• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian dari penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi dan jurnal. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut:

Jurnal dari Putri Bekti Novianty dan Rusdian Noor Dermawan Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta 2018, yang berjudul ―Konflik Batin Tokoh Utama Pada Novel Lelaki Harimau Karya Eka Kurniawan: Pendekatan Psikologi Sastra‖. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Alur dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (2) Tokoh dan penokohan dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (3) Latar atau setting dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (4) Konflik batin

dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan; (5) Penyebab konflik batin tokoh dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian berupa satuan peristiwa yang berupa kalimat dan paragraf yang terdapat dalam novel Lelaki Harimau. Sumber data penelitian berupa novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. Peneliti menjadikan jurnal tersebut sebagai acuan karena jurnal tersebut menggunakan metode yang sama yang sedang peneliti bahas.

Skripsi dari Wiwik Rahayu, mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2015, yang berjudul

―Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah‖.

Skripsi tersebut mendeskripsikan: (1) Wujud konflik batin pada tokoh utama dalam novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah; (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir; dan (3) Bentuk penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir. Data yang dilakukan dengan teknik membaca dan mencatat, sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik heuristik-hermeneutik. Hasil penelitian (1) Wujud konflik batin pada tokoh utama dalam novel Detik Terakhir meliputi pertentangan terhadap pilihan yang tidak sesuai dengan keinginan, kebimbangan dalam menghadapi permasalahan, dan harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir meliputi faktor internal seperti membenci diri sendiri, dan cemas akan masa depan. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial yang kurang mendukung, krisis simpati dari orang tua, dan pengkhianatan orang terdekat. Faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor

eksternal. (3) Bentuk penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam novel Detik Terakhir ditunjukkan dengan menutup diri, menghindari komunikasi, represi

ditunjukkan dengan percobaan bunuh diri, dan melarikan diri dari panti rehabilitasi.

Adapun bentuk penyelesaiannya yang sering dilakukan tokoh utama adalah bentuk proyeksi. Peneliti menggunakan skripsi tersebut sebagai acuan karena berkaitan dengan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.

Skripsi dari Nurul Pratiwi, mahasiswi Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar 2020, yang berjudul ―Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus: Kajian Psikologi Sastra‖. Skripsi tersebut mendeskripsikan:

(1) Konflik batin yang dialami Suad, hal ini dapat dilihat dari konflik batin yang terjadi pada tokoh utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus. (2) Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu mendeskripsikan konflik batin yang terjadi pada tokoh utama.

(3) Pengumpulan data digunakan dengan membaca dan mencatat. Penelitian tersebut membahas tentang topik yang sama dengan yang peneliti bahas saat ini, meski memiliki judul yang sama tetapi novel yang digunakan berbeda skripsi tersebut menggunakan novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus sedangkan peneliti menggunakan novel Rindu karya Tere Liye. Skripsi tersebut juga menggunakan teknik pengumpulan data yang sama sehingga peneliti menjadikan skripsi tersebut sebagai acuan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan-kutipan. Menurut Ratna (2006:47) sesuai dengan namanya, penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Dalam ilmu sastra sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana. Dalam hal ini data hasil penelitian diungkapkan melalui kalimat dan kutipan dari teks yang ada dalam novel Rindu karya Tere Liye.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data dibagi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

3.2.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data utama dalam penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh atau di kumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2009:19). Data primer dalam penelitian ini adalah novel Rindu karya Tere Liye.

Judul novel : Rindu

Pengarang : Tere Liye Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2014

Cetakan : 544 halaman

Warna Sampul : Putih dan biru muda dengan tulisan warna biru tua.

Gambar Sampul :

3.2.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua atau sumber data pendukung. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2009:19).

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku acuan, jurnal, skripsi, situs internet, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan karya sastra, psikologi sastra, dan konflik batin.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka yaitu penelitian yang menggunakan buku sebagai objek penelitian (Tantawi, 2014:61). Teknik pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan metode hermeneutik, membaca novel objek penelitian dilakukan dengan cara memahami

konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya. Kemudian klasifikasi data yaitu mengkategorikan data sesuai dengan bagian-bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporan yang menurut klasifikasinya.

