• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ”RINDU”

KARYA TERE LIYE: PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI OLEH :

ELIYANA RITONGA 170701011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

(2)
(3)
(4)
(5)

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

Oleh:

ELIYANA RITONGA NIM 170701011

ABSTRAK

Novel ini melukiskan peristiwa kehidupan manusia yang melakukan perjalanan haji, namun banyak menyimpan konflik. Masalah yang dikaji mengenai konflik yang dilalui tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran konflik dalam novel Rindu karya Tere Liye. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks yang memuat konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Rindu karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tahun 2014 dengan 544 halaman. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan catat. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye adalah konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan dan menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di antaranya. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan) dan yang lain negatif (merugikan) karena itu ada kebimbangan apakah mendekati atau menjahui objek itu. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict) konflik ini terjadi apabila timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus menjauhi motif yang lain yang juga negatif.

Kata Kunci: konflik Batin, Tokoh, Novel, Psikologi Sastra.

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Rindu karya Tere Liye: Pendekatan Psikologi Sastra‖.

Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penyelesaian skripsi ini, peneliti banyak menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. Dra. T.Thyrhya Zein, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof.Drs .Mauly Purba, M.A., PhD sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd sebagai Wakil Dekan II, dan Mhd Pujiono, S.S.,M.Hum.,PhD sebagai Wakil Dekan III.

2. Dr. Dwi Widayati, M.Hum. sebagai ketua Program Studi Sastra Indonesia. Dra.

Nurhayati Harahap, M.Hum. sebagai sekretaris Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

3. Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak berperan untuk menasehati dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis merasa bersyukur sekaligus berterima kasih atas kebaikan, kesabaran, waktu, dan tenaga yang telah diberikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si dan Dr. Drs. Hariadi Susilo, M.Si sebagai

(7)

dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis.

6. Bapak Joko yang banyak membantu penulis mengurus keperluan administrasi.

7. Terkhusus kepada orang tua yang penulis cintai, Ayahanda Denan Ritonga dan Ibunda Kamilah Panjaitan yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah mempercayai dan mendukung penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih kepada Abang-abang dan Kakak tersayang, Sukri, Faisal, dan Juwita yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis, serta terima kasih kepada ponakan tersayang Haziq yang membuat hari-hari penulis semangat lagi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada sahabat yang saya sayangi yang selalu membantu dan mendoakan penulis Asmi, Pipit, Rianka, Maysarah, Ismi, Nisa, Mondang, dan Windi.

Terima kasih atas segala doa, semangat dan dukungan yang kalian berikan kepada penulis.

10. Semua pihak yang pernah membantu penulis. Terima kasih atas segala bentuk bantuannya.

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK... v

PRAKATA ...vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah………...7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA .. 9

2.1 Konsep ... 9

2.1.1 Karya Sastra ... 9

2.1.2 Novel ... 10

2.1.4 Tokoh Utama ... 11

2.1.5 Unsur-unsur Intrinsik ... …12

2.1.6 Psikologi Sastra ... 14

2.2 Landasan Teori………..15

2.2.1 Psikologi Sastra………...15

2.2.2 Konflik Batin………..17

2.3 Tinjauan Pustaka ... 21

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Penelitian ... 24

3.2 Sumber Data... 24

3.2.1 Sumber Data Primer………...24

3.2.2 Sumber Data Sekunder………...25

3.3 Teknik Pengumpulan Data………25

3.4 Teknik Analisis Data... 26

BAB IV PEMBAHASAN ... 28

4.1 Konflk Batin Tokoh Utama dalam Novel Rindu Karya Tere Liye ... 28

4.1.1 Konflik Mendekat-Mendekat (Approach-Approach Conflict) ... 29

4.1.2 Konflik Mendekat-Menjauh (Approach-Avoidance Conflict) ... 31

4.1.3 Konflik Menjauh-Menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict) .... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

Lampiran I ... 48

Lampiran II ... 50

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu karya yang mengulas tentang berbagai permasalahan kehidupan yang penuh dengan khayalan yang tinggi. Karya sastra merupakan hasil imajinatif atau ciptaan yang disampaikan oleh penulis secara komunikatif yang di dalamnya mengandung estetika dari kehidupan masyarakat yang menciptakannya. Karya sastra memiliki dua fungsi yaitu menghibur dan mendidik. Para penulis dapat dengan mudah menggunakan pengalaman, pemikiran, dan imajinasi penulis untuk menciptakan sebuah karya sastra yang menarik untuk dibaca dan dipahami oleh seseorang. Namun demikian, karya sastra memiliki unsur keindahan di dalamnya. Tak hanya itu, ciptaan sastra juga menjurus terhadap pemikiran-pemikiran tinggi yang tak hanya terbentuk dari lamunan semata.

Menurut Muslimah, Halimah, dan Mustika (2018) karya sastra merupakan hasil pemikiran kreatif dalam bentuk cerita atau narasi yang di tuangkan dengan menggunakan bahasa sebagai dasarnya. Menurut Ismayani (2017) sastra merupakan sebuah teks baik tulis maupun lisan yang memiliki sebagian ciri khas seperti keorisinilan, keartistikan dan keindahan serta mengandung daya imajinatif. Penulisan karya sastra membutuhkan proses kreatif (Purwati, Rosdiani, Lestari, dan Firmansyah, 2018). Menurut Tantawi (2017:51) karya sastra merupakan gambaran tentang apa yang

(11)

pernah berlaku atau yang sedang dijalankan pada waktu yang akan datang di dalam kehidupan masyarakatnya.

Banyak jenis karya dalam sebuah sastra diantaranya yaitu novel. Novel termasuk ke dalam karya sastra yang tak luput untuk memberikan cerita-cerita penuh dramatis, romantis, maupun tragis. Tergantung dari si pemberi nyawa pada novel yang di hasilkannya. Novel layaknya seperti lukisan hidup tokoh yang menceritakan perjalanan hidup sang tokoh. Novel memiliki daya cipta berdasarkan pengalaman pengarang yang mampu menggambarkan kisah-kisah tokoh yang di hidupkannya.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang bersifat realistis, yang berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi dan secara stilistika menekankan pentingnya detail yang bersifat mimesis. Struktur novel dan segala sesuatu dikomunikasikan senantiasa dikontrol langsung oleh manipulasi bahasa pengarang. Untuk memperoleh efektivitas pengungkapan, bahasa dalam sastra disiasati, dimanipulasi dan didayagunakan secermat mungkin sehingga tampil dengan sosok yang berbeda dengan bahasa nonsastra. Selain itu, novel juga merupakan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Prosa fiksi (novel) dibangun oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun prosa fiksi (novel) dari dalam seperti alur, tema, plot, amanat, dan lain-lain. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sastra dari luar seperti pendidikan, agama, ekonomi, filsafat, psikologi, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2011:14).

(12)

Pada dasarnya ada beragam perilaku manusia yang bisa dimuat dalam cerita.

Dalam memahami sebuah novel, tokoh utama sangat penting karena orang dapat menelusuri cerita dengan mengikuti gerak laku cerita tokoh utama. Dalam menciptakan sebuah karya sastra melalui tokoh, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca karena pada hakikatnya pengarang mempunyai pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Salah satu unsur terpenting di dalam sebuah novel adalah tokoh dan penokohan.

