A N D R E A S C . H A R R Y P R A S E T Y A
PROSPEK PERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS
NUKLIR Dl ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN
TERHADAP DEKLARASI KUALA LUMPUR
TAHUN 1 9 7 1 )
< * • t w f p
M I L I I I
P E R P U S T A K A A N U N I V E R S I T A S A 1 R L A N O O A 1
S U R A B A Y A
FAK U LT AS HUKUM
UNI VERSI TAS AI RLAN GGA
PRQSPEK FERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS NUKLIR
DI ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN TERHADAP
DEKLARASI KUALA LUMPUR TAHUN 1971 )
SKRIPSI
OLEH :
ANDREAS C. HARRY PRASETYA
038ifll996
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
FROSPEK PERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS NUKLIR
DI ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN TERHADAP
DEKLARASI KUALA LUMPUR TAHUN 19?1 )
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS
DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM
OLEH
ANDREAS C. HARRY PRASETYA
038411996
DOSEN p; ING DAN PEMGUJI
Hi^nN_lLSAGO^v S.H., MA.
DOSEN PB GUJI
j , i m i D
J PEHGUJI
EKAN RAMKLAU, §.H.,
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
Pada saat raengalami kejatuhan,
soseorang biea monemukan kebe-
oaran dirinya dongan menerima
kojatuhan itu hanya sebagai
tantangan untuk mencoba
KATA PEMGANTAH
Syukur kepada Allah Vang Maha Balk dan Maha Penga-
slh karena telah melindungi, menerangi, dan memberikan
kekuatan kepada soya dalam menyeleeaikan skripsi tentang
prospek perkembangan gagasan zona bebas senjata nuklir dl
Asia Tenggara ( sebuah bahasan terhadap Deklarasl Kuala
Lumpur tahun 1971 ),
Saya menyadari bahwa skrlpsl ini masih jauh dari
kesempurnaan, Untuk itu dengan tangan terbuka, saya te-
tap menerima sumbangan saran-saran dari siapa saja yang
ingin menambah kekurangan yang ada dalam skripsi ini, Se-
hingga nantinya skripsi ini dianggap layak sebagai bacaan
ilmiah,
Dalam kesompatan ini juga* tak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan kepada saya dalam menyoleaaikan skripsi ini, Ter
utama suya sampaikan kepada ;
1. Bapak Uarun Alaagoff, S.H., MA. eelaku pombimbing dan
penguji i yang dengan keraurahan dan kerelaan hati mau
membimbing dan menguji skripsi saya ini,
2, Bapak J# Hendy Tedjonagoro, S.H, dan Bapak Eman Rame-
lan, S,H#fKS. yang sudi menyerapatkan vaktunya untuk
menguji skripsi saya*
dorongannya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi,
if. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Airlang-
ga etas segala bimblngan dan pengajarannya, Behingga
saya dapat menyelesaikan pendidikan dl Fakultas Hukum
dengan balk.
5* Mbah Soewono don Oom Rudi yang audl menampung dan meng-
antar saya dalam mencari data skripsi ini solama saya
berada dl Jakarta*
6 « Mas Krlstladl sekeluarga yang membantu eaya mendapatkan
bahan literature yang berhubungan dengan penulisan skrip-
si saya.
7. Ibu Jamilah serta Pegawai Perpustakaan Lit-Bang Depar-
temon Luar Negeri Jakarta, yang dengan segala keramaii-
annya membantu saya dalam memperoleh bahan literature.
8. Rekan-rekan Keluarga Mahasisva Hukum Internasional FH
Unair atas dorongan semangatnya hingga saya dapat ujian
skripsi pada waktunya,
9* Kelompok 32 ( Kokok, Tatok, dan Indah } serta rekan-re-
kan yang lain, yang dengan caranya sendiri-sendiri meo-
bantu saya menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya seraoga skripsi ini dapat membantu bagi sia-
pa saja yang memerlukannya dan menambah perkembangan Hukum
Internasional pada kjmsusnya, dan Ilmu Hukum pada umumnya*
Surabaya, Januari 1989
DAFTAR ISI
Halanan
KATA PENGANTAR ....iv
Di.* TAR ISI ... ... . Tl BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1* Permasalahan ; Latar Belakang dan Rumusan ... ... ... 1
2. Penjelasan Jud u l ... ... . 6
3. Alaean Pemlllhan Judul ... . 6
If, Tujuan Penulisan ,... ... * 9
5. Metodologi... 9
6. Pertanggungjawaban Sletematlka ... 11
BAB II USAHA MENGEMBANGKAN GAGASAN ZONA BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA... . 13
1. TinJauan Terhadap Deklarasl Kuala Lumpur Tahun 1 9 7 1 ... ... . 13
2. Timbulnya Gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir... ... . 19
3. Tindakan-tindakan Untuk Terwujudnya Zona Bebas Senjata Nuklir ••*•••••••••• 26 BAB III SIKAP DAN KONDISI NEGARA-NEGARA DI ASIA TENGGARA ... ... 32
1. Negara-negara ASEAN »•»•»•»»»•*••••«•,• 32
2. Perkembangan di Indocina *•••»•••»••••» ifl
BAB IV SIKAP DAN KEPENTIiJGAN NEGARA-NEGARA
1. Pandangan Amerika Serikat
Torhadap Asia Tenggara... 48
2* Pandangan Uni Sovyet
Torhadap Asia Tenggara... . 55
3* Pengaruh Perjanjian Ponghapusan
Senjata Nuklir antara Amerika
Serikat dan Uni Sovyet... 60
BAB V PENUTUP... ... ' 66
1. Kesimpulan ••••••««•••*••••••••••••••••• 66
2m Sar a n ... ... 68
DAFTAK BACAAN
LAMPIHAN
B A B I
P E N D A H U L U A N
1. Pgrroasalahan : Latar .Belakang dan Rumusannva
Perang, konflik bersenjata, ataupun keadaan yang
berhubungan dengan hal itu adalah eesuatu yang tidak di-
Bukai atau dibenci oleh umat raanusia# Ini dieebabkan perang
menimbulkan kesengearaan, kerugian harta benda, jiwa, dan
sebagainya. Namun demikian perang adalah suatu keadaan yang
dibenarkan oleh Hukum Internasional, yaitu bahwa perang
merupakan pilihan yang dapat digunakan pada pelaksanaan po
litik luar negeri suatu negara dalam ketiadaan sistem ke-
amanan yang efektif1 atau bila cara lain yang lebih baik
tidak dapat ditempuh,
Sejak Perang Dun:ia II berakhir, perang atau konflik
y m e l i b a t k a n hampir semua negara di dunia sudah tidak
ada lagi* Tetapi setelah itu perang dingin makin berkem-
bang antara negara Amerika Serikat ( AS ) dan Uni Sovyet,
yang kemudian dikena> sebagai negara-negara "Super Power11.
Dengan puham-paham mereka ( liberalisme dan sosialisme-
komunisme ), AS dan Uni Sovyet menyebarkan pengaruhnya ke
pada negara-negara lain dengan cara memberikan bantuan per—
senjataan, bantuan ekonomi, pangan, dan eebagainya#
Sehing-^J.G. Merrills, Anatomy of International Law, a
ga kedua negara "Super Power" tersebut menjadi pusat per-
eekutuan bagi negara-negara yang menjadi aekutunya,
Dalam meningkatkan kemampuan pertahanan mereka, ba
ik Amerika Serikat dan Uni Sovyet Baling menambah kekuatan
persenjataan mereka masing-raasing, termasuk persenjataan
dengan tenaga nuklir, Penambahan kekuatan persenjataan ini
be ,ujuan untuk menangkal serangan atau ancaman dari pihak
lawan. Seperti strategi nuklir Barat, khususnya Amerika
Serikat, persenjataan nuklir berperanan utama sebagai
pe-p nangkal terhadap agresi.
Bagi negara yang telah mampu membuat sendiri senjata
ini, senjata nuklir dijadikan prioritas dalam strategi per
tahanan mereka, baik itu rudal jarak pendek, jarak menengah,
ataupun jarak jauh, Ini dapat dipahami karena eenjata nu
klir dianggap begitu efieien dalaju mcnghancurkan sasaran-
eaBaran yang dituju, sehingga orang sering menjulukinya se
bagai eenjata pamungkaG*^ Akhirnya sebagian isi dunia ini
hampir dipenuhi oleh pangkalan-pangkalan nuklir milik ne
gara-negara "Super Power" dan sekutu-sekutunya.
Menghadapi ketegangan-ketegangan internasional
se-2
A.R. Sutopo, "Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat", Analisa* No. 2 Th. XV, Februari 1986 ( selanjutnya disingkat A.R. Sutopo I ), h. 73,
macam ituf akibat perang dingin ontar negara-negara "Super
Power11 tersebut yang berpengaruh ke negara-negara lainnya,
diperlukan sikap atau perbuatan yang tepat agar auatu ne
gara atau kelompok negara itu lkut terlibat menjadi sekutu
dari aalah satu negara "Super Power11 atau menahan diri un
tuk tidak terlibat atau ikut cainpur tangan dalam perten-
tangan antar negara-negara "Super Power" tersebut#
ASEAN ( Aaaociation of South-Eaat Asian Nations ),
aebagai wadah dari negara-negara yang berada di Asia Teng
gara yang terbentuk pada tanggal 8 Aguatua 1967* berusaha
untuk tidak ikut terlibat dalam pertentangan tersebut di
ataa, namun berusaha untuk menjaga kedamaian dan meredakan
ketegangan yang timbul di wilayah Aeia Tenggara, Ini ter-
lihat dalam iai d( :laraci pendirian ASEAN, The ASEAN De
claration ( Bangkok Declaration 8 Agustue 1967 )» di ba-
gi^n pertimbangannya dieebutkan bahwa negara-negara di
Asia Tenggara mempunyai tanggung jawab bereama dalam men-
jamin kedamaian dan kemajuan pembangunan naaional, juga
menetapkan untuk menjomin atabilitae dan keamanan negara-
negara Aoia Tenggara dari pengaruh luar.
