REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU
SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI
TESIS
Oleh
SHARINA AMANDA
117009001/LNG
117009008/LN
TESIS
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU
SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam
Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh:
SHARINA AMANDA
117009001/LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis
: REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA
MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI
Nama Mahasiswa
: Sharina Amanda
Nomor Pokok
: 117009001
Program Studi
: Linguistik
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.)
Ketua
Anggota
(Dr. Dwi Widayati, M.Hum.)
Ketua Program Studi,
Dekan,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.)
(
Dr. Syahron Lubis, M.A.)
Telah diuji pada
Tanggal : 14 Februari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.
Anggota
: 1. Dr. Dwi Widayati, M.Hum.
PERNYATAAN
Judul Tesis
“ REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA
MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara adlah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian – bagian tertentu
dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya jelas
sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil
karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu penulis bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi – sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Desember 2014
Penulis,
REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI
ABSTRAK
Penelitian ini membahas rekonstruksi bahasa Melayu yang ada di wilayah Sumatera Utara. Teori yang digunakan ialah teori linguistik historis komparatif dengan metode rekonstruksi. Penelitian ini mencakup bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai) dan bagaimana wujud leksikon proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai ). Penelitian ini menggunakan jenis data primer yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dengan teknik sadap yang mempunyai teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat dan metode cakap dengan teknik cakap semuka bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap dengan percakapan langsung dengan informan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode rekonstruksi. Data dianalisis secara keseluruhan, yaitu dari memilah perangkat yang berkorespondensi, menentukan perubahan bunyi yang terjadi berdasarkan perangkat data yang berkorespondensi, setelah itu ditentukan fonem proto dari bahasa yang dibandingkan, langkah terakhir adalah menentukan leksikon proto dari bahasa yang dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan korespondensi vokal linear yaitu korespondensi vokal a ~ a ~ a. Korespondensi vokal i ~ i ~ i. Korespondensi vokal u ~ u ~ u. Korespondensi vokal e ~ e ~ e. Korespondensi vokal o ~ o ~ o. Korespondensi vokal tidak linear yaitu korespondensi vokal i ~ i ~ e variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Korespondensi vokal u ~ u ~o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ a variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Korespondensi au ~ au ~ o. Korespondensi ai ~ ai ~ e. Korespondensi konsonan linear yaitu Korespondensi konsonan dari b ~ b ~ b. Korespondensi konsonan c ~ c ~ c. Korespondensi konsonan d ~ d ~ d. Korespondensi konsonan g ~ g ~ g. Korespondensi konsonan h ~ h ~ h. Korespondensi konsonan j ~ j ~ j. Korespondensi konsonan k ~ k ~ k. Korespondensi konsonan l ~ l ~ l. Korespondensi konsonan m ~ m ~ m. Korespondensi konsonan n ~ n ~ n. Korespondensi konsonan p ~ p ~ p. Korespondensi konsonan s ~ s ~ s. Korespondensi konsonan t ~ t ~ t. Korespondensi konsonan tidak linear yaitu korespondensi konsonan R ~ r ~ R. Korespondensi konsonan dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Proto fonem korespondensi vokal linear. Fonem proto dari a ~ a ~ a adalah */a/. Fonem proto dari i ~ i ~ i adalah */i/. Fonem proto dari u ~ u ~ u adalah */u/. Fonem proto dari e ~ e ~ e adalah */e/. Fonem proto dari o ~ o ~ o adalah */o/. Proto fonem korespondensi vokal tidak linear yaitu fonem proto dari i ~ i ~ e adalah */i/. Variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Fonem proto dari u ~ u ~o adalah */u/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ a adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ o adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari au ~ au ~ o adalah */au/. Fonem proto dari ai ~ ai ~ e adalah */ai/. Proto fonem korespondensi konsonan linear yaitu fonem proto dari b ~ b ~ b adalah */b/. Fonem proto dari c ~ c ~ c adalah */c/. Fonem proto dari d ~ d ~ d adalah */d/. Fonem proto dari g ~ g ~ g adalah */g/. Fonem proto dari h ~ h ~ h adalah */h/. Fonem proto dari j ~ j ~ j adalah */j/. Fonem proto dari k ~ k ~ k adalah */k/. Fonem proto dari l ~ l ~ l adalah */l/. Fonem proto dari m ~ m ~ m adalah */m/. Fonem proto dari n ~ n ~ n adalah */n/. Fonem proto dari p ~ p ~ p adalah */p/. Fonem proto dari s ~ s ~ s adalah */s/. Fonem proto dari t ~ t ~ t adalah */t/. Proto korespondensi konsonan tidak linear yaitu fonem proto dari R ~ r ~ R adalah */R/. Fonem proto dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Berdasarkan proto fonem tersebut lalu dapatlah kita temukan leksikon protonya.
REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI
ABSTRACT
This study discusses the reconstruction of the Malay language in the region of North Sumatra. The theory used is the theory of comparative historical linguistics reconstruction methods. This study covers how correspondence vowels and consonants that occur from the third language than (Malay Langkat, Serdang Malay language and Malay Panai) and how the lexicon of Proto Malays form of a third language than (Malay Langkat, Malay Serdang, and Malay Panai). This study used primary data obtained using the methods refer to the tapping technique that has advanced the technique of tapping techniques and methods capable to record the conversation semuka techniques aim to obtain a complete data with a direct conversation with the informant. Data analysis method used is the method of reconstruction. Data were analyzed as a whole, ie from the corresponding sorting device, determining the sound changes that occur based on the data that corresponds, after it is determined proto phonemes of the language being compared, the final step is to determine the proto lexicon of language compared. The results showed that a linear correspondence vocal vocal correspondence a ~ a ~ a. Contact vowel i ~ i ~ i. Contact vowel u ~ u ~ u. Contact vowel e ~ e ~ e. Contact vowel o ~ o ~ o. Contact vocals are not linear correspondence vocal i ~ i ~ e variations occur ultima bersilabe central position closed. Contact vowel u ~ u ~ o variation occurs in middle position with ultima silabe closed. Contact vowel e ~ e ~ a variation occurs in middle position with silabe antipenultima open and closed. Contact vowel e ~ e ~ o variation occurs in middle position with the penultimate silabe open and closed. Contact au ~ au ~ o. Contact ai ~ ai ~ e. Contact linear consonants are consonants Correspondence of b ~ b ~ b. Contact consonant c ~ c ~ c. Contact consonant d ~ d ~ d. Contact consonant g ~ g ~ g. Contact consonant h ~ h ~ h. Contact consonant j ~ j ~ j. Contact consonant k ~ k ~ k. Contact consonant l ~ l ~ l. Contact consonant m ~ m ~ m. Contact consonants n ~ n ~ n. Contact consonants p ~ p ~ p. Contact consonant s ~ s ~ s. Contact consonant t ~ t ~ t. Correspondence is not linear correspondence consonant consonant R ~ R ~ R. Contact consonants of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Proto linear vowel phoneme correspondence. Proto phonemes of a ~ a ~ a is * / a /. Phoneme proto of i ~ i ~ i is * / i /. Proto phoneme of u ~ u ~ u is * / u /. Phoneme proto of e ~ e ~ e is * / e /. Phoneme proto o ~ o ~ of o is * / o /. Proto-phoneme correspondence vowel phonemes are not linear ie proto of i ~ i ~ e is * / i /. Variations occur ultima bersilabe central position closed. Proto phoneme of u ~ u ~ o is * / u /. Variations occur in middle position with ultima silabe closed. Phoneme proto of e ~ e ~ a is * / e /. Variations occur in middle position with silabe antipenultima open and closed. Phoneme proto of e ~ e ~ o is * / e /. Variations occur in middle position with the penultimate silabe open and closed. Phoneme proto of au ~ au ~ o is * / au /. Phoneme proto of ai ~ ai ~ e is * / ai /. Proto-phoneme correspondence consonant phonemes linear ie proto of b ~ b ~ b is a * / b /. Phoneme proto of c ~ c ~ c is * / c /. Phoneme proto of d ~ d ~ d is * / d /. Phoneme proto of g ~ g ~ g is * / g /. Phoneme proto of h ~ h ~ h is * / h /. Phoneme proto ~ j ~ j j * / j /. Proto phoneme k ~ k ~ of k is * / k /. Phoneme proto of l ~ l ~ l is * / l /. Phoneme proto of m ~ m ~ m is * / m /. Phoneme proto of n ~ n ~ n is * / n /. Phoneme proto p ~ p ~ p is * / p /. Phoneme proto of s ~ s ~ s is * / s /. Phoneme proto of t ~ t ~ t is * / t /. Proto linear correspondence is not consonant phonemes proto of R ~ R ~ R is * / R /. Phoneme proto of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Based on the proto-phoneme then we may find protonya lexicon.