Dalam sebuah novel, tokoh memainkan peranan yang penting di dalam alur cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan di dalam sebuah cerita. Menurut Kemal (2014:68) tokoh dalam cerita sama seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan kita, selalu memiliki watak-watak tertentu.

Dalam sebuah karya sastra ada tokoh utama yang menjadi unsur bagian terpenting dalam sebuah karya sastra. Tokoh utama adalah pelaku yang selalu hadir dan dikenai konflik masalah dalam sebuah karya sastra. Selain itu, tokoh utama adalah pelaku yang membangun alur cerita. Menurut Nurgiyantoro (2015:258) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Menurut Sakidin (2011:9) tokoh utama adalah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra.

Pengertian konflik menurut Endraswara (2008) konflik muncul diakibatkan oleh permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi dan dialami manusia yang sangat luas dan amat kompleks. Permasalahan yang dialami manusia berbeda-beda, diantaranya

(13)

permasalahan kehidupan yang bersifat umum atau dirasakan oleh setiap orang yaitu berkaitan dengan masalah percintaan, rindu, khawatir, maut, religius, takut, nafsu, dan lain-lain. Konflik hadir untuk memberikan sensasi yang panas bagi pembacanya. Tak hanya itu, konflik juga sebagai pemanis cerita yang membuat cerita lebih memikat dan menegangkan.

Menurut Nurgiyantoro (2013) konflik (conflict) yang notabene itu di dalamnya ada peristiwa penting dan utama yang termasuk kedalam unsur yang perlu dalam pengembangan jalannya cerita. Pengembangan plot sebuah ciptaan sastra naratif akan dipengaruhi untuk tidak dikatakan, ditentukan oleh wujud dan isi konflik berdasarkan kejadian akan sangat menentukan kadar ketertarikan dan kadar suspense. Kisah yang persembahkan misalnya, peristiwa-peristiwa manusiawi yang seru, yang sensional, yang bersangkutan satu dengan yang lain dan menyebabkan munculnya konflik-konflik yang kompleks, biasanya cenderung diminati pembaca.

Untuk membedakan jenis konflik yang akan menjadi ruang lingkup penelitian ini, maka perlu diuraikan beberapa penjelasan jenis-jenis konflik. (Nurgiyantoro,2013), mengatakan bahwa konflik dibedakan menjadi dua bagian yaitu konflik fisik/eksternal dan konflik batin/eternal. Konflik fisik merupakan konflik yang diakibatkan oleh adanya hubungan sosial antara manusia yang berwujud masalah pengerjaan, kesewenang-wenangan, adu mulut, perseteruan, dan lain-lain (Nurgiyantoro,2013).

Secara umum, psikologi sastra adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Endraswara (2008:16) berpendapat bahwa psikologi sastra

(14)

adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Psikologi sastra merupakan pengkajian sastra yang memperlihatkan hasil ciptaannya sebagai aktivitas kejiwaannya.

Pengarang mencurahkan seluruh rasanya dalam menciptakan. Sama halnya dengan pembaca, dalam menanggapi karya dengan sepenuh jiwa. Bahkan sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pentulan kejiwaan pengarang akan menangkap keadaan jiwa yang diolah kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya.

Susanto (2012) mengatakan bahwa psikologi sastra telah berkemajuan cukup pesat dengan berbagai ragam atau perkembangan teori yang mengikuti psikologi klasik sejak diperkenalkan sang empunya, psikologi pada dasarnya memiliki beberapa pengertian, yakni sebagai praktik psikologis, sebagai bentuk praktik akademik, dan sebagai suatu teori. Psikologi sebagai suatu bentuk psikologis dapat diartikan sebagai bentuk terapi atau praktik klinis yang digunakan oleh para psikolog dalam mengobati pasiennya. Penelitian ini akan membahas tentang konflik tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye dikaji dari aspek psikologi sastra. Hal yang menjadi dasar

penelitian konflik penokohan yang terkandung dalam novel Rindu dilakukan karena novel ini memiliki tokoh yang cemas akan jawaban-jawaban yang telah diberikan kepada orang lain, akan tetapi pernyataan itu tidak terjawab yang timbul dari dirinya sendiri bahkan dia menganggap dirinya sebagai orang munafik.

Tokoh yang menjadi objek penelitian adalah tokoh utama yang ada didalam cerita tersebut. Novel ini dipilih karena menarik dan memiliki inspirasi yang patut untuk di contoh. Dalam penelitian ini, penulis menjadikan novel Rindu karya Tere Liye

(15)

sebagai objek penelitian. Tokoh utama dalam novel ini adalah Daeng Andipati yang merupakan seorang pengusaha muda yang berasal dari kota Makassar.

Novel ini mengisahkan tentang pelayaran sebuah kapal yang bermuatan calon jamaah haji di masa lampau. Dimana Daeng Andipati yang ingin melakukan perjalanan haji dengan istri dan kedua anak gadisnya menggunakan sebuah kapal uap yang bernama Blitar Holland saat musim haji pada Desember 1938. Disitu Daeng Andipati bertemu dengan tokoh lain dan terdapat banyak konflik yang timbul selama perjalanan haji itu berlangsung. Novel Rindu Karya Tere Liye sebuah karya yang tercipta dari daya imajinatif dan kreatif.

Pengarang menyajikan sebuah suguhan cerita bergenre sejarah dengan berbagai konflik yang membangun alur cerita. Meskipun diwarnai dengan latar belakang sejarah, akan tetapi novel Rindu tidak terlepas dari tema cinta, keluarga, dan nasionalisme.

Novel ini menceritakan tentang perjalanan sebuah kapal uap yang mengangkut jamaah haji, dari pelabuhan Makassar menuju Mekkah. Kapal uap tersebut berlayar dari pelabuhan Makassar – Surabaya - Batavia – Lampung – Bengkulu – Padang – Aceh.

Novel Rindu karya Tere Liye ini dipilih oleh penulis karena penelitian ini akan membahas tentang konflik tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye dikaji dari aspek psikologi sastra.

Hal yang menjadi dasar penelitian konflik penokohan yang terkandung dalam novel Rindu dilakukan karena novel ini memiliki tokoh yang cemas akan jawaban- jawaban yang telah diberikan kepada orang lain, akan tetapi pernyataan itu tidak terjawab yang timbul dari dirinya sendiri bahkan dia menganggap dirinya sebagai orang

(16)

munafik. Tokoh yang menjadi objek penelitian adalah tokoh utama yang ada didalam cerita tersebut. Novel ini dipilih karena menarik dan memiliki inspirasi yang patut untuk dicontoh.

1.2 Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah agar tepat sasaran dan tidak keluar dari tujuan penelitian, maka perlu pembatasan masalah. Penulis akan memfokuskan pada batasan masalah subjek penelitian konflik tokoh utama dalam novel ―Rindu‖ karya Tere Liye berdasarkan pendekatan psikologi sastra.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah konflik batin yang dialami oleh tokoh utama Daeng Andipati dalam novel Rindu karya Tere Liye?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama Daeng Andipati dalam novel Rindu karya Tere Liye.

