• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekonstruksi Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rekonstruksi Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU

SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI

TESIS

Oleh

SHARINA AMANDA

117009001/LNG

117009008/LN

TESIS

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU

SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam

Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh:

SHARINA AMANDA

117009001/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis

: REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA

MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI

Nama Mahasiswa

: Sharina Amanda

Nomor Pokok

: 117009001

Program Studi

: Linguistik

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.)

Ketua

Anggota

(Dr. Dwi Widayati, M.Hum.)

Ketua Program Studi,

Dekan,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.)

(

Dr. Syahron Lubis, M.A.)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.

Anggota

: 1. Dr. Dwi Widayati, M.Hum.

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“ REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA

MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara adlah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian – bagian tertentu

dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya jelas

sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil

karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu penulis bersedia

menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi – sanksi

lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Desember 2014

Penulis,

(6)

REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI

ABSTRAK

Penelitian ini membahas rekonstruksi bahasa Melayu yang ada di wilayah Sumatera Utara. Teori yang digunakan ialah teori linguistik historis komparatif dengan metode rekonstruksi. Penelitian ini mencakup bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai) dan bagaimana wujud leksikon proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai ). Penelitian ini menggunakan jenis data primer yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dengan teknik sadap yang mempunyai teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat dan metode cakap dengan teknik cakap semuka bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap dengan percakapan langsung dengan informan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode rekonstruksi. Data dianalisis secara keseluruhan, yaitu dari memilah perangkat yang berkorespondensi, menentukan perubahan bunyi yang terjadi berdasarkan perangkat data yang berkorespondensi, setelah itu ditentukan fonem proto dari bahasa yang dibandingkan, langkah terakhir adalah menentukan leksikon proto dari bahasa yang dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan korespondensi vokal linear yaitu korespondensi vokal a ~ a ~ a. Korespondensi vokal i ~ i ~ i. Korespondensi vokal u ~ u ~ u. Korespondensi vokal e ~ e ~ e. Korespondensi vokal o ~ o ~ o. Korespondensi vokal tidak linear yaitu korespondensi vokal i ~ i ~ e variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Korespondensi vokal u ~ u ~o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ a variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Korespondensi au ~ au ~ o. Korespondensi ai ~ ai ~ e. Korespondensi konsonan linear yaitu Korespondensi konsonan dari b ~ b ~ b. Korespondensi konsonan c ~ c ~ c. Korespondensi konsonan d ~ d ~ d. Korespondensi konsonan g ~ g ~ g. Korespondensi konsonan h ~ h ~ h. Korespondensi konsonan j ~ j ~ j. Korespondensi konsonan k ~ k ~ k. Korespondensi konsonan l ~ l ~ l. Korespondensi konsonan m ~ m ~ m. Korespondensi konsonan n ~ n ~ n. Korespondensi konsonan p ~ p ~ p. Korespondensi konsonan s ~ s ~ s. Korespondensi konsonan t ~ t ~ t. Korespondensi konsonan tidak linear yaitu korespondensi konsonan R ~ r ~ R. Korespondensi konsonan dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Proto fonem korespondensi vokal linear. Fonem proto dari a ~ a ~ a adalah */a/. Fonem proto dari i ~ i ~ i adalah */i/. Fonem proto dari u ~ u ~ u adalah */u/. Fonem proto dari e ~ e ~ e adalah */e/. Fonem proto dari o ~ o ~ o adalah */o/. Proto fonem korespondensi vokal tidak linear yaitu fonem proto dari i ~ i ~ e adalah */i/. Variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Fonem proto dari u ~ u ~o adalah */u/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ a adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ o adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari au ~ au ~ o adalah */au/. Fonem proto dari ai ~ ai ~ e adalah */ai/. Proto fonem korespondensi konsonan linear yaitu fonem proto dari b ~ b ~ b adalah */b/. Fonem proto dari c ~ c ~ c adalah */c/. Fonem proto dari d ~ d ~ d adalah */d/. Fonem proto dari g ~ g ~ g adalah */g/. Fonem proto dari h ~ h ~ h adalah */h/. Fonem proto dari j ~ j ~ j adalah */j/. Fonem proto dari k ~ k ~ k adalah */k/. Fonem proto dari l ~ l ~ l adalah */l/. Fonem proto dari m ~ m ~ m adalah */m/. Fonem proto dari n ~ n ~ n adalah */n/. Fonem proto dari p ~ p ~ p adalah */p/. Fonem proto dari s ~ s ~ s adalah */s/. Fonem proto dari t ~ t ~ t adalah */t/. Proto korespondensi konsonan tidak linear yaitu fonem proto dari R ~ r ~ R adalah */R/. Fonem proto dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Berdasarkan proto fonem tersebut lalu dapatlah kita temukan leksikon protonya.

(7)

REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI

ABSTRACT

This study discusses the reconstruction of the Malay language in the region of North Sumatra. The theory used is the theory of comparative historical linguistics reconstruction methods. This study covers how correspondence vowels and consonants that occur from the third language than (Malay Langkat, Serdang Malay language and Malay Panai) and how the lexicon of Proto Malays form of a third language than (Malay Langkat, Malay Serdang, and Malay Panai). This study used primary data obtained using the methods refer to the tapping technique that has advanced the technique of tapping techniques and methods capable to record the conversation semuka techniques aim to obtain a complete data with a direct conversation with the informant. Data analysis method used is the method of reconstruction. Data were analyzed as a whole, ie from the corresponding sorting device, determining the sound changes that occur based on the data that corresponds, after it is determined proto phonemes of the language being compared, the final step is to determine the proto lexicon of language compared. The results showed that a linear correspondence vocal vocal correspondence a ~ a ~ a. Contact vowel i ~ i ~ i. Contact vowel u ~ u ~ u. Contact vowel e ~ e ~ e. Contact vowel o ~ o ~ o. Contact vocals are not linear correspondence vocal i ~ i ~ e variations occur ultima bersilabe central position closed. Contact vowel u ~ u ~ o variation occurs in middle position with ultima silabe closed. Contact vowel e ~ e ~ a variation occurs in middle position with silabe antipenultima open and closed. Contact vowel e ~ e ~ o variation occurs in middle position with the penultimate silabe open and closed. Contact au ~ au ~ o. Contact ai ~ ai ~ e. Contact linear consonants are consonants Correspondence of b ~ b ~ b. Contact consonant c ~ c ~ c. Contact consonant d ~ d ~ d. Contact consonant g ~ g ~ g. Contact consonant h ~ h ~ h. Contact consonant j ~ j ~ j. Contact consonant k ~ k ~ k. Contact consonant l ~ l ~ l. Contact consonant m ~ m ~ m. Contact consonants n ~ n ~ n. Contact consonants p ~ p ~ p. Contact consonant s ~ s ~ s. Contact consonant t ~ t ~ t. Correspondence is not linear correspondence consonant consonant R ~ R ~ R. Contact consonants of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Proto linear vowel phoneme correspondence. Proto phonemes of a ~ a ~ a is * / a /. Phoneme proto of i ~ i ~ i is * / i /. Proto phoneme of u ~ u ~ u is * / u /. Phoneme proto of e ~ e ~ e is * / e /. Phoneme proto o ~ o ~ of o is * / o /. Proto-phoneme correspondence vowel phonemes are not linear ie proto of i ~ i ~ e is * / i /. Variations occur ultima bersilabe central position closed. Proto phoneme of u ~ u ~ o is * / u /. Variations occur in middle position with ultima silabe closed. Phoneme proto of e ~ e ~ a is * / e /. Variations occur in middle position with silabe antipenultima open and closed. Phoneme proto of e ~ e ~ o is * / e /. Variations occur in middle position with the penultimate silabe open and closed. Phoneme proto of au ~ au ~ o is * / au /. Phoneme proto of ai ~ ai ~ e is * / ai /. Proto-phoneme correspondence consonant phonemes linear ie proto of b ~ b ~ b is a * / b /. Phoneme proto of c ~ c ~ c is * / c /. Phoneme proto of d ~ d ~ d is * / d /. Phoneme proto of g ~ g ~ g is * / g /. Phoneme proto of h ~ h ~ h is * / h /. Phoneme proto ~ j ~ j j * / j /. Proto phoneme k ~ k ~ of k is * / k /. Phoneme proto of l ~ l ~ l is * / l /. Phoneme proto of m ~ m ~ m is * / m /. Phoneme proto of n ~ n ~ n is * / n /. Phoneme proto p ~ p ~ p is * / p /. Phoneme proto of s ~ s ~ s is * / s /. Phoneme proto of t ~ t ~ t is * / t /. Proto linear correspondence is not consonant phonemes proto of R ~ R ~ R is * / R /. Phoneme proto of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Based on the proto-phoneme then we may find protonya lexicon.

