• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi dan karakterisasi buah-buah lokal Sumatera Barat yang terancam punah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eksplorasi dan karakterisasi buah-buah lokal Sumatera Barat yang terancam punah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON

Volume 3, Nomor 1, Februari 2017 ISSN: 2407-8050

Halaman: 117-126 DOI: 10.13057/psnmbi/m030120

Eksplorasi dan karakterisasi buah-buah lokal Sumatera Barat yang

terancam punah

Exploration and characterization of endangered West Sumatra local fruits

NURWANITA EKASARI PUTRI♥, ARIES KUSUMAWATI♥♥, NUR OKTAFIANI AZHAR, ETTI SWASTI♥♥♥

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Andalas University. Kampus Unand Limau Manih, Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Tel./Fax. +62-0751-72701, ♥email: nurwanita2004@yahoo.com; ♥♥arieskusumawati@ymail.com;♥♥♥ettiswasti14@yahoo.com

Manuskrip diterima: 1 September 2016. Revisi disetujui: 14 Februari 2017.

Abstrak. Putri NE, Kusumawati A, Azhar NO, Swasti E. 2017. Eksplorasi dan karakterisasi buah-buah lokal Sumatera Barat yang

terancam punah. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 3: 117-126. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengkarakterisasi

buah-buah lokal Sumatera Barat. Informasi hasil karakterisasi tanaman buah lokal ini sangat penting untuk pemanfaatan buah lokal di program pemuliaan tanaman. Kegiatan ini dilaksanakan bulan Juli - Desember 2015 di Padang, Pariaman, dan Kab. Darmasraya. Penelitian dilaksanakan melalui survey dengan pengambilan contoh secara sengaja (Purpossive sampling). Identifikasi dan karakterisasi

tanaman dilakukan pada seluruh atau bagian tanaman termasuk buah dan bijinya (jika ada). Hasil penelitian eksplorasi menunjukkan bahwa buah-buah lokal yang ada sekarang umumnya ditemui di kebun milik warga yang mana beberapa puluh tahun lalu banyak ditanam di halaman rumah. Berdasarkan eksplorasi telah ditemukan buah-buah lokal, yaitu Padang: jambu kaliang dan sirukam; Pariaman: kapunduang; Darmasraya: kasai, bidaro, santua, dan cupak. Beberapa tanaman buah lokal menunjukkan keragaman fenotipe yang luas pada beberapa karakter. Beberapa biji dari buah-buah lokal telah dibibitkan dalam rangka konservasi.

Kata kunci: Eksplorasi, karakterisasi, buah lokal, Sumatera Barat

Abstract. Putri NE, Kusumawati A, Azhar NO, Swasti E. 2017. Exploration and characterization of endangered West Sumatra local

fruits. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 3: 117-126. This research aimed to explore and characterize of local fruits in West Sumatera.

The information of its characterization will be important for utilization of local fruits in plant breeding program. It was conducted on July – December 2015 in Padang, Pariaman, and Darmasraya District. It was done by survey method using purposive sampling. Identification and characterization had been done to entire or part of the plant including its fruit and seed (if available). The result of this exploration showed that local fruits nowadays found only in the garden of the societies even though it was mostly planted around their house (backyard). Based on the exploration, it had been obtained local fruits i.e Padang: jambu kaliang and sirukam; Pariaman: kapunduang; Darmasraya Regency: kasai, bidaro, santua, and cupak. Some of the local fruits showed a broad variability in some characters. Some seeds of local fruit had been planted in the nursery in order to ex –situ.

Keywords: Exploration, characterization, local fruit, West Sumatra

PENDAHULUAN

Produksi buah nasional seperti pisang, mangga, jeruk, nenas, dan durian meningkat pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini mendukung meningkatkanya nilai ekspor dari buah-buah nasional dan tercatat 20 komoditi buah diekspor dengan nilai US $ 35.98 juta (BPS, 2015). Namun produksi buah-buah tersebut tidak termasuk buah-buah-buah-buah lokal spesifik yang nilai produksinya tidak dilaporkan. Rohyani et al. (2015) menyatakan buah-buah lokal memiliki bentuk dan cita rasa yang sangat khas sehingga memiliki potensi yang sangat tinggi menggantikan buah impor yang banyak beredar dan pengembangannya dapat memperkuat ketahanan pangan nasional.

Dominansi buah-buahan impor dari waktu ke waktu semakin mengancam keberadaan buah-buahan lokal. Lebih mengkuatirkan lagi, hal ini sudah sampai

merubah/merusak mind set masyarakat khususnya generasi

muda, dimana buah-buah seperti apel, anggur, pear, kiwi dan berbagai buah impor lainnya lebih disukai dibanding buah lokal. Kuatnya arus globalisasi menjadi faktor persoalan ini sulit diatasi.

