• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam tahap analisis data, penulis menggunakan metode analisis interaktif.

Dimana terdapat tiga komponen yang terdiri reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (Sudigdo, 2014:10).

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat menarik kesimpulan atau memperoleh pokok temuan.

b. Sajian Data

Agar mendapat gambaran yang jelas tentang data keseluruhan, peneliti perlu mengelompokkan data-data yang diperoleh, maka peneliti berusaha menyusunnya ke dalam penyajian data dengan baik dan jelas agar dapat dimengerti dan dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis data. Penarikan kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal seperti bentuk konflik batin dan faktor penyebab konflik batin dalam novel Rindu karya Tere Liye.

BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut Irwanto, dkk (2002) konflik adalah keadaan munculnya dua kebutuhan atau lebih pada saat yang bersamaan. Konflik bersifat subjektif. Kuat lemahnya konflik bagi individu tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut:

1. Bobot kebutuhan-kebutuhan yang timbul. Bila kedua-dua nya sangat penting, maka konflik yang terjadi akan semakin kuat.

2. Waktu tiba intensif (motivasi). Makin dekat datang jaraknya motivasi, makin kuat konflik terasa.

3. Biasanya konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance) terasa kuat dibanding konflik mendekat-mendekat (approach-approach), terutama bila motivasi masih jauh maka sebaliknyalah yang terjadi.

4.1 Konflk Batin Tokoh Utama dalam Novel Rindu Karya Tere Liye

Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2003:293-293) mengatakan konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya.

b. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan) karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.

c. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi apabila timbul dua motif yang negatif dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

Berikut bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye menggunakan teori bentuk konflik Dirgagunarsa.

4.1.1 Konflik Mendekat-Mendekat (Approach-Approach Conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di antaranya. Seseorang yang mengalami konflik mendekat-mrendekat adalah apabila kedua konflik yang datang keduanya memiliki nilai positif bagi orang tersebut.

Berikut kutipan yang menggambarkan konflik mendekat-mendekat yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―ANNA!‖ Daeng Andipati berseru berlari. ―Papa!‖ Anna membelas dengan suara pelan, serakDaeng andipati memeluk bungsunya, menciumi rambut panjang Anna yang kotor dan kusai masai.

―Terima kasih. Sungguh terima kasih.‖ Daeng menatap Ambo Uleng.

(Rindu, 2014:136)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati yang sangat lega sekaligus senang karena bisa bertemu dengan si bungsu Anna. Ia juga berterima kasih kepada Ambo Uleng yang telah menemukan dan menyelamatkan Anna dari ledakan granat yang terjadi di Pasar Turi.

―Sebelum meninggalkan kabin, Daeng Andipati sempat mengecup kening istrinya, yang terlihat sekali pura-pura tidur karena masih sebal. Daeng Andipati tersenyum, kehadiran Mbah Kakung dan Mbah Putri di kapal ini sepertinya memberikan inspirasi cinta yang besar sekali bagi semua penumpang. Biasanya ia hanya bersikap biasa saja menghadapi masa-masa sensitif usia trimester pertama kehamilan istrinya. Tapi kali ini, bersikap romantis. Meneladani pasangan sepuh itu, mungkin bermanfaat mengatasi penyakit istrinya yang cepat marah, mudah cemas, dan gampang salah paham.‖ (Rindu, 2014:266)

Dalam kutipan di atas tergambah bahwa Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya, yang dimana kedua konflik tersebut sama-sama bernilai positif. Hal ini karena ia bersyukur setelah bertemu dengan Mbah Kakung dan Mbah Putri, Daeng Andipati bisa belajar banyak dari pasangan sepuh itu mengenai kehidupan berumah tangga, bahkan pasangan itu memberikan inspirasi cinta yang besar bukan kepada Daeng Andipati saja tetapi kepada seluruh penumpang yang ada di kapal, dari mereka Daeng Andipati bisa lebih bersikap romantis kepada istrinya yang sedang hamil muda, padahal sebelumnya ia bersikap biasa saja.