Dengan dilata**belakangi pertimbangan di ataa tadi
dan didasarkan pada persamaan oejarah yang sama, bahwa
ke-banyakan negara-negara Asia Tengjara pernah raongalaai
negara-negara "Super Power” dan pernoh meraaakan campur tangan
negara-nogara besar, khususnya negara-negara "Super Power",
ASEAN ingin membentuk kawasannya sebagai kawaean yang be
bas, damai, dan notral dari pengaruh using. Dan tidak ada
campur tangan kekuatan asing di wilayah Asia Tenggara,
maka dibentuklah suatu deklarasi, yaitu Deklarasi mengenai
Zona Bebas, Domed, dan Netral dl wilayah Asia Tenggara,
yang ditandatangani di Kuala Lumpur, 27 November 1971 oleh
negara-negara anggota ASEAN.
Doklarasi ini, yang dikenal dengan nama Deklarasi
ZOPFAN ( Zone of Peace, Freedom and Neutrality ) isinya
adalah gagasan untuk membentuk kawasan Asia Tenggara seba
gai kawasan yang bebas, damai, dan netral dari kekuatan
at i campur tangan negara asing. Untuk mencapai ini diper-
lukan waktu yang sangat panJang dan tidak dapat dicapai
eekaliguo. Jadi diperlukan tahapan-tahapan untuk mencapai
apa yang tertuang dal run Deklarasi ZOPFAN tersebut.
Oleh karena pada saat ini masalah yang sering di-
bicarakan adalah bahaya perang nuklir bila pecah, persen
jataan nuklir, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
senjata nuklir, maka sebaiknyalah tahapan yang
kan lobih dahulu oloh negara-negara anggota ASEAN adalah
gagaoan untuk membentuk Asia Tenggara aabagai kawasan
be-bas senjata nuklir#
Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ini merupakan
lang-kah awal guna mencapai dan melaksanakan ZOPFAN. Dan gagasan
ini telah disetujui oleh beberapa anggota ASEAN, seperti
yang dikatakan oleh Tengku Ahmad Rithauddin, Henteri Luar
Negeri Malaysia ( aaat itu ), pada sidang pertama Panitia
Tetap ASEAN di Kuala Lumpur tung^al 10 September 19&t»
Di Jakarta kita telah sepakat untuk bersama-sama meng- ambil langkah-Jangkah guna uiulai malaksanukan ZOPFAN dengan suatu deklaraai mengenal Asia Tenggara sebagai tona bebas senjata nuklir. Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir (ZBSN) Itu dengan sendlrinya terpadu dalam kon sep ZOPFAN dan merupakan salah satu ciri (attributes) atau prasyarat untuk raencapai ZOPFAN di Asia Tengga ra i * « •
Juga Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu, Mochtar
Kusu-maatmadja, menambahkan pendapat Rithauddin dengan mengatakan I
• . . maka harus dilokukan berbagai usaha untuk oe- laksanakan ZOPFAN "melalui pombentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir sebagai salah satu komponennya", dan
pembentukan Asia Tonggara sebagai suatu ZBSN merupakan s "salah satu langkah prioritaa untuk mewujudkan ZOPFAN,"®
Konsep Zona Bebas Senjata nuklir ini berisi gagasan
agar Asia Tenggara ini bebas dari persenjataan nuklir,
5
J* Soedjati Djiwandono, "Asia Tenggara sebagai Zo na Mjb&s Senjata Nuklir : Catatan ataa Beberapa Masalah ", Analisaf No. 6 Th. XV, Juni 1986 ( selanjutnya disebut J. Soodjati Djiwandono I ), h. Z*75*
pangkalan nuklir, dan eogala cesuatu yang berhubungan de
ngan senjata nuklir. Dan bertujuan agar negara-negara dl
Aele Tenggara Ini tidak terlibat dalam pertentangan antar
negara “Super Power" khususnya dalam hoi yang berhubungan
dengan senjata nuklir. Karena senjata nuklir ini oeniobul-
kan ketakutan umat manueia dan mengandung kecomasan me
ngenai tidak post .nya jaaiinan keamanan dan pordamaian in
ternasional di maca depan bila perang nuklir pecah.
Dari uraian di atas, timbul perraaealahan-permasalahan
yang perlu dibahas, yaitu :
a* Bagairaanakah prospek perkembangan Zona Bebas Senjata
Nuklir di masa yang akan datang di wilayah Asia Teng
gara ini ? ;
b, Apakah sikap atau kondisi negara-negara di Asia Teng
gara ini mendukung terbentuknya Zona Bebas Senjata Nu
klir ? •
c. Bagaxmanakah sikap nQ^ara-nojnra "Super Power" terhadap
timbulnya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir, bila dihu-
bungkan dengan kepentlnyannya dan strateginya di Asia
Tenggara ?.
2. Pen.1elasan Judul
Dalam penulisan skripsi ini saya memilih judul **Pros-
pek Perkembangan Gagasan Zona Bebas Nuklir di Asia Tengga
1971 merupakan pernyataan dari negara-negara anggota ASE^N,
yang isinya berupa gagasan untuk membentuk Asia Tenggara
sebagai kawasan yang bebaB, damai, dan netral dari penga
ruh asing manapun* Gagasan ini tidak akan tercapai bila
tidak didukung dongan upaya-upaya lain.
Upaya itu ealah satunyr adalah .embentuk kawaBan Aaia
Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir, karena kon
sep Zona Bebas Senjata Nuklir ini lebih mudah dicapai dan
adanya eenjata nuklir banyak menimbulkan keresahan umat,
Behingga banyak negara ingin agar senjata nuklir dikurangi
bahkan kalau biaa dihapuskan, Dan juga konsep Zona Bebas
Senjata Nuklir ini merupakan salah eatu syarat untuk mere-
alisasi konsep ZOPFAN di Asia Tenggara, eeperti yang di-
utarakan Menlu Rithauddin dan Menlu Mochtar Kusumaatmadja
pada saat sidang riortama Pnnitia Totap ASEAN di Kuala Lum
pur t&hun 198**.^
Gagasan membentuk Asia Tonggara sebagai Zona Bebas
Senjata Nuklir ini perlu dikembangkan, dan dalam usaha un
tuk mengembangkannya tentulah banyak hambatan untuk menca-
pninya, misalnya saja dari negara Amerika Serikat yang ae-
nolak adanya gagasan bebae senjata nuklir ini,** juga ke-
adaan negara-negara di Asia Tenggara sendiri yang dapat
7Ibld.. h. 475 dan 476.
O
mempengaruhi terbentuknya gagasan ZBSN ini*
Untuk ltu perlu dibahas bogaimana proapek porkem-
ba^an gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini dl masa yang
akan datang, agar dapat mendukung terwujudnya Zona Bebas,
Damai, dan Netral di kawasan Asia Tenggara, sebagaimana
toreantum dalam Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971*
3 . Alflspa.-Femlllh^fl
Adapun saya memilih judul penulisan skripsi demiki-
an, karena beberapa hal, yaitu :
a* Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 atau dikenal dengan
Deklarasi mengenai ZOPFAN itu tidak akan tercapai, bila
tidak didukung upaya lain. Salah satunya adalah dengan
membentuk lebih dulu Zona Bebas Senjata Nuklir*
b. Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir dilaksanakan lebih da-
hulu , karena sekarang ini banyok negara yang mengkha-
tiatirkan akibat dari perang nuklir jika hal itu terjadi*
Sohingga jika konsep ZBSN dlmunculkan banyak negara yang
akan aendukungnya*
c. Prospek perkembangan gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir
ini maeih belum menentu, apakah dapat terlaksana dengan
balk atau tidak. Karena adanya kendala yang dapat meng
hambat terwujudnya Zona Bebas Senjata Nuklir ini di Asia
4. Tu.luan Penulisnn
Soya menulis skripsi ini, selain bertujuan untuk
memenuhl persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum,
juga berharap agar dapat 3
a. Mengungkapkan bahwa ASEAN sebagai Organisasi Internasio
nal Regional mempunyai keinginan agar di kawasan Asia
Tenggara ini tercipta keadaan yang damai dan bebas dari
pengaruh pertentangan antar negara-negara "Super Power*1.
b. Menyatakan bahwa Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Teng
gara pentlng dlbentuk lebih dahulu, dan merupakan salah
satu cara untuk terwujudnya ZOPFAN*
c. Mencoba membantu memberikan masukan bagalmana caranya
agar Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara itu da
pat terlaksana.
