• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Patriotisme Dalam Novel Toba Dreams Karya T.B Silalahi Analisis: Sosiologi Sastra Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-Nilai Patriotisme Dalam Novel Toba Dreams Karya T.B Silalahi Analisis: Sosiologi Sastra Chapter III V"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti diwajibkan menggunakan

sebuah metode untuk mempermudah penelititan, sehingga penelitian yang

dilakukan lebih terarah dan tertata rapi. Menurut Endraswara (2008:8) “Metode dalam penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan

mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai subjek kajian.”

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif.Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berhubungan

dengan nilai atau kesan dari sebuah objek yang diteliti. Menurut Semi (2012:11)

“Metode penelitian Kualitatif yang diutamakan bukan kuantifikasi berdasarkan angka-angka, tetapi yang diutamakan adalah kedalaman penghayatan terhadap

interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.”

3.2 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata atau

kalimat-kalimat dan bukan angka-angka.Dalam penelitian kualitatif, data formal

adalah kata-kata, kalimat, dan wacana (Ratna, 2004:47).Data yang dimaksud

adalah kata-kata, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam novel TD.

Judul Novel : Toba Dreams

Pengarang : T.B. Silalahi

(2)

Tebal Buku : 248 Lembar

Warna Sampul : Kuning Kecoklat - coklatan

Gambar Sampul : Sampul novel TD sepasang kekasih saling

bertatapan dan seorang pemuda bersama

Ayahnya merangkul anaknya sambil

memegang pistol

Desain Sampul : Iksaka Banu

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan dengan persiapan

yang baik pula, teknik pengumpulan data sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan sebuah penelitian.Adapun teknik pengumpulan dapat dilakukan

dengan beberapa metode.

Nurgiyantoro (1995:47) menyatakan membaca heuristik merupakan

pembacaan karya sastra pada sistem semiotik tingkat pertama.Ia berupa

pemahaman makna sebagaimana yang dikonvensikan oleh bahasa yang

bersangkutan. Orang sering menyebutnya sebagai makna yang ditunjuk oleh

kamus.Kerja pembacaan heuristik menghasilkan pemahaman makna secara

harfiah, makna langsung, makna tersurat atau makna denotatif.Namun, dalam

banyak kasus karya sastra, makna yang sebenarnya ingin disampaikan oleh

pengarang justru diungkapkan tidak secara langsung tetapi hanya tersirat.Oleh

karena itu untuk pembacaan karya sastra haruslah sampai pada penafsiran

hermeneutik, yaitu pembacaan dan pemahaman pada tataran semiotik tingkat

kedua.Artinya berdasarkan makna dari hasil kerja heuristik dicoba untuk

(3)

heuristik dibutuhkan pengetahuan tentang kode bahasa, pada tataran kerja

hermeneutik dibutuhkan tentang kode sastra.

Setelah data dibaca menggunakan metode heuristik dan hermeneutik,

maka data yang memiliki kaitan dengan nilai-nilai patriotisme.Setelah seluruh

data dikumpulkan maka data dipilih serta dikelompokkan, data yang

dikelompokkan sesuai dengan nilai-nilai patriotisme.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

heuristik dan hermeneutik. Heuristik merupakan langkah untuk menemukan

makna melalui pengkajian struktur bahasa dengan menginterpretasikan teks sastra

secara refrensial lewat tanda-tanda bahasa. Hasil dari pembacaan heuristik adalah

sinopsis cerita, pengucapan teknik cerita, dan juga gaya bahasa yang digunakan

dalam cerita tersebut. (Nurgiyantoro:32)

Hermeneutik yaitu pembacaan bolak-balik atau pembacaan ulang untuk

mendapatkan konvensi cerita atau makna ceritanya.Pembacaan dilakukan dari

awal hingga akhir cerita tersebut. Proses pembacaan ini adalah interpretasi tahap

kedua yang menggunakan banyak kode di luar bahasa dan kemudian

menggabungkan keseluruhannya hingga pembaca dapat menganalisis secara

struktural untuk mengungkapkan makna utamanya. (Nurgiyantoro:33)

Analisis yang digunakan dalam menganalisis karya sastra adalah analisis

deskriptif.Menurut Nasir (dalam Tantawi 2014:66) metode deskriptif adalah

mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara

sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara

(4)

Analisis dengan metode deskriptif dilakukan dengan langkah-langkah

berikut: (a) Peneliti membaca data yang telah dikumpulkan untuk memahaminya

secara keseluruhan, (b) Peneliti akan mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan

seluruh data berdasarkan butir-butir masalah yang telah dirumuskan, dan (c)

Peneliti kembali menafsirkan seluruh data untuk menemukan kepaduan dan

hubungan antar data, hingga akhirnya diperoleh pengetahuan tentang karya sastra.

Data yang telah didapatkan kemudian dipisahkan berdasarkan masalah-masalah

yang telah dirumuskan.Hasil yang diperoleh adalah berupa uraian penjelasan

(5)

BAB IV

NILAI – NILAI PATRIOTISME YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL TD KARYA T.B SILALAHI

4.1 Patriotisme

Dalam pandangan filsafat, nilai (value: Inggris) sering dihubungkan

dengan masalah kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu

berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai keindahan), baik (nilai moral) dan

religius (nilai religi).Nilai itu ideal, bersifat ide.Karena itu nilai adalah sesuatu

yang abstrak dan tidak tidak dapat disentuh oleh panca indera (Budiyono:

2004:23). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Patriotisme adalah sikap

seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan

kemakmurantanah airnya (KBBI, 2007: 837). Jadi nilai-nilai patriotisme adalah

segala hal yang positif dan berguna yang terkandung di dalam jiwa manusia yang

berhubungan dengan bela Negara. Termasuk di dalamnya adalah kesetiaan,

kerelaan berkorban, kebersamaan, tanggungjawab dan semangat pantang

menyerah.Berbicara tentang patriotisme tentu saja tidak lepas dari rasa

nasionalisme.Nasionalisme sendiri adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa

dan negara sendiri (KBBI, 2007:775).