Pergeseran buah lokal oleh buah impor tersebut menyebabkan terancamnya keberadaan sumberdaya genetik (plasma nutfah) buah-buahan lokal, sehingga yang terjadi sekarang, adalah semakin langkanya jenis-jenis buah-buahan lokal dan pada suatu saat akan menuju kepunahan jika tidak segera dilakukan konservasi. Populasi buah yang dahulunya banyak menjadi semakin sedikit dan ditakutkan hilang bahkan punah. Beberapa Sumatera Barat termasuk wilayah yang kaya akan keanekaragaman jenis buah-buah local yang pada sekitar 30 tahun yang lalu masih bernilai ekonomi dan diperdagangkan di pasar-pasar terutama pasar tradisional.

(2)

Sebagai antisipasi dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan penyelamatan terhadap sumber daya genetic lokal. Chahal dan Gosal (2003) menegaskan kehilangan sumber daya genetik tidak hanya menyebabkan terbatasnya perbaikan karakter tanaman namun juga memperbesar resiko kehilangan tanaman akibat penyakit baru dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Mangoendidjojo (2003) menyatakan eksplorasi dan konservasi perlu dilakukan untuk menyelamatkan sumber daya genetik tanaman dari kepunahan sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut.Upadhyaya et al. (2008) menyampaikan bahwa konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik merupakan komponen penting dalam koleksi eksitu. Uji (2007) mengemukakan bahwa kualitas dan produksi buah-buahan asli Indonesia dapat ditingkatkan melalui kegiatan pemuliaan.

Kegiatan eksplorasi merupakan tahap awal untuk mengetahui keberadaan dari plasma nutfah buah lokal. Eksplorasi adalah kegiatan mencari, mengumpulkan, serta meneliti jenis varietas lokal tertentu (di daerah tertentu) untuk mengamankan dari kepunahannya. Langkah ini diperlukan guna menyelamatkan tanaman lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya. Sutoro (2008) menyatakan bahwa eksplorasi telah banyak dilakukan pada tanaman yang terancam punah disetiap provinsi di Indonesia yang dikelola oleh BB Biogen. Soedomo (2000) menegaskan bahwa identifikasi sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif dari suatu plasma nutfah dapat dilakukan melalui karakterisasi.

Penelitian ini bertujuan menghimpun informasi tentang keberadaaan berbagai jenis buah-buahan lokal Sumatera Barat dan melakukan karakterisasi dan koleksi terhadap benih-benih atau bibit sebagai upaya konservasi in situ dan ex situ.

BAHAN DAN METODE Wilayah penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Desember 2015. Lokasi penelitian adalah Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kabupaten Dharmasraya (Gambar 1), Propinsi Sumatera Barat.

Pelaksanaan

Eksplorasi dan karakterisasi

Survey pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi dan memastikan titik sebar plasma nutfah. Kemudian dilakukan eksplorasi dengan pengambilan sampel secara sengaja (Purposive Sampling). Jika saat

eksplorasi ditemukan 10 tanaman maka semuanya dijadikan sampel namun jikaditemukan lebih dari 10 tanaman maka 50% nya dijadikan sampel.

Gambar 1. Lokasi penelitian di wilayah Sumatera Barat. A. Kota Padang, B. Kota Pariaman, C. Kabupaten Limapuluh Kota, D. Kabupaten Dharmasraya.

A

B D

(3)

Karakterisasi dilakukan dengan mengamati pada semua bagian tanaman baik pada fase vegetatif maupun generatif. Namun, kondisi ini akan disesuaikan dengan fase yang ditemukan di lapangan. Pengamatan morfologi dilakukan pada batang, daun, bunga dan buah (jika ada) mengikuti Tjitrosoepomo (2009). Penentuan cabang dan daun yang diamati dilakukan mengacu kepada Denian et al. (1994). Tiap aksesi yang diamati dibagi atas empat sektor yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Tiap sektor diamati empat cabang secara acak. Pada masing – masing cabang diamati sampel daun yang terletak pada daun keenam dari pucuk, dimana pada setiap sektor terdapat empat helai daun. Pengamatan bunga dan buah hanya pada tanaman yang terdapat bunga dan buah pada saat karakterisasi.

Konservasi

Sebagai bahan konservasi, diupayakan minimal diperoleh 10 biji atau bagian tanaman. Perbanyakan akan sangat bergantung pada musim berbuah dari plasma nutfah yang dimaksud. Setiap bagian perbanyakan yang ditemukan di lapangan baik berupa benih maupun perbanyakan secara vegetative, ditanam dalam polybag yang berukuran 20 cm x 15 cm. Setiap jenis buah ditanam 10 benih/stek di dalam polybag yang sudah bercampur tanah dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1. Benih tersebut ditempatkan di bawah paranet sampai bibit cukup besar untuk dipindahkan ke lapangan. Bibit diberi NPK dengan dosis 2-5 g per polybag. Satu bibit ditanam dalam satu polybag.

