• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL TOBA DREAMS KARYA TB SILALAHI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH ELSA M. SIBURIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL TOBA DREAMS KARYA TB SILALAHI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH ELSA M. SIBURIAN"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL TOBA DREAMS KARYA TB SILALAHI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH

ELSA M. SIBURIAN 130701040

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

Lembar Persetujuan

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL TOBA DREAMS KARYA TB SILALAHI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Oleh

ELSA M. SIBURIAN 130701040

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. Drs. Hariadi Susilo, M.Si.

NIP. 19620419 198703 2 001 NIP. 19580505 197803 1 001

Program Studi Sastra Indonesia Ketua,

Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P.

NIP. 19590907 198702 1 002

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi. Sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis maupun diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan sebagai sumber referensi pada skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Januari 2018

Elsa M. Siburian 130701040

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Konflik Sosial dalam Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi: Pendekatan Sosiologi Sastra” dapat diselesaikan dengan

baik. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Sastra.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak baik dalam bentuk ide atau gagasan, moral, maupun materi. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Sarjana.

2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Budi Agustono, M.S. beserta jajarannya.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia dan Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia.

4. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, pengetahuan, serta dukungan agar saya menyelesaikan skripsi saya dengan cepat.

5. Bapak Drs. Hariadi Susilo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia membimbing saya serta memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

(5)

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi pengajaran dan pengetahuan selama menjalankan perkuliahan.

7. Terimakasih yang teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Pardamean Siburian dan Ibunda Nur Asnah Ginting yang telah menjadi alasan terkuat penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan mengejar mimpi kedepannya. Terimakasih atas doa, harapan, nasihat, motivasi dan dukungan materi kepada penulis. Terimakasih juga kepada teman-teman stambuk 2013, khususnya sahabatku Irma Yunita dan Lisfa Lubis yang selalu memberikan motivasi dan dorongan agar penulis menyelesaikan skripsi ini dengan cepat.

8. Terimakasih kepada Pak Slamet yang sudah memberikan kemudahan dalam penyelesaian semua administrasi selama penulisan skripsi.

9. Seluruh pihak yang telah berperan memberi dukungan terhadap penulisan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis mengharapkan kepada pembaca agar memberi kritik dan saran yang bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan bersama.

Medan, Januari 2018 Penulis,

Elsa M. Siburian

(6)

ABSTRAK

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL TOBA DREAMS KARYA TB SILALAHI: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

Elsa M. Siburian 130701040

Dalam kehidupan bermasyarakat, kemunculan konflik merupakan hal yang wajar karena setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Ketika kepentingan antarindividu atau antarkelompok saling berbenturan, maka terjadilah konflik. Konflik sosial merupakan konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan- hubungan antarmanusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk (i) mendeskripsikan bentuk-bentuk konflik sosial dalam novel Toba Dreams, (ii) mendeskripsikan penyebab terjadinya konflik sosial dalam novel Toba Dreams. Metode dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra.

Teknik pengumpulan data menggunakan tiga teknik, yaitu teknik studi pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ini ditemukan bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi yang meliputi konflik sosial antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur yang disebabkan oleh perbedaan kehendak dan kemarahan, konflik sosial antara tokoh Kristin dengan Ronggur yang disebabkan oleh perbedaan pendapat, konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Andini yang disebabkan oleh perbedaan agama dan kecemburuan, konflik sosial antara tokoh Ronggur dan Warsito yang disebabkan oleh perbedaan status ekonomi, konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Eggy yang disebabkan oleh perbedaan kehendak, dan konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Tommy yang disebabkan oleh kemarahan.

Kata kunci: Konflik, Konflik Sosial, Sosiologi Sastra.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

PRAKATA ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.2.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.2.2. Manfaat Praktis ... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep ... 5

2.1.1 Novel ... 5

2.1.2 Tokoh ... 6

2.1.3 Sosiologi Sastra ... 7

2.1.4 Konflik Sosial ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Sosiologi Sastra ... 8

2.2.2 Konflik Sosial ... 10

(8)

2.3 Tinjauan Pustaka ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Metode Penelitian ... 15

3.2 Sumber Data ... 16

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.4 Teknik Analisis Data ... 17

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 18

4.1 Bentuk-bentuk Konflik Sosial Antartokoh dalam Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi ... 20

4.1.1 Konflik Perbedaan ... 20

a. Konflik Perbedaan antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur .. 21

b. Konflik Perbedaan antara tokoh Kristin dengan Ronggur... 24

c. Konflik Perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Andini ... 25

d. Konflik Perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Warsito ... 28

e. Konflik Perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Eggy ... 29

f. Konflik Perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Tommy ... 31

4.2 Penyebab Konflik Sosial dalam Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi ... 33

4.2.1 Perbedaan Pendapat ... 34

4.2.2 Perbedaan Kehendak ... 35

4.2.3 Perbedaan Status Ekonomi ... 36

4.2.4 Perbedaan Agama ... 37

4.2.5 Kemarahan ... 38

4.2.6 Kecemburuan ... 40

(9)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN I SINOPSIS ... 46

LAMPIRAN II BIOGRAFI PENGARANG ... 50

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil cipta seorang pengarang yang berbentuk tulisan (nyata) dan biasanya diambil dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumardjo dan Saini (1997:3) yang mengatakan bahwa karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Ide yang diperoleh seorang pengarang tentu saja tidak terlepas dari masyarakat di lingkungan tempat ia berada. Oleh karena itu, sastra tidak dapat terlepas dari fenomena masyarakat.

Karya sastra merupakan wujud atau gambaran dari masyarakat, baik dalam bentuk individual maupun sosial. Di dalam masyarakat, akan selalu terjadi interaksi sosial. Gambaran tentang interaksi sosial inilah yang diserap oleh pengarang, diolah lewat pikiran, dan dituangkan ke dalam bentuk karya sastra baik fiksi maupun nonfiksi. Interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan juga dapat berbentuk konflik atau pertentangan (conflict) (Soekanto, 2014:63).

Menurut Taquiri (dalam Rusdiana, 2015:68), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang berlaku dalam berbagai keadaan akibat bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih secara berterusan. Konflik terjadi karena individu atau kelompok berusaha

(11)

memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan. Rusdiana (2015:130) mengatakan bahwa konflik merupakan pertentangan, ketidaksepakatan, ketidakcocokan antara dua orang atau lebih, antarkelompok orang yang ditandai oleh kekerasan fisik. Namun, konflik tidak selalu ditandai oleh adanya kekerasan fisik. Konflik juga dianggap sebagai persepsi mengenai perbedaan pendapat maupun kepentingan dalam masyarakat.

Secara umum, konflik sosial diartikan sebagai pertentangan antaranggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan (Rusdiana, 2015:152).

Konflik sosial merupakan salah satu bentuk proses sosial yang bersifat disosiatif, di samping persaingan. Menurut Soerjono Soekanto (dalam Rusdiana, 2015:73), konflik sosial dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu konflik antarpribadi, konflik antaretnik, konflik antaragama, konflik antargolongan, konflik antarras, dan konflik antarnegara.

Penelitian ini mengacu kepada bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi dan penyebab terjadinya konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi. Novel Toba Dreams bercerita tentang tokoh utama bernama Sersan Tebe yang setelah pensiun memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya di Desa Tarabunga dan menghabiskan masa tua di tepian Danau Toba bersama keluarga.

Namun keputusannya itu ditentang oleh anak sulungnya yang bernama Ronggur.

Ronggur ingin tetap tinggal di Jakarta dan tidak mau meninggalkan kekasihnya yang ada di sana. Sersan Tebe dan Ronggur sama-sama mempunyai sifat keras dan teguh pada pendirian masing-masing. Persamaan sifat yang dimiliki oleh ayah dan anak inilah yang cenderung mendorong mereka terlibat dalam sebuah konflik.

(12)

Menurut peneliti, konflik merupakan hal yang menarik untuk dianalisis karena konflik adalah suatu gejala sosial yang bersifat universal, artinya tidak ada kehidupan tanpa adanya sebuah konflik. Setiap individu pasti akan mengalami konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Konflik hanya akan hilang bersama dengan hilangnya manusia dari masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, topik mengenai konflik di dalam masyarakat tidak akan pernah habis untuk diteliti.

