• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS NUKLIR Dl ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN TERHADAP DEKLARASI KUALA LUMPUR TAHUN 1 9 7 1 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROSPEK PERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS NUKLIR Dl ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN TERHADAP DEKLARASI KUALA LUMPUR TAHUN 1 9 7 1 )"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

A N D R E A S C . H A R R Y P R A S E T Y A

PROSPEK PERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS

NUKLIR Dl ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN

TERHADAP DEKLARASI KUALA LUMPUR

TAHUN 1 9 7 1 )

< * • t w f p

M I L I I I

P E R P U S T A K A A N U N I V E R S I T A S A 1 R L A N O O A 1

S U R A B A Y A

FAK U LT AS HUKUM

UNI VERSI TAS AI RLAN GGA

(2)

PRQSPEK FERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS NUKLIR

DI ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN TERHADAP

DEKLARASI KUALA LUMPUR TAHUN 1971 )

SKRIPSI

OLEH :

ANDREAS C. HARRY PRASETYA

038ifll996

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(3)

FROSPEK PERKEMBANGAN GAGASAN ZONA BEBAS NUKLIR

DI ASIA TENGGARA ( SEBUAH BAHASAN TERHADAP

DEKLARASI KUALA LUMPUR TAHUN 19?1 )

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS

DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK

MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM

OLEH

ANDREAS C. HARRY PRASETYA

038411996

DOSEN p; ING DAN PEMGUJI

Hi^nN_lLSAGO^v S.H., MA.

DOSEN PB GUJI

j , i m i D

J PEHGUJI

EKAN RAMKLAU, §.H.,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(4)

Pada saat raengalami kejatuhan,

soseorang biea monemukan kebe-

oaran dirinya dongan menerima

kojatuhan itu hanya sebagai

tantangan untuk mencoba

(5)

KATA PEMGANTAH

Syukur kepada Allah Vang Maha Balk dan Maha Penga-

slh karena telah melindungi, menerangi, dan memberikan

kekuatan kepada soya dalam menyeleeaikan skripsi tentang

prospek perkembangan gagasan zona bebas senjata nuklir dl

Asia Tenggara ( sebuah bahasan terhadap Deklarasl Kuala

Lumpur tahun 1971 ),

Saya menyadari bahwa skrlpsl ini masih jauh dari

kesempurnaan, Untuk itu dengan tangan terbuka, saya te-

tap menerima sumbangan saran-saran dari siapa saja yang

ingin menambah kekurangan yang ada dalam skripsi ini, Se-

hingga nantinya skripsi ini dianggap layak sebagai bacaan

ilmiah,

Dalam kesompatan ini juga* tak lupa saya ucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan

bantuan kepada saya dalam menyoleaaikan skripsi ini, Ter­

utama suya sampaikan kepada ;

1. Bapak Uarun Alaagoff, S.H., MA. eelaku pombimbing dan

penguji i yang dengan keraurahan dan kerelaan hati mau

membimbing dan menguji skripsi saya ini,

2, Bapak J# Hendy Tedjonagoro, S.H, dan Bapak Eman Rame-

lan, S,H#fKS. yang sudi menyerapatkan vaktunya untuk

menguji skripsi saya*

(6)

dorongannya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi,

if. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Airlang-

ga etas segala bimblngan dan pengajarannya, Behingga

saya dapat menyelesaikan pendidikan dl Fakultas Hukum

dengan balk.

5* Mbah Soewono don Oom Rudi yang audl menampung dan meng-

antar saya dalam mencari data skripsi ini solama saya

berada dl Jakarta*

6 « Mas Krlstladl sekeluarga yang membantu eaya mendapatkan

bahan literature yang berhubungan dengan penulisan skrip-

si saya.

7. Ibu Jamilah serta Pegawai Perpustakaan Lit-Bang Depar-

temon Luar Negeri Jakarta, yang dengan segala keramaii-

annya membantu saya dalam memperoleh bahan literature.

8. Rekan-rekan Keluarga Mahasisva Hukum Internasional FH

Unair atas dorongan semangatnya hingga saya dapat ujian

skripsi pada waktunya,

9* Kelompok 32 ( Kokok, Tatok, dan Indah } serta rekan-re-

kan yang lain, yang dengan caranya sendiri-sendiri meo-

bantu saya menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya seraoga skripsi ini dapat membantu bagi sia-

pa saja yang memerlukannya dan menambah perkembangan Hukum

Internasional pada kjmsusnya, dan Ilmu Hukum pada umumnya*

Surabaya, Januari 1989

(7)

DAFTAR ISI

Halanan

KATA PENGANTAR ....iv

Di.* TAR ISI ... ... . Tl BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1* Permasalahan ; Latar Belakang dan Rumusan ... ... ... 1

2. Penjelasan Jud u l ... ... . 6

3. Alaean Pemlllhan Judul ... . 6

If, Tujuan Penulisan ,... ... * 9

5. Metodologi... 9

6. Pertanggungjawaban Sletematlka ... 11

BAB II USAHA MENGEMBANGKAN GAGASAN ZONA BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA... . 13

1. TinJauan Terhadap Deklarasl Kuala Lumpur Tahun 1 9 7 1 ... ... . 13

2. Timbulnya Gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir... ... . 19

3. Tindakan-tindakan Untuk Terwujudnya Zona Bebas Senjata Nuklir ••*•••••••••• 26 BAB III SIKAP DAN KONDISI NEGARA-NEGARA DI ASIA TENGGARA ... ... 32

1. Negara-negara ASEAN »•»•»•»»»•*••••«•,• 32

2. Perkembangan di Indocina *•••»•••»••••» ifl

BAB IV SIKAP DAN KEPENTIiJGAN NEGARA-NEGARA

(8)

1. Pandangan Amerika Serikat

Torhadap Asia Tenggara... 48

2* Pandangan Uni Sovyet

Torhadap Asia Tenggara... . 55

3* Pengaruh Perjanjian Ponghapusan

Senjata Nuklir antara Amerika

Serikat dan Uni Sovyet... 60

BAB V PENUTUP... ... ' 66

1. Kesimpulan ••••••««•••*••••••••••••••••• 66

2m Sar a n ... ... 68

DAFTAK BACAAN

LAMPIHAN

(9)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1. Pgrroasalahan : Latar .Belakang dan Rumusannva

Perang, konflik bersenjata, ataupun keadaan yang

berhubungan dengan hal itu adalah eesuatu yang tidak di-

Bukai atau dibenci oleh umat raanusia# Ini dieebabkan perang

menimbulkan kesengearaan, kerugian harta benda, jiwa, dan

sebagainya. Namun demikian perang adalah suatu keadaan yang

dibenarkan oleh Hukum Internasional, yaitu bahwa perang

merupakan pilihan yang dapat digunakan pada pelaksanaan po­

litik luar negeri suatu negara dalam ketiadaan sistem ke-

amanan yang efektif1 atau bila cara lain yang lebih baik

tidak dapat ditempuh,

Sejak Perang Dun:ia II berakhir, perang atau konflik

y m e l i b a t k a n hampir semua negara di dunia sudah tidak

ada lagi* Tetapi setelah itu perang dingin makin berkem-

bang antara negara Amerika Serikat ( AS ) dan Uni Sovyet,

yang kemudian dikena> sebagai negara-negara "Super Power11.

Dengan puham-paham mereka ( liberalisme dan sosialisme-

komunisme ), AS dan Uni Sovyet menyebarkan pengaruhnya ke­

pada negara-negara lain dengan cara memberikan bantuan per—

senjataan, bantuan ekonomi, pangan, dan eebagainya#

Sehing-^J.G. Merrills, Anatomy of International Law, a

(10)

ga kedua negara "Super Power" tersebut menjadi pusat per-

eekutuan bagi negara-negara yang menjadi aekutunya,

Dalam meningkatkan kemampuan pertahanan mereka, ba­

ik Amerika Serikat dan Uni Sovyet Baling menambah kekuatan

persenjataan mereka masing-raasing, termasuk persenjataan

dengan tenaga nuklir, Penambahan kekuatan persenjataan ini

be ,ujuan untuk menangkal serangan atau ancaman dari pihak

lawan. Seperti strategi nuklir Barat, khususnya Amerika

Serikat, persenjataan nuklir berperanan utama sebagai

pe-p nangkal terhadap agresi.

Bagi negara yang telah mampu membuat sendiri senjata

ini, senjata nuklir dijadikan prioritas dalam strategi per­

tahanan mereka, baik itu rudal jarak pendek, jarak menengah,

ataupun jarak jauh, Ini dapat dipahami karena eenjata nu­

klir dianggap begitu efieien dalaju mcnghancurkan sasaran-

eaBaran yang dituju, sehingga orang sering menjulukinya se­

bagai eenjata pamungkaG*^ Akhirnya sebagian isi dunia ini

hampir dipenuhi oleh pangkalan-pangkalan nuklir milik ne­

gara-negara "Super Power" dan sekutu-sekutunya.

Menghadapi ketegangan-ketegangan internasional

se-2

A.R. Sutopo, "Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat", Analisa* No. 2 Th. XV, Februari 1986 ( selanjutnya disingkat A.R. Sutopo I ), h. 73,

(11)

macam ituf akibat perang dingin ontar negara-negara "Super

Power11 tersebut yang berpengaruh ke negara-negara lainnya,

diperlukan sikap atau perbuatan yang tepat agar auatu ne­

gara atau kelompok negara itu lkut terlibat menjadi sekutu

dari aalah satu negara "Super Power11 atau menahan diri un­

tuk tidak terlibat atau ikut cainpur tangan dalam perten-

tangan antar negara-negara "Super Power" tersebut#

ASEAN ( Aaaociation of South-Eaat Asian Nations ),

aebagai wadah dari negara-negara yang berada di Asia Teng­

gara yang terbentuk pada tanggal 8 Aguatua 1967* berusaha

untuk tidak ikut terlibat dalam pertentangan tersebut di

ataa, namun berusaha untuk menjaga kedamaian dan meredakan

ketegangan yang timbul di wilayah Aeia Tenggara, Ini ter-

lihat dalam iai d( :laraci pendirian ASEAN, The ASEAN De­

claration ( Bangkok Declaration 8 Agustue 1967 )» di ba-

gi^n pertimbangannya dieebutkan bahwa negara-negara di

Asia Tenggara mempunyai tanggung jawab bereama dalam men-

jamin kedamaian dan kemajuan pembangunan naaional, juga

menetapkan untuk menjomin atabilitae dan keamanan negara-

negara Aoia Tenggara dari pengaruh luar.

