16
SAMPAI
40
MINGGU YANG DIPELIHARA INTENSIF
PADA KANDANG TANPA DAN DENGAN KOLAM
. d , il
.' * ,
! . *
Oleh
I NYOMAN
SUWINDRA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TRP: EF'FECT
OF
PROTEIN LEVELSIN
THEDIET
ON PERFORMANCE OF 16 TO 40WEEKS
OLD
BALI DUCKS RAISED ON AN INTENSIVESYSTEM WITH
AND
WITHOUTPOND
ABSTRACT
The main objective ofthis study was to observe the effect of diet protein levels on
the performance of Bali ducks raised with and without pond Nine hundred females and
fifty four males four week old Bali ducks were randomly alloted into two b8tment
groups i.e. with and without pond located in three sheds. Each shed comprised of three !
units of pens with and without pond
The experimental ducks were fed a grower and developer diet until IS weeks
old At the age of 16 weeks each group of the experimental & c b were fed with
isocaloric diets (2900 k c a m ) containing three different levels of crude protein (16, 18
and 20%). Chemical analysis showed that the diet with 16% d e protein contained
low levels of histidine and valine, the diet with 18?4 crude protein contained low level
of histidine and the diet with 2Ph crude protein contained low levels of histidine and
isoleucine. 'Ihirty six of female ducks were slaughtered every two weeks for
measurement of thyroid and adrenal glands, ovary and oviduct weights.
The thyroid and adrenal glands, ova~y and oviduct weights, serum estradiol,
progesterone, cortisol, thyroxine, and lipids concemtrations, and ratio of heterophils and
lymphocytes were not Sected by the pond but sexual maturity was siflcantly delayed
and the egg size was significantly increased (P4.05). Increasing dietary crude protein
levels significantly (Pd.05) increased egg size. There was a tendency that the higbeat
egg production in the ducke kept in a pond system was found in those r e c e i w 20% crude protein.
production was
However, fos ducks kept on a dry system, the
observed in those receiving IWo crude protein.
RINGKASAN
I
WOMAN SuWINDRk Uff Tfngkat Protdn P hterhadapm*
I* Umur16 sampai 40 Miaggu yrrng Dipdihara lntenoif pada h d a n g Tanpa dan Dcagan &lam
(di brtkab bhnbingaa
DJ.
Samosfr, sebagai ketna,P d
S. Hardjosworo, DTH.Sihombing,
R
Band Matram, dan Wasmen Man& sebagl anggota).Suhu
udara
pemeliharaan itik yang baik adalah 18.3-
25.5"C. RetaElneuhu
udara diIndonesia tercatat di siang hari berkisar antam 23.2
-
35.2'C atatr 15.0-
25.9OC di mafernhari deqan kelembaban 60
-
88./. sehingga itik&
m e w a m i cekaman p a u tendamp disiang hari.
Penelitian tentang sistem pemeliharaan dm tatalaksana pakm sudah banyak dilalruken
pada tenaak ayam namm masih eax@ t d a t a s pada tern& itik Penelitian m a p a i sietem
pemelihaman yang berhubungan dengan pen& air terbuka bagi ternak itik tdatan pada
mana pedmbuhan dan masa produkni. Kajiea menyeluruh teoteog pengaruh sietem tereebut
d a l m natu siklus pemeliharaan b e l m pernah dilaporkan sampai saat kini. Itik yang
dipelihara terlaPung memerlulcan kolam untuk mencelupkan clan membmeiblcea kepala epma
menghindari penyumbatan hi- oleh pakrm dan kotoran laia Kolam pen* llatuk
msrarrunlcan suhu tubub walctu suhu linglnrogan panas clan mearioglcrrtlcen fertilitaa telur.
Itik yaog dipelihara teiiammg deagrm kolam mempmyai pertambahan berat badan
lebih baik, suhu
tub&
lebih rendah Sebalilmya itik dewasa ymg dipelihsra teriammg denpakolam dm peaggembalaan mewnjuldcen prochdcsi telur yang lebih rendah, namun tampak lebih bersih dan s e w dibaadinglcen itik yang dipelihara tejiammg tanpa kolem.
Kebutuban protein itik yang sedang bertelur bervariasi a h r a 15
-
19%dan
kebutuhaotersebut cendenmg meningkat bila dipelihara terlaPung a h dengan peninghbn kan-
energi p a k Pemeliharaaa itik terkunmg berpeDgarub pada permnman berat telur di b w a h
pemasaran. Perbaikan pakan dapat meningkatkan perkembangan organ reprodulrmi
dan
aktivitas sintesis telur sehingga rnenrngkatkan produksi telur.
Penelitian lapangan di laladcan di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan, Universitas
Udsyana, Denpasar. Analisis proksimat (protein dan energi) pakan dan kotoran itik dildcukan
di Laboratorium Kimia Pakan Ternak, Fakultas Petemakan, Universitas Udayana, Denpasar,
dan analisis HPLC (asam amino, kalsium dan fosfor) dilakukan di Laboratwium Analitik di
Universitas yang sama Analisis hormon, hgliserida,
DNA
dan RNA dilakukan diLabomtorim Kimia Fisiologi, Jurusan Fisiologi dan Farmakologi, Fthltes Kedokteran I
Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama sepuluh bulan, mulai dari
bulan Juni 1996 sampai d e w Maret 1997.
Penelitian ini menggmakan 900 ekor itik Bali betina dan 54 ekor it& Bdi jantan umur
empat minggu
clan
ditempatkan dalam 18 petak kandang p- yams terietak pada tigabangman terpieah sehingga setiap bangunan terdapat enarn petak kandaag -p yang terdiri atas masing-masing tiga petak kandaug panggung tanpa dan denpa kolam. Ukuran
panjaag dan lebar petak kandang yaitu 3 x 2 meter dan ti@ alas petak kandang panggmg
0.75 m dari lantai bangunan. Pet& kandang pada bangman I dan
IU
b e d a s bambu dengan jarak 1 cm dan petak kandang pada baogunan II beralas k w a t dengan lubang 1 cm2. Setiappetak kandang ditempati oleh 50 ekor itik betina dan 3 ekor itik jantan mulai umur 4 mi-
atau 18 ekor betina deogaa 2 ekor jrmtrvl mulai umur 24 mi- untuk melihat peagad kolam pada fertilitas telur. Sampai d e w umur 15 minggu itik diberi pakan pellet yla~g eama yaitu
p a h p e d a (umur 4
-
10 m-) dan perkembangan (m 10-
15 m-) dan selanju!nyadiberi pakan yang berbeda lcanduogan protein (16, 18, dan 20%) dengaol k a n c i q p energi
yang sama (2900 McaVkg).