Studi pustaka digambarkan oleh peneliti untuk menghimpun data tertulis. Yang dimaksud data disini adalah novel Rindu. Selain itu, buku-buku komunikasi terkait sebagai acuan untuk penelitian, artikel, karya ilmiah ataupun informasi lainnya yang peneliti dapatkan dari hasil penelitian yang peneliti ambil. Internet searching merupakan salah satu aktivitas menggunakan fasilitas internet dengan bantuan mesin pencari untuk menemukan data yang dicari. Dengan teknik pengumpulan data ini, peneliti menambah referensi dalam penggarapan penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam tahap analisis data, penulis menggunakan metode analisis interaktif.

Dimana terdapat tiga komponen yang terdiri reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (Sudigdo, 2014:10).

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat menarik kesimpulan atau memperoleh pokok temuan.

b. Sajian Data

Agar mendapat gambaran yang jelas tentang data keseluruhan, peneliti perlu mengelompokkan data-data yang diperoleh, maka peneliti berusaha menyusunnya ke dalam penyajian data dengan baik dan jelas agar dapat dimengerti dan dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis data. Penarikan kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal seperti bentuk konflik batin dan faktor penyebab konflik batin dalam novel Rindu karya Tere Liye.

BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut Irwanto, dkk (2002) konflik adalah keadaan munculnya dua kebutuhan atau lebih pada saat yang bersamaan. Konflik bersifat subjektif. Kuat lemahnya konflik bagi individu tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut:

1. Bobot kebutuhan-kebutuhan yang timbul. Bila kedua-dua nya sangat penting, maka konflik yang terjadi akan semakin kuat.

2. Waktu tiba intensif (motivasi). Makin dekat datang jaraknya motivasi, makin kuat konflik terasa.

3. Biasanya konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance) terasa kuat dibanding konflik mendekat-mendekat (approach-approach), terutama bila motivasi masih jauh maka sebaliknyalah yang terjadi.

4.1 Konflk Batin Tokoh Utama dalam Novel Rindu Karya Tere Liye

Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2003:293-293) mengatakan konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya.

b. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan) karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.

c. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi apabila timbul dua motif yang negatif dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

Berikut bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye menggunakan teori bentuk konflik Dirgagunarsa.

4.1.1 Konflik Mendekat-Mendekat (Approach-Approach Conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di antaranya. Seseorang yang mengalami konflik mendekat-mrendekat adalah apabila kedua konflik yang datang keduanya memiliki nilai positif bagi orang tersebut.

Berikut kutipan yang menggambarkan konflik mendekat-mendekat yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―ANNA!‖ Daeng Andipati berseru berlari. ―Papa!‖ Anna membelas dengan suara pelan, serakDaeng andipati memeluk bungsunya, menciumi rambut panjang Anna yang kotor dan kusai masai.

―Terima kasih. Sungguh terima kasih.‖ Daeng menatap Ambo Uleng.

(Rindu, 2014:136)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati yang sangat lega sekaligus senang karena bisa bertemu dengan si bungsu Anna. Ia juga berterima kasih kepada Ambo Uleng yang telah menemukan dan menyelamatkan Anna dari ledakan granat yang terjadi di Pasar Turi.

―Sebelum meninggalkan kabin, Daeng Andipati sempat mengecup kening istrinya, yang terlihat sekali pura-pura tidur karena masih sebal. Daeng Andipati tersenyum, kehadiran Mbah Kakung dan Mbah Putri di kapal ini sepertinya memberikan inspirasi cinta yang besar sekali bagi semua penumpang. Biasanya ia hanya bersikap biasa saja menghadapi masa-masa sensitif usia trimester pertama kehamilan istrinya. Tapi kali ini, bersikap romantis. Meneladani pasangan sepuh itu, mungkin bermanfaat mengatasi penyakit istrinya yang cepat marah, mudah cemas, dan gampang salah paham.‖ (Rindu, 2014:266)

Dalam kutipan di atas tergambah bahwa Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya, yang dimana kedua konflik tersebut sama-sama bernilai positif. Hal ini karena ia bersyukur setelah bertemu dengan Mbah Kakung dan Mbah Putri, Daeng Andipati bisa belajar banyak dari pasangan sepuh itu mengenai kehidupan berumah tangga, bahkan pasangan itu memberikan inspirasi cinta yang besar bukan kepada Daeng Andipati saja tetapi kepada seluruh penumpang yang ada di kapal, dari mereka Daeng Andipati bisa lebih bersikap romantis kepada istrinya yang sedang hamil muda, padahal sebelumnya ia bersikap biasa saja.

