• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji tingkat protein pakan terhadap kinerja itik umur 16 sampai 40 minggu yang dipelihara intensif pada kandang tanpa dan dengan kolam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji tingkat protein pakan terhadap kinerja itik umur 16 sampai 40 minggu yang dipelihara intensif pada kandang tanpa dan dengan kolam"

Copied!
316
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)

16

SAMPAI

40

MINGGU YANG DIPELIHARA INTENSIF

PADA KANDANG TANPA DAN DENGAN KOLAM

. d , il

.' * ,

! . *

Oleh

I NYOMAN

SUWINDRA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(165)

TRP: EF'FECT

OF

PROTEIN LEVELS

IN

THE

DIET

ON PERFORMANCE OF 16 TO 40

WEEKS

OLD

BALI DUCKS RAISED ON AN INTENSIVE

SYSTEM WITH

AND

WITHOUT

POND

ABSTRACT

The main objective ofthis study was to observe the effect of diet protein levels on

the performance of Bali ducks raised with and without pond Nine hundred females and

fifty four males four week old Bali ducks were randomly alloted into two b8tment

groups i.e. with and without pond located in three sheds. Each shed comprised of three !

units of pens with and without pond

The experimental ducks were fed a grower and developer diet until IS weeks

old At the age of 16 weeks each group of the experimental & c b were fed with

isocaloric diets (2900 k c a m ) containing three different levels of crude protein (16, 18

and 20%). Chemical analysis showed that the diet with 16% d e protein contained

low levels of histidine and valine, the diet with 18?4 crude protein contained low level

of histidine and the diet with 2Ph crude protein contained low levels of histidine and

isoleucine. 'Ihirty six of female ducks were slaughtered every two weeks for

measurement of thyroid and adrenal glands, ovary and oviduct weights.

The thyroid and adrenal glands, ova~y and oviduct weights, serum estradiol,

progesterone, cortisol, thyroxine, and lipids concemtrations, and ratio of heterophils and

lymphocytes were not Sected by the pond but sexual maturity was siflcantly delayed

and the egg size was significantly increased (P4.05). Increasing dietary crude protein

levels significantly (Pd.05) increased egg size. There was a tendency that the higbeat

egg production in the ducke kept in a pond system was found in those r e c e i w 20% crude protein.

production was

However, fos ducks kept on a dry system, the

observed in those receiving IWo crude protein.

(166)

RINGKASAN

I

WOMAN SuWINDRk Uff Tfngkat Protdn P hterhadap

m*

I* Umur

16 sampai 40 Miaggu yrrng Dipdihara lntenoif pada h d a n g Tanpa dan Dcagan &lam

(di brtkab bhnbingaa

DJ.

Samosfr, sebagai ketna,

P d

S. Hardjosworo, DTH.

Sihombing,

R

Band Matram, dan Wasmen Man& sebagl anggota).

Suhu

udara

pemeliharaan itik yang baik adalah 18.3

-

25.5"C. RetaEln

euhu

udara di

Indonesia tercatat di siang hari berkisar antam 23.2

-

35.2'C atatr 15.0

-

25.9OC di mafern

hari deqan kelembaban 60

-

88./. sehingga itik

&

m e w a m i cekaman p a u tendamp di

siang hari.

Penelitian tentang sistem pemeliharaan dm tatalaksana pakm sudah banyak dilalruken

pada tenaak ayam namm masih eax@ t d a t a s pada tern& itik Penelitian m a p a i sietem

pemelihaman yang berhubungan dengan pen& air terbuka bagi ternak itik tdatan pada

mana pedmbuhan dan masa produkni. Kajiea menyeluruh teoteog pengaruh sietem tereebut

d a l m natu siklus pemeliharaan b e l m pernah dilaporkan sampai saat kini. Itik yang

dipelihara terlaPung memerlulcan kolam untuk mencelupkan clan membmeiblcea kepala epma

menghindari penyumbatan hi- oleh pakrm dan kotoran laia Kolam pen* llatuk

msrarrunlcan suhu tubub walctu suhu linglnrogan panas clan mearioglcrrtlcen fertilitaa telur.