―Besok lusa, setelah pulang ke Makassar, Daeng Andipati mengunjungi enam saudaranya, kembali merekatkan tali persaudaraan mereka yang pernah renggang. Meminta enam saudaranya memaafkan Ayah mereka.

Mereka bertujuh akhirnya datang menziarahi makam Ibu dan Ayah mereka bersama-sama. Kali ini dengan perasaan lapang dan memaafkan.‖ (Rindu, 2014:542)

Dalam kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik terhadap dirinya.

Daeng Andipati yang memberanikan diri mengunjungi ke enam saudaranya dan kembali mengeratkan tali persaudaraan mereka yang pernah renggang, dan meminta ke enam

saudaranya agar dapat memaafkan Ayah mereka. Konflik ini bernilai positif. Daeng Andipati akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu nya yang kelam dan kembali akur dengan ke enam saudaranya serta melupakan dan memaafkan perilaku Ayahnya di masa lalu.

4.1.2 Konflik Mendekat-Menjauh (Approach-Avoidance Conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenagkan) karena itu adalah kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjahui objek itu. Seseorang yang mengalami konflik mendekat-menjauh adalah apabila konflik yang datang memiliki nilai positif dan nilai negatif sekaligus bagi orang tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan konflik mendekat-menjauh yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―Sore itu, kabin rombongan Daeng Andipati diliputi kebahagiaan. Dokter Belanda yang memang disediakan oleh kapal untuk keperluan penumpang, memastikan ibu mereka hamil enam minggu. Anna sampai lupa bercerita tentang guru baru mengajinya.‖

―Tapi Daeng Andipati dan istrinya tahu sekali bersama datangnya kabar gembira itu, juga tersimpan beban baru. Perjalanan mereka akan semakin berat. Ini baru hari kedua perjalanan naik haji, masih Sembilan bulan lagi hingga mereka tiba kembali di Kota Makassar. Itu berarti kemungkinan besar si kecil akan lahir di atas kapal, dalam perjalanan pulang.‖ (Rindu, 2014:94)

Dalam kutipan di atas tergambar bahwa tokoh utama Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya. Kutipan di atas menunjukkan kebimbangan Daeng Andipati antara mendapat kabar yang sangat gembira dan juga beban baru yang istrinya baru saja hamil muda. Daeng Andipati sebenarnya merasa sangat senang, karena istrinya sedang mengandung buah hati mereka. Akan tetapi mengetahui istrinya hamil di atas kapal saat

perjalanan naik haji dan kemungkinan besar akan melahirkan di atas kapal membuat dirinya menjadi bimbang dan cemas.

Konflik ini terjadi ketika individu terjerat dalam situasi yang dimana ia sangat tertarik sekaligus ingin menghindari dari situasi tertentu.

―Daeng Andipati berteriak kalap. Ia tetap tidak menemukan dimana bungsunya. Sudut matanya melihat Elsa lebih dulu, di depan, terpisah lima meter. Daeng Andipati segera merangsek mendekati Elsa, setidaknya ia harus segera membawa Elsa ke tempat aman. Kondisi Elsa juga mengenaskan. Berpegangan di tiang listrik, berusaha bertahan dari keriuhan.‖ (Rindu, 2014:130)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati sangat khawatir terhadap keadaan kedua anaknya. Ia kalap mencari Elsa dan Anna yang terdorong akibat banyaknya orang yang berlarian untuk menyelamatkan diri dari ledakan granat.

Ia bersyukur menemukan Elsa walaupun kondisi Elsa juga tidak baik-baik saja, tapi ia juga sangat khawatir sebab tidak bisa menemukan si bungsu Anna di antara banyak nya orang.

―Daeng Andipati tergugu di atas dek kapal. Wajahnya kuyu, matanya merah. Di sekitarnya, beberapa orang mencoba menghibur. Dari atas dek sini, terlihat jelas kepul asap di kejauhan, sisa kejadian tadi pagi. Pos serdadu Belanda di Pasar Turi terbakar, hancur lebur. Beberapa toko juga ikut terbakar. ― (Rindu, 2014:131)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati sangat sedih karena belum menemukan si bungsu Anna, ia takut dan cemas terjadi sesuatu kepada Anna.