Sayangnya, penelitian yang secara khusus menganalisis tentang konflik terlebih konflik sosial masih jarang ditemukan. Alasan inilah yang mendasari peneliti untuk menganalisis konflik dari segi konflik sosialnya, khususnya konflik sosial antarpribadi.

Alasan lain yang mendorong peneliti untuk menganalisis konflik sosial pada novel Toba Dreams adalah karena penelitian mengenai konflik sosial dalam novel tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya. Novel Toba Dreams merupakan novel yang banyak mengandung konflik sosial di dalamnya, khususnya konflik sosial antarpribadi. Setiap tokoh yang terlibat dalam konflik sosial antarpribadi umumnya disebabkan karena adanya perbedaan pada tokoh-tokoh tersebut.

Penelitian ini akan menganalisis bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi dan penyebab terjadinya konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

1.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar masalah yang akan diteliti tidak meluas, sehingga penelitian ini terfokus dan tepat sasaran. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada bentuk-bentuk konflik sosial dan penyebab terjadinya konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

(13)

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi?

2. Apakah penyebab terjadinya konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

2. Mendeskripsikan penyebab terjadinya konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan membantu pembaca memahami tentang pengertian konflik sosial dan penerapannya dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti yang ingin meneliti novel Toba Dreams karya TB Silalahi dari bidang-bidang lain.

(14)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yaitu sebagai berikut:

2.1.1 Novel

Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga dianggap sebagai karya yang imajinatif, fiktif dan inovatif. Sumardjo dan Saini (1997:17) menyatakan bahwa sastra dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif terdiri atas puisi, prosa dan drama. Sastra non imajinatif terdiri dari esai, kritik, biografi, catatan, dan surat-surat. Novel merupakan salah satu bentuk sastra imajinatif berupa prosa yang berisi rangkaian cerita fiksi dalam bentuk kata-kata.

Istilah novel merupakan serapan dari bahasa Italia yaitu novella yang berarti

‘sebuah barang baru yang kecil’ dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’ (Abrams, 1999:190). Istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia ‘novelet’ (Inggris novellete), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2015:12).

Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun (Sudjiman, 1984:53). Sebuah novel biasanya mengandung gambaran tentang kehidupan manusia yang berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya. Hal itu tergambar dalam kedua unsur utama sebuah novel, yaitu unsur intrinsik dan unsur

(15)

ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam yang akan mewujudkan struktur karya sastra tersebut seperti tema, tokoh, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat. Sementara unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari luar, biasanya bisa berupa biografi dan latar belakang penulis, kisah di balik layar tentang pengarang, maupun nilai-nilai yang ada di masyarakat seperti nilai ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik akan menentukan kualitas cerita yang dihasilkan. Kedua unsur tersebut akan saling berhubungan dalam membangun sebuah karya sastra.

2.1.2 Tokoh

Tokoh merupakan salah satu unsur penting dalam cerita fiksi. Istilah tokoh merujuk pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita (character), menurut Abrams adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nugriyantoro, 2015:247).

Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut pandang mana penamaan itu dilakukan.

Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan tertentu, tokoh dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, serta tokoh tipikal dan tokoh netral (Nurgiyantoro, 2015:258).

(16)

2.1.3 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari gabungan dua kata yaitu sosiologi dan sastra.

Sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang berarti ‘kawan’ dan bahasa Yunani logos yang berarti ‘kata’ atau ‘berbicara’. Dengan demikian, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat (Soekanto, 2014:4).

Sastra berasal dari akar kata sas (Sansekerta) yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk, atau buku pengajaran yang baik (Ratna, 2013:1). Sosiologi sastra secara sederhana diartikan sebagai suatu studi yang mengkaji hubungan antara sastra dengan masyarakat ataupun struktur sosial. Sosiologi sastra merupakan penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Dengan demikian, penelitian sosiologi sastra baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun aplikasi praktis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan struktur sosial yang terjadi disekitarnya (Ratna, 2013:5).

2.1.4 Konflik Sosial

Istilah ‘konflik’ secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang berarti

‘bersama’ dan fligere yang berarti ‘benturan’ atau ‘tabrakan’. Dengan demikian,

‘konflik’ dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih (Setiadi dan Kolip, 2011:347).

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarminta, konflik berarti pertentang atau percekcokan. Secara sederhana, konflik diartikan

(17)

sebagai pertentang yang terjadi di dalam masyarakat. Menurut Soekanto (dalam Huky, 1986:167) konflik adalah proses sosial di mana antarindividu atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain (lawan) dengan ancaman atau kekerasan.

Konflik sosial merupakan salah satu bentuk dari konflik yang ada di masyarakat. Nurgiyantoro (2015:181) mengatakan bahwa konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah- masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia. Kontak sosial tersebut dapat berbentuk kontak sosial antarindividu, kontak sosial antara individu dengan kelompok, maupun kontak sosial antarkelompok. Konflik sosial merupakan salah satu bentuk proses sosial yang bersifat disosiatif, di samping persaingan. Konflik sosial memiliki dua fungsi yang berbeda, yaitu konflik sosial yang bersifat positif dan konflik sosial yang bersifat negatif. Kedua sifat tersebut berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sosiologi Sastra

Sastra ataupun fenomena kesusastraan dapat dihubungkan dengan dunia sosial ataupun struktur sosial. Kajian tersebut sering diistilahkan dengan studi sosiologi sastra. Kajian sosiologi sastra secara umum meneliti hubungan sastra dengan struktur sosial. Meskipun antara sastra dengan sosiologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, tetapi perbedaan tersebut hanyalah perbedaan hakikat, sebagai perbedaan ciri-ciri, sebagaimana ditunjukkan melalui perbedaan antara rekaan dan kenyataan, fiksi dan fakta (Ratna, 2013:2).

(18)

Sosiologi sastra adalah suatu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, tentang interaksi sosial dan proses sosial. Interaksi sosial dan proses sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Bentuk- bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk konflik atau pertentangan (conflict) (Soekanto, 2014:63).

Pendekatan sosiologi bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat.

Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai suatu karya sastra yang hidup di suatu jaman, sementara sastrawan sendiri yang merupakan anggota dari masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang telah dan sudah diterimanya dari lingkungan yang membesarkannya dan sekaligus membentuknya (Semi, 1989:73).

Sikana (1986:107) menyatakan bahwa pendekatan sosiologis melihat konfrontasi dan pertikaian yang berlaku dalam masyarakat sebagai sumber inspirasi penulis. Penulis bertugas mencerminkan atau menggambarkan tentang peristiwa yang terjadi (di dalam masyarakat tersebut). Sastra dapat dipandang sebagai gejala sosial, karena mencerminkan kenyataan sosial. Oleh sebab itu, setiap karya sastra dipandang sebagai bentuk dari ekspresi masyarakat. Karya sastra yang hanya merupakan tiruan dari realitas sosial, dapat menggambarkan situasi atau pergolakan masyarakat, sehingga dapat dijadikan bahan untuk mengetahui seluk-beluk dan gambaran masyarakat.

(19)

2.2.2 Konflik Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, kemunculan konflik merupakan hal yang wajar karena setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Ketika kepentingan antarindividu atau antarkelompok saling berbenturan, maka terjadilah konflik. Pada dasarnya, kemunculan konflik tidak bisa lepas dari kehidupan suatu masyarakat karena konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihilangkan dalam interaksi sosial.

Konflik sebagai suatu gejala sosial akan didapatkan dalam kehidupan bersama, artinya konflik merupakan gejala yang bersifat universal (Rusdiana, 2015:73). Tidak ada kehidupan bersama tanpa adanya konflik, baik pada skala besar maupun skala kecil, baik menyangkut konflik antarindividu, antarkelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Soekanto (dalam Huky, 1986:167) menjelaskan bahwa konflik adalah proses sosial di mana antarindividu atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain (lawan). Konflik terjadi karena perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan, dan perubahan-perubahan sosial yang menimbulkan disorganisasi sosial. Akibatnya, tiap individu atau kelompok berusaha menghancurkan lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Konflik sosial merupakan salah satu dari jenis konflik yang ada di masyarakat. Menurut Rusdiana (2015:152), konflik sosial diartikan sebagai pertentangan antaranggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Artinya, tidak ada satu pun anggota masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik sosial. Nurgiyantoro (2015:181) mengatakan bahwa konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia,

(20)

atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia.