(8)

PRAKATA

Tesis yang berjudul Rekonstruksi Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu panai disususun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara (USU). Penelitian ini menggunakan pendekatan Linguistik Historis Komparatif untuk merekonstruksi bahasa – bahasa Melayu yang ada di Sumatera Utara khususnya bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan kajian linguistik. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan secara luas oleh berbagai kalangan dan masyarakat untuk mengetahui korespondensi bunyi dan wujud leksikon proto dari bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai.

Dalam rangka pendalaman dan pengembangan kajian ini ke depan, masukan yang konstruktif dari berbagai kalangan sangat penulis harapkan. Kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Desember 2014

Sharina Amanda

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul : Rekonstruksi Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph. D., dan Dr. Dwi Widayati, M.Hum, sebagai pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan. Selanjutnya terima kasih juga disampaikan kepada dosen penguji, Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D., Dr. Gustianingsih, M.Hum., dan Dr. Nurlela, M.Hum yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi penyempurnaan tesis ini.

(10)

staf administrasi pada Program Studi Linguistik, termasuk rekan – rekan mahasiswa stambuk 2012 yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua, papa H. Muhammad Guntur dan mama Hj. Lailan Syafinah Nasution yang telah mencurahkan segala daya dan upayanya sehingga penulis berhasil menyandang gelar Megister. Terima kasih juga kepada kakak Shafiera Amalia, S.IP beserta abang Slamet Wahyudi yang telah turut mensukseskan penelitian penulis. Selanjutnya kepada kekasih, sahabat, dan guru saya, abang Wiradi Putra, S.S., S.Pd. yang telah membantu memberi masukan dan motivasi bagi terselesaikannya tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan yang telah membantu memberikan data – data pada penelitian ini. Kiranya hasil penelitian ini mudah – mudahan dapat memberi sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi pelestarian bahasa Melayu di Sumatera Utara.

Medan Desember 2014

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...

i

ABSTRACT

...

ii

PRAKATA...

iii

KATA PENGANTAR... ...

iv

DAFTAR ISI...

v

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah...

1

1.2

Rumusan Masalah...

7

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian...

7

1.3.1 Tujuan Penelitian...

7

1.3.2 Manfaat Penelitian...

7

1.4

Klarifikasi Istilah...

8

BAB II. KERANGKA TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kerangka Teori

2.1.1 Linguistik Historis Komparatif...

13

2.1.2 Metode Rekonstruksi...

14

2.2

Tinjauan Pustaka...

17

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian ...

22

3.2

Sumber Data...

22

3.2.1 Sumber Data Primer...

22

3.3

Metode dan Teknik Pengumpulan Data...

22

3.4

Metode dan Teknik Analisis Data... 24

(12)

4.1.1

Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Vokal dan

Konsonan Linear...

29

4.1.2

Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Vokal yang

Tidak Linear...

34

4.1.3

Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Konsonan

yang Tidak Linear...

35

4.2 Pembahasan

4.2.1

Korespondensi Bunyi Vokal dan Konsonan pada Bahasa Melayu

Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai...

38

4.2.1.1 Perangkat Korespondensi Vokal Linear...

39

4.2.1.2 Perangkat Korespondensi Vokal Tidak Linear...

48

4.2.1.3 Perangkat Korespondensi Konsonan Linear...

54

4.2.1.4 Perangkat Korespondensi Konsonan Tidak Linear...

76

4.2.1.5 Kekerabatan Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang,

dan Bahasa Melayu Panai...

77

4.2.2

Deskripsi Rekonstruksi Leksikon Proto Bahasa Melayu Langkat,

Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai...

79

4.2.2.1

Proto Fonem Perangkat Korespondensi Vokal Linear....

79

4.2.2.2

Proto Fonem Perangkat Korespondensi Vokal Tidak Linear 85

4.2.2.3

Proto Fonem Perangkat Korespondensi Konsonan Linear..

91

4.2.2.4

Proto Fonem Perangkat Korespondensi Konsonan

Tidak Linear...

94

4.3 Bagan Proto Vokal...

106

4.4

Bagan Proto Konsonan...

106

BAB V PENUTUP

5.1

Simpulan...

108

5.2

Saran...

109

(13)

REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI

ABSTRAK

Penelitian ini membahas rekonstruksi bahasa Melayu yang ada di wilayah Sumatera Utara. Teori yang digunakan ialah teori linguistik historis komparatif dengan metode rekonstruksi. Penelitian ini mencakup bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai) dan bagaimana wujud leksikon proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai ). Penelitian ini menggunakan jenis data primer yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dengan teknik sadap yang mempunyai teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat dan metode cakap dengan teknik cakap semuka bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap dengan percakapan langsung dengan informan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode rekonstruksi. Data dianalisis secara keseluruhan, yaitu dari memilah perangkat yang berkorespondensi, menentukan perubahan bunyi yang terjadi berdasarkan perangkat data yang berkorespondensi, setelah itu ditentukan fonem proto dari bahasa yang dibandingkan, langkah terakhir adalah menentukan leksikon proto dari bahasa yang dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan korespondensi vokal linear yaitu korespondensi vokal a ~ a ~ a. Korespondensi vokal i ~ i ~ i. Korespondensi vokal u ~ u ~ u. Korespondensi vokal e ~ e ~ e. Korespondensi vokal o ~ o ~ o. Korespondensi vokal tidak linear yaitu korespondensi vokal i ~ i ~ e variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Korespondensi vokal u ~ u ~o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ a variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Korespondensi au ~ au ~ o. Korespondensi ai ~ ai ~ e. Korespondensi konsonan linear yaitu Korespondensi konsonan dari b ~ b ~ b. Korespondensi konsonan c ~ c ~ c. Korespondensi konsonan d ~ d ~ d. Korespondensi konsonan g ~ g ~ g. Korespondensi konsonan h ~ h ~ h. Korespondensi konsonan j ~ j ~ j. Korespondensi konsonan k ~ k ~ k. Korespondensi konsonan l ~ l ~ l. Korespondensi konsonan m ~ m ~ m. Korespondensi konsonan n ~ n ~ n. Korespondensi konsonan p ~ p ~ p. Korespondensi konsonan s ~ s ~ s. Korespondensi konsonan t ~ t ~ t. Korespondensi konsonan tidak linear yaitu korespondensi konsonan R ~ r ~ R. Korespondensi konsonan dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Proto fonem korespondensi vokal linear. Fonem proto dari a ~ a ~ a adalah */a/. Fonem proto dari i ~ i ~ i adalah */i/. Fonem proto dari u ~ u ~ u adalah */u/. Fonem proto dari e ~ e ~ e adalah */e/. Fonem proto dari o ~ o ~ o adalah */o/. Proto fonem korespondensi vokal tidak linear yaitu fonem proto dari i ~ i ~ e adalah */i/. Variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Fonem proto dari u ~ u ~o adalah */u/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ a adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ o adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari au ~ au ~ o adalah */au/. Fonem proto dari ai ~ ai ~ e adalah */ai/. Proto fonem korespondensi konsonan linear yaitu fonem proto dari b ~ b ~ b adalah */b/. Fonem proto dari c ~ c ~ c adalah */c/. Fonem proto dari d ~ d ~ d adalah */d/. Fonem proto dari g ~ g ~ g adalah */g/. Fonem proto dari h ~ h ~ h adalah */h/. Fonem proto dari j ~ j ~ j adalah */j/. Fonem proto dari k ~ k ~ k adalah */k/. Fonem proto dari l ~ l ~ l adalah */l/. Fonem proto dari m ~ m ~ m adalah */m/. Fonem proto dari n ~ n ~ n adalah */n/. Fonem proto dari p ~ p ~ p adalah */p/. Fonem proto dari s ~ s ~ s adalah */s/. Fonem proto dari t ~ t ~ t adalah */t/. Proto korespondensi konsonan tidak linear yaitu fonem proto dari R ~ r ~ R adalah */R/. Fonem proto dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Berdasarkan proto fonem tersebut lalu dapatlah kita temukan leksikon protonya.