―Besok lusa, setelah pulang ke Makassar, Daeng Andipati mengunjungi enam saudaranya, kembali merekatkan tali persaudaraan mereka yang pernah renggang. Meminta enam saudaranya memaafkan Ayah mereka.

Mereka bertujuh akhirnya datang menziarahi makam Ibu dan Ayah mereka bersama-sama. Kali ini dengan perasaan lapang dan memaafkan.‖ (Rindu, 2014:542)

Dalam kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik terhadap dirinya.

Daeng Andipati yang memberanikan diri mengunjungi ke enam saudaranya dan kembali mengeratkan tali persaudaraan mereka yang pernah renggang, dan meminta ke enam

saudaranya agar dapat memaafkan Ayah mereka. Konflik ini bernilai positif. Daeng Andipati akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu nya yang kelam dan kembali akur dengan ke enam saudaranya serta melupakan dan memaafkan perilaku Ayahnya di masa lalu.

4.1.2 Konflik Mendekat-Menjauh (Approach-Avoidance Conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenagkan) karena itu adalah kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjahui objek itu. Seseorang yang mengalami konflik mendekat-menjauh adalah apabila konflik yang datang memiliki nilai positif dan nilai negatif sekaligus bagi orang tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan konflik mendekat-menjauh yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―Sore itu, kabin rombongan Daeng Andipati diliputi kebahagiaan. Dokter Belanda yang memang disediakan oleh kapal untuk keperluan penumpang, memastikan ibu mereka hamil enam minggu. Anna sampai lupa bercerita tentang guru baru mengajinya.‖

―Tapi Daeng Andipati dan istrinya tahu sekali bersama datangnya kabar gembira itu, juga tersimpan beban baru. Perjalanan mereka akan semakin berat. Ini baru hari kedua perjalanan naik haji, masih Sembilan bulan lagi hingga mereka tiba kembali di Kota Makassar. Itu berarti kemungkinan besar si kecil akan lahir di atas kapal, dalam perjalanan pulang.‖ (Rindu, 2014:94)

Dalam kutipan di atas tergambar bahwa tokoh utama Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya. Kutipan di atas menunjukkan kebimbangan Daeng Andipati antara mendapat kabar yang sangat gembira dan juga beban baru yang istrinya baru saja hamil muda. Daeng Andipati sebenarnya merasa sangat senang, karena istrinya sedang mengandung buah hati mereka. Akan tetapi mengetahui istrinya hamil di atas kapal saat

perjalanan naik haji dan kemungkinan besar akan melahirkan di atas kapal membuat dirinya menjadi bimbang dan cemas.

Konflik ini terjadi ketika individu terjerat dalam situasi yang dimana ia sangat tertarik sekaligus ingin menghindari dari situasi tertentu.

―Daeng Andipati berteriak kalap. Ia tetap tidak menemukan dimana bungsunya. Sudut matanya melihat Elsa lebih dulu, di depan, terpisah lima meter. Daeng Andipati segera merangsek mendekati Elsa, setidaknya ia harus segera membawa Elsa ke tempat aman. Kondisi Elsa juga mengenaskan. Berpegangan di tiang listrik, berusaha bertahan dari keriuhan.‖ (Rindu, 2014:130)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati sangat khawatir terhadap keadaan kedua anaknya. Ia kalap mencari Elsa dan Anna yang terdorong akibat banyaknya orang yang berlarian untuk menyelamatkan diri dari ledakan granat.

Ia bersyukur menemukan Elsa walaupun kondisi Elsa juga tidak baik-baik saja, tapi ia juga sangat khawatir sebab tidak bisa menemukan si bungsu Anna di antara banyak nya orang.

―Daeng Andipati tergugu di atas dek kapal. Wajahnya kuyu, matanya merah. Di sekitarnya, beberapa orang mencoba menghibur. Dari atas dek sini, terlihat jelas kepul asap di kejauhan, sisa kejadian tadi pagi. Pos serdadu Belanda di Pasar Turi terbakar, hancur lebur. Beberapa toko juga ikut terbakar. ― (Rindu, 2014:131)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati sangat sedih karena belum menemukan si bungsu Anna, ia takut dan cemas terjadi sesuatu kepada Anna.