Itik yaog dipelihara teiiammg deagrm kolam mempmyai pertambahan berat badan

lebih baik, suhu

tub&

lebih rendah Sebalilmya itik dewasa ymg dipelihsra teriammg denpa

kolam dm peaggembalaan mewnjuldcen prochdcsi telur yang lebih rendah, namun tampak lebih bersih dan s e w dibaadinglcen itik yang dipelihara tejiammg tanpa kolem.

Kebutuban protein itik yang sedang bertelur bervariasi a h r a 15

-

19%

dan

kebutuhao

tersebut cendenmg meningkat bila dipelihara terlaPung a h dengan peninghbn kan-

energi p a k Pemeliharaaa itik terkunmg berpeDgarub pada permnman berat telur di b w a h

(167)

pemasaran. Perbaikan pakan dapat meningkatkan perkembangan organ reprodulrmi

dan

aktivitas sintesis telur sehingga rnenrngkatkan produksi telur.

Penelitian lapangan di laladcan di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan, Universitas

Udsyana, Denpasar. Analisis proksimat (protein dan energi) pakan dan kotoran itik dildcukan

di Laboratorium Kimia Pakan Ternak, Fakultas Petemakan, Universitas Udayana, Denpasar,

dan analisis HPLC (asam amino, kalsium dan fosfor) dilakukan di Laboratwium Analitik di

Universitas yang sama Analisis hormon, hgliserida,

DNA

dan RNA dilakukan di

Labomtorim Kimia Fisiologi, Jurusan Fisiologi dan Farmakologi, Fthltes Kedokteran I

Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama sepuluh bulan, mulai dari

bulan Juni 1996 sampai d e w Maret 1997.

Penelitian ini menggmakan 900 ekor itik Bali betina dan 54 ekor it& Bdi jantan umur

empat minggu

clan

ditempatkan dalam 18 petak kandang p- yams terietak pada tiga

bangman terpieah sehingga setiap bangunan terdapat enarn petak kandaag -p yang terdiri atas masing-masing tiga petak kandaug panggung tanpa dan denpa kolam. Ukuran

panjaag dan lebar petak kandang yaitu 3 x 2 meter dan ti@ alas petak kandang panggmg

0.75 m dari lantai bangunan. Pet& kandang pada bangman I dan

IU

b e d a s bambu dengan jarak 1 cm dan petak kandang pada baogunan II beralas k w a t dengan lubang 1 cm2. Setiap

petak kandang ditempati oleh 50 ekor itik betina dan 3 ekor itik jantan mulai umur 4 mi-

atau 18 ekor betina deogaa 2 ekor jrmtrvl mulai umur 24 mi- untuk melihat peagad kolam pada fertilitas telur. Sampai d e w umur 15 minggu itik diberi pakan pellet yla~g eama yaitu

p a h p e d a (umur 4

-

10 m-) dan perkembangan (m 10

-

15 m-) dan selanju!nya

diberi pakan yang berbeda lcanduogan protein (16, 18, dan 20%) dengaol k a n c i q p energi

yang sama (2900 McaVkg).

Mulai umur 16 minggu, penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola

faktorial yang terdiri atas dua W o r . Faktor pertama adalah sistem pemeliharaan tanpa dan

d e w kolam. Faldw kedua adalah pakan yang terdiri atas tiga taraf'protein yaitu 16, 18, dan

(168)

16

-

40 minggu dengan masing-masing tiga ulangaa Pengaruh perlakuan kandang tanpa dan

dengan kolam pada peubah y q diamati diuji d e w uji t (paring t-test), oedaoglcan

pengad tingkat protein dan intemksi antara sistem pemeliharaan (TK/K) d e q p protein

pakan dari umur 16 minggu data dianalisis de- analisis ragam. Bila terdapat intemksi

nyata antara sistem pemeliharaan

dan

protein pakan, malieis dilanjutkan d e w uji konlras

ortogonal. Untuk mencari model hubrmgaa respon yang d i d &ngm Wor sistem

pemelih- dm protein pakan digmakau polinomial ortogonal.