Patriotisme didefenisikan sebagai paham cinta tanah air.Kita contohkan pejuang

sejati pembela bangsa yang mempunyai semangat, sikap, perilaku mencintai tanah

airnya, dimana dia mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa raganya demi

kemajuan dan kemakmuran bangsa dan negaranya. Patriotism berasal dari kata

(6)

“heroism” dan “patriotism” dalam bahasa inggris. Pengorbanan ini dapat berupa pegorbanan harta benda maupun jiwa raga. Patriotisme mengandung konotasi

etika: adalah dibayangkan bahwa „tanah air‟ ini (biar bagaimana sekalipun

artinya) sendirinya adalah satu taraf moral atau nilai moral.

Kala itu, tetangga sekitar rumahnya tentara semua.Diri nya membayangkan,

alangkah gagahnya bila tebe berseragam tentara.Kebetulan, di tahun 1974 saat itu

dibuka pendaftaran untuk menjadi tentara.Tebe yang baru lulus SMP, saat berusia

15 tahun, berkeras untuk mendaftar. Pendeta viktor berusaha mencegah keinginan

anaknya, karena dia ingin Tebe melanjutkan sekolah ke SMA.(TD:9)

Rela sepenuh hati berkorban untuk bangsa dan Negara.sama saja rela berkorban

demi kepentingan Negara. Memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan diri

demi ikut berpartisipasi dalam rangka proses pembangunan tanah air atau

negaranya dari Negara yang kecil, berkembang sampai menjadi Negara yang

maju. Demikianlah yang dilakukan oleh sersan tebe (TB silalahi) dalam novel

TDhal ini tergambar dalam kutipan berikut ini

“Ayah tak perlu khawatir, relakan anakmu berjuang bersama prajurit lainnya di Timor Timur,” jawab tebe yang telah membulatkan tekad untuk dikirim ke Timor Timur. “Saya mohon doa restu Ayah saja. Lusa saya mulai latihan sebelum diberangkatkan ke Atambua.” (TD:10)

Dari kutipan di atas, tergambar bahwa sersan tebe rela berkorban dan

berjuang untuk bangsa dan Negara di Timor Timur. Meskipun ayahnya sudah

memberikan berbagai argumentasi, bahkan diam-diam berusaha mempengaruhi

adiknya, Rafles, yang menjadi seorang perwira perbekalan di korem Yogyakarta,

namun Tebe tetap berkeras hati ikut ujian sekolah Calon Tamtama.Tebe berhasil

(7)

Kala itu Tebe diangkat sebagai prajurit infanteri. Setelah ikut pelatihan selama enam bulan, ia langsung dikirim ke Meliana, Bobonaro, Timtim. Selama tiga tahun dia bertugas di sana sebelum dipindahkan ke Dili, ibu kota Timtim. Di dili Tebe mengikuti ujian persamaan SMA untuk persyaratan Secaba, dan dia berhasil lulus dari pendidikan Secaba dengan pangkat sersan dua. (TD:11)

Secaba merupakan sekolah calon bintara disana lah tempat tebe lulus

dengan pangkat sersan dua, lalu dia melanjutkan tugas nya ke padalarang,

kabupaten Bandung, jawa barat, sebagai pelatih pasukan kavaleri. Sepuluh tahun

terkhir Sersan Tebe dipindahkan ke Batalyon Kav 9/Serbu Kodam jaya di

tangerang.

Akhirnya Sersan Tebe pensiun, saat itulah bona pasogit dalam bahasa batak yang

artinya kampung halaman memanggil jiwanya.Kebanyakan warga keturunan

batak di perantauan memiliki ikatan yang kuat dengan bona pasogit-nya.Dengan

berbagai pertimbangan, sebagian besar perantau batak, saat meninggal dunia,

ingin dikubur di bona pasogit-nya.Tebe tidak ingin menunggu di panggil Tuhan

baru jasadnya dikirim ke kampung halaman.Dia ingin menghabiskan masa tua di

kampung halaman yang berada di tepi Danau Toba.

“Esok hari dia harus mengakhiri karier militernya.Padahal ketiga anaknya belum ada yang bekerja. Si sulung Ronggur, yang sudah 2 tahun drop out kuliah, yang masih menganggur. Sumurung anak keduanya, baru lulus SMA. Sedangkan Taruli, putri bungsunya, juga baru lulus SMP. Keduanya pasti membutuhkan biaya besar untuk meneruskan pendidikannya.(TD:50)

Semula Sersan Tebe berharap, Ronggur di usianya yang ke-23 tahun sudah

bekerja.Paling tidak sudah memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, syukur-syukur

bisa membantu biaya sekolah adik-adiknya.Namun harapan tinggal

(8)

hanya dua bulan menumpang di keluarganya. Anak dari adik perempuannya itu

langsung diterima di kantor pengacara.