Dengan dilata**belakangi pertimbangan di ataa tadi

dan didasarkan pada persamaan oejarah yang sama, bahwa

ke-banyakan negara-negara Asia Tengjara pernah raongalaai

(12)

negara-negara "Super Power” dan pernoh meraaakan campur tangan

negara-nogara besar, khususnya negara-negara "Super Power",

ASEAN ingin membentuk kawasannya sebagai kawaean yang be­

bas, damai, dan notral dari pengaruh using. Dan tidak ada

campur tangan kekuatan asing di wilayah Asia Tenggara,

maka dibentuklah suatu deklarasi, yaitu Deklarasi mengenai

Zona Bebas, Domed, dan Netral dl wilayah Asia Tenggara,

yang ditandatangani di Kuala Lumpur, 27 November 1971 oleh

negara-negara anggota ASEAN.

Doklarasi ini, yang dikenal dengan nama Deklarasi

ZOPFAN ( Zone of Peace, Freedom and Neutrality ) isinya

adalah gagasan untuk membentuk kawasan Asia Tenggara seba­

gai kawasan yang bebas, damai, dan netral dari kekuatan

at i campur tangan negara asing. Untuk mencapai ini diper-

lukan waktu yang sangat panJang dan tidak dapat dicapai

eekaliguo. Jadi diperlukan tahapan-tahapan untuk mencapai

apa yang tertuang dal run Deklarasi ZOPFAN tersebut.

Oleh karena pada saat ini masalah yang sering di-

bicarakan adalah bahaya perang nuklir bila pecah, persen­

jataan nuklir, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

senjata nuklir, maka sebaiknyalah tahapan yang

(13)

kan lobih dahulu oloh negara-negara anggota ASEAN adalah

gagaoan untuk membentuk Asia Tenggara aabagai kawasan

be-bas senjata nuklir#

Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ini merupakan

lang-kah awal guna mencapai dan melaksanakan ZOPFAN. Dan gagasan

ini telah disetujui oleh beberapa anggota ASEAN, seperti

yang dikatakan oleh Tengku Ahmad Rithauddin, Henteri Luar

Negeri Malaysia ( aaat itu ), pada sidang pertama Panitia

Tetap ASEAN di Kuala Lumpur tung^al 10 September 19&t»

Di Jakarta kita telah sepakat untuk bersama-sama meng- ambil langkah-Jangkah guna uiulai malaksanukan ZOPFAN dengan suatu deklaraai mengenal Asia Tenggara sebagai tona bebas senjata nuklir. Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir (ZBSN) Itu dengan sendlrinya terpadu dalam kon­ sep ZOPFAN dan merupakan salah satu ciri (attributes) atau prasyarat untuk raencapai ZOPFAN di Asia Tengga­ ra i * « •

Juga Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu, Mochtar

Kusu-maatmadja, menambahkan pendapat Rithauddin dengan mengatakan I

• . . maka harus dilokukan berbagai usaha untuk oe- laksanakan ZOPFAN "melalui pombentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir sebagai salah satu komponennya", dan

pembentukan Asia Tonggara sebagai suatu ZBSN merupakan s "salah satu langkah prioritaa untuk mewujudkan ZOPFAN,"®

Konsep Zona Bebas Senjata nuklir ini berisi gagasan

agar Asia Tenggara ini bebas dari persenjataan nuklir,

5

J* Soedjati Djiwandono, "Asia Tenggara sebagai Zo­ na Mjb&s Senjata Nuklir : Catatan ataa Beberapa Masalah ", Analisaf No. 6 Th. XV, Juni 1986 ( selanjutnya disebut J. Soodjati Djiwandono I ), h. Z*75*

(14)

pangkalan nuklir, dan eogala cesuatu yang berhubungan de­

ngan senjata nuklir. Dan bertujuan agar negara-negara dl

Aele Tenggara Ini tidak terlibat dalam pertentangan antar

negara “Super Power" khususnya dalam hoi yang berhubungan

dengan senjata nuklir. Karena senjata nuklir ini oeniobul-

kan ketakutan umat manueia dan mengandung kecomasan me­

ngenai tidak post .nya jaaiinan keamanan dan pordamaian in­

ternasional di maca depan bila perang nuklir pecah.

Dari uraian di atas, timbul perraaealahan-permasalahan

yang perlu dibahas, yaitu :

a* Bagairaanakah prospek perkembangan Zona Bebas Senjata

Nuklir di masa yang akan datang di wilayah Asia Teng­

gara ini ? ;

b, Apakah sikap atau kondisi negara-negara di Asia Teng­

gara ini mendukung terbentuknya Zona Bebas Senjata Nu­

klir ?

c. Bagaxmanakah sikap nQ^ara-nojnra "Super Power" terhadap

timbulnya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir, bila dihu-

bungkan dengan kepentlnyannya dan strateginya di Asia

Tenggara ?.

2. Pen.1elasan Judul

Dalam penulisan skripsi ini saya memilih judul **Pros-

pek Perkembangan Gagasan Zona Bebas Nuklir di Asia Tengga­

(15)

1971 merupakan pernyataan dari negara-negara anggota ASE^N,

yang isinya berupa gagasan untuk membentuk Asia Tenggara

sebagai kawasan yang bebaB, damai, dan netral dari penga­

ruh asing manapun* Gagasan ini tidak akan tercapai bila

tidak didukung dongan upaya-upaya lain.

Upaya itu ealah satunyr adalah .embentuk kawaBan Aaia

Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir, karena kon­

sep Zona Bebas Senjata Nuklir ini lebih mudah dicapai dan

adanya eenjata nuklir banyak menimbulkan keresahan umat,

Behingga banyak negara ingin agar senjata nuklir dikurangi

bahkan kalau biaa dihapuskan, Dan juga konsep Zona Bebas

Senjata Nuklir ini merupakan salah eatu syarat untuk mere-

alisasi konsep ZOPFAN di Asia Tenggara, eeperti yang di-

utarakan Menlu Rithauddin dan Menlu Mochtar Kusumaatmadja

pada saat sidang riortama Pnnitia Totap ASEAN di Kuala Lum­

pur t&hun 198**.^

Gagasan membentuk Asia Tonggara sebagai Zona Bebas

Senjata Nuklir ini perlu dikembangkan, dan dalam usaha un­

tuk mengembangkannya tentulah banyak hambatan untuk menca-

pninya, misalnya saja dari negara Amerika Serikat yang ae-

nolak adanya gagasan bebae senjata nuklir ini,** juga ke-

adaan negara-negara di Asia Tenggara sendiri yang dapat

7Ibld.. h. 475 dan 476.

O

(16)

mempengaruhi terbentuknya gagasan ZBSN ini*

Untuk ltu perlu dibahas bogaimana proapek porkem-

ba^an gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini dl masa yang

akan datang, agar dapat mendukung terwujudnya Zona Bebas,

Damai, dan Netral di kawasan Asia Tenggara, sebagaimana

toreantum dalam Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971*

3 . Alflspa.-Femlllh^fl

Adapun saya memilih judul penulisan skripsi demiki-

an, karena beberapa hal, yaitu :

a* Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 atau dikenal dengan

Deklarasi mengenai ZOPFAN itu tidak akan tercapai, bila

tidak didukung upaya lain. Salah satunya adalah dengan

membentuk lebih dulu Zona Bebas Senjata Nuklir*

b. Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir dilaksanakan lebih da-

hulu , karena sekarang ini banyok negara yang mengkha-

tiatirkan akibat dari perang nuklir jika hal itu terjadi*

Sohingga jika konsep ZBSN dlmunculkan banyak negara yang

akan aendukungnya*

c. Prospek perkembangan gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir

ini maeih belum menentu, apakah dapat terlaksana dengan

balk atau tidak. Karena adanya kendala yang dapat meng­

hambat terwujudnya Zona Bebas Senjata Nuklir ini di Asia

(17)

4. Tu.luan Penulisnn

Soya menulis skripsi ini, selain bertujuan untuk

memenuhl persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum,

juga berharap agar dapat 3

a. Mengungkapkan bahwa ASEAN sebagai Organisasi Internasio­

nal Regional mempunyai keinginan agar di kawasan Asia

Tenggara ini tercipta keadaan yang damai dan bebas dari

pengaruh pertentangan antar negara-negara "Super Power*1.

b. Menyatakan bahwa Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Teng­

gara pentlng dlbentuk lebih dahulu, dan merupakan salah

satu cara untuk terwujudnya ZOPFAN*

c. Mencoba membantu memberikan masukan bagalmana caranya

agar Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara itu da­

pat terlaksana.

