• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perbandingan Kandungan Logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) Pada Air Minum Dari Air Sumur Bor Sebelum dan Sesudah Diolah di Kecamatan Medan Belawan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perbandingan Kandungan Logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) Pada Air Minum Dari Air Sumur Bor Sebelum dan Sesudah Diolah di Kecamatan Medan Belawan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1. Analisis data statistik penentuan kadar logam Besi (Fe) untuk sampel air sumur bor sebelum dan sesudah diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi alat pemurni air

Lokasi Sampel Minggu Absorbansi Ā

A1 A2 A3

I

Sebelum

1 0,0857 0,0855 0,0862 0,0858 2 0,0852 0,0853 0,0857 0,0854 3 0,0859 0,0852 0,0854 0,0855

Sesudah

1 0,0263 0,0265 0,0267 0,0265 2 0,0268 0,0266 0,0264 0,0266 3 0,0254 0,0254 0,0257 0,0255

II

Sebelum

1 0,2335 0,2336 0,2337 0,2336 2 0,2347 0,2352 0,2354 0,2351 3 0,2322 0,2324 0,2323 0,2323

Sesudah

(3)

Lampiran 2. Analisis data statistik penentuan kadar logam Mangan (Mn) untuk sampel air sumur bor sebelum dan sesudah diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi alat pemurni air

Lokasi Sampel Minggu Absorbansi Ā

A1 A2 A3

I

Sebelum

1 0,0036 0,0041 0,0043 0,0040 2 0,0041 0,0040 0,0045 0,0042 3 0,0039 0,0039 0,0036 0,0038

Sesudah

1 0,0010 0,0014 0,0012 0,0012 2 0,0013 0,0012 0,0011 0,0012 3 0,0014 0,0010 0,0015 0,0013

II

Sebelum

1 0,0044 0,0043 0,0045 0,0044 2 0,0043 0,0049 0,0049 0,0047 3 0,0045 0,0047 0,0049 0,0047

Sesudah

(4)

Lampiran 3. Analisis data statistik penentuan kadar logam Zink (Zn) untuk sampel air sumur bor sebelum dan sesudah diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi alat pemurni air

Lokasi Sampel Minggu Absorbansi Ā

A1 A2 A3

I

Sebelum

1 0,4750 0,4746 0,4745 0,4747 2 0,4797 0,4799 0,4798 0,4798 3 0,4766 0,4762 0,4767 0,4765

Sesudah

1 0,1003 0,1001 0,1002 0,1002 2 0,1004 0,1004 0,1007 0,1005 3 0,1009 0,1008 0,1004 0,1007

II

Sebelum

1 0,5096 0,5095 0,5097 0,5096 2 0,5133 0,5137 0,5138 0,5136 3 0,5148 0,5149 0,5153 0,5150

Sesudah

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Lampiran 5. Alat SSA tipe nyala Shimadzu AA-7000F

(10)

Lampiran 7. Air Sumur Bor Lokasi I

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi : Yogyakarta.

Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala. SNI 6989.4:2009

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Mangan (Mn) dengan Spektrofotometri Serapan Atomm (SSA)-nyala. SNI 6989.5:2009

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Zink (Zn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.7:2009

Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press

Darmono, 2009. Farmasi Forensi dan Toksikologi. Jakarta: UI-Press

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Konisius

Joeharno, Said. 2000. Peningkatan Kualitas Air Sumur. Denpasar: Udayana Press Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 492/MENKES/SK/ 2010 tanggal 19 April 2010

Kusnaedi, H. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya

(12)

Purba, D.F. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat Pada Air Sumur Bor Dengan

Metode Spektrofotometri untuk Dapat Digunakan Sebagai Air Minum Di Kecamatan Medan Belawan. . [Skripsi], Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Sarjana

Raharjo,P. 2002. Studi Penentuan Logam Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) pada tanaman kedelai (Glycine max[L] merril) secara Spektrofotometri Serapan Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. [Skripsi], Bandar Lampung : Departemen Kimia FMIPA Universitas Lampung, Program Sarjana

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Said, N.I. 2005. Metode Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan Air Minum Domestik. Jurnal Air Indonesia (JAI), 1(5) 239-250.

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan

Semimikro. Bagian I. Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka. Situmorang, M. 2004. Inovasi Model-Model Pembelajaran Bidang Sain untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa. Surabaya: Prosiding Konapsi V Sutrisno, C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Kelima. Jakarta: Rineka cipta

Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta : Andi

(13)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat-alat Penelitian

1. Botol Aquadest 2. Bola Karet 3. Corong Kaca 4. Cawan Petri

5. Gelas Beaker Pyrex 250 mL

6. Gelas Ukur Pyrex 50 mL

7. Hot Plate Cimaree

8. Kertas Saring Whatman No.42

9. Labu Takar Pyrex 100 mL

10.Pipet Volume Fisherbrand 5 mL

11.Spektrometer Serapan Atom (SSA) Shidamazu AA-7000

12.Alat Pemurni Air Advance

3.1.2 Bahan-bahan Penelitian

1. Aquadest (l)

2. HNO3(p) p.a ( E.Merck )

3. Larutan standar Fe 1000 mg/L p.a ( E.Merck ) 4. Larutan standar Mn 1000 mg/L p.a ( E.Merck ) 5. Larutan standar Zn 1000 mg/L p.a ( E.Merck ) 6. Sampel Air Sumur Bor Lokasi I

(14)

Prosedur Penelitian

3.2.1 Pengambilan Sampel

Sampel air sumur bor diambil dari rumah warga di Kecamatan Medan Belawan. Lokasi I berada di Kampung Salam yang letaknya jauh dari dermaga dan lokasi II berada di Uni Kampung yang letaknya dekat dengan dermaga. Sampel air sumur bor yang dianalisis adalah air baku dan air hasil olahan melalui alat pemurni air.

3.2.2 Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

3.2.2.1 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 ppm

Larutan standar Besi (Fe) 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.2.2.2 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 ppm

(15)

3.2.2.3 Pembuatan larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 ppm

Larutan standar Besi (Fe) 10 ppm berturut-turut dipipet 2, 4, 6, 8, dan 10 mL, lalu masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.2.2.4 Pembuatan Kurva Standar Besi (Fe)

Larutan blanko (0,0) mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA) pada λspesifik 248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Besi (Fe) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 ppm.

3.2.3 Penentuan Kadar Logam Mangan (Mn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

3.2.3.1 Pembuatan Larutan Standar Mangan (Mn) 100 ppm

Larutan standar Mangan (Mn) 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Mangan (Mn) 10 ppm

(16)

3.2.3.4 Pembuatan larutan Seri Standar Mangan (Mn) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 Ppm

Larutan standar Mangan (Mn) 10 ppm berturut-turut dipipet 2; 4; 6; 8 dan 10 mL, lalu masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.2.3.5 Pembuatan Kurva Standar Mangan (Mn)

Larutan blanko (0,0) mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA) pada λspesifik 279,5 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Mangan (Mn) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 ppm

3.2.4 Penentuan Kadar Logam Seng (Zn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

3.2.4.1 Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 100 ppm

Larutan standar Seng (Zn) 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.2.4.2 Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 10 ppm

(17)

3.2.4.3 Pembuatan larutan Seri Standar Seng (Zn) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 ppm

Larutan standar Seng (Zn) 10 ppm berturut-turut dipipet 2, 4, 6, 8, dan 10 mL, lalu masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.2.4.4 Pembuatan Kurva Standar Seng (Zn)

Larutan blanko (0,0) mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA) pada λspesifik 213,9 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Seng (Zn) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 ppm.