Mulai umur 16 minggu, penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola
faktorial yang terdiri atas dua W o r . Faktor pertama adalah sistem pemeliharaan tanpa dan
d e w kolam. Faldw kedua adalah pakan yang terdiri atas tiga taraf'protein yaitu 16, 18, dan
16
-
40 minggu dengan masing-masing tiga ulangaa Pengaruh perlakuan kandang tanpa dandengan kolam pada peubah y q diamati diuji d e w uji t (paring t-test), oedaoglcan
pengad tingkat protein dan intemksi antara sistem pemeliharaan (TK/K) d e q p protein
pakan dari umur 16 minggu data dianalisis de- analisis ragam. Bila terdapat intemksi
nyata antara sistem pemeliharaan
dan
protein pakan, malieis dilanjutkan d e w uji konlrasortogonal. Untuk mencari model hubrmgaa respon yang d i d &ngm Wor sistem
pemelih- dm protein pakan digmakau polinomial ortogonal.
Peubah yaqs dianati meliputi &a q e k : 1) Kinerja itik yang meliputi konsmsi pakan
dan protein, pertambahan berat badan, efisiensi peaggunaan palcen
dan protein,
uunirmemasuki masa pro&i, produksi harian, berat telur total, berat telur per butir, fertilitas telur
dan kematian, dan 2) Aspek fisiologis yang meliputi peritembaugan berat relatif kelenjar
tiroid, adrenal, ovarium, dan oviduk, perkembangan konsentrasi tiroksin, kortisol, eetradiol,
progesteron,
dan
trigliserida serum, gambaran nisbah heterofil dan limfosit, totat sel ovidukdan RNA itik yang m e m p e n g d kinerja itik
P c a g d KO18111
Kehadiran kolam di dalm petak kandang memmmkan jumlah itik yaqg tern@-en@,
memmmkan suhu
tubuh
sebanyak 0.93'C setelah berenang, rneugkabu konsumsi pakan danprotein itik pada umur 4
-
16 cendenmg meningkatkrrn total seldan
RNA
ovi& itikpada umur y m g sama, menyebabbm ukrPan panjang oviduk ymg lebih pendek pada unnx 20
mingg~
dan
umur memasuki masa produksi yang lebih l d a t . W a l q u n demikian, kehadimkolam di dalarn petak kadang memumbn konsentmsi kortisol serum itik pada umur 10
-dan
menh@adm berat tehr per butir. Berat badan, pertarnbahan berat badan,efisiensi pe- pa@ pro&ksi telur harian, berat relatif kelenjar tiroid, adrenal,
ovarium, dan oviduk, konsentrasi tiroksin
,
estradiol, progesteron, dan trigliserida dalaui sennn, dan nisbah hetmfil l i d d tidak dipenganhi oleh kehadiran kolam di dalam petakPalganlh Tingkat P r o t c i n P h
Pengaruh tinglcet protein pa& konsumsi pakan daa protein adalah meagikuti model
kuadratik Pada umur 16
-
20 dan 20 -24 minggu konsumsi pakan terendah (2.3 10 dan 2.376kg)
ditkukan
pada itik yang menerima p h dengan kmdwgan protein berturut-t-tunat 18.16dan 18.07% (R2 = 0.36 dm R2 = 0.42). Konslrmsi protein itik pada umur 16
-
20dam
20-
24mi- memgkat demgan pemqkabn kandungan protein pakan deagan koefisien
determrnas
.
.
1y a q eama
(p
= 0.80). Hubungan antara efieiensi pelnn dan protein paltea it& ~ 0 3 1 ~ 16-
20m h g g me- model lruadratik
(RZ
= 0.26). Efisieasi peasgunagn p h itik terbaik (0.021) ditemukan pada itik yang menerima pakan d e w kaadungan protein 17.92%. Beratrelatifovarium itik umur 20 mi- semakin meNngkat eejalan deogan penia&h kazaQroLpPl
protein pakan dari 16 menjadi 20%
(R7
= 0.21). Hubmpa entera umur me@ maaa prochrksi dengan protein pakan menghti model kuadnitik (R2 = 0.97) yaihl it& ekan bertelur paling awal (135.66 hari) apabila mendapetkan pakan deagan kanduagan protein 17.95%.Berat telur per butir semakin meningkat sejalau dengaa peniagkatan protein palcan dari 16
menjadi 20?4
(2
= 0.11).Pemgamh Kombinasi Paiaknan Sistcm Pemeliharaan d q a n T i iProtein Pakan
Pengaruh interaksi antam sistem pemeliharaan dan protein paken peda kommui paken
dan konsumsi protein, berat relatif ovaium, daa m w mernasuki masa produlaPi mengikuti model laradratik
Pada umur 16
-
20dan
20-
24 konsumei palm terendah @emturut-M 2.235clan 2.254 kg) pada itik yaae dipelibam
ma
kolam ditedcan pada itik yang menerima palcan deogsn kanchgm protein 17.89 &m 17.91%(R'
= 0.69daa
R~
= 0.78). Komumi paken terbanyak tersebut padamasaproddai (15.568 kg) diteornrlcan pada itik yang menerima palcandengan kanduugan protein 17.50%. Konsumsi pakan itik umur 16
-
20 dan 20-
24 mingguyang dipelihata deagaa kolam meniagkat dengao penunmaa hduqgan protein dari 20 menjadi
menerima pakan dengan kan- protein p h 17.74%. Konmrmsi itik yaog d i p e l i h
taapa dan dengan kolam pada umur 16
-
20,20-
24 mingeJudan
pada maaa berprodulari telwmeningkat ~ejalan dengan peningkatan kandungan protein pakan dari 16 menjadi 20%.
Hubmgn antara berat relatif ovarium itik umur 20 mioggu
dau
protein pakanmengihti model kuahtik
(R'
= 0.54). Berat relatif ovarium terkecil(0.313) pada it& yengdipelihara tanpa kolam ditemukan pada itik yang meoerima palcan dengan kandmgm protein
p a h 17.03%, sedanglcen itik yaog dipelihara d e w kolam mempilnyai berat relatifovmium
terbeear (0.547) pada kelompok yaqg menerima pekm dengan kan- protein 18.34%.
Hub- antara umur memasuki masa produksi dan protein pakan me@& model
k d r a t i k (R2 = 0.82). Itik yang dipelihp. tanpa kolam dm menerima pakan dengm kandmgan protein 19.67'?? memasuki masa produksi paling lambat (135.71 hari), sedaoglran
itik yang dipelihara deng8n kolam a k a semakin cepat memasuki umur mesa produkai aejalaa
dengan pemnunan hdmgaa protein palcan dari 19.67 menjadi 16%.