5 . M a f e o t a l Q K l

a* Pendekatan masalah*

Saya akan membahas masalah dalam penulisan lnl de­

ngan cara pendekatan yuridis, yakni mendasarkan pada aturan-

aturan yang ada, ftperti Deklaraai Kuala Lumpur tahun 1971,

Deklarasl Bangkok tahun 1967* Deklarasl Manila tahun 1987,

da.. Perjanjian Perlucutan Senjata antara AS dan Uni Sovyet*

Dan Juga mengkaitknnnya dengan pondekatcn politis, yaitu

bagalmana hubungannya dengan keadaan internasional dewasa

(18)

de-ngan Hubude-ngan Internasional yang banyak merabahaa masalah

politik.

b. Sumber data*

Data yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini

saya peroleh dari buku-buku porpustakaan, juga data dari

surat kabar, bule^in atau majalah*

c* ProBedur pengumpulan dan pengolahan data*

Data yang mendukung masalah saya kumpulkan melalui

bahan-bahan kepustakaan atau berdasarkan pada studi kopus-

takaan saja, kemudian diolah dengan cara mengklasifikasikan

data tersebut berdasarkan data mana yang berhubungan de­

ngan masalah politik, dan data mana yang berhubungan de­

ngan masalah yuridis. Sehingtfa jtemudahkan untuk memulai

penulisan skripsi ini*

d« Analisa data*

Data yang saya peroleh ini, saya analisa selaln ber­

dasarkan pada metode doskriptif analitis, yaitu dengan ca­

rs menguraikan data tersebut dan kemudian membahas dan

menganalisanya sesual dongan permasalohan yang ada, juga

menggunakan metode induktif, yaknl membahas permasalahan

yang khusus dahulu kemudian menghubungkannya dengan hal-

hal umura lainnya* Dalam hal ini, masalah yang khusuB yaitu

mengenai Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara, di-

kaitkan dengan hal-hal yang umua yakni keadaan di Aiia

(19)

Power"* Sehingga dapat ditarlk kesimpulan untuk menjawab

permasalahan yang khusus tadi*

6. Pertonggung.lav ban Sletemat.lka

Saya menulis skripsi ini terdiri dari lima bab.

Bub I menguraikan latar belakang permasalahan serta ramus-

annya mengapa gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir itu tim-

bul. Dan bab ini merupakan pengantar untuk membahas per-

masalahan yang terjadi,

Mengenai bagaimesno prospek perkembangan gagasan Zo­

na Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara dimasukkan dalam

bab II, karena permasalahan ini merupakan prioritas pem-

bahasan penulisan skripsi ini. Permasalahan dalam bab II

ini tidak dapat langsung dijawab, karena tergontung pada

boberapa kondisi.

Masing-maoing kondisi itu diuraikan dalam bab III

dan bab IV, yaitu kondisi keudaan di Asia Tenggara sendirl

apakah mendukung tercap&inya gagasan tersebut dan pandangan

serta strategi negara-negara "Super Power" di Asia Tengga­

ra * Khusus untuk bab III hanya meinbahas Headaan di negara-

negara ASEAN dan Indocina saja, sebab hal ini yang relevan

dengan pokok porwasalahan yang terdapat di dalam bab II

tadi,

Hasil dari pembahaean bab III dan bab IV akan dapat

(20)

Tenggara dapat terlaksana Gtcoi tidak, Jawaban ini dimasuk-

kc * dalnro bab V, yang raerupnkan kesimpulan dari eemua pem-

bahaean dalam penulisan ini. Serta beberapa oaran agar

konsep Zona Bebas Senjata Nuklir dan ZOPFAN itu dapat ter-

(21)

B A B XI

USAHA MENGELiEANGKAN GAGASAN ZONA BEBAS SENJATA

NUKLIR DI ASIA TENGGARA

1. TiiLlauarL Terhadap _Deklnrasi Kuala Lumpur Tahun 1971

Seperti organisasi intorneslonal lainnya yang mem-

punyai oomacan aturan yang bertujuan untuk mengatur negara-

negara anggotanya, memberikan hak dan kewajiban, dan juga

yang utama adalah guna menunjukkan identitas organises!

internasional tersebut pada negara yang bukan menjadi ang-

gotanya dan pada organises! internasional lainnya*

Begitu pula dengan Organisaai Internasional Regio­

nal di Asia Tenggara, yaitu ASEAN yang terbentuk pada tang-

gal 8 Agustue 1967 mempunyai aturan yang menunjukkan ke-

khasan dari ASEAN, Dan aturan itu biasa disebut dengan nama 1

Deklarasi* Salah satunya adalah Deklarasi Kuala Lumpur ta­

hun 1971*

Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 atau yang dikenal

dengan Deklarasi ZOPFAIl ( Zone Of Peace, Freedom and Neutral­

ity Declaration ), ditandatanguni oleh negara-negara anggo­

ta ASEAN pada tanggal 27 November 1971, merupakan pernyata-

an ari negara-negara anggota ASEAN berupa konsep kawasan

Asia Tenggara sebagai kawasan yang bebao, damai, dan netral

dari pengaruh negara luar kawasan, dan Juga bebas dari caa-

(22)

asing.

Ini dapat dimengerti karena sebelum ASEAN terben-

tuk, kondisi negara-negara dl kawasan Asia Tenggara baru

saja selesal menghadapi perang atau konflik, balk mengha-

dapl pemberontakan dalam negerinya# maupun perang melawan

penjajah yang menguasai negara-negara tereebut. Juga no-

gara-negara Aeia tenggara pornah mengalami kokecewaan da­

lasi hubungan mereka dengan negara besar dari luar.Seportl

campur tangan mereka dalam urusan dalam negeri negara-no-

gara Asia Tonggara yang menguntungkan negara-negara bes&r

tersebut, dan kemudlan menjajahnya#

Ketertarikon negara-negara aslng, terutama negara-

negara besar terhadap kawasan Aeia Tenggara lnlp dlsebab-

kan poslal geografis kawasan ini yang letaknya di antara

dua benua ( Asia dan Australia ), dan dua oamudera ( Samu-

dero Paslfik dan Samudera Indonesia )• Sehingga kawasan

Asia Tenggara mendudukl poslsl ailang dan merupakan per-

simpangan jalan dunia* Hal ini lalu membuat kawasan ini

mempunyai art! strategis yang vital, kedudukan politis yang

penting, dan fungal ekonomi yang besar sekali bagi bangsa—

bangsa aslng yang menylnggahinya,^

(23)

Maka dari itu, setelah oeleoai dijajah dan dicam-

puri urusan dalam negerinya oloh bangsa aalng, dan sesudah

boborapa negara asing keluar dari kawasan Asia Tenggara,

seperti Amerika Serikat yang dalam proses mengundurkan ke-

terlibatan pasukannya dalam perang Vietnam, juga Inggris

menarik mundur pasukannya dari kawasan Asia,^ dan ditan-

dal pula dengon oeningkatnya pengaruh parang dlngln antar

negara-negara "Super Power", negara-negara anggota ASEAN

berusaha agar kejadian Itu tldak terulang kembali dan me*

ngurangl keterllbatan pengaruh asing dl Asia Tenggara, di-

nyatakanlah Deklurasl Kuala Lumpur tahun 1971 ( Doklaraol

ZOPFAN ).

Dalam Deklurasl ZOPFAN dlsebutkan kelnglnan

negara-negara onggota ASEAN untuk meredakan ketegangan

lnternaoi-onal dan untuk mc_'capai kedamalan abadl dl Asia Tonggara,

bebas dari pengaruh luar dalam masalah internal yang

men-K.nayakan perdamaian, kemerdekaan, dan integritas* Dan Do*

klarasi ini s

INSPIRED by the worthly aims and objectives of tho United Nations, in particular by the principles of respect for the soveregnity and territorial integrity of all states absontlon from threat or use of force, peaceful settlement of international disputes, equal rights and self-determination and non-interference in

(24)

tho affairs oi States.11

Selain berdas&rkan pada Piagam PBB, Deklarasi ZOPFAN juga

dilandasi oleh prinsip-prinsip dari Declaration of tho

Promotion of World Peace and Cooperation dari Konporensi

Bandung tahun 1935$ yaitu prinoip hidup berdampingan

seca-ra damai ( peaceful co-existence ) di antaseca-ra negaseca-ra-negaseca-ra

di dunia ini*

Dengaa adanya Deklarasi ZOPFAN ini diharapkan agar

negara-negara Asia Tenggara dap&c memperkuat stabilitae

ekonomi dan soeial di kawacan, menjamin kedamaian, dan

ko-majuan nasional tiap-tiap negara, seperti yang tercantum

dalam pertlmbangan Deklarasi Bangkok tahun 1967 bahwa

un-tuk mencapai kedamaian dan kemajuan nasional harus :

• • * determined to ensure their stability and securi­ ty from extornal interferonce in any form of manifes­ tation in order to preserve their national identifies in accordance with the ideals and aspirations of thoir peoples#

Jadi pada dasarnya Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971

menghendaki agar negara-negara Asia Tenggara dapat memper­

kuat ikatan kerjosama regional dan solidarltas di antara

mereka dengan bebss, damai, dan tanpa pengaruh campur ta-

ngan asing.

11ASEAiJ So> .'q tar tat, "Zone of Poace, Freedom and Neutrality Declaration ( Kuala Lumpur Declaration ) 27 No­ vember 1971"» Documents of ASEAN, h. if,

(25)

Untuk mencapai tujuan dari Deklarasi Kuala Lumpur

tahun 1971i yakni menciptakan kawasan Asia Tenggara yang

damai, bebas, dan netral dibutuhkan tindakan-tlndakan ak-

tif. Balk dari negara-negara Asia Tenggara sendiri, juga

dari negara-negara luar kawasan, terutama negara-negara

"Supor Power"•

Tindakan dari negara-negara AbIq Tenggara sendiri

adalah menghindari atau mengatasi konflik di antara meroka

itu, dengan membinn hubungan bortetangga yang balk satu

sama lain untuk menciptakan dan oomelihara perdamaian dan

et. Ilitns kawasan ini bebas dari campur tangan luar,1^

Dan monghindarkan dlri untuk tidak mengundang kekuatan asing

di kawasannya, Sedangkan untuk negara-negara luar kawasan

dibutuhkan adanya pengakuon, jaminan, eerta penghargaan

untuk menjunjung tinggi terhadap adanya gagasan ZOPFAN ini,1**

dengan cara menahan diri untuk tidak melibatkan diri dalan

urusan dalam negeri negara-negara Asia Tenggara.1^

Pada awalnya, yaitu antara tahun 1975 sampai tahun

1978, tindakan-tindakan aktif itu dapat dilaksanakan.