3.2.5 Preparasi Sampel

(18)

3.3 Bagan Penelitian

3.3.1 Preparasi dan Penentuan Kadar Besi (Fe) pada Sampel (SNI 06-6989.4:2009)

600 mL Sampel Air Sumur Bor

Ditambahkan HNO3(p)

100 mL Sampel Air Sumur Bor

Dimasukkan kedalam gelas beaker 100 mL

Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(P)

Dipanaskan diatas hotplate hingga volume air menjadi ± 15 mL

Ditambahkan dengan 50 mL aquadest

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring whatmann no.42

Diencerkan dengan aquadest sampai garis batas

Dihomogenkan

Dianalisis dengan SSA pada spesifik λ = 248,3 nm

(19)

3.3.2 Preparasi dan Penentuan Kadar Mangan (Mn) pada Sampel (SNI 6989.5:2009)

600 mL Sampel Air Sumur Bor

Ditambahkan HNO3(p)

100 mL Sampel Air Sumur Bor

Dimasukkan kedalam gelas beaker 100 mL

Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(P)

Dipanaskan diatas hotplate hingga volume air menjadi ± 15 mL

Ditambahkan dengan 50 mL aquadest

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring whatmann no.42

Diencerkan dengan aquadest sampai garis batas

Dihomogenkan

Dianalisis dengan SSA pada spesifik λ = 279,5 nm

(20)

3.3.3 Preparasi dan Penentuan Kadar Seng (Zn) pada Sampel (SNI 6989.7:2009)

600 mL Sampel Air Sumur Bor

Ditambahkan HNO3(p)

100 mL Sampel Air Sumur Bor

Dimasukkan kedalam gelas beaker 100 mL

Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(P)

Dipanaskan diatas hotplate hingga volume air menjadi ± 15 mL

Ditambahkan dengan 50 mL aquadest

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring whatmann no.42

Diencerkan dengan aquadest sampai garis batas

Dihomogenkan

Dianalisis dengan SSA pada spesifik λ = 213,9 nm

(21)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Logam Besi (Fe)

Pembuatan kurva larutan standar logam Besi (Fe) dilakukan dengan menyiapkan larutan seri standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Untuk kondisi alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.1 dan untuk data absorbansi larutan seri standar logan Besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.1. Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Shimadzu AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Logam Besi (Fe)

No Parameter Logam Fe

1 Panjang Gelombang (nm) 248,3

2 Tipe Nyala Udara – C2H2

3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,2

4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15

5 Burner Angle (degree) 0

(22)

Tabel 4.2. Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe)

No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata (Ā)

1 0,0 0,0000

2 0,2 0,0171

3 0,4 0,0318

4 0,6 0,0478

5 0,8 0,0624

6 1,0 0,0813

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe)

4.1.2. Pengolahan Data Logam Besi (Fe)

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Besi (Fe) pada tabel 4.2 diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linear. Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.3

y = 0,0797x + 0,0002 r = 0,9994

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

(23)

Tabel 4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Logam Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe)

No Xi Yi (�� − ��) (�� − ��) (�� − ��)(�� − �� (�� − ��)� (�� − ��)�

1 0,0 0,0000 -0,5 -0,040067 0,02000 0,25 0,001605338

2 0,2 0,0171 -0,3 -0,022967 0,00687 0,09 0,000527468

3 0,4 0,0318 -0,1 -0,008267 0,00082 0,01 0,000068340

4 0,6 0,0478 0,1 0,007733 0,00078 0,01 0,000059800

5 0,8 0,0624 0,3 0,022333 0,00672 0,09 0,000498778

6 1,0 0,0813 0,5 0,041233 0,02065 0,25 0,001700188

Σ 3,0 0,2404 0,0 0,000000 0,05584 0,70 0,004459913 X

�= ∑Xi

n =

3,0

6 = 0,5

Y

�= ∑Yi

n =

0,2404

6 = 0,040067

Penurunan persamaan garis regresi : Y = aX + b

Dimana a = slope b = intercept

a =∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

∑(Xi−X�)2 =

0,05584

0,70 = 0,0797

b = y−ax

= 0,040067 – (0,5) (0,0797) = 0,0002

(24)

4.1.2.2. Penentuan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

r = ∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

�∑(Xi−X�)2(YiY)2 =

0,05584

�(0,70)(0,004459913)= 0,9994

4.1.2.3. Penentuan Kandungan Besi dalam Sampel

Kandungan logam Besi (Fe) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

4.1.2.3.1 Penentuan Kandungan Logam Besi pada Air Minum dalam mg/L

Penentuan absorbansi logam Besi (Fe) pada sampel dilakukan dengan metode SSA pada panjang gelombang 248,3 nm. Data pengukuran absorbansi logam Besi (Fe) untuk air minum setelah diolah pada lokasi I dapat dilihat pada tabel 4.4 dan untuk data pengukuran absorbansi logam Besi (Fe) untuk air minum setelah diolah pada lokasi II dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.4. Analisis Data Statistik Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) untuk Air Minum Setelah Diolah pada Lokasi I

(25)

maka S = �∑(Xi−Xi�) 2

n−1 =�

0,00011614

3−1 = 0,0076

didapat Sx = S

√n=

0,0076

√3 = 0,0043

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

� = 4,30 (0,05 � 2)0,0043 = 0,0018

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan logam Besi (Fe) untuk air minum setelah diolah pada lokasi I melalui alat pemurni air sebesar :

0,3261 ± 0,0018 mg/L

Tabel 4.5. Analisis Data Statistik Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) untuk Air Minum Setelah Diolah pada Lokasi II

No Absorbansi Xi (�� − ��)2 1 0,0419 0,5232 0,00011664 2 0,0428 0,5345 0,00000025 3 0,0436 0,5445 0,00011025 n = 3 Ā = 0,0427 �� = 0,5340 ∑(�� − ��)�= 0,00022714

maka S = �∑(Xi−X�) 2

n−1 =�

0,00022714

3−1 = 0,01065

(26)

didapat Sx = S

√n=

0,01065

√3 = 0,0061

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

� = 4,30 (0,05 � 2)0,0061 = 0,0026

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan logam Besi (Fe) untuk air minum setelah diolah pada lokasi II melalui alat pemurni air sebesar :

0,5340 ± 0,0026 mg/L

Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Besi (Fe) untuk air minum sebelum diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi pada alat pemurni air seperti pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Data Absorbansi dan Konsentrasi Rata-rata Logam Besi (Fe) untuk Air Minum Sebelum dan Setelah Diolah Pada Lokasi I dan Lokasi II Melalui Media Filtrasi pada Alat Pemurni Air

N o

Lokasi Sampel Absorbansi (A) Konsentrasi

(mg/L)

A1 A2 A3 Ā

1 I Sebelum 0,0858 0,0854 0,0855 0,0855 1,0710 ± 0,0006 Sesudah 0,0265 0,0266 0,0255 0,0262 0,3261 ± 0,0018 2 II Sebelum 0,2336 0,2351 0,2323 0,2336 2,9292 ± 0,0043 Sesudah 0,0419 0,0428 0,0436 0,0427 0,5340 ± 0,0026