Analisis data

Nilai suatu karakter ditentukan dengan menghitung rata-rata dari semua sampel dalam satu aksesi. Hasil pengamatan akan disajikan dalam bentuk deskriptif pada data kualitatif dan dianalisis secara statistik pada data kuantitatif seperti nilai rata-rata, ragam (Steel and Torrie, 1995) dan pengelompokan variabilitas fenotipik mengacu pada Pinnaria (1995),yaitu: bila

σ

2f ≥ 2 Sd 2

f

σ = variabilitas

fenotipik luas dan bila

σ

2f < 2 Sd 2

f

σ = variabilitas

fenotipik sempit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi merupakan kegiatan mengumpulkan, mengkoleksi seluruh bagian tanaman atau bagian perbanyakan vegetative lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan keragaman populasi. Identifikasi adalah kegiatan mengkarakterisasi seluruh organ tubuh tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah serta biji). Kedua kegiatan ini selalu beriringan dilakukan guna menghimpun informasi baik berupa keunggulan atau kelemahan tanaman yang nantinya berguna dalam upaya perbaikan genetik tanaman dalam program pemuliaan tanaman nantinya. Kegiatan ini adalah bahan baku yang diperlukan sehingga memudahkan dalam menyusun strategi pemuliaan tanaman tertentu.

Dalam penelitian ini telah dilakukan eksplorasi dan identifikasi buah-buah local, yaitu: (i) Padang: Jambu kaliang (Syzgium cumini) dan Sirukam (Flacourtia rukam;

(ii) Pariaman: Kapunduang (Baccaurea racemosa); (iii)

Dharmasraya: Kasai (Pometia pinnata), Bidaro, Sintua, dan

Cupak.

Kota Padang

Berdasarkan hasil survey, dahulunya buah jambu kaliang banyak ditemukan di Kota Padang baik diperjualbelikan di pasar tradisional maupun berupa jajanan anak sekolah di kantin. Namun, lambat laun buah tersebut tergeser oleh buah-buah lainnya yang lebih menari dari segi bentuk dan rasa. Buah ini berwarna hijau ketika muda dan berwarna ungu tua ketika masak. Rasanya yang agak sepat mengurangi minat masyarakat ditambah kurangnya pengetahuan untuk meningkatkan nilai ekonomis buah ini. Ayyanar dan Pandurangan (2012) menyatakan bahwa rasa sepat yang ada pada buah jambu kaliang merupakan penciri adanya senyawa polifenol, seperti halnya tanin, antosianin, glukosa, fruktosa, asam sitrat, sianidin diglikosida, petunidin, dan malvidin. Menurut Marliani et al. (2014), buah ini mengandung polifenol, senyawa antioksidan alami, baik pada buah maupun daunnya, bahkan kandungan pada daun mendekati anti oksidan pada vitamin C.

Umumnya genus Syzygiumi mengandung metabolit

sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tannin, terpenoid yang digunakan dalam dunia farmasi antara lain sebagai anti radang, penahan rasa sakit dan anti jamur (Mahmoud et al. 2001). Semua bagian tanaman Syzygium cumini (buah, biji,

daun, dan kulit kayu) dapatdimanfaatkan. Bagian buah yang dapat dimakan per 100 g mengandung 0.3 g serat kasar, 0.129 g nitrogen, 8.3 mg kalsium, 16.2 mg fosfor, 1.62 g besi, 0.04 mg karotin, 0.008 mg tiamin, 0.009 mg riboflavin, 0.290 mg niacin, dan 5.7 mg asam askorbat. Buah biasanya dimanfaatkan dalam pembuatan sirup, jelly dan wine. Biji mengandung 6.3-8.5 % protein, 1.18 % lemak, 16.9 % serat kasar, 0.41% kalsium, 0.17% asam lemak, 41% pati, 6.1% dekstrin, 6-19% tanin. Pada daun terdapat 9.1% protein, 4.3 % lemak, 17 % serat kasar, 1.3 % kalsium, dan 0.19% fosfor. Kulit kayumbanyak tersimpan tanin dan karbohidrat. Semua bagian tanaman ini terutama biji sangat bemanfaat bagi penderita diabetes (Swami et al. 2012). Ekstrak kulit kayu S. cumini mampu

menstimulasi pembentukan insulin pada pankreas (Schossler et al. 2004)

Jambu kaliang, begitulah masyarakat Padang menyebutnya, berasal dari Asia dan Australia tropis. Dahulunya, jambu kaliang (Syzgium cumini) banyak

ditemukan di pekarangan rumah namun sekarang buah ini hanya ditemukan diperbukitan yang jauh dari pemukiman penduduk, hanya beberapa masyarakat yang mempertahankan tanaman ini di pekarangan rumahnya (Gambar 1).