Peubah yaqs dianati meliputi &a q e k : 1) Kinerja itik yang meliputi konsmsi pakan

dan protein, pertambahan berat badan, efisiensi peaggunaan palcen

dan protein,

uunir

memasuki masa pro&i, produksi harian, berat telur total, berat telur per butir, fertilitas telur

dan kematian, dan 2) Aspek fisiologis yang meliputi peritembaugan berat relatif kelenjar

tiroid, adrenal, ovarium, dan oviduk, perkembangan konsentrasi tiroksin, kortisol, eetradiol,

progesteron,

dan

trigliserida serum, gambaran nisbah heterofil dan limfosit, totat sel oviduk

dan RNA itik yang m e m p e n g d kinerja itik

P c a g d KO18111

Kehadiran kolam di dalm petak kandang memmmkan jumlah itik yaqg tern@-en@,

memmmkan suhu

tubuh

sebanyak 0.93'C setelah berenang, rneugkabu konsumsi pakan dan

protein itik pada umur 4

-

16 cendenmg meningkatkrrn total sel

dan

RNA

ovi& itik

pada umur y m g sama, menyebabbm ukrPan panjang oviduk ymg lebih pendek pada unnx 20

mingg~

dan

umur memasuki masa produksi yang lebih l d a t . W a l q u n demikian, kehadim

kolam di dalarn petak kadang memumbn konsentmsi kortisol serum itik pada umur 10

-dan

menh@adm berat tehr per butir. Berat badan, pertarnbahan berat badan,

efisiensi pe- pa@ pro&ksi telur harian, berat relatif kelenjar tiroid, adrenal,

ovarium, dan oviduk, konsentrasi tiroksin

,

estradiol, progesteron, dan trigliserida dalaui sennn, dan nisbah hetmfil l i d d tidak dipenganhi oleh kehadiran kolam di dalam petak
(169)

Palganlh Tingkat P r o t c i n P h

Pengaruh tinglcet protein pa& konsumsi pakan daa protein adalah meagikuti model

kuadratik Pada umur 16

-

20 dan 20 -24 minggu konsumsi pakan terendah (2.3 10 dan 2.376

kg)

ditkukan

pada itik yang menerima p h dengan kmdwgan protein berturut-t-tunat 18.16

dan 18.07% (R2 = 0.36 dm R2 = 0.42). Konslrmsi protein itik pada umur 16

-

20

dam

20

-

24

mi- memgkat demgan pemqkabn kandungan protein pakan deagan koefisien

determrnas

.

.

1

y a q eama

(p

= 0.80). Hubungan antara efieiensi pelnn dan protein paltea it& ~ 0 3 1 ~ 16

-

20

m h g g me- model lruadratik

(RZ

= 0.26). Efisieasi peasgunagn p h itik terbaik (0.021) ditemukan pada itik yang menerima pakan d e w kaadungan protein 17.92%. Berat

relatifovarium itik umur 20 mi- semakin meNngkat eejalan deogan penia&h kazaQroLpPl

protein pakan dari 16 menjadi 20%

(R7

= 0.21). Hubmpa entera umur me@ maaa prochrksi dengan protein pakan menghti model kuadnitik (R2 = 0.97) yaihl it& ekan bertelur paling awal (135.66 hari) apabila mendapetkan pakan deagan kanduagan protein 17.95%.

Berat telur per butir semakin meningkat sejalau dengaa peniagkatan protein palcan dari 16

menjadi 20?4

(2

= 0.11).

Pemgamh Kombinasi Paiaknan Sistcm Pemeliharaan d q a n T i iProtein Pakan

Pengaruh interaksi antam sistem pemeliharaan dan protein paken peda kommui paken

dan konsumsi protein, berat relatif ovaium, daa m w mernasuki masa produlaPi mengikuti model laradratik

Pada umur 16

-

20

dan

20

-

24 konsumei palm terendah @emturut-M 2.235

clan 2.254 kg) pada itik yaae dipelibam

ma

kolam ditedcan pada itik yang menerima palcan deogsn kanchgm protein 17.89 &m 17.91%

(R'

= 0.69

daa

R~

= 0.78). Komumi paken terbanyak tersebut padamasaproddai (15.568 kg) diteornrlcan pada itik yang menerima palcan

dengan kanduugan protein 17.50%. Konsumsi pakan itik umur 16

-

20 dan 20

-

24 minggu

yang dipelihata deagaa kolam meniagkat dengao penunmaa hduqgan protein dari 20 menjadi

(170)

menerima pakan dengan kan- protein p h 17.74%. Konmrmsi itik yaog d i p e l i h

taapa dan dengan kolam pada umur 16

-

20,20

-

24 mingeJu

dan

pada maaa berprodulari telw

meningkat ~ejalan dengan peningkatan kandungan protein pakan dari 16 menjadi 20%.