5 . M a f e o t a l Q K l
a* Pendekatan masalah*
Saya akan membahas masalah dalam penulisan lnl de
ngan cara pendekatan yuridis, yakni mendasarkan pada aturan-
aturan yang ada, ftperti Deklaraai Kuala Lumpur tahun 1971,
Deklarasl Bangkok tahun 1967* Deklarasl Manila tahun 1987,
da.. Perjanjian Perlucutan Senjata antara AS dan Uni Sovyet*
Dan Juga mengkaitknnnya dengan pondekatcn politis, yaitu
bagalmana hubungannya dengan keadaan internasional dewasa
de-ngan Hubude-ngan Internasional yang banyak merabahaa masalah
politik.
b. Sumber data*
Data yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini
saya peroleh dari buku-buku porpustakaan, juga data dari
surat kabar, bule^in atau majalah*
c* ProBedur pengumpulan dan pengolahan data*
Data yang mendukung masalah saya kumpulkan melalui
bahan-bahan kepustakaan atau berdasarkan pada studi kopus-
takaan saja, kemudian diolah dengan cara mengklasifikasikan
data tersebut berdasarkan data mana yang berhubungan de
ngan masalah politik, dan data mana yang berhubungan de
ngan masalah yuridis. Sehingtfa jtemudahkan untuk memulai
penulisan skripsi ini*
d« Analisa data*
Data yang saya peroleh ini, saya analisa selaln ber
dasarkan pada metode doskriptif analitis, yaitu dengan ca
rs menguraikan data tersebut dan kemudian membahas dan
menganalisanya sesual dongan permasalohan yang ada, juga
menggunakan metode induktif, yaknl membahas permasalahan
yang khusus dahulu kemudian menghubungkannya dengan hal-
hal umura lainnya* Dalam hal ini, masalah yang khusuB yaitu
mengenai Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara, di-
kaitkan dengan hal-hal yang umua yakni keadaan di Aiia
Power"* Sehingga dapat ditarlk kesimpulan untuk menjawab
permasalahan yang khusus tadi*
6. Pertonggung.lav ban Sletemat.lka
Saya menulis skripsi ini terdiri dari lima bab.
Bub I menguraikan latar belakang permasalahan serta ramus-
annya mengapa gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir itu tim-
bul. Dan bab ini merupakan pengantar untuk membahas per-
masalahan yang terjadi,
Mengenai bagaimesno prospek perkembangan gagasan Zo
na Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara dimasukkan dalam
bab II, karena permasalahan ini merupakan prioritas pem-
bahasan penulisan skripsi ini. Permasalahan dalam bab II
ini tidak dapat langsung dijawab, karena tergontung pada
boberapa kondisi.
Masing-maoing kondisi itu diuraikan dalam bab III
dan bab IV, yaitu kondisi keudaan di Asia Tenggara sendirl
apakah mendukung tercap&inya gagasan tersebut dan pandangan
serta strategi negara-negara "Super Power" di Asia Tengga
ra * Khusus untuk bab III hanya meinbahas Headaan di negara-
negara ASEAN dan Indocina saja, sebab hal ini yang relevan
dengan pokok porwasalahan yang terdapat di dalam bab II
tadi,
Hasil dari pembahaean bab III dan bab IV akan dapat
Tenggara dapat terlaksana Gtcoi tidak, Jawaban ini dimasuk-
kc * dalnro bab V, yang raerupnkan kesimpulan dari eemua pem-
bahaean dalam penulisan ini. Serta beberapa oaran agar
konsep Zona Bebas Senjata Nuklir dan ZOPFAN itu dapat ter-
B A B XI
USAHA MENGELiEANGKAN GAGASAN ZONA BEBAS SENJATA
NUKLIR DI ASIA TENGGARA
1. TiiLlauarL Terhadap _Deklnrasi Kuala Lumpur Tahun 1971
Seperti organisasi intorneslonal lainnya yang mem-
punyai oomacan aturan yang bertujuan untuk mengatur negara-
negara anggotanya, memberikan hak dan kewajiban, dan juga
yang utama adalah guna menunjukkan identitas organises!
internasional tersebut pada negara yang bukan menjadi ang-
gotanya dan pada organises! internasional lainnya*
Begitu pula dengan Organisaai Internasional Regio
nal di Asia Tenggara, yaitu ASEAN yang terbentuk pada tang-
gal 8 Agustue 1967 mempunyai aturan yang menunjukkan ke-
khasan dari ASEAN, Dan aturan itu biasa disebut dengan nama 1
Deklarasi* Salah satunya adalah Deklarasi Kuala Lumpur ta
hun 1971*
Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 atau yang dikenal
dengan Deklarasi ZOPFAIl ( Zone Of Peace, Freedom and Neutral
ity Declaration ), ditandatanguni oleh negara-negara anggo
ta ASEAN pada tanggal 27 November 1971, merupakan pernyata-
an ari negara-negara anggota ASEAN berupa konsep kawasan
Asia Tenggara sebagai kawasan yang bebao, damai, dan netral
dari pengaruh negara luar kawasan, dan Juga bebas dari caa-
asing.
Ini dapat dimengerti karena sebelum ASEAN terben-
tuk, kondisi negara-negara dl kawasan Asia Tenggara baru
saja selesal menghadapi perang atau konflik, balk mengha-
dapl pemberontakan dalam negerinya# maupun perang melawan
penjajah yang menguasai negara-negara tereebut. Juga no-
gara-negara Aeia tenggara pornah mengalami kokecewaan da
lasi hubungan mereka dengan negara besar dari luar.Seportl
campur tangan mereka dalam urusan dalam negeri negara-no-
gara Asia Tonggara yang menguntungkan negara-negara bes&r
tersebut, dan kemudlan menjajahnya#
Ketertarikon negara-negara aslng, terutama negara-
negara besar terhadap kawasan Aeia Tenggara lnlp dlsebab-
kan poslal geografis kawasan ini yang letaknya di antara
dua benua ( Asia dan Australia ), dan dua oamudera ( Samu-
dero Paslfik dan Samudera Indonesia )• Sehingga kawasan
Asia Tenggara mendudukl poslsl ailang dan merupakan per-
simpangan jalan dunia* Hal ini lalu membuat kawasan ini
mempunyai art! strategis yang vital, kedudukan politis yang
penting, dan fungal ekonomi yang besar sekali bagi bangsa—
bangsa aslng yang menylnggahinya,^
Maka dari itu, setelah oeleoai dijajah dan dicam-
puri urusan dalam negerinya oloh bangsa aalng, dan sesudah
boborapa negara asing keluar dari kawasan Asia Tenggara,
seperti Amerika Serikat yang dalam proses mengundurkan ke-
terlibatan pasukannya dalam perang Vietnam, juga Inggris
menarik mundur pasukannya dari kawasan Asia,^ dan ditan-
dal pula dengon oeningkatnya pengaruh parang dlngln antar
negara-negara "Super Power", negara-negara anggota ASEAN
berusaha agar kejadian Itu tldak terulang kembali dan me*
ngurangl keterllbatan pengaruh asing dl Asia Tenggara, di-
nyatakanlah Deklurasl Kuala Lumpur tahun 1971 ( Doklaraol
ZOPFAN ).
Dalam Deklurasl ZOPFAN dlsebutkan kelnglnan
negara-negara onggota ASEAN untuk meredakan ketegangan
lnternaoi-onal dan untuk mc_'capai kedamalan abadl dl Asia Tonggara,
bebas dari pengaruh luar dalam masalah internal yang
men-K.nayakan perdamaian, kemerdekaan, dan integritas* Dan Do*
klarasi ini s
INSPIRED by the worthly aims and objectives of tho United Nations, in particular by the principles of respect for the soveregnity and territorial integrity of all states absontlon from threat or use of force, peaceful settlement of international disputes, equal rights and self-determination and non-interference in
tho affairs oi States.11
Selain berdas&rkan pada Piagam PBB, Deklarasi ZOPFAN juga
dilandasi oleh prinsip-prinsip dari Declaration of tho
Promotion of World Peace and Cooperation dari Konporensi
Bandung tahun 1935$ yaitu prinoip hidup berdampingan
seca-ra damai ( peaceful co-existence ) di antaseca-ra negaseca-ra-negaseca-ra
di dunia ini*
Dengaa adanya Deklarasi ZOPFAN ini diharapkan agar
negara-negara Asia Tenggara dap&c memperkuat stabilitae
ekonomi dan soeial di kawacan, menjamin kedamaian, dan
ko-majuan nasional tiap-tiap negara, seperti yang tercantum
dalam pertlmbangan Deklarasi Bangkok tahun 1967 bahwa
un-tuk mencapai kedamaian dan kemajuan nasional harus :
• • * determined to ensure their stability and securi ty from extornal interferonce in any form of manifes tation in order to preserve their national identifies in accordance with the ideals and aspirations of thoir peoples#
Jadi pada dasarnya Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971
menghendaki agar negara-negara Asia Tenggara dapat memper
kuat ikatan kerjosama regional dan solidarltas di antara
mereka dengan bebss, damai, dan tanpa pengaruh campur ta-
ngan asing.
11ASEAiJ So> .'q tar tat, "Zone of Poace, Freedom and Neutrality Declaration ( Kuala Lumpur Declaration ) 27 No vember 1971"» Documents of ASEAN, h. if,
Untuk mencapai tujuan dari Deklarasi Kuala Lumpur
tahun 1971i yakni menciptakan kawasan Asia Tenggara yang
damai, bebas, dan netral dibutuhkan tindakan-tlndakan ak-
tif. Balk dari negara-negara Asia Tenggara sendiri, juga
dari negara-negara luar kawasan, terutama negara-negara
"Supor Power"•
Tindakan dari negara-negara AbIq Tenggara sendiri
adalah menghindari atau mengatasi konflik di antara meroka
itu, dengan membinn hubungan bortetangga yang balk satu
sama lain untuk menciptakan dan oomelihara perdamaian dan
et. Ilitns kawasan ini bebas dari campur tangan luar,1^
Dan monghindarkan dlri untuk tidak mengundang kekuatan asing
di kawasannya, Sedangkan untuk negara-negara luar kawasan
dibutuhkan adanya pengakuon, jaminan, eerta penghargaan
untuk menjunjung tinggi terhadap adanya gagasan ZOPFAN ini,1**
dengan cara menahan diri untuk tidak melibatkan diri dalan
urusan dalam negeri negara-negara Asia Tenggara.1^
Pada awalnya, yaitu antara tahun 1975 sampai tahun
1978, tindakan-tindakan aktif itu dapat dilaksanakan.
