik. Edisi Keenam. Bandung. Penerbit Tarsito. Hal. 168, 371.

Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi V. Jilid II. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka. Hal. 332.

Vogel. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 416, 431.

Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 214.

(49)

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sampel

1. Uenak (Sosis)

BPOM : MD 215910098606

Produksi : PT Belfoods Indonesia, Bogor-Indonesia

Komposisi : daging sapi, air, tepung tapioka, protein nabati,

bumbu, garam, sekuestran polifosfat, penguat rasa

Mono natrium glutamate (MSG), pengawet (Kalium

Sorbat, Natrium Nitrit), pewarna (Poceau 4RCl No.

16255)

Tanggal kadaluarsa : 05 10 11

No. Bets : -

2. Champ (Sosis)

BPOM : MD 214810153454

Produksi : PT Charoen Pokphand-Indonesia, Cikande,

Serang untuk PT Prima Food Internasional

Komposisi : daging sapi, air, minyak nabati, protein nabati,

garam, bumbu, dekstrosa, sekuestran (Natrium

tripolifosfat), penguat rasa Monosodium Glutamate

(MSG), antioksidan (Natrium Eritorbat) pengawet

(Natrium Benzoat, Natrium Nitrit)

Tanggal kadaluarsa : 24 08 11

No. Bets : -

3. Vida (Sosis)

BPOM : MD 214810091343

Produksi : PT Sans Miguel Pure Foods Indonesia,

Sukamaju Depok Indonesia 16415

Komposisi : daging sapi, air, tepung, protein kedelai, garam,

(50)

fosfat, pewarna (Poceau 4RCl No. 16255), pengawet

(Natrium Nitrit)

Tanggal kadaluarsa : 18 04 11

No. Bets : 180111-02F

4. Kimbo (Sosis)

BPOM : MD 214810130264

Produksi : PT Madusari Nusaperdana, Cikarang Industrial

Estate, Bekasi-Indonesia 17530

Komposisi : daging sapi, protein kedelai, tepung tapioka, minyak

nabati, garam, bumbu, antioksidan (Natrium

Eritorbat dan Asam Askorbat), penguat rasa

Monosodium glutamate (MSG), pengawet (Kalium

Sorbat, Natrium Nitrit), sekuestran polifosfat,

pewarna (Poceau 4RCl No. 16255 dan Eritrosine CL

45430),

Tanggal kadaluarsa : 19 04 11

No. Bets : 1901111911

5. Vigo (Sosis)

BPOM : MD 214810078264

Produksi : PT Madusari Nusaperdana, Cikarang Industrial

Estate, Bekasi - Indonesia 17530

Komposisi : daging sapi, protein kedelai, tepung tapioka, air

bumbu, penguat rasa Monosodium glutamat (MSG),

pengawet (Sulfur Dioksida, Natrium Nitrit),

sekuestran polifosfat, pewarna (Merah Allura CL

16035, Tartrazine Cl 19140)

Tanggal kadaluarsa : 02 04 11

(51)

6. Daging Burger Sapi (Pasar Tradisional Tanjung Rejo/F)

BPOM : -

Produksi : -

Komposisi : -

Tanggal kadaluarsa : -

No. Bets : -

7. Daging Burger Sapi (Pasar Tradisional Padang Bulan/G)

BPOM : -

Produksi : -

Komposisi : -

Tanggal kadaluarsa : -

No. Bets : -

8. Vida (Daging Burger Sapi)

BPOM : MD 215110104343

Produksi : PT Sans Miguel Pure Foods Indonesia,

Sukamaju Depok Indonesia 16415

Komposisi : daging sapi , air, protein kedelai, tepung, garam,

fosfat, bumbu, penguat rasa Monosodium Glutamat

(MSG), antioksidan (Natrium Eritorbat), pengawet

(Natrium Benzoat dan Natrium Nitrit), pewarna

(Poceau 4RCl No. 16255),

Tanggal kadaluarsa : 13 04 11

No. Bets : -

9. Vigo (Daging Burger Sapi)

BPOM : MD 214610121264

Produksi : PT Madusari Nusaperdana, Cikarang Industrial

Estate, Bekasi-Indonesia 17530

(52)

bumbu, garam, penguat rasa Monosodium Glutamat

(MSG), pengawet (Kalium Sorbat, Natrium Nitrit),

sekuestran polifosfat, pewarna pewarna (Poceau

4RCl No. 16255 dan Eritrosine CL 45430),

Tanggal kadaluarsa : 04 04 11

No. Bets : -

10.Fino (Daging Burger Sapi)

BPOM : MD 214610123264

Produksi : PT Madusari Nusaperdana, Cikarang Industrial

Estate, Bekasi - Indonesia 17530

Komposisi : daging sapi , protein kedelai, minyak nabati, tepung

tapioka, bumbu, garam, penguat rasa Monosodium

Glutamat (MSG), pengawet (Kalium Sorbat, Natrium

Nitrit), sekuestran polifosfat, pewarna pewarna

(Poceau 4RCl No. 16255 dan Eritrosine CL 45430),

Tanggal kadaluarsa : 20 04 11

(53)