Hubmgn antara berat relatif ovarium itik umur 20 mioggu

dau

protein pakan

mengihti model kuahtik

(R'

= 0.54). Berat relatif ovarium terkecil(0.313) pada it& yeng

dipelihara tanpa kolam ditemukan pada itik yang meoerima palcan dengan kandmgm protein

p a h 17.03%, sedanglcen itik yaog dipelihara d e w kolam mempilnyai berat relatifovmium

terbeear (0.547) pada kelompok yaqg menerima pekm dengan kan- protein 18.34%.

Hub- antara umur memasuki masa produksi dan protein pakan me@& model

k d r a t i k (R2 = 0.82). Itik yang dipelihp. tanpa kolam dm menerima pakan dengm kandmgan protein 19.67'?? memasuki masa produksi paling lambat (135.71 hari), sedaoglran

itik yang dipelihara deng8n kolam a k a semakin cepat memasuki umur mesa produkai aejalaa

dengan pemnunan hdmgaa protein palcan dari 19.67 menjadi 16%.

-*

Disimpullcan bahwa penaorbahan kolam ke dalam petak kandang

konsmsi pakan dan protein itik w 4

-

16 miaggy meaunmkan efiaiensi palem itik pada

umur 4

-

10 mhggu, ukuran oviduk lebih pendek pada itik pada umur 20 minnnu, dan ~ m u r m e dmasa berproduksi lebih lambat. Walaupm demikiaa, adaaya kolam di dalam petak

k d a n g memb&db berat telur perbutir dau xnenmhn kortisol sexutn itik umu 10 minggu

Peni&ataa berat telur per butir sejalan deogan pemh@m hdmgm protein pakaa

dari 16 menjadi 20%. Efieiemi pqgmaan pakan terbaik ditctrmlcan pada itik yang memima

p bd q a n Icanduog;an protein 17.92%

dan

dieertai de- umur memasuki w a p r d i paling awal.

Interaksi antm-a sistem pemeliharaan dan protein pakan memmjuMcen itik yang

dipelihara tanpa kolam dan m e n k palam den- kan@ protein 20% m e m d masa

produksi paling lambat, se- itik yang d i p e l i h dengan kolam

dan

menerima palcaa
(171)

dipelihaaa tanpa kolam dm menerima pakan dengan kandungan protein 1896 ceederuog

bertelur paling baayak, dan kecendenmgan ini tamp& pada itik yaag d i p e l h a d e q p kolam

yang menerima pakan dengan kandungan protein pakan 20%.

Disarankan pada peternak bahwa perneliharaan itik secara terkunmg pada urrmr 4

-

10

rn- "sebailcnya tanpa kolam Untuk mendapatkan produksi telur yaag ti& tanpa

memperhatilcen berat telur per butir, pemelih- itik sebailmya @a kolam deqgan pakan

yang me- protein 18% pada saat menjelaag dan berproduksi. Untuk mendapatkaar

produksi harim dan berat telur per butir Iebih tiagei k a n d q dileqgkapi kolam dengan

I

pakan yaag menganchq protein 20%. Itik sebailcnya hanya dilepas ke kolam pada s i q hari.

Pemeliharaan itik dengan kolarn sesuai d m habitat yang d i a n j h oleh Inmbaga

(172)

UJI TINGKAT PROTEIN PAKAN TERHADAP KINERJA ITIK UMUR

16 SAMPAI 40 MINGGU YANG DIPELIHARA INTENSIF

PADA KANDANG TANPA DAN DENGAN

KOLAM

O l d

I Nyoman Sawindm NRP : 93556/PTK

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(173)

Judul Penelitian : UJI TINGKAT PROTEIN PAKAN TERHADAP KINERJA

rZlK

UMUR 16 SAMPAT 40 MINGGU YANG DIPELjHARA INTENSIF PADA KAMDANB TANPA DAN DENCfAN KOLAM

Nama

Mahasiswa : I Nyoman Suwindra Nomor Pokok : 93556

Program Studi : IlmuTernak

I I

Prof Dr. D.J. Sarnosir Ketua

Prof. Dr. Peni S. Hardjosworo, M.Sc.

w o t a Anggota '