(14)

REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI

ABSTRACT

This study discusses the reconstruction of the Malay language in the region of North Sumatra. The theory used is the theory of comparative historical linguistics reconstruction methods. This study covers how correspondence vowels and consonants that occur from the third language than (Malay Langkat, Serdang Malay language and Malay Panai) and how the lexicon of Proto Malays form of a third language than (Malay Langkat, Malay Serdang, and Malay Panai). This study used primary data obtained using the methods refer to the tapping technique that has advanced the technique of tapping techniques and methods capable to record the conversation semuka techniques aim to obtain a complete data with a direct conversation with the informant. Data analysis method used is the method of reconstruction. Data were analyzed as a whole, ie from the corresponding sorting device, determining the sound changes that occur based on the data that corresponds, after it is determined proto phonemes of the language being compared, the final step is to determine the proto lexicon of language compared. The results showed that a linear correspondence vocal vocal correspondence a ~ a ~ a. Contact vowel i ~ i ~ i. Contact vowel u ~ u ~ u. Contact vowel e ~ e ~ e. Contact vowel o ~ o ~ o. Contact vocals are not linear correspondence vocal i ~ i ~ e variations occur ultima bersilabe central position closed. Contact vowel u ~ u ~ o variation occurs in middle position with ultima silabe closed. Contact vowel e ~ e ~ a variation occurs in middle position with silabe antipenultima open and closed. Contact vowel e ~ e ~ o variation occurs in middle position with the penultimate silabe open and closed. Contact au ~ au ~ o. Contact ai ~ ai ~ e. Contact linear consonants are consonants Correspondence of b ~ b ~ b. Contact consonant c ~ c ~ c. Contact consonant d ~ d ~ d. Contact consonant g ~ g ~ g. Contact consonant h ~ h ~ h. Contact consonant j ~ j ~ j. Contact consonant k ~ k ~ k. Contact consonant l ~ l ~ l. Contact consonant m ~ m ~ m. Contact consonants n ~ n ~ n. Contact consonants p ~ p ~ p. Contact consonant s ~ s ~ s. Contact consonant t ~ t ~ t. Correspondence is not linear correspondence consonant consonant R ~ R ~ R. Contact consonants of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Proto linear vowel phoneme correspondence. Proto phonemes of a ~ a ~ a is * / a /. Phoneme proto of i ~ i ~ i is * / i /. Proto phoneme of u ~ u ~ u is * / u /. Phoneme proto of e ~ e ~ e is * / e /. Phoneme proto o ~ o ~ of o is * / o /. Proto-phoneme correspondence vowel phonemes are not linear ie proto of i ~ i ~ e is * / i /. Variations occur ultima bersilabe central position closed. Proto phoneme of u ~ u ~ o is * / u /. Variations occur in middle position with ultima silabe closed. Phoneme proto of e ~ e ~ a is * / e /. Variations occur in middle position with silabe antipenultima open and closed. Phoneme proto of e ~ e ~ o is * / e /. Variations occur in middle position with the penultimate silabe open and closed. Phoneme proto of au ~ au ~ o is * / au /. Phoneme proto of ai ~ ai ~ e is * / ai /. Proto-phoneme correspondence consonant phonemes linear ie proto of b ~ b ~ b is a * / b /. Phoneme proto of c ~ c ~ c is * / c /. Phoneme proto of d ~ d ~ d is * / d /. Phoneme proto of g ~ g ~ g is * / g /. Phoneme proto of h ~ h ~ h is * / h /. Phoneme proto ~ j ~ j j * / j /. Proto phoneme k ~ k ~ of k is * / k /. Phoneme proto of l ~ l ~ l is * / l /. Phoneme proto of m ~ m ~ m is * / m /. Phoneme proto of n ~ n ~ n is * / n /. Phoneme proto p ~ p ~ p is * / p /. Phoneme proto of s ~ s ~ s is * / s /. Phoneme proto of t ~ t ~ t is * / t /. Proto linear correspondence is not consonant phonemes proto of R ~ R ~ R is * / R /. Phoneme proto of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Based on the proto-phoneme then we may find protonya lexicon.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa terjadi karena antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak memiliki hubungan wajib. Misalnya dalam bahasa Indonesia untuk menyebutkan sebuah aktivitas memasukkan sesuatu ke dalam mulut, mengunyah lalu menelannya disebut makan, lalu dalam bahasa Inggris disebut eat.

Salah satu bahasa yang kita kenal adalah bahasa Melayu. Adapun bahasa Melayu yang menjadi bidang kajiannya terbatas pada bahasa Melayu yang ada di Sumatera Utara khususnya bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. Peneliti memilih ketiga bahasa ini yaitu bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai berdasarkan persamaan kosakata dari ketiga bahasa di atas sehingga peneliti merasa tertarik untuk melihat bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan dari ketiga bahasa yang dibandingkan tersebut dan perlu pula dilihat bagaimana wujud leksikon proto dari ketiga bahasa tersebut. Peneliti juga melihat bahwa penelitian ini akan dapat membantu menambah pengetahuan masyarakat mengenai bahasa Melayu secara lebih mendalam. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah – sekolah pada pelajaran bahasa daerah mengenai bagaimana menentukan bentuk proto atau bentuk tua dari bahasa Melayu yang ada di Sumatera Utara.

(16)

Menurut Sinar (2002:1) di dalam Kronik Dinasti T’ang di Cina, sudah ada tertulis nama kerajaan di Sumatera “MO-LU-YUE” ditulis dalam aksara dan logat cina. Penulisannya pada tahun 644 dan 645 Masehi. Pada abad ke-18 orang Barat, terutama Inggris dan Belanda yang mulai aktif di Nusantara, menganggap semua penduduk Nusantara dan Semenanjung Malaya karena warna kulit dan profil tubuh hampir sama, serta bisa mengerti bahasa Melayu selaku lingua franca, menyebut bangsa pribumi ini dengan nama bangsa Melayu. (Sinar, 1987 : 4). Banyak pendapat, antara lain menurut Tuur (dalam Wijk, 1985) menganggap bahwa asal-usul Melayu itu berarti ‘penyebrang’, kepada agama Islam karena agama Islam di kawasan Hindia sangat diterima dengan baik oleh orang Melayu.

Bahasa Melayu termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia atau Melayu – Polynesia atau dikenal dengan Proto Austronesia. Menurut Ophuijsen (1983 : xxiv) rumpun bahasa Austronesia kawasan bagian Barat membentang dari Malagasi sampai Pulau Rapa Nui (dekat Amerika Selatan) pada bagian Timur ; dari Taiwan pada bagian Utara sampai ke Selandia Baru pada bagian Selatan. Rumpun bahasa Austronesia juga menunjukkan kekerabatan dengan beberapa bahasa yang dituturkan di sebagian Hindia Belakang, padahal kawasan bahasa itu sampai masuk ke India. Bellwood (2000 : 142) memperkirakan jumlah bahasa Austronesia mencapai sekitar 1.200 bahasa dan merupakan rumpun bahasa yang jumlah anggotanya terbesar di dunia dan paling luas penyebaran geografisnya. Penyebaran geografis bahasa-bahasa Austronesia ini relatif tidak terputus, kecuali di daerah pinggiran Madagaskar dan Vietnam bagian Selatan yang terisolasi akibat ekspansi orang Vietnam belakangan ini. Pater Schmidt (dalam Ophuijsen 1983 : xxiv) membedakan bahasa Austronesia ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

(17)

2. Kelompok Melanesia, dalam kawasan ini terdapat sejumlah bahasa peralihan Melanesia-Polinesia sedangkan di Irian dan beberapa pulau lain ada juga bahasa-bahasa Papua.

3. Kelopok Polinesia (Selandia Baru sampai kira-kira 110° garis bujur barat).

Selanjutnya Blust (dalam Bellwood, 2000 : 152) menggolongkan rumpun bahasa Austronesia ke dalam dua subkelompok, yaitu Melayu Polinesia dan Formosa. Subkelompok Melayu Polinesia mencakup semua bahasa Austronesia yang tidak berlokasi di Taiwan. Bahasa Formosa sendiri sering dianggap sebagai subkelompok besar, tetapi penelitian belakangan ini mengungkapkan bahasa Formosa merupakan satu atau lebih subkelompok utama. Penelitian mengenai pembagian rumpun bahasa Austronesia ini terus dilakukan oleh para ahli. Penggolongan Blust dianggap cocok sekali dengan bukti arkeologis dari Kepulauan Asia Tenggara. Adapun penggolongan subkelompok bahasa Austronesia menurut Blust (dalam Bellwood, 2000:152) adalah sebagai berikut:

1. Bahasa Formosa

2. Bahasa Melayu – Polinesia (semua bahasa di luar Formosa menurut Blust, meskipun Reid (1982) mengecualikan beberapa bahasa Filipina bagian utara dari bahasa Melayu- Polinesia dan menempatkannya dalam satu kelompok yang terpisah langsung.)

3. Bahasa Melayu – Polinesia Barat (Filipina, Vietnam, Madagaskar, Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian barat, dan dua bahasa di Mikronesia Barat yaitu Palau dan Chamoro).