4.1.2.4. Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Logam Besi (Fe)

(27)

�[Fe awal ][Fe awal ]− [Fe akhir ]� × 100 %

Sehingga diperoleh persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) untuk air minum setelah diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi pada alat pemurni air adalah :

Lokasi I = �[1,0710 ]− [0,3261 ]

[1,0710 ] � × 100 % = 69,55 %

Lokasi II = �[2,9292]− [0,5340 ]

[2,9292] � × 100 % = 81,76 %

4.1.3 Logam Mangan (Mn)

(28)

Tabel 4.7. Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Shimadzu AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Logam Mangan (Mn)

No Parameter Logam Mn

1 Panjang Gelombang (nm) 279,5

2 Tipe Nyala Udara – C2H2

3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,2

4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15

5 Burner Angle (degree) 0,2

6 Ketinggian Tungku (mm) 7

Tabel 4.8. Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Mangan (Mn)

No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata

(Ā)

1 0,0 0,0000

2 0,2 0,0016

3 0,4 0,0028

4 0,6 0,0042

5 0,8 0,0056

(29)

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Logam Mangan (Mn)

4.1.4. Pengolahan Data Logam Mangan (Mn)

4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Mangan (Mn) pada tabel 4.8 diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linear. Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.9

y = 0.0067x + 0.0001 r² = 0.9993

0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A

bs

or

ban

si

(30)
[image:30.595.112.511.156.349.2]

Tabel 4.9. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Logam Mangan (Mn) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Mangan (Mn)

No Xi Yi (�� − ��) (�� − ��) (�� − ��)(��

− ��)

(�� − ��)� (�� − ��)�

1 0,0 0,0000 -0,5 -0,0035 0,00175 0,25 0,00001225

2 0,2 0,0016 -0,3 -0,0014 0,00057 0,09 0,00000361

3 0,4 0,0028 -0,1 -0,0007 0,00007 0,01 0,00000049

4 0,6 0,0042 0,1 0,0007 0,00007 0,01 0,00000049

5 0,8 0,0056 0,3 0,0021 0,00063 0,09 0,00000441

6 1,0 0,0068 0,5 0,0033 0,00165 0,25 0,00001089

Σ 3 0,0210 0,0 0,0000 0,00474 0,70 0,00003214

X

�= ∑Xi

n =

3

6= 0,5

Y

�= ∑Yi

n =

0,0210

5 = 0,0035

Penurunan persamaan garis regresi : Y = aX + b

Dimana a = slope b = intercept

a =∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

∑(Xi−X�)2 =

0,00474

0,70 = 0,0067

b = y−ax

= 0,0035 – (0,5) (0,0067) = 0,0001

(31)

4.1.4.2. Penentuan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�= ∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

�∑(Xi−X�)2(YiY)2 =

0,00474

�(0,7)(0,00003214)= 0,9993

4.1.4.3. Penentuan Kandungan Mangan dalam Sampel

Kandungan logam Mangan (Mn) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

4.1.4.3.1 Penentuan Kandungan Logam Mangan pada Air Minum dalam mg/L

(32)
[image:32.595.110.513.157.424.2]

Tabel 4.10. Analisis Data Statistik Penentuan Kadar Logam Mangan (Mn) untuk Air Minum Setelah Diolah pada Lokasi I

No Absorbansi Xi (�� − ��)2 1 0,0012 0,1641 0,000025 2 0,0012 0,1641 0,000025 3 0,0013 0,1791 0,000100 n = 3 Ā = 0,0012 �� = 0,1691 ∑(�� − ��)�= 0,00015

maka S = �∑(Xi−X�) 2

n−1 =�

0,00015

3−1 = 0,0086

didapat Sx = S

√n=

0,0086

√3 = 0,0049

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

� = 4,30 (0,05 � 2)0,0049 = 0,0021

(33)
[image:33.595.113.511.163.276.2]

Tabel 4.11. Analisis Data Statistik Penentuan Kadar Logam Mangan (Mn) untuk Air Minum Setelah Diolah pada Lokasi II

No Absorbansi Xi (�� − ��)2 1 0,0022 0,3134 0,00061504 2 0,0024 0,3432 0,00002500 3 0,0025 0,3582 0,00000400 n = 3 Ā = 0,0023 �� = 0,3382 ∑(�� − ��)�= 0,00064404

maka S = �∑(Xi−X�) 2

n−1 =�

0,00064404

3−1 = 0,0179

didapat Sx = S

√n=

0,0179

√3 = 0,0103

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

� = 4,30 (0,05 � 2)0,0103 = 0,0044

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan logam Mangan (Mn) untuk air minum setelah diolah pada lokasi II melalui alat pemurni air sebesar : 0,3382 ± 0,0044 mg/L

(34)
[image:34.595.115.510.175.302.2]

Tabel 4.12 Data Absorbansi dan Konsentrasi Rata-rata Logam Mangan (Mn) untuk Air Minum Sebelum dan Setelah Diolah Pada Lokasi I dan Lokasi II Melalui Media Filtrasi pada Alat Pemurni Air

No Lokasi Sampel Absorbansi (A) Konsentrasi (mg/L)

A1 A2 A3 Ā

1 I Sebelum 0,0040 0,0042 0,0038 0,0040 0,5820 ± 0,0090 Sesudah 0,0012 0,0012 0,0013 0,0012 0,1691 ± 0,0021 2 II Sebelum 0,0044 0,0047 0,0047 0,0046 0,6715 ± 0,0063 Sesudah 0,0022 0,0024 0,0025 0,0023 0,3382 ± 0,0044

4.1.4.4. Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Logam Mangan (Mn)

Dari data diatas dapat dihitung persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Mangan (Mn) dengan menggunakan

�[Mn awal ][Mn awal ]− [Mn akhir ]� × 100 %

Sehingga diperoleh persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Mangan (Mn) untuk air minum setelah diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi pada alat pemurni air adalah :

Lokasi I = �[0,5820 ]− [0,1691]

[0,5820 ] � × 100 % = 70,9 %

Lokasi II = �[0,6715 ]− [0,3382 ]

(35)

4.1.5 Logam Zink (Zn)

[image:35.595.114.511.353.505.2]

Pembuatan kurva larutan standar logam Zink (Zn) dilakukan dengan menyiapkan larutan seri standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Untuk kondisi alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi logam Zink (Zn) dapat dilihat pada tabel 4.13 dan untuk data absorbansi larutan seri standar logam Zink (Zn) dapat dilihat pada tabel 4.14

Tabel 4.13. Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Shimadzu AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Logam Zink (Zn)

No Parameter Logam Zn

1 Panjang Gelombang (nm) 213,9

2 Tipe Nyala Udara – C2H2

3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2

4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15

5 Burner Angle (degree) 0

6 Ketinggian Tungku (mm) 7

Tabel 4.14. Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Zink (Zn)

No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata (Ā)

1 0,0 0,0000

2 0,2 0,1437

3 0,4 0,2720

4 0,6 0,3889

5 0,8 0,4948

[image:35.595.115.511.590.737.2]
(36)

Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Logam Zink (Zn)

4.1.6. Pengolahan Data Logam Zink (Zn)

4.1.6.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Zink (Zn) pada tabel 4.14 diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linear. Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.15

y = 0.5866x + 0.0211 r = 0.9970

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A

bs

or

ban

si

(37)
[image:37.595.113.511.155.328.2]