Prof Dr. R. Benni Matram, M.V.Sc. Anggota

Dr. Ir. Wasmen Manalu

Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu Ternak

(174)

RIWAYAT

HIDUP

Penulie dilahirkan pada taaggal 21 Desember 1941 di Tabanan, Kdm@m

Tabawn (Bali) dari pasangan ayab I Gde Ratep daa ibu Ni Ketut Reyok

Tahun 1956 penulis meqelesaikan pendidikan Sekolab Rakyat di Denpasar

dan

kemudian meneruelarn pendidikaa Sekolah Menengah Pertama Bhaktiyasa di S w a

dm tmnat tahun 1959 dm di kota yang sama penulie melaajutkm pendiddm Sekolah

Menengah Atas Negeri pada Bagian B (Pasti Alam) dan twnat tahua 1963. Setelah

seleni peadidlam di SMA permlis m e w kuliah di Fakultas K e d o b Hewan

dan

Petenrakan (FlKHP), Univmitas Udayana Denpasar, Bali. Pada tau& 1 Pebruari

1969 penulis diaagkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (Asieten Ilmu Ternak

Unggas) pada Laboratorium Tmak Unggas di Fakultas K e d o k t m Hewan

dan

Petenrakan Univmitas Udayana dan selesai mengikuti pendidikan talm 1973 di

Fakultas yaag sama sebagai Sarjara (Jr) Petemakau Sejak tahun 1978 p d i s bedugas

sebagai Kepala Laboratorium Ternak U n g p Fakultas Peternakan, Universitas Udayana

Deapasar sampai tahun 1982 daa untuk e e t e m q a mengikuti pendidilcan program

paecaeajana

&,

di University of Sydney, Auebrafia tabun 198201985,

Pada

tab 1986

p m l i e batugae eebqgai D hFaidtee Peternaken, Univmitae Udayana Derprrsat dan

berakhir pada tahun 1992. Pdp tahun 1993 permlie t e r d d k oebagai mAhAniswa

(175)

Pertama-tama penulis rnemaajatkan puji syukur kehadapan Ids S ~ Q Hymg

Widhi Wasa, T W m Yang Maha Esa karena atas rahmat clan kanmiaNya penulis dapat

menyelesaikau Miah-kuliah, penelitian serta penulisan disertasi ini. Keberhaeilan ymg

telah penulis capai dalam menyeleeaikaa studi di Progratn Studi Pascasarjaoa IPB eejak

qgustus 1993 sampai dengan September 1998 tidak terlepas kiarens a d q a dthmgm

moral, bantuan k i d , fisik, ides dan pemikiran-pemikiran y q datrrnp dmi

pihak dan sudah tentu p e d i s patut menyampaikan banyak terimakasih.

Pada kesempatan yang saagat berbahagia ini ijinkanlah penulis menyampailcen

pengtiargaan dan terimakasih kepada yang terhonnat Pro£ Dr.

D.J.

Samosir, eebagi

pembirnbing utatna, dan Prof Dr. Peni S. Hardjosworo, Msc., Prof Dr. D.T.H.

Sihombiug, ROE Dr. R Bermi Matram, M.V.Sc., Dr. Jr. Wasmen M d u mesliqs-

w i n g sebagai anggoh komisi pembimbing atas eegala bimbingaa, pebjuk eetClr

eaar-

saran

yang diberikan selama p d i n me- pendidikan sehiqgga proses belda,

penelitian dan penulisan dieertasi ini berlangsung dengan laacar dan h a t diselesaikm

dengan baik. Kepada penguji luar komisi Prof Dr. Hartini Sjahri Sikar, M.Sc. dm Dr.

Ir.

H.

Benni Ounawan, M.Sc. yaqe telah banyak memberi korelari dan mamkm sshiogga

menambah pembobotan dieextasi ini, saya ucapkan terimakapi

Penulis r n ~ a p l c a n bqmk terima k i h kepada yang terhonnst Rektor

Iostitut

Petanian Bogor, Direktur Pascasajma, dan Ketua Program Studi IImu Ternak Inetilut

Pertanian Bogor atas Earilitas

do

kenempatan y& diberikau kepada p d i e untuk

m e e i h g r a m Paacasajana S3 di Institut Pertanian Bogw. Kepada yang terhomat

(176)

Denpasar, penulis menyampailcaa terimakasih atas ijin unttd< meogrkuti Pendidikan

Program Psscasarjana S3 di IPB.