PRAKATA
Tesis yang berjudul Rekonstruksi Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu panai disususun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara (USU). Penelitian ini menggunakan pendekatan Linguistik Historis Komparatif untuk merekonstruksi bahasa – bahasa Melayu yang ada di Sumatera Utara khususnya bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan kajian linguistik. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan secara luas oleh berbagai kalangan dan masyarakat untuk mengetahui korespondensi bunyi dan wujud leksikon proto dari bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai.
Dalam rangka pendalaman dan pengembangan kajian ini ke depan, masukan yang konstruktif dari berbagai kalangan sangat penulis harapkan. Kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Desember 2014
Sharina Amanda
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul : Rekonstruksi Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph. D., dan Dr. Dwi Widayati, M.Hum, sebagai pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan. Selanjutnya terima kasih juga disampaikan kepada dosen penguji, Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D., Dr. Gustianingsih, M.Hum., dan Dr. Nurlela, M.Hum yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi penyempurnaan tesis ini.
staf administrasi pada Program Studi Linguistik, termasuk rekan – rekan mahasiswa stambuk 2012 yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua, papa H. Muhammad Guntur dan mama Hj. Lailan Syafinah Nasution yang telah mencurahkan segala daya dan upayanya sehingga penulis berhasil menyandang gelar Megister. Terima kasih juga kepada kakak Shafiera Amalia, S.IP beserta abang Slamet Wahyudi yang telah turut mensukseskan penelitian penulis. Selanjutnya kepada kekasih, sahabat, dan guru saya, abang Wiradi Putra, S.S., S.Pd. yang telah membantu memberi masukan dan motivasi bagi terselesaikannya tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan yang telah membantu memberikan data – data pada penelitian ini. Kiranya hasil penelitian ini mudah – mudahan dapat memberi sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi pelestarian bahasa Melayu di Sumatera Utara.
Medan Desember 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK...
i
ABSTRACT
...
ii
PRAKATA...
iii
KATA PENGANTAR... ...
iv
DAFTAR ISI...
v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah...
1
1.2
Rumusan Masalah...
7
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian...
7
1.3.1 Tujuan Penelitian...
7
1.3.2 Manfaat Penelitian...
7
1.4
Klarifikasi Istilah...
8
BAB II. KERANGKA TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teori
2.1.1 Linguistik Historis Komparatif...
13
2.1.2 Metode Rekonstruksi...
14
2.2
Tinjauan Pustaka...
17
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ...
22
3.2
Sumber Data...
22
3.2.1 Sumber Data Primer...
22
3.3
Metode dan Teknik Pengumpulan Data...
22
3.4
Metode dan Teknik Analisis Data... 24
4.1.1
Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Vokal dan
Konsonan Linear...
29
4.1.2
Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Vokal yang
Tidak Linear...
34
4.1.3
Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Konsonan
yang Tidak Linear...
35
4.2 Pembahasan
4.2.1
Korespondensi Bunyi Vokal dan Konsonan pada Bahasa Melayu
Langkat, Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai...
38
4.2.1.1 Perangkat Korespondensi Vokal Linear...
39
4.2.1.2 Perangkat Korespondensi Vokal Tidak Linear...
48
4.2.1.3 Perangkat Korespondensi Konsonan Linear...
54
4.2.1.4 Perangkat Korespondensi Konsonan Tidak Linear...
76
4.2.1.5 Kekerabatan Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Serdang,
dan Bahasa Melayu Panai...
77
4.2.2
Deskripsi Rekonstruksi Leksikon Proto Bahasa Melayu Langkat,
Bahasa Melayu Serdang, dan Bahasa Melayu Panai...
79
4.2.2.1
Proto Fonem Perangkat Korespondensi Vokal Linear....
79
4.2.2.2
Proto Fonem Perangkat Korespondensi Vokal Tidak Linear 85
4.2.2.3
Proto Fonem Perangkat Korespondensi Konsonan Linear..
91
4.2.2.4
Proto Fonem Perangkat Korespondensi Konsonan
Tidak Linear...
94
4.3 Bagan Proto Vokal...
106
4.4
Bagan Proto Konsonan...
106
BAB V PENUTUP
5.1
Simpulan...
108
5.2
Saran...
109
REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI
ABSTRAK
Penelitian ini membahas rekonstruksi bahasa Melayu yang ada di wilayah Sumatera Utara. Teori yang digunakan ialah teori linguistik historis komparatif dengan metode rekonstruksi. Penelitian ini mencakup bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai) dan bagaimana wujud leksikon proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai ). Penelitian ini menggunakan jenis data primer yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dengan teknik sadap yang mempunyai teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat dan metode cakap dengan teknik cakap semuka bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap dengan percakapan langsung dengan informan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode rekonstruksi. Data dianalisis secara keseluruhan, yaitu dari memilah perangkat yang berkorespondensi, menentukan perubahan bunyi yang terjadi berdasarkan perangkat data yang berkorespondensi, setelah itu ditentukan fonem proto dari bahasa yang dibandingkan, langkah terakhir adalah menentukan leksikon proto dari bahasa yang dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan korespondensi vokal linear yaitu korespondensi vokal a ~ a ~ a. Korespondensi vokal i ~ i ~ i. Korespondensi vokal u ~ u ~ u. Korespondensi vokal e ~ e ~ e. Korespondensi vokal o ~ o ~ o. Korespondensi vokal tidak linear yaitu korespondensi vokal i ~ i ~ e variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Korespondensi vokal u ~ u ~o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ a variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Korespondensi vokal e ~ e ~ o variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Korespondensi au ~ au ~ o. Korespondensi ai ~ ai ~ e. Korespondensi konsonan linear yaitu Korespondensi konsonan dari b ~ b ~ b. Korespondensi konsonan c ~ c ~ c. Korespondensi konsonan d ~ d ~ d. Korespondensi konsonan g ~ g ~ g. Korespondensi konsonan h ~ h ~ h. Korespondensi konsonan j ~ j ~ j. Korespondensi konsonan k ~ k ~ k. Korespondensi konsonan l ~ l ~ l. Korespondensi konsonan m ~ m ~ m. Korespondensi konsonan n ~ n ~ n. Korespondensi konsonan p ~ p ~ p. Korespondensi konsonan s ~ s ~ s. Korespondensi konsonan t ~ t ~ t. Korespondensi konsonan tidak linear yaitu korespondensi konsonan R ~ r ~ R. Korespondensi konsonan dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Proto fonem korespondensi vokal linear. Fonem proto dari a ~ a ~ a adalah */a/. Fonem proto dari i ~ i ~ i adalah */i/. Fonem proto dari u ~ u ~ u adalah */u/. Fonem proto dari e ~ e ~ e adalah */e/. Fonem proto dari o ~ o ~ o adalah */o/. Proto fonem korespondensi vokal tidak linear yaitu fonem proto dari i ~ i ~ e adalah */i/. Variasi terjadi posisi tengah yang bersilabe ultima tertutup. Fonem proto dari u ~ u ~o adalah */u/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe ultima tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ a adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe antipenultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari e ~ e ~ o adalah */e/. Variasi terjadi pada posisi tengah dengan silabe penultima terbuka dan tertutup. Fonem proto dari au ~ au ~ o adalah */au/. Fonem proto dari ai ~ ai ~ e adalah */ai/. Proto fonem korespondensi konsonan linear yaitu fonem proto dari b ~ b ~ b adalah */b/. Fonem proto dari c ~ c ~ c adalah */c/. Fonem proto dari d ~ d ~ d adalah */d/. Fonem proto dari g ~ g ~ g adalah */g/. Fonem proto dari h ~ h ~ h adalah */h/. Fonem proto dari j ~ j ~ j adalah */j/. Fonem proto dari k ~ k ~ k adalah */k/. Fonem proto dari l ~ l ~ l adalah */l/. Fonem proto dari m ~ m ~ m adalah */m/. Fonem proto dari n ~ n ~ n adalah */n/. Fonem proto dari p ~ p ~ p adalah */p/. Fonem proto dari s ~ s ~ s adalah */s/. Fonem proto dari t ~ t ~ t adalah */t/. Proto korespondensi konsonan tidak linear yaitu fonem proto dari R ~ r ~ R adalah */R/. Fonem proto dari ɂ ~ ɂ ~ ɂ adalah */ʔ/. Berdasarkan proto fonem tersebut lalu dapatlah kita temukan leksikon protonya.