-*
Disimpullcan bahwa penaorbahan kolam ke dalam petak kandang
konsmsi pakan dan protein itik w 4
-
16 miaggy meaunmkan efiaiensi palem itik padaumur 4
-
10 mhggu, ukuran oviduk lebih pendek pada itik pada umur 20 minnnu, dan ~ m u r m e dmasa berproduksi lebih lambat. Walaupm demikiaa, adaaya kolam di dalam petakk d a n g memb&db berat telur perbutir dau xnenmhn kortisol sexutn itik umu 10 minggu
Peni&ataa berat telur per butir sejalan deogan pemh@m hdmgm protein pakaa
dari 16 menjadi 20%. Efieiemi pqgmaan pakan terbaik ditctrmlcan pada itik yang memima
p bd q a n Icanduog;an protein 17.92%
dan
dieertai de- umur memasuki w a p r d i paling awal.Interaksi antm-a sistem pemeliharaan dan protein pakan memmjuMcen itik yang
dipelihara tanpa kolam dan m e n k palam den- kan@ protein 20% m e m d masa
produksi paling lambat, se- itik yang d i p e l i h dengan kolam
dan
menerima palcaadipelihaaa tanpa kolam dm menerima pakan dengan kandungan protein 1896 ceederuog
bertelur paling baayak, dan kecendenmgan ini tamp& pada itik yaag d i p e l h a d e q p kolam
yang menerima pakan dengan kandungan protein pakan 20%.
Disarankan pada peternak bahwa perneliharaan itik secara terkunmg pada urrmr 4
-
10rn- "sebailcnya tanpa kolam Untuk mendapatkan produksi telur yaag ti& tanpa
memperhatilcen berat telur per butir, pemelih- itik sebailmya @a kolam deqgan pakan
yang me- protein 18% pada saat menjelaag dan berproduksi. Untuk mendapatkaar
produksi harim dan berat telur per butir Iebih tiagei k a n d q dileqgkapi kolam dengan
I
pakan yaag menganchq protein 20%. Itik sebailcnya hanya dilepas ke kolam pada s i q hari.
Pemeliharaan itik dengan kolarn sesuai d m habitat yang d i a n j h oleh Inmbaga
UJI TINGKAT PROTEIN PAKAN TERHADAP KINERJA ITIK UMUR
16 SAMPAI 40 MINGGU YANG DIPELIHARA INTENSIF
PADA KANDANG TANPA DAN DENGAN
KOLAM
O l d
I Nyoman Sawindm NRP : 93556/PTK
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : UJI TINGKAT PROTEIN PAKAN TERHADAP KINERJA
rZlK
UMUR 16 SAMPAT 40 MINGGU YANG DIPELjHARA INTENSIF PADA KAMDANB TANPA DAN DENCfAN KOLAM
Nama
Mahasiswa : I Nyoman Suwindra Nomor Pokok : 93556Program Studi : IlmuTernak
I I
Prof Dr. D.J. Sarnosir Ketua
Prof. Dr. Peni S. Hardjosworo, M.Sc.
w o t a Anggota '
Prof Dr. R. Benni Matram, M.V.Sc. Anggota
Dr. Ir. Wasmen Manalu
Anggota
2. Ketua Program Studi Ilmu Ternak
RIWAYAT
HIDUPPenulie dilahirkan pada taaggal 21 Desember 1941 di Tabanan, Kdm@m
Tabawn (Bali) dari pasangan ayab I Gde Ratep daa ibu Ni Ketut Reyok
Tahun 1956 penulis meqelesaikan pendidikan Sekolab Rakyat di Denpasar
dan
kemudian meneruelarn pendidikaa Sekolah Menengah Pertama Bhaktiyasa di S w a
dm tmnat tahun 1959 dm di kota yang sama penulie melaajutkm pendiddm Sekolah
Menengah Atas Negeri pada Bagian B (Pasti Alam) dan twnat tahua 1963. Setelah
seleni peadidlam di SMA permlis m e w kuliah di Fakultas K e d o b Hewan
dan
Petenrakan (FlKHP), Univmitas Udayana Denpasar, Bali. Pada tau& 1 Pebruari
1969 penulis diaagkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (Asieten Ilmu Ternak
Unggas) pada Laboratorium Tmak Unggas di Fakultas K e d o k t m Hewan
dan
Petenrakan Univmitas Udayana dan selesai mengikuti pendidikan talm 1973 di
Fakultas yaag sama sebagai Sarjara (Jr) Petemakau Sejak tahun 1978 p d i s bedugas
sebagai Kepala Laboratorium Ternak U n g p Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
Deapasar sampai tahun 1982 daa untuk e e t e m q a mengikuti pendidilcan program
paecaeajana
&,
di University of Sydney, Auebrafia tabun 198201985,Pada
tab 1986p m l i e batugae eebqgai D hFaidtee Peternaken, Univmitae Udayana Derprrsat dan
berakhir pada tahun 1992. Pdp tahun 1993 permlie t e r d d k oebagai mAhAniswa
Pertama-tama penulis rnemaajatkan puji syukur kehadapan Ids S ~ Q Hymg
Widhi Wasa, T W m Yang Maha Esa karena atas rahmat clan kanmiaNya penulis dapat
menyelesaikau Miah-kuliah, penelitian serta penulisan disertasi ini. Keberhaeilan ymg
telah penulis capai dalam menyeleeaikaa studi di Progratn Studi Pascasarjaoa IPB eejak
qgustus 1993 sampai dengan September 1998 tidak terlepas kiarens a d q a dthmgm
moral, bantuan k i d , fisik, ides dan pemikiran-pemikiran y q datrrnp dmi
pihak dan sudah tentu p e d i s patut menyampaikan banyak terimakasih.
Pada kesempatan yang saagat berbahagia ini ijinkanlah penulis menyampailcen
pengtiargaan dan terimakasih kepada yang terhonnat Pro£ Dr.
D.J.
Samosir, eebagipembirnbing utatna, dan Prof Dr. Peni S. Hardjosworo, Msc., Prof Dr. D.T.H.
Sihombiug, ROE Dr. R Bermi Matram, M.V.Sc., Dr. Jr. Wasmen M d u mesliqs-
w i n g sebagai anggoh komisi pembimbing atas eegala bimbingaa, pebjuk eetClr
eaar-
saran
yang diberikan selama p d i n me- pendidikan sehiqgga proses belda,penelitian dan penulisan dieertasi ini berlangsung dengan laacar dan h a t diselesaikm
dengan baik. Kepada penguji luar komisi Prof Dr. Hartini Sjahri Sikar, M.Sc. dm Dr.
Ir.
H.
Benni Ounawan, M.Sc. yaqe telah banyak memberi korelari dan mamkm sshioggamenambah pembobotan dieextasi ini, saya ucapkan terimakapi
Penulis r n ~ a p l c a n bqmk terima k i h kepada yang terhonnst Rektor
Iostitut
Petanian Bogor, Direktur Pascasajma, dan Ketua Program Studi IImu Ternak Inetilut
Pertanian Bogor atas Earilitas
do
kenempatan y& diberikau kepada p d i e untukm e e i h g r a m Paacasajana S3 di Institut Pertanian Bogw. Kepada yang terhomat
Denpasar, penulis menyampailcaa terimakasih atas ijin unttd< meogrkuti Pendidikan
Program Psscasarjana S3 di IPB.