Tabel 4.15. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Logam Zink (Zn) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Zink (Zn)

No Xi Yi (�� − ��) (�� − ��) (�� − ��)(�� − ��) (�� − ��)� (�� − ��)�

1 0,0 0,0000 -0,5 -0,31443 0,15720 0,25 0,0988683

2 0,2 0,1437 -0,3 -0,17073 0,05121 0,09 0,0291499

3 0,4 0,2720 -0,1 -0,04243 0,00424 0,01 0,0018006

4 0,6 0,3889 0,1 0,07446 0,00745 0,01 0,0055453

5 0,8 0,4948 0,3 0,18036 0,05412 0,09 0,0325321

6 1,0 0,5872 0,5 0,27276 0,01364 0,25 0,0744017

Σ 3,0 1,8866 0,0 0,00000 0,41062 0,70 0,2422979

X

�= ∑Xi

n =

3,0

6 = 0,5

Y

�= ∑Yi

n =

1,8866

6 = 0,314433

Penurunan persamaan garis regresi : Y = aX + b

Dimana a = slope b = intercept

a =∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

∑(Xi−X�)2 =

0,41062

0,70 = 0,5866

b = y−ax

= 0,314433 – (0,5) (0,5866) = 0,0211

(38)

4.1.6.2. Penentuan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

r = ∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

�∑(Xi−X�)2(YiY)2 =

0,41062

�(0,70)(0,2422979)= 0,9970

4.1.6.3. Penentuan Kandungan Zink dalam Sampel

Kandungan logam Zink (Zn) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

4.1.6.3.1 Penentuan Kandungan Logam Zink pada Air Minum dalam mg/L

[image:38.595.114.512.637.752.2]

Penentuan absorbansi logam Zink (Zn) pada sampel dilakukan dengan metode SSA pada panjang gelombang 213,9 nm. Data pengukuran absorbansi logam Zink (Zn) untuk air minum setelah diolah pada lokasi I dapat dilihat pada tabel 4.16 dan untuk data pengukuran absorbansi logam Zink (Zn) untuk air minum setelah diolah pada lokasi II dapat dilihat pada tabel 4.17

Tabel 4.16. Analisis Data Statistik Penentuan Kadar Logam Zink (Zn) untuk Air Minum Setelah Diolah pada Lokasi I

(39)

maka S = �∑(Xi−X�) 2

n−1 = �

0,00000042

3−1 = 0,00045

didapat Sx = S

√n=

0,00045

√3 = 0,00025

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

d = 4,30 (0,05 x 2)0,00025 = 0,0001

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan logam Zink (Zn) untuk air minum setelah diolah pada lokasi I melalui alat pemurni air sebesar :

[image:39.595.110.514.517.764.2]

0,1352 ± 0,0001 mg/L

Tabel 4.17. Analisis Data Statistik Penentuan Kadar Logam Zink (Zn) untuk Air Minum Setelah Diolah pada Lokasi II

No Absorbansi Xi (�� − ��)2

1 0,2019 0,3082 0,00000169 2 0,2026 0,3094 0,00000001 3 0,2035 0,3109 0,00000196 n = 3 Ā = 0,2026 �� = 0,3095 ∑(�� − ��)�= 0,00000366

maka S = �∑(Xi−X�) 2

n−1 =�

0,00000366

3−1 = 0,00135

didapat Sx = S

√ =

0,00135

(40)

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

d = 4,30 (0,05 x 2)0,0007 = 0,0003

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan logam Zink (Zn) untuk air minum setelah diolah pada lokasi II melalui alat pemurni air sebesar :

0,3095 ± 0,0003 mg/L

[image:40.595.107.512.468.619.2]

Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Zink (Zn) untuk air minum sebelum diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi pada alat pemurni air seperti pada tabel 4.18

Tabel 4.18 Data Absorbansi dan Konsentrasi Rata-rata Logam Zink (Zn) untuk Air Minum Sebelum dan Setelah Diolah Pada Lokasi I dan Lokasi II Melalui Media Filtrasi pada Alat Pemurni Air

No Lokasi Sampel Absorbansi (A) Konsentrasi

(mg/L)

A1 A2 A3 Ā

1 I Sebelum 0,4747 0,4798 0,4765 0,4770 0,7772 ± 0,0010 Sesudah 0,1002 0,1005 0,1007 0,1004 0,1352 ± 0,0001 2 II Sebelum 0,5096 0,5136 0,5150 0,5127 0,8380 ± 0,0011 Sesudah 0,2019 0,2026 0,2035 0,2026 0,3095 ± 0,0003

4.1.6.4. Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Logam Zink (Zn)

(41)

�[Zn awal ][Zn awal ]− [Zn akhir ]� × 100 %

Sehingga diperoleh persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Zink (Zn) untuk air minum setelah diolah pada lokasi I dan lokasi II melalui media filtrasi pada alat pemurni air adalah :

[image:41.595.115.510.589.738.2]

Lokasi I = �[0,7772 ]− [0,1352 ]

[0,7772 ] � × 100 % = 82,6%

Lokasi II = �[0,8380]− [0,3095]

[0,8380] � × 100 % = 63 %

4.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air minum dari sumur bor di kecamatan Medan Belawan pada lokasi I dan lokasi II sebelum dan sesudah diolah melalui alat pemurni air adalah sebagai berikut :

Tabel 4.19 Data Hasil penelitian kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air minum dari sumur bor di kecamatan Medan Belawan pada lokasi I dan lokasi II sebelum dan sesudah diolah melalui alat pemurni air

Lokasi Sampel Logam Besi (Fe) (mg/L)

Logam Mangan (Mn) (mg/L)

Logam Zink (Zn) (mg/L)

I Sebelum 1,0710 0,5820 0,7772

Sesudah 0,3261 0,1691 0,1352

II Sebelum 2,9292 0,6715 0,8380

(42)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Zink (Zn) pada lokasi II sebelum diolah lebih tinggi dibandingkan kadar logam (Fe), Mangan (Mn) dan Zink (Zn) pada lokasi I . Pada lokasi II diperoleh kadar logam Besi (Fe) sebesar 2,9292 mg/L, logam Mangan (Mn) sebesar 0,6715 mg/L, logam Zink (Zn) sebesar 0,8380 mg/L, sedangkan pada lokasi I diperoleh kadar logam Besi (Fe) sebesar 1,0710, logam Mangan (Mn) sebesar 0,5820 mg/L, dan logam Zink sebesar 0,7772 mg/L.

Pada lokasi II memiliki kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Zink (Zn) yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi I. Hal ini disebabkan karena jarak lokasi II lebih dekat dengan dermaga Belawan yang berada di uni kampung dibandingkan dengan lokasi I yang memiliki jarak lebih jauh dari dermaga Belawan yang berada di kampung salam. Air sumur bor yang terletak dekat dengan pantai ataupun dermaga sudah terkontaminasi dengan limbah pabrik yang terletak tidak jauh dari dermaga. Hal ini menyebabkan terjadinya perembesan air laut sehingga meningkatkan kadar logam di dalam air sumur bor. Pada umumnya air tanah pada daerah pantai terpengaruh oleh intrusi air laut.

Kadar maksimum logam yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010 tentang kualitas air minum. Dimana kadar maksimum logam Besi (Fe) 0,3 mg/L, Mangan (Mn) 0,4 mg/L, dan Zink (Zn) 3 mg/L. kadar logam yang tinggi dapat bersifat toksik dan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan.