REKONSTRUKSI BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU SERDANG, DAN BAHASA MELAYU PANAI
ABSTRACT
This study discusses the reconstruction of the Malay language in the region of North Sumatra. The theory used is the theory of comparative historical linguistics reconstruction methods. This study covers how correspondence vowels and consonants that occur from the third language than (Malay Langkat, Serdang Malay language and Malay Panai) and how the lexicon of Proto Malays form of a third language than (Malay Langkat, Malay Serdang, and Malay Panai). This study used primary data obtained using the methods refer to the tapping technique that has advanced the technique of tapping techniques and methods capable to record the conversation semuka techniques aim to obtain a complete data with a direct conversation with the informant. Data analysis method used is the method of reconstruction. Data were analyzed as a whole, ie from the corresponding sorting device, determining the sound changes that occur based on the data that corresponds, after it is determined proto phonemes of the language being compared, the final step is to determine the proto lexicon of language compared. The results showed that a linear correspondence vocal vocal correspondence a ~ a ~ a. Contact vowel i ~ i ~ i. Contact vowel u ~ u ~ u. Contact vowel e ~ e ~ e. Contact vowel o ~ o ~ o. Contact vocals are not linear correspondence vocal i ~ i ~ e variations occur ultima bersilabe central position closed. Contact vowel u ~ u ~ o variation occurs in middle position with ultima silabe closed. Contact vowel e ~ e ~ a variation occurs in middle position with silabe antipenultima open and closed. Contact vowel e ~ e ~ o variation occurs in middle position with the penultimate silabe open and closed. Contact au ~ au ~ o. Contact ai ~ ai ~ e. Contact linear consonants are consonants Correspondence of b ~ b ~ b. Contact consonant c ~ c ~ c. Contact consonant d ~ d ~ d. Contact consonant g ~ g ~ g. Contact consonant h ~ h ~ h. Contact consonant j ~ j ~ j. Contact consonant k ~ k ~ k. Contact consonant l ~ l ~ l. Contact consonant m ~ m ~ m. Contact consonants n ~ n ~ n. Contact consonants p ~ p ~ p. Contact consonant s ~ s ~ s. Contact consonant t ~ t ~ t. Correspondence is not linear correspondence consonant consonant R ~ R ~ R. Contact consonants of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Proto linear vowel phoneme correspondence. Proto phonemes of a ~ a ~ a is * / a /. Phoneme proto of i ~ i ~ i is * / i /. Proto phoneme of u ~ u ~ u is * / u /. Phoneme proto of e ~ e ~ e is * / e /. Phoneme proto o ~ o ~ of o is * / o /. Proto-phoneme correspondence vowel phonemes are not linear ie proto of i ~ i ~ e is * / i /. Variations occur ultima bersilabe central position closed. Proto phoneme of u ~ u ~ o is * / u /. Variations occur in middle position with ultima silabe closed. Phoneme proto of e ~ e ~ a is * / e /. Variations occur in middle position with silabe antipenultima open and closed. Phoneme proto of e ~ e ~ o is * / e /. Variations occur in middle position with the penultimate silabe open and closed. Phoneme proto of au ~ au ~ o is * / au /. Phoneme proto of ai ~ ai ~ e is * / ai /. Proto-phoneme correspondence consonant phonemes linear ie proto of b ~ b ~ b is a * / b /. Phoneme proto of c ~ c ~ c is * / c /. Phoneme proto of d ~ d ~ d is * / d /. Phoneme proto of g ~ g ~ g is * / g /. Phoneme proto of h ~ h ~ h is * / h /. Phoneme proto ~ j ~ j j * / j /. Proto phoneme k ~ k ~ of k is * / k /. Phoneme proto of l ~ l ~ l is * / l /. Phoneme proto of m ~ m ~ m is * / m /. Phoneme proto of n ~ n ~ n is * / n /. Phoneme proto p ~ p ~ p is * / p /. Phoneme proto of s ~ s ~ s is * / s /. Phoneme proto of t ~ t ~ t is * / t /. Proto linear correspondence is not consonant phonemes proto of R ~ R ~ R is * / R /. Phoneme proto of ɂ ~ ɂ ~ ɂ is * / ʔ /. Based on the proto-phoneme then we may find protonya lexicon.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa terjadi karena antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak memiliki hubungan wajib. Misalnya dalam bahasa Indonesia untuk menyebutkan sebuah aktivitas memasukkan sesuatu ke dalam mulut, mengunyah lalu menelannya disebut makan, lalu dalam bahasa Inggris disebut eat.
Salah satu bahasa yang kita kenal adalah bahasa Melayu. Adapun bahasa Melayu yang menjadi bidang kajiannya terbatas pada bahasa Melayu yang ada di Sumatera Utara khususnya bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. Peneliti memilih ketiga bahasa ini yaitu bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai berdasarkan persamaan kosakata dari ketiga bahasa di atas sehingga peneliti merasa tertarik untuk melihat bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan dari ketiga bahasa yang dibandingkan tersebut dan perlu pula dilihat bagaimana wujud leksikon proto dari ketiga bahasa tersebut. Peneliti juga melihat bahwa penelitian ini akan dapat membantu menambah pengetahuan masyarakat mengenai bahasa Melayu secara lebih mendalam. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah – sekolah pada pelajaran bahasa daerah mengenai bagaimana menentukan bentuk proto atau bentuk tua dari bahasa Melayu yang ada di Sumatera Utara.
Menurut Sinar (2002:1) di dalam Kronik Dinasti T’ang di Cina, sudah ada tertulis nama kerajaan di Sumatera “MO-LU-YUE” ditulis dalam aksara dan logat cina. Penulisannya pada tahun 644 dan 645 Masehi. Pada abad ke-18 orang Barat, terutama Inggris dan Belanda yang mulai aktif di Nusantara, menganggap semua penduduk Nusantara dan Semenanjung Malaya karena warna kulit dan profil tubuh hampir sama, serta bisa mengerti bahasa Melayu selaku lingua franca, menyebut bangsa pribumi ini dengan nama bangsa Melayu. (Sinar, 1987 : 4). Banyak pendapat, antara lain menurut Tuur (dalam Wijk, 1985) menganggap bahwa asal-usul Melayu itu berarti ‘penyebrang’, kepada agama Islam karena agama Islam di kawasan Hindia sangat diterima dengan baik oleh orang Melayu.
Bahasa Melayu termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia atau Melayu – Polynesia atau dikenal dengan Proto Austronesia. Menurut Ophuijsen (1983 : xxiv) rumpun bahasa Austronesia kawasan bagian Barat membentang dari Malagasi sampai Pulau Rapa Nui (dekat Amerika Selatan) pada bagian Timur ; dari Taiwan pada bagian Utara sampai ke Selandia Baru pada bagian Selatan. Rumpun bahasa Austronesia juga menunjukkan kekerabatan dengan beberapa bahasa yang dituturkan di sebagian Hindia Belakang, padahal kawasan bahasa itu sampai masuk ke India. Bellwood (2000 : 142) memperkirakan jumlah bahasa Austronesia mencapai sekitar 1.200 bahasa dan merupakan rumpun bahasa yang jumlah anggotanya terbesar di dunia dan paling luas penyebaran geografisnya. Penyebaran geografis bahasa-bahasa Austronesia ini relatif tidak terputus, kecuali di daerah pinggiran Madagaskar dan Vietnam bagian Selatan yang terisolasi akibat ekspansi orang Vietnam belakangan ini. Pater Schmidt (dalam Ophuijsen 1983 : xxiv) membedakan bahasa Austronesia ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
2. Kelompok Melanesia, dalam kawasan ini terdapat sejumlah bahasa peralihan Melanesia-Polinesia sedangkan di Irian dan beberapa pulau lain ada juga bahasa-bahasa Papua.
3. Kelopok Polinesia (Selandia Baru sampai kira-kira 110° garis bujur barat).
Selanjutnya Blust (dalam Bellwood, 2000 : 152) menggolongkan rumpun bahasa Austronesia ke dalam dua subkelompok, yaitu Melayu Polinesia dan Formosa. Subkelompok Melayu Polinesia mencakup semua bahasa Austronesia yang tidak berlokasi di Taiwan. Bahasa Formosa sendiri sering dianggap sebagai subkelompok besar, tetapi penelitian belakangan ini mengungkapkan bahasa Formosa merupakan satu atau lebih subkelompok utama. Penelitian mengenai pembagian rumpun bahasa Austronesia ini terus dilakukan oleh para ahli. Penggolongan Blust dianggap cocok sekali dengan bukti arkeologis dari Kepulauan Asia Tenggara. Adapun penggolongan subkelompok bahasa Austronesia menurut Blust (dalam Bellwood, 2000:152) adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Formosa
2. Bahasa Melayu – Polinesia (semua bahasa di luar Formosa menurut Blust, meskipun Reid (1982) mengecualikan beberapa bahasa Filipina bagian utara dari bahasa Melayu- Polinesia dan menempatkannya dalam satu kelompok yang terpisah langsung.)