“Gigih sekali anak itu, puji Tebe dalam pikirannya. Lain dengan anak sulungnya, si ronggur, yang hidupnya larut bersama teman-temannya yang suka nongkrong.(TD:50)

Namun Sersan Tebe justru menaruh harapan yang sangat besar kepada

Taruli, putri bungsunya.Sejak SD hingga lulus SMP, prestasi akademisnya

sungguh membanggakan.Kadang dia juara satu.Paling rendah juara tiga di

kelasnya.Kelak, jika keluarganya pindah ke Tarabunga, dan itu sudah menjadi

impian lama Sersan Tebe, Taruli diharapkan masuk sekolah unggulan yang

didirikan Letjen TNI (Purn.) T.B Silalahi. Karena sekolah ini menggratiskan biaya

pendidikan bagi anak-anak berprestasi dari kalangan yang tidak mampu.

Di sini Sersan Tebe bersyukur. Kendati pernah dikirim ke berbagai medan

pertempuran, namun dirinya masih utuh. Berkali –kali dia bisa meloloskan diri dari ancaman maut.Diantara mereka yang masih dia ingat adalah Pratu Dukut asal

Gunungkidul yang satu angkatan dengannya di sekolah tamtama.

“Selamat jalan, kawan,” ucap Sersan Tebe kepada potret Pratu Dukut yang berpose di suatu kawasan yang sudah direbut pasukannya. (TD:36)

Kini Sersan Tebe berkemas di depan cermin, bersiap mengikuti upacara

purna tugas yang sudah dijadwalkan kesatuannya. Saat berkemas di depan cermin

itulah Kristin sujono, yang sudah seperempat abad dinikahinya, berdiri di

belakangnya. Namun kristin kurang setuju jika suaminya buru-buru memboyong

keluarganya ke kampung halaman. Apalagi Ronggur masih menganggur,

Sumurung baru lulus SMA, dan Taruli masih memerlukan biaya yang tidak

(9)

“Apa sudah ayah pikirkan baik-baik? Apa tidak sebaiknya ayah minta pekerjaan kepada atasan atau kawan yang pernah ayah tolong ?” sapa Kristin.“pekerjaan apa ?” sahut Sersan Tebe dengan nada meninggi. “jaditukang parker? Satpam Bank? Sekuriti klub malam?Debt collector, begitu?” (TD 36-37)

Lagi – lagi Kristin gagal membujuk suaminya agar mengurungkan niat pulang kampung setelah pensiun yang sudah diungkapkannya sejak lama.Sersan

Tebe berkeras dengan keputusannya.Ibunya yang sudah tua tentu saja tidak

sanggup mengerjakan tanah yang kurang lebih 2 hektar itu. Dengan sisa –sisa tenaganya di usia 55 tahun, Tebe berharap mampu menghidupi keluarganya dari

uang pensiunan dan hasil pertanian yang akan digarapnya.

“Hari ini kita melakukan apel yang luar biasa dalam rangka mengecek kesiapan pasukan kita. Saya sangat puas, karena hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit pasukan sudah di lapangan dan siap tempur,” ucap komandan upacara membuka sambutannya.(TD:40)

Kesediplinan mereka membuat komandan sangat puas dalam upacara apel

yang dilakukan dengan khidmat untuk melepas dan mengakhiri pengabdian

seorang prajurit di TNI AD, khususnya Yonkav 9.

“Sekarang tiba saatnya kita harus mengucapkan selamat tinggal kepada prajurit yang telah pertaruhkan nyawa di medan-medan perang membela kedaulatan bangsa. (TD:40)

Sersan Mayor Tebe, kami mewakili Negara Kesatuan Republik Indonesia

memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa-jasamu,” ucap komandan upacara, yang membuat Sersan Tebe terharu, mengenang para sahabat yang

terlebih dahulu gugur di medan laga.Sersan Tebe tecekat.Matanya memandang

lurus.Tak lama dia pun mencabut pistol yang selama ini menemaninya berjuang.

(10)

kelompok bersenjata.Dengan sigap dia mencabut pistol itu dan bisa mengenai dua

orang penyergap.

“Setelah menyerahkan pistol, Sersan Tebe menerima sertifikat pengabdian dari komandan.Para prajurit dengan antusias bertepuk tangan. Sersan Tebe pun berdiri tegak.(TD:41)

Suasana haru menyelimuti apel pagi yang sekaligus mengantar kepergian

Sersan Tebe, prajurit senior yang bertahun –tahun menjadi bagian tidak terpisahkan dari Markas Yon Kavaleri 9 yang sangat dicintainya.

“Di tempat terpisah, menjelang siang, Ronggur dan ke-10 temannya masih terlibat perkelahian seru melawan 15 preman.Lambat laun Ronggur Cs, berhasil menedesak musuhnya yang juga terlihat gigih enggan menyerah.” (TD:41)

Warga sekitar hanya menonton dari kejauhan.Lagi- lagi tidak seorang pun

berani memisahkan.Apel pagi telah usai.Inspektur upacara telah meninggalkan

tempat.

“Hidup Sersan Tebe! Hidup Sersan Tebe! Hidup Sersan Tebe! (TD:42)

Prajurit tua itu pun terharu mendengar mars Kavaleri yang dinyanyikan

pasukan kompi yang mendukung dan mengaraknya keliling lapangan. Di antara

prajurit itu ada sejumlah kopral yang sudah dianggap seperti keluarganya.Ada

kalanya pula, Sersan Tebe menjadi saksi pernikahan anak buahnya, terutama yang

beragama Nasrani.