Tapi, Daeng Andipati juga bersyukur karena bisa menyelamatkan si sulung Elsa dan ia memiliki banyak orang yang membantu menghibur dan mendoakan Anna agar segera ditemukan.

―Terima kasih banyak, Ambo. Aku akan ingat selalu kebaikan ini.‖ Daeng Andipati menyeka pipinya. Ia masih sering terharu mengingat kejadian sepanjang hari. (Rindu, 2014:138)

Dari kutipan di atas Daeng Andipati sangat bersyukur karena si bungsu anaknya Anna selamat dari ledakan granat, dan ia juga sangat berterima kasih sekaligus terharu terhadap apa yang dilakukan Ambo Uleng untuk menyelamatkan Anna.

―Aku tidak seperti yang kau bayangkan, Ruben.‖ Daeng Andipati menggeleng. ―Itu benar jika kau hanya melihat dari luarnya. Mungkin aku bahagia, tapi tidak seperti itu.‖

―Berarti tuan Andipati tidak bahagia?‖

―Bukan, bukan itu maksudku, Ruben.‖ Daeng Andipati jadi bingung. Ia bukan Gurutta yang selalu pandai menjelaskan, ―Begini sajalah, semua orang selalu punya masalah hidupnya. Apakah aku bahagia? Iya. Aku bersyukur atas keluargaku. Bersyukur atas apa yang kumiliki. Tapi apakah aku sungguh bahagia? Kebahagiaan sejati? Aku justru membawa pertanyaan besar di atas kapal ini. (Rindu, 2014:332-333)

Konflik ini terjadi saat Ruben mempertanyakan kepada Daeng Andipati apa itu kebahagiaan. Dari kutipan tersebut Daeng Andipati menyimpan rasa benci yang sangat lama. Kebencian akibat rasa marah yang ia sembunyikan selama ini. Di mata orang lain Daeng Andipati terlihat bahagia, namun dalam hatinya tersimpan kebencian tentang masa lalu nya. Tetapi ia juga bersyukur karena memiliki keluarga yang utuh Istri yang sangat baik dan juga kedua anak yang sangat lucu. Bahkan sekarang istrinya tengah mengandung anak ketiga mereka.

‖Aku tidak dikirim Ayahku sekolah di Rotterdam, Chef.‖ Daeng Andipati menggeleng tegas . intonasinya yang selama ini ringan dan bersahabat terdengar berbeda, ―Aku memutuskan sendiri berangkat ke Belanda.

Melanjutkan sekolah disana.‖

―Itu lebih menarik lagi.‖ Chef Lars semakin tertarik, ―Berapa usia kau saat berangkat?‖

―Dua puluh dua. Awalnya aku hendak sekolah di STOVIA Batavia. Tapi salah satu kenalanku dari Yogyakarta mengajakku berangkat ke Belanda

mengadu nasib. Dia bilang, ada banyak kesempatan bagi pelajar disana.

Aku memutuskan berangkat. Ayahku tidak tahu-menahu soal itu.‖ Suara Daeng Andipati semakin berubah.

―Itu mengagumkan, Andi. Bagaimana kau bisa mengongkosi semua keperluan? Orangtua kau mengirim wesel?‖

―Tidak satu Gulden pun.‖ Daeng Andipati menjawab cepat, ―Aku bekerja serabutan di Rotterdam. Menjadi pelayan toko, menjadi asisten di balai kota, bahkan pernah menjadi tukang sapu taman. Empat tahun aku melakukan apapun agar bisa selesai sekolah. Empat tahun yang terasa lama sekali. Tapi aku berhasil. Sekolahku selesai. Dan lebih penting dari itu, aku berhasil membuktikan kepadanya—―

Kalimat Daeng Andipati terputus, ia meraih cerek, menuangkan air lagi.