3. Bahasa Melayu – Polinesia Barat (Filipina, Vietnam, Madagaskar, Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian barat, dan dua bahasa di Mikronesia Barat yaitu Palau dan Chamoro).
4. Bahasa Melayu – Polinesia Timur – Tengah.
5. Bahasa Melayu – Polinesia Tengah (Sunda Kecil mulai Sumbawa bagian timur ke arah timur, Maluku kecuali Halmahera).
7. Halmahera Selatan – Nugini Barat.
8. Bahasa Oceania ( semua bahasa Melayu – Polinesia bagian timur).
Selanjutnya menurut pakar linguistik lain, yaitu Dyen (1965 ) mengelompokkan bahasa Austronesia menjadi dua kelompok besar. Dyen memilah bahasa Austronesia pertama-tama dengan pola dua kelompok: kelompok Melayu-Polinesia dan Irian Timur Melanesia. Pada tahapan kedua Dyen membagi masing-masing kelompok itu berdasarkan pola tripilah. Pola tripilah ini bisa dilihat pada pengelompokan Melayu Polinesia menjadi kelompok Hespersonesia, Maluku (Moluccan Linkage), dan Heonesia. Kemudian kelompok Maluku dibagi lagi menjadi kelompok Sula-Bacan, Ambon Timur, dan Halmahera Selatan-Irian Barat. Berdasarkan geografi dialek, Paitoon (1999 : 1) membagi bahasa Austronesia menjadi dua, yaitu bahasa Austronesia Barat dan bahasa Austronesia timur. Bahasa Austronesia Barat dibagi atas bahasa Hesperonesia (Indonesia Barat) dan Papua sedangkan bahasa Austronesia Timur dibagi atas bahasa Heonesia (Polinesia dan Mikronesia) dan bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian).
Penelitian ini mengkaji tentang bahasa Melayu Langkat, bahasa melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. Bahasa Melayu Langkat, selanjutnya dalam pembahasan disebut dengan BML. BML adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Melayu yang ada di kawasan Kabupaten Langkat, sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara, Indonesia dengan ibukotanya Stabat. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas 6.272 km² dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa tahun 2000).
Bahasa Melayu Panai selanjutnya dalam pembahasan disebut dengan BMP. BMP adalah bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Melayu yang ada di kawasan Kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara. Ibukotanya Rantau Parapat. Kabupaten Labuhanbatu terkenal dengan hasil kelapa sawit dan karet. Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9223,18km, sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa Labuhanbatu Utara maka luas kabupaten ini menjadi 2562,01km dan penduduknya sebanyak 857.692 jiwa (2008). Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Melaka. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Riau.
Ketiga bahasa ini merupakan satu rumpun dan memiliki sebagian besar kosakata yang sama, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Bahasa Melayu Langkat
Bahasa Melayu
Serdang Bahasa Melayu Panai Gloss
anaʔ anaʔ anaʔ anak
baca baca baca baca
cocaʔ cicaʔ cicaʔ cocak
daun daun daun daun
gigi gigi gigi gigi
Seperti yang telah dijelaskan, berdasarkan persamaan kosakata dari ketiga bahasa yang dibandingkan peneliti merasa perlu dilakukan rekonstruksi yaitu dengan melihat adanya korespondensi bunyi yang terjadi pada bahasa Melayu yang dibandingkan. Selanjutnya penelitian ini juga melihat bagaimana wujud leksikon proto dari bahasa yang dibandingkan. Metode rekonstruksi merupakan pemulihan, baik fonem-fonem purba (proto) maupun morfem-morfem proto, yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang sama sekali tidak memiliki naskah-naskah tertulis. (Keraf, 1996 : 59).
lanjut akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesis mengenai bunyi-bunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat (Keraf, 1996 : 40).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa
yang dibandingkan (Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai), dan 2. Bagaimana rekonstruksi Proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (Melayu
Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis korespondensi bunyi vokal dan konsonan yang terjadi dari ketiga bahasa yang dibandingkan (Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai), dan
2. Untuk menganalisis rekonstruksi Proto Melayu dari ketiga bahasa yang dibandingkan (Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai).
1.3.2 Manfaat Penelitian
Secara teoretis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Memperkaya khasanah penelitian kekerabatan bahasa khususnya korespondensi bunyi vokal dan konsonan serta rekonstruksi bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai.
b. Sebagai sumber acuan bagi para linguis dan para peneliti dalam penelitian –
c. Sebagai masukan kepada pemerintah kabupaten Langkat, Serdangbedagai,Labuhan Batu, dan Provinsi Sumatera Utara agar dapat dijadikan dasar bagi kebijakan lokal dala membangun bahasa daerah.
Sedangkan manfaat yang diharapkan secara praktis adalah:
a. Untuk menggugah minat generasi muda untuk mempelajari bahasa daerah guna
pelestarian bahasa tersebut.
b. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang
relevan untuk masa yang akan datang.
1.4.Klarifikasi Istilah
Klarifikasi istilah yang digunakan guna mempermudah pemahaman penelitian ini hal ini akan dipaparkan secara singkat yaitu:
Variasi dalam bahasa dapat berupa perbedaan ucapan seseorang dari waktu ke waktu, maupun perbedaan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Tetapi, di antara variasi-variasi yang tampaknya tidak terbatas ini, diketahui bahwa variasi-variasi itu memperlihatkan pula pola-pola tertentu. Pola-pola itu ada yang dipengaruhi pola-pola sosial, ada pula yang bersifat kedaerahan atau geografis. (Keraf, 1996 : 143). Variasi dapat berupa variasi bunyi, variasi leksikal, variasi morfologis, dll. Variasi bahasa diantaranya terdiri atas dialek dan idiolek. Idiolek merupakan ciri khas yang terdapat pada ujaran seseorang, sedangkan dialek adalah ciri khas ujaran pada sekelompok individu yang memiliki cir-ciri ujaran yang sama.
Korespondensi bunyi merupakan istilah lain dari hukum bunyi. Hukum bunyi diganti karena istilah ini mengandung tendensi adanya ikatan yang ketat. (Keraf, 1996 : 49). Korespondensi bunyi pada hakikatnya adalah suatu metode untuk menemukan hubungan antarbahasa dalam bidang bunyi bahasa. Teknik penetapan korespondensi bunyi antarbahasa lebih lanjut akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesis mengenai bunyi-bunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat. (Keraf, 1996 : 40)
Misalnya untuk kata ‘bintang’ diperoleh data berikut:
Melayu : bintang
Batak Mandailing : bintang
Dari data tersebut di atas maka diperoleh perangkat korespondensi berikut: /b – b - b
/i – i - i /n – t - n /t – t - t /a – a - a /ŋ – ŋ – ŋ
Semakin banyak data yang dibandingkan maka semakin bahnyak pula kemungkinan untuk memeroleh perangkat korespondensinya.
Dalam linguistik historis komparatif, inovasi mengandung pengertian bahwa unsur-unsur itu tidak harus merupakan unsur yang sama sekali baru, yang tidak diturunkan dari bahasa purba, tetapi dapat juga berupa unsur pewarisan dari bahasa purba yang telah mengalami perubahan sesuai dengan kaidah perubahan bunyi (adaptasi fonologi) dalam bahasa turunannya.(Mahsun, 1995 : 84)
Selanjutnya Mahsun (1995 : 85) menguraikan ciri-ciri inovasi yaitu:
1) Unsur itu merupakan unsur yang sama sekali baru, yang tidak memiliki kognat dalam bahasa lain.
2) Unsur itu memiliki kesamaan dalam bahasa lain, bukan karena pewarisan etimon protobahasa (melainkan hasil inovasi internal yang dipinjam oleh bahasa penerima) tetapi keberadaan unsur itu tidak sesuai dengan sistem (kaidah perubahan bunyi) bahasa (penerima) dan atau distribusi unsur itu terbatas dibandingkan dengan distribusi dalam bahasa lain yang diduga sebagai bahasa sumbernya.
3) Unsur itu memiliki kognat dalam bahasa lain karena pewarisan dari protobahasa yang
sama, namun pola pewarisannya (kaidahnya) memperlihatkan kekhasan, tidak sama dengan bahasa lain yang juga sama-sama mewarisi etimon itu.