(11)

Missalnya saja Koptu Poniman, yang ternyata masih keponakan

Almarhum Pratu dukut.Dia sering curhat tentang istrinya yang merasa serba

kekurangan.Dengan gaji prajurit yang hanya sedikit di atas upah minimal regional

Kota Tangerang Selatan, Koptu poniman sering mengeluhkan kelakuan istrinya

yang banyak mengkredit barang-barang.

“Saya harus bagaimana, Komandan?” keluh Koptu Poniman yang berpikir akan menceraikan istrinya. Hal yang sama sebenarnya pernah dialami Tebe. Saat pertama kali menempati rumah dinas, rumahnya masi kosong, belum ada isinya.(TD:43)

Kristin yang kala itu sedang mengandung anak pertama diam-diam

mengkredit ranjang, sofa, lemari, dan perangkat dapur.Gaji ludes.Begitu pun

pinjaman dari koperasi.Beruntung kala itu panglima ABRI, yang dijabat oleh

seorang perwira tinggi asal Makassar, mengerti betul kesulitan para

prajurit.Seingatnya sejak itu gaji prajurit dinaikkan.Belum lagi insentif dari

komandan yang menjalankan bisnis halal untuk kesejahteraan prajurit.

“Sabar saja.Jangan sampai kalian cerai.Itulah tantangan yang mesti dihadapi seorang prajurit. Lihatlah abangmu ini, gajinya juga tidak beda jauh dengan kalian, tapi kalau bersabar, Tuhan pasti kasih jalan. Saat sulit mbakyumu jualan batik dan ternyata bisa untuk menyambung gaji suami. Pernah juga mbakyumu, waktu saya dinas di Sulawesi, jualan gorengan. Abangmu berharap, istrimu juga bisa meniru mbakyumu, yang sabar menghadapi cobaan,” (TD:45)

kenang Sersan Tebe saat memberikan petuah kepada Koptu Poniman.

Sersan Tebe ingat betul, setelah Ronggur lahir, istrinya memutuskan ikut program

Keluarga Berencana. Maka tidak aneh, jarak kelahiran antara Ronggur dan

Sumurung 5 tahun.Setelah kelahiran Taruli tiga tahun berikutnya, Kristin kembali

(12)

“Selain gaji dan lauk-pauk, sejak Panglima ABRI dipegang Jenderal TNI M. Yusuf dari Makassar, keluarganya juga mendapatkan tunjangan 58kg beras setiap bulan.Jatah untuk dirinya 18 kg, istri dan masing-masing anaknya mendapat jatah 10 kg. (TD:46)

Begitulah kehidupan keluarga tentara.Bila tidak bisa mengatur keuangan,

akibatnya bisa kedodoran di tengah jalan. Untuk mencukupinya, kadang-kadang

teman sejawatnya, di luar jam dinas, menjadi penjaga malam di gedongan. Ada

pula yang menjadi satpam di kompleks pertokoan sesudah jam kerja.

“Kesulitan yang dialami Koptu Poniman, juga prajurit-prajurit muda yang lain, pernah dialaminya.Bagi yang tidak kuat menahan godaan, ada kalanya mereka terlibat tindakan yang mencederai Sumpah prajurit. (TD:46)

Selama bertugas di Yonkav 9, sudah puluhan prajurit yang dikenalnya

melakukan tindakan indisipliner.

“Selamat jalan, komandan.Semoga sukses,” kata Koptu Poniman yang wajahnya mirip Pratu Dukut.Dia memang anak dari kakak perempuan Pratu Dukut. (TD:46)

Dia menikah dengan anis, pelayan warung “gudeg yogya” yang membuka kios di jl. Fatmawati Jakarta Selatan.

“Salam buat istrimu, saya dengar usahanya sukses, syukurlah,” ujar Sersan Tebe kepada Koptu Poniman.

“Itu berkat nasihat Komandan,” sahut koptu Poniman.“Alhamdulliah, berkat nasihat komandan, Tuhan telah membukakan jalan. Nanti saya

sampaikan salam Komandan kepada istri saya,” lanjut Koptu Poniman yang juga tidak kuasa menahan air matanya.

Terlebih komandannya itu sering bercerita tentang keberanian Pratu Dukut

meninggal dirinya belum lahir, namun prajurit muda itu setiap Hari Raya Idul

(13)

“Sersan Tebe pernah diam-diam membawakan formulir pendaftaran sekolah calon bintara ke anaknya. Tapi apa jawab Ronggur? “Jadi tentara”?enggak banget, deh. Bapak saja yang sudah bertempur kemana -mana sudah tua masih miskin begitu.” (TD:56)

Ingin sekali Sersan Tebe menampar anak sulungnya yang kurang ajar itu,

tapi Kristin Sujono, ibunya, selalu mencegahnya.

“Usai upacara, Sersan Tebe dengan sepeda motor Honda Astrea tuanya berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ada sejumlah

sejawatnya yang gugur di medan laga dikuburkan di sana. Bahkan ada

beberapa di antaranya yang masih berpangkat kopral. Belum sempat

menikmati indahnya hidup berumah tangga namun telah gugur di medan

laga.