Kontak sosial tersebut dapat berbentuk kontak sosial antarindividu, kontak sosial antara individu dengan kelompok, maupun kontak sosial antarkelompok. Konflik sosial merupakan salah satu bentuk proses sosial yang bersifat disosiatif, di samping persaingan. Konflik sosial memiliki dua fungsi yang berbeda, yaitu konflik sosial yang bersifat positif dan konflik sosial yang bersifat negatif. Kedua sifat tersebut berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto (dalam Rusdiana, 2015:73) konflik sosial dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu konflik antarpribadi, konflik antaretnik, konflik antaragama, konflik antargolongan, konflik antarras, dan konflik antarnegara. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menganalisis konflik sosial antarpribadi yang ada di dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

Konflik sosial antarpribadi adalah konflik sosial yang melibatkan individu dalam konflik tersebut. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan, pertentangan, atau ketidakcocokan antara individu satu dengan individu lain. Tiap-tiap individu mempertahankan tujuannya atau kepentingannya masing-masing.

Setiadi dan Kolip (2011) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi, menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya konflik sosial

adalah adanya perbedaan antarindividu. Perbedaan antarindividu di antaranya yaitu berupa perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, dan pendirian tentang objek yang sama sehingga perbedaan tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik sosial. Masing-masing tokoh di dalam sebuah cerita memiliki karakter yang berbeda. Selain karakter yang berbeda-beda, setiap tokoh cerita juga memiliki kemampuan, tujuan, keinginan, serta pendapat yang berbeda-beda pula.

(21)

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik sosial antara satu tokoh dengan tokoh lain. Konflik sosial tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan antarindividu, tetapi faktor lain seperti ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, tempat tinggal, pekerjaan, uang, kekuasaan, dan emosi sesaat dapat menyebabkan timbulnya konflik sosial (Setiadi dan Kolip, 2011:347).

Tanda terjadinya konflik umumnya dapat dilihat dari gejala yang timbul.

Kemunculan konflik didahului oleh gejala yang tampak di permukaan. Gejala konflik tersebut berupa (1) adanya komunikasi yang lemah, (2) adanya friksi antar pribadi, (3) adanya permusuhan atau iri hati, (4) eskalasi arbitrasi, serta (5) adanya moral yang rendah (www.referensimakalah.com). Gejala-gejala tersebut merupakan indikasi akan munculnya sebuah konflik.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis konflik sosial yang ada di dalam novel Toba Dreams berdasarkan bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi menurut pendapat dari Soerjono Soekanto. Bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi yang terdapat pada novel Toba Dreams karya TB Silalahi yaitu konflik sosial antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur, konflik sosial antara tokoh Kristin dengan Ronggur, konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Andini, konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Warsito, konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Eggy, dan konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Tommy.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan menggunakan teori sosiologi sastra sudah banyak dilakukan sebelumnya. Namun, menurut pengetahuan peneliti, penelitian tentang

(22)

konflik sosial dengan menggunakan teori sosiologi sastra terhadap novel Toba Dreams karya TB Silalahi belum pernah ada sehingga penelitian ini dapat

dilakukan.

Novel Toba Dreams karya TB Silalahi pernah diteliti oleh Aga Fransiskho (2017) mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.

Penelitian yang dilakukan oleh Aga Fransiskho terfokus pada analisis nilai-nilai patriotisme. Aga Fransiskho melakukan penelitian pada novel tersebut dengan judul “Nilai-Nilai Patriotisme dalam Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi:

Analisis Sosiologi Sastra”. Pada penelitiannya, Aga mendeskripsikan nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam novel Toba Dreams dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Nilai-nilai patriotisme dalam novel tersebut berupa (1) cinta tanah air, (2) rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, (3) menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, (4) berjiwa pembaharu, dan (5) tidak kenal menyerah. Penelitian yang dilakukan oleh Aga Fransiskho sangat membantu penulis dalam melihat gambaran novel Toba Dreams dari aspek nilai sosialnya.

Analisis mengenai konflik sosial berdasarkan pendekatan sosiologi sastra pernah dilakukan oleh mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara yaitu Novalia (2014) dengan judul “Interaksi dan Konflik Sosial Tokoh Utama dalam Novel Cerita Calon Arang Karya Pramoedya Ananta Toer:

Kajian Sosiologi Sastra. Pada penelitiannya, Novalia menganalisis interaksi sosial dan konflik sosial tokoh utama dalam novel Cerita Calon Arang. Pada penelitian tersebut, Novalia secara khusus menganalisis tentang konflik sosial yang dialami oleh tokoh utama. Konflik sosial tokoh utama dalam novel Cerita Calon Arang

(23)

terbagi atas 2 yaitu: (1) konflik intrapersonal yang dialami Calon Arang, (2) konflik interpersonal yang terjadi antarindividu.

Analisis mengenai konflik sosial berdasarkan pendekatan sosiologi sastra juga pernah dilakukan oleh Ervina Sipayung (2016) mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma dengan judul “Konflik Sosial Tokoh Maryam dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari: Kajian Sosiologi Sastra”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan struktur novel Maryam serta menganalisis bentuk-bentuk konflik sosial yang dialami oleh tokoh Maryam.

Dalam penelitiannya, Ervina menyebutkan bahwa bentuk-bentuk konflik sosial dalam novel Maryam yaitu (1) konflik karena perbedaan orang-perorangan: a) perbedaan antara individu dengan individu, b) perbedaan antara individu dengan kelompok, c) perbedaan antara kelompok dengan kelompok, (2) konflik karena perbedaan kebudayaan: a) kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan. Hasil penelitian tersebut dapat membantu peneliti dalam menganalisis bentuk-bentuk konflik sosial dalam sebuah novel dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Penelitian-penelitian tersebut memberikan relevansi bagi penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan dan pertimbangan mengenai masalah-masalah yang dikaji serta pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut. Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi dan penyebab terjadinya konflik sosial yang ada di dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara untuk menjawab rumusan masalah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Ratna (2004:48) mengatakan bahwa metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Secara keseluruhan, metode kualitatif memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi.

Metode penelitian kualitatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada aspek pemahaman lebih mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat sebuah permasalahan. Metode kualitatif cenderung menggunakan analisis dan lebih menampakkan proses maknanya. Tujuan dari metode ini adalah untuk memahami secara luas dan mendalam terhadap suatu permasalahan yang akan dikaji secara detail.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan suatu studi yang mengkaji hubungan antara sastra dengan masyarakat ataupun struktur sosial. Secara sosiologis, sastra diartikan sebagai cerminan dari kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya.

(25)

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

Judul : Toba Dreams Karya : TB Silalahi Tahun Terbit : 2015

Penerbit : PT Kaurama Buana Antara

ISBN : 9786027202405

Bahasa : Indonesia Tebal Buku : 260 halaman

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka (library research). Teknik studi pustaka adalah suatu teknik penelitian yang menggunakan buku sebagai objek penelitian (Tantawi, 2014:61). Teknik ini dipakai untuk mendapatkan data pada novel Toba Dreams karya TB Silalahi, buku-buku referensi, artikel, dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan objek tersebut.

Teknik yang juga digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik simak dan catat. Teknik simak dan catat merupakan suatu teknik penelitian yang melakukan pembacaan objek penelitian terlebih dahulu, kemudian menyimak isi dan selanjutnya melakukan pencatatan terhadap data-data yang sudah didapatkan sebagai bahan yang akan dianalisis dalam penelitian (Sudaryanto, 1993:133).

Langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut menggunakan analisis sosiologi sastra.

(26)

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskriptif (Ratna, 2004:46).

Penggunaan teknik ini bertujuan untuk mendeskripsikan konflik sosial dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi. Sesuai dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, unsur yang dianalisis ditekankan pada konflik sosial yang terdapat dalam novel tersebut, yang dikaji dengan teori sosiologi sastra.

Langkah-langkah menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis ini adalah:

1) Data diperoleh melalui pembacaan novel yang dilakukan berulang-ulang.

2) Menganalisis konflik sosial dengan memperhatikan setiap konflik yang terjadi di dalam novel.

3) Data yang terkumpul ditafsirkan dan dimaknai sesuai dengan aspek konflik sosial.

4) Menganalisis data yang diperoleh dan mengklasifikasikan data tersebut berdasarkan kelompoknya.