Um-15
J* Soedjati Djiwandono. "Aspek Politik dan Koaman- an ASEAN", Aflalina. No. 10 Th. XVI, Oktober 1987, h. 911.
^Roeslan Abdulgani I, o p. clt.r h, 47,
pamanya keluarnya Amerika Serikat dari Indocina, eebelum
perang Vietnam selesai dengan keiaenangan Vietnam Utara (
tahun 1975 Sehingga aaat itu, suaeana bebasi damai,
dan tidak ada compur tangan asing di Asia Tenggara dapat
tercapui*
Namun setelah Vietnam melakukan Intervene! ke Kam-
boja dengan alasan untuk mengusir Khmer Marah, pada tahun
1978# situasi di Indocina menjadi berubah dan kawasan Asia
Tenggara menjadl tidak damai l»git karena Vietnam mencaa-
puri urusan dalam negeri Kamboja* Akibat uloh Vietnam ini
negara-negara bestir ikut campur tangan dalam masalah Kam
boja. Hal ini membuat gagasan ZOPFAN praktis tenggelam*
Negara-negara anggota ASEAN mencoba membantu aenye-
lesaikan masalah Kamboja ini, balk oendiri maupun secara
kolektif, tetapi solalu menemui jalan buntu, Akibatnya ma-
dalah Kamboja menjadi batu sandungan dalam mencapai gagas-
an ZOPFAN.17
ftelihat keuyataan di atas, ditambah dengan adanya
pr *kalan asinj di Asia Tenggara, usaha untuk mewujudkan
gagasan ZOPFAN akon metnbutuhkon waktu yang lama. Guna men-
capainya dibutuhkan tahapan-tahapan yang dapat mendukung
*^Jamea Luhulima, "Masihkah ZO^FAtf Relevan bagi Ma- sa Depan. Asia Tenggara ?», Kompas. 9 November 1988, h.IX.
terwujudnya gagasan bebas, damai, dan netral di Asia Teng
gara* Dengan kata lain, Deklaraei Kuala Lumpur tahun 1971
membutuhkan pendukung guna mencapai apa yang menjadi tuju-
annya#
2. TiinbAanr^Gaj^aj^mna Bg.bha SflnJata. Nuklir
Bcrtitik tolak dari hal tereebut di atas, bahwa un
tuk mewujudkan gagasan ZOPFAH mei&erlukan waktu yang sangat
lama« Apolagi dengan adanya masalah di Indocina menghaobat
tercapainya gagasan ini# Untuk taenjaga agar gagaean ZOPFAN
ini tidak hilang, maka negarc-nogara nnggota ASEAN, teru-
tama Malaysia dan Indonesia mengomukakan bahwa ZOPFAN ado-
lah tujuan jangka panjang dan untuk mencapainya harua di-i a
rumuskan dulu tujuan jangka raonengahnya,
Tujuan jangka menen^ah inilah yang harua ditompuh
lebih dulu oleh negara-negara Asia Tenggara, dan melakukan
usaha-usaha awa.l yang porlu untuk memperoleh pengakuan dan
ponghormatan bagi terwujudnya ZOPFAN, ceporti yang
tercan-tum dalam Deklorrsi Kuala Lumpur tahun 1971 :
that Indonesia, lialaysia, the Philippines, and Thailand [anggota ASKAJJ saat ituj are determined to exert initial ly necosoary offorto to cccuro the recognition of, and respect for, South-East Asia as a Zone of Peace, Freedom
and Neutrality, free from any form or manner of
inter-T A
Terence by outside Powers# 7
Usaha-usaha awal atau tahapan untuk mencapai tujuan Jang-
ka menengah ini harus lebih mudah diwujudkan, dan nendu-
kung usaha terciptanya gagaean ZOPFAN#
Bersamaan dengan itu, dunia lagl dlhadapkan pada
perkembangan perlombaan senjata nuklir antar negara-negara
"Super Pot/or" dan sekutu-sekutunya, di mana eonjata nuklir
ini digunakan untuk menangkal aerangan dari plhak lawan,
juga untuk memperkuat persenjataan yang sudah ada dan mem*
perkuat pertahanan mereka masing-masing#
Senjata nuklir ini mulal dlkembangkan pada tahun
1945 hingga 1949 oleh Amerika Serlkat yang telah meraono-
poll penguasaannya, dengan maksud untuk menangkal serangan
& au agresl, dan menunjukkan kemampuan persenjataan itu
kepada Uni Sovyet# Begitu pula seb&liknya Uni Sovyot me-
ngembangkan senjata nuklir ini untuk menambah kekuatan
sonjata konvenslonalnya#
Perkembangan senjata nuklir dari negara-negara "Su
per Power" ini makin mengalami kemajuan dan perluasannya
selama tahun 1984# baik dari segi kualitas maupun
kuanti-19
^ASEAN Secretariat, "ZOPFAN Declaration ( Kuala Lunpur Declaration ) 27 Novowoer 1971, loc. cit»
Walter S# Jones dan Steven J, Rosen. The Logic of International JtalntionsP Fourth Edition, Little^rown and Company, Boston, 1982, h# 333#
tasnya. Dan perkembangan personjataan nuklir ini diikuti
oleh negara-negara lainnya yang telah mampu membuat eendiri
oenjata torsebut, dan dalam uji coba dapat melodakkannya
dengan berhasil, eeperti Inggris# Perancie, Cina, dan In
dia.22
Akibatnya eebagian isi dunia ini hampir dipenuhi
oleh pangkalan-pangkalan nuklir dan senjata-senjata nuklir
Dilik negara-negara "Super Power11 beserta eokutunya* Ini
dapat dimengerti, karena porsenjataan nuklir dijadikan pri-
oritas pertahanan mereka, dan dianggap efisien dalam meng-
hancurkan easaran-easaran yang dituju*
Mengingat akan bahayanya bila perang nuklir pecah
di maea yang akan datang, mendorong maeyarakat internaslo—
nal untuk mencegah agar pereenjataan nuklir tidak dikuaaai
dan dibuat oleh banyak negara lagi. Karena jika perang nu
klir itu pecah akan monimbulkan ketakutan umat manusia ter-
hadap akibat-akibat yang mengerlkan dari perang tersebut*
Tidak kurang dari Perserikatan Bangea-Bangea ( PBB )
sendiri nemperlihatkan keceraaet.nnya terhadap adanya perlom-
baan senjata nuklir antar negara-negara "Super Power11, dan
di dalam salah eatu bagian dari Dokumen Final Sidang Khuouo
21
21,
Stockhoii.Ti ^ ™ n H n! T S la’ Horld Armaments end Dlaaraannnt. Stockholm International Peace Roeearch Institute, London
and Philadelphia, 1985, h. if 1, 1
Walter S. Jones dan Steven J, Rosen, loc. cit.
Majelis Umum P13B X, Juni 1978, menyebutkan bahwa
persenja-taan nuklir merupakan bahaya terbesar dari umat ruanusla
dan kelangsungan hidup peradabannya, don karena ltu
per-lombaan senjata nuklir dalam soaua aspeknya harus dicegah p i
guna nenghlndarl terjadinya bencana tersebut, J Juga dl
dalam Resolusi 41/60, tanggal 3 Desember 1986* mengenai
Penlnjauan dan Pelaksanaan Perjanjlan dari Dokuaen
Keputuc-ar lalam Sidang Khusus ke-20 Majolie Umum ( Review and in*
plementatlon of the Concluding Document of the General
Assembly ), Bagion F ; Convention on the Prohibition of
the Use of Nuclear Weapons, raonyebutkon Majelis Umum I
Ponvlnced that nuclear disarmament In ossentlal for the prevention of nuclear war and for the -strengthen* lag of International peace and security*
Further convinced that a prohibition of the use or throat of use of nuclear weapons would be a step to wards tho complete elimination of nucloar weapons leading to general and complete disarmamentPundor strict and effective international control, ^
Tlndakati dari PBB ini dllkuti oleh negara-negara
yang tidak memllikl senjata nuklir, dengan menyatakan bah*
wa kawasan dari negara-negara ltu bebas dari persenjataan
nuklir atau kawasannya merupakan suatu daerah Zona Bebas
p x
Sutopo, "Non-Proliferasi dan Zona Bebas Son- jata Nuklir", Anftliaa. No. 6 Th. XV, Juni 1986 ( selanjut- nya disebut A.R. Sutopo III ), h, 455.
Senjata Nuklir* Beberapa kawasan yang telah menyatakan da-
erahnya sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir adalah 5 Afrika,
Amerika Latin, dan Paeifik Selatan,2-5 untuk daerah yang
dihuni manusia. Sedangkan untuk daerah yang tidak dihuni,
yang dinyatakan sebagai daerah yang tidak boleh digunakan
untuk percobaan peluncuran eenjata nuklir, adalah I Wila-
yah Antartika, Angkasa Luar, dan di Daoar Lautan.