Demikian pula ucapaa terimakasih penulis sarnpaikan kepada yaog teChOTm8f
ketua T i Indonesia Australia Eastern Universities Project (lAEUP) yeqg telah
menyediakan beasiswa bagi p d i s , Yayasan Bea Siswa !hpmmar, P.T. Indocement
Tunggal Prakarsa, Yayasan Aji Dharma Bhakti, Yayasan Toyota Astra, Bupd Kepala
Daerah
n<
I1 Kabupaten Baduog, Walikota Madya Denpasar, R e k h UniversitasUdayana atas bantulan finansial rPehrngga penelitim bisa dil$teanalcan e& seleeai.
f
Ucapan terima kasih p e d i s sampaikan kepada yaos terhoimat Dr. Jr. Wasmen
M d y Ir. I Nyoman Nusada, M.Agr, dm Prof Dr. I Ketut Lana atae lrebaiken clan
ketulusan hatinya yang telab rnemberhn ijin peogsuoasn hilitas Leboratoriun Kimia
Fisiologi,
FKH,
IPB, Lslboratorium Analitik Unud dan Labwatorium KimiaM-
Ternak, Fapet, Umd Denpasar.
Rasa honnaf dan ucapm terbakasih penulis earnpailcan kepada P r d Dr. S.O.N.
Djiwa D d j a dan Prof Dr. I Made Nitis, M . k . Sc. atas dorongao seda
motivasinya sehiDgga penulis dapat menyelesailcan pendidilcen program S3 di IPB.
IPB penulis mmyqpaikan banyak terima kasih aEas eegala doroqgan dan 'motivaeinys
petunjuk pemggmm program Excel computer dalam analisis daEa basil penelitian d8ti
.
Ir
I
Wayan Snpmta, MS., dm Ir I Putu Sampuma, MS. p d i ejw
menyampail-banyak terima
kasih. Teman-teman sejawat 1mpmg
ataupua ti& langermg yang telahmembantu dalam pelaksanaan penelitian dau penulisan dieertaei ini p d i s u c a p h
iii
Rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya pewlis hahtricaa kepada
Ayahanda I ade Ratep (almartnnn, Pensiuoan Kepala Dinas Pertanian Propiasi Bali),
ibunda Ni Ketut Reyok, mertua Bapak I Ketut Kayua dan Ibu Ni Wayan Riae eegala
d o r o w dan doa restunya Secara khww penulis satnpaikan banyak terima kasih
k e p d istri Ni Made Yaspini yaog telah m e m b e s h dan mendidii ketie putra-putri
penulis, membantu finansial penelitian, doronp, motiwwi serta k e i k h l e e m
makanda I Pulu Tndrayasa beserta iatri Gusti Ayu Man& Andgreni
,
NiMade
Indrymi beserta suami I ade Susila Aryana, I Nyomaa hdnwan clan keempat cum-eucu yang gangat manbahagiakan atas pengerlian, kesab-
dm
doa restunya Kepadakakak dan adik-adik penulis aampaikan terima kasih atas kehrlusaa yaog manni di ddam
Penufis d a r bahwa deapn sejujlnnya meagal<ui clan menyadari tulim ini j d
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL.
...
PENDAHULUAN
...
Latar Belakang....
Pernasalahan...
'hj uan....
...
M d a a t...
HipotesisTINJAUAN PUSTAKA
Itik Bali
...
Suhu Linjjwngan dan Fluktuasi Suhu Tubuh....
...
Ukuran dan Fungsi Kol rrm...
Kebutuhau Protein Itik
Pertumhhan Telur dan Oviduk I t k
...
Kelenjardan
Hormon Tiroid...
...
Estrogen...
Progesteron...
Kortikosteron...
Pengaruh Cekaman pada Gambaran Hematologi D d
...
Trigliserida
DNA
dan
RNA...
MATERI DAN MEWODE PlDEUThW
.
*
...
Materi Penelitran...
Ternak...
Kadal4$Pakaa Ternak dan Air Min urn.
...
...
Penetasaa
Kit Hormon dan Trigliserida
. .
...
Met& Penellban...
...
Pengelompokan Itik...
P e r l a b dan Pengambilan SampelHASIL DAN PEMBAHASAN
...
Masa Perhanbuhan 59
Tahap Persiapan
...
59 Kollsurnsi Pakan, Berat Badan, Pertambaban Berat Badan,Efisiensi Pengguaan Pakan, dan Kematim
...
59Berat Relatif Kelenjm Tiroid dm Kons-i Tiroksin Se rum... 62
Berat RelatifKelenjar Adrenal, Konsentrasi Kortisol Serum,
dan Nisbah Heterofil Limfosit
...
64Berat Relatif Ovarium, Konsentrasi Estradiol Senm,
dan Progesteron
...
67 Berat Relatif dan Panjang Oviduk, Konsentrasi Trigliserida Serum,dan Total RNA dm Sel Oviduk
...
.
.
...
70 Tahap Perlakuan...
76Konsumsi Pakan dan Protein, dan Berq B a h
...
76Pertambahsn Berat Badan, Efisiensi P e q p m a n Pakan,
dan Kematian
...
83Berat RelatifKelenjar Tiroid dan Konsentmsi Tiroksin Serum.... 85
Berat Relatif Kelenjar Adrenal, Konsentrasi Kortisol Semm,
dm Nisbah Heterofil Limfosit
...
87 Berat Relatif Ovarium, Konsentrasi Estradiol S~~KU,dm1 Progcu(t~.lruu
...
88Berat Relatif dan Panjang Ovi& dm Konaentrasi Trigliserida
S e n m
...
91 Total Sel dan RNA Oviduk...
.
.
...
93Masa Produksi Telur
...
96Umur Memasuki Masa Produksi
...
97 Konsumsi Pakan...
100 Konsumsi Protein...
101 Produksi Hari an....
103Berat Telur per Butir
...
107Berat Telw Total, Efisiensi Petlggrmaan Pakao dm Protein,
Fertilitas Telur, clan Kemati an..
...
109 Respon FisiologisIt&
Umur 40 Minggu...
111Berat RelatifKelenjar Tiroid dan Adrenal, Komeoh.asi
Tiroksin dan Kortisol Senan,
dan
Nisbab Heterofil L S o s i t...
11 1Berat Relatif Owrim, Kome&asi Estradiol, Progesteron,
dan Trigliserida Senrm
...
113 Berat Relatif dan Panjang Oviduk, ~ o b l Sel dan RNA Ovi duk.. 115KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
...
120Saran
...
121DAFTAR PUSTAKA
...
122vi
Judul Tabel
Berat Ovatiurn pada Berbagai Umur Ayam Betina
...
KonsentrasiT4
pada Ayam dan Itik...
.....