5) Menyimpulkan data dan menyusun secara sistematis

(27)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Konflik sosial yang dianalisis dari novel Toba Dreams karya TB Silalahi terdiri dari dua pokok permasalahan yaitu meliputi bentuk-bentuk konflik sosial dan penyebab terjadinya konflik sosial. Bentuk-bentuk konflik sosial dan penyebab konflik sosial dalam penyajiannya disampaikan dalam bentuk tabel agar pembaca dapat mencermati dan memahami isi hasil penelitian dengan lebih mudah.

Berdasarkan hasil penelitian, dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini terdapat bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi dan penyebab terjadinya konflik sosial yang disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel Bentuk-bentuk Konflik Sosial dan Penyebab Konflik Sosial dalam Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi.

No Bentuk-bentuk Konflik Sosial Antartokoh

Penyebab Konflik Sosial Sumber

1. Konflik sosial antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur

Perbedaan kehendak Bab 3 Hal. 84

Kemarahan Bab 10 Hal. 239

2. Konflik sosial antara tokoh Kristin dengan Ronggur

Perbedaan pendapat Bab 7 Hal.164

(28)

3. Konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Andini

Kecemburuan Bab 5 Hal. 110

Perbedaan agama Bab 8 Hal.197

4. Konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Warsito

Perbedaan status ekonomi Bab 6 Hal. 127

5. Konflik sosial antara tokoh

Ronggur dengan Eggy Perbedaan kehendak Bab 5 Hal. 117

6. Konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Tommy

Kemarahan Bab 6 Hal. 136

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat enam bentuk- bentuk konflik sosial antarpribadi dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

Bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi tersebut yaitu (i) konflik sosial antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur, (ii) konflik sosial antara tokoh Kristin dengan Ronggur, (iii) konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Andini, (iv) konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Warsito, (v) konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Eggy, dan (vi) konflik sosial antara tokoh Ronggur dengan Tommy. Selain itu, terdapat enam penyebab konflik sosial dalam novel Toba Dreams yaitu perbedaan pendapat, perbedaan kehendak, perbedaan status ekonomi, perbedaan agama, kemarahan, dan kecemburuan. Sesuai dengan hasil penelitian di atas, berikut pembahasan selengkapnya.

(29)

4.1 Bentuk-bentuk Konflik Sosial Antartokoh dalam Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi

4.1.1 Konflik Perbedaan

Nurgiyantoro (2015:181) mengatakan bahwa konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia. Kontak sosial tersebut dapat berbentuk kontak sosial antarindividu, kontak sosial antara individu dengan kelompok, maupun kontak sosial antarkelompok. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan, pertentangan, atau ketidakcocokan antara individu satu dengan individu lain. Perbedaan antarindividu di antaranya yaitu berupa perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, dan pendirian tentang objek yang sama sehingga perbedaan tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik sosial.

Dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi, setiap tokoh yang berkonflik umumnya didasari karena adanya perbedaan di antara tokoh-tokoh tersebut.

Seperti halnya pada konflik yang terjadi di antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur yang selalu disebabkan karena adanya perbedaan cara berpikir di antara keduanya. Sersan Tebe dan Ronggur digambarkan sebagai sosok ayah dan anak yang tidak pernah akur. Mereka selalu saja terlibat percekcokan karena perbedaan pemikiran di antara keduanya. Begitu juga halnya dengan konflik sosial antartokoh lain yang terdapat dalam novel Toba Dreams, yang akan dibahas pada poin-poin berikut ini.

(30)

a. Konflik perbedaan antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur

Novel Toba Dreams bercerita tentang keluarga sederhana Sersan Tebe yang kerap mengalami konflik. Awalnya kehidupan keluarga Sersan Tebe baik-baik saja sampai Sersan Tebe akhirnya pensiun dari pekerjaannya dan memutuskan untuk membawa keluarganya pulang ke kampung halaman mereka. Keputusan itu membuat seluruh anggota keluarga keberatan, namun yang paling tidak dapat menerima keputusan tersebut adalah Ronggur, anak sulung dari Sersan Tebe.

Sersan Tebe dan Ronggur digambarkan sebagai sosok ayah dan anak yang selalu terlibat dalam sebuah konflik. Sifat keduanya yang sama-sama keras membuat mereka selalu terlibat dalam percekcokan. Selain itu, perbedaan jalan berpikir di antara keduanya kerap sekali mendorong mereka terlibat dalam sebuah konflik.

Hal ini dapat dilihat dalam penggalan cerita berikut:

Darah Ronggur benar-benar mendidih. Mau protes, ditahan ibunya.

Padahal, dalam pandangannya, tudingan ayahnya dihadapan adik-adiknya sudah keterlaluan. Tapi setiap hendak angkat bicara, ia selalu dicegah ibunya.

“Untuk kebaikanmu, Ayah ingin kau meneruskan tradisi keluarga kita.

Ayah ingin kamu sekolah pendeta. Itu pilihan yang paling tepat untuk menyelamatkan hidupmu,” ujar Sersan Tebe dengan nada datar dan terasa berwibawa.

Seketika darah Ronggur yang sejak tadi mendidih kini tak bisa ditahan lagi. Ronggur bangkit dari tempat duduknya.

“Ini bukan batalyon! Kami bukan prajurit Ayah yang harus tunduk perintah komandan! Kami anak-anak, juga punya hak menentukan masa depan sendiri! Jawab Ronggur, penuh emosi, sebelum beranjak pergi.

“Ronggur! Aku belum selesai bicara,” ucap Sersan Tebe berusaha mengejar Ronggur yang sudah turun ke bawah (TD: 84).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa di dalam kehidupan sosial, interaksi yang dilakukan adakalanya menimbulkan konflik sosial antarpribadi. Salah satu penyebab terjadinya konflik sosial antarpribadi adalah karena adanya perbedaan

(31)

keinginan atau perbedaan kehendak antara individu yang satu dengan yang lainnya. Seperti pada kutipan di atas, Sersan Tebe menginginkan putra sulungnya untuk menjadi seorang pendeta agar kehidupannya berubah menjadi lebih baik.

Selama ini hidup Ronggur seakan tidak punya arah. Kuliahnya drop-out, tidak punya pekerjaan, bahkan Ronggur sering terlibat pertengkaran di jalanan. Untuk itu Sersan Tebe mengharapkan putra sulungnya menjadi seorang pendeta karena memintanya untuk masuk ke akademi militer sesuai dengan cita-cita ayahnya sangatlah tidak mungkin. Namun Ronggur tidak setuju dengan keputusan ayahnya tersebut. Ronggur merasa bahwa ia berhak menentukan masa depannya sendiri.

Ronggur menganggap bahwa selama ini ayahnya selalu memaksakan kehendak kepada dirinya dan juga adik-adiknya. Hal inilah yang membuat hubungan Ronggur dengan ayahnya semakin renggang.

Konflik antara Sersan Tebe dengan Ronggur juga dapat dilihat pada penggalan cerita berikut:

“Lihat Ayah!” Sersan Tebe mengangkat dagu Ronggur yang tertunduk, tidak berani menatap wajah ayahnya yang sudah pasti murka.

“Tengadahkan kepalamu seperti dulu! Tunjukkan wajahmu yang begitu angkuh dan merasa paling benar itu!” Tapi Ronggur tak kuasa melakukannya. Wajahnya tertunduk begitu dalam.

“Ayo lihat Ayah! Aku mau melihat kebodohanmu, kegagalanmu sebagai manusia! Melihat hasil yang kau petik dari kesombonganmu!

Sekarang aku ingin dengar pembelaanmu! Ayo jawab!”

“Jadi Ayah datang kesini hanya ingin melihat kekalahan saya? Ingin menunjukkan bahwa Ayah yang menang? Puas Ayah sekarang?” Ronggur akhirnya membuka mulutnya. “Ini kan yang Ayah inginkan? Melihat saya hancur? Ayah memang selalu benci saya dan saya tidak pernah mengerti apa penyebabnya. Kadang saya berpikir, apa saya ini anak Ayah?”

“Itu yang selalu ada di benakmu dari dulu. Kamu selalu anggap Ayah lebih sayang pada dua adikmu. Salah! Kasih sayangku sama. Bedanya, kau sebagai lelaki utama yang kelak akan gantikan aku. Karena itu Ayah lebih keras padamu. Aku ingin kau bisa menjaga martabat keluargamu.