Demikian pula ucapaa terimakasih penulis sarnpaikan kepada yaog teChOTm8f

ketua T i Indonesia Australia Eastern Universities Project (lAEUP) yeqg telah

menyediakan beasiswa bagi p d i s , Yayasan Bea Siswa !hpmmar, P.T. Indocement

Tunggal Prakarsa, Yayasan Aji Dharma Bhakti, Yayasan Toyota Astra, Bupd Kepala

Daerah

n<

I1 Kabupaten Baduog, Walikota Madya Denpasar, R e k h Universitas

Udayana atas bantulan finansial rPehrngga penelitim bisa dil$teanalcan e& seleeai.

f

Ucapan terima kasih p e d i s sampaikan kepada yaos terhoimat Dr. Jr. Wasmen

M d y Ir. I Nyoman Nusada, M.Agr, dm Prof Dr. I Ketut Lana atae lrebaiken clan

ketulusan hatinya yang telab rnemberhn ijin peogsuoasn hilitas Leboratoriun Kimia

Fisiologi,

FKH,

IPB, Lslboratorium Analitik Unud dan Labwatorium Kimia

M-

Ternak, Fapet, Umd Denpasar.

Rasa honnaf dan ucapm terbakasih penulis earnpailcan kepada P r d Dr. S.O.N.

Djiwa D d j a dan Prof Dr. I Made Nitis, M . k . Sc. atas dorongao seda

motivasinya sehiDgga penulis dapat menyelesailcan pendidilcen program S3 di IPB.

IPB penulis mmyqpaikan banyak terima kasih aEas eegala doroqgan dan 'motivaeinys

petunjuk pemggmm program Excel computer dalam analisis daEa basil penelitian d8ti

.

Ir

I

Wayan Snpmta, MS., dm Ir I Putu Sampuma, MS. p d i e

jw

menyampail-

banyak terima

kasih. Teman-teman sejawat 1mpmg

ataupua ti& langermg yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian dau penulisan dieertaei ini p d i s u c a p h

iii

(177)

Rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya pewlis hahtricaa kepada

Ayahanda I ade Ratep (almartnnn, Pensiuoan Kepala Dinas Pertanian Propiasi Bali),

ibunda Ni Ketut Reyok, mertua Bapak I Ketut Kayua dan Ibu Ni Wayan Riae eegala

d o r o w dan doa restunya Secara khww penulis satnpaikan banyak terima kasih

k e p d istri Ni Made Yaspini yaog telah m e m b e s h dan mendidii ketie putra-putri

penulis, membantu finansial penelitian, doronp, motiwwi serta k e i k h l e e m

makanda I Pulu Tndrayasa beserta iatri Gusti Ayu Man& Andgreni

,

Ni

Made

Indrymi beserta suami I ade Susila Aryana, I Nyomaa hdnwan clan keempat cum-

eucu yang gangat manbahagiakan atas pengerlian, kesab-

dm

doa restunya Kepada

kakak dan adik-adik penulis aampaikan terima kasih atas kehrlusaa yaog manni di ddam

Penufis d a r bahwa deapn sejujlnnya meagal<ui clan menyadari tulim ini j d

(178)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL.

...

PENDAHULUAN

...

Latar Belakang.

...

Pernasalahan

...

'hj uan.

...

...

M d a a t

...

Hipotesis

TINJAUAN PUSTAKA

Itik Bali

...

Suhu Linjjwngan dan Fluktuasi Suhu Tubuh.

...

...

Ukuran dan Fungsi Kol rrm

...

Kebutuhau Protein Itik

Pertumhhan Telur dan Oviduk I t k

...

Kelenjar

dan

Hormon Tiroid

...

...

Estrogen

...

Progesteron

...

Kortikosteron

...

Pengaruh Cekaman pada Gambaran Hematologi D d

...

Trigliserida

DNA

dan

RNA

...

MATERI DAN MEWODE PlDEUThW

.

*

...

Materi Penelitran

...

Ternak

...

Kadal4$

Pakaa Ternak dan Air Min urn.

...

...

Penetasaa

Kit Hormon dan Trigliserida

. .

...

Met& Penellban

...

...

Pengelompokan Itik

...

P e r l a b dan Pengambilan Sampel
(179)

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

Masa Perhanbuhan 59

Tahap Persiapan

...