Tapi, Daeng Andipati juga bersyukur karena bisa menyelamatkan si sulung Elsa dan ia memiliki banyak orang yang membantu menghibur dan mendoakan Anna agar segera ditemukan.

―Terima kasih banyak, Ambo. Aku akan ingat selalu kebaikan ini.‖ Daeng Andipati menyeka pipinya. Ia masih sering terharu mengingat kejadian sepanjang hari. (Rindu, 2014:138)

Dari kutipan di atas Daeng Andipati sangat bersyukur karena si bungsu anaknya Anna selamat dari ledakan granat, dan ia juga sangat berterima kasih sekaligus terharu terhadap apa yang dilakukan Ambo Uleng untuk menyelamatkan Anna.

―Aku tidak seperti yang kau bayangkan, Ruben.‖ Daeng Andipati menggeleng. ―Itu benar jika kau hanya melihat dari luarnya. Mungkin aku bahagia, tapi tidak seperti itu.‖

―Berarti tuan Andipati tidak bahagia?‖

―Bukan, bukan itu maksudku, Ruben.‖ Daeng Andipati jadi bingung. Ia bukan Gurutta yang selalu pandai menjelaskan, ―Begini sajalah, semua orang selalu punya masalah hidupnya. Apakah aku bahagia? Iya. Aku bersyukur atas keluargaku. Bersyukur atas apa yang kumiliki. Tapi apakah aku sungguh bahagia? Kebahagiaan sejati? Aku justru membawa pertanyaan besar di atas kapal ini. (Rindu, 2014:332-333)

Konflik ini terjadi saat Ruben mempertanyakan kepada Daeng Andipati apa itu kebahagiaan. Dari kutipan tersebut Daeng Andipati menyimpan rasa benci yang sangat lama. Kebencian akibat rasa marah yang ia sembunyikan selama ini. Di mata orang lain Daeng Andipati terlihat bahagia, namun dalam hatinya tersimpan kebencian tentang masa lalu nya. Tetapi ia juga bersyukur karena memiliki keluarga yang utuh Istri yang sangat baik dan juga kedua anak yang sangat lucu. Bahkan sekarang istrinya tengah mengandung anak ketiga mereka.

‖Aku tidak dikirim Ayahku sekolah di Rotterdam, Chef.‖ Daeng Andipati menggeleng tegas . intonasinya yang selama ini ringan dan bersahabat terdengar berbeda, ―Aku memutuskan sendiri berangkat ke Belanda.

Melanjutkan sekolah disana.‖

―Itu lebih menarik lagi.‖ Chef Lars semakin tertarik, ―Berapa usia kau saat berangkat?‖

―Dua puluh dua. Awalnya aku hendak sekolah di STOVIA Batavia. Tapi salah satu kenalanku dari Yogyakarta mengajakku berangkat ke Belanda

mengadu nasib. Dia bilang, ada banyak kesempatan bagi pelajar disana.

Aku memutuskan berangkat. Ayahku tidak tahu-menahu soal itu.‖ Suara Daeng Andipati semakin berubah.

―Itu mengagumkan, Andi. Bagaimana kau bisa mengongkosi semua keperluan? Orangtua kau mengirim wesel?‖

―Tidak satu Gulden pun.‖ Daeng Andipati menjawab cepat, ―Aku bekerja serabutan di Rotterdam. Menjadi pelayan toko, menjadi asisten di balai kota, bahkan pernah menjadi tukang sapu taman. Empat tahun aku melakukan apapun agar bisa selesai sekolah. Empat tahun yang terasa lama sekali. Tapi aku berhasil. Sekolahku selesai. Dan lebih penting dari itu, aku berhasil membuktikan kepadanya—―

Kalimat Daeng Andipati terputus, ia meraih cerek, menuangkan air lagi.

Itu gelas keempatnya lima belas menit terakhir. (Rindu, 2014:341-342)

Konflik ini terjadi saat Chef Lars bertanya tentang bagaimana sekolah Daeng Andipati dulu. Dalam kutipan di atas tergambar bahwa Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya saat ia menjelaskan tentang bagaimana ceritanya ia sekolah di Rotterdam dulu. Daeng Andipati merasa emosional saat membahas itu karena mengingat kejadian masa lalu nya yang sangat sulit untuk dilupakan, tapi ia berhasil membutuhkan apapun. Hanya mencari kedamain di dalam hatinya.