4.2 Nilai-nilai Patriotisme

Seperti yang dijelaskan dalam Bab II, penelitian ini menggunakan

pendekatan Sosiologi sastra yang dikembangkan oleh Endraswara. Sosiologi

sastra yang dikembangkan Endraswara ini dapat menganalisis dan

mendeskripsikancabang penelitian sastra yang bersifat reflektif dalam nilai-nilai

patriotisme yang terkandung dalam novel TD. Peneltian ini banyak diminati oleh

peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

masyarakat.Patriotisme juga membayangkan bahwa seseorang wajar

mengutamakan kepentingan Negara dibanding kepentingan diri dan

kelompoknya.Ketika peperangan, mungkin nyawa diri yang perlu

dikorbankan.Gugur dalam pertempuran demi tanah air merupakan contoh tipikal

(14)

sudi mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan tanah air, bangsa, dan

Negara.Budiyono menjabarkan nilai-nilai patriotisme yang terkandung adalah:

1. Cinta tanah air.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.

3. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan Negara diatas

kepentingan pribadi dan golongan.

4. Berjiwa pembaharu.

5. Tidak kenal menyerah.

Kelima bentuk yang dijabarkan dalam sosiologi sastra Budiyono ini akan

dihubungkan dengan nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam novel TD.

Melalui sosiologi sastra Budiyono tersebut, akan dapat menentukan nilai-nilai

patriotisme Sersan Mayor Tebe dalam tugasnya sebagai tentara pensiunan yang

menghadapi lika-liku kehidupan dalam keluarga.

4.2.1 Cinta Tanah Air

Cinta kepada Negara tempat kita dilahirkan, dibesarkan dan memperoleh

kehidupan di dalamnya. Karena dari Negara kita tersebut semua yang kita

butuhkan akan kita dapatkan. Cinta tanah air adalah sama saja rela berkorban

demi kepentingan Negara. Memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan diri

demi ikut berpartisipasi dalam rangka proses pembangunan tanah air atau

negaranya dari Negara yang kecil, berkembang sampai menjadi Negara yang

(15)

Menghayati arti dari cinta tanah air memanglah bukan masalah yang

mudah, perlu kesabaran dan kerendahan hati untuk menjalankan hal tersebut,

dikarenakan banyak ancaman dan tantangan yang dapat datang dari mana saja,

baik itu dalam diri kita maupun dari luar diri kita, baik itu datang dari dalam negri

maupun datang dari luar negri, tetapi asal kita mempunyai tekad yang kuat untuk

mencintai tanah air kita tanah air Indonesia dengan sepenuh hati, pastilah kita

akan di mudahkan oleh yang Maha Kuasa dalam segala halnya terutama dalam

tindakan yang positif.

Dalam novel TD ini, terdapat kutipan yang berhubungan dengan cinta tanah air,

seperti pada kutipan berikut:

“Pukul tiga dini hari, Sersan Tebe sudah sibuk mengenakan sepatu bot. Tidak lupa pula tangannya yang menua menyematkan sejumlah pin penghargaan ke seragam kebanggaannya.Ada empat tanda kuning bengkok di pangkal lengannya.Terakhir dia kenakan baret hitam.” (TD:13) Cinta Sersan Tebe begitu kuat dengan adanya atribut yang dia kenakan

pada seragamnya, begitu banyak pin penghargaan yang dia dapatkan pada saat

bertugas dan itu bukti bahwa dia mencintai Negara.

“Berkali-kali dia bercermin, mematut-matut diri.Mengenang hari-harinya yang segera berakhir setelah 38 tahun membela dan mengabdi sebagai prajurit TNI.” (TD:20)

Sersan Tebe sudah puluhan tahun membela Negara dan masi bisa berharap

lagi untuk bertugas dalam medan tempur, tetapi umur berkata lain untuk dia harus

pensiun. Itu membuktikan bahwa Sersan Tebe sangat mencintai tanah air dan ikut

membela mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dan negara

(16)

“Maka, Sersan Tebe pun membulatkan tekad membawa kelaurganya pulang ke kampung halaman setelah pensiun dari TNI.Dia ingin ketiga orang anaknya, seperti halnya dirinya, ikut mencintai Toba dengan segala tantangan yang sudah pasti dihadapinya.” (TD:30)

Sersan Tebe sangat mencintai bangsa dan Negara begitupun dengan

kampung halamannya yaitu Toba yang dia cintai. Tebe berkeyakinan, bila Toba

diurus oleh orang-orang yang memberikan hatinya, niscaya tempat itu akan

menjadi tujuan wisata yang terkenal di mancanegara.

“Sersan Tebe prihatin dengan kondisi tanah kelahirannya.Naluri ketentaraannya yang ingin mengabdi kepada bangsa dan Negaranya bangkit.” (TD:34)

Naluri yang terasah sejak zaman pak Harto lewat program ABRI masuk

desa, yang kemudian berganti dengan TNI masuk desa, di mana dirinya pernah

turut turun ke desa-desa, membangun jalan, jembatan, tempat-tempat

permukiman, dan saluran irigasi. Berbekal pengalaman, Sersan Tebe bertekad

memajukan desanya, agar terlihat bersih dan elok.

“Danau Toba sudah seperti jamban besar, sekaligus air minum, tempat cuci, mandi.Apa itu tidak bikin penyakit? Mari kita kembalikan kampung kita yang bersih dan sehat.Mari kita gotong royong, kita buat MCK, tidak ada lagi hewan peliharaan di bawah rumah kita.Tidak sehat itu.Bagaimana?Setuju?” teriak Sersan Tebe.” (TD:76)

Kecintaan Sersan Tebe pada lingkungan kampung halamannya Danau

Toba terbukti ketika dia mengajak warga untuk gotong royong memperbaiki dan

melesetarikan kembali kampung halamanya juga menjadi kan tempat wisata bagi

(17)

4.2.2 Rela Berkorban untuk Kepentingan Bangsa dan Negara

Kita patut meneladani perilaku para tokoh perumus dasar Negara yang

dengan tulus berjuang untuk bangsa dan Negara ini.Sikap rela berkorban tanpa

mengharap imbalan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa merupakan

perwujudan sikap mencintai tanah air dengan mendahulukan kepentingan bangsa

diatas kepentingan pribadi atau golongan. (Budiyono, 2007:58).