Lampiran 2. Perhitungan Persamaan Regresi No Konsentrasi (mg/kg) X Absorbansi

Y X2 Y2 XY

1 0,0000 0,0000 0,000000 0,000000 0,000000

2 0,4000 0,2240 0,160000 0,050176 0,089600

3 0,6000 0,3280 0,360000 0,107584 0,196800

4 0,8000 0,4310 0,640000 0,185761 0,344800

5 1,0000 0,5340 1,000000 0,285156 0,534000

6 1,0000 0,6270 1,440000 0,393129 0,752400

n=6

X =

4,000000

X =0,666667

Y =

2,144000 Y=0,357333

2 X = 3,600000

2 Y = 1,021800

XY =

1,917600

a =

(

) ( )( )

(

X

) ( )

X n n Y X XY / / 2 2

− −

a =

(

)(

)

(

4,000000

)

/6 600000 , 3 6 / 144000 , 2 000000 , 4 917600 , 21 2 − −

a = 0,523143

b = Y - aX

= 0,357333 - (0,523143) (0,666667)

= 0,003364

r =

(

) ( )( )

(

) ( )

( )

( )

2

1 2 2 2 2 /                 −         − −

n Y Y n X X n Y X XY

r =

(

)(

)

(

)

(

)

2

1 2 2 6 144000 , 2 021806 , 1 6 000000 , 4 600000 , 3 6 / 144000 , 2 000000 , 4 1,917600                

(54)

Lampiran 3. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

No Konsentrasi

(mg/kg)

X

Absorbansi

Y Yi Y - Yi (Y - Yi)2

1 00000 0,0000 0,003364 0,348762 0,121634

2 0,4000 0,2240 0,212621 0,139305 0,019461

3 0,6000 0,3280 0,317249 0,034877 0,001216

4 0,8000 0,4310 0,421878 -0,069752 0,004865

5 1,0000 0,5340 0,526507 -0,174381 0,030408

6 1,0000 0,6270 0,631137 -0,279011 0,077847

Y = 2.112756

Y = 0,352126

( )

2

Yi

-Y =

0,255434

Simpangan Baku =

(

)

2 Yi

-Y 2

n

=

2 6 255434 ,

0

= 0,252702 µg/ml = 0,252702 mg/kg

Batas Deteksi =

Slope SB

3

=

523143 ,

0

252702 ,

0 3x

= 1,449140 µg/ml = 1,449140 mg/kg

Batas Kuantitas =

Slope SB

10

=

523143 ,

0

252702 ,

0 10x

(55)

Lampiran 4. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit pada Sosis

Merk Uenak

No Absorbansi

Jumlah Nitrit (mg/kg)

Xi Xi -

X (Xi - X )− 2

1 0,3553 83,4003 -0,4606 0,212152

2 0,3557 83,4007 -0,4602 0,211784

3 0,3560 84,2371 0,3762 0,141526

4 0,3560 83,6572 0,2037 0,041494

5 0,3571 84,3123 0,4514 0,203762

6 0,3566 84,2577 0,3968 0,157450

n=6

X = 503,1654

X = 83,860900

− − 2 =

)

(Xi X

968169 , 0 SD = 1 ) ( 2 − −

n<

Gambar

Tabel 2.1 Hasil pemeriksaan kadar nitrit pada berbagai sampel
Tabel 4.1. Hasil survey berbagai merk Sosis dan Daging Burger Sapi di supermarket dan Pasar Tradisional pada Bulan Januari 2011
Gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.3. Kurva kalibrasi natrium nitrit baku dengan berbagai konsentrasi pada panjang gelombang maksimum 537 nm secara spektrofotometri sinar tampak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bilamana diwakilkan yang mewakili agar diberikan surat tugas dan surat kuasa.. Membawa dokumen Asli sesuai data

[r]

Keberadaan situs ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi tuntutan era globalisasi tapi juga dapat menjawab keinginan para customer terhadap suatu media komunikasi yang dapat

sisi alas dan sisi atas sama bentuk dan ukuran, yaitu lingkaran Berdasarkan sifat-sifat di atas, bangun ruang tersebut adalah

Penulisan ilmiah kali ini membahas tentang aplikasi game Fball dengan menggunaka bahasa pemrograman J2ME, Penulis menyajikan aplikasi game ini untuk dimainkan pada sebuah

Demikian surat pengumuman ini disampaikan untuk diketahui dan bagi peserta yang termasuk dalam Daftar Pendek Konsultan (shortlist) dapat mengikiuti proses seleksi tahap

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan website promosi produk serta lokasi selancar air di Indonesia yang memudahkan bagi pengunjung website

pekerjaan Paket III Pengadaan barang/ bahan pelatihan berbasis kompetensi di BBLKI Surakarta Tahun Anggaran 2012, dengan ini kami umumkan bahwa