Um-15

J* Soedjati Djiwandono. "Aspek Politik dan Koaman- an ASEAN", Aflalina. No. 10 Th. XVI, Oktober 1987, h. 911.

^Roeslan Abdulgani I, o p. clt.r h, 47,

(26)

pamanya keluarnya Amerika Serikat dari Indocina, eebelum

perang Vietnam selesai dengan keiaenangan Vietnam Utara (

tahun 1975 Sehingga aaat itu, suaeana bebasi damai,

dan tidak ada compur tangan asing di Asia Tenggara dapat

tercapui*

Namun setelah Vietnam melakukan Intervene! ke Kam-

boja dengan alasan untuk mengusir Khmer Marah, pada tahun

1978# situasi di Indocina menjadi berubah dan kawasan Asia

Tenggara menjadl tidak damai l»git karena Vietnam mencaa-

puri urusan dalam negeri Kamboja* Akibat uloh Vietnam ini

negara-negara bestir ikut campur tangan dalam masalah Kam­

boja. Hal ini membuat gagasan ZOPFAN praktis tenggelam*

Negara-negara anggota ASEAN mencoba membantu aenye-

lesaikan masalah Kamboja ini, balk oendiri maupun secara

kolektif, tetapi solalu menemui jalan buntu, Akibatnya ma-

dalah Kamboja menjadi batu sandungan dalam mencapai gagas-

an ZOPFAN.17

ftelihat keuyataan di atas, ditambah dengan adanya

pr *kalan asinj di Asia Tenggara, usaha untuk mewujudkan

gagasan ZOPFAN akon metnbutuhkon waktu yang lama. Guna men-

capainya dibutuhkan tahapan-tahapan yang dapat mendukung

*^Jamea Luhulima, "Masihkah ZO^FAtf Relevan bagi Ma- sa Depan. Asia Tenggara ?», Kompas. 9 November 1988, h.IX.

(27)

terwujudnya gagasan bebas, damai, dan netral di Asia Teng­

gara* Dengan kata lain, Deklaraei Kuala Lumpur tahun 1971

membutuhkan pendukung guna mencapai apa yang menjadi tuju-

annya#

2. TiinbAanr^Gaj^aj^mna Bg.bha SflnJata. Nuklir

Bcrtitik tolak dari hal tereebut di atas, bahwa un­

tuk mewujudkan gagasan ZOPFAH mei&erlukan waktu yang sangat

lama« Apolagi dengan adanya masalah di Indocina menghaobat

tercapainya gagasan ini# Untuk taenjaga agar gagaean ZOPFAN

ini tidak hilang, maka negarc-nogara nnggota ASEAN, teru-

tama Malaysia dan Indonesia mengomukakan bahwa ZOPFAN ado-

lah tujuan jangka panjang dan untuk mencapainya harua di-i a

rumuskan dulu tujuan jangka raonengahnya,

Tujuan jangka menen^ah inilah yang harua ditompuh

lebih dulu oleh negara-negara Asia Tenggara, dan melakukan

usaha-usaha awa.l yang porlu untuk memperoleh pengakuan dan

ponghormatan bagi terwujudnya ZOPFAN, ceporti yang

tercan-tum dalam Deklorrsi Kuala Lumpur tahun 1971 :

that Indonesia, lialaysia, the Philippines, and Thailand [anggota ASKAJJ saat ituj are determined to exert initial­ ly necosoary offorto to cccuro the recognition of, and respect for, South-East Asia as a Zone of Peace, Freedom

and Neutrality, free from any form or manner of

inter-T A

(28)

Terence by outside Powers# 7

Usaha-usaha awal atau tahapan untuk mencapai tujuan Jang-

ka menengah ini harus lebih mudah diwujudkan, dan nendu-

kung usaha terciptanya gagaean ZOPFAN#

Bersamaan dengan itu, dunia lagl dlhadapkan pada

perkembangan perlombaan senjata nuklir antar negara-negara

"Super Pot/or" dan sekutu-sekutunya, di mana eonjata nuklir

ini digunakan untuk menangkal aerangan dari plhak lawan,

juga untuk memperkuat persenjataan yang sudah ada dan mem*

perkuat pertahanan mereka masing-masing#

Senjata nuklir ini mulal dlkembangkan pada tahun

1945 hingga 1949 oleh Amerika Serlkat yang telah meraono-

poll penguasaannya, dengan maksud untuk menangkal serangan

& au agresl, dan menunjukkan kemampuan persenjataan itu

kepada Uni Sovyet# Begitu pula seb&liknya Uni Sovyot me-

ngembangkan senjata nuklir ini untuk menambah kekuatan

sonjata konvenslonalnya#

Perkembangan senjata nuklir dari negara-negara "Su­

per Power" ini makin mengalami kemajuan dan perluasannya

selama tahun 1984# baik dari segi kualitas maupun

kuanti-19

^ASEAN Secretariat, "ZOPFAN Declaration ( Kuala Lunpur Declaration ) 27 Novowoer 1971, loc. cit»

Walter S# Jones dan Steven J, Rosen. The Logic of International JtalntionsP Fourth Edition, Little^rown and Company, Boston, 1982, h# 333#

(29)

tasnya. Dan perkembangan personjataan nuklir ini diikuti

oleh negara-negara lainnya yang telah mampu membuat eendiri

oenjata torsebut, dan dalam uji coba dapat melodakkannya

dengan berhasil, eeperti Inggris# Perancie, Cina, dan In­

dia.22

Akibatnya eebagian isi dunia ini hampir dipenuhi

oleh pangkalan-pangkalan nuklir dan senjata-senjata nuklir

Dilik negara-negara "Super Power11 beserta eokutunya* Ini

dapat dimengerti, karena porsenjataan nuklir dijadikan pri-

oritas pertahanan mereka, dan dianggap efisien dalam meng-

hancurkan easaran-easaran yang dituju*

Mengingat akan bahayanya bila perang nuklir pecah

di maea yang akan datang, mendorong maeyarakat internaslo—

nal untuk mencegah agar pereenjataan nuklir tidak dikuaaai

dan dibuat oleh banyak negara lagi. Karena jika perang nu­

klir itu pecah akan monimbulkan ketakutan umat manusia ter-

hadap akibat-akibat yang mengerlkan dari perang tersebut*

Tidak kurang dari Perserikatan Bangea-Bangea ( PBB )

sendiri nemperlihatkan keceraaet.nnya terhadap adanya perlom-

baan senjata nuklir antar negara-negara "Super Power11, dan

di dalam salah eatu bagian dari Dokumen Final Sidang Khuouo

21

21,

Stockhoii.Ti ^ ™ n H n! T S la’ Horld Armaments end Dlaaraannnt. Stockholm International Peace Roeearch Institute, London

and Philadelphia, 1985, h. if 1, 1

Walter S. Jones dan Steven J, Rosen, loc. cit.

(30)

Majelis Umum P13B X, Juni 1978, menyebutkan bahwa

persenja-taan nuklir merupakan bahaya terbesar dari umat ruanusla

dan kelangsungan hidup peradabannya, don karena ltu

per-lombaan senjata nuklir dalam soaua aspeknya harus dicegah p i

guna nenghlndarl terjadinya bencana tersebut, J Juga dl

dalam Resolusi 41/60, tanggal 3 Desember 1986* mengenai

Penlnjauan dan Pelaksanaan Perjanjlan dari Dokuaen

Keputuc-ar lalam Sidang Khusus ke-20 Majolie Umum ( Review and in*

plementatlon of the Concluding Document of the General

Assembly ), Bagion F ; Convention on the Prohibition of

the Use of Nuclear Weapons, raonyebutkon Majelis Umum I

Ponvlnced that nuclear disarmament In ossentlal for the prevention of nuclear war and for the -strengthen* lag of International peace and security*

Further convinced that a prohibition of the use or throat of use of nuclear weapons would be a step to­ wards tho complete elimination of nucloar weapons leading to general and complete disarmamentPundor strict and effective international control, ^

Tlndakati dari PBB ini dllkuti oleh negara-negara

yang tidak memllikl senjata nuklir, dengan menyatakan bah*

wa kawasan dari negara-negara ltu bebas dari persenjataan

nuklir atau kawasannya merupakan suatu daerah Zona Bebas

p x

Sutopo, "Non-Proliferasi dan Zona Bebas Son- jata Nuklir", Anftliaa. No. 6 Th. XV, Juni 1986 ( selanjut- nya disebut A.R. Sutopo III ), h, 455.

(31)

Senjata Nuklir* Beberapa kawasan yang telah menyatakan da-

erahnya sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir adalah 5 Afrika,

Amerika Latin, dan Paeifik Selatan,2-5 untuk daerah yang

dihuni manusia. Sedangkan untuk daerah yang tidak dihuni,

yang dinyatakan sebagai daerah yang tidak boleh digunakan

untuk percobaan peluncuran eenjata nuklir, adalah I Wila-

yah Antartika, Angkasa Luar, dan di Daoar Lautan.