4. Bahasa Melayu – Polinesia Timur – Tengah.

5. Bahasa Melayu – Polinesia Tengah (Sunda Kecil mulai Sumbawa bagian timur ke arah timur, Maluku kecuali Halmahera).

(18)

7. Halmahera Selatan – Nugini Barat.

8. Bahasa Oceania ( semua bahasa Melayu – Polinesia bagian timur).

Selanjutnya menurut pakar linguistik lain, yaitu Dyen (1965 ) mengelompokkan bahasa Austronesia menjadi dua kelompok besar. Dyen memilah bahasa Austronesia pertama-tama dengan pola dua kelompok: kelompok Melayu-Polinesia dan Irian Timur Melanesia. Pada tahapan kedua Dyen membagi masing-masing kelompok itu berdasarkan pola tripilah. Pola tripilah ini bisa dilihat pada pengelompokan Melayu Polinesia menjadi kelompok Hespersonesia, Maluku (Moluccan Linkage), dan Heonesia. Kemudian kelompok Maluku dibagi lagi menjadi kelompok Sula-Bacan, Ambon Timur, dan Halmahera Selatan-Irian Barat. Berdasarkan geografi dialek, Paitoon (1999 : 1) membagi bahasa Austronesia menjadi dua, yaitu bahasa Austronesia Barat dan bahasa Austronesia timur. Bahasa Austronesia Barat dibagi atas bahasa Hesperonesia (Indonesia Barat) dan Papua sedangkan bahasa Austronesia Timur dibagi atas bahasa Heonesia (Polinesia dan Mikronesia) dan bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian).

Penelitian ini mengkaji tentang bahasa Melayu Langkat, bahasa melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. Bahasa Melayu Langkat, selanjutnya dalam pembahasan disebut dengan BML. BML adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Melayu yang ada di kawasan Kabupaten Langkat, sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara, Indonesia dengan ibukotanya Stabat. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas 6.272 km² dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa tahun 2000).

(19)

Bahasa Melayu Panai selanjutnya dalam pembahasan disebut dengan BMP. BMP adalah bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Melayu yang ada di kawasan Kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara. Ibukotanya Rantau Parapat. Kabupaten Labuhanbatu terkenal dengan hasil kelapa sawit dan karet. Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9223,18km, sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa Labuhanbatu Utara maka luas kabupaten ini menjadi 2562,01km dan penduduknya sebanyak 857.692 jiwa (2008). Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Melaka. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Riau.

Ketiga bahasa ini merupakan satu rumpun dan memiliki sebagian besar kosakata yang sama, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Bahasa Melayu Langkat

Bahasa Melayu

Serdang Bahasa Melayu Panai Gloss

anaʔ anaʔ anaʔ anak

baca baca baca baca

cocaʔ cicaʔ cicaʔ cocak

daun daun daun daun

gigi gigi gigi gigi

Seperti yang telah dijelaskan, berdasarkan persamaan kosakata dari ketiga bahasa yang dibandingkan peneliti merasa perlu dilakukan rekonstruksi yaitu dengan melihat adanya korespondensi bunyi yang terjadi pada bahasa Melayu yang dibandingkan. Selanjutnya penelitian ini juga melihat bagaimana wujud leksikon proto dari bahasa yang dibandingkan. Metode rekonstruksi merupakan pemulihan, baik fonem-fonem purba (proto) maupun morfem-morfem proto, yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang sama sekali tidak memiliki naskah-naskah tertulis. (Keraf, 1996 : 59).

(20)

lanjut akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesis mengenai bunyi-bunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat (Keraf, 1996 : 40).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa

yang dibandingkan (Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai), dan 2. Bagaimana rekonstruksi Proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (Melayu

Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan (Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai), dan

2. Untuk menganalisis rekonstruksi Proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Secara teoretis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Memperkaya khasanah penelitian kekerabatan bahasa khususnya korespondensi bunyi vokal dan konsonan serta rekonstruksi bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai.

b. Sebagai sumber acuan bagi para linguis dan para peneliti dalam penelitian –

(21)

c. Sebagai masukan kepada pemerintah kabupaten Langkat, Serdangbedagai,Labuhan Batu, dan Provinsi Sumatera Utara agar dapat dijadikan dasar bagi kebijakan lokal dala membangun bahasa daerah.

Sedangkan manfaat yang diharapkan secara praktis adalah:

a. Untuk menggugah minat generasi muda untuk mempelajari bahasa daerah guna

pelestarian bahasa tersebut.

b. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang

relevan untuk masa yang akan datang.

1.4.Klarifikasi Istilah

Klarifikasi istilah yang digunakan guna mempermudah pemahaman penelitian ini hal ini akan dipaparkan secara singkat yaitu:

Variasi dalam bahasa dapat berupa perbedaan ucapan seseorang dari waktu ke waktu, maupun perbedaan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Tetapi, di antara variasi-variasi yang tampaknya tidak terbatas ini, diketahui bahwa variasi-variasi itu memperlihatkan pula pola-pola tertentu. Pola-pola itu ada yang dipengaruhi pola-pola sosial, ada pula yang bersifat kedaerahan atau geografis. (Keraf, 1996 : 143). Variasi dapat berupa variasi bunyi, variasi leksikal, variasi morfologis, dll. Variasi bahasa diantaranya terdiri atas dialek dan idiolek. Idiolek merupakan ciri khas yang terdapat pada ujaran seseorang, sedangkan dialek adalah ciri khas ujaran pada sekelompok individu yang memiliki cir-ciri ujaran yang sama.

Korespondensi bunyi merupakan istilah lain dari hukum bunyi. Hukum bunyi diganti karena istilah ini mengandung tendensi adanya ikatan yang ketat. (Keraf, 1996 : 49). Korespondensi bunyi pada hakikatnya adalah suatu metode untuk menemukan hubungan antarbahasa dalam bidang bunyi bahasa. Teknik penetapan korespondensi bunyi antarbahasa lebih lanjut akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesis mengenai bunyi-bunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat. (Keraf, 1996 : 40)

Misalnya untuk kata ‘bintang’ diperoleh data berikut:

Melayu : bintang

(22)

Batak Mandailing : bintang

Dari data tersebut di atas maka diperoleh perangkat korespondensi berikut: /b – b - b

/i – i - i /n – t - n /t – t - t /a – a - a /ŋ – ŋ – ŋ

Semakin banyak data yang dibandingkan maka semakin bahnyak pula kemungkinan untuk memeroleh perangkat korespondensinya.

Dalam linguistik historis komparatif, inovasi mengandung pengertian bahwa unsur-unsur itu tidak harus merupakan unsur yang sama sekali baru, yang tidak diturunkan dari bahasa purba, tetapi dapat juga berupa unsur pewarisan dari bahasa purba yang telah mengalami perubahan sesuai dengan kaidah perubahan bunyi (adaptasi fonologi) dalam bahasa turunannya.(Mahsun, 1995 : 84)

Selanjutnya Mahsun (1995 : 85) menguraikan ciri-ciri inovasi yaitu:

1) Unsur itu merupakan unsur yang sama sekali baru, yang tidak memiliki kognat dalam bahasa lain.

2) Unsur itu memiliki kesamaan dalam bahasa lain, bukan karena pewarisan etimon protobahasa (melainkan hasil inovasi internal yang dipinjam oleh bahasa penerima) tetapi keberadaan unsur itu tidak sesuai dengan sistem (kaidah perubahan bunyi) bahasa (penerima) dan atau distribusi unsur itu terbatas dibandingkan dengan distribusi dalam bahasa lain yang diduga sebagai bahasa sumbernya.

3) Unsur itu memiliki kognat dalam bahasa lain karena pewarisan dari protobahasa yang

sama, namun pola pewarisannya (kaidahnya) memperlihatkan kekhasan, tidak sama dengan bahasa lain yang juga sama-sama mewarisi etimon itu.

(23)

Macam-macam perubahan bunyi dapat dibedakan berdasarkan tipe berubahan bunyi. Tipe perubahan bunyi lebih meneropong perubahan bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya.sebaliknya macam-macam perubahan bunyi didasarkan atas hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas. (keraf, 1996: 85). Pola – pola perubahan bunyi yang sering ditemukan menurut Mahsun (1995: 26-28) adalah

• peleburan (merger), merupakan penggabungan dua fonem atau lebih menjadi satu fonem.

• perengkahan (split), merupakan gejala perubahan satu fonem membelah menjadi dua fonem

atau lebih.

• penunggalan (monophonemization),

• penggugusan (diphonization), merupakan suatu perubahan gugus fonem menjadi dua fonem

bergugus.

• peluluhan bunyi (phonemik loss), merupakan perubahan bunyi berupa hilangnya fonem baik

pada posisi awal, tengah, maupun akhir.

Di samping itu Keraf (1996 : 85-94) mengemukakan macam – macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas.perubahan tersebut yaitu:

• Asimilasi, merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang berbeda dalam

bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang sama.

• Disimilasi, merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang sama dalam

bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang berbeda. • Perubahan bunyi berdasarkan tempat, merupakan perubahan yang terjadi akibat perubahan

tempat. Macam-macam perubahan ini : metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog.

