• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis kadar logam besi (Fe) dari minyak nilam (Zul Alfian)

55

ANALISIS KADAR LOGAM BESI (Fe) DARI MINYAK NILAM

(

PATCHOULY OIL)

YANG DIPEROLEH DARI PENYULINGAN

DENGAN MENGGUNAKAN WADAH KACA, STAINLESS STEEL

DAN DRUM BEKAS SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM

Zul Alfian Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan

Abstrak

Nilam (pogestemon cablin benth) adalah termasuk famili labiatea, yaitu kelompok tanaman yang mempunya aroma yang mirip satu sama lain.Minyak nilam dapat diperoleh dari hasil sulingan daun nilam. Minyak nilam yang memmpunyai mutu baik adalah minyak yang berwarna kuning jernih.Minyak nilam yang dihasilkan biasanya berwarna coklat tua ,hal ini disebabkan karena pengaruh logam besi yang terlarut di dalamnya yang menyebabkan terjadinya oksidasi.

Metode destruksi yang dipergunakan dalam analisis ini adalah destruksi kering. Analisis logam besi dari minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah kaca, stainless steel dan drum bekas telah dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Dari hasil analisis kadar logam besi dalam minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah kaca: 0,4314+0,0094, stainless steel 0,7995+0,0105 ppm dan dengan menggunakan drum bekas: 6,0200+0,0084 ppm. Dengan demikian kadar logam besi dari minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah drum bekas lebih besar daripada dengan menggunakan wadah stainless stell dan kaca.

Kata kunci: analisis, minyak nilam, SSA

PENDAHULUAN

Minyak nilam (Patchouly oil) adalah diperoleh dari hasil sulingan daun nilam. Indonesia sampai saat ini merupakan salah satu pengekspor minyak nilam. Ekspor tahunan ini tidak tetap, namun selalu berkisar antara 500-1000 ton. Pembeli utamanya ialah Amerika, Belanda. Secara tradisional minyak nilam merupakan produk industri kecil yang mengolah dengan peralatan sederhana. Pada umumnya para pengrajin menggunakan drum-drum bekas sebagai alat penyuling .Minyak yang dihasilkan secara ini biasanya coklat tua, hal ini disebabkan karena pengaruh ion besi yang terlarut di dalamnya. Hal ini sangat tidak disenangi para konsumen

di luar negeri dan di dalam negeri. Perubahan warna ini dianggap dapat menurunkan mutu, karena ion besi (Fe) ini dapat menjadi katalis terjadinya oksidasi selama penyimpanan yang lama kelamaan minyak ini menjadi teroksidasi.

(2)

Jurnal Sains Kimia Vol 7, No.2, 2003: 55-58

56 besi tersebut dengan ketel-ketel yang tahan

karat seperti menggunakan kaca dan stainless steel. Menggunakan kaca masih dibuat dalam skala laboratorium, hanya untuk penelitian.

Karena fungsi dan penggunaan minyak nilam ini sangat luas, maka harganya cukup mahal. Penggunaan minyak nilam digunakan untuk bahan fiksatif (pengikat) dalam industri parfum dan kosmetik karena dapat meningkatkan bau wangi kosmetik dan parfum. Dapat juga digunakan sebagai bahan untuk obat-obatan, misalnya untuk obat bakar. Daun nilam dapat juga berguna untuk bahan pelembab kulit, menghilangkan bau badan, dan gatal-gatal pada kulit. Serta dapat pula dimanfaatkan sebagai pewangi pada berbagai masakan atau kue-kue. Beberapa peneliti telah banyak mencoba untuk menghilangkan ion besi (Fe) ini dengan menggunakan zat pengkompleks seperti asam sitrat, asam tartrat, dan EDTA .Maka dalam penelitian ini ingin dilihat kadar besi (Fe) pada minyak nilam yang disuling dengan kaca, stainless steel dan drum bekas yang diambil dari pasaran dengan menggunakan metode Spektroskopi Serapan Atom.

METODELOGI PENELITIAN

a. Pembuatan larutan standar

4,8303 gram FeCl3.6H2O dilarutkan dalam beaker glass ditambahkan aquaregia (HNO3(p) : HCl(p)) lalu dipanaskan hingga larut lalu dimasukkan dalam labu takar 1000 ml dan diencerkan dengan aquabides sampai garis tanda, sehingga diperoleh larutan standar Fe 1000 ppm.

b. Pembuatan kurva kalibrasi

• Dari larutan standar Fe 1000 ppm dipipet sebanyak 10 ml lalu

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml sehingga diperoleh 100 ppm.

• Dan dari 100 ppm ini diambil 0,2,4,6,8,10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml diencerkan hingga garis tanda dan digunakan sebagai larutan standar.

c. Perlakuan terhadap sampel

• Masing-masing sampel (minyak nilam) ditimbang sebanyak 15 g kemudian dimasukkan.

• Ke dalam cawan porselen dan dipnaskan sampai arang. Dimasukkan ke dalam tanur (furnace) yang dilengkapi dengan pengontrol suhu, suhu perlahan-lahan dinaikkan sampai suhu menjadi 5000 C dan

• Suhu dipertahankan sampai 5 jam, diperoleh berupa abu.