Syzgium cumini merupakan tanaman tahunan yang

dikenal juga sebagai Java plum, Malabar Plum, Jamun. Tanaman ini memiliki tinggi mencapai 15-30 m, bentuk tajuk tidak beraturan, tebal kulit kayu 1-2.5 cm. Bentuk daun beragam, yaitu obovate, elliptic atau elliptic-oblong

(4)

dengan dasar daun cuneate atau bulat. Warna daun bagian atas hijau tua dan permukaan bawah agak kekuningan. Bunga berwarna putih muncul berkelompok pada ranting yang sudah tua pada bagian belakang daun. Buah berbentuk ovoid oblong atau elliptical, masaknya tidak serentak, dan berwarna ungu gelap ketika matang. Setiap buah terdapat satu biji besar dibagian tengah (Ramya et al. 2012)

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat keragaman morfologi pada karakter warna tangkai daun, yaitu hijau kemerahan, orange, orange tua. Namun warna tangkai dauan yang banyak ditemukan adalah orange. Hasil eksplorasi ditemukan terdapat 48 aksesi yang ditemukan di Bukit Nobita, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

Pengamatan pada organ daun jambu kaliang dapat menunjukkan tingat keragaman diantara individu yang diamati. Tabel 2 menunjukkan bahwa semua karakter kuatitatif memiliki keragaman yang sempit kecuali karakter kemiringan daun dimana rata-rata kemiringan daun sebesar 53.500. Seleksi bisa dilakukan pada karakter dengan keragaman yang luas.

Tanaman lain yang menjadi objek penelitian ini adalah buah sirukam atau buah rukam. Banyak masyarakat padang tidak mengetahuinya. Salah satu tanaman di temukan di Tabing yang masih mempertahankan tanaman sirukan ini dipekarangan rumahnya. Batang tanaman ini berduri namun setelah dewasa duri tersebut hilang. Bentuk buahnya mirip dengan buah kersen berwarna merah Di sepanjang pantai air manis Kota Padang, masih banyak ditemukan tanaman sirukam ini namun generasi sekarang banyak yang tidak mengetahui kalau buah ini dapat dimakan.

Rukam (Flacourtia rukam) ditemukan di Madagaskar

dan Malesia namun jarang di Maluku dan Papua. Kemudian tanaman ini diintroduksikan ke Indo-China, Cina bagian Selatan, Thailand, India dan wilayah lainnya di tropis. Tanaman ini memilikitinggi 5-20 m dengan kulit kayu berwarna coklat tua. Daun mudanya lunak dan berwarna merah kecoklatan. Daun tua berbentuk ovate-oblong, elliptic oblong atau oblong lanceolate. Bunga tipe uniseksual.Rukam dapat tumbuh pada wilayah tropis pada dataran rendah sampai ketinggian 2100 m dpl. Buah rukam dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku selai, sirup, juice, sambal petis (Lim 2013).

Tabel 3 menunjukkan hampir semua karakter yang diamati pada tanaman sirukam seragam kecuali bentuk daun, obovate,lanceolate, dan eliptic. Salah satu penciri dari tanaman ini adalah daun yang bergerigi/bertoreh dan menghilang ketika daun menjadi tua dan batangnya berduri ketika masih muda (Gambar 2).

Hanya karakter lebar daun memiliki ragam fenotipe yang luas. Seleksi sebagai pohon induk akan efekif jika dipilih pada populasi yang beragam. Lebar daun juga memiliki range aksesi yang cukup lebar sehingga menyebabkan keragaman fenotipenya yang luas (Tabel 4).

Kota Pariaman

Pariaman merupakan salah satu sentranya buah kapunduang, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan buah menteng. Sama halnya dengan buah yang tergeser

akibat naiknya pamor buah lain, buah kapunduang sekarang hanya ditemukan diperkampungan yang masyarakatnya masih memiliki halaman yang luas. Kulit buah tanaman ini tebal dan berwarna kuning, berongga 2-3 yang berisi masing-masing rongga satu biji. Rasa buah tanaman ini bervariasi: manis, agak asam, dan manis (Gambar 3). Tanaman ini sekilas mirip dengan tanaman duku. Telah diperoleh 21 aksesi tanaman kapunduang di Jorong Parak Gadang, Tanjuang Medan, Kampuang Ladang di daerah Ulakan Tapakis, Pariaman.

Hampir semua karakter yang diamati tidak memperlihatkan adanya variasi kecuali karakter bentuk daun. Bentuk daun yang ditemukan adalah lanceolate, elliptic dan obovate (Tabel 5). Karakter bentuk daun merupakan karakter kualitatif yang sangat dipengaruhi oleh genetic tanamannya. Rohyani et al. (2015) menyatakan bahwa buah kapunduang mengandung air yang cukup banyak, yaitu 80.85 g/100 g, dan kandungan vitamin C adalah 2.94 mg/100g.