Konsentrasi 9-Estradiol dan Estron Semxn pada Ayara...
...
.
..
.
...
Proporsi dan Nisbah Heterofil Limfosit pada Itik dan Ayam...
Susunan dan Komposisi Pakau Pemula serta P hPerkembaugan....
Kandungan Zat Gizi Pakan Pemula dm Pakan PerkembanganBerdasarkan Perhibugan.
...
...
Komposisi Asam Amino Pakan Pemula dan Pakan Perkembangaa Berdasarkan Perhihmgan
...
Susunan Bahan Pakan Itik Bertelur (umur 16-
40 mi-)...
...
Kanduugan Zat Gizi Pakan Itik Bertelur Berdasarkan Pehituagaa
...
Kan- Protein Kasar dan Energi Pakan Itik Bertelur Berdasarkan Analisis Prohimat, dan Kanchmgan Kalsium clan Fosfor B e r d a s h
Komposisi Asam Amino Pakan Itik Bertelur Ber- Perhibungan (A), HPIX (B), dan Baku Kebutuhan (C)
...
K e l e b b
dan
Kela~llengan Asam Amino PakaaItik
BertelurBerdasarka
HPLC
Dibandingkan Baku Kebutuhan....
....
...
...
...
Peqpnatan Karian Beberapa Respons Fisiologis
Itik
pada Masa Pertumbuhan yasg Dipelihara Tzmpa dan D e p Kolam....
Pengrnuh Kolm pada Kommsi Pakan Kumulatifj Berat Badan, Pertambahaa Berat Badaa, Efisiensi P e wPakaa, dan Kematian.
Penganh Kolam pada Berat Relatif Kelenjar Tiroid dan Konsentraai Tiroksin Senm~
...
Berat Relatif Kelenjaa. Adred, Konsentrasi Kortisol S e m q dan Nisbah Heterofil Limfosit Itik yang Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolara..
.
.. . .
.
.
.
.
. . .
. . .
Berat Relatif Ovariutn, Konsentrasi Estradiol dan Progesteron S e m
Itik yang Dipelihara Tanpa
dan
Dengan Kolam....
Berat Relatif Oviduk dam Konsentrasi Trigliserida S e mItik
yangKonsumsi Pakan dan Protein Kumulatif, dm Berat Badan Itik yang Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolarn dengan Protein Pakan 16,18, dan 20?4
...
Pertambahan Berat Badan, Efisiensi Penggunaan P a b dan Kematiaa Itik yang Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolam den@ Protein P a h 16, 18, dan 20%... .
.
.
...
Berat Relatif Kelenjar Tiroid dan Konsentrasi Tiroksin Serum Itik
yang Dipelihm T q a dm D e n p Kalarn dengan Protein Pakan 16, . .
18, cia, 2w;a
...
Berat Relatif Kelenjar Adrenal, Konsentrasi Kortisol Serum, dan Nisbah Heterofil Lidosit Itik yang Dipelihara Tanpa dm Dengan Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dm 20%....
Berat Relatif Ovarium, Konseatrasi ~stradiok dan Progesteron Serum Itik ylang DipeliharaTanpa
dan
Dengan Kolam dengan Protein Pakan16, 18, dan 20%
...
Berat Relatif dan Paujang Oviduk dan Konsentrasi Trigliserida Serum Itik yaqg Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolam d e w Protein P a h 16, 18, dan 20%
...
Total Sel dan RNA Oviduk Itik yang Dipelihara Tanpa dan D e w Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 20%...
RataanUmur
Memasuki Masa Produksi, Komxnsi Pakan dan Protein, Produksi Harian, clan Berat Telur per Butir Itik yang Dipelihara Tanpa dan Deagan Kolam d e w Protein Pakan 16, 18, dan 20%...
Berat Telur Total, Efisiensi Peqgmaan Pakan dan Protein, Pertilitas '
Telur dan Kematian Itik yang Dipelihara Tanpa
dan
Dengan Kolam deagrm Protein Pakm 16, 18, dan 20%...
Berat RelatifKelenjar Tiroid dan Adtenal, Konseoh-asi Tiroksin dan Kortisol Sen- dan Nisbah Heterofil Lidosit Itik pada Umur 40 Miogsu yaag Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 20%
...
Berat Relatif Ovarium, Konsentrasi E8.tradio1, Progesteron, dan Trigliserida S e m Itik pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Taapa
dan
Deogan Kolam dengin Protein Palam 16, 18, dan 20%...
Berat Relatif, Panjang, Total Sel dan Total RNA Oviduk Itik pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Tanpa dm Dengan Kolam dengan Protein Pakao 16, 18, dan 20%..
...
,...
...
Judul -bar
Diagram Perubahan Pituitari, LH, Progesteron dan Estradiol Selama Siklus Ovulasi Itik, Ayam, dan Puyuh
...
Pola Perkembangan Konsumsi P&an Kumulatif (atas) dan Berat Badan pawah) Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan D e w (A) Kolam....
Pertambahan Berat Badan Itik yang Dipelihara Tanpa (0) dan Dengan (0) Kolam..
... .:. ...
Pola Perkembangan Berat RelatifKelenjar Tirgid dan Konsentrasi
Tiroksin Senxn Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kol am...
Pola Perkembangan Berat Relatif Kelenjar Adrenal dan Konsentrasi Kortisol Serum Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan(A) Kolam
...
Pola Perkembangan Konsentmsi Kortisol Serum dan Nisbah Heterofil Lidosit Itik yang DipelihmTanpa (x) dan Den- (A) Kolara
...
Pola Perkembangan Berat Relatif Ovarium dan Konsentrasi Estradiol Serum Itik y a q Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam...
Pola Perkembangan Berat Relatif Ovarium d m Konsentrasi Progesteron Serum Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam
...
Pola Perkembangan Berat Refatif Oviduk dan Konsentrasi Estradiol Serum Itik yrmg Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kollea...
Pola Perkembangan Panjang Oviddc dan Konsentrasi Estradiol Senxn Itik yang Dipelihara Tanpa (x) clan Dengan (A) Kolam...
Pola Perkembangan Konseolrasi EBtradiol dan Trigliaserida Serum Itik yang DipeliharaTanpa (x) dan Dengan (A) Kolam...
Pola Perkembangau Berat Relatif Ovarium dan Konsentrasi Trigliserida Serum Itik yaw Dipelihrtra Tanpa (x) dan D e w (A) Kolam
...
Pola Perkembangan Total Sel dm RNA Oviduk Itik pug Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam....
L...
Hubungan antara Konsumsi Pakan (KP) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada
Umur 16-20
M
W
(atas) dan 20-24 Ming&u (bawah) yang Dipelihara Tanpa (TIC) dan Dengan Kolam (K) dengan Protein Pakan 16,18, dan15 Hubungan antara Konsumsi Protein (Kpr) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Umur 16-20 Minggu (atas) dan 20-24 Minggu (bawah) yang
Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan Kolam (K) dei~gan Protein Pakan 16,
18, dan 20%
...