Macam-macam perubahan bunyi dapat dibedakan berdasarkan tipe berubahan bunyi. Tipe perubahan bunyi lebih meneropong perubahan bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya.sebaliknya macam-macam perubahan bunyi didasarkan atas hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas. (keraf, 1996: 85). Pola – pola perubahan bunyi yang sering ditemukan menurut Mahsun (1995: 26-28) adalah
• peleburan (merger), merupakan penggabungan dua fonem atau lebih menjadi satu fonem.
• perengkahan (split), merupakan gejala perubahan satu fonem membelah menjadi dua fonem
atau lebih.
• penunggalan (monophonemization),
• penggugusan (diphonization), merupakan suatu perubahan gugus fonem menjadi dua fonem
bergugus.
• peluluhan bunyi (phonemik loss), merupakan perubahan bunyi berupa hilangnya fonem baik
pada posisi awal, tengah, maupun akhir.
Di samping itu Keraf (1996 : 85-94) mengemukakan macam – macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas.perubahan tersebut yaitu:
• Asimilasi, merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang berbeda dalam
bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang sama.
• Disimilasi, merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang sama dalam
bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang berbeda. • Perubahan bunyi berdasarkan tempat, merupakan perubahan yang terjadi akibat perubahan
tempat. Macam-macam perubahan ini : metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog.
seperti perilaku semantis, sintaksis, morfologis, dan fonologinya, sedangkan perbendaharaan kata lebih ditekankan pada kekayaan kata yang dimiliki seseorang atau suatu baha
BAB II
KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Linguistik Historis Komparatif
Linguistik historis komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf 1996:22). Menurut Fernandez (1996:14) linguistik historis komparatif sebagai cabang linguistik mempunyai tugas utama antara lain menetapkan fakta dan tingkat kekerabatan antarbahasa yang berkaitan erat dengan pengelompokan bahasa-bahasa kerabat.
Selanjutnya Mbete (2009 : 1) mengatakan bahwa linguistik historis komparatif adalah cabang linguistik yang mempelajari dan mengkaji bahasa dalam dimensi waktu, khususnya masa lalu. Dengan dimensi waktu ini, bahasa yang dikaji bersifat diakronis, berbeda dengan linguistik deskriptif yang bersifat sinkronik. Linguistik historis komparatif bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan kekerabatan dan kesejarahan bahasa – bahasa di suatu kawasan tertentu. Hubungan kekerabtan atau keseasalan yang ditemukan itu diabstraksikan dalam bentuk silsilah. Di balik hubungan itu, tersirat fakta – fakta kebahsaan yang dijadikan dasar penentuan dan pembuktianhubungan kekerabatan. Fakta – fakta kebahsaan itu menggambarkan proses kesejarahan bahasa – bahasa kerabat itu dalam perjalananan waktu. Proses kesejarahan berkaitan dengan perubahan dan penerusan unsur (statis) dan struktur bahasa.
Dengan memperhatikan luas lingkup linguistik historis komparatif, Keraf (1996 : 23) mengemukakan tujuan dan kepentingan linguistik historis komparatif beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Mempersoalkan bahasa – bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan
2. Mengadakan rekonstruksi bahasa – bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa – bahasa purba (bahasa – bahasa proto) atau bahasa – bahasa yang menurunkan bahasa – bahasa kontemporer. Atau dengan kata lain linguistik historis komparatif berusaha menemukan bahasa proto yang menurunkan bahasa – bahasa moderen.
2.1.2 Metode Rekonstruksi
Metode rekonstruksi merupakan pemulihan, baik fonem-fonem purba (proto) maupun morfem-morfem proto, yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang sama sekali tidak memiliki naskah-naskah tertulis (Keraf, 1996 : 59).
Rekonstruksi fonem dan rekonstruksi morfem dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem proto, maka sebenarnya fonem proto itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya. Untuk mengadakan rekonstruksi fonem-fonem dan morfem-morfem bahasa kerabat kepada fonem-fonem dan morfem – morfem bahasa proto yang diperkirakan menurunkan bahasa kerabat tersebut maka perlu dikakukan beberapa tahapan, yaitu mencatat semua korespondensi fonemis dalam bahasa-bahasa kerabat yang dibandingkan. Membandingkan unsur-unsur yang menunjukkan kontras itu dalam lingkungan yang lebih luas dengan mencari pasangan-pasangan baru. Mengadakan rekonstruksi tiap fonem yang terkandung dalam pasangan kata-kata yang dibandingkan. (Keraf, 1996 : 60). Beberapa hal yang harus diperhatikan kembali sebelum melakukan rekonstruksi protobahasa, khususnya rekonstruksi tataran fonologi dan leksikon ialah selain menyisihkan kata-kata pinjaman, peneliti harus menemukan kata dasar atau dasar kata. (Mbete, 2002 : 37)
1. Jikalau perangkat kata seasal (perangkat kognat) dari semua bahasa memperlihatkan kesepadanan fonem secara teratur, khususnya dari fonem tertentu yang sedang dibandingkan, maka protofonem yang ditetapkan adalah fonem itu juga.
2. Jikalau perangkat kata seasal memperlihatkan kesepadanan fonem dan fonem yang
dibandingkan menunjukkan kebedaan karena perubahan yang teratur pada lingkungan tertentu, dan pada bahasa tertentu pula, maka protofonem yang direkonstruksi dan ditetapkan itu didasarkan pada kaidah perubahan.
3. Jikalau dalam bahasa itu ditemukan dua macam kesepadanan atau korespondensi yang teratur maka keduanya harus ditandai dengan tanda yang berbeda.
4. Jikalau perangkat kata seasal memperlihatkan kesepadanan fonem, dan fonem yang dibandingkan itu menunjukkan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan dengan kaidah perubahan sehingga tidak dapat diketahui pula mana fonem yang asli, maka protofonemnya ditetapkan di antara kedua fonem itu dengan apitan tanda kurung. Ketentuan ini terutama berkaitang dengan perubahan yang tidak tertaur dalam rangka rekonstruksi leksikon.
Selanjutnya menurut Crowley (dalam Panggabean, 2013 : 35) rekonstruksi adalah perkiraan tentang kemungkinan bentuk proto-bahasa dengan menelusuri perubahan – perubahan yang terjadi di antara proto-bahasa dengan bahasa – bahasa berkerabat yang diturunkannya (sister languages). Crowley menjelaskan untuk melakukan rekonstruksi bentuk – bentuk proto-bahasa, dilakukan beberapa hal berikut
1. Langkah pertama adalah memisahkan kata atau kata – kata yang berkerabat dari kata – kata yang tidak berkerabat. Misalnya, /tafuafi/ ‘membuat api’ harus dikeluarkan dari data
b. Tonga b. Samoa b.Rarotong b. Hawai Gloss
tafuafi siɁa Ɂika hiɁa Membuat api
b. Tonga t a p u
b.Samoa t a p u
b. Rarotong t a p u
b. Hawai k a p u
Perangkat korespondensi dalam data di atas adalah /t-t-t-k/, /a-a-a-a/, /p-p-p-p/, /u-u-u-u/. 3. Langkah ketiga adalah memeriksa perangkat bunyi berkorespondensi yang mempunyai
perbedaan untuk menentukan proto-fonemnya seperti data berikut:
b. Tonga b. Samoa b. Rarotong b. Hawai
t t t k
ŋ ŋ ŋ n
Perbedaan perangkat bunyi pada data pertama adalah /t-k/ dan pada data kedua adalah / ŋ-n/. Ada kemungkinan /*t/ atau /*k/ adalah proto dari /t/ dan /k/ serta /* ŋ/ atau /*n/ adalah proto dari /ŋ/ atau /n/. Namun karena /t/ dan / ŋ/ mempunyai distribusi paling luas atau rekurensi paling luas pada data yang ada, maka /*t/ dan /* ŋ/ adalah fonem – fonem proto dalam keempat bahasa tersebut.
2.2 Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis.
bahasa Melayu. Namun, pembicaraan mengenai tingkat kekerabatan sudah banyak yang menelitinya hanya saja menggunakan perbandingan bahasa yang berbeda.