Panjang daun memiliki keragama fenotipe yang luas yang memungkinkan dilakukan seleksi (Tabel 6). Namun, panjang daun merupakan karakter kuantitatif dimana pengaruh lingkungan sangat berperan terhadap penampilan panjang daun sehingga perlu hati-hati dalam menyeleksi aksesi tanaman berdasarkan karakter ini.

Kabupaten Damasraya

Hasil eksplorasi yang dilakukan, telah ditemukan beberapa buah yang lokal seperti buah kasai, bidaro, cupak (Gambar 4) dan Sintua. Namun ketika penelitian ini dilaksanakan tanaman buah tersebut belum memasuki fase generatif. Musim berbuah menurut penduduk sekitarnya adalah bulan Januari-Februari. Telah dilakukan esksplorasi untuk mendapat aksesi kasai, bidaro, cupak dan sintua yang dilakukan di Jorong Sungai Kambut Atas, Sungai Kambut Bawah, Sungai Meli Indah, Muaro Mau, Pulau Anjalan, Lambois.

Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat variasi karakter kualitatif pada tanaman Kasai dan begitu juga halnya pada tanaman Bidaro. Makmur (1992) menjelaskan bahwa karakter kualitatif sangat sedikit dipengaruhi oleh lingkungan sehingga fenotipe yang tampak lebih banyak dipengaruhi oleh genetiknya. Thomson dan Thaman (2006) menyatakan bahwa buah kasai banyaknya jatuh disekitar pohon induk dan penyebarannya dibantu oleh kelelawar dan burung sampai ratusan meter.

Tanaman Kasai (Pometia pinnata) terdapat di wilayah

Asia Pasifik. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 20 m dengan diameter kanopi 10-20 m. Habitat tumbuhnya mulai daerah subtropis basah sampai tropis (14 LU- 20 LS) dengan curah hujan 1500-5000 mm/tahun. Daun P. pinnata

yang telah dikeringkan banyak dimanfaatkan sebagai mulsa bagi tanaman ubi jalar oleh masyarakat Papua (Thomson dan Thaman 2006).

Wilayah penyebaran matoa sangat luas di Indonesia namun yang paling terkenal adalah matoa dari Papua karena buahnya yang manis dan harum. Masyarakat setempat mengenal ada tiga varietas lokal, yaitu matoa ‘papeda’, kenari, dan matoa ‘kelapa’ (Kuswara dan Sumiasri, 1997).

(5)

Gambar 1. Jambu kaliang: daun, bunga dan buah

Gambar 2. Penampilan sirukam; buah, batang berduri, daun berduri

Gambar 3. Buah dan daun kapunduang

(6)

Gambar 5. Bunga dan buah tanaman kasai

Gambar 6. Penampilan tanaman bidaro dan bentuk daunnya

Gambar 7. Daun sintua dan bakal buah

Tabel 1. Sifat kualitatif tanaman Jambu Kaliang Karakter Sifat Permukaan batang Kasar

Warna kulit batang Abu-abu

Posisi daun selang-seling berhadapan Warna daun muda Hijau muda

Warna daun tua Hijau tua Permukaan daun atas Kasar

Warna tangkai daun Hijau kemerahan, orange, orange tua Permukaan daun bawah Kasar

Ujung daun tua Meruncing

Ujung daun muda Bertoreh

Tulang daun Menyirip

Warna tulang daun Putih

Tepi daun Bergelombang

Batang Coklat muda

Bunga majemuk, hermaprodit

Warna kulit buah muda Hijau Warna kulit buah tua ungu tua

Tabel 3. Karakter kualitatif tanaman Sirukam

Karakter Sifat

Permukaan batang Kasar berduri

Wana kulit batang Hijau kecoklatan

Tipe percabangan Erect

Bentuk kanopi Elliptical

Bentuk ujung daun Caudate

Bentuk tepi daun tua Bergerigi/bertoreh

Bentuk daun Obovate,lanceolate, eliptic

Warna permukaan daun atas/bawah Hijau tua/hijau

Permukaan daun atas Halus

Permukaan daun bawah Halus

Tulang daun Menyirip

Bentuk pangkal daun Acute, round

Bentuk buah Oblate

Warna kulit buah matang Hijau kekuningan

Warna daging buah Hijau

Kematangan Merata

Bentuk pangkal buah Truncate

Bentuk ujung buah Convex

Bentuk biji Ovoid

(7)

Tabel 5. Karakter morfologi tanaman Kapunduang Karakter Sifat

Permukaan batang Kasar

Warna kulit batang coklat-keabu-abuan Tipe percabangan Intermediate

Daun muda Licin, hijau muda

Daun tua Licin, hijau tua

Ujung daun meruncing

Tepi daun bergerigi

Bentuk daun lanceolate, Eliptic, Obovate

Tepi daun rata, berombak

Tulang daun menyirip, menonjol, hijau muda

Warna batang coklat-keabu-abuan

Warna pucuk hijau kemerahan

Pangkal daun acute

Permukaan daun bawah kasar

Warna buah muda Hijau

Warna buah masak Kuning-orange

Tulang daun menyirip

Warna tulang daun putih

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat keragaman fenotipe yang luas pada karakter panjang daun kasai. Seleksi pada populasi ini meggunakan panjang daun akan efektif dalam program pemuliaan tanaman. Pada tanaman bidaro, tidak ditemukan keragaman pada peubah yang

diamati dan bisa dikatakan bahwa populasi tersebut seragam/homogeny.