59 Kollsurnsi Pakan, Berat Badan, Pertambaban Berat Badan,

Efisiensi Pengguaan Pakan, dan Kematim

...

59

Berat Relatif Kelenjm Tiroid dm Kons-i Tiroksin Se rum... 62

Berat RelatifKelenjar Adrenal, Konsentrasi Kortisol Serum,

dan Nisbah Heterofil Limfosit

...

64

Berat Relatif Ovarium, Konsentrasi Estradiol Senm,

dan Progesteron

...

67 Berat Relatif dan Panjang Oviduk, Konsentrasi Trigliserida Serum,

dan Total RNA dm Sel Oviduk

...

.

.

...

70 Tahap Perlakuan

...

76

Konsumsi Pakan dan Protein, dan Berq B a h

...

76

Pertambahsn Berat Badan, Efisiensi P e q p m a n Pakan,

dan Kematian

...

83

Berat RelatifKelenjar Tiroid dan Konsentmsi Tiroksin Serum.... 85

Berat Relatif Kelenjar Adrenal, Konsentrasi Kortisol Semm,

dm Nisbah Heterofil Limfosit

...

87 Berat Relatif Ovarium, Konsentrasi Estradiol S~~KU,

dm1 Progcu(t~.lruu

...

88

Berat Relatif dan Panjang Ovi& dm Konaentrasi Trigliserida

S e n m

...

91 Total Sel dan RNA Oviduk

...

.

.

...

93

Masa Produksi Telur

...

96

Umur Memasuki Masa Produksi

...

97 Konsumsi Pakan

...

100 Konsumsi Protein

...

101 Produksi Hari an.

...

103

Berat Telur per Butir

...

107

Berat Telw Total, Efisiensi Petlggrmaan Pakao dm Protein,

Fertilitas Telur, clan Kemati an..

...

109 Respon Fisiologis

It&

Umur 40 Minggu

...

111

Berat RelatifKelenjar Tiroid dan Adrenal, Komeoh.asi

Tiroksin dan Kortisol Senan,

dan

Nisbab Heterofil L S o s i t

...

11 1

Berat Relatif Owrim, Kome&asi Estradiol, Progesteron,

dan Trigliserida Senrm

...

113 Berat Relatif dan Panjang Oviduk, ~ o b l Sel dan RNA Ovi duk.. 115

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

...

120

Saran

...

121

DAFTAR PUSTAKA

...

122

vi

(180)

Judul Tabel

Berat Ovatiurn pada Berbagai Umur Ayam Betina

...

Konsentrasi

T4

pada Ayam dan Itik

...

..

...

Konsentrasi 9-Estradiol dan Estron Semxn pada Ayara

...

...

.

..

.

...

Proporsi dan Nisbah Heterofil Limfosit pada Itik dan Ayam

...

Susunan dan Komposisi Pakau Pemula serta P hPerkembaugan.

...

Kandungan Zat Gizi Pakan Pemula dm Pakan Perkembangan

Berdasarkan Perhibugan.

...

...

Komposisi Asam Amino Pakan Pemula dan Pakan Perkembangaa Berdasarkan Perhihmgan

...

Susunan Bahan Pakan Itik Bertelur (umur 16

-

40 mi-)

...

...

Kanduugan Zat Gizi Pakan Itik Bertelur Berdasarkan Pehituagaa

...

Kan- Protein Kasar dan Energi Pakan Itik Bertelur Berdasarkan Analisis Prohimat, dan Kanchmgan Kalsium clan Fosfor B e r d a s h

Komposisi Asam Amino Pakan Itik Bertelur Ber- Perhibungan (A), HPIX (B), dan Baku Kebutuhan (C)

...

K e l e b b

dan

Kela~llengan Asam Amino Pakaa

Itik

Bertelur

Berdasarka

HPLC

Dibandingkan Baku Kebutuhan.

...

....

...

...

...

Peqpnatan Karian Beberapa Respons Fisiologis

Itik

pada Masa Pertumbuhan yasg Dipelihara Tzmpa dan D e p Kolam.

...

Pengrnuh Kolm pada Kommsi Pakan Kumulatifj Berat Badan, Pertambahaa Berat Badaa, Efisiensi P e wPakaa, dan Kematian.