Menyadari bahwa kawasannya sobagai wilayah yang stra-

tegls untuk porluaean pengaruh negara-negara "Super Power",

terutama dalam hal pengembangan senjata nuklir, dan juga

didasarkan pada ketakutan akan wilayahnya ltu nantl dijadi-

kan ajang percobaan eenjata nuklir oleh negara-negara pe-

iiiilik eenjata nuklir, terutama negara-negara "Super Power",

maka negara-negara ASEAN borusaha juga mewujudkan kawasan

Asia Tenggara eebarai kawasan boba3 senjata nuklir,

Gagasan Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata

Nu *ir ini pertama kali dicetuskan oleh dua negara anggota

ASEAN, yaitu Indonesia dan Malaysia, di Genova, dalam

(32)

rum Komi si untuk P*%rlucutan Senjata, pada tahun 1962*

loi gagasan ini adalah menjaga agar Asia Tenggara bebas da­

ri persenjataan nuklir, pangkalan nuklir, dan segala sesua-

tu yang berhubungan dengan senjata nuklir*

Qagasan Zona Bebas Senjata Nuklir inilah yang raeru-

pakan longkah awal guna mencapai Asia Tenggara sebagai ka­

wasan yang bebas, damaiv dan netral ( ZOPFAN )* Sebagai

langkah awal atau salah eatu tahapan untuk mencapai ZOPFAN,

gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini harus dikembangkan

dan dicapai dulu9 supaya gagasan ZOPFAN itu tidak "hilang"

karena adanya fceberapa masalah, eoperti masalah Kamboja*

Beberapa negara anggota ASEAN telah bersepakat un­

tuk menjadikan Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata

Nuklir sebagai satu tahapan untuk mewujudkan ZOPFAN, seper-

ti yang diucapkan oleh Mentor! Luar Negeri Indonesia saat

itu, Prof. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., pada 20th AS£AN

Ministeral Meeting and Post-Mlnieteral Conferences with the

Dialogue Partners, Singapura, 15 - 20 Juni 1987 :

• • • we believe thore is greater need to redouble our efforts and expedite the realisation of ZOPFAN* This we should do, inter alia by according priority to those component elements of ZOPFAN that are amenable to ear­ lier implementation such as the establishment of a nuclear-weapon-free-zone oncompaeing all of Southoaot

26

"Parlucut ji Senjnfca Penting untuk Kawasan Paeifik11,

Ko w p b b. 25 Noveaber 1988, h. VIZ.

(33)

Asia.2^

Dan Juga Presldon Suharto menegaskannya dalam pldatonya dl

KTT ASEAN III di Manila, Descmber 1987 l

I an pleased to note the significant progress mado by ASEAN in its efforts to establish the aforementioned xono that will cover all Southeast Asian countries. Including the progress made in the preparation of a Draft Agreement on Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zono. The effort of AS£AN to establish such a zone, which will bo an important contribution to peace and security in our region, must bo continued and intensi­ fied, even though the Kampuchean issue not been re­ solved . • « *

Negara Mai ysia juga menegaekan dukungannya, agar

gagasan Zona Bebas Nuklir dl Asia Tenggara ini dicapal

lo-bih dulu, dan morupakan prasyarat untuk mencapai ZOPFAN,

sepertl yang diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia

saat itu, Rithauddin, pada sidang pertama Panitia Tetap

ASEAN di Kuala Lumpur, tanggal 10 September 1984, bahwa

konsep Zona Bebae Senjata Nuklir itu dengan sendirinya

torpadu dalam konsep ZOPFAN di Asia Tenggara.2^

Gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini agar dapat

2?ASEAN Secretariat, "Opening Statement By H.E. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Foreign Minister of the Repu- S-1? ?f I?d2n®fia,!t ASEAN Ministeral Meeting and Poat-HjJllfl.tflrfil-gQnffirQnCflfi-Jfdth thftJlialogue Partner*^ Singa- pore, 15 - 20 June 1987, h* 21.

PR

ASEAN Secretariat, "Third ASEAN Summit held after 10 years", ASEAN Newsletterf No. 24, November - December 1987, h. 5.

(34)

terlakeana di Asia Tenggara, aerta dihargai oleh negara-

negara pemilik senjata nuklir dan negara-negara kawasan

Asia Tenggara sendiri, harus dikerabangkan dan dilakukan

tindakan-tindakan untuk mencapainya. Tindakan-tindakan ini

bertujuan, supoya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ini ti­

dak eebagai angan-angan saja dari negara-negara ASEAN,

3* Tlatiatan-tifltiflkflfl Vfl.tuk Terwu.ludnva zona Bebas San .lata

H U U i £

Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ( Nuclear Weapon

Free Zone ) di Asia Tenggara, yang diuaulkan oleh negara-

negara anggota ASEAN ini, harus diwujudkan. Karena ini me-

rupakan salah satu cara atau praeyarat untuk mencapai ZOP­

FAN. Sehingga Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971, yang ber-

isikan ZOPFAN itu ada kelanjutonnya,

Dalam Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 juga telah

disebutkan pentingnya mendirikan Zona Bebas Senjata Nuklir

di Asia Tenggara ..atuk meiabantu perdamaian dan keamanan

dunia, dengan cara mongurangi wilayah konflik internaaional*

Negara-negara anggota ASEAN, melalui kepala pemerin-

tahonnya maeing-masing, dalam KTT III, Manila, Philippiaa,

Desember 1987, telah bersepaktt, bahwa untuk mempergiat

usoha pencapuian ZOPFAN, harus terlcbih dahulu mendirikan

dengan eegera Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata Nu­

(35)

ASEAN ini tercantum dalam Deklaraai Manila ( The Manila

Declaration of 1987 )» dan ditandatangani oleh keenam

Ke-pala Pomerintahan anggota ASEAN* Lebih lengkapnya dalam

Deklaraai Manila disebutkan ;

And Do Hereby Agree ae FoIIo w b s Political Cooperation

5. ASEAN shall Intensify ito efforts toward the early establishment of a Southeast A8la Nuclear Weapon Freo Zono ( SEA NWFZ ), including the continuation of the consideration of all aspects relating to the establish**

Pencantuman dalam Deklarasl Manila tahun 1987 lnl

eaja, saya anggap maslh kurang untuk dapat melaksanakan

konsop Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara* Karena

yang tertuang dalam Deklaraai Manila tahun 1987 hanyalah

penegasan bahwa gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir itu ha­

m s dlvmjudkan lebih dulu, deni tercapainya Asia Tenggara

yang bebas, damai, dan netral* Bukan mengatur secara khu-

6uo tentang Zona Bobas Senjata Nuklir itu sendiri* Ini di-

oobabkan Deklarasl Manila tahun 1987 merupakan pernyataan

uaua, balk masalah okonomi, politik, sosial, dan sobagal-

nya, dari negara-negara anggota ASEAN* Dan Deklarasl Mani­

la tahun 1987 hanya mongikat bagi keonan negara anggota

ASEAN.

Agar gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir dl Asia

(36)

gara ini dapot tercapai, perlu ada tindakan atau usaha-

ueaha lanjutan. Tindakan atau usaha ini harus berdasarkan

pada Deklarasi Kuala Lumpur tahun 1971 dan Deklarasi Mani­

la tahun 1987, karena dari kedua deklarasi ini ditegaskan

pentingnya terwujudnya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir.

Tindakan atau usaha-usaha itu adalah dengan membuat

semacam perjanjian, yang mengatur secara khusus tentang

pelaksanaan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara.

Perjanjian itu dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN,

sebagai pelopor atau pencetus gagasan Zona Bebas Senjata

Nuklir, dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, juga

dengan negara-negara di luar kawasan Asia Tenggara yang

meoiliki persenjataan nuklir.

Perjanjian atau aturan ini bisa berbentuk semacam

deklarasi atau treaty, Karena pada dasarnya treaty dan

do-klarasi artinya sama saja, hanya istilahnya yang berbeda.

Henurut J.G. Starke, istilah treaty atau traktat itu ada

bermacam-macam, antara lain : konvensi, protokol,

persetu-juan, arrangement, statute, deklarasi, proses verbal, dan

lain sebagainya.^l Henurut Vienna Convention on the Law

of Treaties, tahun 1969* pasal 2, treaty adalah :

an international agreement concluded between States in written form and governed by international law, whether ombodied in a single instrument or more related instru­ ments and whatever its particular designation*

(37)

Sedangkan untuk Hdeklarasi", Stark© berpendapat mempunyal

artl :

a. Traktat atau treaty*

b* Dokumen tidak resmi, dilampirkan pada traktat atau konpensl, yang oentafsirkan atau menjelaskan ke- tentuan-ketentuan traktat atau konpensl itu.

C* Persetujuan tidak resmi mengenai hal-hal yang kurang pen ting, Deklaraai boleh atau tlclalt tia*h diratifi- kaai.*52

Melihat betapa pentingnya konaep Zona Bebas Senjata

Nuklir itu di Asia Tenggara, maka perlu dlbuat aturan atau

perjanjian yang sifatnya urauia. Tidak hanya aenjangkau ne­

gara-negara dl luar kawasan, khususnya yang mejnillkl sen­

jata nuklir. Oleh karena itu, leblh tepatlah bila perjan-

jian itu berbentuk treaty, karena jangkauannya lebih luaa*

Umpamanya seperti Treaty Karotonga, yang berisikan South

Pacific Nuclear Weapon Free Zone*

Sebenarnya, treaty ataupun deklarasl yang akan di-

laksanakan oleh ASEAN sebagai pelopornya, tidak menjadi

masalah* Asalkan keduanya mengatur tentang pencegahan pro-

Ilferas! personjataan nuklir, baik secara vertikal, yaitu

penyebaran persenjatann nuklir oleh negara-negara nuklir,

maupun prolifera£rJ nuklir secara horisontal, penyebaran

nuklir oleh negara-negara non nuklir* Juga treaty ataupun

di .tiaras! yang memuat ZBSU ( Zona Bebas Senjata Nuklir )

(38)

ini mengatur tentang pencegahan penempatan Benjata nuklir

di kawasan Asia Tenggara oleh pihak yang merabuatnya. Kare­

na hal-hal itulah mengapa Zona Bebaa Senjata Nuklir ingin

diterapkan dalam suatu kawasan.^ Yang perlu diatur pula

adalah masalah verifikaei ( penyelidikan ) yang efektif un­

tuk menjamin bahwa di kawasan itu tidak terjadi pelanggar-

an penggunaan senjata nuklir, baik oleh negara dalam kawas­

an itu, maupun oleh negara-negara di luar kawasan yang me-

miliki senjata nuklir.