Selain itu, juga ditemukan buah lokal yang dinamakan ‘Sintua’ dan ‘Cupak’oleh masyarakat Dharmasraya. Tanaman sintua memiliki ciri daunya yang ‘ trifolia’, yaitu daun majemuk yang terdiri atas tiga daun dengan pinggiran bergerigi (Tabel 9). Terdapat variasi pangkal daun pada tanaman sintua, yaitu ada yang pangkal daunnya runcing dan ada yang tumpul sedangkan tanaman cupak pencirinya adalah posisi daun tanaman tersebut melingkar berselang seling dengan daun tunggal (Gambar 7).

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat variasi (keragaman fenotipe yang luas) diantara aksesi yang diamati pada karakter panjang daun dan kemiringan daun pada tanaman. Hal ini memungkinkan dilakukan seleksi namun tetap harus dipertimbangkan karena karakter ini merupakan karakter yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Syukur et al. (2015) karakter kuantitatif lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan.

Panjang daun, lebar daun, dan kemiringan daun memiliki variasi yang luas pada tanaman Cupak (Tabel 10). Panjang dan lebar daun akan menentukan bentuk daun (Tjitrosoepomo, 2009). Seleksi sebaiknya dilakukan pada karakter kualitatif karena sifat tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan. Menurut Makmur (1992) karakter yang dipengaruhi oleh faktor genetik akan diwariskan kepada keturunannya.

Tabel 2. Karakter kuantitatif pada jambu kaliang

Aksesi Panjang daun Lebar daun Tebal daun Panjang tangkai daun Kemiringan daun

Range 10.70-13.18 5.75-7.25 0.50-0.68 1.25-2.30 40-60

Rataan 11.62 6.43 0.54 1.97 53.50

Ragam 0.48 0.18 0.00 0.13 39.17

SD 0.69 0.42 0.07 0.36 6.26

Kriteria Sempit Sempit Sempit Sempit Luas

Tabel 4. Karakter kuantitatif pada buah sirukam

Karakter Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Panjang tangkai daun (cm)

Range 14.95-20.25 9.70-16.00 3.23-5.00

Rataan 17.33 11.50 4.32

Ragam 2.37 4.41 0.42

SD 1.54 2.10 0.64

Kriteria Sempit Luas Sempit

Tabel 6. Karakter kuantitatif pada daun kapunduang

Karakter Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Panjang tangkai daun (cm)

Range 16.17-26.35 8.00-11.38 2.25-4.63

Rataan 21.14 9.76 3.36

Ragam 11.61 1.47 0.58

SD 3.41 1.21 0.76

(8)

Gambar 8. Pembibitan di rumah kawat Fakultas Pertanian, Andalas University. Kampus Unand Limau Manih, Padang, Sumatera Barat

Tabel 7. Karakter kualitatif kasai dan bidaro

Karakter Kasai Bidaro

Posisi daun sejajar berseling Berhadapan berseling

Warna tangkai daun coklat Coklat

Warna daun tua hijau tua Hijau tua

Warna daun muda merah tua Hijau muda

Warna pucuk coklat kemerahan Coklat kemerahan

Permukaan daun atas Licin Kasar bergelombang, berbulu

Permukaan daun bawah Kasar Berbulu

Ujung daun Meruncing Meruncing

Tulang daun menyirip,berselang, menonjol Menyirip

Pangkal daun Runcing Runcing

Daun Tunggal Tunggal

Tepidaun Bergerigi Rata

Tabel 8. Karakter kuantitatif kasai dan bidaro

Aksesi Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Panjang tangkai (cm)

A. Kasai

Range 29.63-36.08 9.85-10.50 0.20-0.40

Rataan 33.29 10.18 0.32

Ragam 6.75 0.07 0.01

SD 2.60 0.27 0.08

Kriteria Luas Sempit Sempit

B. Bidaro

Range 18.30-24.43 6.37-9.60 0.43-0.65

Rataan 20.84 7.11 0.58

Ragam 3.07 0.31 0.00

SD 1.75 0.56 0.05

Kriteria Sempit Sempit Sempit

Tabel 9. Karakter kualitatif Sintua dan Cupak

Karakter Sintua Cupak

Posisi daun Berselang-seling Selang-seling melingkar

Warna tangkai daun Coklat muda berbulu Hijau

Warna daun tua Hijau tua Hijau tua

Warna daun muda Hijau muda hijau muda

Warna pucuk Ciklat kemerahan Hijau kemeraan

Permukaan daun atas Licin Licin

Permukaan daun bawah Kasar Berbulu

Ujung daun Meruncing Meruncing

Tulang daun Menyirip Menyirip

Pangkal daun Tumpul, runcing Tumpul

Daun Trifolia Tunggal

(9)