1.5 Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang diambil dalam penelitian ini, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini dapat memperluas bidang kajian sastra yakni tentang konflik batin tokoh utama melalui pendekatan psikologi sastra.

2. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca mengetahui mengenai pendekatan psikologi sastra.

(17)

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk memperluas wawasan peneliti dalam analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye berdasarkan pendekatan psikologi sastra.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti yang ingin meneliti tentang analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye berdasarkan pendekatan psikologi sastra.

3. Sebagai bahan bacaan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya dalam menganalisis konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye berdasarkan pendekatan psikologi sastra.

(18)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga suatu bagian dari pengetahuan yang di bangun dari berbagai macam karakteristik.

Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan atau mendeskripsikan suatu topic pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang akan dianalisis berupa novel Rindu karya Tere Liye dalam tulisan ilmiah yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Rindu karya Tere Liye:

Pendekatan Psikologi Sastra. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini

memiliki beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan untuk bab selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

2.1.1 Karya Sastra

Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi yang terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan manusia dapat mengisi ―kedahagaan jiwa‖ karena membaca karya sastra bukan saja memberikan hiburan, tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat. Dengan membaca karya sastra, kita sejenak dapat mengalihkan duka dan mengikuti jalan cerita, keindahan, dan

(19)

keluwesan bahasa yang ditampilkan pengarang. Manfaat karya sastra diperoleh melalui nilai-nilai tersirat, dibalik jalinan cerita yang disampaikan pengarang.

2.1.2 Novel

Novel merupakan karangan fiksi yang berbentuk prosa yang di dalamnya menceritakan suatu periode kehidupan pelaku utamanya. Di dalam novel selalu ada bagian-bagian yang berkembang menjadi alur atau jalan cerita Jasin (Tantawi, 2014:

56). Novel berasal dari kata latin novelius yang diturunkan pula pada kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis-jenis karya sastra lain seperti puisi, drama, dan lain-lain maka jenis novel muncul setelahnya Tarigan (dalam Yanti, 2015: 3).

Menurut Tarigan (2000:164) kata novel berasal dari kata lain novelius yang pula diturunkan pada kata noveis yang berarti baru. Di katakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis karya sastra lain seperti puisi, drama, dan lain-lain maka jenis novel ini muncul kemudian. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan buah pikiran pengarang yang sengaja direka untuk menyatakan buah pikiran atau ide, diolah penulis yang dihubungkan dengan kejadian atau peristiwa di sekelilingnya, bisa juga merupakan pengalaman orang lain maupun pengalaman penulis, pola penulisan mengalir secara bebas yang tidak terikat oleh kaidah seperti yang terdapat pada puisi.

2.1.3 Konflik Batin

Konflik batin merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi. Konflik dapat muncul dari dua penyebab,

(20)

karena beban pikiran atau karena ketidak sesuaian seseorang dalam melaksanakan peranan. Dalam kondisi pertama seseorang mendapat beban berlebihan akibat status (kedudukan) yang dimiliki, sedangkan dalam kondisi kedua seseorang tidak memiliki kesesuaian yang cukup untuk melaksanakan peranan sesuai dengan statusnya Ahmadi (dalam Agustina, 2015:3).

2.1.4 Tokoh Utama

Dalam sebuah cerita fiksi biasanya terdapat tokoh atau pelaku cerita. Tokoh dapat berdiri dari satu orang atau lebih. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:1476), tokoh adalah pemegang peran (peran utama) dalam roman atau drama, sedangkan menurut Aminuddin (2002:79), tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi (prosa) sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita yang utuh. Selanjutnya, Aminuddin mengatakan bahwa tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra biasanya merupakan rekaan, tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Tokoh adalah semua pelaku yang membangun alur cerita.

Tokoh adalah salah satu unsur intrinsic dalam sebuah novel. Tokoh adalah pelaku dalam cerita (Suharman, dkk 2010:132).

Menurut Sayuti (2009:6) terdapat dua macam jenis tokoh dalam setiap karya fiksi menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu sendiri, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh penunjang (peripheral). Cara menentukan yang mana tokoh utama dan yang mana tokoh penunjang adalah dengan membandingkan setiap tokoh di dalam cerita. Adapun kriteria tokoh utama adalah bertindak sebagai pusat pembicaraan dan sering diceritakan, sebagai pihak yang paling dekat kaitannya dengan tema cerita, dan lebih sering melakukan interaksi dengan tokoh lainnya.

(21)

Dalam sebuah karya sastra tokoh utama menjadi unsur bagian terpenting dalam sebuah karya sastra. Tokoh utama adalah pelaku yang selalu hadir dan dikenai konflik masalah dalam sebuah karya sastra. Selain itu, tokoh utama adalah pelaku yang membangun alur cerita. Nurgiyantoro (2015:258) berpendapat bahwa tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan.

Di dalam novel ini diceritakan mengenai tokoh utama yang bernama Daeng Andipati yang seorang pengusaha muda dari kota Makassar. Ia dan keluarganya berencana memulai sebuah perjalanan panjang bersama istri dan dua anak gadisnya, Elsa dan Anna. Keluarga nya begitu berbahagia (kelihatannya) tapi dalam perjalanan panjang ini terdapat banyak konflik yang terjadi.

2.1.5 Unsur-unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur- unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel terwujud.

Atau sebaliknya, jika dari sudut pandang pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya tema, peristiwa, cerita, plot, penokohan, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2000:23).

(22)

1. Tokoh

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro, (2002:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

2. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Abrahams, dalam Nurgiyantoro (2002:216).

3. Alur

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2002:83). Latar merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

4. Sudut Pandang

Abrahams dalam Nurgiyantoro, (2002:248) mengemukakan bahwa sudut pandang point of view merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

5. Gaya Bahasa

(23)

Muhardi dan Hasanuddin (1992:35), menyatakan bahwa penggunaan bahasa harus relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan; harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan; dan harus tepat merumuskan alur, penokohan, latar, tema, amanat.

6. Tema

Tarigan (1993:125) mengemukakan bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar/gagasan utama dari suatu karya sastra.

7. Amanat

Amanat adalah suatu ajakan moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit ataupun eskplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disebutkan di dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir (Sudjiman, 1991:35). Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, ujaran, larangan dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari gagasan itu (Sudjiman, 1991:24).

2.1.6 Psikologi Sastra

Secara umum psikologi sastra adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Psikologi sastra adalah sebuah interdisipliner antara psikologi dan sastra. Menurut Ratna (2009:342-344), tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra. Penelitian psikologi sastra

(24)

dilakukan oleh dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori- teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis. Jadi, psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan pengarang yang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya.

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya.

Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek- aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa (Endraswara, 2008:96).