Dengan adanya treaty atau deklarasi yang mengatur

masalah Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara ini,

tindakan lain yang dihtrapkan adalah adanya jaminan dan

penghargaan atau penghormatan dari negara-negara Asia Teng­

gara sendiri dan dari negara-negara pemilik senjata nuklir,

terutaraa dari negara-negara "Super Power11 yang memonopoli

Bistem persenjataan nuklir*

Jaminan, penghargaaa atau penghormatan itu bisa da­

lam bentuk ikut meratifikasi treaty atau deklarasi itu bi-

la terbentuk, atau tidak meratifikaai tetapi ikut tunduk

pada treaty atau deklarasi itu. Ini biasanya diaebut peng-

akuan secara diam-diara. Tujuannya aama yaitu ikut menjaga

agar kawasan Asia Tenggara bonar-benar bebas dari persen-

jt aan nuklir, pangkalan senjata nuklir, dan eegala

(39)

t ' yang berhubungan dengan senjata nuklir*

Jaminan dan pengharagaan ini mempengaruhi perkembang­

an gagaean Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara di

masa yang akan datang. Bila ada jaminan dan penghargaan

dari negara-negara Asia Tenggara eendiri dan negara-negara

luar kawasan, terutama dari negara-negara "Super Power",

maka gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara da-

pat tercapoi. Tetapi bila tidak ada jaminan atau penghar­

gaan dari negara-negara itu, yang terjadi adalah aebalik-

nya# Oleh karena ltu dalam Bab-bab aelanjutnya saya akan

membahaa bagaimana sikap dan kondisi dari negara-negara

Asia Tenggara, Juga pandangan dan strategi global kedua ne-

gara "Super Power" di Asia Tenggara* Karena hal-hal terae-

but yang relevan dalam penentuan apakah konsep Zona Bebas

Senjata Nuklir di Asia Tenggara dapat tercapai,

Negara-negara lain di luar kawasan dan bukan terma-

suk negara-negara "Super Power" tidak saya bahas dalam pem-

bahasan skripsi ini, karena kebanyakan negara itu menyambut

adanya konsep Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara,

Seperti RRC, Korea Utora, negara-negara Non Blok, Selaadie

Baru, dan yang lainnya,^ Dan juga nejara-negara ini tidak

mempunyai pengaruh yang begitu ponting di Asia Tenggara,

^Soetarjo, Isa*.

(40)

B A B III

SIKAP DAN KONDISI NEGARA-NEGARA

DI ASIA TENGGARA

1* Negara-negara ASEAN

ASEAN yang dibontuk pada tahun 1967 oloh negara-

negara dl kawasan Asia Tenggara, dengan Deklarasl Bangkok

tahun 1967* bertujdan untuk raombina hubungan kerjasama re­

gional di antara negara-negara Asia Tenggara* Kerjasama

regional Itu adalah dalan bldang okonomi, aooial, dan bu-

daya, sebagalmana yang tercantum dalcun deklarasl tersebut*

Oleh karena itulah, negara-negara anggota ASEAN pada tahun-

tahun pertama berdirinya ASEAN, berusaha neningkatkan ker­

jasama ini sesuai dengan keadaan negara-negara anggota

ASEAN ( saat itu adalah : Indonesia, Malaysia, Phllipplna,

Singapura, dan Thailand') sebagai negara yang berkembang#

Dalam perkembangan selanjutnya, kerjasama ini tidak

hanya dalam bidung okonomi, sosial, dan budaya, tetapl juga

dalam kerjasama regional bidang politik* Dan nampaknya ker­

jasama politik ini lebih mononjol dalam kegiatan yang

di-lakukan oleh ASEAN. Kerjasama politik ini telah dicantum-

kan dalam Deklarasl Kesepakatan Bersama ( Declaration of

ASEAN Concord ), 24 Pebruari 1976* di Bali, Indonesia*

Da-lam Deklarasl ini yang ditandatangani oleh kelima kepala

pemerintahan negara anggota ASEAN, disebutkan s *' * * «

(41)

5* Improvement of ASEAN machinery to strengthen political

cooperation"*-^

Kerjasama politik dimasukkan juga dalam kerjasama

ASEAN ini disebabkan sebeluiL ASEAN terbentuk dan sebelum

negara-negara Asia Tenggara merdeka, keadaan politik dan

koamanan di Asia Tenggara belum stabil, Negara-negara asing

dari luar kawasan turut campur dalam masalah internal ka­

wasan, juga menjajah negara-negara dalam kawasan Asia Tong-

gara* Ditambah dengan keadaan dalam negeri dari negara-

negara Asia Tenggara sendiri yang belum stabil, adanya

pon-•

berontakan di dalam negeri, pertentangan atau konfrontasi

antar negara kawasan sendiri*

Menghadapi keadaan yang demikian, maka negara-negara

Asia Tenggara berusaha mengatasinya dengan kerjasama re­

gional* Sebab dengan kerjasama regional, khususnya kerja-

sama politik, terrasuk di dalamnya kerjasama keamanan, ko-

inginan hidup bersama dalam kedamaian dan bersahabat dapat

t i capai, Seperti yang dikatakan oleh Hoealan Abdulgani,

" * * . regionalism must have a common desire to live to­

gether in peace and in good-neighbourlinoes within the

framework of regional s o l i d a r i t y "*36

33

(42)

Salah satu kerjasama regional dalam bldang politik

yang telah dan ten^ah dllakukan oleh ASEAN adalah perwujud-

an Asia Tenggara menjadl kawasan yang bebas, damai, dan

ne ral ( ZOPFAN )* Oleh karena perwujudan ZOPFAN ini mem-

butuhkan waktu yang sangat lama, ditambah dengan adanya

masalah Kamboja yang belum terselesaikan, yang mengakibat-

kan campur tangan dari negara-negara luar kawasan Asia Teng­

gara, ASEAN telah merumuskan salah satu tahapan untuk men-

capal ZOPFAN, yaitu dengan menjadikan kawasan Asia Tengga­

ra sebagai kawasan yang bebas senjata nuklir#

Konsep Zona Bebas Senjata Nuklir dl Asia Tenggara

ini# agar dapat tercapai perlu ada usaha-usaha untuk me-

ngembangkannya. Dan salah satu pongembangannya adalah di-

jadlkan aturan tersendiri dalam sebuah perjanjian semacam

treaty atau deklarasl yang mengatur masalah Zona Bebas Sen­

jata Nuklir. Untuk itu dibutuhkan adanya jaminan dan peng-

hargaan atau sikap menghorraatl aturan itu bila terbentuk,

dari negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara luar ka­

wasan pemilik persenjataan nuklir#

Negara-negara anggota ASEAN sebagai bagian dari ne­

gara-negara di kawasan Asia Tenggara, dan sebagai pelopor

adanya ide gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Teng­

gara, haruBlah pertama kali menunjukkan sikap menghargai

perjanjian ( deklarasl atau treaty ) yang berisikan tentang

(43)

dapat dimengerti, karena ada pendapat yang mengatakan,

"Siapa yang mengusulkan, dielah yang harue pertama kali

melaksanakan usul itu",

Sikap raenghargai atau menghormati perjanjian yang

harua dilakukan oleh necara-negara ASEAN adalah melaksanfa.

kan isi perjanjian itu. Antara lain, tidak ada negara ang­

gota ASEAN yang raengerabangkan persenjataan nuklir dengan

usaha eendiri atau dengan bantuan negara lain. Juga menun-

jukkan eikap bahwa negaranya tidak ingin dijadikan pangkal-

an senjata nuklir milik negara-negara "Super Power" dan

negara lain pemilik senjata nuklir. Sikap yang lain ada-

1 . melarang secara bersaiaa atau sendiri segala perbuatan

yang berhubungan dengan persenjataan nuklir.

Salah satu langkah untuk menunjukkan sikap menghar-

gai perjanjian itu, telah diruwuskan dalam Joint Press

Statement Meeting of the ASEAN Heads of Government, Manila,

14 - 15 Desember 1978, bahwa pendiriau Zona Bebas Senjata

Nuklir oleh ASEAN adalah untuk membantu tercapainya keda-

maian dan keamanan dl Asia Tenggara, Lebih lengkapnya da­

lam Joint Press disebutkan :

(44)

security in Southeast Asia • • •

Sikap yang harus ditunjukkan oleh negara-negara

ASEAN dalam menghargai sebuah perjanjian mengenai Zona Be-

has Senjata Nuklir di Asia Tenggara, menentukan apakah

perjanjian ( doklcraei etau treaty ) itu dapat terlaksana

atau tidak. Dan aikap ini borhubungan dengan kondisi ma-

sing-masing negara anggota ASEAU,

Kondisi negara-negara anggota ASEAN adalah hampir

soma koadaannya, ialah negara-negara aiiggota ASEAN merupa-

kan negara-negara yang sedang berkembang dan sibuk raeng-

urusi pembangunan dalam negerinya masing-maeing, aetelah

sekian lama menjadi jajahan dan koloni bangea lain,

kecua-li Thailand yang tidak pernah dijajah* Dengan kondisi yang

demikian ini, sulit bagi negu^-negara AttEAN untuk ikut

terlibat dalam maeal&h perlombaan senjata, terutama per­

senjataan nuklir. Karena untuk j&engmbangkan personjataan

nuklir merabutuhkan biaya yang tidak sedikit, sedangkan kon­

disi negara-negara ASEAft i&erabutuhkan biaya yang sangat ba-

nyak untuk pembangunan dalam negerinya. Ini dilihat dari

sf i pembiayaannya. Dari segi kondisi keamnanan dalam ne­

geri, negara-negara anggota ASEAN tidak ingin pengalaman

ikut campurnya ne^era lain torulang keiabali, Sehingga

ne-57

(45)

negara-negara anggota ASEAN berusaha agar tidak terlibat

dalam masalah perlombaan eenjata, karena ini mengundang

campur tangan negara aslng dl kawasan Asia Tenggara*

Dilihat dari segi kondisi negara-negara anggota

ASEAN yang demikian itu, mendukung sikap untuk menghargal

trrwujudnya gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Teng­

gara* Namun dengan kondisi yang seperti dl atas tadi, ma-

slh adanegara anggota ASEAN yang tidak menunjukkan sikap

aenghargai gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini terwujud

dl Asia Tenggara. Negara Itu adalah Thailand dan Slngapura*

Thailand dan Singnpura adalah yang disebut-sebut

oleh banyak kalangan, termasuk Manterl Luar Negerl Amerika

Serikat, George Shultz, sebagai penentang pembentukan Asia

Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir*^® Bahkan Thai-i

land telah menbuka kembali depot-depot militer AS yang te­

lah tidak berfungei selama tahun terakhir ini, untuk mela-

yani pasukan gerak cepat Amerika Serikat, sekallgus men-

jadl tempat penimbunan senjata-senjata milik negara Ameri-IIQ

ka Serikat. Sikap Thailand ini bisa menjauhkan kesepakat-

an ASEAN mengenai pencap^ian gagasan Zona Bebas Senjata

Nuklir di Asia Tenggara,

Adanya pangkalan militer milik Amerika Serikat di

(46)