Menyadari bahwa kawasannya sobagai wilayah yang stra-
tegls untuk porluaean pengaruh negara-negara "Super Power",
terutama dalam hal pengembangan senjata nuklir, dan juga
didasarkan pada ketakutan akan wilayahnya ltu nantl dijadi-
kan ajang percobaan eenjata nuklir oleh negara-negara pe-
iiiilik eenjata nuklir, terutama negara-negara "Super Power",
maka negara-negara ASEAN borusaha juga mewujudkan kawasan
Asia Tenggara eebarai kawasan boba3 senjata nuklir,
Gagasan Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata
Nu *ir ini pertama kali dicetuskan oleh dua negara anggota
ASEAN, yaitu Indonesia dan Malaysia, di Genova, dalam
rum Komi si untuk P*%rlucutan Senjata, pada tahun 1962*
loi gagasan ini adalah menjaga agar Asia Tenggara bebas da
ri persenjataan nuklir, pangkalan nuklir, dan segala sesua-
tu yang berhubungan dengan senjata nuklir*
Qagasan Zona Bebas Senjata Nuklir inilah yang raeru-
pakan longkah awal guna mencapai Asia Tenggara sebagai ka
wasan yang bebas, damaiv dan netral ( ZOPFAN )* Sebagai
langkah awal atau salah eatu tahapan untuk mencapai ZOPFAN,
gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini harus dikembangkan
dan dicapai dulu9 supaya gagasan ZOPFAN itu tidak "hilang"
karena adanya fceberapa masalah, eoperti masalah Kamboja*
Beberapa negara anggota ASEAN telah bersepakat un
tuk menjadikan Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata
Nuklir sebagai satu tahapan untuk mewujudkan ZOPFAN, seper-
ti yang diucapkan oleh Mentor! Luar Negeri Indonesia saat
itu, Prof. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., pada 20th AS£AN
Ministeral Meeting and Post-Mlnieteral Conferences with the
Dialogue Partners, Singapura, 15 - 20 Juni 1987 :
• • • we believe thore is greater need to redouble our efforts and expedite the realisation of ZOPFAN* This we should do, inter alia by according priority to those component elements of ZOPFAN that are amenable to ear lier implementation such as the establishment of a nuclear-weapon-free-zone oncompaeing all of Southoaot
26
"Parlucut ji Senjnfca Penting untuk Kawasan Paeifik11,
Ko w p b b. 25 Noveaber 1988, h. VIZ.
Asia.2^
Dan Juga Presldon Suharto menegaskannya dalam pldatonya dl
KTT ASEAN III di Manila, Descmber 1987 l
I an pleased to note the significant progress mado by ASEAN in its efforts to establish the aforementioned xono that will cover all Southeast Asian countries. Including the progress made in the preparation of a Draft Agreement on Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zono. The effort of AS£AN to establish such a zone, which will bo an important contribution to peace and security in our region, must bo continued and intensi fied, even though the Kampuchean issue not been re solved . • « *
Negara Mai ysia juga menegaekan dukungannya, agar
gagasan Zona Bebas Nuklir dl Asia Tenggara ini dicapal
lo-bih dulu, dan morupakan prasyarat untuk mencapai ZOPFAN,
sepertl yang diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia
saat itu, Rithauddin, pada sidang pertama Panitia Tetap
ASEAN di Kuala Lumpur, tanggal 10 September 1984, bahwa
konsep Zona Bebae Senjata Nuklir itu dengan sendirinya
torpadu dalam konsep ZOPFAN di Asia Tenggara.2^
Gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini agar dapat
2?ASEAN Secretariat, "Opening Statement By H.E. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Foreign Minister of the Repu- S-1? ?f I?d2n®fia,!t ASEAN Ministeral Meeting and Poat-HjJllfl.tflrfil-gQnffirQnCflfi-Jfdth thftJlialogue Partner*^ Singa- pore, 15 - 20 June 1987, h* 21.
PR
ASEAN Secretariat, "Third ASEAN Summit held after 10 years", ASEAN Newsletterf No. 24, November - December 1987, h. 5.
terlakeana di Asia Tenggara, aerta dihargai oleh negara-
negara pemilik senjata nuklir dan negara-negara kawasan
Asia Tenggara sendiri, harus dikerabangkan dan dilakukan
tindakan-tindakan untuk mencapainya. Tindakan-tindakan ini
bertujuan, supoya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ini ti
dak eebagai angan-angan saja dari negara-negara ASEAN,
3* Tlatiatan-tifltiflkflfl Vfl.tuk Terwu.ludnva zona Bebas San .lata
H U U i £
Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ( Nuclear Weapon
Free Zone ) di Asia Tenggara, yang diuaulkan oleh negara-
negara anggota ASEAN ini, harus diwujudkan. Karena ini me-
rupakan salah satu cara atau praeyarat untuk mencapai ZOP
FAN. Sehingga Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971, yang ber-
isikan ZOPFAN itu ada kelanjutonnya,
Dalam Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 juga telah
disebutkan pentingnya mendirikan Zona Bebas Senjata Nuklir
di Asia Tenggara ..atuk meiabantu perdamaian dan keamanan
dunia, dengan cara mongurangi wilayah konflik internaaional*
Negara-negara anggota ASEAN, melalui kepala pemerin-
tahonnya maeing-masing, dalam KTT III, Manila, Philippiaa,
Desember 1987, telah bersepaktt, bahwa untuk mempergiat
usoha pencapuian ZOPFAN, harus terlcbih dahulu mendirikan
dengan eegera Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata Nu
ASEAN ini tercantum dalam Deklaraai Manila ( The Manila
Declaration of 1987 )» dan ditandatangani oleh keenam
Ke-pala Pomerintahan anggota ASEAN* Lebih lengkapnya dalam
Deklaraai Manila disebutkan ;
And Do Hereby Agree ae FoIIo w b s Political Cooperation
5. ASEAN shall Intensify ito efforts toward the early establishment of a Southeast A8la Nuclear Weapon Freo Zono ( SEA NWFZ ), including the continuation of the consideration of all aspects relating to the establish**
Pencantuman dalam Deklarasl Manila tahun 1987 lnl
eaja, saya anggap maslh kurang untuk dapat melaksanakan
konsop Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara* Karena
yang tertuang dalam Deklaraai Manila tahun 1987 hanyalah
penegasan bahwa gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir itu ha
m s dlvmjudkan lebih dulu, deni tercapainya Asia Tenggara
yang bebas, damai, dan netral* Bukan mengatur secara khu-
6uo tentang Zona Bobas Senjata Nuklir itu sendiri* Ini di-
oobabkan Deklarasl Manila tahun 1987 merupakan pernyataan
uaua, balk masalah okonomi, politik, sosial, dan sobagal-
nya, dari negara-negara anggota ASEAN* Dan Deklarasl Mani
la tahun 1987 hanya mongikat bagi keonan negara anggota
ASEAN.
Agar gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir dl Asia
gara ini dapot tercapai, perlu ada tindakan atau usaha-
ueaha lanjutan. Tindakan atau usaha ini harus berdasarkan
pada Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 dan Deklarasi Mani
la tahun 1987, karena dari kedua deklarasi ini ditegaskan
pentingnya terwujudnya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir.
Tindakan atau usaha-usaha itu adalah dengan membuat
semacam perjanjian, yang mengatur secara khusus tentang
pelaksanaan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara.
Perjanjian itu dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN,
sebagai pelopor atau pencetus gagasan Zona Bebas Senjata
Nuklir, dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, juga
dengan negara-negara di luar kawasan Asia Tenggara yang
meoiliki persenjataan nuklir.
Perjanjian atau aturan ini bisa berbentuk semacam
deklarasi atau treaty, Karena pada dasarnya treaty dan
do-klarasi artinya sama saja, hanya istilahnya yang berbeda.
Henurut J.G. Starke, istilah treaty atau traktat itu ada
bermacam-macam, antara lain : konvensi, protokol,
persetu-juan, arrangement, statute, deklarasi, proses verbal, dan
lain sebagainya.^l Henurut Vienna Convention on the Law
of Treaties, tahun 1969* pasal 2, treaty adalah :
an international agreement concluded between States in written form and governed by international law, whether ombodied in a single instrument or more related instru ments and whatever its particular designation*
Sedangkan untuk Hdeklarasi", Stark© berpendapat mempunyal
artl :
a. Traktat atau treaty*
b* Dokumen tidak resmi, dilampirkan pada traktat atau konpensl, yang oentafsirkan atau menjelaskan ke- tentuan-ketentuan traktat atau konpensl itu.
C* Persetujuan tidak resmi mengenai hal-hal yang kurang pen ting, Deklaraai boleh atau tlclalt tia*h diratifi- kaai.*52
Melihat betapa pentingnya konaep Zona Bebas Senjata
Nuklir itu di Asia Tenggara, maka perlu dlbuat aturan atau
perjanjian yang sifatnya urauia. Tidak hanya aenjangkau ne
gara-negara dl luar kawasan, khususnya yang mejnillkl sen
jata nuklir. Oleh karena itu, leblh tepatlah bila perjan-
jian itu berbentuk treaty, karena jangkauannya lebih luaa*
Umpamanya seperti Treaty Karotonga, yang berisikan South
Pacific Nuclear Weapon Free Zone*
Sebenarnya, treaty ataupun deklarasl yang akan di-
laksanakan oleh ASEAN sebagai pelopornya, tidak menjadi
masalah* Asalkan keduanya mengatur tentang pencegahan pro-
Ilferas! personjataan nuklir, baik secara vertikal, yaitu
penyebaran persenjatann nuklir oleh negara-negara nuklir,
maupun prolifera£rJ nuklir secara horisontal, penyebaran
nuklir oleh negara-negara non nuklir* Juga treaty ataupun
di .tiaras! yang memuat ZBSU ( Zona Bebas Senjata Nuklir )
ini mengatur tentang pencegahan penempatan Benjata nuklir
di kawasan Asia Tenggara oleh pihak yang merabuatnya. Kare
na hal-hal itulah mengapa Zona Bebaa Senjata Nuklir ingin
diterapkan dalam suatu kawasan.^ Yang perlu diatur pula
adalah masalah verifikaei ( penyelidikan ) yang efektif un
tuk menjamin bahwa di kawasan itu tidak terjadi pelanggar-
an penggunaan senjata nuklir, baik oleh negara dalam kawas
an itu, maupun oleh negara-negara di luar kawasan yang me-
miliki senjata nuklir.