2.2 Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, tetapi karena jiwa itu bersifat abstrak, maka yang dapat diteliti adalah peristiwa atau kreativitasnya dengan merupakan manifestasi atau perjalanan kehidupan jiwa itu. Psikologi merupakan ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku dan aktivitas itu sebagai manifestasi terhadap kejiwaan (Walgito, 1986 :13). Dengan peristiwa kehidupan sehari-hari, maka seseorang akan diketahui bagaimana keadaan jiwanya, karena tingkah laku merupakan cerminan jiwa seseorang. Menurut Damono (1981:11) antara sastra dan psikologi mempunyai hubungan langsung, artinya hubungan itu ada karena sastra atau psikologi

(25)

kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama yakni kejiwaan manusia. Hal ini senada dengan pendapat Jatman (1985:165) bahwa antara psikologi dan sastra mempunyai hubungan lintas yang bersifat langsung, artinya hubungan itu ada karena sastra mampu menangkap kejiwaan manusia secara sederhana.

Yatman mengatakan (dalam Endraswara 2008:97) bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tidak langsung dan fungsional.

Pertama tak langsung, karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama, yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama berguna untuk mempelajari keadaan jiwa seseorang. Perbedaannya, gejala kejiwaan dalam karya sastra yaitu manusia imajiner, sedangkan 3 gejala kejiwaan dalam psikologi adalah gejala kejiwaan riil. Keduanya dapat saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia karena kemungkinan apa yang tertangkap oleh sang pengarang tidak mampu diamati oleh psikolog atau sebaliknya.

Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2013:98) psikologi sastra memiliki landasan pijak yang kokoh. Karena baik sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari kejiwaan hidup manusia. Bedanya, sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan pengarang, sedangkan psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan ilahi secara riil (nyata). Namun sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan, sehingga psikologi sastra memang tepat dilakukan. Meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajinasi, pencipta sering memanfaatkan teori-teori psikologi untuk menghidupkan tokoh-tokohnya. Seperti teori konflik batin tokoh-tokoh

(26)

dalam karya sastra. Dengan demikian pengetahuan psikologi dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menelusuri sebuah karya sastra secara tuntas.

Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis (Ratna, 2009:342-344).

2.2.2 Konflik Batin

Konflik batin merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi. Konflik dapat muncul dari dua penyebab, karena kelebihan beban atau karena ketidak sesuaian seseorang dalam melaksanakan peranan. Dalam kondisi pertama seseorang mendapat beban berlebihan akibat status (kedudukan) yang dimiliki, sedang dalam kondisi kedua seseorang tidak memiliki kesesuaian yang cukup untuk melaksanakan peranan sesuai dengan statusnya Ahmadi (dalam Agustina, 2015:3).

Konflik batin timbul dalam diri individu, terutama ketika seseorang menghadapi alternatif atau memilih di antara dua atau beberapa kemungkinan yang mengandung motif atau sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang atau dasar pikiran

(27)

seseorang. Konflik batin berhubungan erat dengan kejiwaan seseorang. Konflik batin terjadi dalam hati atau jiwa seseorang tokoh cerita. Konflik batin adalah konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri atau biasa disebut dengan permasalahan intern seorang individu. Konflik batin adalah konflik yang umumnya dialami oleh tokoh utama dalam cerita rekaan.

Pemahaman mengenai konflik banyak sekali dikemukakan oleh para ahli, namun sebenarnya maksud yang diharapkan adalah sama. (Qodratillah, 2011:242)merumuskan bahwa konflik adalah suatu perselisihan atau pertentangan antara dua orang atau lebih.

Minderop (2011) mengatakan bahwa konflik terjadi karena manusia harus memilih.

Konflik juga bisa terjadi karena masalah internal seseorang yang berbenturan dengan norma yang ada di masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa konflik terjadi karena adanya pertentangan dua kepentingan yang saling bertolak belakang, seperti pertentangan antara kebebasan dan ketidakbebasan, kerjasama dengan persaingan, ekspresi impuls dengan standar moral, dan sebagainya

Konflik dapat terjadi antar individu-individu, antara kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada pandangan yang sama sekali bertentangan satu sama lain, dan mereka tidak pernah berkompromi dan masing-masing menarik kesimpulan yang berbeda (Winardi 2007:3).

Dalam setiap konflik yang terjadi, karakteristik konflik yang bertikai biasanya lebih pada mempertahankan harga diri. Bisa jadi, karena menyangkut harga diri ini. Maka hal-hal yang sebenarnya masalah kecil bisa menjadi hal yang besar (Zubir, 2010:7).

(28)

Tarigan (1984:134), mengungkapkan bahwa dalam karya sastra terdapat suatu perjuangan, pertentangan, konflik, tempat tokoh berjuang mati-matian untuk mengatasi segala kesukaran demi tercapainya tujuannya. Sementara orang beranggapan bahwa kesukaran yang harus dihadapi oleh tokoh itu berupa benda-benda konkrit seperti manusia. Tetapi hal itu tidak selalu benar. Konflik merupakan bagian penting dari alur sebuah cerita. Konflik yang dialami manusia cukup beragam, terkadang manusia dengan manusia muncul masalah. Manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam sekitar bahkan manusia dengan kata hatinya sendiri.

Salert (dalam Syahputra 2006:11) mendefinisikan konflik sebagai benturan struktur dalam masyarakat yang dinamis antara struktur yang dominan dan struktur yang minimal. Motifnya adalah penguasaan sumber daya dalam masyarakat, baik sumber daya politik maupun ekonomi. Limbong (2012:22), mengungkapkan bahwa konflik pada dasarnya merupakan sebuah gejala sosial yang selalu hadir dalam masyarakat. Konflik telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat bahkan sebuah produk dari hubungan sosial.

Nurgiyantoro (2013:179) mengatakan sama halnya dengan kehidupan nyata, konflik dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan, perebutan sesuatu, penghianatan, balas dendam, dan lain-lain khas karakter manusia. Jadi, dari penjelasan tersebut pengertian dari konflik yaitu suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh fiksi sebagai manifestasi manusia pada kehidupan nyata di mana peristiwa tersebut tidak menyenangkan sehingga membuat tokoh tersebut merasa terganggu dan tidak nyaman.

(29)

Pengertian mengenai konflik telah banyak dikemukakan oleh para ahli seperti disebutkan di atas. Namun, pada dasarnya pemahaman mengenai konflik dari para ahli tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Pemahaman mengenai konflik di atas justru saling melengkapi. Berdasarkan beberapa pengertian dan pemahaman mengenai konflik di atas maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan pertentangan atau pertikaian antara dua tokoh atau lebih yang terjadi dalam cerita pada novel Rindu karya Tere LIye.

Pendapat lain mengenai jenis konflik disebutkan oleh Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2003:183) bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

1) Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya.

2) Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan) karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.

3) Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi apabila timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

(30)

Pada umumnya konflik dapat dikenali karena beberapa ciri, adalah sebagai berikut:

1. terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi.

2. Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.

Konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian dari penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi dan jurnal. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut:

Jurnal dari Putri Bekti Novianty dan Rusdian Noor Dermawan Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta 2018, yang berjudul ―Konflik Batin Tokoh Utama Pada Novel Lelaki Harimau Karya Eka Kurniawan: Pendekatan Psikologi Sastra‖. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Alur dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (2) Tokoh dan penokohan dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (3) Latar atau setting dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (4) Konflik batin

(31)

dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (5) Penyebab konflik batin tokoh dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian berupa satuan peristiwa yang berupa kalimat dan paragraf yang terdapat dalam novel Lelaki Harimau. Sumber data penelitian berupa novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. Peneliti menjadikan jurnal tersebut sebagai acuan karena jurnal tersebut menggunakan metode yang sama yang sedang peneliti bahas.