Mengangkat derajat keluarga kita.” Suara Sersan Tebe meninggi. “Tapi apa

(32)

yang kudapat? Kau bukan saja menghancurkan dirimu, tapi juga menghancurkan keluargamu! Bahkan kau akan hancurkan seisi dunia ini!”

“Ayah tahu, di balik kegagalan seorang anak, ada ayah yang salah dan gagal juga. Harusnya Ayah sadar, di mana Ayah saat saya kecil dan membutuhkan Ayah? Ayah lebih mementingkan tugas daripada mengurus anaknya. Dan ketika Ayah pulang, Sumurung lahir. Saya tersisihkan. Ayah pergi lagi. Lalu Taruli lahir. Ayah semakin jauh dari saya. Ayah tak menyentuh saya, kecuali dengan tamparan, dan Ayah menginginkan saya sukses dan baik tapi tak pernah mengajacari saya caranya!” Ronggur mengatakan itu dengan hati yang sedih. (TD:239)

Konflik tersebut bermula ketika Sersan Tebe melihat berita di surat kabar tentang kejahatan yang dilakukan oleh Ronggur. Berita tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Ronggur membuat Sersan Tebe begitu murka. Sersan Tebe meminta bantuan Togar untuk menemui Ronggur yang ternyata bersembunyi di sebuah rumah di tengah hutan pinus. Sersan Tebe dan Ronggur pun terlibat dalam sebuah percekcokan. Sersan Tebe tidak menyangka kalau anak sulungnya akan berbuat seperti apa yang diberitakan di surat kabar tersebut. Hal itu membuatnya begitu kecewa dan marah.

Berbeda dengan Sersan Tebe yang merasa marah atas perbuatan Ronggur, Ronggur justru merasa kesal dan menganggap bahwa ayahnya hanya datang untuk memojokkannya. Sejak dulu Ronggur merasa bahwa ayahnya selalu membencinya. Pada kutipan tersebut digambarkan bahwa tokoh Ronggur memiliki perbedaan pemikiran dengan ayahnya, Sersan Tebe. Ronggur selama ini berpikir bahwa ayahnya membencinya dan lebih menyayangi kedua adiknya.

Sementara Sersan Tebe tidak pernah berpikir untuk membenci Ronggur, ia menyayangi Ronggur sama seperti ia menyayangi Sumurung dan Taruli. Namun karena kurang mendapat perhatian dari ayahnya, perlahan membuat Ronggur merasa dibenci dan diasingkan oleh ayahnya sendiri.

(33)

b. Konflik perbedaan antara tokoh Kristin dengan Ronggur

Berbeda dengan Sersan Tebe yang selalu mengalami konflik dengan Ronggur, Kristin Sujono yang merupakan ibu Ronggur adalah sosok tokoh yang lemah lembut dan sangat menyayangi Ronggur. Karena itulah hubungan antara Ronggur dengan ibunya sangat dekat. Kristin Sujono digambarkan sebagai wanita keturunan jawa yang lemah lembut dan selalu menjadi penengah saat anggota keluarganya terlibat dalam sebuah konflik. Namun bukan berarti Kristin tidak pernah terlibat konflik dengan anggota keluarganya. Kristin pernah membentak Ronggur karena ucapan Ronggur yang dianggap menyakiti hatinya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

Ronggur berdiri, memandangi taman di tepi kolam renang. Kristin datang menghampiri.

“Saya tahu, Bu, keluarga saya tak mau menerima pemberian dari saya.

Ayah bahkan tak sudi menginjakkan kakinya ke sini.”

“Bukan begitu. Ibu takut jika nanti Uli menjadi manja karena fasilitas,” hibur Kristin.

“Saya tahu, Ayah dan Ibu masih menuduh apa yang saya miliki sekarang ini hasil dari pekerjaan haram. Suruh Ayah ke sini, lihat apa usaha saya, saya punya kafe, saya punya beberapa taksi, saya juga ada bisnis properti, belum lagi investasi saham,” lanjut Ronggur yang memang bertekad keluar dari bisnis haram.

“Ayah dan Ibu ikut senang,” kata Kristin.

“Ayah tidak senang, karena yang diharapkan sukses bukan saya, tapi Sumurung dan Taruli. Saya selalu menentang Ayah, Ayah benci saya, Ayah iri pada saya karena saya bisa lebih sukses darinya,” beber Ronggur.

“Jaga mulut kamu, Nak!” Potong Kristin, meluapkan amarahnya.

Ronggur terkesiap.

“Kamu sama sekali tak punya rasa hormat pada orangtua. Ibu yang tahu siapa Ayah, dia sayang semua anak-anaknya melebihi apapun di dunia ini. Jangan kamu hinakan ayahmu seperti itu, karena itu melukai hati kami semua.”

Kristin lalu pergi meninggalkan Ronggur yang terpukul oleh kemarahannya (TD:164).

(34)

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa tokoh Kristin merasa tersinggung dengan ucapan Ronggur. Awalnya Ronggur ingin memberikan fasilitas mobil dan apartemen kepada adiknya, Taruli, yang diterima kuliah di ITB. Namun Kristin secara halus menolak tawaran Ronggur karena menurutnya fasilitas yang mewah nantinya akan membuat Taruli berubah menjadi anak yang manja. Namun Ronggur menyalahartikan penolakan tersebut dan menganggap bahwa Kristin sama seperti ayahnya yang menolak pemberian Ronggur karena menganggap penghasilan Ronggur berasal dari pekerjaan haram. Sama seperti Ronggur yang merasa tersinggung karena pemberiannya ditolak, Kristin juga merasa tersinggung atas ucapan Ronggur yang menjelekkan ayahnya. Hal ini membuat Kristin marah dan akhirnya membentak Ronggur. Ronggur selalu saja menganggap bahwa ayahnya begitu membenci dirinya. Sementara Kristin, sebagai istri dari Sersan Tebe dan ibu dari anak-anaknya begitu mengenal sifat Sersan Tebe yang walaupun keras, namun jauh di dalam hatinya Sersan Tebe begitu menyayangi anak-anaknya tanpa membedakan mereka satu sama lain.

c. Konflik perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Andini

Dalam kehidupan sehari-hari, konflik yang terjadi di antara sepasang kekasih merupakan hal yang wajar. Dalam novel Toba Dreams, konflik di antara sepasang kekasih terjadi di antara tokoh Ronggur dengan Andini. Tokoh Ronggur dan Andini digambarkan sebagai sepasang kekasih yang tidak mendapat restu dari orangtua Andini. Meskipun demikian, mereka tetap saling mencintai dan selalu bertemu diam-diam agar tidak diketahui oleh orangtua Andini. Namun semenjak Ronggur pergi meninggalkan Jakarta, orangtua Andini memutuskan untuk menjodohkan Andini dengan pria yang dianggap lebih mapan. Melihat hal itu,

(35)

Ronggur merasa cemburu dan menganggap bahwa Andini sudah mengkhianatinya. Hal ini membuat Ronggur dan Andini terlibat dalam sebuah konflik yang dapat dilihat dalam penggalan cerita berikut:

“Kemana saja? Aku cari-cari kamu setelah kamu datang waktu itu.

Beruntung aku ketemu Tommy di kampus, yang kemudian mengajakku ke sini,” sapa Andini kepada Ronggur yang terlihat tak acuh.

“Aku sudah tepati janjiku, tapi kamu ada janji dengan yang lain,”

balas Ronggur datar.

“Berbulan-bulan kamu nggak ada kabar. Aku bingung. Apalagi Papa terus mendesakku,” beber Andini.

“Oh, jadi kamu kesini cuma mau menjelaskan kalau kamu sudah bersama orang lain? Aku sudah tahu, dan sungguh, nggak ada masalah, kok,” Ronggur terdengar sinis.

“Ronggur, kamu tahu? Setiap saat aku berharap kamu datang lagi!”

“Dan aku, salah satu alasan aku kembali ke sini adalah kamu.”

“Terus, kamu tau, kan, kenapa aku kemari? Karena aku masih mencintaimu. Kalau tak ada cinta, ngapain aku susah-susah ke sini?”

Ronggur menatap tajam wajah Andini. Wajah yang selalu hadir dalam benaknya saat merenung di tepian Danau Toba. Wajah yang diharapkannya menemani seumur hidupnya. Namun alangkah kecewanya dia saat melihat Andini tampil rapi hendak menghadiri kondangan bersama Irwan. Pasangan yang mendatangi undangan pernikahan seorang kawan biasanya sudah

“jadian”. Jadi, untuk apa hatinya kembali mengharapkan sesuatu yang tak mungkin? (TD:110).