Dengan adanya treaty atau deklarasi yang mengatur
masalah Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara ini,
tindakan lain yang dihtrapkan adalah adanya jaminan dan
penghargaan atau penghormatan dari negara-negara Asia Teng
gara sendiri dan dari negara-negara pemilik senjata nuklir,
terutaraa dari negara-negara "Super Power11 yang memonopoli
Bistem persenjataan nuklir*
Jaminan, penghargaaa atau penghormatan itu bisa da
lam bentuk ikut meratifikasi treaty atau deklarasi itu bi-
la terbentuk, atau tidak meratifikaai tetapi ikut tunduk
pada treaty atau deklarasi itu. Ini biasanya diaebut peng-
akuan secara diam-diara. Tujuannya aama yaitu ikut menjaga
agar kawasan Asia Tenggara bonar-benar bebas dari persen-
jt aan nuklir, pangkalan senjata nuklir, dan eegala
t ' yang berhubungan dengan senjata nuklir*
Jaminan dan pengharagaan ini mempengaruhi perkembang
an gagaean Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara di
masa yang akan datang. Bila ada jaminan dan penghargaan
dari negara-negara Asia Tenggara eendiri dan negara-negara
luar kawasan, terutama dari negara-negara "Super Power",
maka gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara da-
pat tercapoi. Tetapi bila tidak ada jaminan atau penghar
gaan dari negara-negara itu, yang terjadi adalah aebalik-
nya# Oleh karena ltu dalam Bab-bab aelanjutnya saya akan
membahaa bagaimana sikap dan kondisi dari negara-negara
Asia Tenggara, Juga pandangan dan strategi global kedua ne-
gara "Super Power" di Asia Tenggara* Karena hal-hal terae-
but yang relevan dalam penentuan apakah konsep Zona Bebas
Senjata Nuklir di Asia Tenggara dapat tercapai,
Negara-negara lain di luar kawasan dan bukan terma-
suk negara-negara "Super Power" tidak saya bahas dalam pem-
bahasan skripsi ini, karena kebanyakan negara itu menyambut
adanya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara,
Seperti RRC, Korea Utora, negara-negara Non Blok, Selaadie
Baru, dan yang lainnya,^ Dan juga nejara-negara ini tidak
mempunyai pengaruh yang begitu ponting di Asia Tenggara,
^Soetarjo, Isa*.
B A B III
SIKAP DAN KONDISI NEGARA-NEGARA
DI ASIA TENGGARA
1* Negara-negara ASEAN
ASEAN yang dibontuk pada tahun 1967 oloh negara-
negara dl kawasan Asia Tenggara, dengan Deklarasl Bangkok
tahun 1967* bertujdan untuk raombina hubungan kerjasama re
gional di antara negara-negara Asia Tenggara* Kerjasama
regional Itu adalah dalan bldang okonomi, aooial, dan bu-
daya, sebagalmana yang tercantum dalcun deklarasl tersebut*
Oleh karena itulah, negara-negara anggota ASEAN pada tahun-
tahun pertama berdirinya ASEAN, berusaha neningkatkan ker
jasama ini sesuai dengan keadaan negara-negara anggota
ASEAN ( saat itu adalah : Indonesia, Malaysia, Phllipplna,
Singapura, dan Thailand') sebagai negara yang berkembang#
Dalam perkembangan selanjutnya, kerjasama ini tidak
hanya dalam bidung okonomi, sosial, dan budaya, tetapl juga
dalam kerjasama regional bidang politik* Dan nampaknya ker
jasama politik ini lebih mononjol dalam kegiatan yang
di-lakukan oleh ASEAN. Kerjasama politik ini telah dicantum-
kan dalam Deklarasl Kesepakatan Bersama ( Declaration of
ASEAN Concord ), 24 Pebruari 1976* di Bali, Indonesia*
Da-lam Deklarasl ini yang ditandatangani oleh kelima kepala
pemerintahan negara anggota ASEAN, disebutkan s *' * * «
5* Improvement of ASEAN machinery to strengthen political
cooperation"*-^
Kerjasama politik dimasukkan juga dalam kerjasama
ASEAN ini disebabkan sebeluiL ASEAN terbentuk dan sebelum
negara-negara Asia Tenggara merdeka, keadaan politik dan
koamanan di Asia Tenggara belum stabil, Negara-negara asing
dari luar kawasan turut campur dalam masalah internal ka
wasan, juga menjajah negara-negara dalam kawasan Asia Tong-
gara* Ditambah dengan keadaan dalam negeri dari negara-
negara Asia Tenggara sendiri yang belum stabil, adanya
pon-•
berontakan di dalam negeri, pertentangan atau konfrontasi
antar negara kawasan sendiri*
Menghadapi keadaan yang demikian, maka negara-negara
Asia Tenggara berusaha mengatasinya dengan kerjasama re
gional* Sebab dengan kerjasama regional, khususnya kerja-
sama politik, terrasuk di dalamnya kerjasama keamanan, ko-
inginan hidup bersama dalam kedamaian dan bersahabat dapat
t i capai, Seperti yang dikatakan oleh Hoealan Abdulgani,
" * * . regionalism must have a common desire to live to
gether in peace and in good-neighbourlinoes within the
framework of regional s o l i d a r i t y "*36
33
Salah satu kerjasama regional dalam bldang politik
yang telah dan ten^ah dllakukan oleh ASEAN adalah perwujud-
an Asia Tenggara menjadl kawasan yang bebas, damai, dan
ne ral ( ZOPFAN )* Oleh karena perwujudan ZOPFAN ini mem-
butuhkan waktu yang sangat lama, ditambah dengan adanya
masalah Kamboja yang belum terselesaikan, yang mengakibat-
kan campur tangan dari negara-negara luar kawasan Asia Teng
gara, ASEAN telah merumuskan salah satu tahapan untuk men-
capal ZOPFAN, yaitu dengan menjadikan kawasan Asia Tengga
ra sebagai kawasan yang bebas senjata nuklir#
Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir dl Asia Tenggara
ini# agar dapat tercapai perlu ada usaha-usaha untuk me-
ngembangkannya. Dan salah satu pongembangannya adalah di-
jadlkan aturan tersendiri dalam sebuah perjanjian semacam
treaty atau deklarasl yang mengatur masalah Zona Bebas Sen
jata Nuklir. Untuk itu dibutuhkan adanya jaminan dan peng-
hargaan atau sikap menghorraatl aturan itu bila terbentuk,
dari negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara luar ka
wasan pemilik persenjataan nuklir#
Negara-negara anggota ASEAN sebagai bagian dari ne
gara-negara di kawasan Asia Tenggara, dan sebagai pelopor
adanya ide gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Teng
gara, haruBlah pertama kali menunjukkan sikap menghargai
perjanjian ( deklarasl atau treaty ) yang berisikan tentang
dapat dimengerti, karena ada pendapat yang mengatakan,
"Siapa yang mengusulkan, dielah yang harue pertama kali
melaksanakan usul itu",
Sikap raenghargai atau menghormati perjanjian yang
harua dilakukan oleh necara-negara ASEAN adalah melaksanfa.
kan isi perjanjian itu. Antara lain, tidak ada negara ang
gota ASEAN yang raengerabangkan persenjataan nuklir dengan
usaha eendiri atau dengan bantuan negara lain. Juga menun-
jukkan eikap bahwa negaranya tidak ingin dijadikan pangkal-
an senjata nuklir milik negara-negara "Super Power" dan
negara lain pemilik senjata nuklir. Sikap yang lain ada-
1 . melarang secara bersaiaa atau sendiri segala perbuatan
yang berhubungan dengan persenjataan nuklir.