Skripsi dari Wiwik Rahayu, mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2015, yang berjudul

―Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah‖.

Skripsi tersebut mendeskripsikan: (1) Wujud konflik batin pada tokoh utama dalam novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah; (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir; dan (3) Bentuk penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir. Data yang dilakukan dengan teknik membaca dan mencatat, sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik heuristik-hermeneutik. Hasil penelitian (1) Wujud konflik batin pada tokoh utama dalam novel Detik Terakhir meliputi pertentangan terhadap pilihan yang tidak sesuai dengan keinginan, kebimbangan dalam menghadapi permasalahan, dan harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir meliputi faktor internal seperti membenci diri sendiri, dan cemas akan masa depan. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial yang kurang mendukung, krisis simpati dari orang tua, dan pengkhianatan orang terdekat. Faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor

(32)

eksternal. (3) Bentuk penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir ditunjukkan dengan menutup diri, menghindari komunikasi, represi

ditunjukkan dengan percobaan bunuh diri, dan melarikan diri dari panti rehabilitasi.

Adapun bentuk penyelesaiannya yang sering dilakukan tokoh utama adalah bentuk proyeksi. Peneliti menggunakan skripsi tersebut sebagai acuan karena berkaitan dengan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.

Skripsi dari Nurul Pratiwi, mahasiswi Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar 2020, yang berjudul ―Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus: Kajian Psikologi Sastra‖. Skripsi tersebut mendeskripsikan:

(1) Konflik batin yang dialami Suad, hal ini dapat dilihat dari konflik batin yang terjadi pada tokoh utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus. (2) Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu mendeskripsikan konflik batin yang terjadi pada tokoh utama.

(3) Pengumpulan data digunakan dengan membaca dan mencatat. Penelitian tersebut membahas tentang topik yang sama dengan yang peneliti bahas saat ini, meski memiliki judul yang sama tetapi novel yang digunakan berbeda skripsi tersebut menggunakan novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus sedangkan peneliti menggunakan novel Rindu karya Tere Liye. Skripsi tersebut juga menggunakan teknik pengumpulan data yang sama sehingga peneliti menjadikan skripsi tersebut sebagai acuan.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan-kutipan. Menurut Ratna (2006:47) sesuai dengan namanya, penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Dalam ilmu sastra sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana. Dalam hal ini data hasil penelitian diungkapkan melalui kalimat dan kutipan dari teks yang ada dalam novel Rindu karya Tere Liye.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data dibagi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

3.2.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data utama dalam penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh atau di kumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2009:19). Data primer dalam penelitian ini adalah novel Rindu karya Tere Liye.

Judul novel : Rindu

(34)

Pengarang : Tere Liye Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2014

Cetakan : 544 halaman

Warna Sampul : Putih dan biru muda dengan tulisan warna biru tua.

Gambar Sampul :

3.2.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua atau sumber data pendukung. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2009:19).

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku acuan, jurnal, skripsi, situs internet, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan karya sastra, psikologi sastra, dan konflik batin.

(35)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka yaitu penelitian yang menggunakan buku sebagai objek penelitian (Tantawi, 2014:61). Teknik pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan metode hermeneutik, membaca novel objek penelitian dilakukan dengan cara memahami

konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya. Kemudian klasifikasi data yaitu mengkategorikan data sesuai dengan bagian- bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporan yang menurut klasifikasinya.

Studi pustaka digambarkan oleh peneliti untuk menghimpun data tertulis. Yang dimaksud data disini adalah novel Rindu. Selain itu, buku-buku komunikasi terkait sebagai acuan untuk penelitian, artikel, karya ilmiah ataupun informasi lainnya yang peneliti dapatkan dari hasil penelitian yang peneliti ambil. Internet searching merupakan salah satu aktivitas menggunakan fasilitas internet dengan bantuan mesin pencari untuk menemukan data yang dicari. Dengan teknik pengumpulan data ini, peneliti menambah referensi dalam penggarapan penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam tahap analisis data, penulis menggunakan metode analisis interaktif.

Dimana terdapat tiga komponen yang terdiri reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (Sudigdo, 2014:10).

a. Reduksi Data

(36)

Reduksi data merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal- hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat menarik kesimpulan atau memperoleh pokok temuan.

b. Sajian Data

Agar mendapat gambaran yang jelas tentang data keseluruhan, peneliti perlu mengelompokkan data-data yang diperoleh, maka peneliti berusaha menyusunnya ke dalam penyajian data dengan baik dan jelas agar dapat dimengerti dan dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis data. Penarikan kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal seperti bentuk konflik batin dan faktor penyebab konflik batin dalam novel Rindu karya Tere Liye.

(37)

BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut Irwanto, dkk (2002) konflik adalah keadaan munculnya dua kebutuhan atau lebih pada saat yang bersamaan. Konflik bersifat subjektif. Kuat lemahnya konflik bagi individu tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut:

1. Bobot kebutuhan-kebutuhan yang timbul. Bila kedua-dua nya sangat penting, maka konflik yang terjadi akan semakin kuat.

2. Waktu tiba intensif (motivasi). Makin dekat datang jaraknya motivasi, makin kuat konflik terasa.

3. Biasanya konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance) terasa kuat dibanding konflik mendekat-mendekat (approach-approach), terutama bila motivasi masih jauh maka sebaliknyalah yang terjadi.

4.1 Konflk Batin Tokoh Utama dalam Novel Rindu Karya Tere Liye

Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2003:293-293) mengatakan konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya.

b. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

(38)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan) karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.

c. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi apabila timbul dua motif yang negatif dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

Berikut bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye menggunakan teori bentuk konflik Dirgagunarsa.

4.1.1 Konflik Mendekat-Mendekat (Approach-Approach Conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di antaranya. Seseorang yang mengalami konflik mendekat-mrendekat adalah apabila kedua konflik yang datang keduanya memiliki nilai positif bagi orang tersebut.

Berikut kutipan yang menggambarkan konflik mendekat-mendekat yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―ANNA!‖ Daeng Andipati berseru berlari. ―Papa!‖ Anna membelas dengan suara pelan, serakDaeng andipati memeluk bungsunya, menciumi rambut panjang Anna yang kotor dan kusai masai.

―Terima kasih. Sungguh terima kasih.‖ Daeng menatap Ambo Uleng.

(Rindu, 2014:136)

(39)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati yang sangat lega sekaligus senang karena bisa bertemu dengan si bungsu Anna. Ia juga berterima kasih kepada Ambo Uleng yang telah menemukan dan menyelamatkan Anna dari ledakan granat yang terjadi di Pasar Turi.