Tabel 10. Karakter kuantitatif tanaman sintua dan cupak

Aksesi Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Tebal daun (mm) Panjang tangkai daun (cm) Kemiringan daun

A.Sintua

Range 16.13-20.38 10.83-11.88 0.50-1.00 11.13-12.83 60-70

Rataan 17.54 11.32 0.67 11.82 65.83

Ragam 6.02 0.28 0.08 0.81 27.08

SD 2.45 0.53 0.29 0.90 5.20

Kriteria Luas Sempit Sempit Sempit Luas

B. cupak

Range 20.25-24.25 8.93-13.00 0.30-0.40 3.68-4.50 63.33-70.00

rataan 22.25 10.96 0.35 4.09 66.67

Ragam 8.00 8.30 0.01 0.34 22.22

SD 2.83 2.88 0.07 0.58 4.71

Kriteria Luas Luas Sempit Sempit Luas

Konservasi

Pelestarian plasma nutfah buah-buahan lokal dilakukan dengan mengumpulkan biji atau bibit tanaman yang ada disekitar tanaman induk berada ketika eksplorasi dilaksanakan. Biji yang diperoleh disemai dan dan dibibitkan di rumah kawat (Gambar 8) dan nantinya akan di tanam di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Limau Manis, Padang. Konservasi ex situ ini dilakukan sebagai

upaya penyelamatan plasma nutfah buah-buah lokal yang semakin menurun kuantitasnya ditengah-tengah masyarakat. Selain itu, memudahkan akses peneliti memanfaatkan koleksi tersebut dalam rangka pengembangan tanaman lokal ini.

Konservasi sumber daya genetik perlu dilakukan untuk menjaga keamanan pangan dan agro-biodiversitas. Keragaman genetik memberi peluang untuk melakukan seleksi dan pemuliaan bagi pengembangan tanaman agar lebih produktif dan tahan terhadap cekaman biologis dan lingkungan (Rao 2004). Terjadinya erosi genetik yang berdampak kepada hilangnya variasi genetik dari suatu plasma nutfah disebabkan oleh faktor alam dan aktivitas manusia, diantaranya urbanisasi, polusi, perusakan habitat, berkembangnya spesies asing, perubahan iklim, perubahan gaya hidup, globalisasi, ekonomi pasar, perubahan pola penggunaan lahan (Rao 2004; Acquaah 2007). Plasma nutfah merupakan dasar dalam program perbaikan tanaman bagi pertanian yang berkelanjutan (Upadhyaya 2008)

Dari penelitian disimpulkan bahwa (i) Buah lokal yang ditemukan di Kota Padang: jambu kaliang dan sirukam; Kota Pariaman adalah kapunduang; Darmasraya adalah kasai, bidaro, sintua dan cupak. (ii) Beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif memiliki variasi yang luas sehingga memungkinkan dilakukan seleksi. (iii) Telah diperoleh beberapa bibit hasil persemain dari biji pada buah-buah lokal yang sudah berbuah ketika penelitian ini dilaksanakan. Untuk itu disarankan (i) Perlu dilakukan perluasan areal eksplorasi untuk buah lokal yang sama dan memperbanyak karakterisasi pada sifat-sifat kualitatif pada fase generatif. (ii) Perlu kerjasama dengan pemerintah daerah setempat agar upaya penyelamatan buah-buah lokal ini lebih komprehensif dan terintegrasi dalam program

pemerintah sehingga wilayah cakupan lebih luas dan terkoordinir. (iii) Masih banyak buah lokal yang belum tersentuh dalam upaya konservasi dimana populasinya masih ada dalam hutan

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini terlaksana atas pendanaan DIPA Unand tahun 2015 pada skim Penelitian Dosen Muda. Terima kasih dan penghargaan yang tulus disampaikan kepada Alm. Dr. Hamda Fauza yang memprakasai penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ayyanar M, Pandurangan SB. 2012. Syzygium cumini L Skeels: A review of its fitochemical constituents and traditional uses. Asian Pacific Jo Trop Biomed 2 (3): 240-246.

Acquaah G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding. Blackwell, Oxford.

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2015. Statistik Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia. ISSN: 2088-8406. Jakarta.

Chahal GS, Gosal SS. 2003. Principles and Procedurs of Plant Breeding: Biotechnological and Conventional Approaches. Narosa, New Delhi. Denian A, Fiani A. 1994. Karakteristik morfologis beberapa nomor

tanaman Gambir. Prosiding Seminar Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Sub-Balitro Solok (4): 29-30.