(24)

seperti perilaku semantis, sintaksis, morfologis, dan fonologinya, sedangkan perbendaharaan kata lebih ditekankan pada kekayaan kata yang dimiliki seseorang atau suatu baha

(25)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Linguistik Historis Komparatif

Linguistik historis komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf 1996:22). Menurut Fernandez (1996:14) linguistik historis komparatif sebagai cabang linguistik mempunyai tugas utama antara lain menetapkan fakta dan tingkat kekerabatan antarbahasa yang berkaitan erat dengan pengelompokan bahasa-bahasa kerabat.

Selanjutnya Mbete (2009 : 1) mengatakan bahwa linguistik historis komparatif adalah cabang linguistik yang mempelajari dan mengkaji bahasa dalam dimensi waktu, khususnya masa lalu. Dengan dimensi waktu ini, bahasa yang dikaji bersifat diakronis, berbeda dengan linguistik deskriptif yang bersifat sinkronik. Linguistik historis komparatif bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan kekerabatan dan kesejarahan bahasa – bahasa di suatu kawasan tertentu. Hubungan kekerabtan atau keseasalan yang ditemukan itu diabstraksikan dalam bentuk silsilah. Di balik hubungan itu, tersirat fakta – fakta kebahsaan yang dijadikan dasar penentuan dan pembuktianhubungan kekerabatan. Fakta – fakta kebahsaan itu menggambarkan proses kesejarahan bahasa – bahasa kerabat itu dalam perjalananan waktu. Proses kesejarahan berkaitan dengan perubahan dan penerusan unsur (statis) dan struktur bahasa.

Dengan memperhatikan luas lingkup linguistik historis komparatif, Keraf (1996 : 23) mengemukakan tujuan dan kepentingan linguistik historis komparatif beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Mempersoalkan bahasa – bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan

(26)

2. Mengadakan rekonstruksi bahasa – bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa – bahasa purba (bahasa – bahasa proto) atau bahasa – bahasa yang menurunkan bahasa – bahasa kontemporer. Atau dengan kata lain linguistik historis komparatif berusaha menemukan bahasa proto yang menurunkan bahasa – bahasa moderen.

2.1.2 Metode Rekonstruksi

Metode rekonstruksi merupakan pemulihan, baik fonem-fonem purba (proto) maupun morfem-morfem proto, yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang sama sekali tidak memiliki naskah-naskah tertulis (Keraf, 1996 : 59).

Rekonstruksi fonem dan rekonstruksi morfem dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem proto, maka sebenarnya fonem proto itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya. Untuk mengadakan rekonstruksi fonem-fonem dan morfem-morfem bahasa kerabat kepada fonem-fonem dan morfem – morfem bahasa proto yang diperkirakan menurunkan bahasa kerabat tersebut maka perlu dikakukan beberapa tahapan, yaitu mencatat semua korespondensi fonemis dalam bahasa-bahasa kerabat yang dibandingkan. Membandingkan unsur-unsur yang menunjukkan kontras itu dalam lingkungan yang lebih luas dengan mencari pasangan-pasangan baru. Mengadakan rekonstruksi tiap fonem yang terkandung dalam pasangan kata-kata yang dibandingkan. (Keraf, 1996 : 60). Beberapa hal yang harus diperhatikan kembali sebelum melakukan rekonstruksi protobahasa, khususnya rekonstruksi tataran fonologi dan leksikon ialah selain menyisihkan kata-kata pinjaman, peneliti harus menemukan kata dasar atau dasar kata. (Mbete, 2002 : 37)

(27)

1. Jikalau perangkat kata seasal (perangkat kognat) dari semua bahasa memperlihatkan kesepadanan fonem secara teratur, khususnya dari fonem tertentu yang sedang dibandingkan, maka protofonem yang ditetapkan adalah fonem itu juga.

2. Jikalau perangkat kata seasal memperlihatkan kesepadanan fonem dan fonem yang

dibandingkan menunjukkan kebedaan karena perubahan yang teratur pada lingkungan tertentu, dan pada bahasa tertentu pula, maka protofonem yang direkonstruksi dan ditetapkan itu didasarkan pada kaidah perubahan.

3. Jikalau dalam bahasa itu ditemukan dua macam kesepadanan atau korespondensi yang teratur maka keduanya harus ditandai dengan tanda yang berbeda.

4. Jikalau perangkat kata seasal memperlihatkan kesepadanan fonem, dan fonem yang dibandingkan itu menunjukkan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan dengan kaidah perubahan sehingga tidak dapat diketahui pula mana fonem yang asli, maka protofonemnya ditetapkan di antara kedua fonem itu dengan apitan tanda kurung. Ketentuan ini terutama berkaitang dengan perubahan yang tidak tertaur dalam rangka rekonstruksi leksikon.

Selanjutnya menurut Crowley (dalam Panggabean, 2013 : 35) rekonstruksi adalah perkiraan tentang kemungkinan bentuk proto-bahasa dengan menelusuri perubahan – perubahan yang terjadi di antara proto-bahasa dengan bahasa – bahasa berkerabat yang diturunkannya (sister languages). Crowley menjelaskan untuk melakukan rekonstruksi bentuk – bentuk proto-bahasa, dilakukan beberapa hal berikut

1. Langkah pertama adalah memisahkan kata atau kata – kata yang berkerabat dari kata – kata yang tidak berkerabat. Misalnya, /tafuafi/ ‘membuat api’ harus dikeluarkan dari data

b. Tonga b. Samoa b.Rarotong b. Hawai Gloss

tafuafi siɁa Ɂika hiɁa Membuat api

(28)

b. Tonga t a p u

b.Samoa t a p u

b. Rarotong t a p u

b. Hawai k a p u

Perangkat korespondensi dalam data di atas adalah /t-t-t-k/, /a-a-a-a/, /p-p-p-p/, /u-u-u-u/. 3. Langkah ketiga adalah memeriksa perangkat bunyi berkorespondensi yang mempunyai

perbedaan untuk menentukan proto-fonemnya seperti data berikut:

b. Tonga b. Samoa b. Rarotong b. Hawai

t t t k

ŋ ŋ ŋ n

Perbedaan perangkat bunyi pada data pertama adalah /t-k/ dan pada data kedua adalah / ŋ-n/. Ada kemungkinan /*t/ atau /*k/ adalah proto dari /t/ dan /k/ serta /* ŋ/ atau /*n/ adalah proto dari /ŋ/ atau /n/. Namun karena /t/ dan / ŋ/ mempunyai distribusi paling luas atau rekurensi paling luas pada data yang ada, maka /*t/ dan /* ŋ/ adalah fonem – fonem proto dalam keempat bahasa tersebut.

2.2 Tinjauan Pustaka

Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis.

(29)

bahasa Melayu. Namun, pembicaraan mengenai tingkat kekerabatan sudah banyak yang menelitinya hanya saja menggunakan perbandingan bahasa yang berbeda.

Beberapa karya ilmiah yang dapat digunaka sebagai referensi atau acuan adalah sebagai berikut: ”Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam Bahasa Melayu Asahan” (Widayati, 2001), ”Pertalian Bunyi Bahasa Austronesia Purba dengan Bahasa Lio dan Bahasa Ngada di Flores Tengah” (Mbete, 1981), “Refleksi Fonem Proto-Austronesia pada Bahasa Sasak dan Sumbawa” (Basuki, 1981), “ Beberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Mandailing dan Toba” (Siregar, 2010), “Refleksi fonem vokal proto austronesia dalam Bahasa Aceh dan Bahasa Melayu Dialek langkat” (Sari, 2011)

Penelitian Widayati (2001) “Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam Bahasa Melayu Asahan” menyimpulkan fonem-fonem turunan dalam bahasa Melayu Asahan (BMA) yang merupakan refleksi langsung dari proto Melayu (PM) dan tetap sebagai retensi dan ada pula yang telah mengalami inovasi bentuk. PM *a >a pada silabel final, penultima, dan antepenultima merupakan bentuk retensi yang tetap dalam ada dalam BMA sementara o pada silabel penultima dan ǝ pada silabel antepenultima merupakan bentuk inovatif ; PM *i pada silabel final, penultima dan antepenultima > i merupakan bentuk retensi dalam BMA sementara variasinya e, ǝ, dan a adalah bentu inovatif; *u pada silabel final, penultima dan antepenultima > u merupakan bentuk retensi dan o pada silabel final, penultima , dan ǝ,a,i antepenultima >o, dan pada silabel antepenultima >a, i adalah bentuk inovatif.

Penelitian berjudul “Pertalian Bunyi Bahasa Austronesia Purba Bahasa Lio dan Ngada di Flores Tengah” dilakukan oleh Mbete (1981), membahas bagaimana sebenarnya bunyi Austronesia Purba dengan bahasa Lio dan Ngada di Flores Tengah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

 Sebagian besar bunyi bahasa Austronesia Purba tetap terwarisi dalam bahasa Lio dan Ngada.  Selain tetap terwaris, beberapa fonem bahasa Austronesia Purba mengalami perubahan bunyi

(30)

 Perubahan bunyi bahasa Austronesia dalam bahasa Lio dan Ngada, dapat digolongkan dalam

beberapa jenis yaitu penggantian (substitusi), penyatuan (merger), pemekaran (split), dan penghilangan.

Basuki (1981) meneliti “Refleksi Fonem Proto-Austronesia pada Bahasa Sasak dan Sumbawa” menyimpulkan hasil penelitian tentang bahasa Sasak dan Sumbawa pada masa lalu pernah mengalami sejarah perkembangan bersama, pada suatu masa yang lebih muda dari masa perkembangan bahasa Austronesia. Di dalam pohon keluarga bahasa Austronesia, tempat bahasa meso (bahasa Proto) adalah lebih rendah dari Proto-Melayu Polinesia.

Siregar (2010) meneliti “Beberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Mandailing dan Toba” membuktikan beberapa hal sebagai berikut:

 Perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT terjadi secara linear dan inovasi.  Distribusi perubahan fonem vokal PAN *a, *i, *u dalam BBM dan BBT mempunyai

distribusi yang lengkap yaitu fonem PAN *a , *i, *u berubah dalam BBM dan BBT pada posisi awal, tengah dan akhir. Sedangkan perubahan fonem vokal PAN *ǝ dalam BBM dan BBT tidak pernah terjadi pada posisi akhir.

 Perubahan bunyi PAN dalam BBM dan BBT lebih banyak berubah secara tidak beraturan

(sporadis) dibandingkan berubah secara beraturan. Perubahan secara beraturan PAN dalam BBM hanya dapat dilihat pada fonem PAN *a > a pada posisi awal, tengah, dan akhir dan pada fonem PAN *ǝ > o pada posisi awal dan tengah. Perubahan secara beraturan PAN dalam BBT dapat dilihat pada fonem PAN *a > a pada posisi awal, tengah, dan Akhir dan pada fonem PAN *ǝ > /o/ pada posisi awal dan tengah.

 Jika dilihat dari perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT yang lebih dominan

berubah secara linear pada lingkungan yang sama pula dapat disimpulkan BBM dan BBT berkerabat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Adelaar (1981 : 55) yang menyatakan BBM dan BBT berkerabat dan diturunkan dari Proto Batak Bagian Selatan.

 Dari semua temuan, pembahasan temuan, dan diskusi dalam penelitian ini, dapat

(31)

Sari (2011) meneliti “Refleksi Fonem Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Aceh dan Bahasa Melayu Dialek Langkat”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut :

 Ditemukan adanya refleksi fonem proto Austronesia dalam BA dan BMDL, baik refleksi

langsung dari PAN yang tetap sebagai retensi maupun yang telah mengalami inovasi bentuk.

 Ditemukan adanya retensi dan inovasi dalam BA dan BMDL.

a. Refleksi retensi PAN dalam BA terdapat pada vokal *a, *i, *u dan *|.

b. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *a berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu /u/, /o/, dan /|/.

c. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *i berubah bentuk menjadi empat vokal baru, yaitu /u/, /e/, /o/, dan /E/.

d. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *u berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu

/e/, /o/, dan /E/.

e. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *| berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu /a/.

f. Refleksi retensi PAN dalam BMDL terdapat pada vokal *a, *i, *u dan *|.

g. Refleksi inovasi PAN dalam BMDL pada vokal *u berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu

/O/.

h. Refleksi inovasi PAN dalam BMDL pada vokal *| berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu

/a/.

(32)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di lapangan yaitu wilayah Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdangbedagai, dan Kabupaten Labuhan Batu.

3.2 Sumber Data

Sumber data primer dari penelitian ini adalah masyarakat penutur asli bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. Data primer yang diperoleh berdasarkan 400 daftar kosakata dasar dari Balai Bahasa yang dialih bahasakan oleh masyarakat penutur asli suku Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai. Penelitian ini menggunakan dua belas narasumber. Masing – masing wilayah menggunakan empat orang narasumber. Informan dalam penelitian ini mengikuti kriteria Mahsun (1995:106) yaitu sebagai berikut:

1) Berjenis kelamin pria atau wanita.

2) Berusia antara 25 – 65 tahun (tidak pikun).

3) Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.

4) Berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya. 5) Memiliki kebanggan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya.

6) Merupakan penutur asli. 7) Sehat jasmani dan rohani.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(33)

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode cakap dan metode simak. Metode cakap yang diperoleh dari percakapan antara peneliti dengan informan. Dalam pelaksanaan metode cakap, peneliti terlibat langsung di daerah penelitian, menemui informan untuk mendapatkan data. Selanjutnya peneliti menyimak setiap kata-kata informan yang menjadi data pada penelitian ini. Menurut Mahsun (1995:94) metode cakap memiliki teknik dasar yang disebut dengan teknik pancing. Dikatakan teknik dasar, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode cakap itu hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimulasi (pancingan ) pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan peneliti. Dalam penelitian ini teknik pancingan dilakukan dengan menjelaskan makna-makna yang biasanya tersusun dalam daftar pertanyaan yang disediakan. Peneliti memberi stimulus dengan menyebutkan kosakata dasar Balai Bahasa dengan harapan informan memberikan penjelasan mengenai kata – kata dasar yang telah disediakan tersebut. Selanjutnya dalam metode cakap ini dilanjutkan dengan teknik cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik ini peneliti mendatangi langsung setiap daerah yang menjadi lokasi penelitian dan melakukan percakapan langsung dengan para informan.

Selain itu, peneliti menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 1995:98). Metode ini memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap. Penelitian ini dilakukan dengan teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat. Teknik sadap catat, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitinya dari penggunaan bahasa secara tertulis tersebut. Setelah informan memberikan informasi mengenai kosakata swadesh yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa sasaran, maka peneliti mencatat informasi tersebut.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

(34)

bahasa proto tersebut dengan berasumsi bahwa perubahan-perubahan bunyi adalah beraturan, dimana setiap bunyi dalam satu bahasa akan berubah pada lingkungan yang sama.

Harus diperhatikan sebelum melakukan rekonstruksi protobahasa, khususnya rekonstruksi tataran fonologi dan leksikon, ialah bahwa selain menyisihkan kata-kata pinjaman, peneliti harus menemukan kata dasar atau dasar kata. Dengan kata lain, semua afiks harus ditanggalkan. Proses morfofonemis diperhatikan pula dalam penemuan kata dasar itu. (Mbete, 2002 : 37)

Dalam merekonstruksi dapat dilakukan dengan dua arah, yaitu dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah (Mbete, 2002 : 38). Penelitian ini menggunakan dari bawah ke atas, kemudian dilanjutkan dengan metode padan. Rekonstruksi dari bawah ke atas bertujuan untuk menetukan bentuk – bentuk proto yang dihipoesiskan sebagai asal dari bentuk – bentuk turunan serta menggambarkan kaidah dan proses perubahannya pada bahasa – bahasa turunan.

Metode komparatif ini diuraikan dalam teknik hubung. Teknik hubung mempunyai dua teknik lanjutan, yaitu teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan teknik hubung banding membedakan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kedua teknik lanjutan dari teknik hubung. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan perubahan korespondensi fonem setiap bahasa yang diteliti.

Menurut Sudaryanto (1993 ) Metode padan ialah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan ini diuraikan menjadi teknik artikulatoris, yaitu menentukan bunyi vokal dan konsonan yang mana yang menjadi retensi atau inovasi.

(35)

Berikut ini adalah penerapan teknik analisis dengan menggunakan beberapa data berikut:

GLOS BML BMS BMP

Abang abah abah abah

Abu abu abu abu

Adik adeʔ adeʔ adeʔ

Pada posisi awal vokal /a/ tetap menjadi vokal /a/. Misalnya kata abang pada bahasa Melayu Langkat (BML) menjadi abah, pada bahasa Melayu Serdang (BMS) tetap menjadi abah dan bahasa Melayu Panai (BMP) juga menyebutkan abah. Demikian juga pada kata abu, vokal /a/ pada posisi awal tidak mengalami perubahan pada ketiga bahasa yang dibandingkan. Ketiga bahasa yang dibandingkan memiliki korespondesi vokal /a/ dan memperlihatkan suatu perkembangan yang sama.

Untuk menyelesaikan permasalah yang kedua, tetap digunakan hasil analisis dari pemasalahan yang pertama. Untuk menentukan leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan, sebelumnya ditentukan dulu fonem protonya. Untuk menentukan fonem proto yang mana menurunkan satu perangkat korspondensi dalam bahasa kerabat itu menurut Keraf (1996 : 61) perlu diperhatikan beberapa faktor berikut:

1. Sebuah fonem yang distribusinya paling banyak dalam sejumlah bahasa kerabat dianggap merupakan pantulan linear dan fonem proto.

2. Fonem yang ditetapkan dalam butir pertama di atas harus didukung pula dengan

geografisnya yang luas, atau fonem itu terdapat dalam banyak daerah bahasa.

3. Fonem proto yang ditetapkan dengan ketentuan butir pertama dan kedua hanya boleh

menurunkan satu perangkat korespondensi fonemis.

(36)

dalam bahasa kerabat yang bersifat seragam, maka dapatlah kita simpulkan bahwa fonem proto dari n ~ n ~ n adalah */n/.

*n

n n

(BML) n (BMP) (BMS)

Fonem */n/ dari korespondensi n ~ n ~ n dapat dibuktikan dengan rekurensi sebagai berikut:

GLOSS BML BMS BMP

Nama nama nama nama

Napas napas napas napas

Nasi nasi nasi nasi

Bantal bantal bantal bantal

Binatang binataŋ binataŋ binataŋ

Bintang bintaŋ bintaŋ bintaŋ

Angin aŋin aŋin aŋin

Awan awan awan awan

Lengan leŋan leŋan loŋan

(37)

NO GLOSS BML BMS BMP PROTO

1 abang abah abah abah *abah

2 abang dari istri/suami

ipa ipar ipaR *ipaR

3 abangnya ayah/ibu

uaʔ uaʔ uaʔ *uaʔ

4 semua sǝmua samuo samua *semua

5 sendok sudu sudu sudu *sudu

6 serambi teRas teras *teRas

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis rekonstruksi yang telah dilakukan terhadap vokal dan konsonan dalam bahasa yang dibandingkan (BML, BMS, dan BMP) ditemukan proto leksikal berdasarkan korespondensi vokal dan konsonan dari ketiga bahasa yang dibandingkan. Korespondensi tersebut ada yang mengalami retensi atau linear dan ada yang mengalami inovasi atau tidak linear.

4.1.1 Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Vokal dan Konsonan

Linear

[image:38.595.66.479.456.773.2]

Berdasarkan analisis vokal dan konsonan diperoleh leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan. Leksikon proto linear tersebut disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Daftar Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Vokal dan Konsonan Linear

NO GLOSS BML BMS BMP PROTO

1 abang abah abah abah *abah

2 abu abu abu abu *abu

3 adik perempuan ayah/ibu

maʔ ciʔ maʔ ciʔ * maʔ ciʔ

4 akan kan akan akan *akan

5 alis alis alis *alis

6 anaknya cucu cicit cicit *cicit

7 angin aŋin aŋin aŋin *angin

8 angkat (me-) aŋkat aŋkat aŋkat *angkat

9 anjing anjiŋ anjiŋ anjiŋ *anjing

10 apa apǝ apa *apa

11 api api api api *api

12 apung timbul timbul timbul *timbul

13 asap asap asap asap *asap

14 atap atap atap atap *atap

15 atas atas atas atas *atas

16 awan awan awan awan *awan

17 ayam ayam ayam ayam *ayam

18 ayam betina dewasa

ayam bǝtina ayam bǝtina *ayam betina

(39)

dewasa

20 babi babi babi babi *babi

21 baca baca baca baca *baca

22 bahu bahu bahu *bahu

23 bantal bantal bantal bantal *bantal

24 basah basah basah *basah

25 batu batu batu batu *batu

26 bawah bawah bawah bawah *bawah

27 bawang bawaŋ bawaŋ bawaŋ *bawang

28 belah bǝlah bǝlah bolah *bǝlah

29 belibis bǝlibis bǝlibis bǝlibis *belibis

30 belum bǝlum bǝlum bolum *bǝlum

31 belut bǝlut bǝlut bolut *bǝlut

32 benih bibit bibit *bibit

33 beri kasi kasi kasi *kasi

34 besan besan besan besan *besan

35 binatang binataŋ binataŋ binataŋ *binataŋ

36 bintang bintaŋ bintaŋ bintaŋ *bintaŋ

37 bisu bisu bisu bisu *bisu

38 bisul bisul bisul bisol *bisul

39 buah buah buah buah *buah

40 buang buaŋ buaŋ *buaŋ

41 bubungan bubuŋan bubuŋan *bubuŋan

42 bulan bulan bulan bulan *bulan

43 bulu bulu bulu bulu *bulu

44 bulu mata bulu mata bulu mata bulu mata *bulu mata

45 bunga buŋa buŋa *buŋa

46 bunuh bunuh bunoh *bunuh

47 buta buta buta buta *buta

48 cabai cabe cabe cabe *cabe

49 cacing caciŋ caciŋ caciŋ *cacing

50 cangkul caŋkul caŋkul caŋkol *caŋkul

51 cecak cicak cicak cocak *cicak

52 cerme ceRmei cermei coRme *ceRmei

53 cium cium cium cium *cium

54 cuci basuh basuh basuh *basuh

55 cucu cucu cucu cucu *cucu

56 daging dagiŋ dagiŋ dagiŋ *dagiŋ

57 dan dan dan en *dan

58 datang tiba tiba *tiba

59 daun daun daun daun *daun

60 dayung kayuh kayuh *daun

61 debu dǝbu dǝbu *dǝbu

62 delapan dǝlapan dǝlapan lapan *dǝlapan

63 demam domam domam *domam

64 dengan dǝŋan dǝŋan *dǝŋan

65 di dalam dalam di dalam di dalam * di dalam

66 di mana di mana di mana di mana * di mana

67 di sini di sini di sini *di sini

68 di situ di situ di situ *di situ

69 dua dua dua dua *dua

70 elang olaŋ olaŋ olaŋ *olaŋ

(40)

72 galah galah galah *galah

73 gantung gantuŋ gantuŋ *gantuŋ

74 gigi gigi gigi *gigi

75 gigit gigit gigit *gigit

76 gulai gulai gulai gule *gulai

77 handuk tuala tuala tuala *tuala

78 hangat haŋat haŋat *haŋat

79 hapus hapus hapus *hapus

80 hati hati hati hati *hati

81 haus aus haus *haus

82 hidung hiduŋ hiduŋ idoŋ *hiduŋ

83 hidup hidup hidup hidup *hidup

84 hisap hisap hisap hisap *hisap

85 hitam hitam hitam hitam *hitam

86 hujan ujan ujan ujan *ujan

87 hutan hutan hutan *hutan

88 ia ia ia ia *ia

89 ibu jari jempol jempol jempol *jempol

90 ikan ikan ikan ikan *ikan

91 ikan gabus badau badau *badau

92 ikat ikat ikat *ikat

93 ini ini ika *iNi

94 istri bini bini bini *bini

95 itu itu itu *itu

96 jahe halia halia halia *halia

97 jahit jait jait jait *jait

98 jala jala jala *jala

99 jalan jalan jalan jalan *jalan

100 jalan (ber-) jalan jalan *jalan

101 jantung jantuŋ jantuŋ jantuŋ *jantuŋ

102 jatuh jatuh jatoh *jatuh

103 jauh jauh jauh jaoh *jauh

104 jendela tiŋkap tiŋkap tiŋkap *tiŋkap

105 kaki kaki kaki kaki *kaki

106 kami kami kami kami *kami

107 kamu engko ko ko *ko

108 kanan kanan kanan kanan *kanan

109 kata (ber-) cakap cakap *cakap

110 kera moňet moňet *moňet

111 kita kita kita kita *kita

112 kuat kuat kuat kuat *kuat

113 kucing kuciŋ kuciŋ kuciŋ *kuciŋ

114 kudis kudis kudis *kudis

115 kuku kuku kuku kuku *kuku

116 kulit kulit kulit kulit *kulit

117 kumis kumis kumis *kumis

118 kuning kuniŋ kuniŋ kuniŋ *kuniŋ

119 kunyit kuňit kuňit kuňit *kuňit

120 kutu kutu kutu kutu *kutu

121 lain lain lain lain *lain

122 laki-laki jantan jantan jantan *jantan

123 langit laŋit laŋit laŋit *laŋit

(41)