Salah satu langkah untuk menunjukkan sikap menghar-
gai perjanjian itu, telah diruwuskan dalam Joint Press
Statement Meeting of the ASEAN Heads of Government, Manila,
14 - 15 Desember 1978, bahwa pendiriau Zona Bebas Senjata
Nuklir oleh ASEAN adalah untuk membantu tercapainya keda-
maian dan keamanan dl Asia Tenggara, Lebih lengkapnya da
lam Joint Press disebutkan :
security in Southeast Asia • • •
Sikap yang harus ditunjukkan oleh negara-negara
ASEAN dalam menghargai sebuah perjanjian mengenai Zona Be-
has Senjata Nuklir di Asia Tenggara, menentukan apakah
perjanjian ( doklcraei etau treaty ) itu dapat terlaksana
atau tidak. Dan aikap ini borhubungan dengan kondisi ma-
sing-masing negara anggota ASEAU,
Kondisi negara-negara anggota ASEAN adalah hampir
soma koadaannya, ialah negara-negara aiiggota ASEAN merupa-
kan negara-negara yang sedang berkembang dan sibuk raeng-
urusi pembangunan dalam negerinya masing-maeing, aetelah
sekian lama menjadi jajahan dan koloni bangea lain,
kecua-li Thailand yang tidak pernah dijajah* Dengan kondisi yang
demikian ini, sulit bagi negu^-negara AttEAN untuk ikut
terlibat dalam maeal&h perlombaan senjata, terutama per
senjataan nuklir. Karena untuk j&engmbangkan personjataan
nuklir merabutuhkan biaya yang tidak sedikit, sedangkan kon
disi negara-negara ASEAft i&erabutuhkan biaya yang sangat ba-
nyak untuk pembangunan dalam negerinya. Ini dilihat dari
sf i pembiayaannya. Dari segi kondisi keamnanan dalam ne
geri, negara-negara anggota ASEAN tidak ingin pengalaman
ikut campurnya ne^era lain torulang keiabali, Sehingga
ne-57
negara-negara anggota ASEAN berusaha agar tidak terlibat
dalam masalah perlombaan eenjata, karena ini mengundang
campur tangan negara aslng dl kawasan Asia Tenggara*
Dilihat dari segi kondisi negara-negara anggota
ASEAN yang demikian itu, mendukung sikap untuk menghargal
trrwujudnya gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Teng
gara* Namun dengan kondisi yang seperti dl atas tadi, ma-
slh adanegara anggota ASEAN yang tidak menunjukkan sikap
aenghargai gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini terwujud
dl Asia Tenggara. Negara Itu adalah Thailand dan Slngapura*
Thailand dan Singnpura adalah yang disebut-sebut
oleh banyak kalangan, termasuk Manterl Luar Negerl Amerika
Serikat, George Shultz, sebagai penentang pembentukan Asia
Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir*^® Bahkan Thai-i
land telah menbuka kembali depot-depot militer AS yang te
lah tidak berfungei selama tahun terakhir ini, untuk mela-
yani pasukan gerak cepat Amerika Serikat, sekallgus men-
jadl tempat penimbunan senjata-senjata milik negara Ameri-IIQ
ka Serikat. Sikap Thailand ini bisa menjauhkan kesepakat-
an ASEAN mengenai pencap^ian gagasan Zona Bebas Senjata
Nuklir di Asia Tenggara,
Adanya pangkalan militer milik Amerika Serikat di
Philippina biea juga mempengaruhi tercapainya gagasan Zona
Bebaa Senjata Nuklir, bila pangkalan militer itu dijadikan
pangkalan militer itu dijadikan pangkalan persenjataan nu
klir dan tempat penimbunan senjata nuklir oleh Aaerika Se-
rikat. Karena letuk pangkalan militer Amerika Serikat Ini
sangat Btrategie dan dapat membantu kelancaran pengangkut-
an persenjataannya,
Menghadapi keadaan yang demikian, maka dibutuhkan
sikap keterbukaan dari negara-negara anggota ASEAN, Negara-
negara anggota AiiEAN harus jujur Batu eama lain mengenai
perbedaan-perbedaan pandangan, kepentingan dan horapan ter-
hadap rencana pembentukan gagaean Zona Bebas Senjata Nuklir,
Dengan adanya sikrp jujur dan terbuka di antara negara-
negara anggota ASEAN ini, biaa dibicarakan mengenai penting-
^ perabentukfin gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir dan men-
jadikannya dalam suatu bentuk perjanjian internasional,
semacam deklarasi atau treaty yang mengatur masalah Zona
Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara,
Dalam ASEAN telah dlkenal adanya kesepakatan beraa-
ma atau konsenous dari negara-negara anggota ASEAN jika
menghadapi persoalan yang membutuhkan adanya penyelesaian,
Begitu pula dalam menghadapi sikap Thailand dan Singapura
yang menentang ide Zona Bebas Senjata Nuklir, negara-negara
anggota AjEAN lainnya bisa memberikan pandangan mengenai
A& ji Tenggara kepada kedua negara tersebut* Jika kedua ne-
gara tersebut tetap tidak mendukung gagasan ini, hendaknya
tidak diikuti dengan sikap yang dapat menghambat tercapai
nya gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini, misalnya mengun-
dang atau memperbolehkan negara asing mengggunakan wilayah-
nya untuk dijadikan pangkalan militer, Karena perwujudan
gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini telah menjadi kesepa-
katan negara-negaru ASEAN, dan untuk itu perlu dukungan da
ri semua negara ASEAN, walaupun ada beberapa negara menen
tang gagasan tersebut.
Begitu pula dalam menghadapi perraasalahan pangkalan
militer Amerika Serikat di Philippina yang dianggap meng
hambat tercapainya ZOPFAN, negara-negara anggota ASEAN harus
bersikap hati-hati untuk tidak cepat mengatakan bahwa pang
kalan militer itu harus ditiadakan, demi tercapainya ZOPFAN*
Walaupun masalah pangkalan militer ini adalah masalah an
tara Philippina dengan Amerika Serikat, naraun negara-negara
Asia Tenggara terutnma negara-negara ASEAN ikut pula mera-
sakan kehadiran pangkalan militer itu.
Adanya pangkalan militer ini menimbulkan dilema, ka
rena pangkalan militer ini meskipun dianggap menghambat ter
capainya ZOPFAK, tetapi sebenarnya negara-negara ASEAN oasih
in- 'n agar pangkalan militer itu tetnp ada, Maksudnya agar
dapat raelindungi negara-negara anggota ASEAN dari bahaya
Asia Tenggara.*^
Untuk menjaga agar gagasan ZOPFAN tidak "hilang",
maka dengan adanya gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di
Asia Tenggara, pangkalan militer Amerika Serikat ini diha-
rapkan tidak menyimpan persenjataan nuklir dan segala se-
suatu yang berhubungan dengan senjata nuklir# Philippina
sebagai negara yang ditempati pangkalan militer ini, telah
membuat RUU Antinuklir, dengan tujuan untuk membantu ter-
c? tanya Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara dan
mencegah agar Amerika Serikat tidak menempatkan senjata
nuklir di pangkalan millternya*^
Sikap dari negara-negara ASEAN yang menghargai ga
gasan Zona Bebas Senjata Nuklir dijadikan suatu perjanjian
( deklarasi atau treaty ) dengan cara melarang penempatan
senjata nuklir, adanya pangkalan nuklir, dan menahan diri
untuk tidak ikut terlibat dengan negara asing dalam masa
lah senjata nuklir, harus dlikutl oleh negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Agar dapat perjanjian itu tercapai di
Asia Tenggara, dan Zona Bebas Senjata Nuklir terwujud dl
Asia Tenggara*
, ;£A.£adi» Dlleiaa Pangkalan Militer AS di Fili- plna bagi ASEAN *Suatu Tanggapan untuk Sabam Siagian". jforapag. 8 Januari 1988, h. IV - V.
Keikutsertaan negara-negara Aaia Tenggara lainnya
eangat dibutuhkan, karena kepentingan tercapainya Zona Be-
baa Senjata Nuklir ini bukan untuk ASEAN Baja, tetapi uatuk
semua negara di Aaia Tenggara. Dengan bantuan negara-negara
Asia Tenggara lainnya tentunya akan lebih mudah pencapaian
gagasan ini. Oleh karena itu perlu dLketahui keadaan nega-
ra-negara Aaia Tenggara lainnya, apakah mendukung tercapai
nya gagaaan Zona Bebas Senjata Nuklir ini atau tidak.
2. Perkembangan- di Indocina
Negara-negara Aaia Tenggara aelain negara-negara
ASEAN, adalah negara-negara Indocina. Yaitu negara ; Kam-
boja, Laos, dan Vietnam. Ada satu negara yang bukan anggo
ta ASEAN, dan bukan termasuk negara di Indocina, yakni ne
gara Burma.
Dalam kaitan dengan uaaha pencapaian tervujudnya
kawasan Asia Tengr**ra yang bebas, damai, dan netral ( ZOP
FAN ), termasuk uaaha menjadikan kawaaan Asia Tenggara ae-
bu^ai Zona Bebas Senjata Nuklir, maka yang aaya bahaa ada
lah mengenai Kamboja. Karena pertentangan di Kamboja ini
mempengaruhi keamanan dan kedamaian negara-negara Aaia Teng
gara lainnya, terutama bagi keamanan di Indocina.
Perkembangan di Indocina aekarang ini dltandai de
ngan pergolakan yang terjadi di negara Kamboja atau Kampu
25 Desember 1978, di mana realm Pol Pot yang berkuaea di.
Kamboja digulingkan oleh Vietnam,**2 aituasi di Indocina
semakin tidak meneatu.
Penyerbuan Vietnam ini dianggap oleh masyarakat in-
ternasional sebagai pelanggaran Hukum Internasional, kare
na menganggap Vietnam mencampurl urusan dalam negerl nega
ra lain# Tetapi Vietnam tidak perduli, karena tindakannya
lnl didahului dengan rezlm Pol Pot telah memasukl wilayah-
nya aejauh 30 km dengan bantuan RRC, yang merupakan musuh
Vietnam,^ Vietnam menganggap tindakannya itu merupakan
jasa Internasional, karena telah menggullngkan aeorang pe-
nguasa yang telah menjagal satu sampal dua juta penduduk
Kamboja,
Akibat penyerbuan Vietnam ini, timbul gerakan per-
lawanan di Kamboja, yang bertujuan mengusir Vietnam keluar
duri Kamboja, Gerakan perlawanan ini tidak menjadi masalah
jika dilakukan rakyat Kamboja sendiri, Tetapi kenyatannya
gerakan perlawanan ini, terutama Khmer Merah dibantu oleh
RRC, sedangkan Vietnam dibantu oleh salah satu negara "Su
per Power", Uni Sovyet. Karena melihat Uni Sovyet terlibat
dalam masalah Kamboja, maka Amerika Serikat tidak tinggal
^2Kirdi Dipoyudo, "Konflik Kamboja-Vietnam daa Akar- akarnya", Anallsa. No. 8 Th. VIII, Agustus 1979, h. 645.
diam eaja dan membantu PRC, yang telah rujuk dengr lya#
Sohingga di kawasan Indocina, terutnma di Kamboja, hadir
kekuatan negara-negara luar kawasan, terutama negara-nega
ra "Supor Power"* Ini semua membuat masalah Kamboja men-
jadi konflik regional,^ karena banyaknya negara asing
yang terlibat.