• Abu dilarutkan dengan aqua regia sebanyak 5 ml kemudian dipanaskan secara hati-hati sampai volume berkurang setengah dari volume awal. Disaring, kemudian filtratnya dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan diatur pada pH 3 dengan NH4OH. Lalu dianalisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

Analisis kadar logam besi (Fe) dari minyak nilam (Zul Alfian)

57

Tabel 4.2. Data hasil Pengukuran Absorbansi dan Kadar Usur Besi dari Minyak Nilam yang Disuling Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stanless Steel, dan Drum Bekas Dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Perkin Elmer M.3100

Absorbansi (A)

No Jenis

Sampel*)

A1 A2 A3 A rata –rata

Kadar (ppm)

1 A 0,0200 0,0199 0,0193 0,0197 0,5611 ± 0,0079 2 B 0,0161 0,0156 0,0151 0,0156 0,4314 ± 0,0094 3 C 0,0278 0,0272 0,0268 0,0272 0,7995 ± 0,0105 4 D 0,1926 0,1923 0,1918 0,1922 6,0200 ± 0,0084

Tabel 1. Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar unsur besi dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

No Kadar (ppm) Absorbansi (A)

1 0,0000 0,0000

2 2,0000 0,0662

3 4,0000 0,1260

4 6,0000 0,1981

5 8,0000 0,2550

6 10,0000 0,3151

Keterangan:*)

A = Sampel daun nilam.

B = Minyak Nilam yang disuling dengan menggunakan wadah kaca.

C = Minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah Stainless steel.

D = Minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah Drum bekas.

PEMBAHASAN

Penetapan kadar logam besi (Fe) dalam minyak nilam yang disuling dari daun nilam yang disuling demngan menggunakan wadah kaca, stainless steel dan drum bekas dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom dengan cara destruksi kering.

Kadar logam besi (Fe) pada minyak nilam yang disuling dari daun nilam pada panen I dengan menggunakan wadah kaca diperoleh sebesar 0,4250+0,0107 ppm dan dengan wadah stainless steel sebesar 0,7942+0,0111 ppm dan dengan menggunakan drum bekas sebesar 6,0200+0,0084. Sedangkan pada panen II

diperoleh kadar logam besi pada minyak nilam yang disuling dengan menngunakan wadah kaca diperoleh sebesar 0,4366+0,0052 ppm, dengan stainless steel sebesar 0,8058+0,0094 ppm dan dengan drum bekas diperoleh sebesar 6,0200+0,0084 ppm.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kadar logam besi dari minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah drum bekas lebih besar daripada menggunakan wadah kaca dan stainless steel yaitu sebesar 6,0200+0,0084 ppm, sedangkan wadah kaca sebesar 0,4314+0,0094 ppm dan dengan stainless steel sebesar 0,7995+0,0105 ppm ,hal ini disebabkan karena drum bekas yang digunakan untuk menyuling minyak nilam tersebut mengandung logam besi, yang sifat dari wadah ini mudah terdegradasi ,sehingga terjadi kontaminasi dari wadah tersebut dan tidak dipengaruhi oleh banyaknya kadar logam besi dari daun nilam itu sendiri, yaitu hanya sebesar 0,5611+0,0079 ppm.

(4)

Jurnal Sains Kimia Vol 7, No.2, 2003: 55-58

58 Sedangkan menurut standar mutu minyak

nilam yang memenuhi standar adalah berwarna kuning muda sampai coklat, sedangkan minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah drum bekas berwarna coklat tua, sehingga mutu dan kwalitas dari minyak nilam tersebut menurun, yang menyebabkan minyak tersebut tidak disukai oleh para konsumen.

Proses oksidasi pada minyak nilam ini terjadi karena salah satu komponen dari minyak nilam terdapat senyawa sesquiterpen yang mempunyai ikatan rangkap ,dan dengan adanya logam besi (Fe) ini dapat berfungsi sebagai katalis oksodasi yang menyebabkan ikatan rangkap pada senyawa tersebut terputus dan terbentuk suatu peroksida yang dapat menaikkan bilangan asam sehingga warna dari minyak nilam tersebut menjadi coklat tua dan hal ini dapat menurunkan mutu dan kwalitas dari minyak nilam, sehingga tidak disukai oleh para konsumen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kadar logam besi (Fe) dari minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wdah kaca dan stainless steel masih memenuhi standar mutu.

2. Sedangkan logam besi pada minyak nilam yang disuling dengan menggunakan wadah drum bekas sangat besar, hal inilah yang menyebabkan minyak nilam yang disuling dengan drum bekas menjadi coklat tua akibat terjadinya proses oksidasi.

Saran

Sebaiknya para peneliti dan petani minyak nilam yang memproduksi minyak

nilam yang memproduksi minyak nilam menggunakan wadah kaca atau stainless steel dalam melakukan penyulingan minyak nilam agar diperoleh minyak nilam yang bermutu baik.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Informasi Pertanian Daerah Istimewa Aceh. 1984, “Bercocok Tanam Nilam, Aceh.

Anonymous, “Penelitian Proses Deionisasi Logam Besi pada Minyak Nilam Hasil Penyulingan Rakyat, Komunikasi, No.53/1990.

Anonymous, 1995, “Penyulingan Minyak Nilam”, Komunikasi II. Balai Perindustrian Kimia. Medan.

Titik Sudaryani, 1998, Budidaya dan Penyulingan Nilam, Penebar Swadaya. Jakarta.

Barus Pina, 1994, Pengaruh Penambahan Zat Pengkompleks terhadap Kandungan Patchouly Oil dalam Minyak Nilam”, Lembaga Penelitian USU. Medan.

Bangun A. Darwin,1994, Pengaruh Penambahan Zat Pengkompleks Logam Terhadap Sifat Fisika dan Kimia dari Minyak Nilam, Lembaga Penelitian USU. Medan.

Referensi

Dokumen terkait