Konflik yang terjadi antara individu bisa disebabkan karena beberapa hal seperti perbedaan pendapat, perbedaan keinginan, perbedaan pemikiran atau pemahaman, dan lain sebagainya. Perbedaan pemahaman antara individu satu dengan individu lain bisa menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada konflik, seperti yang terjadi pada tokoh Ronggur dengan Andini. Sesampainya di Jakarta, Ronggur melihat Andini bersama dengan Irwan sedang bersiap untuk menghadiri sebuah pesta. Melihat hal itu, Ronggur menjadi salah paham dan menganggap bahwa Andini sudah menjalin hubungan dengan Irwan sejak dirinya pergi. Padahal kenyataannya Andini sama sekali tidak menerima hubungan itu,

(36)

hanya saja Andini terus didesak oleh ayahnya untuk menjalin hubungan dengan Irwan, pria yang dianggap lebih mapan dan setara dengan keluarga mereka.

Namun karena putusnya komunikasi antara Ronggur dengan Andini sejak kepergian Ronggur ke Tarabunga membuat hubungan mereka semakin renggang.

Kurangnya komunikasi di antara mereka membuat Ronggur menjadi salah paham dan berujung pada konflik di antara keduanya.

Konflik yang terjadi di antara tokoh Ronggur dengan Andini tidak hanya didapat saat mereka masih berstatus sebagai sepasang kekasih. Bahkan saat Andini sudah resmi menikah dengan Ronggur, konflik di antara keduanya pun masih sering ditemui. Hal itu terjadi lantaran Ronggur yang sibuk mengurus bisnis haramnya sehingga lupa akan kewajibannya sebagai kepala keluarga. Andini merasa bahwa Ronggur tidak akan pernah berubah, dan hal itu membuatnya takut kalau suatu saat nanti anak mereka juga akan menerima akibatnya. Hal ini dapat dilihat pada penggalan cerita berikut:

“Aku akan bawa Choky keluar dari rumah ini, keluar dari kehidupanmu. Aku tak ingin dia seperti kamu,” ucap Andini saat suaminya bangun tidur.

Ronggur menggeliat-geliatkan badannya. Sesudah itu dia turun dari ranjang dan bergerak ke toilet, buang air kecil dan cuci muka. Andini dengan sabar menunggu suaminya kembali ke kamar. Sprei di ranjang dia benahi. Suatu kebiasaan yang sudah dikerjakan sejak kecil. Meskipun sudah ada pembantu, kebiasaan itu tidak pernah hilang.

“Abang dengar aku bicara tadi,” desak Andini saat Ronggur kembali ke kamar.

“Tak bisa kamu seenaknya bawa Choky keluar, aku ayahnya,” ucap Ronggur, yang sejak tadi rupanya menahan amarah.

“Seorang ayah yang baik tidak akan memberikan contoh yang buruk kepada anaknya. Kamu mau Choky nanti seperti kamu?” balas Andini.

“Kalau kamu sayang Choky, biar aku bawa keluar dia dari sini.”

“Andini, aku tahu suamimu ini salah jalan, aku sangat ingin berhenti, tapi tidak bisa, aku terjebak,” ucap Ronggur, sedih dan lalu menghiba-hiba.

“Tapi tolong, aku mohon, Andini. Aku bersumpah, beri aku kesempatan.

Aku janji, demi Tuhan, aku akan akhiri ini.”

(37)

“Terserah apa pun yang ingin kamu lakukan. Tak ada yang bisa menahanmu. Yang bisa kulakukan hanya menyelamatkan anakku, anak kita yang aku tahu sangat kamu sayangi.” (TD:179)

Konflik sosial di dalam rumah tangga Ronggur dan Andini kerap kali terjadi karena pekerjaan haram yang dijalani Ronggur selama ini. Ronggur yang sudah terjebak dalam jerat bisnis narkoba awalnya ingin bertobat dan meninggalkan bisnis haramnya. Namun kedatangan Eggy dan Hariman yang mengancam akan mengganggu keluarga Ronggur membuat Ronggur tak berkutik dan mau tak mau harus ikut kembali menjalankan bisnis narkoba mereka. Hal ini membuat Andini kecewa dengan sikap Ronggur dan merasa bahwa suaminya tidak akan pernah berubah. Rencana Andini yang ingin membawa Choky pergi dari kehidupan suaminya membuat percekcokan di antara Ronggur dan Andini tak dapat terelakkan.

d. Konflik perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Warsito

Konflik sosial antarpribadi adalah konflik sosial yang melibatkan individu dalam konflik tersebut. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan, pertentangan, atau ketidakcocokan antara individu satu dengan individu lain (Rusdiana, 2015:73). Perbedaan antara individu yang satu dengan individu lainnya juga terjadi antara tokoh Ronggur dengan Warsito. Warsito merupakan ayah dari Andini, seorang pengusaha sukses yang kaya raya. Sejak awal, Warsito sangat tidak merestui hubungan antara putrinya dengan Ronggur yang dianggap berasal dari keluarga miskin. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

Ronggur tampak kikuk berdiri di teras rumah yang tak pernah ramah kepadanya. Karena itu, kalau tidak terpaksa sekali, Ronggur enggan menemui Andini di rumahnya. Meskipun tidak ada terlihat kamera CCTV yang terpasang, namun dua orang supir dan tiga orang pembantu rumah

(38)

tangga di rumah itu bisa menjadi ‘CCTV’ untuk Warsito dan Tukiyem, yang tidak lain adalah ayah dan ibu Andini.

“Saya sudah peringatkan berkali-kali, jangan dekati Andini,” ucap ayah Andini dengan ketus.

“Tapi, Om. Saya tidak main-main. Saya mencintai Andini,” tukas Ronggur.

“Saya juga tidak main-main. Saya tak akan izinkan Andini punya hubungan dengan orang sepertimu! Pergi! Dan saya tidak mau lihat kamu lagi!”

Ronggur berusaha menjawab, namun ayah Andini sudah masuk rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Akhirnya dia tinggal sendiri di teras rumah.

(TD:43).

Hubungan antara Ronggur dengan Andini tidak pernah mendapat restu dari kedua orangtua Andini. Hal ini karena Warsito, ayah Andini, merasa bahwa Ronggur jauh berbeda dan tidak sepadan dengan keluarga mereka. Warsito menganggap Ronggur hanyalah pria pengangguran yang tidak punya masa depan yang jelas. Karena itulah Warsito tidak pernah bersikap ramah setiap kali bertemu dengan Ronggur. Warsito bahkan berusaha menjodohkan putrinya dengan Irwan, pria kaya yang dulunya adalah sahabat Ronggur. Namun karena terlibat cinta segitiga dengan Andini, persahabatan antara Ronggur dan Irwan akhirnya hancur.

Meskipun tidak mendapat restu, Ronggur dan Andini tetap berusaha untuk bertemu diam-diam di belakang orangtua Andini.

e. Konflik perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Eggy

Ronggur merupakan tokoh utama dalam novel Toba Dreams yang paling banyak dikenai kejadian dan konflik dalam cerita. Ronggur digambarkan sebagai sosok tokoh yang berkepribadian pemberani dan tidak takut kepada siapapun.

Kepribadiannya yang pemberani dan tegas terkadang mendorong Ronggur terlibat dalam sebuah konflik dengan tokoh lain. Konflik yang dialami Ronggur dalam novel Toba Dreams juga melibatkan seorang tokoh yang bernama Eggy. Eggy

(39)

merupakan salah satu anak buah dari Bonsu si bandar narkoba. Awalnya Eggy hanyalah seorang preman kampung yang sering mangkal di Terminal Pasar Minggu. Namun karena pernah terlibat perkelahian hingga menewaskan lawannya, Eggy akhirnya masuk penjara. Sejak saat itu, Bonsu dan Hariman sering membesuk Eggy di penjara. Setelah Eggy menjalani masa hukumannya, Bonsu langsung menampungnya.

Sejak awal kemunculannya, tokoh Ronggur dan Eggy tidak pernah akur.

Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

Si pemilik mobil yang mogok mengeluarkan rokok. Eggy menyalakan korek gas dan membakar batang rokok yang dihisapnya, sebelum dia sendiri juga menyalakan rokoknya.