Makmur A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Kuswara T, Sumiasri N. 1997. Variasi matoa (Pometia pinnata Forst) dan beberapa daerah di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Biologi XV. Konservasi dan Pendayagunaan Sumber Daya Alam Hayati di Indonesia yang Berwawasan Lingkungan. Perhimpunan Biologi Cabang Lampung dan Universitas Lampung. Lampung.

Lim TK. 2013. Edible Medicinal and non Medicinal Plants: Flacourtia

rukam. Springer, The Netherland.

Mahmoud I, Marzouk M, Moharram M, El-Gindi M, Hasan A. 2001. Acylated flavonol glycosides from Eugenia jambolana leaves. Phytochemistry 58: 1239-1244

Marliani L, Kusriani H, Sari NI. 2014. Aktivitas antioksidan daun dan buah Jamblang (Syzigium cumini L.) skeel. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Sekolah Tinggi Farmasi. Vol 4 No. 1.Bandung

Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

(10)

Pinaria.A, Baihaki A, Setimihardja R, Daradjat AA. 1995. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomasa 53 genotipe kedelai. Zuriat6 (2) : 88-92.

Ramya S, Neethirajan K, Jayakumararaj R. 2012. Profile of bioactive compounds in Syzygium cumini: A review. J Pharm Res 5 (8): 4548-4553.

Rao NK. 2004. Plant genetic resources: Advancing conservation and use through biotechnology. African J Biotech 3 (2) : 136-145.

Rohyani IS, Aryanti E, Suripto. 2015. Potensi nilai gizi tumbuhan pangan lokal pulau Lombok sebagai basis penguatan ketahanan pangan nasional. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (7): 1698-1701. Schossler DRC, Mazzanti CM, Luz SCA, Filappi A, Prestes D, Silveira

AF, Cecim M. 2004. Syzygium cumini and the regeneration of insulin positive cells fom the pancreatic duct. Brazilian J Vet Res Anim Sci 41: 236-239.

Soedomo P. 2000. Evaluasi penampilan fenotipik dan hasil kacang kapri. J Hort 10 (3): 165-176.

Steel RGD, Torrie JH.1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia, Jakarta.

Sutoro. 2008. Plant genetic resource management in Indonesia. APEC-ATCWG Workshop. Capacity Building for Risk Management System on Genetic Resources.

Swami SB, Thakor NSJ, Patil MM, Haldankar PM. 2012. Jamun

(Syzigium cumini (L.)): A review of its food and medicinal uses. Food

Nutr Sci 3: 1100-1117

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Thomson LAJ, Thaman RR. 2006. Species Profiles fo Pacific Island Agroforestry : Pometia pinnata (Tava). www. Traditionaltree.org Tjitrosoepomo G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University

Press. Jogjakarta.

Uji T. 2007. Review: Keanekaragaman jenis buah-buahan asli Indonesia dan potensinya. Biodiversitas 8 (2): 157-167.

Upadhyaya HD, Gowda CLL, Sastry DVSSR. 2008. Plant genetic resources management: collection, characterization, conservation, and utilization. J SAT Agric Res 6: 1-15

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian di wilayah Sumatera Barat. A. Kota Padang, B. Kota Pariaman, C
Gambar 1. Jambu kaliang: daun, bunga dan buah
Gambar 5. Bunga dan buah tanaman kasai
Tabel 10  menunjukkan bahwa terdapat variasi  (keragaman fenotipe yang luas) diantara aksesi yang  diamati pada karakter panjang daun dan kemiringan daun  pada tanaman
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini dilakukan dari bulan Mei hingga Disember 2008, untuk mengkaji perubahan tahap pengetahuan, amalan dan sikap jururawat di Hospital Kuala Krai, Kelantan terhadap amalan PSP

Hasil yang diperoleh berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa pembelajaran Think Pair Share tanpa menggunakan modul memiliki kualitas diskusi dan

puisi “ Cintaku Jauh Di Pulau “ karya Chairil Anwar dengan pendekatan strata norma dapat diketahui bahwa Lapis suara (sound stratum) memiliki asonansi. a dan

0:00:00,00 149796 Output Created Comments Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Input Definition of Missing Cases Used Missing Value Handling Syntax Elapsed Time

Kepala Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Pusat, Ishom, menegaskan kegiatan yang berlangsung selama satu hari tersebut bertujuan untuk menambah wawasan warga mengenai daging ayam

Dari salah satu putusan yang dijadikan objek penelitian oleh penulis terlihat adanya keringanan hukuman yang dijatuhkan hakim kepada perbuatan perbarengan tindak pidana

Beberapa benda uji dengan kasus yang berbeda yaitu Beam J4 (Burns and Siess 1962), Beam OA (Bresler dan Scordelis 1963) dan Beam A4 (Ahmad et al. dianalisis untuk memvalidasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fatia (2012) Dengan judul “Perbedaan Pengaruh SenaPenurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus