• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Konflik Pada Tahapan-Tahapan Proses Coming Out Gay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Konflik Pada Tahapan-Tahapan Proses Coming Out Gay"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

ANALISIS VARIANS BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

OLEH:

MURNIATY CHANDRA S

070503133

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

2 PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Analisis Varians Biaya Produksi Sebagai Alat Untuk Mengukur Tingkat Efisiensi Biaya Produksi Pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas, benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan universitas.

Medan, Maret 2011

Yang membuat pernyataan

(3)

3 KATA PENGANTAR

Segala pujian dan ucapan syukur, hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, penyertaan dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi

3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Drs Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan

Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji II. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

(4)

4 6. Secara khusus penulis berterima kasih kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, J. Sitanggang dan D. Sagala, juga adik-adikku Palma, Togiana, Daniel, dan Antonius. Terima kasih buat kasih sayang, doa, pengertian dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2011 Penulis,

(5)

5 ABSTRAK

Biaya produksi merupakan elemen penting bagi perusahaan. Penyusunan anggaran biaya produksi yang baik akan membantu perusahaan dalam hal kepemimpinan biaya. PT Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki komponen biaya produksi yang kompleks dan merupakan komponen penting dalam kegiatan usahanya. Sebagai salah satu BUMN yang memiliki peranan penting bagi, PT Perkebunan Nusantara IV harus menyusun anggaran biaya produksi seefisien mungkin untuk mempertahankan keunggulannya dalam bersaing.

Penulis dalam penelitian ini menganalisis efisiensi biaya produksi pada PT Perkebunan Nusantara IV dengan menggunakan varians biaya produksi sebagai tolok ukurnya. Penulis akan membandingkan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi, dan menganalisis penyebab terjadinya varians. Dengan dilakukan analisis varians dan diketahui penyebab varians tersebut, diharapkan hasil tersebut dapat membantu perusahaan dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk periode yang akan datang sehingga perusahaan lebih efisien dalam merencanakn biaya produksinya.

(6)

6 ABSTRAK

The production cost is an important element for the company. Compilation of a good production budget will assist the company interms of cost leadership. PT Perkebunan Nusantara IV is one of Badan Usaha Milik Negara (BUMN) which have a complex component of production costs and is an important component in their business activities. As one of BUMN that has an important role, PT Perkebunan Nusantara IV should draw up the budget cost of production as efficiently as possible to maintain its superiority in competition.

The authors, in this research, analyze the efficiency of production costs at PT Perkebunan Nusantara IV by using the variance of production cost as its criterion. The author will compare the budget with the actual production costs, and analyze the cause of the variance. By performed analysis of variance and known causes of variance, it is hoped the result could help the company to take policies for the coming period so that company is more efficient in planning their production costs.

(7)

7 DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Pengertian dan Klasifikasi Biaya ... 6

2. Konsep Dasar Biaya Produksi ... 12

3. Pengendalian Biaya Produksi ... 16

4. Analisis Varians Biaya Produksi sebagai Alat untuk Mengukur Efisiensi Biaya Produksi ... 20

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 34

(8)

8 BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitan ... 37

B. Jenis dan Sumber Data ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 37

D. Metode Analisis Data ... 38

E. Lokasi Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 39

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 39

2. Struktur Organisasi ... 44

B. Analisis Hasil Penelitian ... 44

1. Analisis Varians Biaya Produksi PTPN IV ... 44

2. Efisiensi Biaya Produksi PTPN IV ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

(9)

9 DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi ... 3

Tabel 4.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Tanaman ... 46

Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Biaya Pengolahan ... 49

(10)

10 DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL HALAMAN

(11)

11 DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR JUDUL HALAMAN

Lampiran i Realisasi dan Anggaran Produksi ... 59

Lampiran ii Realisasi dan Anggaran Biaya Produksi ... 62

Lampiran iii Varians Biaya Produksi ... 65

Lampiran iv Jadwal Penelitian ... 71

(12)

5 ABSTRAK

Biaya produksi merupakan elemen penting bagi perusahaan. Penyusunan anggaran biaya produksi yang baik akan membantu perusahaan dalam hal kepemimpinan biaya. PT Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki komponen biaya produksi yang kompleks dan merupakan komponen penting dalam kegiatan usahanya. Sebagai salah satu BUMN yang memiliki peranan penting bagi, PT Perkebunan Nusantara IV harus menyusun anggaran biaya produksi seefisien mungkin untuk mempertahankan keunggulannya dalam bersaing.

Penulis dalam penelitian ini menganalisis efisiensi biaya produksi pada PT Perkebunan Nusantara IV dengan menggunakan varians biaya produksi sebagai tolok ukurnya. Penulis akan membandingkan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi, dan menganalisis penyebab terjadinya varians. Dengan dilakukan analisis varians dan diketahui penyebab varians tersebut, diharapkan hasil tersebut dapat membantu perusahaan dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk periode yang akan datang sehingga perusahaan lebih efisien dalam merencanakn biaya produksinya.

(13)

6 ABSTRAK

The production cost is an important element for the company. Compilation of a good production budget will assist the company interms of cost leadership. PT Perkebunan Nusantara IV is one of Badan Usaha Milik Negara (BUMN) which have a complex component of production costs and is an important component in their business activities. As one of BUMN that has an important role, PT Perkebunan Nusantara IV should draw up the budget cost of production as efficiently as possible to maintain its superiority in competition.

The authors, in this research, analyze the efficiency of production costs at PT Perkebunan Nusantara IV by using the variance of production cost as its criterion. The author will compare the budget with the actual production costs, and analyze the cause of the variance. By performed analysis of variance and known causes of variance, it is hoped the result could help the company to take policies for the coming period so that company is more efficient in planning their production costs.

(14)

12 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia usaha dalam dekade terakhir semakin meningkat terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah transaksi bisnis dan memperluas pangsa pasar serta dengan ditemukannya teknologi manufaktur baru. Perkembangan dalam dunia bisnis ini menjadi salah satu faktor semakin banyak usaha-usaha baru dirintis. Perusahaan-perusahaan ini pada umumnya menawarkan produk atau jasa dengan variasi bentuk dan kualitas serta harga yang bersaing. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mengalami perkembangan dalam dunia usaha, ditinjau dari semakin meningkatnya jumlah investor asing maupun lokal yang menanamkan modal di Indonesia.

Perkembangan dunia usaha yang meningkat ini menuntut perusahaan untuk tetap beroperasi dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan tujuan perusahaan yang semakin kompleks. Persaingan dalam dunia usaha menjadi meningkat dan penuh risiko. Selain persaingan antar perusahaan, perusahaan juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti peningkatan beban pajak, inflasi dan kebijakan-kebijakan atau deregulasi-deregulasi baru dari pemerintah. Hal-hal tersebut tentu menjadi pertimbangan perusahaan dalam menjalankan usahanya.

(15)

13 memanfaatkan biaya produksinya dengan efisien, hal ini merupakan salah satu keunggulan penting. Dalam mencapai efisiensi penggunaan biaya produksi ini diperlukan perencanaan biaya yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Perencanaan merupakan suatu proses yang akan membuat perusahaan peka, dalam pengertian mampu menyesuaikan diri terhadap ancaman-ancaman dan kesempatan-kesempatan yang ada.

Salah satu bentuk perencanaan adalah anggaran. Anggaran sebagai alat perencanaan serta pengendalian jangka pendek, merupakan bagian dari bagian dari perencanaan jangka panjang. Terdapat beberapa jenis anggaran, salah satunya anggaran biaya produksi yang merupakan salah satu alat yang dapat digunakan perusahaan dalam merencanakan biayanya. Dalam menyusun anggaran biaya produksi ini, sebelumnya harus ditentukan dahulu sasaran perusahaan, kemudian dapat dilakukan estimasi biaya untuk mencapai sasaran tersebut.

Estimasi biaya ini membantu perusahaan agar mampu menghasilkan satu unit produk sesuai biaya yang telah direncanakan, sehingga dapat dicapai efisiensi penggunaan biaya. Apabila terjadi perbedaan antara biaya dalam anggaran dengan realisasinya, maka selisih (varians) ini perlu dianalisis lebih lanjut, untuk menemukan penyebab terjadinya selisih dan pihak yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Hal ini akan membantu perusahaan dalam merencanakan biayanya di periode selanjutnya sehingga efisiensi penggunaan biaya produksi dapat dicapai.

(16)

14 usaha perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan. PTPN IV memiliki total 33 kebun, dimana 30 kebun menghasilkan sawit dan 3 kebun menghasilkan teh. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis varians dari biaya produksi untuk kebun teh pada PTPN IV. Berdasarkan laporan anggaran produksi komoditi teh PTPN IV diketahui terdapat penyimpangan sebagai berikut:

Tabel 1.1 (dalam rupiah)

TAHUN ANGGARAN REALISASI SELISIH

2007 114.166.027.000 125.792.030.072 11.626.003.072 2008 119.600.918.000 131.101.107.574 11.500.189.574 2009 115.150.916.000 133.700.805.522 18.549.889.552 Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV

Penggunaan biaya produksi secara efisien merupakan hal yang sangat penting bagi PTPN IV, sebagai salah satu BUMN yang telah dikenal baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Berdasarkan data diatas terdapat penyimpangan, yang mengindikasikan adanya kenaikan biaya. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis terhadap penyimpangan biaya produksi yang terjadi pada dua kebun sawit diatas, agar dapat dilakukan perbaikan untuk mencapai efisiensi penggunaan biaya produksi. Selanjutnya penulis akan membandingkan tingkat efisiensi dari dua kebun ini dengan mempertimbangkan varians biaya produksinya. Dengan demikian perusahaan akan mampu merencanakan anggaran yang lebih baik lagi pada periode selanjutnya.

(17)

15 Mengukur Tingkat Efisiensi Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Beberapa batasan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Analisis varians dilakukan atas biaya produksi komoditi teh.

b. Penelitian ini menggunakan data anggaran biaya produksi selama 3 tahun, dari tahun 2007-2009.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan agar penelitian lebih terfokus serta sistematis maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah tingkat efisiensi biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dengan menggunakan varians biaya produksi sebagai tolok ukurnya?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

(18)

16 Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pemahaman mendalam mengenai penyimpangan biaya produksi dan akuntansi biaya.

2. Bagi pihak PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dalam hal analisis penyimpangan bahan biaya produksi.

(19)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Klasifikasi Biaya a. Pengertian Biaya

Konsep biaya telah berkembang sesuai kebutuhan akuntan, ekonom, dan insinyur. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Sering kali istilah biaya digunakan sebagai sinonim dari beban. Beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba.

(20)

18 Biaya menurut Syafri Harahap (2003:38): “suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau yang akan diterima”

Menurut Usry dan Hammer (1999:25) biaya adalah “suatu nilai tukar prasyarat, pengorbanan, dengan pengurangan kas atau aktiva lainnya pada saat ini atau di masa mendatang yang dilakukan guna memperoleh manfaat”. Sementara itu pengertian beban menurut Armanto Witjaksono (2005:10) “arus keluar (aset) terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, par. 02.04): “beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitasyang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”.

(21)

19 Sedangkan beban merupakan pengeluaran yang akan dilakukan dalam proses produksi suatu barang atau prestasi guna memperoleh pendapatan. Pengeluaran ini dicatat dalam laba rugi.

b. Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi biaya ini penting bagi manajemen untuk memperoleh informasi dalam mengambil keputusan atau kebijaksanaan bagi perusahaan. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini:

1) Biaya dalam Hubungannya dengan Produk

Klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan produk terdiri dari:

a) Biaya Manufaktur. Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik. Biaya manufaktur biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik keduanya disebut biaya konversi.

(22)

20 berakhir. Beban administrative termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2) Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi

Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relative konstan dalam jumlah. Kecenderungan biaya untuk berubah terhadap output harus dipertimbangkan oleh manajemen jika manajemen ingin sukses dalam merencanakan dan mengendalikan biaya.

a) Biaya Variabel. Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range).

b) Biaya Tetap. Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan.

c) Biaya Semivariabel. Biaya semivariabel memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel.

3) Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain.

(23)

21 atau departemen, yang berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Saat produk melalui suatu suatu departemen, unit tersebut dibebankan dengan biaya yang dapat ditelusuri langsung dan biaya tidak langsung.

(24)

22 departemen, seperti biaya sewa gedung dan biaya penyusutan gedung kantor.

b) Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint

Cost). Biaya bersama dan biaya gabungan adalah jenis

biaya tidak langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi dengan banyak departemen atau segmen. Biaya gabungan terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari.

4) Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi

a) Pengeluaran Modal (Capital Expenditure). Pengeluaran ini ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.

b) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure). Pengeluaran ini memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.

5) Biaya dalam Hubungannya dengan suatu Keputusan, Tindakan atau Evaluasi.

(25)

23 terhadap pilihan tersebut. Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. Sementara itu suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena itu, tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya tertanam.

2. Konsep Dasar Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan segala pengorbanan yang bersifat ekonomis untuk menghasilkan produk, dalam rangka untuk mendapatkan laba/keuntungan yang diinginkan. M. Nafarin (2004:383) mengemukakan “biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode sekarang, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persedian barang dalam proses awal”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan biaya produksi yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Dapat disimpulkan juga biaya produksi memiliki 3 unsur utama yaitu:

a. Biaya Bahan Baku Langsung

(26)

24 arang. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung.

Karakteristik biaya bahan baku langsung yaitu: (1) mudah dilihat, diidentifikasi, dan diukur dengan jelas, dan (2) dapat ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam produk yang dihasilkan. Untuk memperoleh bahan baku terdapat dua cara yaitu dengan cara membeli dari luar atau mengolah sendiri. Apaila bahan baku diperoleh melalui pembelian, maka harga faktur pemasok dan beban transportasi adalah biaya pembelian yang paling tampak. Sedangkan biaya yang tidak terlalu tampak adalah biaya yang dapat disebut biaya akuisisi, yaitu biaya melakukan fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, penyimpanan, dan akuntansi. Jika bahan baku diperoleh melalui pengolahan sendiri, maka biaya untuk mengolah bahan tersebut yang dijadikan perhitungan biaya bahan baku untuk proses selanjutnya.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

(27)

25 dengan pelaksanaan proses produksi, sehingga apabila tenaga kerja langsung ini berhenti, proses produksinya juga akan terhenti. Identifikasi dari penggunaan tenaga kerja langsung biasanya dinyatakan dalam berapa jam tenaga kerja langsung yang dipakai untuk mengerjakan satu unit barang jadi. Sedangkan jam yang dapat dipakai dapat dinyatakan dalam jam tenaga kerja atau jam mesin. Biaya upah langsung terdiri dari:

1) Gaji Pokok (Original Wages) 2) Uang Lembur (Overtime) 3) Bonus (Incentive)

c. Overhead Pabrik

Overhead pabrik sering juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Sebagian besar sistem akuntansi biaya mengklasifikasikan dalam overhead semua biaya yang tidak dapat ditelusuri ke unit atau output tertentu. Biaya-biaya produksi yang termasuk ke dalam biaya overhead dikelompokkan ke dalam:

(28)

26 diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung karena sulit diidentifikasi pada produk yang bersangkutan. Ketika konsumsi bahan baku tersebut sangat minimal, atau penelusuran terlalu rumit, maka pengklasifikasian biaya bahan baku menjadi biaya langsung menjadi tidak ekonomis. Contoh: biaya-biaya kawat las untuk membuat lemari es, paku, sekrup, mur, lem dan staples.

2) Biaya reparasi dan pemeliharaan, yang termasuk kedalam biaya ini adalah biaya untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan pabrik, mesin-mesin, dan kendaraan serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk keperluan pabrik.

(29)

27 4) Biaya-biaya yang timbul akibat menurunnya nilai aktiva

tetap, biaya ini disebut dengan biaya penyusutan baik itu gedung pabrik, mesin-mesin dan peralatan.

5) Biaya-biaya yang termasuk biaya asuransi yaitu asuransi gedung dan tenaga kerja

3. Pengendalian Biaya Produksi

Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan yang bertujuan mencari laba maupun yang tidak bertujuan mencari laba mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber ekonomi lain yang nilainya harus lebih tinggi daripada nilai masukannya. Oleh karena itu baik dalam usaha bermotif laba maupun yang tidak bermotif laba, manajemen selalu berusaha agar nilai keluaran lebih tinggi daripada nilai yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran tersebut, sehingga kegiatan perusahaan dapat menghasilkan laba (bagi perusahaan bermotif laba) dan sisa hasil usaha (bagi perusahaan yang tidak bermotif laba).

(30)

28 produksi merupakan komponen biaya terbesar. Pengendalian atas biaya produksi sangat dibutuhkan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah berjalan secara efektif dan efisien. Pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan pengendalian biaya adalah usaha manajemen untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan rencana biaya yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Oleh karena itu pengendalian biaya produksi penting agar perusahaan tetap berpedoman terhadap rencana biaya yang telah ditetapkan. Nasehatun (1999:214) mengemukakan pengendalian biaya sebagai “serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan suatu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan antara yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya (realisasi)”.

(31)

29 manajemen dalam memastikan kegiatan-kegiatan produksi akan terkoordinasi dan kuantitas serta kualitas produk, dan waktu pengerjaan tercapai sesuai rencana. Wilson dan Champell (2001:83) mengemukakan pengawasan biaya produksi yang baik yaitu meliputi:

a. Menetapkan suatu norma standar pengukuran.

b. Membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma standar.

c. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan atau varians. d. Mengambil tindakan korektif

Untuk membantu dalam mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat menggunakan jumlah biaya yang telah ditetapkan sebelumnya yang disebut biaya standar. Abas Kartadinata (2000:213) mendefinisikan “biaya standar adalah biaya yang ditentukan terlebih dahulu (predetermined cost) untuk memproduksikan suatu unit atau sejumlah unit produk dalam jangka waktu produksi berikutnya”. Biaya Standar memiliki fungsi antara lain:

a. Perencanaan. Penetapan biaya standar didasarkan pada investasi, studi dan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi biaya standar. Standar tersebut dapat dipakai sebagai dasar yang kuat untuk menyusun rencana kegiatan perusahaan dengan efisien, ekonomis, dan teliti.

b. Koordinasi. Penetapan dan pemakaian harga pokok standar akan membiasakan adanya koordinasi antar bagian di dalam organisasi perusahaaan.

(32)

30 keputusan penentuan harga jual, menolak atau menerima pesanan khusus, membeli atau mengolah sendiri bagian produk, rencana penambahan produk baru ataupu rencana perubahan produk.

d. Pengendalian biaya. Pada setiap periode akuntansi biaya sesungguhnya akan dibandingkan dengan biaya standar sehingga dapat dilakukan pengendalian biaya dan penilaian kinerja dengan menentukan efisiensi setiap elemen biaya pada setiap departemen. e. Memungkinkan diterapkan prinsip pengecualian. Pada perusahaan

besar akan sulit bagi eksekutif atau pengawas dalam menilai produktivitas setiap individu. Untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan harus menggunakan prinsip pengecualian, yaitu menitikberatkan perhatiannya kepada hal-hal yang menyimpang dibanding dengan standar yang ditetapkan.

f. Penentuan insentif kepada personal. Standar dapat dijadikan acuan dalam pemberian insentif yaitu bagi karyawan yang dapat berprestasi lebih baik daripada standar yang ditetapkan. Dengan demikian motivasi kerja karyawan akan bertambah.

(33)

31 yaitu: standar biaya bahan baku langsung, standar tenaga kerja langsung dan standar biaya overhead pabrik.

4. Analisis Varians Biaya produksi sebagai Alat untuk Mengukur Efisiensi Biaya Produksi

Pengendalian biaya dapat dilakukan melalui penetapan anggaran biaya produksi dimana anggaran memungkinkan manajemen melakukan perbandingan berkala atas hasil aktual dengan rencana yang ditetapkan. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi ini yang disebut selisih atau varians. Selisih antara anggaran dengan realisasinya dapat berupa penyimpangan yang menguntungkan (favorable variance) yaitu apabila realisasinya lebih kecil dari anggaran yang ditetapkan dan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) yaitu apabila realisasi lebih besar daripada anggaran yang ditetapkan.

(34)

32 perlu dianalisa oleh manajemen karena penyimpangan merupakan petunjuk ketidaktepatan dari pelaksanaan ataupun tidak tepatnya standar.

Penyimpangan yang perlu dianalisis tidak hanya penyimpangan yang tidak menguntungkan tetapi juga penyimpangan yang menguntungkan, sebab penyimpangan yang menguntungkan tersebut bisa saja diperoleh karena perusahaan menetapkan anggaran yang terlalu tinggi. Analisis varians biaya memiliki manfaat yaitu sebagai alat pengendalian biaya, menilai prestasi pelaksanaan, dan mengukur pengaruh penyimpangan ke biaya terhadap laba perusahaan. Analisa varians mempunyai aplikasi yang luas dalam pelaporan keuangan, sering diaplikasikan dalam situasi berikut: a. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku

dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap sebagai dasar.

b. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya standar digunakan sebagai dasar.

c. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba. Anggaran digunakan sebagai dasar.

(35)

33 a. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku

Selisih biaya bahan baku adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara biaya bahan baku yang sesungguhnya dengan biaya bahan baku standar” Selisih biaya bahan baku dapat dicari dengan cara mengurangkan biaya bahan baku sesungguhnya (Actual

Material Cost) dengan biaya bahan baku standar (Standard Material

Cost). Secara matematis dapat dirumusnya sebagai berikut:

MCV = AMC – SMC Dimana:

MCV : Selisih biaya bahan baku

AMC : Biaya bahan baku sesungguhnya SMC : Biaya bahan baku satndar

Selisih biaya bahan baku dapat dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan penyebab terjadinya selisih biaya bahan baku yaitu:

1) Selisih Harga Bahan Baku (Material Price Variance)

Selisih ini terjadi karena perusahaan telah membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari harga standar. Jumlah selisih harga bahan baku dapat dihitung dengan cara mengalikan selisih harga bahan baku sesungguhnya per unit (Actual Price) dengan standar harga bahan baku per unit (Standard

Price) dengan kuantitas bahan baku yang dibeli.

(36)

34 MPV : Selisih harga bahan baku

AP : Harga pembelian sebenarnya per unit SP : Harga standar per unit

AQ : Kuantitas bahan yang dibeli

Adapun penyebab ternjadinya selisih harga bahan baku yaitu: a) Fluktuasi harga bahan baku yang bersangkutan

b) Kontrak dan jangka waktu pembelian yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.

c) Pembelian dari supplier yang lokasinya lebih menguntungkan atau tidak menguntungkan.

d) Kegagalan didalam memanfaatkan kesempatan potongan pebelian atau ketidaktepatan jumlah potongan pembelian yang diharapkan.

e) Tambahan pembayaran harga bahan baku atas adanya pembelian khusus yang harus dilakukan.

f) Pembelian dalam junlah ekonomis atau tidak ekonomis. g) Faktor-faktor internal yang mengakibatkan harus dilakukan

pembelian bahan baku yang mendesak.

Manfaat analisa selisih harga bahan baku adalah:

(37)

35 dibanding standar. Oleh karena itu perhitungan selisih harga bahan baku dapat dipakai untuk menilai tingkat efisiensi dan prestasi bagian pembelian.

b) Perhitungan selisih harga bahan baku dapat bermanfaat untuk mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga bahan baku terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

2) Selisih Kuantitas Bahan Baku (Material Quantity Variance) Selisih kuantitas bahan baku adalah selisih biaya yang terjadi akibat adanya perbedaan antara kuantitas bahan baku sesungguhnya dengan kuantitas bahan baku standar. Secara matematis, rumus untuk mencari selisih kuantitas bahan baku yaitu:

MQV = (AQ-SQ) x SP Dimana:

MQV : Selisih kuantitas bahan baku SQ : Kuantitas standar

AQ : Kuantitas yang dipakai SP : Biaya standar

(38)

36 a) Perubahan dari rancangan produk, mesin, peralatan, atau

metode pengolahan produk yang belum dinyatakan dalam standar.

b) Pemakaian bahan baku substitusi yang menguntungkan. c) Selisih hasil dari bahan baku yang mengakibatkan kuantitas

yang dipakai lebih besar atau lebih kecil dari standar.

d) Kerugian bahan baku karena rusak atau susut yang disebabkan karyawan tidak terlatih, tidak diawasi, ceroboh, atau bekerja tidak memuaskan baik di pabrik maupun gudang bahan.

e) Pengawasan yang terlalu kaku. f) Kurangnya peralatan atau mesin.

g) Kegagalan didalam mengatur mesin dan peralatan.

Manfaat dari analisa selisih kuantitas bahan baku yaitu:

(39)

37 b) Perhitungan selisih kuantitas bahan baku berguna untuk

mengukur pengaruh akibat efisiensi pemakaian bahan baku terhadap laba perusahaan.

Analisis selisih biaya bahan baku langsung pada perusahaan manufaktur dapat dilihat dalam contoh berikut:

PT Werkudara mempergunakan 2 lembar pelat baja dengan ukuran 2 x 1m untuk memproduksikan sebuah drum bebas karat sebagai standar. Harga pelat baja per lembar diperkirakan Rp 3.000. Dalam bulan Agustus diproduksi 1.200 drum dengan mempergunakan 2.830 plat baja dengan harga Rp 3.050 per lembar plat baja.

Berdasarkan data diatas maka terdapat varians sebagai berikut: MCV = AMC – SMC

MCV = (2380 x Rp 3.050) – (2.400 x Rp 3.000) Varians yang harus dianalisis: Rp 59.000

Varians sebesar Rp 59.000 terdiri dari: MPV = (AP-SP) x QA

MPV = (3.050 – 3.000) x 2.380

MPV = Rp 119.000 (unfavorable variance)

MQV = (AQ-SQ) x SP

MQV = (2.380 – 2.400) x 3.000

(40)

38 b. Analisa Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung

Selisih biaya tenaga kerja langsung ialah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara biaya tenaga kerja langsung yang sesungguhnya dengan biaya tenaga kerja langsung standar”. Secara matematis selisih biaya tenaga kerja langsung ini dapat dicari dengan rumus:

LCV = ALC – SLC Dimana:

LCV : Selisih biaya tenaga kerja

ALC : Biaya tenaga kerja yang sesungguhnya SLC : Biaya tenaga kerja standar

Selisih biaya tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1) Selisih Tarif Upah Langsung (Labour Rate Variance)

Selisih ini timbul karena perusahaan telah membayar upah langsung dengan tarif lebih tinggi atau lebih rendah dibanding dengan taris upah standar. Secara matematis, selisih tarif upah langsung dapat dicari dengan rumus:

LRV = (ALR-SLR) x TAH Dimana:

LRV : Selisih tarif upah

(41)

39 TAH : Jumlah jam kerja yang sesungguhnya terjadi.

Selisih tarif upah langsung disebabkan hal-hal berikut ini: a) Telah digunakan tenaga kerja langsung dengan golongan

tarif upah berbeda dengan standar untuk pekerjaan tertentu. b) Telah dibayar upah dengan tarif lebih besar atau lebih kecil

dibanding tarif standar selama kegiatan musiman, atau kegiatan darurat.

c) Karyawan yang baru diterima tidak dibayar sesuai tarif standar.

d) Adanya kenaikan pangkat atau penurunan pangkat karyawan yang mengakibatkan perubahan tarif upah.

e) Pembayaran tambahan atas upah karena peraturan upah minimum yang dikeluarkan oleh pemerintah.

2) Selisih Jam Kerja (Labour Time Variance)

Selisih jam kerja adalah penyimpangan jam kerja buruh antar jam kerja aktual dengan jam kerja standar. Selisih jam kerja ini dapat dihitung dengan cara:

LTV = (TAH-TSH) x SLR per jam Dimana:

(42)

40 TSH : Total jam kerja standar untuk produksi yang

dicapai.

SLR : Tarif upah standar

Selisih jam kerja dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut: a) Bagian produksi telah bekerja secara efisien atau tidak

efisien yang disebabkan pengawasan terhadap karyawan dilakukan secara baik atau kurang baik.

b) Telah digunakan bahan yang kualitasnya lebih baik atau lebih jelek dibanding standar, sehingga memerlukan waktu pengerjaan yang lebih pendek atau lebih panjang.

c) Kurangnya koordinasi dengan departemen produksi lain atau departemen pembantu.

Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung pada perusahaan manufaktur dapat dilihat dalam contoh berikut:

PT Pancanaka, suatu perusahaan pemborong yang bekerja dalam bidang penggalian irigasi, menetapkan sebagai standar bahwa 1 m3 tanah dapat digali oleh seorang pekerja dalam 2 jam. Upah rata-rata seorang pekerja ditetapkan sebesar Rp 250 per jam. Dalam satu minggu tanah yang digali berjumlah 1.500 m3 dan upah yang dibayar seluruhnya berjumlah Rp 744.000 dengan upah rata-rata sebesar Rp 240 per jam.

(43)

41 LCV = ALC – SLC

LCV = Rp 744.000 – (3.000 x Rp 250) Varians yang perlu dianalisis: Rp 6000 Varians sebesar Rp 6.000 diperoleh dari: LRV = (ALR-SLR) x TAH

LRV = (Rp 240 – Rp 250) x 3.100 LRV = Rp 31.000 (favorable variance)

LTV = (TAH-TSH) x SLR per jam LTV = (3.100 – 3.000) X Rp 250

LTV = Rp 25.000 (unfavorable variance)

c. Analisa Selisih Overhead Pabrik

(44)

42

Standard factory overhead pada PT Idaman Manufacturing

Company dihitung berdasarkan kapasitas normal sebagai berikut:

Budgeted variable expenses : Rp 36. 000.000

Budgeted fixed expenses : Rp 24. 000.000 Factory overhead rate = Rp 60.000.000 : 20.000 jam kerja

= Rp 3.000/ jam kerja langsung Factory overhead rate sebenarnya : Rp 54. 750.000 Jumlah produksi : 8.750 unit Jam kerja langsung : 2 jam/unit Total jam kerja langsung : 18.400 jam

Analisis selisih overhead pabrik pada PT Idaman Manufacturing dapat dihitung dengan beberapa metode, sebagai berikut:

1) Metode satu selisih

Tarif overhead menurut budget:

JUMLAH Tarif Overhead Per Jam Budgeted

Maka varians yang harus dianalisis yaitu:

(45)

43 Overhead standar

(2 x 8750) x (3.000) Rp 52.500.000 Varians yang harus dianalisis Rp 2.250.000

2) Metode dua selisih

a) Controllable variance

b) Volume variance

Untuk menghitung kedua varians tersebut harus ditentukan terlebih dahulu berapa budget yang diperkenankan menurut standar, yaitu:

Fixed expense menurut budget : Rp 24.000.000 Variable expense berdasarkan standar

17.500 x Rp 1.800 : Rp 31.500.000 Rp 55.500.000

Controllable variance = Overhead Actual – Budget Allowance

Standard

(54.750.000 – 55.500.000) = Rp 750.000 (favorable)

Volume Variance = Budget Allowance Standard – Applied

Overhead

(55.500.000 – 52.500.000) = Rp 3.000.000 (unfavorable)

(46)

44

Actual overhead – Budget Allowance actual

Overhead Actual Rp 54.750.000

Budget allowance actual:

Budget fixed exp Rp 24.000.000 Variable exp (18.400 x 1.800) Rp 33.120.000

Rp 57.120.000

Spending Variance Rp 2.370.000

b) Idle capacity variance

Budget Allowance actual – Applied overhead actual

= Rp 57.120.000 - (18.400 x Rp 3.000) = Rp 1.920.000 (unfavorable)

c) Efficiency variance

Applied overhead actual – Applied overhead standard

= Rp 55.200.000 - (17.500 x Rp 3.000) = Rp 2.700.000 (unfavorable)

4) Metode empat selisih

a) Fuxed efficiency variance

(Actual Hours – Standard Hours) x Fixed Standard Rate

= (18.400 – 17.500) x Rp 1.200 = Rp 1.080.000

b) Variable efficiency variance

(Actual Hours – Standard Hours) x Variable Standard Rate

(47)

45 = Rp 1.620.000

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No.

Nama

Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 Sri Lestari Produksi pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

1. Perbedaan antara anggaran dan realisasi harus diawasi dengan ketat dan dianalisa lebih dalam guna memahami mengapa realisasi berbeda dengan anggaran.

2. Perusahaan sebaiknya menyusun suatu action plans dalam laporan pertanggungjawaban Produksi Kelapa Sawit pada PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

Analisis

perbedaan/penyimpangan dilakukan terhadap selisih anggaran dan realisasi yang nilai

(48)

46 C. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Penulis, 2011

PT. Perkebunan Nusantara IV

Anggaran Biaya Produksi

Realisasi Biaya Produksi

Varians

(49)

47 Informasi biaya (cost) penting karena biaya merupakan refleksi kemampuan suatu organisasi dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di era globalisasi saat ini, fokus optimalisasi biaya proses bisnis internal beralih dari penetapan harga menjadi penentuan biaya. Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari proses produksi perlu dikendalikan agar efisiensi biaya dapat dicapai oleh perusahaan.

(50)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian dimana penyajian dari hasil penelitian memberikan gambaran umum menurut apa adanya sesuai dengan keadaan sebenarnya dari objek penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan atau data sekunder.

1. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama yang merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya dari individu atau perseorangan.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah diolah sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak yang berkepentingan.

C. Teknik Pengumpulan Data

(51)

49 2. Teknik dokumentasi yaitu melalui pencatatan dan pengcopyan laporan-laporan, dokumen-dokumen, catatan-catatan, dan informasi lainnya dari internet dan buku-buku dan juga sumber lain yang berhubungan dengan judul yang diteliti.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan dan menganalisa data untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

E. Lokasi Penelitian

(52)

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) didirikan di Bah Jambi, Simalungun, Sumatera Utara berdasarkan Akta Pendirian No. 37 tanggal 11 Maret 1866 dari Harun Kamil,S.H., dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8332.HT.01.01. Pada tanggal 26 Desember 2002 Anggaran Dasar Perusahaan telah diubah berdasarkan Akta No. 18 dari Notaris Sri Rahayu H. Prasetyo, S.H., tentang tempat kedudukan Kantor Pusat (dari Bah Jambi Kabupaten Simalungun ke Medan) dan Modal Dasar Perusahaan (dari 425.000 lembar Saham Prioritas dan 550.000 lembar Saham Biasa yang ditempatkan dan disetor penuh menjadi 975.000 lembar saham).

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Propinsi Sumatera Utara. Pada awalnya keberadaan perkebunan ini

(53)

51 mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).

PT Perkebunan Nusantara IV merupakan hasil peleburan dari 3 (tiga) Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VI, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VIII yang berada di wilayah Sumatera Utara.

b. Profil Perusahaan

1) Maksud dan Tujuan Perusahaan

Maksud dan tujuan perusahaan adalah melakukan usaha di bidang Agro Industri serta optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, untuk mendapatkan atau mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menetapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Berdasarkan akta pendirian, maksud dan tujuan perusahaan antara lain:

(54)

52 b) Melaksanakan kegiatan usahan antara lain:

1) Mengusahakan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut. 2) Produksi meliputi pemungutan hasil tanaman,

pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

3) Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan barang lainnya yang sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan.

4) Pengembangan usaha di bidang perkebunan, agro usaha dan agro bisnis.

(55)

53 2) Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu “menjadi pusat keunggulan pengelolaan perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan”.

Misi perusahaan, antara lain:

a) Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.

b) Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produkstivitas dan efisiensi.

c) Meningkatkan laba secara berkesinambungan.

d) Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Coorporate

Governance/GCG).

e) Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

f) Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/daerah.

(56)

54 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 2 budidaya perkebunan yang berupa tanaman kelapa sawit dan teh dengan total 33 unit kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit pabrik kelapa sawit, 1 unit pabrik pemurnian minyak sawit, 1 unit pabrik pengolahan inti sawit, 6 unit pabrik pengolahan teh, 1 unit perbengkelan dan 3 unit rumah sakit.

Posisi karyawan per 31 desember 2009 berjumlah 30.153 orang yang terdiri dari Karyawan Pimpinan Golongan III A sampai dengan IV D, Karyawan Pimpinan (Guru) golongan III A sampai dengan III D, karyawan pelaksana golongan IA sampai dengan II D, Tenaga Perwira Pengamanan dan Tenaga Honor dengan berbagai pendidikan formal dan menempati berbagai posisi jabatan yang terdapat dalam perusahaan.

Kegiatan usaha perusahaan tersebut terletak diatas lahan seluas 175.244 Ha areal konsesi, yang tersebar di 9 (sembilan) Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan/Batu Bara, Labuhan Batu, Langkat, Toba Samosir, Tapanuli Selatan/Padang Lawas, Mandailing Natal dan Kota Madya Medan. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki beberapa anak perusahan dan perusahaan afiliasi yang mendukung kegiatan utama perusahaan, yaitu:

a) PT Pamina Adolina

(57)

55 c) PT Enviromental Synthetic Wood (ESW) Nusantara Tiga d) PT Padasa Enam Utama

e) PT Indoham Hamburg

f) PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) g) PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN)

2. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan

Berdasarkan Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Nomor : 04.11/Kpts/ 80 /XII/2007 Tanggal 27 Desember 2007, struktur organisasi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) meliputi: struktur organisasi kantor pusat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), struktur organisasi grup unit usaha kebun, dan struktur organisasi grup unit usaha rumah sakit. Struktur organisasi lengkap dari PT Perkebunan Nusantara IV dapat dilihat pada lampiran.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Varians Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

(58)

56 membantu manajemen melakukan pengelolaan alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menjamin dihasilkannya keluaran (output) yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai masukan yang terjadi.

PT Perkebunan Nusantara IV memulai tahun buku dari bulan Januari hingga Desember untuk setiap tahunnya. Anggaran biaya produksi disusun setiap tiga bulan dan akan dilakukan rekapitulasi anggaran dan realisasi setiap akhir tahun. Laporan anggaran dan realisasi biaya produksi tahun 2007, 2008 dan 2009 secara rinci disajikan pada lampiran kedua. Berdasarkan laporan biaya produksi yang terlampir, maka biaya produksi pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan dapat diklasifikasikan menjadi 4 unsur yaitu:

a. Biaya tanaman

Biaya tanaman adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan mulai dari memelihara tanaman sampai dengan tanaman tersebut diangkut ke pabrik untuk dapat diproduksi. Biaya tanaman terdiri dari upah karyawan yang bekerja di bagian kebun, pemeliharaan tanaman menghasilkan, panen dan pengumpulan tanaman, serta biaya pengangkutan tanaman ke pabrik.

(59)

57 hasil perbandingan ini untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya tanaman.

Penyimpangan biaya tanaman pada komoditi teh mulai tahun 2007 hingga 2009 dapat diringkas sebagai berikut:

Tabel 4.1 (dalam rupiah)

S

umber: PT Perkebunan Nusantara IV

Selisih sebesar Rp 4.382.891.043 pada tahun 2007 merupakan

unfavorable variance. Pada tahun 2007 salah satu penyebab terjadinya

selisih karena adanya kenaikan biaya umum diatas RKAP sebesar Rp 547.756.447 atau sebesar 4,38%. Biaya umum yang mengalami kenaikan disini meliputi biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang disebabkan oleh kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) karena peningkatan kelas lahan. PBB pada tahun 2007 meningkat sebesar Rp 398.718.380. Komponen biaya umum lainnya yang realisasinya diatas jumlah yang telah dianggarkan adalah gaji dari pegawai staf dan non staf. Terdapat kenaikan yang signifikan sebesar Rp 527.888.814, kenaikan gaji yang paling tinggi terjadi pada kebun Sidamanik yaitu sebesar 109.510.942.

TAHUN ANGGARAN REALISASI SELISIH

(60)

58 Gaji pegawai non staf juga mengalami peningkatan sebesar Rp 133.319.246. Varians pada biaya tanaman juga disebabkan oleh peningkatan biaya pemeliharaan tanaman, panen dan pengangkutan ke pabrik. Secara spesifik terjadi peningkatan biaya pengangkutan hasil produksi ke kebun Sidamanik dari Sibosur sebesar 68,5% dari peningkatan biaya pengangkutan, yaitu Rp 525.727.533. Biaya pemeliharaan meningkat karena pada tahun 2007 sedang dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan mutu teh, terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Selisih biaya tanaman pada tahun 2008 disebabkan oleh adanya peningkatan biaya pemeliharaan tanaman sebesar Rp 1.395.693.276, terutama disebabkan oleh semakin banyaknya pekerjaan pemeliharaan tanaman yang harus dikerjakan diluar anggaran karena tingginya intensitas gulma, yang dimaksudkan untuk menjaga konsistensi mutu teh jadi dan untuk mengantisipasi meluasnya serangan hama penyakit, serta pemeliharaan jalan kebun karena curah hujan yang cukup tinggi di tahun 2008.

(61)

59 Biaya panen dan pengangkutan yang meningkat sebesar Rp 6.302.930.853 atau 22,09% juga menjadi salah satu faktor penyebab biaya tanaman diatas RKAP. Peningkatan biaya ini dimaksudkan untuk kegiatan panen diareal yang direncanakan akan dikonversi dan ditanam ulang dan naiknya biaya premi serta penambahan tenaga panen outsourcing.

Varians yang terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 6.135.432.254 terutama disebabkan oleh kenaikan gaji pegawai staf dan juga terdapat peningkatan pada biaya umum yaitu untuk meningkatkan keamanan pada kebun. Faktor lain yaitu peningkatan biaya pemupukan, panen serta pengangkutan ke pabrik. Biaya panen mengalami peningkatan yang disebabkan oleh meningkatnya gaji dari karyawan yang melakukan pemetikan dan gaji dari mandor (pengawas) yang memimpin saat pemetikan dilakukan, serta biaya untuk administrasi petik yang dikerjakan oleh petugas khusus yang disebut krani timbang pucuk.

Biaya penerangan mengalami peningkatan seperti tahun lalu, hal ini masih disebabkan oleh pemadaman listrik yang menyebabkan penggunaan genset untu melaksanakan kegiatan di kebun. Biaya penerangan juga meningkat untuk mencukupi kebutuhan cahaya pada tanaman teh.

(62)

60 Biaya pengolahan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi tanaman, terdiri dari biaya pengolahan tanaman di kebun sendiri atau kebun seinduk. Biaya pengolahan teh terdiri dari:

1) Gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai staf 2) Gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai non-staf 3) Alat-alat dan perkakas kecil

4) Biaya pembangkit tenaga listrik dan air 5) Biaya pemeliharaan mesin

Selisih biaya pengolahan yang terjadi mulai tahun 2007 hingga 2009 diringkas sebagai berikut:

Tabel 4.2 (dalam rupiah)

Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV

Peyimpangan sebesar Rp 5.825.702.988 atau 19,42% terjadi pada biaya pengolahan di tahun 2007. Salah satu akun yang menyebabkan peningkatan biaya sebesar 19,42% adalah peningkatan pada gaji pegawai staf pengolahan sebesar Rp 629.837.050, kenaikan gaji ini dipengaruhi oleh upaya PTPN IV dalam meningkatkan mutu teh. Akun biaya pengolahan meningkat signifikan sebesar Rp 5.156.108.314 karena kekurangan pasokan cangkang dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) unit kebun kelapa sawit, cangkang ini digunakan sebagai bahan bakar

TAHUN ANGGARAN REALISASI SELISIH

(63)

61 alternatif bagi pabrik teh, sehingga sebagian realisasi pengadaan cangkang dari pihak ketiga dengan harga Rp 249/kg, sementara RKAP menetapkan pasokan cangkang dari unit kebun kelapa sawit dengan harga Rp 160/kg.

Biaya pengolahan juga meningkat karena penggunaan BBM Solar untuk genset, akibat pemadaman listrik oleh PLN yang sebelumnya tidak dianggarkan. Pemadaman listrik secara tiba-tiba sangat mempengaruhi mesin, terutama mesin penggulungan dan pengeringan sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan mesin dan juga gaji dari pegawai pengolahan.

Terdapatnya selisih biaya pengolahan sebesar Rp 3.075.820.584 atau 9,95% dari anggaran yang ditetapkan pada tahun 2008 terutama disebabkan oleh pengadaan cangkang yang lebih banyak dari PKS unit kebun yang berada di wilayah yang jauh sehingga biaya angkut lebih besar. Selain itu faktor kualitas cangkang yang rendah sehingga mengharuskan pabrik untuk meningkatkan pemakaian cangkang yang melebihi anggaran yang ditetapkan yaitu dari 1,55 per kg teh jadi menjadi 1,71 per kg teh jadi.

(64)

62 Selisih biaya pengolahan pada tahun 2009 disebabkan oleh peningkatan gaji dari staf pengolahan, biaya pemeliharaan mesin dan peningkatan dalam biaya untuk mengolah teh. Akun yang meningkat peling besar dalam biaya pengolahan yaitu biaya bahan bakar dan minyak pelumas sebesar Rp 1.212.577.861 yang masih disebabkan oleh tingginya penggunaan genset. Biaya pemeliharaan juga mengalami peningkatan signifikan karena sering terjadi pemadaman mendadak, yang sangat mempengaruhi mesin.

Biaya pengepakan juga mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan untuk menjaga agar pengepakan dilakukan sedemikian rupa sehingga menjaga kualitas dari teh jadi yang telah diolah.

c. Biaya penyusutan

Biaya penyusutan merupakan biaya-biaya lain yang berkenaan dengan biaya produksi. Penyimpangan biaya penyusutan dari tahun 2007 sampai tahun 2009 diringkas sebagai berikut:

Tabel 4.3 (dalam rupiah)

Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV

TAHUN ANGGARAN REALISASI SELISIH

(65)

63 Selisih yang terjadi pada biaya penyusutan untuk tahun 2007, 2008, dan 2009 disebabkan oleh semakin meningkatnya hasil teh jadi yaitu dari 2149 kg/Ha pada tahun 2007, kemudian 2.166 kg/Ha pada tahun 2008 dan terakhir meningkat menjadi 2.453 kg/Ha pada tahun 2009.

d. Biaya pembelian

Biaya pembelian adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh daun teh basah dari kebun plasma. Penyimpangan biaya pembelian selama tahun 2007 hingga 2009 yaitu:

2007

Anggaran biaya pembelian Rp 1.995.525.000 Realisasi biaya pembelian Rp 3.224.239.116

Selisih (Rp 1.228.714.116)

2008

Anggaran biaya pembelian Rp 2.036.250.000 Realisasi biaya pembelian Rp 1.748.907.525

Selisih Rp 287.342.475

2009

Anggaran biaya pembelian Rp 1.057.500.000 Realisasi biaya pembelian Rp 3.763.016.861

(66)

64 2. Efisiensi Biaya Produksi pada PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Medan

Efisiensi biaya produksi merupakan salah satu sasaran dalam perspektif proses bisnis internal dalam pengukuran kinerja berdasarkan

balanced scorecard yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Medan. Langkah untuk meningkatkan efisiensi biaya ini dimulai dalam aktivitas operasional perusahaan. Sebagai BUMN yang bergerak di bidang usaha perkebunan aktivitas utama PTPN IV adalah pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Dalam aktivitas operasional PTPN IV biaya produksi merupakan komponen utama. Oleh sebab itu salah satu langkah PTPN IV dalam merencankan kebutuhan biayanya adalah dengan membuat Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) dari masing-masing komponen biaya.

(67)
(68)

66 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan secara teoritis, dan hasil riset pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, serta analisa dan evaluasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan, maka pada Bab V ini penulis akan mencoba menarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran yang dapat dilakukan dan mungkin bermanfaat bagi perusahaan.

A. Kesimpulan

1. Penyusunan anggaran pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, dimulai dari perencanaan produksi tanaman menghasilkan. Anggaran biaya produksi kemudian disusun berdasarkan anggaran produksi tersebut.

2. Penyusunan anggaran biaya produksi didasarkan pada harga pasar yang berlaku.

3. Analisis varians tidak dilakukan pada masing-masing unit kebun dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. Varians dihitung di Kantor Pusat PTPN IV dengan membandingkan anggaran dan realisasi.

4. Varians biaya tanaman selama tahun 2007, 2008, dan 2009 adalah

unfavorable variance, tetapi penyimpangan yang terjadi dapat

(69)

67 5. Biaya produksi pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

sudah direncanakan secara efisien sesuai kebutuhan perusahaan.

B. SARAN

1. Masing-masing unit kebun dari PT Perkebunan Nusantara IV sebaiknya melakukan analisis varians, sehingga dapat ditelusuri lebih dalam lagi penyebab terjadinya penyimpangan biaya sehingga dapat menjadi perbaikan bagi masing-masing unit kebun

2. PT Perkebunan Nusantara IV sebaiknya lebih meningkatkan lagi konsekuensi bagi para manajer atas penyimpangan biaya yang terjadi. 3. Perlu adanya laporan pertanggung jawaban atas penyimpangan biaya

(70)

68 DAFTAR PUSTAKA

Bako, Simon P.N., 2009. Pengawasan Biaya Produksi Kelapa Sawit pada PT.

Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Skripsi, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Charter, William K dan Milton F. Usry, 2006. Cost Accounting, Edisi Ketiga belas, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Hammer, Lawrence H. dan Milton F. Usry, 1999. Akuntansi Biaya Perencanaan

dan Pengendalian Biaya, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2003. Akuntansis Suatu Pengantar, Edisi Keempat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit PT. Salemba Emban Patria, Jakarta.

Kartadinata, Abas, 2000. Akuntansi dan Analisis Biaya Suatu Pendekatan

terhadap Tingkah Laku Biaya, Cetakan Ketiga, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta.

Marpaung, Sri Mardiana, 2002. Analisa Penyimpangan Biaya sebagai Salah Satu

Alat Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia Bottling Unit Medan, skripsi, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Mulyadi, 2009. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Cetakan Sembilan, Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Nafarin, M., 2004. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Penerbit Salemba 4, Jakarta.

Nasehatun, Apandi, 1999. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Terpadu:

Konsep dan Penerapannya, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta.

Sigiro, Sri Lestari Ningsih, 2007. Analisis Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat

Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Supriyono, 2000. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta

Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, Buku Kedua, Cetakan Kedelapan,

(71)

69 Vitasari, Pulung, 2007. Penerapan Analisis Varians sebagai Kontrol Efisiensi

Biaya Produksi pada PT. Mubarokfood Cipta Delicia Kudus, Skripsi,

Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon, 2000. Anggaran:

Peremcanaan dan Pengendalian Laba, penerjemah: Purwatiningsih dan

Maudy Warouw, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilson, James D., Campbell, 2001. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan

Pengendalian, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

(72)

70 PT Perkebunan Nusantara IV

Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007

Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5.396,11 Ha

URAIAN

Jumlah Dalam kilogram

REALISASI RKAP

Daun Teh Basah

a. Hasil Kebun Sendiri

52.486.163 58.278.000

b. Pembelian 2.064.220 1.629.000

Jumlah 54.550.383 59.907.000

Teh Jadi

a. Hasil kebun Sendiri 11.594.743 12.824.000

b. Pembelian 453.763 358.000

Jumlah 12.048.506 13.182.000

(73)

71 PT Perkebunan Nusantara IV

Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2008

Luas Areal Di Panen-Realisasi: 4.711,08 Ha RKAP: 4.711,08 Ha

URAIAN

Jumlah Dalam kilogram

REALISASI RKAP

Daun Teh Basah

a. Hasil Kebun Sendiri

46.138.190 48.423.000

b. Pembelian 938.000 1.629.000

Jumlah 47.076.190 50.052.000

Teh Jadi

a. Hasil kebun Sendiri

10.203.431 10.675.000

b. Pembelian 204.357 358.000

Jumlah 10.407.788 11.033.000

(74)

72 PT Perkebunan Nusantara IV

Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2009

Luas Areal Di Panen-Realisasi: 3.914,65 Ha RKAP: 3.914,65 Ha

URAIAN

Jumlah Dalam kilogram

REALISASI RKAP

Daun Teh Basah

a. Hasil Kebun Sendiri

43.194.170 44.384.000

b. Pembelian 1.431.250 705.000

Jumlah 44.625.420 45.089.000

Teh Jadi

a. Hasil kebun Sendiri

9.604.310 9.808.000

b. Pembelian 314.768 156.000

Jumlah 9.919.078 9.964.000

(75)