Itu gelas keempatnya lima belas menit terakhir. (Rindu, 2014:341-342)

Konflik ini terjadi saat Chef Lars bertanya tentang bagaimana sekolah Daeng Andipati dulu. Dalam kutipan di atas tergambar bahwa Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya saat ia menjelaskan tentang bagaimana ceritanya ia sekolah di Rotterdam dulu. Daeng Andipati merasa emosional saat membahas itu karena mengingat kejadian masa lalu nya yang sangat sulit untuk dilupakan, tapi ia berhasil membutuhkan apapun. Hanya mencari kedamain di dalam hatinya.

―Sejak pertama kali naik kapal ini, melihat Gurutta di masjid, aku sebenarnya sudah hendak bercerita. Tapi-― Daeng Andipati akhirnya berbicara pelan, ―Aku sungakan. Khawatir mengganggu kesibukan Gurutta. Lagipula, itu masalah yang sangat pribadi, tidak semua orang bisa mendengarnya-― (Rindu, 2014:366)

Konflik ini terjadi ketika Gurutta menanyakan kepada Daeng Andipati apakah ia mau membagi ceritanya atau tidak kepada Gurutta. Konflik ini termasuk kepada konflik

menjauh-mendekat yang di mana Daeng Andipati sangat bersyukur Gurutta mau mendengarkan ceritanya dan sebenarnya ia juga nyaman berbagi cerita dengan Gurutta, tetapi di satu sisi ia takut kalau sebenarnya ia mengganggu kesibukan Guritta.

―Apakah aku bahagia, Gurutta? Aku tidak tahu.‖ Daeng Andipati menunduk menatap meja. Menghembuskan nafas resah. Diam sebentar.

―Aku memang memiliki semuanya, harta benda, nama baik, pendidikan, bahkan istri yang cantik, anak-anak yang pintar dan menggemaskan.

Semua orang mungkin bersedia menukar hidupnya dengan apa yang kumiliki. Tapi mereka tidak tahu, aku justru kehilangan hal terbesar dalam hidup ini. Apakah aku bahagia? Hidupku dipenuhi kebencian, Gurutta.

Sejak usia lima belas hatiku sudah terbakar amarah dendam.‖ (Rindu, 2014:366)

Dalam kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik adalah mendekat-menjauh, yang dimana Daeng Andipati memiliki semuanya yang mungkin belum tentu orang lain juga memiliki itu, ia bersyukur. Tapi di satu sisi ia ternyata memiliki dendam yang tidak pernah bisa dilupakan dalam hidupnya.

―Sikap Ayah tidak pernah berubah walau Ibu telah pergi. Dia semakin kasar. Tangannya semakin ringan. Kami hanya bertiga di rumah Ayah, aku, dan adikku. Satu-satunya kakakku yang tersisa sudah menyusul yang lain, pergi ke pulau seberang. Jadilah aku dan adikku sebagai pelampiasan marah Ayah, bertahun-tahun. Aku membencinya. Aku membenci Ayahku sendiri. Seharusnya, aku juga ikut menyusul pergi kakak-kakakku, tapi aku tidak bisa melakukannya. Sebelum meninggal, ibu berpesan agar aku menjaga adikku, si bungsu.‖ (Rindu, 2014:370)

Dari kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik batin dimana ia sangat membenci Ayahnya sehingga ia ingin pergi meninggalkan rumah agar terhindar dari Ayahnya, tetapi karena pesan dari sang Ibu sebelum meninggal kepada Daeng Andipati yang harus menjaga adik bungsu nya maka ia tidak bisa meninggalkan rumah hanya dengan adanya Ayah dan juga adiknya. Ia ingin menghindari situasi ini, tetapi karena hal yang lain ia harus berada di situasi ini.