(43)

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh penurunan terbesar pada logam Zink (Zn) pada lokasi I. Penurunan konsentrasi logam Zink (Zn) pada lokasi I sebesar 82,6% , logam Besi (Fe) sebesar 69,55%, dan logam Mangan (Mn) sebesar 70,9%. Untuk penurunan konsentrasi logam Zink (Zn) pada lokasi II sebesar 63%, logam Besi (Fe) sebesar 81,76%, dan logam Mangan (Mn) sebesar 49,6%. Pada air sumur bor sebelum diolah pada lokasi I diperoleh konsentrasi logam Besi (Fe) sebesar 1,0710 mg/L, sesudah diolah berkurang menjadi 0,3261 mg/L. Logam Mangan (Mn) sebesar 0,5820 mg/L, sesudah diolah berkurang menjadi 0,1691 mg/L. Logam Zink (Zn) sebesar 0,7772 mg/L, sesudah diolah berkurang, menjadi 0,1352 mg/L. Pada air sumur bor sebelum diolah pada lokasi II diperoleh konsentrasi logam Besi (Fe) sebesar 2,9292 mg/L, sesudah diolah berkurang menjadi 0,5340 mg/L. Logam Mangan (Mn) sebesar 0,6715 mg/L, sesudah diolah berkurang menjadi 0,3382 mg/L. Logam Zink (Zn) sebesar 0,8380 mg/L, sesudah diolah berkurang, menjadi 0,3095 mg/L.

(44)
(45)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air sumur bor hasil

olahan melalui alat pemurni air yang digunakan masyarakat sebagai air minum pada lokasi I dan lokasi II telah memenuhi syarat kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010. Pada air baku, konsentrasi logam Zink (Zn) telah memenuhi standar kualitas air minum, sedangkan konsentrasi logam Besi (Fe) dan Mangan (Mn) untuk air baku tidak memenuhi standar kualitas air minum yang telah di tetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010.

2) Penurunan konsentrasi logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air sumur bor hasil olahan pada lokasi I sebesar 69,55%, 70,9%, dan 82,6%. Penurunan konsentrasi logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air sumur bor hasil olahan pada lokasi II sebesar 81,76%, 49,6%, dan 63%.

5.2. Saran

1) Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan efektivitas alat pemurni air A dengan alat pemurni air B

(46)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat vital. Secara langsung air diperlukan untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan lain-lain. Secara tidak langsung air dibutuhkan sebagai bagian ekosistem yang dengannya kehidupan di bumi dapat berlangsung. Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industridan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Dalam hal ini air sangat diperlukan agar industri dan teknologi dapat berjalan dengan baik. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Azwar, 1996).

2.2 Pencemaran Air

(47)

Pencemaran air karena ketidaktahuan manusia, seperti pembuangan air limbah, tinja, dan lain sebagainya. Pembangunan berbagai pabrik ataupun penggunaan berbagai zat kimia dalam industri yang sisanya dibuang begitu saja kea lam menyebabkan timbulnya pencemaran air. Satu tragedi dunia yang banyak mendapat perhatian dari tercemarnya air ialah timbulnya penyakit minamata, disebabkan oleh sisa-sisa pabrik plastik yang dibuang ke kali, sehingga ikan dan kerang-kerangan yang hidup di dalamnya banyak mengandung mercuri, dan bersifat racun bagi manusia.

Beberapa macam polutan yang menimbulkan pencemaran air misalnya: 1) Sisa – sisa benda organik

2) Makhluk hidup tingkat rendah 3) Bahan makanan untuk tanaman 4) Zat kimia organik sintesis 5) Zat kimia anorganik dan mineral 6) Sedimen

7) Radio aktif 8) Minyak

9) Suhu (Azwar, 1996)

2.3 Sumber Air

(48)

2.3.1 Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off); dan air yang mengalir disungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off).

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan nitrogen oksida yang dapat membentuk asam lemah (Novotny, at all, 1994).

2.3.2 Air Tanah

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah, pergerakan air tanah sangat lambat dengan kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah. Pada dasarnya air tanah dapat berasal dari air hujan baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun tidak langsung dari air sungai, danau, rawa dan genangan air lainnya.

(49)

Perlakuan ini bertujuan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan menaikkan kadar oksigen terlarut (Effendi, 2003).

Air tanah secara umum terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal umumnya terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Air sumur dangkal ini terdapat kedalaman 15-30 meter. Sebagai air minum, air tanah dangkal dari segi kualitas agak baik. Kuantitas air tanah dangkal ini kurang cukup dan tergantung musim.

2. Air tanah dalam

Air tanah dalam umumya terdapat setelah rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dengan memasukkan pipa kedalamnnya hingga mencapai kedalaman 100-300 meter dan akan didapat lapisan air. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik daripada air tanah dangkal karena penyaringannya lebih sempurna.

3. Mata air

(50)

2.4 Kualitas Air

Kualitas air merupakan karakteristik mutu yang dibutuhkan dalam pemanfaatan air sesuai dengan yang diperuntukannya (Joeharno, 2000). Pengelompokan kualitas air dibagi menjadi empat golongan menurut peruntukannya dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 1990, pembagian tersebut sebagai berikut :

a. Golongan A : air dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B : air dapat digunakan sebagai air baku air minum.

c. Golongan C : air dapat digunakan untuk keperluan perikanan danpeternakan. d. Golongan D : air dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di

perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi (Effendi, 2003).

2.5 Syarat Air Minum

1. Parameter Fisik

(51)

2. Parameter Biologis

Secara teoritits semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat pathogen. Dipakainya E Coli sebagai patokan utama untuk menentukan apakah air minum memenuhi syarat bakteriologis atau tidak ialah karena pada umumnya bibit penyakit ini ditemui pada kotoran manusia serta secara relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.

3. Parameter Kimia

Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat – zat kimia ataupun mineral, terutama oleh zat – zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat dalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia ataupun mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut (Azwar,1996).

2.6 Standar Baku Air

(52)

2.7 Pengelolaan Air Untuk Minum

1. Pengelolaan secara alamiah

Biasanya dilakukan dalam bentuk penyimpanan ataupun pengendapan. Proses ini dapat berlangsung di alam ( sungai, danau ) ataupun sumber air yang terdapat dirumah tangga warga ataupun sumber air penduduk kota. Air dibiarkan pada tempatnya dan kemudian terjadilah koagulasi. Adanya koagulasi yang membentuk endapan akan menjernihkan air, karena partikel-partikel di dalam air akan ikut mengendap.

2. Pengelolaan air dengan menyaring

Dikenal dengan dua macam saringan yakni saringan pasir lambat yang diperkenalkan di London pada tahun 1892, serta saringan pasir cepat yang diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1893. Pad asaringan pasir lambat aliran air berdasarkan gaya gravitasi sedangkan pada saringan pasir cepat perlu dilakukan pengolahan air sebelumnya, misalnya dengan menambahkan zat koagulan ataupun dengan melakukan proses sedimentasi.

3. Pengelolaan air dengan menambahkan zat kimia

Zat kimia yang ditambahkan ada dua macam, yakni: a. Untuk mempercepat terjadinya proses koagulasi

b. Untuk membunuh bibit penyakit. Zat yang ditambahkan adalah chlorination

4. Pengelolaan air dengan mengalirkan udara

(53)

5. Pengelolaan air dengan memanaskannya hingga mendidih

Pengelolaan air jenis ini ditujukan terutama untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat di dalam air (Azwar,1996).