Bela Negara atau rela berkorban merupakan sikap dan perilaku warga

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan Negara seutuhnya.Kesadaran rela

berkorban itu hakekatnya adalah berbakti pada Negara dan kesediaan berkorban

membela Negara.

“Dia adalah seorang Prajurit teladan, yang telah mengorbankan segala-galanya, bahkan keluarganya, demi negara dan bangsa yang dicintainya.”(TD:132)

Sersan Tebe merupakan prajurit yang begitu teladan, displin dan sangat

mencintai bangsa dan negara.Itu bukti bahwa dia rela mengorbankan

segala-galanya bahkan keluarga nya sendiri demi bangsa dan negara.

“Sekarang tiba saatnya kita harus mengucapkan selamat tinggal kepada prajurit yang telah pertaruhkan nyawa di medan-medan perang membela kedaulatan bangsa.” (TD:178)

Sersan Mayor Tebe, kami mewakili Negara Kesatuan Republik Indonesia

memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa-jasamu. Yang membuat

Sersan Tebe terharu, mengenang para sahabat yang terlebih dahulu gugur di

medan laga. Sersan Tebe rela mengorbankan nyawanya demi bangsa dan negara.

(18)

gugur di pertempuran.Saya bangga menjadi prajurit TNI, khususnya prajurit Yonkav 9.”Saya akan meninggalkan kalian semua, tapi hati saya tetap disini.” (TD:67)

Seketika Semua prajurit TNI mendekati Sersan (Purn.)Tebe dan langsung

mengangkatnya.Mereka sangat bangga kepada Sersan Tebe yang telah rela

berkorban demi bangsa dan negara.Kelak mereka berharap dan ingin seperti

Sersan Tebe yang berjuang dan membela negara tanpa pamrih.

“Kalau mau bersih benar, memang diperlukan pengorbanan!!”. Tapi semoga saja apa yang kita lakukan minggu-minggu ini bisa menjadi program Pak Bupati, sehingga pemerintah kabupaten bisa menurunkan sarana-sarana yang lebih canggih untuk membersihkan sampah-sampah dari Danau Toba.” (TD:78)

Sersan Tebe berharap warga dapat berkorban demi melestarikan kembali

kampung halaman mereka sehingga apa yang di impikan bersama dapat terwujud

sehingga wisatawan bisa lebih nyaman berlayar.

“Sejumlah Babinsaatau Bintara Pembina desa juga datang ke Sersan Tebe”, belajar ilmu kesehatan lingkungan beserta materi kursus yang diajarkan WHO. (TD:85)

Tebe memberikan semua pengetahuan yang dimilikinya kepada yuniornya,

yang sebagian sudah memasuki masa pensiun.Paling tidak, Tebe memutuskan

pindah ke kampung halaman merasa hidupnya lebih berarti ketimbang tinggal di

Jakarta setelah pensiun.

“Kenapa di ladang lelakinya cuma kita?” tanya Sumurung. “Itulah yang harus diubah.Lelakinya lebih suka di lapo tuak, istrinya dibiarkan bekerja di ladang.Tidak benar itu,” jawab Sersan Tebe seraya membersihkan rerumputan liar.” (TD:95)

Tidak mengherankan bila Tebe tampak serius menjalani sisa hidupnya di

(19)

lingkungan, sore harinya, dengan ditemani Sumurung, Tebe mengolah tanah

warisan seluas 2 hektar yang letaknya dipinggiran Danau Toba.

4.2.3 Menempatkan Persatuan, Kesatuan, Serta Keselamatan Bangsa dan Negara diatas Kepentingan Pribadi dan Golongan.

Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak

terpecah-belah.Persatuan dan kesatuan mengandung arti “bersatunya ma cam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.

Sebuah negara akan berdiri kokoh apabila masyarakatnya memiliki semangat

persatuan dan kesatuan. Bagi bangsa Indonesia semangat persatuan dan kesatuan

ditegaskan dalam Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pengaturan semangat persatuan dan kesatuan dalam Pancasila dan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa semangat persatuan dan

kesatuan sangat penting bagi bangsa Indonesia. (Budiyono, 2007:59)

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan “negara persatuan” dalam arti sebagai negara yang warga negaranya erat bersatu, yang mengatasi

segala paham perseorangan ataupun golongan yang menjamin segala warga

negara bersamaan kedudukannya di hadapan hukum dan pemerintahan dengan

tanpa kecuali.Dalam negara persatuan itu, otonomi individu diakui

kepentingannya secara seimbang dengan kepentingan kolektivitas rakyat.

Kehidupan orang perorang ataupun golongan-golongan dalam masyarakat diakui

sebagai individu dan kolektivitas warga negara, terlepas dari ciri-ciri khusus yang

dimiliki seseorang atau segolongan orang atas dasar kesukuan dan keagamaan dan

lain-lain, yang membuat seseorang atau segolongan orang berbeda dari orang atau

(20)

“Dia adalah seorang Prajurit teladan, yang telah mengorbankan segala -galanya, bahkan keluarganya, demi negara dan bangsa yang dicintainya.”(TD:132)

Demi bangsa dan negara Sersan Tebe rela mengorbankan keluarganya dan

lebih memilih untuk membela juga menempatkan persatuan, kesatuan, serta

keselamatan bangsa dan Negara.Apapun yang terjadi seorang Sersan Tebe tetap

ingin berjuang bersama prajurit TNI AD.