Philippina biea juga mempengaruhi tercapainya gagasan Zona

Bebaa Senjata Nuklir, bila pangkalan militer itu dijadikan

pangkalan militer itu dijadikan pangkalan persenjataan nu­

klir dan tempat penimbunan senjata nuklir oleh Aaerika Se-

rikat. Karena letuk pangkalan militer Amerika Serikat Ini

sangat Btrategie dan dapat membantu kelancaran pengangkut-

an persenjataannya,

Menghadapi keadaan yang demikian, maka dibutuhkan

sikap keterbukaan dari negara-negara anggota ASEAN, Negara-

negara anggota AiiEAN harus jujur Batu eama lain mengenai

perbedaan-perbedaan pandangan, kepentingan dan horapan ter-

hadap rencana pembentukan gagaean Zona Bebas Senjata Nuklir,

Dengan adanya sikrp jujur dan terbuka di antara negara-

negara anggota ASEAN ini, biaa dibicarakan mengenai penting-

^ perabentukfin gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir dan men-

jadikannya dalam suatu bentuk perjanjian internasional,

semacam deklarasi atau treaty yang mengatur masalah Zona

Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara,

Dalam ASEAN telah dlkenal adanya kesepakatan beraa-

ma atau konsenous dari negara-negara anggota ASEAN jika

menghadapi persoalan yang membutuhkan adanya penyelesaian,

Begitu pula dalam menghadapi sikap Thailand dan Singapura

yang menentang ide Zona Bebas Senjata Nuklir, negara-negara

anggota AjEAN lainnya bisa memberikan pandangan mengenai

(47)

A& ji Tenggara kepada kedua negara tersebut* Jika kedua ne-

gara tersebut tetap tidak mendukung gagasan ini, hendaknya

tidak diikuti dengan sikap yang dapat menghambat tercapai­

nya gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini, misalnya mengun-

dang atau memperbolehkan negara asing mengggunakan wilayah-

nya untuk dijadikan pangkalan militer, Karena perwujudan

gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir ini telah menjadi kesepa-

katan negara-negaru ASEAN, dan untuk itu perlu dukungan da­

ri semua negara ASEAN, walaupun ada beberapa negara menen­

tang gagasan tersebut.

Begitu pula dalam menghadapi perraasalahan pangkalan

militer Amerika Serikat di Philippina yang dianggap meng­

hambat tercapainya ZOPFAN, negara-negara anggota ASEAN harus

bersikap hati-hati untuk tidak cepat mengatakan bahwa pang­

kalan militer itu harus ditiadakan, demi tercapainya ZOPFAN*

Walaupun masalah pangkalan militer ini adalah masalah an­

tara Philippina dengan Amerika Serikat, naraun negara-negara

Asia Tenggara terutnma negara-negara ASEAN ikut pula mera-

sakan kehadiran pangkalan militer itu.

Adanya pangkalan militer ini menimbulkan dilema, ka­

rena pangkalan militer ini meskipun dianggap menghambat ter­

capainya ZOPFAK, tetapi sebenarnya negara-negara ASEAN oasih

in- 'n agar pangkalan militer itu tetnp ada, Maksudnya agar

dapat raelindungi negara-negara anggota ASEAN dari bahaya

(48)

Asia Tenggara.*^

Untuk menjaga agar gagasan ZOPFAN tidak "hilang",

maka dengan adanya gagasan Zona Bebas Senjata Nuklir di

Asia Tenggara, pangkalan militer Amerika Serikat ini diha-

rapkan tidak menyimpan persenjataan nuklir dan segala se-

suatu yang berhubungan dengan senjata nuklir# Philippina

sebagai negara yang ditempati pangkalan militer ini, telah

membuat RUU Antinuklir, dengan tujuan untuk membantu ter-

c? tanya Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara dan

mencegah agar Amerika Serikat tidak menempatkan senjata

nuklir di pangkalan millternya*^

Sikap dari negara-negara ASEAN yang menghargai ga­

gasan Zona Bebas Senjata Nuklir dijadikan suatu perjanjian

( deklarasi atau treaty ) dengan cara melarang penempatan

senjata nuklir, adanya pangkalan nuklir, dan menahan diri

untuk tidak ikut terlibat dengan negara asing dalam masa­

lah senjata nuklir, harus dlikutl oleh negara-negara Asia

Tenggara lainnya. Agar dapat perjanjian itu tercapai di

Asia Tenggara, dan Zona Bebas Senjata Nuklir terwujud dl

Asia Tenggara*

, ;£A.£adi» Dlleiaa Pangkalan Militer AS di Fili- plna bagi ASEAN *Suatu Tanggapan untuk Sabam Siagian". jforapag. 8 Januari 1988, h. IV - V.

(49)

Keikutsertaan negara-negara Aaia Tenggara lainnya

eangat dibutuhkan, karena kepentingan tercapainya Zona Be-

baa Senjata Nuklir ini bukan untuk ASEAN Baja, tetapi uatuk

semua negara di Aaia Tenggara. Dengan bantuan negara-negara

Asia Tenggara lainnya tentunya akan lebih mudah pencapaian

gagasan ini. Oleh karena itu perlu dLketahui keadaan nega-

ra-negara Aaia Tenggara lainnya, apakah mendukung tercapai­

nya gagaaan Zona Bebas Senjata Nuklir ini atau tidak.

2. Perkembangan- di Indocina

Negara-negara Aaia Tenggara aelain negara-negara

ASEAN, adalah negara-negara Indocina. Yaitu negara ; Kam-

boja, Laos, dan Vietnam. Ada satu negara yang bukan anggo­

ta ASEAN, dan bukan termasuk negara di Indocina, yakni ne­

gara Burma.

Dalam kaitan dengan uaaha pencapaian tervujudnya

kawasan Asia Tengr**ra yang bebas, damai, dan netral ( ZOP­

FAN ), termasuk uaaha menjadikan kawaaan Asia Tenggara ae-

bu^ai Zona Bebas Senjata Nuklir, maka yang aaya bahaa ada­

lah mengenai Kamboja. Karena pertentangan di Kamboja ini

mempengaruhi keamanan dan kedamaian negara-negara Aaia Teng­

gara lainnya, terutama bagi keamanan di Indocina.

Perkembangan di Indocina aekarang ini dltandai de­

ngan pergolakan yang terjadi di negara Kamboja atau Kampu­

(50)

25 Desember 1978, di mana realm Pol Pot yang berkuaea di.

Kamboja digulingkan oleh Vietnam,**2 aituasi di Indocina

semakin tidak meneatu.

Penyerbuan Vietnam ini dianggap oleh masyarakat in-

ternasional sebagai pelanggaran Hukum Internasional, kare­

na menganggap Vietnam mencampurl urusan dalam negerl nega­

ra lain# Tetapi Vietnam tidak perduli, karena tindakannya

lnl didahului dengan rezlm Pol Pot telah memasukl wilayah-

nya aejauh 30 km dengan bantuan RRC, yang merupakan musuh

Vietnam,^ Vietnam menganggap tindakannya itu merupakan

jasa Internasional, karena telah menggullngkan aeorang pe-

nguasa yang telah menjagal satu sampal dua juta penduduk

Kamboja,

Akibat penyerbuan Vietnam ini, timbul gerakan per-

lawanan di Kamboja, yang bertujuan mengusir Vietnam keluar

duri Kamboja, Gerakan perlawanan ini tidak menjadi masalah

jika dilakukan rakyat Kamboja sendiri, Tetapi kenyatannya

gerakan perlawanan ini, terutama Khmer Merah dibantu oleh

RRC, sedangkan Vietnam dibantu oleh salah satu negara "Su­

per Power", Uni Sovyet. Karena melihat Uni Sovyet terlibat

dalam masalah Kamboja, maka Amerika Serikat tidak tinggal

^2Kirdi Dipoyudo, "Konflik Kamboja-Vietnam daa Akar- akarnya", Anallsa. No. 8 Th. VIII, Agustus 1979, h. 645.

(51)

diam eaja dan membantu PRC, yang telah rujuk dengr lya#

Sohingga di kawasan Indocina, terutnma di Kamboja, hadir

kekuatan negara-negara luar kawasan, terutama negara-nega­

ra "Supor Power"* Ini semua membuat masalah Kamboja men-

jadi konflik regional,^ karena banyaknya negara asing

yang terlibat.