―Aku bersyukur memiliki keluarga yang lebih baik sekarang. Aku bersumpah tidak akan pernah memukul Anna, Elsa, dan istriku. Aku akan membesarkan mereka dengan kasih sayang. Aku juga bersyukur memiliki harta benda yang cukup. Aku bersumpah tidak akan pernah menyakiti atau mengorbankan orang-orang di sekitarku. Aku menghormati pegawaiku, kuli angkut, rekan dagang, semuanya. Aku seolah memiliki semua sumber kebahagiaan hari ini. Tapi, kebencian ini semakin pekat setiap harinya, Gurutta.‖ (Rindu, 2014:370-371)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati yang sangat mensyukuri kehidupan yang dia miliki sekarang, ia merasa sangat bersyukur memiliki istri yang sangat baik dan juga anak-anak yang sangat lucu serta memiliki harta benda yang cukup pula. Akan tetapi ia masih membenci Ayahnya dan kebenciaan yang ia rasakan terhadap Ayahnya semakin pekat setiap harinya.

―Sejak melihat Gurutta di masjid kapal, aku sudah ingin bertanya.

Bagaimana mungkin aku pergi naik haji membawa kebencian sebesar ini?

Apakah tanah suci akan terbuka bagi seorang anak yang membenci Ayahnya sendiri? Bagaimana caranya agar aku bisa memaafkan, melupakan semua? Bagaimana caranya agar semua ingatan itu enyah pergi? Aku sudah lelah dengan semua itu, Gurutta. Aku lelah dengan kebencian ini.‖ (Rindu, 2014:371)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Daeng Andipati mengalami konflik, ia sebenarnya ingin memaafkan Ayahnya tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya karena perilaku Ayahnya dahulu selalu teringat dalam ingatannya. Ia juga resah ingin menjalankan ibadah haji ke tanah suci tetapi membawa kebencian yang sangat besar terhadap Ayahnya. Ia ingin mengakhiri itu semua dan melupakannya tetapi rasanya sangat sulit untuk melupakan apa yang telah Ayahnya lakukan di masa lalu.

4.1.3 Konflik Menjauh-Menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)

Konflik ini terjadi apabila timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain

yang juga negatif. Seseorang yang mengalami konflik menjauh-menjauh adalah apabila kedua konflik yang datang keduanya memiliki nilai negatif bagi orang tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan konflik menjauh-menjauh yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye.

―Gori Penjagal tidak ingin membunuhku. Dia ingin membunuh orang tua itu, yang sayangnya sudah mati. Tidak bisa dibunuh lagi. Diantar atau tidak, aku tetap ke sana. Aku mau menemuinya sekarang.‖ (Rindu, 2014:360)

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa Daeng Andipati terlibat konflik menjauh-menjauh yang dimana semua nya bersifat negatif dan negatif karena orang tua yang Daeng Andipati maksud dalam kutipan di atas adalah Ayahnya sendiri yang sangat kejam dan selalu menyiksa Ibunya, dan sebenarnya Gori Penjagal itu ingin membalas dendam kepada Ayah Daeng Andipati yang sudah meninggal, tetapi Gori Penjagal tidak tahu dan malah berimbas mencelakai Daeng Andipati yang sebenarnya juga sangat membenci Ayahnya, akibat perbuatan Ayahnya di masa lalu Daeng Andipati jadi terluka fisik dan juga batin secara bersamaan karena mengingat perlakuan Ayahnya di masa lalu.

―Seberapa benci kau pada Ayahku?‖ Daeng Andipati akhirnya membuka mulut. Bertanya dengan suara bergetar. (Rindu, 2014:362)

Sosok itu memukul tangannya yang terikat borgol ke jeruji, membuat suara kencang. Mengagetkan semua orang.

―Aku kenal siapa kau, Gori. Usiaku belasan tahun saat kau menjadi tukang pukul nomor satu ayahku.‖ Suara Daeng Andipati terdengar makin serak,

―SEBERAPA BENCI KAU PADA AYAHKU, HAH? (Rindu, 2014:362)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Daeng sangat-sangat membenci ayahnya karena pada saat umur belasan tahun Daeng Andipati sudah menyaksikan kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya dan anak buahnya. Bahkan ayahnya memukuli ibunya

sendiri, dan sekarang Daeng Andipati menjadi sasaran balas dendam Gori mantan tukang pukul ayahnya yang mempunyai dendam terhadap ayahnya.