“Maaf, Pak. Di dalam taksi dilarang merokok,” tegur Ronggur sambil menoleh ke belakang.

“Buat kami pengecualian, nanti kubayar lebih,” sambut Eggy.

“Tidak bisa, sudah begitu aturannya,” sahut Ronggur.

“Hey, kalau kita ngerokok, elo mau apa?” hardik Eggy, membuat Ronggur naik pitam dan menghentikan taksinya.

“Cari saja taksi lain,” ujar Ronggur.

Kedua penumpang itu cukup kaget, tidak mengira menemukan sopir taksi yang tegas. Mereka saling pandang.

“Jalan, lu! Jangan larang kami merokok kalau kamu nggak mau nyesel,” ancam Eggy.

“Kalau mau merokok, silahkan Bapak keluar, saya tunggu,” sahut Ronggur dengan nada tenang.

“Kamu yang keluar, kalau nggak, aku pecahin kepala kamu,” sambar Eggy.

“Rokok memang bisa membunuh, tapi kalau ada orang membunuh karena dilarang merokok, orang itu benar-benar bodoh. Sekarang buang rokok kalian atau keluar dari taksi saya!” gertak Ronggur.

Eggy memandang laki-laki yang duduk di sampingnya, yang tak lain bosnya. Dan di luar dugaan dia, bosnya membuang rokoknya. Eggy pun mengikuti bosnya membuang rokok. (TD:117)

Dalam kehidupan bermasyarakat, kemunculan konflik merupakan hal yang wajar karena setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Ketika kepentingan antarindividu saling berbenturan, maka terjadilah konflik. Hal ini

(40)

dialami oleh tokoh Ronggur dengan tokoh Eggy dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi. Pada kutipan di atas, tokoh Eggy tampak menyulut kemarahan Ronggur dengan menyalakan rokok di dalam taksinya. Ronggur memiliki prinsip bahwa di dalam taksinya penumpang tidak boleh menyalakan rokok. Namun Eggy tetap keras kepala dan tidak peduli. Hal ini membuat Ronggur marah dan akhirnya membentak Eggy.

Dalam konflik sosial antarpribadi, tiap individu berusaha mempertahankan tujuannya atau kepentingannya masing-masing dengan jalan menentang pihak lawan. Demikian halnya yang terjadi antara tokoh Ronggur dengan Eggy, di mana kedua tokoh tersebut saling berdebat dan tidak mau mengalah akan pendapatnya masing-masing. Meskipun pada akhirnya Eggy mengalah dan membiarkan Ronggur memenangkan perdebatan itu, Eggy tetap menyimpan rasa kesal pada Ronggur karena sudah dibuat kehilangan muka di hadapan bos yang telah mengangkat hidupnya.

f. Konflik perbedaan antara tokoh Ronggur dengan Tommy

Dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi, Tommy digambarkan sebagai tokoh yang sudah bersahabat karib dengan Ronggur sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tommy bahkan membantu Ronggur dengan memberinya tempat tinggal dan mengizinkan Ronggur membawa taksinya untuk mencari penghasilan. Namun sejak Ronggur memutuskan untuk bergabung dengan bisnis narkoba dan hal ini diketahui oleh Tommy, persahabatan mereka pun akhirnya renggang. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut:

(41)

Setelah memastikan serbuk putih itu adalah shabu, seketika Tommy kaget dan meluapkan amarah dan melemparkan kuitansi dan BPKB mobil ke meja.

“Elo pikir gue nggak tahu ini apa? Lo gabung dengan mereka? Lo terima juga kerjaan haram itu? Gila lo, ya?” Amarah Tommy tak terbendung lagi. Ronggur tak bisa berkutik.

“Gue nggak tahu cara lain jadi kaya, gue nggak tahu cara lain supaya gue bisa dianggap, nggak jadi pecundang. Nggak direndahin sama Irwan yang dulu sahabat baik kita. Gue juga nggak tahu bagaimana cara menyelamatkan Andini dari kawin paksa. Gue pengen buktikan gue bisa sukses,” jawab Ronggur tak kalah kerasnya.

“Keluar dan jangan injak lagi rumah ini!” usir Tommy.

“Gue memang mau pergi, gue nggak mau libatin keluarga lo dalam masalah gue. Tapi lo harus tahu, gue sayang lo, adik-adik lo. Berat rasanya ninggalin kalian, tapi gue punya pilihan hidup sendiri,” ucap Ronggur yang segera memasukkan barang-barang pribadinya ke tasnya dan keluar kamar tanpa mengambil kuitansi dan BPKB mobil yang tergeletak di meja (TD:136).

Konflik yang terjadi antara tokoh Ronggur dengan Tommy disebabkan karena Ronggur tidak mau mendengarkan nasehat Tommy dan memutuskan untuk bergabung dalam bisnis narkoba bersama Bonsu. Sejak awal Tommy sudah memperingatkan Ronggur untuk tidak bergabung dalam bisnis haram itu. Namun hinaan dari ayah Andini dan Irwan membuatnya sakit hati dan mencari cara cepat untuk menjadi kaya. Setelah bisnis haramnya diketahui oleh Tommy, Tommy pun akhirnya marah besar dan mengusir Ronggur dari rumahnya.

Setiap tokoh di dalam sebuah cerita memiliki karakter yang berbeda, baik itu kepribadian, kemampuan, tujuan, keinginan, serta pendirian mereka. Pendirian merupakan pendapat yang dipakai seseorang menjadi tumpuan untuk memandang dan mempertimbangkan sesuatu. Persahabatan antara Ronggur dan Tommy hancur karena adanya perbedaan pendirian di antara kedua tokoh tersebut. Bagi Tommy, lebih baik dirinya menjadi miskin dan mencari uang dengan cara yang halal yaitu sebagai seorang supir taksi. Berbeda dengan Ronggur yang lebih

(42)

memilih cara instan untuk mencari uang, yaitu terlibat dalam bisnis haram yang sangat dibenci oleh Tommy.

4.2 Penyebab Konflik Sosial Antartokoh dalam Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi

Sebagai makhluk sosial, setiap individu pasti akan selalu berinteraksi dengan individu lain di dalam kehidupan bermasyarakat. Namun ketika proses interaksi itu berlangsung, tidak jauh kemungkinan bahwa tiap individu akan mengalami konflik satu sama lain. Konflik itu bisa disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan antarindividu.

Setiadi dan Kolip (2011) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi, menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya konflik sosial

adalah adanya perbedaan antarindividu. Perbedaan antarindividu di antaranya yaitu berupa perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, dan pendirian tentang objek yang sama sehingga perbedaan tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik sosial. Masing-masing tokoh di dalam sebuah cerita memiliki karakter yang berbeda. Selain karakter yang berbeda-beda, setiap tokoh cerita juga memiliki kemampuan, tujuan, keinginan, serta pendapat yang berbeda-beda pula.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik sosial antara satu tokoh dengan tokoh lain. Konflik sosial tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan antarindividu, tetapi faktor lain seperti ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, tempat tinggal, pekerjaan, uang, kekuasaan, dan emosi sesaat dapat menyebabkan timbulnya konflik sosial (Setiadi dan Kolip, 2011:347).

(43)

4.2.1 Perbedaan Pendapat

Di dalam kehidupan sosial, setiap individu pasti memiliki pendapat yang berbeda tentang sesuatu hal karena masing-masing individu melihat dari sudut pandang yang berbeda. Ketika terjadi benturan pendapat antara individu satu dengan individu lain, maka timbullah konflik sosial. Di dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi, konflik sosial yang disebabkan oleh perbedaan pendapat dialami oleh tokoh Kristin dengan Ronggur. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Saya tahu, Ayah dan Ibu masih menuduh apa yang saya miliki sekarang ini hasil dari pekerjaan haram. Suruh Ayah ke sini, lihat apa usaha saya, saya punya kafe, saya punya beberapa taksi, saya juga ada bisnis properti, belum lagi investasi saham,” lanjut Ronggur yang memang bertekad keluar dari bisnis haram.

“Ayah dan Ibu ikut senang,” kata Kristin.

“Ayah tidak senang, karena yang diharapkan sukses bukan saya, tapi Sumurung dan Taruli. Saya selalu menentang Ayah, Ayah benci saya, Ayah iri pada saya karena saya bisa lebih sukses darinya,” beber Ronggur.

“Jaga mulut kamu, Nak!” Potong Kristin, meluapkan amarahnya.