2.8 Logam

Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik, dan anorganik. Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperanan penting dalam sejarah perdapan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari logam digunakan sebagai alat pelengkapan rumah tangga seperti sendok, garpu, pisau, dan lain-lain, sampai pada tingkat perhiasan mewah seperti emas, dan perak.

Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi kemudian ke lapisan tanah, kemudian ke makhluk hidup (tanaman, hewan, dan manusia), ke dalam air, mengendap dan akhirnya kembali ke kerak bumi. Logam itu sendiri dalam kerak bumi dibagi menjadi logam makro dan logam mikro, dimana logam makro ditemukan lebih dari 1000 mg/kg dan logam mikro jumlahnya kurang dari 500 mg/kg.

(54)
[image:54.595.115.507.193.599.2]

Berikut adalah logam – logam makro dan mikro yang ditemukan dalam kerak bumi dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1. Logam – Logam Makro dan Mikro yang Ditemukan dalam Kerak Bumi

Kelompok Logam Simbol Jumlah (mg/kg)

Makro Aluminium Al 81.300

Besi Fe 50.000

Kalsium * Ca 36.300

Natrium* Na 28.300

Kalium* K 25.900

Magnesium* Mg 20.900

Mangan Mn 1.000

Mikro Barium Ba 425

Nikel Ni 75

Seng Zn 70

Tembaga Cu 55

Plumbum Pb 12,5

Uranium U 2,7 Timah putih Sn 2

Kadmium Cd 0,2

Merkuri Hg 0,08

Perak Ag 0,07

Emas Au 0,004

*Logam ringan Sumber: (Stoker dan Seager, 1979)

(55)

Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5 g untuk setiap cm3. Logam berat bersifat esensial tetapi dapat menjadi toksik bila berlebihan, misalnya besi (Fe), mangan (Mn), dan zink (Zn). Logam berat masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui mulut, yaitu makanan yang terkontaminasi oleh alat masak, wadah dan juga alat pernapasan seperti asap dari pabrik, proses industri, dan buangan limbah. Kontaminasi makanan juga dapat terjadi dari tanaman pangan yang diberi pupuk yang mengandung logam.

Toksik logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi yang terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan ekskresi (hati dan ginjal) (Darmono, 1995).

2.9 Besi (Fe)

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535oC. Besi dapat dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi (Svehla, 1985).

(56)

Kadar Besi (Fe) di perairan yang mendapat cukup aerasi hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/L. Kadar besi diperairan alami berkisar antara 0,05 – 0,2 mg/L. Pada air tanah dangkal dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10-100 mg/L. Kadar besi >1,0 mg/L dianggap membahayakan kehidupan organism akuatik. Air yang dipergunakan bagi air minum sebaiknya kadar besi kurang dari 0,3 mg/L (Effendi, 2003).

2.9.1 Efek Toksik Logam Besi

Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan Fe adala usus halus. Bagian dari usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus ekskresi Fe yang tidak diserap. Besi dari usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana bentuk fero lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk feri. Feritin masuk kedalam darah berubah bentuk menjadi transferin. Dalam darah tersebut besi berstatus sebagai besi bervalensi tiga yang kemudian ditransfer ke hati dan limpa yang kemudian disimpan dalam organ tersebut sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Toksisitas terjadi apabila kelebihan (kejenuhan) dalam ikatan tersebut (Darmono, 2009).

(57)

2.10 Mangan (Mn)

Mangan adalah logam putih abu-abu, yang penampilannya serupa besi-tuang. Ia melebur pada kira-kira 12500C. Logam tersebut bereaksi dengan air hangat membentuk mangan (II) hidroksida dan hydrogen (Svehla, 1985).

Mangan merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54,94 g/mol, nomor atom 25, berat jenis 7,43 g/cm3. Di dalam hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4, valensi 6. Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan berubah-ubah tergantung derajat keasaman (pH) air. Sistem air alami pada kondisi reduksi, mangan pada umumnya mempunyai valensi dua yang larut dalam air. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan valensi dua tersebut dengan berbagai cara dioksidasi menjadi senyawa yang memiliki valensi yang lebih tinggi yang tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara fisik. Mangan di dalam senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai valensi dua, zat tersebut relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl2, MnSO4, Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air (Said, 2005).

2.10.1 Efek Toksik Logam Mangan (Mn)

(58)

Mangan dalam jumlah yang berlebih mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki dan otot, muka kusam, dan dampak kelanjutan bagi manusia yang keracunan Mangan (Mn), bicaranya lambat.

2.11 Zink (Zn)

Zink adalah logam yang putih-kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-1500C. Zink melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C. Yang terakhir ini dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan mengeluarkan hidrogen (Svehla, 1985).

Zink (Zn) adalah komponen alam yang terdapat dalam kerak bumi. Zink (Zn) adalah logam yang memiiki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara dan terbakar bila kena uap udara dengan api hijau terang. Zink (Zn) dapat bereaksi dengan asam, basa, dan senyawa non logm. Zink (Zn) memiliki nomor atom 30 dan memiliki titik lebur 419,73oC. Kadar zink pada air minum sebaiknya tidak lebih dari 2 mg/liter. (Widowati, 2008)

2.11.1 Efek Toksik Logam Zink

(59)

Logam Zink (Zn) sebenarnya tidak toksik dalam keadaan sebagai ion, Zink (Zn) bebas memiliki toksisitas tinggi. Meskipun Zink (Zn) merupakan unsur esensial bagi tubuh tetapi dalam dosis tinggi Zink (Zn) dapat berbahaya. Konsumsi Zink (Zn) berlebih akan mengalami hematologi, hati dan ginjal (Sartono, 2002).

2.12 Spektrofotometri Serapan Atom

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan spektroskopi serapan atom atau Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Pada metode konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada temperatur sumber. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat energi eksitasi yang rendah dapat dimungkinkan. Metode serapan atom sangatlah spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar.

(60)

2.13 Prinsip Kerja Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip spektrofotometri serapan atom didasarkan oleh adanya panjang gelombang terentu oleh atom-atom dalam keadaan dasar. Bila satu atom pada keadaan dasar diberi suatu radiasi, akan terjadi peristiwa eksitasi yaitu peristiwa dimana elektron -elektron dari keadaan dasar akan pindah ke tingkat energi yang lebih tingi. Atom akan membutuhkan energi pada saat eksitasi, energi ini didapat melalui penyerapan radiasi pada panjang gelombang tertentu, energi radiasi yang diserap akan sebanding dengan jumlah atom pada keadaan dasar yang menyerap radiasi tersebut. Hukum Lambert Beer menyatakan : “ Besarnya absorbansi sebanding dengan tebal medium dan konsenterasinya pada panjang gelombang tertentu” atau

secara matematis ditulis sebagai A = ε . b .c dengan ε adalah koefisien ekstinsi

molar. Suatu Spektrofotometer terdiri dari : sumber radiasi, pembakar, monokromator, detektor dan pencatat (Raharjo.2002).