―SEBERAPA BENCI GORI? Karena jika kau kumpulkan seluruh kebencian itu. Kau gabungkan dengan kebencian orang-orang yang telah disakiti Ayahku, maka ketahuilah, Gori, kebencianku pada orang tua itu masih lebih besar. KEBENCIANKU masih lebih besar dibandingkan itu semua!‖ Suara Daeng Andipati bergema di lorong-lorong mesin. Matanya menatap nanar ke seberang jeruji. (Rindu, 2014:362)

―Tapi orang itu sudah mati, Gori. Tubuhnya sudah jadi tulang-belulang di dalam tanah. Lihatlah, sudah lima tahun orang itu mati… dan tidak setetes pun kebencian di hatiku berkurang. Sebaliknya, tambah pekat, tambah banyak.‖ (Rindu, 2014:363)

Dari kutipan di atas muncul konflik yang di mana Daeng Andipati tidak bisa melupakan kejahatan yang telah dilakukan Ayahnya di masa lalu dan membuatnya sangat membenci Ayahnya sendiri, bahkan sampai Ayahnya sudah mati pun ia masih sangat membenci Ayahnya, malah semakin hari bukannya kebenciannya terhadap Ayahnya memudar, tetapi sebaliknya semakin bertambah setiap harinya. Bahkan jika Daeng Andipati disuruh mengumpulkan kebenciannya lebih daripada kebencian Gori dan orang-orang yang pernah disakiti Ayahnya. Atas perilaku Ayahnya terhadap Daeng Andipati dan keluarganya yang bertindak semaunya, sampai ingin membunuh Daeng Andipati saat kecil dan kehilangan Ibunya saat masih muda.

―Tapi orang-orang hanya melihat kulit luarnya saja. Keluarga bahagia, terlihat kompak, selalu tersenyum. Mereka tidak tahu apa yang kami alami di rumah.. Ayahku suka memukul. Jika marah, dia akan memukul kami.

Dia juga suka memukul Ibu. Tidak terbilang berapa banyak pukulan yang diterima oleh Ibu. Aku kadang menangis melihatnya. Tidak habis pikir mengapa Ibu tetap bertahan. Mencintai Ayah begitu besar setelah perlakuan kasar yang diterimanya. Jika ada acara diluar Ibuku harus memakai bedak tebal demi menutupi lebam biru. Memakai kerudung lebar agar tidak terlihat rambutnya yang terbakar. mengenakan pakaian tertutup agar tidak nampak luka di badannya.‖ (Rindu, 2014:367)

Dalam kutipan di atas Daeng Andipati mengalami konflik terhadap dirinya. Dia merasa tidak benar-benar bahagia seperti yang orang lain bayangkan, ia merasa tersiksa walaupun memiliki harta yang berlimpah tetapi tidak bahagia sama sekali akibat perbuatan yang dilakukan oleh Ayahnya kepada keluarga mereka, Ayahnya yang suka memukul Daeng dan juga saudaranya, bahkan Ayahnya juga memukul Ibunya. Ayahnya sangat kasar. Karena itu ia sangat membenci Ayahnya bahkan saat ia dewasa pun dan Ayahnya sudah tiada ia tetap tidak bisa memaafkan Ayahnya, tetapi malah semakin membenci Ayahnya.

―Hanya karena gagal melaksanakan tugas, cukup bagi Ayah untuk menghukum anak buahnya. Di rumah, hanya karena kami menumpahkan air di lantai, cukup bagi Ayah menampar. Hanya karena masakan Ibu tidak enak, cukup bagi Ayah menendangnya. Untuk besok lusa, di hadapan kolega, pejabat, dan pembesar Ayah berlagak seperti orang baik sedunia.

―Hanya karena gagal melaksanakan tugas, cukup bagi Ayah untuk menghukum anak buahnya. Di rumah, hanya karena kami menumpahkan air di lantai, cukup bagi Ayah menampar. Hanya karena masakan Ibu tidak enak, cukup bagi Ayah menendangnya. Untuk besok lusa, di hadapan kolega, pejabat, dan pembesar Ayah berlagak seperti orang baik sedunia.

Dokumen terkait