―Sejak pertama kali naik kapal ini, melihat Gurutta di masjid, aku sebenarnya sudah hendak bercerita. Tapi-― Daeng Andipati akhirnya berbicara pelan, ―Aku sungakan. Khawatir mengganggu kesibukan Gurutta. Lagipula, itu masalah yang sangat pribadi, tidak semua orang bisa mendengarnya-― (Rindu, 2014:366)

Konflik ini terjadi ketika Gurutta menanyakan kepada Daeng Andipati apakah ia mau membagi ceritanya atau tidak kepada Gurutta. Konflik ini termasuk kepada konflik

menjauh-mendekat yang di mana Daeng Andipati sangat bersyukur Gurutta mau mendengarkan ceritanya dan sebenarnya ia juga nyaman berbagi cerita dengan Gurutta, tetapi di satu sisi ia takut kalau sebenarnya ia mengganggu kesibukan Guritta.

―Apakah aku bahagia, Gurutta? Aku tidak tahu.‖ Daeng Andipati menunduk menatap meja. Menghembuskan nafas resah. Diam sebentar.

―Aku memang memiliki semuanya, harta benda, nama baik, pendidikan, bahkan istri yang cantik, anak-anak yang pintar dan menggemaskan.

Semua orang mungkin bersedia menukar hidupnya dengan apa yang kumiliki. Tapi mereka tidak tahu, aku justru kehilangan hal terbesar dalam hidup ini. Apakah aku bahagia? Hidupku dipenuhi kebencian, Gurutta.

Sejak usia lima belas hatiku sudah terbakar amarah dendam.‖ (Rindu, 2014:366)

Dalam kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik adalah mendekat-menjauh, yang dimana Daeng Andipati memiliki semuanya yang mungkin belum tentu orang lain juga memiliki itu, ia bersyukur. Tapi di satu sisi ia ternyata memiliki dendam yang tidak pernah bisa dilupakan dalam hidupnya.

―Sikap Ayah tidak pernah berubah walau Ibu telah pergi. Dia semakin kasar. Tangannya semakin ringan. Kami hanya bertiga di rumah Ayah, aku, dan adikku. Satu-satunya kakakku yang tersisa sudah menyusul yang lain, pergi ke pulau seberang. Jadilah aku dan adikku sebagai pelampiasan marah Ayah, bertahun-tahun. Aku membencinya. Aku membenci Ayahku sendiri. Seharusnya, aku juga ikut menyusul pergi kakak-kakakku, tapi aku tidak bisa melakukannya. Sebelum meninggal, ibu berpesan agar aku menjaga adikku, si bungsu.‖ (Rindu, 2014:370)

Dari kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik batin dimana ia sangat membenci Ayahnya sehingga ia ingin pergi meninggalkan rumah agar terhindar dari Ayahnya, tetapi karena pesan dari sang Ibu sebelum meninggal kepada Daeng Andipati yang harus menjaga adik bungsu nya maka ia tidak bisa meninggalkan rumah hanya dengan adanya Ayah dan juga adiknya. Ia ingin menghindari situasi ini, tetapi karena hal yang lain ia harus berada di situasi ini.

―Aku bersyukur memiliki keluarga yang lebih baik sekarang. Aku bersumpah tidak akan pernah memukul Anna, Elsa, dan istriku. Aku akan membesarkan mereka dengan kasih sayang. Aku juga bersyukur memiliki harta benda yang cukup. Aku bersumpah tidak akan pernah menyakiti atau mengorbankan orang-orang di sekitarku. Aku menghormati pegawaiku,

―Aku bersyukur memiliki keluarga yang lebih baik sekarang. Aku bersumpah tidak akan pernah memukul Anna, Elsa, dan istriku. Aku akan membesarkan mereka dengan kasih sayang. Aku juga bersyukur memiliki harta benda yang cukup. Aku bersumpah tidak akan pernah menyakiti atau mengorbankan orang-orang di sekitarku. Aku menghormati pegawaiku,

Dokumen terkait