Hadirnya negara-negara luar kawasan Asia Tenggara
Jelas bertentangan dengan koinginan ASEAN untuk menjadikan
kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang bebas, damai,
dan netral dari pengaruh negara-negara luar kawasan* Dan
jika masalah Kamboja tidak tereelesaikan, maka gagasan
ZOPFAN tidak dapat tercapai* Oleh karena itu, dikatakan
oleh Roeslan Abdulgani bahwa masalah Kamboja, Mie the main
sumbling-block in the way of realization of peace in South-
East AeiaV,^5
Berbagai upaya telah dilakukan oleh ASEAN agar kon
flik Kamboja dapat terselesaikan, dan Vietnam segera kolu-
ar dari Kamboja, karena ASEAN menentang intervensi Vietnam
di Kamboja, Upaya-upaya itu antara lain, adalah ASEAN ikut
membantu terbentuknya Pemerintah Koalisi Demokratik Kaabo-
Ja, pada tahun 1982, di mana p?merintahan ini yang diakui
sebagai wakil Kamboja di PBB, bukan pemerintah yang
rang memerintah di Kamboja, yakni Pemerintah Republik Rak-
yat Kamboja ( PRK ) yang di bawah dukungan Vietnam#
ASEAN juga menjadi penengah antara kelompok perla
wanan Kamboja, yang tergabung dalam Pemerintah Koalisi De-
mokratik Kamboja, dengan Pemerintah Vietnam maupun dengan
Pemerintah Republik Rakyat Kamboja, dalam rangka membantu
penyelesaian masalah Kamboja, dan tercapalnya kedamaian di
Indocina*
Ueaha lain A S E A N yang terakhir adalah mengadakan pe *emuan Informal antara kelompok-kelompok perlawanan,
Vietnam, dan pemerintah yang berkuaea dl Kamboja ( PRK ),
Pertemuan informal itu dikenal dengan nama Jakarta Infor
mal Meeting ( JIM ), yang diadakan di Bogor, 25 - 28 Juli
1987. Dalam pertemuan itu kelompok perlawanan ( Front Ke-
aatuan Nasional Kamboja, FUIfC, dlwakili Norodom Ranariddh,
Front Pembebaean Rakyat Kamboja, KPLNF, dlwakili Son Sann,
dan Khmer Merah dlwakili Khieu Samphan ) mengadakan pembi-
caraan dengan Pemerintah Republik Rakyat Kamboja ( PRK ),
dlwakili Perdana Menterl Hun Sen, Kemudian pertemuan di-
lanjutkan antara kelompok perlawanan tadi, PRK, dan negara-
negara yang berkepentingan terhadap masalah Kamboja, eeper-
ti Vietnam, Laos, den kotua delegasi negara-negara ASEAN.
ASEAN raenghurapkan agar dalam pertemuan yang "santai"
ini, maeing-masing plhak dapat mengeluarkan pendapatnya dan
terwujudnya kedamaian di Indocina, Yaitu antara lain de- ,
ngan penarikan mundur tentara Vietnam, pelaksanaan pemilu
di Kamboja di bawah pengawacan badan internasional, dan
pengawasan oleh pasuk&u internasional penjaga perdamaian
di Kamboja.'*6
Uaaha-usaha demi tercapainya perdamaian di Indocina
teruB dilakukan oieh ASEAN, agar gagasan ZOPFAN dapat ter-
capai di Asia Tenggara* Misalnya : rencana mengadakan JIM
tahap II, Februari 1989 mendatang* Tetapi usaha-usaha ini
tergantung dari negara-negara Indocina itu sendiri, apakah
mereka benar-benur beruiat menyelesaikan masalah Kamboja
dengan segera atau tidak* tfang dikehendaki eemua pihak ada
lah terwujudnya pemerintahan di Kamboja yang netral,^ di-
perintah oleh rakyat Ka*boja oendirl dan tanpa bantuan,
atau campur tangan negara lain,
Kenglngat yenyelesaian konflik Kamboja ini belum
diketahui kapon berakhirnya, dan membuat realisasi gagasan
Z^ ^AN agak terluiMbat, Maka dengan adanya gegasan Zona Be
bas Senjata Nuklir di Asia Tenggara dapat membuat ide ZOP
FAN tetap ada, karena konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ada
lah salah satu cara atau langkah tercapainya ZOPFAN*
Keinginan agar gagasan Zona Bebaa Senjata Nuklir di
^"Laporan Utama Mengenai Jakarta Informal Meeting", Tempo. No. 22 Th* XVIII, h. 22 - 31*
Asia Tenggara ini likerabangkan inenjadi suatu aturan tersen-
diri seraacam deklarasl atau treaty, perlu mendapat dukung-
aji dari negara-negara Asia Tenggara sendiri, termasuk ne
gara-negara Indocina* Yaitu beraikap tidak ingln terllbat
pembuatan eenjata nuklir, melarang ditempatl wilayahnya
menjadi pangkalan nuklir, dan menjauhi kegiatan yang ber-
hubungan dengan senjata nuklir,
Vietnam yang secara nyata raenghambat tercapainya
ZOPFAN karena penyerbuannya ke Kamboja, diharapkan oleh
ASEAN untuk menghormati dan melaksanakan gagasan Zona Bebas
Senjata Nuklir ini, Supaya gagaBon ini dapat dikembangkan
menjadi suatu deklarasi atau treaty,
Tindakan yang harua dilakukan oleh Vietnam hanyalah
mentaati tujuan gagasan ini, yaitu tidak nembuat senjata
nuklir sendiri atau dengan bantuan negara lain, dan menya-
rankan sekutunya, Uni Sovyet untuk tidak menyimpan senjata
nuklir di wilayah Vietnam,
Bagi Vietnam tentunya lebih mudah menerima gagasan
Zona Bebas Senjata Nuklir daripada mentaati prinsip-prineip
ZOPFAN, Karena Vietnam tidak ingin keterlibatannya di Kam
boja dikatakan sebagai ikut carapur tangan dalam negeri ne
gara lain* Vietnam monganggap bahwa keterlibatannya itu
adalah untuk menjoga kepentingan nasionalnya, yaitu untuk
melawan RRC dan sekutunya, Khmer Merah,
akan lebih mudah raenjalankan gagasan Zona Bebas Senjata
Nuklir, karena keadaan dan kemampuan negara-negara itu yang
tidak mengutamakan masalah pengembangan persenjataani te
tapi lebih mementingkan keamanan dan kesejahteraan rakyat-
nya masing-masing. Satu lagi negara yang di luar ASEAN dan
di luar Indocina* yakni Burma juga pastl menerima gagasan
ini, Karena Burma adalah negara yang tidak mau menerima
pengaruh asing, dan sampai sekarang tidak mau masuk dalam
kerjasama regional manapun. Sehingga Burma mendapat juluk-
an negara paling netral dari segala barisan negara-negara
netral di dunia,^®
Dengan dukungan dari negara-negara Asia Tenggara,
maka treaty atau deklarasl mengenai Zona Bebas Senjata Nu
klir lebih mudah untuk diwujudkan, Sekarang tinggal bagai-
mana sikap negara-negara "Super Power" yang memiliki per
senjataan nuklir yang hebat terhadap tlmbulnya gagasan ini.
B A B IV
SIKAP DAN KEPEIJTINGAN NEGARA-NEGARA
"SUPER POWER" DI ASIA TENGGARA
1* Pandangan Amerika Serikat Terhada-p JVela Tenggara
Amerika Serikat yang berpaham liberal, muncul eeba-
ga* jalah satu kekuatan tersendiri setelah berakhirnya Pe-
rang Dunia II* Kekuatan yang lain adalah Uni Sovyet, dengan
paham sosialienya. Kedua negara ini adalah sekutu, pada
waktu Perang Dunia II berlang6ung dan sama-sama mengalah-
kan kekuatan Nazi Jerman.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, kedua negara
ini saling bereelicih dan berkombang menjadi Perang Dingin
di antara mereka. Sebab timbulnya pertentangan ini adalah
Amerika menganggap Uni Sovyet tidak mau melakukan demobili-
eaei, tetapi molahan mempertahankan pasukannya di Eropa*
Sedangkan Amerika Serikat dan negara Barat lainnya telah
melakukannya pada waktu berakhirnya Perang Dunia 11*^
Juga sifat dan idoologi Uni Sovyet yang dianggap ancaman
oleh Amerika Serikat. Kedua negara ini akhirnya dengan ke
kuatan porsenjataannya yc*ng maju menjadi negara-negara
"Su-li.9
^7J. Soedjati Djiwandono, "Perdebatan Masalah Stra- tegi", Analisa. Ho. 6 Th. XV, Juni 1986, h. if31.