.
......
. ... . .
..
.
.
. .
.
...
..
.
...
... ... ...
..
.. . . .
..
. ...
...
.... . . ..
.
. ... . .
....
.
80 16 Hubungan antara Konsumsi Pakan Kurnulatif(KP)
dan KandungrrnProtein P&an (Pr) Itik pada Umur 16-20 (KPl) dan 20-24 Minggu
(KP2).
.
.
. . .
. . .
. . . .
. . .
. .. . .
. . .
. .
.
. . .
. . .
. . .
.
.
.
..
. . . .. . .
..
. *.. .
.
.
.
. . .
. ...
.
.
.
.
.
82Hubuslgan antara Konsumsi Protein (Kpr) dan Protein Pakan (Pr) Itik padaUmur 16-20 Minggu (Kprl) dan 20-24 Minggu
(KPr2).
.
. .
. . .
.. . .
.
. .
.
. . .
.
.. .
. . .. . .
*. . .
. . .
. . .
.
.
. .
. .
. .
.
. .
. .
.
.
.
. . .
.
. . .
.
.
Hub- antara Efisiensi Penggunaan Pakan (EP) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Umur 16-20 Mi-.
. .. .. . . .. . . .. ..
..
...
. .
..
...
.
..
. . ..
....
.
Hubungan antara Berat RelatSOvariuin (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Urmx 20 Minggu yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam. Hubungan antara Berat R e l a Ovarium (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik padaUmur
20 M h g p...
.
...
...
...
Pola Perkembangan Total Sel (atas) dan RNA (bawah) Itik dengan Protein Pakan 16 (A), 18 (x), dan 20% (+)
...
Hub- antara Umur M e m d i Masa Produksi(MP)
dm ProteinPakan (Pr) pada Itik yaog Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) Kolam. Hub- antara Umur Memasuki Masa Proctuksi (MP) dau Protein Pakan (Pr)
...
Hubungan antara Konsumsi Pakan (KP) dan Protein Pakan (Pr) Itik yangDipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) Kolara
...
Hubungan mtara Konsumsi Protein (Kpr) dan Protein Pakan (Pr) Itik yangDipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) Kolam..
.. ..
. .
..
. . .
.
.
.
. . . .
. . .
..
.
. . .
. .
. . .
.
Hub- antara Koosumsi Protein (KPr) dan Protein Paksm (Pr)...
Pola Produksi Telur Harian Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dau D e w
(A) Kolam
...
Pola Prochrksi Telur Harian Itik yaug Dipelihara Tanpa Kolam dengan ProteinPakan
16 (A), 18 (x), dan 20% (+)...
Hubungan antara Produhi Telur Harian(PT)
daa Protein Pakan (Pr) Itik yang Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) K o l m...
Pola Procfuksi Telur Harian Itik yang Dipelihara Dengan Kolam dengan Protein Pakan 16 (A), 18 (x), dan 20% (+).
. .. . .. . .
. .. . .
. . .
. . . .
. .
. . . .. . .
Pola Perkembangan Berat Telur Per butir Itik yaqg Dipelihara Tanpa (x)dan Dengam Kolam (A) sejak Umur 20 sampai 40 Minsgu
...
33 Hubungan antara KonsentrasiTiroksin Serum (Tr) dan Protein Pakan (Pr)
Iti k pada Umur 40
M
inggu.....
11234 Hubungan autara Berat Relatif Ovarium (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik
pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K)
Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 200/0
...
114 35 Hubungan antara Berat Relatif Ovarium (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itikpada Umur 40 Minggu
...
11536 Hubungan antara Berat Relatif Oviduk (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Tanpa (TK) dm Dengan (K)
Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 20%
...
117 37 Hubungan Berat Relatif Oviduk (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik padaUmur 40 Minggu.
...
117PENDAHULUAN
Latar Bdakang
Secara nasional peningkatan jumlah penm#tulr dan pendapatm m s g r d m t
meni-pgkdm jumlah konsumsi dan permintaan akan daging m a u p tehr.
It&
ylang merupakan ternak mggas ke dua, berpotensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalamkehidupan m a y a d a t di Indonesia Umumnya pemeliharaan itik menpaltan waha
sambilan namm
di
beberapa tempat ti- penpahaan tern& tersebut uudab mempalnmusaha &ma walaupun masih benaifirt tradisional. I
Indonesia adalah n e w tropis deqan kisaran whu udara 23.2
-
35.2'C (siaqhai)
dan 15.0
-
25.9"C (malan hari)(BPS, 1996). Kiaeran suhu udara di Bali minimal 24.35 f0.82"C dan malcsimal 3 1.04 f 1.06OC dengm rataan suhu hariao 28.81 f 3.49OC (Kantor
Statistik Propinsi Bali, 1996). Suhu l h g k q a n yang baik uatuk memelihara tenask itik dan
oyam petelur adalah mask-masing rmtara 18.3 dan 25.S°C, dan 20 dan 2S°C (Wilson et
d.,
1980; Cobb, 1991). Deggan demikian, pada suhu lingkungan yaqg cukup tinggiterutama pada siaug hari, ternak itik alram menderitst celtaman panas yang dapat mengrPangi
konsumsi palcan, menekan pertumbuhan dan produksi telur.
Sebagai ~ g g a s air, itik s q p t menyukai tempat yang baayak airnya seperti h
atau kolam dan sesuai dengaa bent& anatomi tububnya tenrak itik hidup dan mencari pakan
di
dserah
perairsn (Samosir dan Simandjmtak, 1984; Batty, 1985; Bartlett, 1986;Matram et d., 1989; Srigandono, 1997). Deogan demikian di daerah kering (Icehangan
air) eepexti Indoneoia Bagian Timur peternalcen' itik janq ditemukan h n a kondisi
daamya tidak memu@nkau Di Kalbmnh Selatan, di mana terdapat banyak
rcrwa
dansungai, pemeliharaan itik relatiflebih banyak dengan cara melepaskan itiknya di perairan
sungai atau di rawa-rawa urrtuk mencari palm berupa ilcen, siput atm eeraagga kecil
Penelitian tentang sistem pemeliharaan dan cara pemberian pakan
ewiah
banyakdilakukan pada ternak apm nmnm masih sangat terbatas pada ternak it&. Penelitian
meogenai eitem pemeliharaan y q berhubmgm dengaa peageruh air Wulca mssib
terbatas pada masa pertumbuhan (Dean, 1967; Matram et d., 1989) dm masa peneluran
tereebut dalam eabu eiklus belum pernah dilaporkan a q a i saat ini. Mahim et
d.