“Sebelum menjadi prajurit Sersan Tebe bahkan pernah meninggalkan Kristin dalam keadaan melahirkan anak pertamanya yang bernama Ronggur,” pada saat itu Tebe sedang bertugas Poso.”(TD:134)

Perjuangan Sersan Tebe terhadap bangsa dan negara sudah menjadi

prioritas utama baginya bahkan dia seperti orang lain dalam keluarganya.

Sehingga anak pertama yang bernama Ronggur saat sudah dewasa menyadari

bahwa dia kurang akan kasih sayang seorang ayah.

“Sebagai anak prajurit pangkat rendah, Ronggur tidak pernah minder untuk bergaul dengan siapa saja.”Nyalinya dibentuk secara alamiah di jalanan.” (TD:145)

Bahkan anak pertamanya yang bernama Ronggur tidak dapat merasakan

kasih sayang seorang ayah karena Sersan Tebe pada saat dia lahir bertugas dan

membela negara sehingga Ronggur menjadi anak yang nakal kerjaannya tawuran

dan kuliah drop out tapi dalam pertemanan dia sangat bersahabat dengan teman

anak orang kaya. Tetapi Ronggur tetap dipandang sebelah mata oleh orangtua

mereka.

4.2.4 Berjiwa pembaharu

Pembelajaran akan masa lalu yang membuahkan sebuah cita-cita yang

(21)

akan agenda perubahan apa yang harus dilakukan.sehingga tersusun sistem yang

menjamin tujuan perubahan bisa tercapai. tetapi sistem itu akan bisa berhasil jika :

aktor - aktor dalam sistem memiliki knowledge, attitude sebuah hasil dari

pemahaman dan implementasi sebuah keimanan dan ideologi. yang pada akhirnya

komunitas yang terbentuk kokoh dan menjadi struktur sebuah bangsa yang kuat

yang memiliki harga diri, mampu bernegosiasi dengan pihak manapun dengan

cerdas, berwibawa dan menguntungkan. (Budiyono, 2007:61)

“Tebe prihatin dengan perilaku warga yang membuang hamper semua limbah ke Danau Toba.” Setiap bertemu kerabat, Sersan Tebe tidak segan -segan mengutarakan keprihatinannya itu.“Naluri ketentaraannya yang ingin mengabdi kepada bangsa dan negaranya bangkit.”

Naluri yang terasah sejak zaman pak Harto lewat program ABRI masuk

desa, yang kemudian berganti dengan TNI masuk desa, di mana dirinya pernah

turut turun ke desa-desa, membangun jalan, jembatan, tempat-tempat

permukiman, dan saluran irigasi.

“Keahliannya saat ditugaskan dalam operasi territorial di Poso, juga saat kompinya diterjunkan dalam program ABRI masuk desa, akan diterapkannya di kampung halamannya. “‟Kala itu itu pasukan Sersan Tebe berhasil menyulap perkampungan yang gersang menjadi lebih asri dan tertata rapi.” (TD:76)

Sejumlah tempat mandi cuci dan kakus (MCK) berhasil dia bangun.Warga

masyarakat menjadi lebih peduli dengan kebersihan lingkungan.

(22)

Maka Tebe tahu betul apa saja yang mesti dilakukan masyarakat agar

kampung halamannya bersih dan sehat. Standar operasional itu dia kuasai betul.

Ilmu itu juga dia terapkan saat ditugaskan kesatuannya untuk program TNI masuk

desa ke sejumlah desa terpencil di Indonesia. Kesehatan lingkungan menjadi

keahlian Tebe.Itulah tugas teritorial yang dilakukan TNI yang manfaatnya

dirasakan oleh masyarakat.

“Waktu saya kecil, kampung kita ini bersih, indah.Tidak seperti sekarang, kampung ini kotor oleh sampah dan kotoran ternak,” ucap Sersan Tebe, membuka obrolan.“Mari kita gotong- royong, kita buat MCK, tidak ada lagi hewan peliharaan di bawah rumah kita.Tidak sehat itu.Bagaimana? Setuju ?” teriak Sersan Tebe. (TD:167).

Hari itu juga warga bersampan, membersihkan sampah-sampah yang

mengotori Danau Toba. Ada kantong plastik, ada gelas plastik air mineral, botol

mineral, hingga sampah-sampah rumah tangga yang membuat baku mutu air di

Danau Toba menurun drastis.

4.2.5 Tidak kenal menyerah

Pantang menyerah terdiri dari dua kata yaitu pantang dan menyerah.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantang berarti hal (perbuatan) yang

terlarang menurut adat atau kepercayaan, sedangkan menyerah adalah

berserah;pasrah;kita tidak mampu berbuat apa-apa selain dari-kepada Tuhan Yang

Mahakuasa. Secara terminologi (menurut istilah), pantang menyerah adalah tidak

mudah putus asa dalam melakukan sesuatu, selalu bersikap optimis, mudah

bangkit dari keterpurukan. (Budiyono, 2007:75)

Sikap pantang menyerah merupakan cerminan bangsa Indonesia.Para

(23)

Contohnya, Ir. Soekarno, beliau tidak takut menyuarakan kebenaran demi merebut

kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah meskipun banyak rintangan yang

harus dihadapi beliau tetap saja mencoba dan mencoba sampai akhirnya Indonesia

berhasil merdeka. Kita sebagai penerus bangsa patut meneladani sikap pantang

menyerah yang diwariskan para leluhur demi mempertahankan kesatuan dan

keutuhan negara Indonesia.