Beberapa karya ilmiah yang dapat digunaka sebagai referensi atau acuan adalah sebagai berikut: ”Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam Bahasa Melayu Asahan” (Widayati, 2001), ”Pertalian Bunyi Bahasa Austronesia Purba dengan Bahasa Lio dan Bahasa Ngada di Flores Tengah” (Mbete, 1981), “Refleksi Fonem Proto-Austronesia pada Bahasa Sasak dan Sumbawa” (Basuki, 1981), “ Beberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Mandailing dan Toba” (Siregar, 2010), “Refleksi fonem vokal proto austronesia dalam Bahasa Aceh dan Bahasa Melayu Dialek langkat” (Sari, 2011)
Penelitian Widayati (2001) “Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam Bahasa Melayu Asahan” menyimpulkan fonem-fonem turunan dalam bahasa Melayu Asahan (BMA) yang merupakan refleksi langsung dari proto Melayu (PM) dan tetap sebagai retensi dan ada pula yang telah mengalami inovasi bentuk. PM *a >a pada silabel final, penultima, dan antepenultima merupakan bentuk retensi yang tetap dalam ada dalam BMA sementara o pada silabel penultima dan ǝ pada silabel antepenultima merupakan bentuk inovatif ; PM *i pada silabel final, penultima dan antepenultima > i merupakan bentuk retensi dalam BMA sementara variasinya e, ǝ, dan a adalah bentu inovatif; *u pada silabel final, penultima dan antepenultima > u merupakan bentuk retensi dan o pada silabel final, penultima , dan ǝ,a,i antepenultima >o, dan pada silabel antepenultima >a, i adalah bentuk inovatif.
Penelitian berjudul “Pertalian Bunyi Bahasa Austronesia Purba Bahasa Lio dan Ngada di Flores Tengah” dilakukan oleh Mbete (1981), membahas bagaimana sebenarnya bunyi Austronesia Purba dengan bahasa Lio dan Ngada di Flores Tengah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Sebagian besar bunyi bahasa Austronesia Purba tetap terwarisi dalam bahasa Lio dan Ngada. Selain tetap terwaris, beberapa fonem bahasa Austronesia Purba mengalami perubahan bunyi
Perubahan bunyi bahasa Austronesia dalam bahasa Lio dan Ngada, dapat digolongkan dalam
beberapa jenis yaitu penggantian (substitusi), penyatuan (merger), pemekaran (split), dan penghilangan.
Basuki (1981) meneliti “Refleksi Fonem Proto-Austronesia pada Bahasa Sasak dan Sumbawa” menyimpulkan hasil penelitian tentang bahasa Sasak dan Sumbawa pada masa lalu pernah mengalami sejarah perkembangan bersama, pada suatu masa yang lebih muda dari masa perkembangan bahasa Austronesia. Di dalam pohon keluarga bahasa Austronesia, tempat bahasa meso (bahasa Proto) adalah lebih rendah dari Proto-Melayu Polinesia.
Siregar (2010) meneliti “Beberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Mandailing dan Toba” membuktikan beberapa hal sebagai berikut:
Perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT terjadi secara linear dan inovasi. Distribusi perubahan fonem vokal PAN *a, *i, *u dalam BBM dan BBT mempunyai
distribusi yang lengkap yaitu fonem PAN *a , *i, *u berubah dalam BBM dan BBT pada posisi awal, tengah dan akhir. Sedangkan perubahan fonem vokal PAN *ǝ dalam BBM dan BBT tidak pernah terjadi pada posisi akhir.
Perubahan bunyi PAN dalam BBM dan BBT lebih banyak berubah secara tidak beraturan
(sporadis) dibandingkan berubah secara beraturan. Perubahan secara beraturan PAN dalam BBM hanya dapat dilihat pada fonem PAN *a > a pada posisi awal, tengah, dan akhir dan pada fonem PAN *ǝ > o pada posisi awal dan tengah. Perubahan secara beraturan PAN dalam BBT dapat dilihat pada fonem PAN *a > a pada posisi awal, tengah, dan Akhir dan pada fonem PAN *ǝ > /o/ pada posisi awal dan tengah.
Jika dilihat dari perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT yang lebih dominan
berubah secara linear pada lingkungan yang sama pula dapat disimpulkan BBM dan BBT berkerabat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Adelaar (1981 : 55) yang menyatakan BBM dan BBT berkerabat dan diturunkan dari Proto Batak Bagian Selatan.
Dari semua temuan, pembahasan temuan, dan diskusi dalam penelitian ini, dapat
Sari (2011) meneliti “Refleksi Fonem Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Aceh dan Bahasa Melayu Dialek Langkat”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut :
Ditemukan adanya refleksi fonem proto Austronesia dalam BA dan BMDL, baik refleksi
langsung dari PAN yang tetap sebagai retensi maupun yang telah mengalami inovasi bentuk.
Ditemukan adanya retensi dan inovasi dalam BA dan BMDL.
a. Refleksi retensi PAN dalam BA terdapat pada vokal *a, *i, *u dan *|.
b. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *a berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu /u/, /o/, dan /|/.
c. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *i berubah bentuk menjadi empat vokal baru, yaitu /u/, /e/, /o/, dan /E/.
d. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *u berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu
/e/, /o/, dan /E/.
e. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *| berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu /a/.
f. Refleksi retensi PAN dalam BMDL terdapat pada vokal *a, *i, *u dan *|.
g. Refleksi inovasi PAN dalam BMDL pada vokal *u berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu
/O/.
h. Refleksi inovasi PAN dalam BMDL pada vokal *| berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu
/a/.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di lapangan yaitu wilayah Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdangbedagai, dan Kabupaten Labuhan Batu.
3.2 Sumber Data
Sumber data primer dari penelitian ini adalah masyarakat penutur asli bahasa Melayu Langkat, bahasa Melayu Serdang, dan bahasa Melayu Panai. Data primer yang diperoleh berdasarkan 400 daftar kosakata dasar dari Balai Bahasa yang dialih bahasakan oleh masyarakat penutur asli suku Melayu Langkat, Melayu Serdang, dan Melayu Panai. Penelitian ini menggunakan dua belas narasumber. Masing – masing wilayah menggunakan empat orang narasumber. Informan dalam penelitian ini mengikuti kriteria Mahsun (1995:106) yaitu sebagai berikut:
1) Berjenis kelamin pria atau wanita.
2) Berusia antara 25 – 65 tahun (tidak pikun).
3) Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.
4) Berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya. 5) Memiliki kebanggan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya.
6) Merupakan penutur asli. 7) Sehat jasmani dan rohani.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode cakap dan metode simak. Metode cakap yang diperoleh dari percakapan antara peneliti dengan informan. Dalam pelaksanaan metode cakap, peneliti terlibat langsung di daerah penelitian, menemui informan untuk mendapatkan data. Selanjutnya peneliti menyimak setiap kata-kata informan yang menjadi data pada penelitian ini. Menurut Mahsun (1995:94) metode cakap memiliki teknik dasar yang disebut dengan teknik pancing. Dikatakan teknik dasar, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode cakap itu hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimulasi (pancingan ) pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan peneliti. Dalam penelitian ini teknik pancingan dilakukan dengan menjelaskan makna-makna yang biasanya tersusun dalam daftar pertanyaan yang disediakan. Peneliti memberi stimulus dengan menyebutkan kosakata dasar Balai Bahasa dengan harapan informan memberikan penjelasan mengenai kata – kata dasar yang telah disediakan tersebut. Selanjutnya dalam metode cakap ini dilanjutkan dengan teknik cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik ini peneliti mendatangi langsung setiap daerah yang menjadi lokasi penelitian dan melakukan percakapan langsung dengan para informan.
Selain itu, peneliti menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 1995:98). Metode ini memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap. Penelitian ini dilakukan dengan teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat. Teknik sadap catat, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitinya dari penggunaan bahasa secara tertulis tersebut. Setelah informan memberikan informasi mengenai kosakata swadesh yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa sasaran, maka peneliti mencatat informasi tersebut.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
bahasa proto tersebut dengan berasumsi bahwa perubahan-perubahan bunyi adalah beraturan, dimana setiap bunyi dalam satu bahasa akan berubah pada lingkungan yang sama.
Harus diperhatikan sebelum melakukan rekonstruksi protobahasa, khususnya rekonstruksi tataran fonologi dan leksikon, ialah bahwa selain menyisihkan kata-kata pinjaman, peneliti harus menemukan kata dasar atau dasar kata. Dengan kata lain, semua afiks harus ditanggalkan. Proses morfofonemis diperhatikan pula dalam penemuan kata dasar itu. (Mbete, 2002 : 37)
Dalam merekonstruksi dapat dilakukan dengan dua arah, yaitu dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah (Mbete, 2002 : 38). Penelitian ini menggunakan dari bawah ke atas, kemudian dilanjutkan dengan metode padan. Rekonstruksi dari bawah ke atas bertujuan untuk menetukan bentuk – bentuk proto yang dihipoesiskan sebagai asal dari bentuk – bentuk turunan serta menggambarkan kaidah dan proses perubahannya pada bahasa – bahasa turunan.
Metode komparatif ini diuraikan dalam teknik hubung. Teknik hubung mempunyai dua teknik lanjutan, yaitu teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan teknik hubung banding membedakan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kedua teknik lanjutan dari teknik hubung. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan perubahan korespondensi fonem setiap bahasa yang diteliti.