(1989)melaporkan bahwa itik yaag dipelihara
dengEm kolam di
bawah pohon kelapa tanpanaungan permanen menunjuldcan perhmbuhaa yang lebih bnik (berat baAarlaya lebih ti@
2%) e n p a i m d masa produksi atau bemat badamya lebih tiqgi 2
-
5% (Dean,1967) dibandinglcan dipelihara tanpa kolam. Hal itu dimur@&m karema itik dapat
memgkonsumsi pakaa lebib banyak akibat terjadinya peqpltmm p m melalui
lcaki dan
p a d pada waktu maauk ke dalam kolam (H&p dan Heath, 1980; Midgard, 1980).
Itik yeog dipelihara terkmmg memerlukan luas lantai 0.25 m2 tiap ekor dan
memerlukan kolm kuraag lebih 1 m2 deogsr kedalaman 25 cm yaae fohp mh* berenaqg,
mencelupkan dm membersihlcen kepala untuk memgbdsi penyumbatm hidung oleh p h
dan kotoran lain (Soedjai, 1960; Nowland, 1984). Kolam juga peoting uduk
meniogkatkan fertilitas telur itik (Snyder, 1959 yang dilartip oleh Irawan 1978; BaUy,
1985; Srigdono 1997). Sebaliknya it& dewasa yeag d i p e l i h teriaa\mg dan
dileoglcapi derrgen kolam (Gozali et d., 1980) dan peoggembalasn @mini, 1985)
mermnjuldcan p r d i blur yang lebih rendah dibsndh&m tanpa kolam. Hal ini
disebabkan banyalarya emergi yaag digmdcaa untuk berenaog, membersihkan bulu dan *
berjenna, walqun kelompok itik yaae dipelihera dengan kolam tamp& lebih bmih clan
segar. Beberapa peneliti meq&akaa bahwa itik dapat dipelihara secara tcricmmg tmpa
dukungan air terbuka atau kolam tanpa menIpaangi pertuabuhao atau produbi telw
Kebutuhan protein itik yang sedang bertelur bervariasi antara 15 dan 19?% (Scott ef
d.,
1982; Scott dan Dean, 199 1; F m l l , 1995). Kebutuhan teraebut cenderusg meninglcatjilca itik dipelihara sepenubnya terlanung, dan kanduogan emergi palm meningkat
~ d j o s w o r o el al., 1980; Shen, 1985). Sistem pemeliharaaa t e r m tanpa ddamgan
kolam pada itik Bali yang sedang bertelur membufuhkan protein 18 persen dengan
lcendungau energi 2900 MtaYkg (Hardjosworo, 1989) sampai 3080
klcalflrs
(Mah-am,1984).
Pemeliharaan itik secara terlanung memmmkau berat telur per butk dibandiogkan
f
dengan yang digembalakan, sehingga sangat r n e q p a q j nilai ekonomis dan pernasaratmya
Penunman berat telur terjadi pada awal sampai pertengahan produbi (Hardjoworo, 1989;
A h h g s i h ef al., 1993). Perbaikan pakan dapat memqkaba perkembaogan organ
reprocfuksi dan dctivitas sintesis telur (Yu dan Marquadt, 1974) sehingga akan
mmbgkakm produksi telur (Cave, 1984; Parson et d., 1993; Kesbavan dm Nakajima,
1995). Penelitian tentang kebutuhrtn protein hutama pada saat petGembmgm cepat organ
reproduksi itik, dan informasi data biologis temtama data harmon yanrg berperan pentiag
dalarn cekaman panas lingkungan yang erat h d m p q a deagan produkai telur pada itik
lokal Indonesia masih bellmi ada Data ini mempunyai arti penting dalam pengembaagan
temak itik y q dipelihara secara terkunmg. Haeil penelitian ini dibmpkan dapat
merarajang peniagkatan pemeliharaan itik lokal Indoneoia
P e n n a s a l h
Perbedaan suhu liogkungan antara suhu pemeliharaan itik yaug ideal dengan euhu
*
lingkuqp di daerah Tropis meqebabkan itik menderita celcaman panas terutama pada
siang hari yaag dapat m e n d konsumsi palcan, produlcsi dm berat telur.
Ratam berat telur itik per butir yang dipelihsra te- lebih mdah
ekonomis telur itik yrmg dipelihasa tedatnmg Salah satu W o r yang mempenpuhi
rendahnya berat telur tersebut adalah kelrurrmgan protein pakm
Adaaya perbedarm pendapat ter$ang kebutuhan protein pakau itik yaqg dipelihara
terkurq
dan
kelaagkam kebutuhan protein itik yang dipelihara dengan kolam tendamasaat perkembangan kritis organ reprodhi sampai bertelur.
Kebutuhen penggunaan air terbuka pada itik yang dipelihara secara teriawng untuk
menghmdari pen-atan suhu tub& di siimg hari, membersibken hidung
dari sumbatan
pakan atau kotoran lain dan membantu pengeluarsn garam dari kelenjar garam yang
bemulara pada hidung Selain itu ada anj- dari h a b a g a ~esejahteraan Hewan untuk
memelihara temak sesuai dengan habitatnya
Oleh karena itu diperlukrm usaha-usaha untuk meqgrprmgi cekaman panas pada eaat
h lingkuqp tinggi melalui penarnbahan kolam pada ksndang itik tertarnm&
dan
pemberian protein tinggi menjelaog sampai berproduksi telur gum memacu pcatmbuhan
organ r e p r o h i eehiogga terjadi penin@m produkai dan berat telur. Unhdt mend-
ueaha-usaha tersebut diperiukm penelitian itik yang dipelihara tanpa
dan dengan kolam
deagan kandungan protein pakm yaug berbeda pada
trnglraf
umm yang berbedaPenelitian ini bertujuan uduk mewtahui (1) pengaruh kolam pada pertumbuhan
dan pro- telur (2) p- tingkat protein tinggi pada pmtmbuhsn ovarim
dan
saluran reproduksi eerta produkei telur. Selain itu diamati pula perubaban fisiologie
berkaitan deogan pemeliharaan tmpa dan dmgm kolam seperti suhu rektal, lcadra h i d ,
kortisol, dan gambaran nisbab heterofil limfoeit,
dan
perubahau fisilogie yang berkaitandengan pemberian pakan dengan tiugkat protein berbeda pada masa kritie (eebelum
berprochrlcei) oeperti pedcembtqpn ovarium dan calm reprocfulcsi, kadar estrogen,
Hasil penelitian ini dih$srapkan dapat memberikan infomasi dasar t e m respoa
fisiologis itik yang dipelihara pada habiw dm protein pakan berbeda dan recpon
kebutuhan optimum protein pakan selama masa kiitis (pre-layer) dan bertelur.
IIipotesis
B e r d a s h atas himpunan informasi di atas, dan megingat fenomena y a q
berkaitan dengan kebiasaan it& hi* dengan' dulumgm air terbuka maka p d i s
menrmuskan hipotesis sebagai be*
Adatya kolm pada pet& kandang panggung akaa mengurangi cekaman parss di
siang hari, menix@dan berat relatifkelenjar tiroid, konsentrasi tiroksin serum, konwmsi
pakaa dan meningl.9tkan p-uhan berat b dserta produksi telur.