―Sebelum meninggalkan kabin, Daeng Andipati sempat mengecup kening istrinya, yang terlihat sekali pura-pura tidur karena masih sebal. Daeng Andipati tersenyum, kehadiran Mbah Kakung dan Mbah Putri di kapal ini sepertinya memberikan inspirasi cinta yang besar sekali bagi semua penumpang. Biasanya ia hanya bersikap biasa saja menghadapi masa-masa sensitif usia trimester pertama kehamilan istrinya. Tapi kali ini, bersikap romantis. Meneladani pasangan sepuh itu, mungkin bermanfaat mengatasi penyakit istrinya yang cepat marah, mudah cemas, dan gampang salah paham.‖ (Rindu, 2014:266)

Dalam kutipan di atas tergambah bahwa Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya, yang dimana kedua konflik tersebut sama-sama bernilai positif. Hal ini karena ia bersyukur setelah bertemu dengan Mbah Kakung dan Mbah Putri, Daeng Andipati bisa belajar banyak dari pasangan sepuh itu mengenai kehidupan berumah tangga, bahkan pasangan itu memberikan inspirasi cinta yang besar bukan kepada Daeng Andipati saja tetapi kepada seluruh penumpang yang ada di kapal, dari mereka Daeng Andipati bisa lebih bersikap romantis kepada istrinya yang sedang hamil muda, padahal sebelumnya ia bersikap biasa saja.

―Besok lusa, setelah pulang ke Makassar, Daeng Andipati mengunjungi enam saudaranya, kembali merekatkan tali persaudaraan mereka yang pernah renggang. Meminta enam saudaranya memaafkan Ayah mereka.

Mereka bertujuh akhirnya datang menziarahi makam Ibu dan Ayah mereka bersama-sama. Kali ini dengan perasaan lapang dan memaafkan.‖ (Rindu, 2014:542)

Dalam kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik terhadap dirinya.

Daeng Andipati yang memberanikan diri mengunjungi ke enam saudaranya dan kembali mengeratkan tali persaudaraan mereka yang pernah renggang, dan meminta ke enam

(40)

saudaranya agar dapat memaafkan Ayah mereka. Konflik ini bernilai positif. Daeng Andipati akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu nya yang kelam dan kembali akur dengan ke enam saudaranya serta melupakan dan memaafkan perilaku Ayahnya di masa lalu.

4.1.2 Konflik Mendekat-Menjauh (Approach-Avoidance Conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenagkan) karena itu adalah kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjahui objek itu. Seseorang yang mengalami konflik mendekat- menjauh adalah apabila konflik yang datang memiliki nilai positif dan nilai negatif sekaligus bagi orang tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan konflik mendekat- menjauh yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―Sore itu, kabin rombongan Daeng Andipati diliputi kebahagiaan. Dokter Belanda yang memang disediakan oleh kapal untuk keperluan penumpang, memastikan ibu mereka hamil enam minggu. Anna sampai lupa bercerita tentang guru baru mengajinya.‖

―Tapi Daeng Andipati dan istrinya tahu sekali bersama datangnya kabar gembira itu, juga tersimpan beban baru. Perjalanan mereka akan semakin berat. Ini baru hari kedua perjalanan naik haji, masih Sembilan bulan lagi hingga mereka tiba kembali di Kota Makassar. Itu berarti kemungkinan besar si kecil akan lahir di atas kapal, dalam perjalanan pulang.‖ (Rindu, 2014:94)

Dalam kutipan di atas tergambar bahwa tokoh utama Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya. Kutipan di atas menunjukkan kebimbangan Daeng Andipati antara mendapat kabar yang sangat gembira dan juga beban baru yang istrinya baru saja hamil muda. Daeng Andipati sebenarnya merasa sangat senang, karena istrinya sedang mengandung buah hati mereka. Akan tetapi mengetahui istrinya hamil di atas kapal saat

(41)

perjalanan naik haji dan kemungkinan besar akan melahirkan di atas kapal membuat dirinya menjadi bimbang dan cemas.

Konflik ini terjadi ketika individu terjerat dalam situasi yang dimana ia sangat tertarik sekaligus ingin menghindari dari situasi tertentu.

―Daeng Andipati berteriak kalap. Ia tetap tidak menemukan dimana bungsunya. Sudut matanya melihat Elsa lebih dulu, di depan, terpisah lima meter. Daeng Andipati segera merangsek mendekati Elsa, setidaknya ia harus segera membawa Elsa ke tempat aman. Kondisi Elsa juga mengenaskan. Berpegangan di tiang listrik, berusaha bertahan dari keriuhan.‖ (Rindu, 2014:130)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati sangat khawatir terhadap keadaan kedua anaknya. Ia kalap mencari Elsa dan Anna yang terdorong akibat banyaknya orang yang berlarian untuk menyelamatkan diri dari ledakan granat.

Ia bersyukur menemukan Elsa walaupun kondisi Elsa juga tidak baik-baik saja, tapi ia juga sangat khawatir sebab tidak bisa menemukan si bungsu Anna di antara banyak nya orang.

―Daeng Andipati tergugu di atas dek kapal. Wajahnya kuyu, matanya merah. Di sekitarnya, beberapa orang mencoba menghibur. Dari atas dek sini, terlihat jelas kepul asap di kejauhan, sisa kejadian tadi pagi. Pos serdadu Belanda di Pasar Turi terbakar, hancur lebur. Beberapa toko juga ikut terbakar. ― (Rindu, 2014:131)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati sangat sedih karena belum menemukan si bungsu Anna, ia takut dan cemas terjadi sesuatu kepada Anna.

Tapi, Daeng Andipati juga bersyukur karena bisa menyelamatkan si sulung Elsa dan ia memiliki banyak orang yang membantu menghibur dan mendoakan Anna agar segera ditemukan.

(42)

―Terima kasih banyak, Ambo. Aku akan ingat selalu kebaikan ini.‖ Daeng Andipati menyeka pipinya. Ia masih sering terharu mengingat kejadian sepanjang hari. (Rindu, 2014:138)

Dari kutipan di atas Daeng Andipati sangat bersyukur karena si bungsu anaknya Anna selamat dari ledakan granat, dan ia juga sangat berterima kasih sekaligus terharu terhadap apa yang dilakukan Ambo Uleng untuk menyelamatkan Anna.

―Aku tidak seperti yang kau bayangkan, Ruben.‖ Daeng Andipati menggeleng. ―Itu benar jika kau hanya melihat dari luarnya. Mungkin aku bahagia, tapi tidak seperti itu.‖

―Berarti tuan Andipati tidak bahagia?‖

―Bukan, bukan itu maksudku, Ruben.‖ Daeng Andipati jadi bingung. Ia bukan Gurutta yang selalu pandai menjelaskan, ―Begini sajalah, semua orang selalu punya masalah hidupnya. Apakah aku bahagia? Iya. Aku bersyukur atas keluargaku. Bersyukur atas apa yang kumiliki. Tapi apakah aku sungguh bahagia? Kebahagiaan sejati? Aku justru membawa pertanyaan besar di atas kapal ini. (Rindu, 2014:332-333)

Konflik ini terjadi saat Ruben mempertanyakan kepada Daeng Andipati apa itu kebahagiaan. Dari kutipan tersebut Daeng Andipati menyimpan rasa benci yang sangat lama. Kebencian akibat rasa marah yang ia sembunyikan selama ini. Di mata orang lain Daeng Andipati terlihat bahagia, namun dalam hatinya tersimpan kebencian tentang masa lalu nya. Tetapi ia juga bersyukur karena memiliki keluarga yang utuh Istri yang sangat baik dan juga kedua anak yang sangat lucu. Bahkan sekarang istrinya tengah mengandung anak ketiga mereka.