Menurut Sudaryanto (1993 ) Metode padan ialah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan ini diuraikan menjadi teknik artikulatoris, yaitu menentukan bunyi vokal dan konsonan yang mana yang menjadi retensi atau inovasi.
Berikut ini adalah penerapan teknik analisis dengan menggunakan beberapa data berikut:
GLOS BML BMS BMP
Abang abah abah abah
Abu abu abu abu
Adik adeʔ adeʔ adeʔ
Pada posisi awal vokal /a/ tetap menjadi vokal /a/. Misalnya kata abang pada bahasa Melayu Langkat (BML) menjadi abah, pada bahasa Melayu Serdang (BMS) tetap menjadi abah dan bahasa Melayu Panai (BMP) juga menyebutkan abah. Demikian juga pada kata abu, vokal /a/ pada posisi awal tidak mengalami perubahan pada ketiga bahasa yang dibandingkan. Ketiga bahasa yang dibandingkan memiliki korespondesi vokal /a/ dan memperlihatkan suatu perkembangan yang sama.
Untuk menyelesaikan permasalah yang kedua, tetap digunakan hasil analisis dari pemasalahan yang pertama. Untuk menentukan leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan, sebelumnya ditentukan dulu fonem protonya. Untuk menentukan fonem proto yang mana menurunkan satu perangkat korspondensi dalam bahasa kerabat itu menurut Keraf (1996 : 61) perlu diperhatikan beberapa faktor berikut:
1. Sebuah fonem yang distribusinya paling banyak dalam sejumlah bahasa kerabat dianggap merupakan pantulan linear dan fonem proto.
2. Fonem yang ditetapkan dalam butir pertama di atas harus didukung pula dengan
geografisnya yang luas, atau fonem itu terdapat dalam banyak daerah bahasa.
3. Fonem proto yang ditetapkan dengan ketentuan butir pertama dan kedua hanya boleh
menurunkan satu perangkat korespondensi fonemis.
dalam bahasa kerabat yang bersifat seragam, maka dapatlah kita simpulkan bahwa fonem proto dari n ~ n ~ n adalah */n/.
*n
n n
(BML) n (BMP) (BMS)
Fonem */n/ dari korespondensi n ~ n ~ n dapat dibuktikan dengan rekurensi sebagai berikut:
GLOSS BML BMS BMP
Nama nama nama nama
Napas napas napas napas
Nasi nasi nasi nasi
Bantal bantal bantal bantal
Binatang binataŋ binataŋ binataŋ
Bintang bintaŋ bintaŋ bintaŋ
Angin aŋin aŋin aŋin
Awan awan awan awan
Lengan leŋan leŋan loŋan
NO GLOSS BML BMS BMP PROTO
1 abang abah abah abah *abah
2 abang dari istri/suami
ipa ipar ipaR *ipaR
3 abangnya ayah/ibu
uaʔ uaʔ uaʔ *uaʔ
4 semua sǝmua samuo samua *semua
5 sendok sudu sudu sudu *sudu
6 serambi teRas teras *teRas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis rekonstruksi yang telah dilakukan terhadap vokal dan konsonan dalam bahasa yang dibandingkan (BML, BMS, dan BMP) ditemukan proto leksikal berdasarkan korespondensi vokal dan konsonan dari ketiga bahasa yang dibandingkan. Korespondensi tersebut ada yang mengalami retensi atau linear dan ada yang mengalami inovasi atau tidak linear.
4.1.1 Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Bunyi Vokal dan Konsonan
Linear
[image:38.595.66.479.456.773.2]Berdasarkan analisis vokal dan konsonan diperoleh leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan. Leksikon proto linear tersebut disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Daftar Proto Leksikal Berdasarkan Korespondensi Vokal dan Konsonan Linear
NO GLOSS BML BMS BMP PROTO
1 abang abah abah abah *abah
2 abu abu abu abu *abu
3 adik perempuan ayah/ibu
maʔ ciʔ maʔ ciʔ * maʔ ciʔ
4 akan kan akan akan *akan
5 alis alis alis *alis
6 anaknya cucu cicit cicit *cicit
7 angin aŋin aŋin aŋin *angin
8 angkat (me-) aŋkat aŋkat aŋkat *angkat
9 anjing anjiŋ anjiŋ anjiŋ *anjing
10 apa apǝ apa *apa
11 api api api api *api
12 apung timbul timbul timbul *timbul
13 asap asap asap asap *asap
14 atap atap atap atap *atap
15 atas atas atas atas *atas
16 awan awan awan awan *awan
17 ayam ayam ayam ayam *ayam
18 ayam betina dewasa
ayam bǝtina ayam bǝtina *ayam betina
dewasa
20 babi babi babi babi *babi
21 baca baca baca baca *baca
22 bahu bahu bahu *bahu
23 bantal bantal bantal bantal *bantal
24 basah basah basah *basah
25 batu batu batu batu *batu
26 bawah bawah bawah bawah *bawah
27 bawang bawaŋ bawaŋ bawaŋ *bawang
28 belah bǝlah bǝlah bolah *bǝlah
29 belibis bǝlibis bǝlibis bǝlibis *belibis
30 belum bǝlum bǝlum bolum *bǝlum
31 belut bǝlut bǝlut bolut *bǝlut
32 benih bibit bibit *bibit
33 beri kasi kasi kasi *kasi
34 besan besan besan besan *besan
35 binatang binataŋ binataŋ binataŋ *binataŋ
36 bintang bintaŋ bintaŋ bintaŋ *bintaŋ
37 bisu bisu bisu bisu *bisu
38 bisul bisul bisul bisol *bisul
39 buah buah buah buah *buah
40 buang buaŋ buaŋ *buaŋ
41 bubungan bubuŋan bubuŋan *bubuŋan
42 bulan bulan bulan bulan *bulan
43 bulu bulu bulu bulu *bulu
44 bulu mata bulu mata bulu mata bulu mata *bulu mata
45 bunga buŋa buŋa *buŋa
46 bunuh bunuh bunoh *bunuh
47 buta buta buta buta *buta
48 cabai cabe cabe cabe *cabe
49 cacing caciŋ caciŋ caciŋ *cacing
50 cangkul caŋkul caŋkul caŋkol *caŋkul
51 cecak cicak cicak cocak *cicak
52 cerme ceRmei cermei coRme *ceRmei
53 cium cium cium cium *cium
54 cuci basuh basuh basuh *basuh
55 cucu cucu cucu cucu *cucu
56 daging dagiŋ dagiŋ dagiŋ *dagiŋ
57 dan dan dan en *dan
58 datang tiba tiba *tiba
59 daun daun daun daun *daun
60 dayung kayuh kayuh *daun
61 debu dǝbu dǝbu *dǝbu
62 delapan dǝlapan dǝlapan lapan *dǝlapan
63 demam domam domam *domam
64 dengan dǝŋan dǝŋan *dǝŋan
65 di dalam dalam di dalam di dalam * di dalam
66 di mana di mana di mana di mana * di mana
67 di sini di sini di sini *di sini
68 di situ di situ di situ *di situ
69 dua dua dua dua *dua
70 elang olaŋ olaŋ olaŋ *olaŋ
72 galah galah galah *galah
73 gantung gantuŋ gantuŋ *gantuŋ
74 gigi gigi gigi *gigi
75 gigit gigit gigit *gigit
76 gulai gulai gulai gule *gulai
77 handuk tuala tuala tuala *tuala
78 hangat haŋat haŋat *haŋat
79 hapus hapus hapus *hapus
80 hati hati hati hati *hati
81 haus aus haus *haus
82 hidung hiduŋ hiduŋ idoŋ *hiduŋ
83 hidup hidup hidup hidup *hidup
84 hisap hisap hisap hisap *hisap
85 hitam hitam hitam hitam *hitam
86 hujan ujan ujan ujan *ujan
87 hutan hutan hutan *hutan
88 ia ia ia ia *ia
89 ibu jari jempol jempol jempol *jempol
90 ikan ikan ikan ikan *ikan
91 ikan gabus badau badau *badau
92 ikat ikat ikat *ikat
93 ini ini ika *iNi
94 istri bini bini bini *bini
95 itu itu itu *itu
96 jahe halia halia halia *halia
97 jahit jait jait jait *jait