Ronggur terkesiap.

“Kamu sama sekali tak punya rasa hormat pada orangtua. Ibu yang tahu siapa Ayah, dia sayang semua anak-anaknya melebihi apapun di dunia ini. Jangan kamu hinakan ayahmu seperti itu, karena itu melukai hati kami semua.” (TD:164).

Kutipan di atas menggambarkan adanya perbedaan pendapat antara tokoh Kristin dengan Ronggur terhadap kepala keluarga mereka, yaitu Sersan Tebe. Dari sudut pandang tokoh Kristin, Sersan Tebe merupakan sosok ayah yang sangat mencintai keluarganya tanpa memandang siapa mereka. Berbeda dengan Ronggur yang berpendapat bahwa Sersan Tebe sangat membenci dirinya dan hanya menyayangi kedua adiknya saja. Perbedaan pendapat pada kedua tokoh tersebut berujung pada bentakan yang di lontarkan oleh tokoh Kristin. Kristin menganggap

(44)

bahwa dugaan Ronggur tentang ayahnya sudah sangat keterluan sehingga membuat dirinya sakit hati dan memutuskan untuk meninggalkan Ronggur sendiri.

4.2.2 Perbedaan Kehendak

Di dalam kehidupan sosial, benturan kepentingan, pendapat, keinginan, tujuan, dan bahkan emosi sesaat yang dialami oleh seseorang juga dapat memicu terjadinya konflik sosial. Terjadinya konflik sosial yang disebabkan adanya perbedaan kehendak tergambar pada konflik sosial yang terjadi antara tokoh Sersan Tebe dengan Ronggur. Hal ini dapat dilihat dari penggalan cerita berikut:

“Untuk kebaikanmu, Ayah ingin kau meneruskan tradisi keluarga kita.

Ayah ingin kamu sekolah pendeta. Itu pilihan yang paling tepat untuk menyelamatkan hidupmu,” ujar Sersan Tebe dengan nada datar dan terasa berwibawa.

Seketika darah Ronggur yang sejak tadi mendidih kini tak bisa ditahan lagi. Ronggur bangkit dari tempat duduknya.

“Ini bukan batalyon! Kami bukan prajurit Ayah yang harus tunduk perintah komandan! Kami anak-anak, juga punya hak menentukan masa depan sendiri! Jawab Ronggur, penuh emosi, sebelum beranjak pergi.

“Ronggur! Aku belum selesai bicara,” ucap Sersan Tebe berusaha mengejar Ronggur yang sudah turun ke bawah (TD: 84).

Salah satu penyebab terjadinya konflik sosial antarpribadi adalah karena adanya perbedaan keinginan atau perbedaan kehendak antara individu yang satu dengan yang lainnya. Seperti pada kutipan di atas, Sersan Tebe menginginkan putra sulungnya untuk menjadi seorang pendeta agar kehidupannya berubah menjadi lebih baik. Sementara Ronggur tidak setuju dengan keputusan ayahnya tersebut. Ronggur merasa bahwa ia berhak menentukan masa depannya sendiri.

Pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh Sersan Tebe kepada Ronggur memicu terjadinya konflik sosial di antara mereka. Meskipun tujuan Sersan Tebe adalah

(45)

baik, namun karena hal itu bertentangan dengan apa yang diinginkan oleh Ronggur maka timbullah konflik sosial di antara keduanya.

4.2.3 Perbedaan Status Ekonomi

Perbedaan status ekonomi merupakan salah satu pemicu timbulnya konflik sosial. Status ekonomi merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan keuangan atau pendapatan yang dimilikinya. Perbedaan status ekonomi antara keluarga Ronggur dengan keluarga Andini menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial dalam novel Toba Dreams. Warsito (ayah Andini) merasa kesal mengetahui putrinya menjalin hubungan dengan Ronggur yang dianggap tidak setara dari segi status sosial maupun status ekonomi dengan keluarganya. Hal itu tergambar dalam kutipan berikut:

Ternyata yang muncul dari Mercedez adalah ayah Andini. Dia menghampiri Ronggur dan meluapkan amarahnya. Tanpa basa-basi, ayah Andini mendekati Ronggur dan langsung memukulnya. Andini ikut keluar mobil dan berusaha melerai. Tapi ayah Andini memukul Ronggur lagi hingga ia terjatuh. Andini menahan ayahnya. Irwan yang mengemudi mobil ikut-ikutan turun dan menghampiri Andini.

“Sudah, Ayah, jangan!” cegah Andini sambil memegangi lengan ayahnya.

“Sopir taksi sialan! Bercemin kamu! Tidak tahu diri! Kamu harus sadar, siapa kau, siapa Andini! Kau tahu calon suaminya? Dia anak pejabat, bukan sersan seperti bapakmu!”

“Om boleh hina saya, tapi jangan sekali-kali hina ayah saya!”

(TD:127).

Berdasarkan kutipan tersebut diketahui bahwa alasan Warsito tidak merestui hubungan antara Ronggur dan Andini adalah karena adanya perbedaan status ekonomi di antara kedunya. Andini berasal dari keluarga ningrat yang kaya raya, sementara Ronggur hanyalah pengangguran yang berasal dari keluarga biasa. Hal ini membuat Warsito sangat membenci Ronggur dan berupaya untuk menjauhkan

(46)

Andini darinya, yaitu dengan cara menjodohkan Andini dengan pria yang lebih kaya dan mapan bernama Irwan.

4.2.4 Perbedaan Agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan agama juga merupakan salah satu dari penyebab terjadinya konflik sosial. Kata ‘agama’ dapat didefinisikan sebagai perangkat nilai-nilai atau norma-norma ajaran moral spiritual kerohanian yang mendasari dan membimbing hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat. Konflik sosial yang terjadi karena perbedaan agama dialami oleh tokoh Ronggur dan Andini di dalam rumah tangga mereka.

Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini:

“Kamu sudah ingkar janji, kamu buat keputusan sendiri, kamu tidak hargai aku sebagai suami dan ayah dari Choky,” ujar Ronggur saat melihat Andini masuk ke kamar.

“Jangan salahkan aku. Ketika kita menikah, aku ikut keyakinanmu karena kamu berjanji akan membimbing aku ke jalan yang kamu yakini, berjanji melindungi aku, menjadi penerang bagiku dan anak-anak kita,”

jawab Andini membuat Ronggur terdiam.

“Tapi, apa yang terjadi selama pernikahan kita?” ungkit Andini.

“Kamu tidak pernah ada untuk aku dan Choky, rumah ini jauh dari Tuhan, sepi dari doa. Kamu pemimpin, tapi tidak pernah mengarahkan aku dan Choky. Saat Natal saja kamu tidak pernah ke gereja. Bagaimana bisa aku ikuti orang yang dia saja berjalan di tempat gelap dan tidak tahu arah?”

Ronggur semakin merasa bersalah.

“Aku ingin selamat. Aku ingin menyelamatkan anakku, dan jalan menuju itu yang aku ketahui adalah keyakinanku sebelum menikah denganmu,” tandas Andini (TD:197)

Dari kutipan tersebut jelas terlihat bahwa perbedaan agama antara Ronggur dan Andini membawa mereka ke dalam sebuah konflik. Sejak awal menjalin hubungan dengan Andini, Ronggur sudah berjanji akan membawa Andini dan anaknya nanti mengikuti ajaran agama yang dipercayainya yaitu agama Kristen.

Gambar

Tabel Bentuk-bentuk Konflik Sosial dan Penyebab Konflik Sosial dalam Novel  Toba Dreams Karya TB Silalahi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial dan konflik sosial novel Berjuta-juta

BAB IV PAPARAN DATA 4.1 Bentuk Penindasan Konflik Sosial Tokoh Utama Dalam Novel Antariksa Karya Tresia

(3) konflik sosial novel Belantik karya Ahmad Tohari ditinjau dengan sosiologi sastra ditemukan beberapa konflik sosial yaitu konflik pribadi, konflik rasial,

Pendekatan sosiologi adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang terkandung dalam novel

Karya sastra merupakan gambaran tentang pengalaman hidup manusia, yang menceritakan tentang kehidupan keluarga dan proses pencapaian cita-cita yang terkadang tidak

nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam novel TD dengan menerapkan teori.

• Suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang: (1) mendeskripsikan bentuk konflik sosial yang dialami tokoh Sari dalam novel Perempuan Bersampur