“Kalau mau bersih bener, memang diperlukan alat berat. Tapi semoga saja apa yang kita lakukan minggu-minggu ini bisa menjadi program pak Bupati, sehingga pemerintah kabupaten bisa menurunkan sarana-sarana yang lebih canggih untuk membersihkan sampah-sampah dai danau Toba. (TD:147)

Kerja keras Sersan Tebe yang tidak pernah menyerah berharap apa yang di

kerjakan mereka bersama dengan masyarakat dapat perhatian dari pak Bupati

sehingga dapat bantuan dan diberikan bantuan berupa sarana-sarana yang canggih

yang dapat di pakai di kampung mereka.

“Setelah itu Sersan Tebe dengan dibantu penduduk lainnya membuat kandang babi yang tidak menyatu dengan pemukiman warga. “Biasanya, kandan-kandang babi dan kandang-kandang hewan ternak lainnya, seperti ayam atau kambing, dibuat di halaman belakang rumah.” (TD:149)

Berkat keuletan Tebe dalam menyakinkan warga desa di sekitar tempat

tingalnya, dalam tempo dua bulan Tarabunga benar-benar berubah.Kini sejumlah

kepala desa dari desa-desa tetangga berguru kepada Tebe untuk memajukan

desanya.

“Ayah ingin bicara soal masa depan kalian. Sumurung sudah bersedia masuk Akademi Militer, melanjutkan cita-cita ayah dulu yang tidak kesampaian, sekolah perwira. Bukan begitu Sumurung?” tutur Sersan Tebe kepada ketiga anaknya.(TD:179).

Di antara tiga anaknya, hanya Ronggur yang terlihat kesal.Dia merasa,

(24)

tidak menyerah untuk memperjuangkan masa depan Ronggur untuk menjadi lebih

baik, dia tetap memberikan dukungan terhadap Ronggur dengan memasukkannya

ke sekolah pendeta.

“Taruli, kau harus daftar ke SMA 2 Yayasan Soposurung, salah satu sekolah terbaik di Indonesia,” ucap Sersan Tebe kepada putri bungsunya.“Di sana, siswa-siswi diasramakan.Kalau orang tuanya tidak mampu, uang asrama dan sekolah gratis.“Tapi saingannya berat, Ayah. Hanya yang terbaik yang bisa lulus,” protes Taruli, yang masih meragukan kemampuannya.(TD:180)

Jangan takut ombak sebelum berlayar, kau sungguh-sungguh, pasti bisa”, Sersan Tebe menguatkan hati putrinya.Dia selalu memeberikan semangat pantang

menyerah untuk putrinya agar dapat bersekolah di SMA 2 Yayasan Soposurung

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Patriotisme dalam novel TD karya T.B. Silalahi merupakan seorang

prajurit yang bernama Tumpak Bonar (yang akrab dipanggil Sersan Tebe)

memiliki sifat patriot yang tinggi terhadap negara dan bangsa. Ia adalah seorang

prajurit teladan, penuh dedikasi, dan memiliki integritas. Bagaimana ia

menghadapi pro dan kontra keluarga dalam menerima keputusan tersebut;

bagaimana kesannya ketika melihat keluarganya menjalani kehidupan yang

berbeda di kampung bila dibandingkan dengan di kota; bagaimana ia berusaha

untuk selalu memberikan manfaat bagi kampung halamannya, dan terutama

adalah ketegarannya menghadapi sikap anak sulung yang jauh sekali dari apa

yang diharapkan dan mereka acapkali terlibat dalam perbedaan pandangan.

Sikap Sersan Tebe sebagai seorang prajurit yang tegas dan disiplin

terbawa dalam cara ia memimpin di lingkungan keluarganya. Kristin sebagai

seorang istri, dalam banyak hal bisa menerima dan lebih banyak turut kepada

suaminya. Sumurung dan Taruli, adik Ronggur pun patuh terhadap cara ayahnya

mendidik.Namun di lingkungan pekerjaan, Sersan Tebe tetap menjadi teladan,

terutama bagi juniornya prajurit-prajurit di kesatuannya.Kesan itu tampak ketika

hari terakhir Sersan Tebe bertugas sebagai tentara di kesatuan.Nilai-nilai

patriotisme novel TD dibagi ke dalam lima bentuk yaitu cinta tanah air, rela

berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, menempatkan persatuan,

kesatuan, serta keselamatan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan

(26)

5.2 Saran

1. Novel TD merupakan novel yang cukup kuat karena menceritakan jiwa

penulisnya yang ingin memberikan gambaran kehidupan yang sesungguhnya,

dalam satu hal ada keberhasilan dalam hal lain ada kegagalan dalam meraih

mimpi. Itulah hakikat manusia, penuh ketidak sempurnaan.Oleh sebab itu bagus

dan layak untuk dibaca oleh siapa pun.

2. Novel TD perlu untuk diteliti lebih lanjut dengan pendekatan yang berbeda

sehingga memperkaya cakupan penelitian yang ada di dalam novel ini.

3. Mengaplikasikan nilai patriotisme harus selalu diterapkan dan disesuaikan

dengan lingkungan, kepemimpinan dalam keluarga sangat mempengaruhi seluruh

anggota keluarga, mengejar mimpi membutuhkan kerja keras, namun tetap harus

Referensi

Dokumen terkait