125 layangan layaŋan layaŋan layaŋ-lanyaŋ *layaŋan

126 lebah lǝbah lǝbah lǝbah *lǝbah

127 lelaki laki laki *laki

128 lengkuas lǝŋkuas lǝŋkuas lǝŋkuas *lǝŋkuas

129 licin licin licin *licin

130 lidah lidah lidah lidah *lidah

131 lima lima lima lima *lima

132 ludah ludah ludah ludah *ludah

133 lumbung lumbuŋ lumbuŋ *lumbuŋ

134 lutut lutut lutut lutut *lutut

135 main main main main *main

136 makanan makanan makanan *makanan

137 malam malam malam malam *malam

138 mandi mandi mandi *mandi

139 mangga maŋga maŋga maŋga *maŋga

140 mata mata mata mata *mata

142 mati mati mati *mati

143 menantu menantu menantu manantu *menantu

144 mendung menduŋ monduŋ *menduŋ

145 mengandung buntiŋ buntiŋ buntiŋ *buntiŋ

146 meninggal wafat wafat *wafat

147 mesjid mesjid mesjid *mesjid

148 minum minum minum minum *minum

149 mulut mulut mulut *mulut

150 muntah muntah muntah muntah *muntah

151 musim hujan musim hujan musim hujan *musim hujan

152 nama nama nama nama *nama

153 nafas napas napas napas *napas

154 nasi nasi nasi nasi *nasi

155 nasi basi nasi basi nasi basi *nasi basi

156 nenek andoŋ andoŋ *andoŋ

157 nyanyi belagu belagu *belagu

158 ombak alun alun alun *alun

159 ompong ompoŋ ompoŋ ompoŋ *ompoŋ

160 padi padi padi padi *padi

161 pagi pagi pagi pagi *pagi

162 panas panas panas *panas

163 panjang panjang panjang panjang *panjang

164 pemalu pemalu pemalu *pemalu

165 perahu sampan sampan sampan *sampan

166 pinggang piŋgaŋ piŋgaŋ piŋgaŋ * piŋgaŋ

167 pipi pipi pipi pipi *pipi

168 piring piŋgan piŋgan piŋgan * piŋgan

169 pisang pisaŋ pisaŋ pisaŋ * pisaŋ

170 pisau pisau pisau piso *pisau

171 potong potoŋ potoŋ * potoŋ

172 punggung puŋguŋ puŋguŋ * puŋguŋ

173 putih putih putih putih *putih

174 sakit sakit sakit sakit *sakit

175 salah salah salah salah *salah

176 satu satu satu satu *satu

177 sayap sayap sayap *sayap

(42)

179 sekarang kinin kinin kinin *kinin

180 selimut sǝlimut sǝlimut *sǝlimut

181 sendok sudu sudu sudu *sudu

182 siang siaŋ siaŋ siaŋ * siaŋ

183 suami laki laki laki *laki

184 sungai suŋe suŋe suŋe * suŋe

185 tadi tadi tadi *tadi

186 tahu tau tau *tau

187 tajam tajam tajam *tajam

188 takut takut takut takut *takut

189 tali tali tali *tali

190 tanah tanah tanah tanah *tanah

191 tangan lǝŋan taŋan taŋan * taŋan 192 tangga taŋga taŋga taŋga *taŋga

193 tangis (me-) tangis tangis *tangis

194 tempayan tempayan tempayan tempayan *tempayan

195 tetapi tetapi tetapi tetapi *tetapi

196 tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba *tiba-tiba

197 tiga tiga tiga tiga *tiga

198 tikus tikus tikus tikus *tikus

199 timba timba timba timba *timba

200 tipis tipis tipis tipis *tipis

201 tongkat toŋkat toŋkat tuŋkat * toŋkat

202 tua tua tua tua *tua

203 tulang tulaŋ tulaŋ tulaŋ *tulaŋ

204 tusuk tikam tikam tikam *tikam

205 ubi kayu ubi ubi ubi *ubi

206 udang udaŋ udaŋ * udaŋ

207 ulat ulat ulat ulat *ulat

208 usus usus usus usus *usus

209 wajan wajan wajan *wajan

4.1.2 Leksikon Proto Berdasarkan Korespondensi Vokal yang Tidak Linear

[image:42.595.66.478.671.765.2]

Berdasarkan analisis vokal dan konsonan diperoleh leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan ditemukan korespondensi bunyi vokal yang tidak linear. Leksikon proto berdasarkan korespondensi yang tidak linear tersebut disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Leksikon Proto Berdasarkan Korespondensi Vokal yang Tidak Linear

NO GLOSS BML BMS BMP PROTO

1 anak

abang/kakak

keponakan kaponakan *keponakan

2 anak itik anaʔ itiʔ anaʔ itiʔ anaʔ iteʔ *anaʔ itiʔ

3 asam limau limau limo *limau

(43)

5 batuk batuɂ batuɂ batoɂ *batuɂ 6 beberapa bebeRapa beberapa babaRapa *bebeRapa

7 belah belah belah bolah *belah

8 belum belum belum bolum *belum

9 belut belut belut bolut *belut

10 bengkak bǝŋkaʔ bǝŋkaʔ bongkaʔ * bǝŋkaʔ

11 berat beRat berat boRat *beRat

12 bersih beRsih bersih boRsih *beRseh

13 betis betis betis botis *betis

14 bibir bibiR bibir bibeR *bibiR

15 buruk buRuʔ buruʔ buRoʔ *buRuʔ

16 busuk busuʔ busuʔ busoʔ *busuʔ

17 cangkir caŋkir caŋkeR *caŋkiR

18 cecak cicak cicak cocak *cicak

19 cerme ceRmei cermei coRme *ceRmei

20 congek betuŋkiʔ Betuŋkiʔ batuŋkeʔ *betuŋkiʔ

21 dapur dapoR dapur dapoR *dapoR

22 delapan belas delapan belas delapan belas dalapan bolas *delapan belas

23 dengar deŋaR deŋar doŋaR *deŋaR

24 dingin sejuʔ sejuʔ sojoʔ *sejuʔ

25 dorong tolaʔ tolaʔ tulaʔ *tolaʔ

26 dua belas dua belas dua belas dua bolas *dua belas

27 duduk duduʔ dudoʔ *duduʔ

28 empat empat empat ompat *empat

29 enam puluh enam puluh enam puluh anam puloh *enam puluh

30 gali koReʔ koreʔ kuReʔ *koReʔ

31 harimau harimau harimo *haRimau

32 jagung jaguŋ jaguŋ jagoŋ * jaguŋ

33 jatuh jatuh jatoh *jatuh

34 jauh jauh jauh jaoh *jauh

35 jeruk limau limau limo *limau

36 kedelapan kelapan kelapan kalapan *kelapan

37 keempat keampat keampat kaampat *keampat

38 keenam keenam keenam kaonom *keenam

39 kelapa kelambiR kelambir kalambiR *kelambiR 40 kelingking keliŋkiŋ keliŋkiŋ kaliŋkiŋ * keliŋkiŋ

41 kepala kepala kepala kapala *kepala

42 kepiting ketam ketam kotam *ketam

43 kering keRiŋ keRiŋ koRiŋ * keRiŋ

44 kesatu peRtama pertama paRtama *peRtama

45 lengan leŋan leŋan loŋan * leŋan 46 melahirkan beranaʔ beranaʔ baranaʔ *beRanaʔ

47 menantu menantu menantu manantu *menantu

48 mendung menduŋ monduŋ * menduŋ

49 mertua meRtua mertua maRtua *meRtua

50 musim panas kemaRo kemarau kemaRo *kemaRau

51 nenas nenas nenas nonas *nenas

52 pantai pantai panta

Gambar

Tabel 1. Daftar  Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Vokal  dan Konsonan Linear
Tabel 2. Leksikon Proto Berdasarkan Korespondensi Vokal  yang Tidak  Linear
Tabel 3. Leksikon Proto Berdasarkan Korespondensi Vokal  yang Tidak  Linear

Referensi

Dokumen terkait

Babur beserta anak buahnya maju untuk mengepung Samarkand, dan di tengah perjalanan Babur bertemu dengan Sultan Ali, yang merupakan saudara dari Baisanghar, ingin balas

Jalur hijau pada segmen I berada pada tingkatan sedang (44,4% kriteria terpenuhi) untuk fungsi pereduksi polusi; tingkatan buruk hingga sedang (35,0-45,0% kriteria terpenuhi)

Pada bab II dijelaskan mengenai definisi graf, incident dan adjacent, derajat titik dari graf, subgraf, graf beraturan- r, graf komplit, graf bipartisi, graf bipartisi komplit,

Diharapkan kepada Pembaca yang melakukan proses enkripsi dan dekripsi file ataupun teks untuk menggunakan kunci yang lebih panjang dan lebih variatif antara huruf dan angka

Jadi tujuan pembelajaran harus menunjukkan tingkah laku akhir atau hasil belajar yang dituntut dapat dilakukan siswa sebagai bukti usaha belajarnya telah berhasil.. KD

Berdasarkan pentingnya pengaruh salinitas terhadap mikroalga dalam pertumbuhan, kepadatan, dan senyawa bioaktif (protein, lemak, karbohidrat, dan pigmen)

Iklan billboard yang telah dirancang memiliki beberapa alternatif dengan konsep yang sesuai dengan tempat wisata yaitu keceriaan.Desain iklan billboard yang telah

Dalam rangka untuk memastikan bahwa keputusan Dewan mengenai kegiatan tertentu yang diidentifikasikan untuk pendanaan tidak menciptakan masalah hukum atau politik bagi