73 PT Perkebunan Nusantara IV

Laporan Realisasi dan Anggaran Biaya Produksi Komoditi Teh Tahun 2007

Harga Pokok Per. Kg

Realisas i

RKAP

Tanaman

Gaji, Tunjangan Peg. Staf 2.835.291.050 2.223.454.000 244,53 173,38

Pemeliharaan Tan. menghasilkan

pemupukan

6.929.338.472 6.893.384.000 597,63 537,54

Pemeliharaan lainnya excl. pemupukan 20.890.021.045 18.205.848 1.801,68 1.419,67

Panen 32.755.894.553 33.019.547.000 2.825,06 2.574,82

Pengangkutan ke pabrik 2.721.075.476 1.954.253.000 234,68 152,39

Andil biaya tanaman dari (untuk) kebun

seinduk

- - - -

Biaya umum 13.047.413.447 12.499.657.000 1.125,29 974,71

Jumlah Biaya Tanaman 79.179.034.043 74.796.143.000 6.828,87 5.832,51

Biaya pengolahan 35.830.560.988 30.004.858.000 3.090,24 2.339,74

Biaya Penyusutan 7.558.195.925 7.369.501.000 651,86 574,66

Jumlah Biaya produksi excl.

pembelian

122.567.790.956 112.170.502.000 10.570,98 8.746,92

Pembelian Daun Basah 3.224.239.116 1.995.525.000 1.561,96 1.225,00

Jumlah Biaya Produksi 125.792.030.072 114.166.027.000 10.440,47 8.660,75

(76)

74 PT Perkebunan Nusantara IV

Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2008

Harga Pokok Per. Kg

Realisas i

RKAP

Tanaman

Gaji, Tunjangan Peg. Staf 2.699.075.671 1.725.835.000 264,53 161,67

Pemeliharaan lainnya (excl.

pemupukan)

20.065.352.276 18.669.659.000 1.966,53 1.748,91

Pemupukan 13.934.845.687 16.215.791.000 1.365,70 1.519,04

Panen 31.918.094.438 26.527.216.000 3.128,17 2.484,99

Pengangkutan ke pabrik 2.923.090.415 2.011.038.000 286,48 188,39

Andil biaya tanaman dari (untuk) kebun

seinduk

- - - -

Biaya umum 15.275.460.643 13.922.365.000 1.497,09 1.304,20

Jumlah Biaya Tanaman 86.815.919.130 79.071.904.000 8.508,50 7.407,20

Biaya pengolahan 33.980.257.584 30.904.437.000 3.264,89 2.801,09

Biaya Penyusutan 8.556.023.335 7.588.327.000 838,54 710,85

Jumlah Biaya produksi excl.

Pembelian

129.352.200.049 117.564.668.000 12.677,32 11.013,08

Pembelian Daun Basah 1.748.907,525 2.036.250.000 1.864,51 1.250,00

Jumlah Biaya Produksi 131.101.107.574 119.600.918.000 12.596,44 10.840,29

(77)

75 PT Perkebunan Nusantara IV

Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Komoditi Teh Tahun 2009

Biaya Produksi Realisasi RKAP

Harga Pokok Per. Kg

Realisasi RKAP

Tanaman

Gaji, Tunjangan Peg. Staf 2.566.093.905 2.060.898.000 267,18 210,12

Pemeliharaan lainnya (excl. pemupukan) 18.093.812.300 20.325.370.000 1.883,93 2.072,33

Pemupukan 13.900.748.008 14.410.332.000 1.447,34 1.469,24

Panen 29.891.456.739 22.935.058.000 3.112,30 2.338,40

Pengangkutan ke pabrik 1.939.754.514 2.224.238.000 201,97 226,78

Andil biaya tanaman dari (untuk) kebun

seinduk

- - - -

Biaya umum 15.957.939.788 14.258.077.000 1.661,50 1.453,72

Jumlah Biaya Tanaman 82.349.405.254 76.213.973.000 8.574,21 7.770,59

Biaya pengolahan 35.430.414.738 29.819.439.000 3.571,95 2.992,72

Biaya Penyusutan 12.157.968.669 8.060.004.000 1.265,89 821,78

Jumlah Biaya produksi excl.

Pembelian

129.937.788.661 114.093.416.000 13.529,11 11.623,69

Pembelian Daun Basah 3.763.016.861 1.057.500.000 2.629,18 1.500,00

Jumlah Biaya Produksi 133.700.805.522 115.150.916.000 13.479,16 11.556,70

(78)

76 Varians Biaya Produksi Komoditi Teh

Tahun 2007

Biaya Tidak Langsung

Gaji. Tunj., Biaya Sosial Peg. Staf 1.228.497.814 700.609.000 (527.888.814)

Gaji dan Biaya Sosial Non Staf 1.501.230.246 1.367.911.000 (133.319.246)

Pengangkutan, perjalanan & Penginapan 1.540.914.542 1.514.239.000 (26.675.542)

Biaya Penelitian/Percobaan - - -

Biaya Emplasmen 763.833.173 571.077.000 (192.756.173)

Biaya Pemeliharaan Bangunan Rumah 266.743.843 355.253.000 88.509.157

Biaya pemel. Bangunan Perusahaan 355.352.114 354.280.000 (1.072.114)

Biaya pemel. Jalan, jembatan, sal. air 93.943.318 128.999.000 35.055.682

Biaya Pemeliharaan/Inventaris 126.304.167 155.668.000 29.363.833

Pemakaian Alat Inventaris Kecil 15.269.170 24.453.000 9.183.830

Pemakaian dan Pemel. Sistem Komputer 124.248.828 204.790.000 80.541.172

Iuran dan Sumbangan 12.199.475 39.143.000 26.943.525

Pajak dan Sewa Tanah/PBB 2.370.424.380 1.971.706.000 (398.718.380)

Asuransi 111.779.909 189.159.000 77.379.091

Biaya Keamanan 1.762.726.524 1.477.409.000 (385.317.524)

Biaya Penerangan 1.517.061.039 2.220.425.000 703.363.961

Biaya Persediaan Air 590.986.566 644.564.000 53.577.434

Biaya Lain-lain 665.898.339 579.972.000 (89.926.339)

Jumlah Biaya Tidak Langsung 13.047.413.447 12.499.657.000 (547.756.447)

Biaya Tanaman

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Mendasarkan uraian di atas maka ciri-ciri kreativitas adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (Curiousity), bersifat terbuka terhadap pengalaman dan pengetahuan (Openness to

Pada pengujian ke 20 gejala yang dimasukkan daun berwarna kecoklatan, pucuk daun dan tunas mengulung kedalam, daun layu, apabila batang dipotong pakar dapat

Pemeriksaan kerokan kulit memiliki sensitifitas bervariasi tergantung lokasi dan cara pengambilan sampel. Skin surface biopsy merupakan metoda pengambilan sampel kulit non

EFEKTIVITAS METODE TALAQQI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL- QUR’AN ANAK USIA DINI (Studi Kuasi Eksperimen Anak Usia 5-6 Tahun di TK Al-Akhyar.. Kecamatan Wanayasa

Kemampuan menulis kalimat efektif siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rambah pada aspek koherensi secara klasikal dikategorikan sangat mampu karena memperoleh presentase nilai

Dengan menyatakan sinyal sinus dalam fasor dan elemen-elemen dalam inpedansinya, maka hubungan arus-tegangan pada elemen menjadi hubungan fasor arus - fasor tegangan pada

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djatmika seperti yang dikutip oleh Galang (2013) menyatakan bahwa kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang

3) Keputusan pembatalan diberitahukan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah yang bersangkutan berserta alasan- alasanya;dan.. 4) Dalam waktu selambat-lambatnya