Berikut adalah komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar 2.1

Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

1 2 3 4 5 6 7

[image:60.595.131.509.502.645.2]

Bahan bakar Sampel Oksigen

(61)

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri membentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia seperti neon atau argon dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah (Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Rohman, 2007)

3. Monokromator

Pada spektrofotemetri serapan atom, monokromator yang dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan di dalam analisis. Dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).

4. Detektor

(62)

5. Rekorder

Rekorder berfungsi untuk menerima dan merekam sinyal yang disampaikan oleh detektor dan menyampaikannya ke sistem read out.

6. Sistem Pencatat (Sistem Read-Out)

Sistem pencatat merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah dikalibrai untuk pembacaan absorbansi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva (Rohman, 2007).

2.14 Alat Pemurni Air

Alat pemurni air adalah suatu alat yang sederhana yang banyak digunakan masyarakat pada saat ini. Alat ini berfungsi dapat menurunkan kadar logam berat, membunuh kuman serta menjernihkan air sehingga dapat digunakan langsung tanpa harus dimasak terlebih dahulu.

2.14.1 Bahan penyusun alat pemurni air

1. Filter Keramik

(63)

2. Filter Pemurni

Filter pemurni terdiri dari:

a. Pasir Silika. Bahan ini berfungsi membuang komponen asam pada air dan mengatur kadar pH air.

b. Karbon aktivasi dan perak aktivasi karbon. Bahan ini untuk membuang klorin, organik kimia dan zat- zat yang berbau tidak enak dan berwarna untuk memastikan hasil air mineral yang sejernih kristal.

c. Zeolit. Bahan ini berfungsi membunuh bakteri dan mencegah tingkat PH air dari polusi.

3. Batu Mineral

Batu mineral adalah batuan mineral cormac yang merupakan sekumpulan Pasir Koral, Batuan Bio-Mineral, dan Batuan Mineral Perak. Batu mineral ini diambil dari kedalaman 330/ 600 meter di bawah air laut dari pulau- pulau di korea yang tidak tercemar polusi. Batu-batu ini mengandung germanium yang bagus buat kesehatan dan mencegah kanker. Germanium juga menyerap logam berat, menetralisasi racun, bau yang tidak sedap, dan zat- zat yang tercemar lainnya. Batu-batu ini secara terus menerus mengeluarkan 20 jenis mineral yang telah di ionisasi dan membantu proses-proses oksigenasi air dan mengatur kadar pH.

2.14.2 Cara Penggunaan Dan Perawatan

(64)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat penting untuk kehidupan, bukanlah suatu yang baru, karena telah diketahui bahwa tak satu pun kehidupan di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan air sangat mutlak, karena zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 73% dari berat badan manusia dewasa terdiri dari air (Azwar, 1996).

Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar 150 – 200 liter atau 35 – 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2005).

Terbatasnya ketersediaan air bersih adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan layanan air bersih di Indonesia. Masyarakat di Indonesia banyak yang menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih (Yaman,2012).

(65)

Daerah sekitar Belawan adalah daerah yang dekat dengan pantai, yang secara administrasi pemerintahan termasuk wilayah kotamadya Medan. Secara geografis wilayah Belawan terletak pada posisi Koordinat geografisnya 03o45’– 03o46’ Lintang Utara dan 98o40’-98o42’ Bujur Timur (Departemen Pertambangan, 1995/1996). Dengan ketinggian berkisar antara 0-3 m dari permukaan laut. Masih terbatasnya sarana PDAM di daerah tersebut untuk kebutuhan rumah tangga, sebagai konsekuensinya penduduk di daerah tersebut membuat sumur bor sebagai sarana pengadaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga karena dengan cara tersebut lebih mudah dan ekonomis. Perembesan air laut menjadi persoalan serius di pemukiman penduduk didekat pantai seperti Jakarta, Semarang dan Medan. Pada tahun 1988 perembesan air laut telah merambah kebagian kota sejauh 2-3 km (Situmorang, 2004).

Hal ini menyebabkan kualitas air bersih semakin menurun. Pastinya jumlah kadar logam dan mineral-mineral melebihi batas yang di tetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010.

(66)

1.2 Permasalahan

1. Berapakah kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air minum dari air sumur bor sebelum dan sesudah diolah yang dikonsumsi masyarakat Kecamatan Medan Belawan.

2. Apakah kadar logam logam dari air sumur bor sebelum dan sesudah diolah yang dikonsumsi masyarakat Kecamatan Medan Belawan masih dalam batas aman untuk dikonsumsi?

3. Bagaimanakah keefektivitas alat pemurni air tersebut?

1.3 Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air minum dari air sumur bor sebelum dan sesudah diolah dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

2. Sampel air sumur bor yang dianalisis pada penelitian ini diambil dari rumah warga di dua lokasi Kecamatan Medan Belawan. Pada lokasi I di Kampung Salam dan Lokasi II Uni Kampung

3. Sampel air yang digunakan adalah air sebelum dan sesudah diolah melalui alat pemurni air

1.4 Tujuan Penelitian

(67)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada masyarakat mengenai efektivitas alat pemurni air dalam menurunkan kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) pada air minum dari sumur bor yang mereka konsumsi setiap hari, apakah sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010.

1.6 Lokasi Penelitian

(68)

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Sampel air diambil dari rumah penduduk Kampung Salam dan Uni Kampung di Kecamatan Medan Belawan

2. Sampel yang dianalisis adalah air sumur bor sebelum dan sesudah diolah melalui alat pemurni air

3. Pengukuran pH air dilakukan sebelum dan sesudah diolah 4. Sampel terlebih dahulu di destruksi dengan asam nitrat pekat

5. Seluruh sampel di preparasi dengan berpedoman pada Standar Nasional Indonesia ( SNI )

(69)

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn), DAN ZINK (Zn) PADA AIR MINUM DARI AIR SUMUR BOR

SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air merupakan zat yang sangat mudah terkontaminasi. Pencemaran air akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air sehingga dapat menyebabkan toksisitas pada manusia. Telah dilakukan penelitian tentang studi perbandingan kandungan logam besi (Fe), mangan (Mn), dan zink (Zn) pada air minum dari air sumur bor sebelum dan sesudah diolah di kecamatan Medan Belawan dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Sampel yang dianalisa adalah air baku dan air hasil olahan melalui alat pemurni air, dimana pengambilan sampel dilakukan pada dua lokasi yaitu Kampung Salam dan Uni Kampung. Sampel didestruksi dengan penambahan 5 ml HNO3(p). Kandungan logam besi (Fe), mangan (Mn), dan zink (Zn) telah dianalisa selama 3 minggu menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Dari hasil penelitian diperoleh penurunan konsentrasi logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) dari air sumur bor setelah diolah melalui alat pemurni air pada lokasi I dan lokasi II. Pada lokasi I sebesar 69,55%, 70,9%, dan 82,6%. Pada lokasi II sebesar 81,76%, 49,6%, dan 63%.