98 jala jala jala *jala
99 jalan jalan jalan jalan *jalan
100 jalan (ber-) jalan jalan *jalan
101 jantung jantuŋ jantuŋ jantuŋ *jantuŋ
102 jatuh jatuh jatoh *jatuh
103 jauh jauh jauh jaoh *jauh
104 jendela tiŋkap tiŋkap tiŋkap *tiŋkap
105 kaki kaki kaki kaki *kaki
106 kami kami kami kami *kami
107 kamu engko ko ko *ko
108 kanan kanan kanan kanan *kanan
109 kata (ber-) cakap cakap *cakap
110 kera moňet moňet *moňet
111 kita kita kita kita *kita
112 kuat kuat kuat kuat *kuat
113 kucing kuciŋ kuciŋ kuciŋ *kuciŋ
114 kudis kudis kudis *kudis
115 kuku kuku kuku kuku *kuku
116 kulit kulit kulit kulit *kulit
117 kumis kumis kumis *kumis
118 kuning kuniŋ kuniŋ kuniŋ *kuniŋ
119 kunyit kuňit kuňit kuňit *kuňit
120 kutu kutu kutu kutu *kutu
121 lain lain lain lain *lain
122 laki-laki jantan jantan jantan *jantan
123 langit laŋit laŋit laŋit *laŋit
125 layangan layaŋan layaŋan layaŋ-lanyaŋ *layaŋan
126 lebah lǝbah lǝbah lǝbah *lǝbah
127 lelaki laki laki *laki
128 lengkuas lǝŋkuas lǝŋkuas lǝŋkuas *lǝŋkuas
129 licin licin licin *licin
130 lidah lidah lidah lidah *lidah
131 lima lima lima lima *lima
132 ludah ludah ludah ludah *ludah
133 lumbung lumbuŋ lumbuŋ *lumbuŋ
134 lutut lutut lutut lutut *lutut
135 main main main main *main
136 makanan makanan makanan *makanan
137 malam malam malam malam *malam
138 mandi mandi mandi *mandi
139 mangga maŋga maŋga maŋga *maŋga
140 mata mata mata mata *mata
142 mati mati mati *mati
143 menantu menantu menantu manantu *menantu
144 mendung menduŋ monduŋ *menduŋ
145 mengandung buntiŋ buntiŋ buntiŋ *buntiŋ
146 meninggal wafat wafat *wafat
147 mesjid mesjid mesjid *mesjid
148 minum minum minum minum *minum
149 mulut mulut mulut *mulut
150 muntah muntah muntah muntah *muntah
151 musim hujan musim hujan musim hujan *musim hujan
152 nama nama nama nama *nama
153 nafas napas napas napas *napas
154 nasi nasi nasi nasi *nasi
155 nasi basi nasi basi nasi basi *nasi basi
156 nenek andoŋ andoŋ *andoŋ
157 nyanyi belagu belagu *belagu
158 ombak alun alun alun *alun
159 ompong ompoŋ ompoŋ ompoŋ *ompoŋ
160 padi padi padi padi *padi
161 pagi pagi pagi pagi *pagi
162 panas panas panas *panas
163 panjang panjang panjang panjang *panjang
164 pemalu pemalu pemalu *pemalu
165 perahu sampan sampan sampan *sampan
166 pinggang piŋgaŋ piŋgaŋ piŋgaŋ * piŋgaŋ
167 pipi pipi pipi pipi *pipi
168 piring piŋgan piŋgan piŋgan * piŋgan
169 pisang pisaŋ pisaŋ pisaŋ * pisaŋ
170 pisau pisau pisau piso *pisau
171 potong potoŋ potoŋ * potoŋ
172 punggung puŋguŋ puŋguŋ * puŋguŋ
173 putih putih putih putih *putih
174 sakit sakit sakit sakit *sakit
175 salah salah salah salah *salah
176 satu satu satu satu *satu
177 sayap sayap sayap *sayap
179 sekarang kinin kinin kinin *kinin
180 selimut sǝlimut sǝlimut *sǝlimut
181 sendok sudu sudu sudu *sudu
182 siang siaŋ siaŋ siaŋ * siaŋ
183 suami laki laki laki *laki
184 sungai suŋe suŋe suŋe * suŋe
185 tadi tadi tadi *tadi
186 tahu tau tau *tau
187 tajam tajam tajam *tajam
188 takut takut takut takut *takut
189 tali tali tali *tali
190 tanah tanah tanah tanah *tanah
191 tangan lǝŋan taŋan taŋan * taŋan 192 tangga taŋga taŋga taŋga *taŋga
193 tangis (me-) tangis tangis *tangis
194 tempayan tempayan tempayan tempayan *tempayan
195 tetapi tetapi tetapi tetapi *tetapi
196 tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba *tiba-tiba
197 tiga tiga tiga tiga *tiga
198 tikus tikus tikus tikus *tikus
199 timba timba timba timba *timba
200 tipis tipis tipis tipis *tipis
201 tongkat toŋkat toŋkat tuŋkat * toŋkat
202 tua tua tua tua *tua
203 tulang tulaŋ tulaŋ tulaŋ *tulaŋ
204 tusuk tikam tikam tikam *tikam
205 ubi kayu ubi ubi ubi *ubi
206 udang udaŋ udaŋ * udaŋ
207 ulat ulat ulat ulat *ulat
208 usus usus usus usus *usus
209 wajan wajan wajan *wajan
4.1.2 Leksikon Proto Berdasarkan Korespondensi Vokal yang Tidak Linear
[image:42.595.66.478.671.765.2]Berdasarkan analisis vokal dan konsonan diperoleh leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan ditemukan korespondensi bunyi vokal yang tidak linear. Leksikon proto berdasarkan korespondensi yang tidak linear tersebut disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Leksikon Proto Berdasarkan Korespondensi Vokal yang Tidak Linear
NO GLOSS BML BMS BMP PROTO
1 anak
abang/kakak
keponakan kaponakan *keponakan
2 anak itik anaʔ itiʔ anaʔ itiʔ anaʔ iteʔ *anaʔ itiʔ
3 asam limau limau limo *limau
5 batuk batuɂ batuɂ batoɂ *batuɂ 6 beberapa bebeRapa beberapa babaRapa *bebeRapa
7 belah belah belah bolah *belah
8 belum belum belum bolum *belum
9 belut belut belut bolut *belut
10 bengkak bǝŋkaʔ bǝŋkaʔ bongkaʔ * bǝŋkaʔ
11 berat beRat berat boRat *beRat
12 bersih beRsih bersih boRsih *beRseh
13 betis betis betis botis *betis
14 bibir bibiR bibir bibeR *bibiR
15 buruk buRuʔ buruʔ buRoʔ *buRuʔ
16 busuk busuʔ busuʔ busoʔ *busuʔ
17 cangkir caŋkir caŋkeR *caŋkiR
18 cecak cicak cicak cocak *cicak
19 cerme ceRmei cermei coRme *ceRmei
20 congek betuŋkiʔ Betuŋkiʔ batuŋkeʔ *betuŋkiʔ
21 dapur dapoR dapur dapoR *dapoR
22 delapan belas delapan belas delapan belas dalapan bolas *delapan belas
23 dengar deŋaR deŋar doŋaR *deŋaR
24 dingin sejuʔ sejuʔ sojoʔ *sejuʔ
25 dorong tolaʔ tolaʔ tulaʔ *tolaʔ
26 dua belas dua belas dua belas dua bolas *dua belas
27 duduk duduʔ dudoʔ *duduʔ
28 empat empat empat ompat *empat
29 enam puluh enam puluh enam puluh anam puloh *enam puluh
30 gali koReʔ koreʔ kuReʔ *koReʔ
31 harimau harimau harimo *haRimau
32 jagung jaguŋ jaguŋ jagoŋ * jaguŋ
33 jatuh jatuh jatoh *jatuh
34 jauh jauh jauh jaoh *jauh
35 jeruk limau limau limo *limau
36 kedelapan kelapan kelapan kalapan *kelapan
37 keempat keampat keampat kaampat *keampat
38 keenam keenam keenam kaonom *keenam
39 kelapa kelambiR kelambir kalambiR *kelambiR 40 kelingking keliŋkiŋ keliŋkiŋ kaliŋkiŋ * keliŋkiŋ
41 kepala kepala kepala kapala *kepala
42 kepiting ketam ketam kotam *ketam
43 kering keRiŋ keRiŋ koRiŋ * keRiŋ
44 kesatu peRtama pertama paRtama *peRtama
45 lengan leŋan leŋan loŋan * leŋan 46 melahirkan beranaʔ beranaʔ baranaʔ *beRanaʔ
47 menantu menantu menantu manantu *menantu
48 mendung menduŋ monduŋ * menduŋ
49 mertua meRtua mertua maRtua *meRtua
50 musim panas kemaRo kemarau kemaRo *kemaRau
51 nenas nenas nenas nonas *nenas
52 pantai pantai panta