‖Aku tidak dikirim Ayahku sekolah di Rotterdam, Chef.‖ Daeng Andipati menggeleng tegas . intonasinya yang selama ini ringan dan bersahabat terdengar berbeda, ―Aku memutuskan sendiri berangkat ke Belanda.

Melanjutkan sekolah disana.‖

―Itu lebih menarik lagi.‖ Chef Lars semakin tertarik, ―Berapa usia kau saat berangkat?‖

―Dua puluh dua. Awalnya aku hendak sekolah di STOVIA Batavia. Tapi salah satu kenalanku dari Yogyakarta mengajakku berangkat ke Belanda

(43)

mengadu nasib. Dia bilang, ada banyak kesempatan bagi pelajar disana.

Aku memutuskan berangkat. Ayahku tidak tahu-menahu soal itu.‖ Suara Daeng Andipati semakin berubah.

―Itu mengagumkan, Andi. Bagaimana kau bisa mengongkosi semua keperluan? Orangtua kau mengirim wesel?‖

―Tidak satu Gulden pun.‖ Daeng Andipati menjawab cepat, ―Aku bekerja serabutan di Rotterdam. Menjadi pelayan toko, menjadi asisten di balai kota, bahkan pernah menjadi tukang sapu taman. Empat tahun aku melakukan apapun agar bisa selesai sekolah. Empat tahun yang terasa lama sekali. Tapi aku berhasil. Sekolahku selesai. Dan lebih penting dari itu, aku berhasil membuktikan kepadanya—―

Kalimat Daeng Andipati terputus, ia meraih cerek, menuangkan air lagi.

Itu gelas keempatnya lima belas menit terakhir. (Rindu, 2014:341-342)

Konflik ini terjadi saat Chef Lars bertanya tentang bagaimana sekolah Daeng Andipati dulu. Dalam kutipan di atas tergambar bahwa Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya saat ia menjelaskan tentang bagaimana ceritanya ia sekolah di Rotterdam dulu. Daeng Andipati merasa emosional saat membahas itu karena mengingat kejadian masa lalu nya yang sangat sulit untuk dilupakan, tapi ia berhasil kembali ke Makassar dan membangun usaha ya sendiri sehingga bisa menjadi orang yang sukses seperti sekarang.

―Katakan apa saja yang kau inginkan, akan ku penuhi.‖ Suara Daeng Andipati terdengar serak.

Ambo Uleng yang bersandar di tempat tidur menggeleng. Ia tidak butuh apapun. Sejak naik kapal besar ini-memutuskan pergi, ia tidak membutuhkan apapun. Hanya mencari kedamain di dalam hatinya.

―Sejak pertama kali naik kapal ini, melihat Gurutta di masjid, aku sebenarnya sudah hendak bercerita. Tapi-― Daeng Andipati akhirnya berbicara pelan, ―Aku sungakan. Khawatir mengganggu kesibukan Gurutta. Lagipula, itu masalah yang sangat pribadi, tidak semua orang bisa mendengarnya-― (Rindu, 2014:366)

Konflik ini terjadi ketika Gurutta menanyakan kepada Daeng Andipati apakah ia mau membagi ceritanya atau tidak kepada Gurutta. Konflik ini termasuk kepada konflik

(44)

menjauh-mendekat yang di mana Daeng Andipati sangat bersyukur Gurutta mau mendengarkan ceritanya dan sebenarnya ia juga nyaman berbagi cerita dengan Gurutta, tetapi di satu sisi ia takut kalau sebenarnya ia mengganggu kesibukan Guritta.

―Apakah aku bahagia, Gurutta? Aku tidak tahu.‖ Daeng Andipati menunduk menatap meja. Menghembuskan nafas resah. Diam sebentar.

―Aku memang memiliki semuanya, harta benda, nama baik, pendidikan, bahkan istri yang cantik, anak-anak yang pintar dan menggemaskan.

Semua orang mungkin bersedia menukar hidupnya dengan apa yang kumiliki. Tapi mereka tidak tahu, aku justru kehilangan hal terbesar dalam hidup ini. Apakah aku bahagia? Hidupku dipenuhi kebencian, Gurutta.

Sejak usia lima belas hatiku sudah terbakar amarah dendam.‖ (Rindu, 2014:366)

Dalam kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik adalah mendekat-menjauh, yang dimana Daeng Andipati memiliki semuanya yang mungkin belum tentu orang lain juga memiliki itu, ia bersyukur. Tapi di satu sisi ia ternyata memiliki dendam yang tidak pernah bisa dilupakan dalam hidupnya.

―Sikap Ayah tidak pernah berubah walau Ibu telah pergi. Dia semakin kasar. Tangannya semakin ringan. Kami hanya bertiga di rumah Ayah, aku, dan adikku. Satu-satunya kakakku yang tersisa sudah menyusul yang lain, pergi ke pulau seberang. Jadilah aku dan adikku sebagai pelampiasan marah Ayah, bertahun-tahun. Aku membencinya. Aku membenci Ayahku sendiri. Seharusnya, aku juga ikut menyusul pergi kakak-kakakku, tapi aku tidak bisa melakukannya. Sebelum meninggal, ibu berpesan agar aku menjaga adikku, si bungsu.‖ (Rindu, 2014:370)

Dari kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik batin dimana ia sangat membenci Ayahnya sehingga ia ingin pergi meninggalkan rumah agar terhindar dari Ayahnya, tetapi karena pesan dari sang Ibu sebelum meninggal kepada Daeng Andipati yang harus menjaga adik bungsu nya maka ia tidak bisa meninggalkan rumah hanya dengan adanya Ayah dan juga adiknya. Ia ingin menghindari situasi ini, tetapi karena hal yang lain ia harus berada di situasi ini.

(45)

―Aku bersyukur memiliki keluarga yang lebih baik sekarang. Aku bersumpah tidak akan pernah memukul Anna, Elsa, dan istriku. Aku akan membesarkan mereka dengan kasih sayang. Aku juga bersyukur memiliki harta benda yang cukup. Aku bersumpah tidak akan pernah menyakiti atau mengorbankan orang-orang di sekitarku. Aku menghormati pegawaiku, kuli angkut, rekan dagang, semuanya. Aku seolah memiliki semua sumber kebahagiaan hari ini. Tapi, kebencian ini semakin pekat setiap harinya, Gurutta.‖ (Rindu, 2014:370-371)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati yang sangat mensyukuri kehidupan yang dia miliki sekarang, ia merasa sangat bersyukur memiliki istri yang sangat baik dan juga anak-anak yang sangat lucu serta memiliki harta benda yang cukup pula. Akan tetapi ia masih membenci Ayahnya dan kebenciaan yang ia rasakan terhadap Ayahnya semakin pekat setiap harinya.

