Lampiran I
Sinopsis
Novel ini menceritakan seorang pensiunan tentara bernama Tumpak Bonar (yang akrab dipanggil Sersan Tebe), yang memilih untuk kembali ke kampung halamannya setelah memasuki masa pensiun.Ia adalah seorang prajurit teladan, penuh dedikasi, dan memiliki integritas. Bagaimana ia menghadapi pro dan kontra keluarga dalam menerima keputusan tersebut; bagaimana kesannya ketika melihat keluarganya menjalani kehidupan yang berbeda di kampung bila dibandingkan dengan di kota; bagaimana ia berusaha untuk selalu memberikan manfaat bagi kampung halamannya, dan terutama adalah ketegarannya menghadapi sikap anak sulung yang jauh sekali dari apa yang diharapkan dan mereka acapkali terlibat dalam perbedaan pandangan.
Tokoh lain dalam novel ini adalah Ronggur, putra sulung Sersan Tebe yang mudah bergaul dan setia kawan, namun hidupnya tidak sesuai dengan harapan ayahnya. Kerapkali berbeda pendapat dengan Sersan Tebe terutama saat memutuskan untuk pulang kampung.Kisah cintanya bersama Andini pun menjadi motivasinya untuk kembali ke Jakarta. Apa pun Ronggur dilakukan demi dapat membuktikan bahwa ia bisa menjadi seorang yang kaya.
terutama menjadi ibu yang sangat penyayang bagi semua anak-anaknya, termasuk Sumurung dan Taruli serta menantunya Andini, istri Ronggur.
Sikap Sersan Tebe sebagai seorang prajurit yang tegas dan disiplin terbawa dalam cara ia memimpin di lingkungan keluarganya. Kristin sebagai seorang istri, dalam banyak hal bisa menerima dan lebih banyak turut kepada suaminya. Sumurung dan Taruli, adikRonggur pun patuh terhadap cara ayahnya mendidik. Namun bagi Ronggur yang menjadi anak sulungnya dalam banyak hal tidak pernah mengikuti keinginan ayahnya.Bahkan Sersan Tebe cukup kecewa dengan Ronggur bila dibandingkan dengan keponakannya yang lebih mandiri.
Namun di lingkungan pekerjaan, Sersan Tebe tetap menjadi teladan, terutama bagi juniornya prajurit-prajurit di kesatuannya.Kesan itu tampak ketika hari terakhir Sersan Tebe bertugas sebagai tentara di kesatuan.Segenap prajurit yang mengenalnya mengelu-elukannya.Sikap teladan itu terbawa ketika Sersan Tebe kembali ke kampung halamannya dan berbuat banyak hal yang bermanfaat bagi masyarakat di kampungnya tersebut.Ronggur memilih jalan yang berbeda dengan ayahnya.Ia melarikan diri dari kampung halamannya dan kembali ke Jakarta. Ronggur ingin membuktikan bahwa ia bisa mencapai sukses di Jakarta dengan caranya sendiri. Ia berhasil mengajak Andini menikah di gereja dan lalu kembali hidup ke kota. Ronggur pun terjebak dalam pekerjaannya sebagai bagian dari mafia narkoba demi bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, di lain sisi istri dan anaknya, yang bernama Choki menjadi kurang perhatian.
Lampiran II
Biografi Pengarang
Letjen TNI (Purn). Dr. (HC) Tiopan Bernhard Silalahi (lahir di Pematangsiantar, 17 April 1938; umur 79 tahun) adalah mantanMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan VI. Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1961 ini memiliki jabatan terakhir di militer adalah Asisten I Kasad dengan pangkat Mayor Jenderal, tahun 1988.Selanjutnya dikaryakan sebagai Sekjen Departemen Pertambangan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993-1998).
Pengabdian di bidang militer diawali sebagi Danton Yonkav 4 Siliwangi dalam operasi Kamdagri di Jawa Barat (1962),Wadanki dalam operasi Kamdagri di Sulawesi Selatan (1963-1965) bersamaan dengan operasi Dwikora. Danyonkav 8 Tank Kostrad (1972), keTimur Tengah sebagai pasukan PBB pada perang Oktober 1973 antara Israel dan Mesir sebagai Camp Commandant UNEF Middle East di Kairo. Dosen Sesko AD (1974), Asops Kasdam XVI Hasanuddin di Ujung Pandang (1978), Kasdam IV Diponegoro (1984) dan Asisten Perencanaan dan Anggaran KASAD (1986) dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
dilanjutkan dengan tugas karya sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi (1988). Pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1993), Kabinet pembangunan VI, Ia mendapat kepercayaan menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Jenderal TNI. Tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat TB Silalahi menjadi penasehat presiden yang kemudian pada tahun 2006 menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan pada tahun 2007 diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dalam bidang pertahanan dan keamanan.
TB Silalahi adalah pendiri dan anggota Dewan Pembina Yayasan Soposurung yang mendirikan dan mengelola sebuah sekolah unggulan di Balige, Sumatera Utara. Menurunnya mutu pendidikan di Bonapasogit, menggerakkan hati TB Silalahi untuk turut serta bertanggungjawab, bersama teman-teman masa kecilnya (Alumni SMA Soposurung) ia mendirikan Yayasan Soposurung), berupa sebuah asrama yang menampung siswa/i lulusan SMP yang terpilih melalui seleksi yang ketat untuk melanjutkan pendidikan di jenjang SMA, setiap tahun 40 orang putra-putri terbaik bonapasogit (sejak 2008 menjadi 80 orang) digembleng mental dan karakternya disamping mengikuti pendidikan formal di sekolah (SMAN 2 Balige).
Center (JCC); pembukaan Sea Games 1997; pementasan sendratari yang melibatkan 5 ribu penari dan 5 ratus pendukung dari siswa-siswi yang berasal dari 26 SMA di Jakarta; Operet Nommensen di Stadion Teladan Medan tahun 2007 yang dihadiri lebih dari 80 ribu penonton; Operet Nommensen di sentul City Convention (SCC), Bogor, April 2009, yang dihadiri 15 ribu penonton. Ia pun telah menulis puluhan buku mengenai birokrasi, militer, politik, sejarah, juga tentang kepemimpinan. Toba Dreams yang saat ini ada di tangan anda adalah novel debutnya, yang diangkat ke layar lebar.
Militer
Akademi Militer Nasional (1958 – 1961)
Kupaltu Kav (setingkat Kursus Dan Ki), lulus terbaik (1965)
Kursus Guru Perang Nuklir Biologi dan Kimia, lulus terbaik (1966) Suslapa Kav ( Kursus Dan Yon), lulus terbaik
Seskoad (1971-1972)
Defence Management Course, Monterey (USA) (1976) Sesko ABRI, lulus terbaik (1977)