(70)

STUDY OF DIFFERENCE BETWEEN CONCENTRATION OF IRON (Fe), MANGAN (Mn), AND ZINC (Zn) OF DRINKING WATER FROM WATER WELL DRILLING BEFORE AND AFTER PROCESSED AT DISTRICT

MEDAN-BELAWAN BY USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD

ABSTRACT

Water is a natural resource that is essential for human life. Water is a substance that is easily contaminated. Water pollution will affect to the decline in water quality so that it can cause toxicity in humans. The research for study of difference between concentration of Iron (Fe), Mangan (Mn), and Zinc (Zn) of drinking water from water well drilling before and after processed at district Medan-Belawan by using Atomic Absorption Spectrophotometric method. Samples analyzed were raw water and processed water through the water purifier, where the sampling is done at two locations Uni village and village Salam. Water sample was added 5 ml of HNO3(p) and destructed. The concentration of Iron (Fe), Mangan (Mn), and Zinc (Zn), has been analyzed for 3 weeks using Atomic Absorption Spectrophotometric Instrument. The result of shows that decreasing of concentration Iron (Fe), Mangan (Mn), and Zinc (Zn) from the water well drilled after processed through the water purifier at the location I and location II. At the location I by 69,55%, 70,9%, and 82,6%. At the location II by 81,76%, 49,6%, dan 63%.

(71)

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn), DAN ZINK (Zn) PADA AIR MINUM DARI AIR SUMUR BOR

SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

RIZKI AULIA HASIBUAN 120802018

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(72)

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn), DAN ZINK (Zn) PADA AIR MINUM DARI AIR SUMUR BOR

SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RIZKI AULIA HASIBUAN 120802018

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(73)

PERSETUJUAN

Judul : Studi Perbandingan Kandungan Logam Besi (Fe), Mangan (Mn), Dan Zink (Zn) Pada Air Minum Dari Air Sumur Bor Sebelum Dan Sesudah Diolah Di Kecamatan Medan Belawan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

Kategori : Skripsi

Nama : Rizki Aulia Hasibuan

NIM : 120802018

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di, Medan, Juni 2016

Komisi Pembimbing :

Dosen Pembimbing 2, Dosen Pembimbing 1,

Prof. Dr.Harry Agusnar ,M.Sc. Prof. Dr. Zul Alfian,M.Sc. NIP.195308171983031002 NIP.195504051983031002

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(74)

PERNYATAAN

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn), DAN ZINK (Zn) PADA AIR MINUM DARI AIR SUMUR BOR

SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2016

(75)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar sarjana Sains pada jurusan Kimia di FMIPA USU. Serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan hidup.

Teristimewa saya sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Ayahanda Mashudi Hasibuan dan Ibunda Hamidah Hanim Pulungan. Serta kepada kakanda Masni Santika Hasibuan, Abangnda Arief Ahmad Nasution, dan Adinda Hamdi Abdullah Hasibuan yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU. Kepada Bapak Drs. Philipus H. Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat demi kelancaran kuliah penulis, serta seluruh dosen dan staff pegawai jurusan Kimia FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama masa studi penulis.

Kepada teman- teman terbaik Abangnda Irwanto S.Si, Meitifanny, Julia Siti, Annisa Siregar, Alfi, Suha, Perkawanan ( Evan R, Fian Rambe, Trisuci, Nuel, Irza, Rizky), Oyot (Widya, Vivin, Anes, Yuly, Maulida), adik-adik stambuk 2015, teman-teman dan adik-adik asisten laboratorium kimia analitik, terima kasih untuk persahabatan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang selama ini diberikan kepada Penulis. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan Kimia S1 khususnya stambuk 2012 atas kerja sama yang baik selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan. Amin.

(76)

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn), DAN ZINK (Zn) PADA AIR MINUM DARI AIR SUMUR BOR

SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air merupakan zat yang sangat mudah terkontaminasi. Pencemaran air akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air sehingga dapat menyebabkan toksisitas pada manusia. Telah dilakukan penelitian tentang studi perbandingan kandungan logam besi (Fe), mangan (Mn), dan zink (Zn) pada air minum dari air sumur bor sebelum dan sesudah diolah di kecamatan Medan Belawan dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Sampel yang dianalisa adalah air baku dan air hasil olahan melalui alat pemurni air, dimana pengambilan sampel dilakukan pada dua lokasi yaitu Kampung Salam dan Uni Kampung. Sampel didestruksi dengan penambahan 5 ml HNO3(p). Kandungan logam besi (Fe), mangan (Mn), dan zink (Zn) telah dianalisa selama 3 minggu menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Dari hasil penelitian diperoleh penurunan konsentrasi logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) dari air sumur bor setelah diolah melalui alat pemurni air pada lokasi I dan lokasi II. Pada lokasi I sebesar 69,55%, 70,9%, dan 82,6%. Pada lokasi II sebesar 81,76%, 49,6%, dan 63%.

(77)

STUDY OF DIFFERENCE BETWEEN CONCENTRATION OF IRON (Fe), MANGAN (Mn), AND ZINC (Zn) OF DRINKING WATER FROM WATER WELL DRILLING BEFORE AND AFTER PROCESSED AT DISTRICT

MEDAN-BELAWAN BY USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD

ABSTRACT

Water is a natural resource that is essential for human life. Water is a substance that is easily contaminated. Water pollution will affect to the decline in water quality so that it can cause toxicity in humans. The research for study of difference between concentration of Iron (Fe), Mangan (Mn), and Zinc (Zn) of drinking water from water well drilling before and after processed at district Medan-Belawan by using Atomic Absorption Spectrophotometric method. Samples analyzed were raw water and processed water through the water purifier, where the sampling is done at two locations Uni village and village Salam. Water sample was added 5 ml of HNO3(p) and destructed. The concentration of Iron (Fe), Mangan (Mn), and Zinc (Zn), has been analyzed for 3 weeks using Atomic Absorption Spectrophotometric Instrument. The result of shows that decreasing of concentration Iron (Fe), Mangan (Mn), and Zinc (Zn) from the water well drilled after processed through the water purifier at the location I and location II. At the location I by 69,55%, 70,9%, and 82,6%. At the location II by 81,76%, 49,6%, dan 63%.

(78)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Gambar

Tabel 4.1. Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Shimadzu       AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Logam Besi (Fe)
Tabel 4.2. Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe)
Tabel 4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan       Konsentrasi Logam Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran       Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe)
Tabel 4.4. Analisis Data Statistik Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) untuk        Air Minum Setelah Diolah pada Lokasi I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi polutan udara secara signifikan dapat menyimpang, hasil verifikasi dari fixed box model dengan data asli

now look at ways in which observers can be more self-aware and better prepared for the task they are charged with, whether they are observing for assessment, for training,

Berdasarkan hasil traffic counting , total jumlah kendaraan maksimal di jalan S.Parman terjadi pada hari selasa yaitu 17.098 kendaraan. Konsentrasi CO dan SO 2

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan ini adalah bagaimana berlangsungnya proses bending rotan dapat disampaikan dengan pemaparan yang mudah dipahami

“Tebe prihatin dengan perilaku warga yang membuang hamper semua limbah ke Danau Toba.” Setiap bertemu kerabat, Sersan Tebe tidak segan - segan mengutarakan keprihatinannya

Dari sekian banyak manfaat jaringan komputer, yang dibutuhkan oleh pengguna adalah adanya sebuah sistem jaringan komputer yang bisa melakukan validasi client yang

Terima kasih untuk kekonyolan, ceriaan, omelan dan support yang diberikan kepada peneliti, untuk tidak menyerah, dan selalu memberikan semangat kepada peneliti, untuk

ASEAN perlu mencari jalan untuk mempertemukan kekhatra- tiran ASEAN terhadap senjata nuklir dongan kepentingan strategi global dari AS* "Sehingga zona bebas senjata nuklir