Hadirnya negara-negara luar kawasan Asia Tenggara

Jelas bertentangan dengan koinginan ASEAN untuk menjadikan

kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang bebas, damai,

dan netral dari pengaruh negara-negara luar kawasan* Dan

jika masalah Kamboja tidak tereelesaikan, maka gagasan

ZOPFAN tidak dapat tercapai* Oleh karena itu, dikatakan

oleh Roeslan Abdulgani bahwa masalah Kamboja, Mie the main

sumbling-block in the way of realization of peace in South-

East AeiaV,^5

Berbagai upaya telah dilakukan oleh ASEAN agar kon­

flik Kamboja dapat terselesaikan, dan Vietnam segera kolu-

ar dari Kamboja, karena ASEAN menentang intervensi Vietnam

di Kamboja, Upaya-upaya itu antara lain, adalah ASEAN ikut

membantu terbentuknya Pemerintah Koalisi Demokratik Kaabo-

Ja, pada tahun 1982, di mana p?merintahan ini yang diakui

sebagai wakil Kamboja di PBB, bukan pemerintah yang

(52)

rang memerintah di Kamboja, yakni Pemerintah Republik Rak-

yat Kamboja ( PRK ) yang di bawah dukungan Vietnam#

ASEAN juga menjadi penengah antara kelompok perla­

wanan Kamboja, yang tergabung dalam Pemerintah Koalisi De-

mokratik Kamboja, dengan Pemerintah Vietnam maupun dengan

Pemerintah Republik Rakyat Kamboja, dalam rangka membantu

penyelesaian masalah Kamboja, dan tercapalnya kedamaian di

Indocina*

Ueaha lain A S E A N yang terakhir adalah mengadakan pe *emuan Informal antara kelompok-kelompok perlawanan,

Vietnam, dan pemerintah yang berkuaea dl Kamboja ( PRK ),

Pertemuan informal itu dikenal dengan nama Jakarta Infor­

mal Meeting ( JIM ), yang diadakan di Bogor, 25 - 28 Juli

1987. Dalam pertemuan itu kelompok perlawanan ( Front Ke-

aatuan Nasional Kamboja, FUIfC, dlwakili Norodom Ranariddh,

Front Pembebaean Rakyat Kamboja, KPLNF, dlwakili Son Sann,

dan Khmer Merah dlwakili Khieu Samphan ) mengadakan pembi-

caraan dengan Pemerintah Republik Rakyat Kamboja ( PRK ),

dlwakili Perdana Menterl Hun Sen, Kemudian pertemuan di-

lanjutkan antara kelompok perlawanan tadi, PRK, dan negara-

negara yang berkepentingan terhadap masalah Kamboja, eeper-

ti Vietnam, Laos, den kotua delegasi negara-negara ASEAN.

ASEAN raenghurapkan agar dalam pertemuan yang "santai"

ini, maeing-masing plhak dapat mengeluarkan pendapatnya dan

(53)

terwujudnya kedamaian di Indocina, Yaitu antara lain de- ,

ngan penarikan mundur tentara Vietnam, pelaksanaan pemilu

di Kamboja di bawah pengawacan badan internasional, dan

pengawasan oleh pasuk&u internasional penjaga perdamaian

di Kamboja.'*6

Uaaha-usaha demi tercapainya perdamaian di Indocina

teruB dilakukan oieh ASEAN, agar gagasan ZOPFAN dapat ter-

capai di Asia Tenggara* Misalnya : rencana mengadakan JIM

tahap II, Februari 1989 mendatang* Tetapi usaha-usaha ini

tergantung dari negara-negara Indocina itu sendiri, apakah

mereka benar-benur beruiat menyelesaikan masalah Kamboja

dengan segera atau tidak* tfang dikehendaki eemua pihak ada­

lah terwujudnya pemerintahan di Kamboja yang netral,^ di-

perintah oleh rakyat Ka*boja oendirl dan tanpa bantuan,

atau campur tangan negara lain,

Kenglngat yenyelesaian konflik Kamboja ini belum

diketahui kapon berakhirnya, dan membuat realisasi gagasan

Z^ ^AN agak terluiMbat, Maka dengan adanya gegasan Zona Be­

bas Senjata Nuklir di Asia Tenggara dapat membuat ide ZOP­

FAN tetap ada, karena konsep Zona Bebas Senjata Nuklir ada­

lah salah satu cara atau langkah tercapainya ZOPFAN*

Keinginan agar gagasan Zona Bebaa Senjata Nuklir di

^"Laporan Utama Mengenai Jakarta Informal Meeting", Tempo. No. 22 Th* XVIII, h. 22 - 31*

(54)

Asia Tenggara ini likerabangkan inenjadi suatu aturan tersen-

diri seraacam deklarasl atau treaty, perlu mendapat dukung-

aji dari negara-negara Asia Tenggara sendiri, termasuk ne­

gara-negara Indocina* Yaitu beraikap tidak ingln terllbat

pembuatan eenjata nuklir, melarang ditempatl wilayahnya

menjadi pangkalan nuklir, dan menjauhi kegiatan yang ber-

hubungan dengan senjata nuklir,

Vietnam yang secara nyata raenghambat tercapainya

ZOPFAN karena penyerbuannya ke Kamboja, diharapkan oleh

ASEAN untuk menghormati dan melaksanakan gagasan Zona Bebas

Senjata Nuklir ini, Supaya gagaBon ini dapat dikembangkan

menjadi suatu deklarasi atau treaty,

Tindakan yang harua dilakukan oleh Vietnam hanyalah

mentaati tujuan gagasan ini, yaitu tidak nembuat senjata

nuklir sendiri atau dengan bantuan negara lain, dan menya-

rankan sekutunya, Uni Sovyet untuk tidak menyimpan senjata

nuklir di wilayah Vietnam,

Bagi Vietnam tentunya lebih mudah menerima gagasan

Zona Bebas Senjata Nuklir daripada mentaati prinsip-prineip

ZOPFAN, Karena Vietnam tidak ingin keterlibatannya di Kam­

boja dikatakan sebagai ikut carapur tangan dalam negeri ne­

gara lain* Vietnam monganggap bahwa keterlibatannya itu

adalah untuk menjoga kepentingan nasionalnya, yaitu untuk

melawan RRC dan sekutunya, Khmer Merah,

(55)

akan lebih mudah raenjalankan gagasan Zona Bebas Senjata

Nuklir, karena keadaan dan kemampuan negara-negara itu yang

tidak mengutamakan masalah pengembangan persenjataani te­

tapi lebih mementingkan keamanan dan kesejahteraan rakyat-

nya masing-masing. Satu lagi negara yang di luar ASEAN dan

di luar Indocina* yakni Burma juga pastl menerima gagasan

ini, Karena Burma adalah negara yang tidak mau menerima

pengaruh asing, dan sampai sekarang tidak mau masuk dalam

kerjasama regional manapun. Sehingga Burma mendapat juluk-

an negara paling netral dari segala barisan negara-negara

netral di dunia,^®

Dengan dukungan dari negara-negara Asia Tenggara,

maka treaty atau deklarasl mengenai Zona Bebas Senjata Nu­

klir lebih mudah untuk diwujudkan, Sekarang tinggal bagai-

mana sikap negara-negara "Super Power" yang memiliki per­

senjataan nuklir yang hebat terhadap tlmbulnya gagasan ini.

(56)

B A B IV

SIKAP DAN KEPEIJTINGAN NEGARA-NEGARA

"SUPER POWER" DI ASIA TENGGARA

1* Pandangan Amerika Serikat Terhada-p JVela Tenggara

Amerika Serikat yang berpaham liberal, muncul eeba-

ga* jalah satu kekuatan tersendiri setelah berakhirnya Pe-

rang Dunia II* Kekuatan yang lain adalah Uni Sovyet, dengan

paham sosialienya. Kedua negara ini adalah sekutu, pada

waktu Perang Dunia II berlang6ung dan sama-sama mengalah-

kan kekuatan Nazi Jerman.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, kedua negara

ini saling bereelicih dan berkombang menjadi Perang Dingin

di antara mereka. Sebab timbulnya pertentangan ini adalah

Amerika menganggap Uni Sovyet tidak mau melakukan demobili-

eaei, tetapi molahan mempertahankan pasukannya di Eropa*

Sedangkan Amerika Serikat dan negara Barat lainnya telah

melakukannya pada waktu berakhirnya Perang Dunia 11*^

Juga sifat dan idoologi Uni Sovyet yang dianggap ancaman

oleh Amerika Serikat. Kedua negara ini akhirnya dengan ke­

kuatan porsenjataannya yc*ng maju menjadi negara-negara

"Su-li.9

^7J. Soedjati Djiwandono, "Perdebatan Masalah Stra- tegi", Analisa. Ho. 6 Th. XV, Juni 1986, h. if31.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis peta kerawanan dan observasi yang dilakukan di lapangan faktor penyebab kerawanan longsor tebing Sungai Code penggal Banteng-Gondolayu yaitu derajat

Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi terhadap alur pelayanan kesehatan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), maka diketahui kegiatan pokok per

Dede Rusmawati, Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give dengan Make A Match pada Sub konsep

Abstrak: Peran Organisasi Regional Dalam Pemeliharaan Perdamaian dan Keamanan Internasional. Hukum internasional telah mengatur sejumlah mekanisme dalam rangka

Peneliti : “Dari soal nomor 4 (tariklah kesimpulan dari pernyataan berikut!) Untuk soal 4a (sambil menunjuk soal 4a) apa yang kamu ketahui?” Siswa : “Jika saya rajin belajar maka

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat variasi (keragaman fenotipe yang luas) diantara aksesi yang diamati pada karakter panjang daun dan kemiringan daun pada tanaman. Hal ini

Dari segi pemahaman, penghayatan dan pengamalan, hanya aspek bahasa sahaja yang berada pada tahap masih kekal jati diri, manakala enam jati diri lain yang dikaji (agama, ilmu,

Penelitian yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Arjawinangun Kabupaten Cirebon bertujuan untuk memperoleh data tentang bagaimana kebiasaan merokok