―Sejak melihat Gurutta di masjid kapal, aku sudah ingin bertanya.

Bagaimana mungkin aku pergi naik haji membawa kebencian sebesar ini?

Apakah tanah suci akan terbuka bagi seorang anak yang membenci Ayahnya sendiri? Bagaimana caranya agar aku bisa memaafkan, melupakan semua? Bagaimana caranya agar semua ingatan itu enyah pergi? Aku sudah lelah dengan semua itu, Gurutta. Aku lelah dengan kebencian ini.‖ (Rindu, 2014:371)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati mengalami konflik, ia sebenarnya ingin memaafkan Ayahnya tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya karena perilaku Ayahnya dahulu selalu teringat dalam ingatannya. Ia juga resah ingin menjalankan ibadah haji ke tanah suci tetapi membawa kebencian yang sangat besar terhadap Ayahnya. Ia ingin mengakhiri itu semua dan melupakannya tetapi rasanya sangat sulit untuk melupakan apa yang telah Ayahnya lakukan di masa lalu.

4.1.3 Konflik Menjauh-Menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)

Konflik ini terjadi apabila timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain

(46)

yang juga negatif. Seseorang yang mengalami konflik menjauh-menjauh adalah apabila kedua konflik yang datang keduanya memiliki nilai negatif bagi orang tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan konflik menjauh-menjauh yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―Gori Penjagal tidak ingin membunuhku. Dia ingin membunuh orang tua itu, yang sayangnya sudah mati. Tidak bisa dibunuh lagi. Diantar atau tidak, aku tetap ke sana. Aku mau menemuinya sekarang.‖ (Rindu, 2014:360)

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa Daeng Andipati terlibat konflik menjauh-menjauh yang dimana semua nya bersifat negatif dan negatif karena orang tua yang Daeng Andipati maksud dalam kutipan di atas adalah Ayahnya sendiri yang sangat kejam dan selalu menyiksa Ibunya, dan sebenarnya Gori Penjagal itu ingin membalas dendam kepada Ayah Daeng Andipati yang sudah meninggal, tetapi Gori Penjagal tidak tahu dan malah berimbas mencelakai Daeng Andipati yang sebenarnya juga sangat membenci Ayahnya, akibat perbuatan Ayahnya di masa lalu Daeng Andipati jadi terluka fisik dan juga batin secara bersamaan karena mengingat perlakuan Ayahnya di masa lalu.

―Seberapa benci kau pada Ayahku?‖ Daeng Andipati akhirnya membuka mulut. Bertanya dengan suara bergetar. (Rindu, 2014:362)

Sosok itu memukul tangannya yang terikat borgol ke jeruji, membuat suara kencang. Mengagetkan semua orang.

―Aku kenal siapa kau, Gori. Usiaku belasan tahun saat kau menjadi tukang pukul nomor satu ayahku.‖ Suara Daeng Andipati terdengar makin serak,

―SEBERAPA BENCI KAU PADA AYAHKU, HAH? (Rindu, 2014:362)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Daeng sangat-sangat membenci ayahnya karena pada saat umur belasan tahun Daeng Andipati sudah menyaksikan kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya dan anak buahnya. Bahkan ayahnya memukuli ibunya

(47)

sendiri, dan sekarang Daeng Andipati menjadi sasaran balas dendam Gori mantan tukang pukul ayahnya yang mempunyai dendam terhadap ayahnya.

―SEBERAPA BENCI GORI? Karena jika kau kumpulkan seluruh kebencian itu. Kau gabungkan dengan kebencian orang-orang yang telah disakiti Ayahku, maka ketahuilah, Gori, kebencianku pada orang tua itu masih lebih besar. KEBENCIANKU masih lebih besar dibandingkan itu semua!‖ Suara Daeng Andipati bergema di lorong-lorong mesin. Matanya menatap nanar ke seberang jeruji. (Rindu, 2014:362)

―Tapi orang itu sudah mati, Gori. Tubuhnya sudah jadi tulang-belulang di dalam tanah. Lihatlah, sudah lima tahun orang itu mati… dan tidak setetes pun kebencian di hatiku berkurang. Sebaliknya, tambah pekat, tambah banyak.‖ (Rindu, 2014:363)

Dari kutipan di atas muncul konflik yang di mana Daeng Andipati tidak bisa melupakan kejahatan yang telah dilakukan Ayahnya di masa lalu dan membuatnya sangat membenci Ayahnya sendiri, bahkan sampai Ayahnya sudah mati pun ia masih sangat membenci Ayahnya, malah semakin hari bukannya kebenciannya terhadap Ayahnya memudar, tetapi sebaliknya semakin bertambah setiap harinya. Bahkan jika Daeng Andipati disuruh mengumpulkan kebenciannya lebih daripada kebencian Gori dan orang-orang yang pernah disakiti Ayahnya. Atas perilaku Ayahnya terhadap Daeng Andipati dan keluarganya yang bertindak semaunya, sampai ingin membunuh Daeng Andipati saat kecil dan kehilangan Ibunya saat masih muda.

―Tapi orang-orang hanya melihat kulit luarnya saja. Keluarga bahagia, terlihat kompak, selalu tersenyum. Mereka tidak tahu apa yang kami alami di rumah.. Ayahku suka memukul. Jika marah, dia akan memukul kami.

Dia juga suka memukul Ibu. Tidak terbilang berapa banyak pukulan yang diterima oleh Ibu. Aku kadang menangis melihatnya. Tidak habis pikir mengapa Ibu tetap bertahan. Mencintai Ayah begitu besar setelah perlakuan kasar yang diterimanya. Jika ada acara diluar Ibuku harus memakai bedak tebal demi menutupi lebam biru. Memakai kerudung lebar agar tidak terlihat rambutnya yang terbakar. mengenakan pakaian tertutup agar tidak nampak luka di badannya.‖ (Rindu, 2014:367)

Gambar

Gambar Sampul :

Referensi

Dokumen terkait

The Microteaching should master the material well so that they could ask good questions related to the material, the Microteaching students have to ask feedback

kebenarannya, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Efektiv itas Moving dan Blocking Terhadap Keberhasilan Serangan Balasan Pada Pertandingan Kumite

Saran pada kasus ini sebaiknya pengobatan untuk memperoleh hasil yang sempurna, fisioterapi hendaknya dapat membina kerjasama yang baik dengan pasien dan pihak

Salah satu solusi yang diberikan adalah dengan membuat suatu sistem yang efektif dan efisien untuk monitoring atau mendeteksi kecepatan angin yang mampu

rancangan peraturan yang disusun Dinas Perikanan Kota Semarang 2019 Sub Bag Umpeg Sub Bag Umpeg 2019 Hard & Soft (file_pdf) selama masih berlaku website. 9.3

Berdasarkan hasil analisis R/C tersebut, komoditi wortel, bayam hijau, dan selada cos cukup menguntungkan untuk diusahakan karena nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembuatan Kepala Kepala Madrasah termasuk dalam kategori sangat baik

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar; (2) mendeskripsikan konflik batin tokoh