P a i a g k a h kandungan protein pakan akan meningkatkan berat relatif ovarium,
rneningkalh berat telur per butir daa produksi telur.
Interaksi antara sistem pemelihaman dengan kaa- protein pakan akan
meolngkatiran p r o d h i telur itik tenrtama yang dipelihara dengan kolm sejalan dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Itik Bali
Itik Bali adalah salah satu contoh itik lokal Indonesia yang pemelihsraannya
sudah metakyat di Bali. Seperti halnya dengan itik lokal lairmya, itik Bali termasuk
unggaa air (water fowl) yang merupakan kehnunan langslmg dari itik l i a '"Mallard"
berkepala hijau (Anas Plaiyrhynchos-platyrhynchos) yang s q a i kini banyak
f
tersebar di beberapa tempat di dunia, terutama terpusat di belahan bumi b e a n udrPa
(&ow, 1972; Haase dan Donham, 1980; Hetzel, 1984, Srigsndono, 1997).
Penampilau itik Bali adalah berdiri tegak seperti botol dan laagsipg sehhgga
disebut dengan itik Pi@ Warna bulu itik Bali yang pal& dominan adalah warn
mmi sedangkm warna yang lain seperti warm sumbian, putih dan belasg plltih hitam
(sikep)
laaang
d i m i d . Salah satu keunikan itik Bali yang membeltalrrrn d e q p itiklokal Indonesia lainnya, di sawing warm bulunya, adalah m akerabang telur put&
yang ssngat dimhati oleh konwrmen tells itik di daerah Bali, narnun lasaog diminrdi
oleh konsumen telur di luar pula Bali (Nurbudi, 1969). Pemeliharaan itik Bali
tradieional sebagian besar (73.14%) bersifat tetap yaitu terus menerus memelihara itik
eebagai
olnnber penghaoilan
dan hanya sebagian kecil (26.86%) bentifid
mwimandengaa rataan rasio jantan betina adalah 1: 28.3 (Supardjata et d., 1975).
.
AsalU d
Warna kerabaag tells putih pada itik Bali s m a dengan warna k e r a b q telur
itik lokal di India yang disebut Nageswari dan Sythet s e w diperldralcso itik Bali
7
India (Batty, 1985; F m l l , 1995), dm masuk ke Indonesia melalui Cina dan
Malaysia (Nowland, 1984).
BetQsarkan pmgmatan fiekuensi gene pada l o b polimwf ke 8 dan lokw
monomorf ke 12 pada 10 jenis itik lokal di Indonesia, 2 jenis itik Khaki Campbell
(sat. jenis dari Jepaag dan jenis lain dari Denmark) dan empat jenis lain (itik Pekin
dari Demnark, itik Kairyo Osaka dari Jepang, itik Mallard, itik Pekin dari Cina)
disimpulkaa bahwa itik Bali yang diambil dari Mengwi mempunyai h u b v
kekerabatan yang dekat dengan itik Lombok dan Mojosari. Itik-itik Jawa T& (itik
Cirebon, Magelaag
,
Tegal) dekat dengan itik Jawa Barat (itik Taqgerao& itik Tasikmalaya) dan itik Khaki Campbell h g g i s serta itik Alabio.It&
lolcsl Medmdekat dengao itik Khaki Campbell dari Jepang. Itik Pekin dari
Demnark dekd
kekerabataqa dengan itik K a j l o Osaka dm Mallard dan jauh dari it& Peltin
dsri
Cina ( Tanabe et ai., 1984). Hasil pengamatau tersebut diperkuat lagi dengan hasil
p
- yang lain (Taaabe et af., 1988) bahwa bsngsa itik dari Asia T-
kekerabahmya saogat jauh d e w b-a itik dari Asia U h
Peatamtbuhan aaak itik p d a awal hidupnya adalah sangat cepat
dan
jauh lebihcepat dibandiqkm perhmbuban anak gram, namun setelah b e n a m ~ empat sampai
enam kecepatm perlumbuhan
aoak itik tersebut mulai b e d a m q
eedsmgkankecepatm d ayam masih meniqekat (Warren, 1972; Mahm, 1984). Kecepatan
.
perhnnbuhaa itik Bali dan Mojosari setelah benrmur 6 minggu sudah tidak b e r d lagi
sedangkau itik Tegd masih berswti s q a i urnur 7 m@u (Hardjosworo et ai., 1980).
Rataan berat badan itik Bali relatif lebih berat dibandingkan itik lolcal lainnya
8
dan
Mojosari adalah 1.35, 1.29, dm 1.32 kgpadaumur 87 hari , 1.43, 1.34, dm 1.43kg umur 130 hari clan 1.47,1.46,
dan
1.40 kg pada umur 137 hari (Hardjoworo et al.,1980). Lebih jauh disimpulkan bahwa untuk memacu pethmbuhan ymg cepat itik Bali
dan itik Mojosari memerlukan protein yang tinggi sampai umur 52 hari eedmgkan itik
Tegal hanya sampai umur 45 hari. Dengan kata lain, pergantian pakaa sfurter yang
berkadar protein tinggi ke pakan grower yang berkariar protein lebih rendah dapat
dilakulcan sekitar urma 50 hari atau 7 mingy. Hasil yang serupa dilaportcan juga oleh
Hetzel (1984) yaitu rataan berat itik Bali, Alabio, Tegal dan Khalri Campbell pada
umur 16 miqgu berturut-turut adalah 1.465, 1.452, 1.390, dan 1.473 kg pada itik
betina clan 1.63 1,1.768,1.481, dm 1.792 kg pada itik jantan. P e a i q k a h berat badan
itik-itik tersebut masih jelas sampai umur 44 minggu
Berat badan itik Bali umur 20 rninpnu yang d i p e l h a eecara intensif
(pemeliharaan terkunmg dengan pakan komersial)
adalah
1.55 kg eedaugkan yaagdipelihara eecara sistem intensif teraptin (pemeliharaan terkuntqg dengan pakan
camp- 20% koasentrat dan 80 dedak) adalah 1.62 kg (Bhinawa et d., 1990).
Kiearan pertambahan berat badan itik Bali berwarna putih
adalab
9.7 sanipai 11.7 gper hari eedaagkem pada it& Bali berwaana bulu sumi
adalah
9.5 sampai 12.9 g.Pertambahan berat badan hi teqmtung pada imbangan kalori protein yaitu makin
lebar imb- makin rendah pertambahan berat badatmya (Supardjata et al.,
1976a; Matram, 1984)
Umar
MemMlki MasaProddrd.
Umur memasuki masa produksi itik Bali dipeaganhi oleh varietaa pada wmna
bulu dm protein pakan, dan umumnya lambat jika dibandiugkan