Penganh Kolam pada Berat Relatif Kelenjar Tiroid dan Konsentraai Tiroksin Senm~

...

Berat Relatif Kelenjaa. Adred, Konsentrasi Kortisol S e m q dan Nisbah Heterofil Limfosit Itik yang Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolara..

.

.. . .

.

.

.

.

. . .

. . .

Berat Relatif Ovariutn, Konsentrasi Estradiol dan Progesteron S e m

Itik yang Dipelihara Tanpa

dan

Dengan Kolam.

...

Berat Relatif Oviduk dam Konsentrasi Trigliserida S e m

Itik

yang
(181)

Konsumsi Pakan dan Protein Kumulatif, dm Berat Badan Itik yang Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolarn dengan Protein Pakan 16,18, dan 20?4

...

Pertambahan Berat Badan, Efisiensi Penggunaan P a b dan Kematiaa Itik yang Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolam den@ Protein P a h 16, 18, dan 20%

... .

.

.

...

Berat Relatif Kelenjar Tiroid dan Konsentrasi Tiroksin Serum Itik

yang Dipelihm T q a dm D e n p Kalarn dengan Protein Pakan 16, . .

18, cia, 2w;a

...

Berat Relatif Kelenjar Adrenal, Konsentrasi Kortisol Serum, dan Nisbah Heterofil Lidosit Itik yang Dipelihara Tanpa dm Dengan Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dm 20%.

...

Berat Relatif Ovarium, Konseatrasi ~stradiok dan Progesteron Serum Itik ylang DipeliharaTanpa

dan

Dengan Kolam dengan Protein Pakan

16, 18, dan 20%

...

Berat Relatif dan Paujang Oviduk dan Konsentrasi Trigliserida Serum Itik yaqg Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolam d e w Protein P a h 16, 18, dan 20%

...

Total Sel dan RNA Oviduk Itik yang Dipelihara Tanpa dan D e w Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 20%

...

Rataan

Umur

Memasuki Masa Produksi, Komxnsi Pakan dan Protein, Produksi Harian, clan Berat Telur per Butir Itik yang Dipelihara Tanpa dan Deagan Kolam d e w Protein Pakan 16, 18, dan 20%

...

Berat Telur Total, Efisiensi Peqgmaan Pakan dan Protein, Pertilitas '

Telur dan Kematian Itik yang Dipelihara Tanpa

dan

Dengan Kolam deagrm Protein Pakm 16, 18, dan 20%

...

Berat RelatifKelenjar Tiroid dan Adtenal, Konseoh-asi Tiroksin dan Kortisol Sen- dan Nisbah Heterofil Lidosit Itik pada Umur 40 Miogsu yaag Dipelihara Tanpa dan Dengan Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 20%

...

Berat Relatif Ovarium, Konsentrasi E8.tradio1, Progesteron, dan Trigliserida S e m Itik pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Taapa

dan

Deogan Kolam dengin Protein Palam 16, 18, dan 20%

...

Berat Relatif, Panjang, Total Sel dan Total RNA Oviduk Itik pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Tanpa dm Dengan Kolam dengan Protein Pakao 16, 18, dan 20%..

...

,

...

...

(182)

Judul -bar

Diagram Perubahan Pituitari, LH, Progesteron dan Estradiol Selama Siklus Ovulasi Itik, Ayam, dan Puyuh

...

Pola Perkembangan Konsumsi P&an Kumulatif (atas) dan Berat Badan pawah) Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan D e w (A) Kolam.

...

Pertambahan Berat Badan Itik yang Dipelihara Tanpa (0) dan Dengan (0) Kolam..

... .:. ...

Pola Perkembangan Berat RelatifKelenjar Tirgid dan Konsentrasi

Tiroksin Senxn Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kol am...

Pola Perkembangan Berat Relatif Kelenjar Adrenal dan Konsentrasi Kortisol Serum Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan(A) Kolam

...

Pola Perkembangan Konsentmsi Kortisol Serum dan Nisbah Heterofil Lidosit Itik yang DipelihmTanpa (x) dan Den- (A) Kolara

...

Pola Perkembangan Berat Relatif Ovarium dan Konsentrasi Estradiol Serum Itik y a q Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam

...

Pola Perkembangan Berat Relatif Ovarium d m Konsentrasi Progesteron Serum Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam

...

Pola Perkembangan Berat Refatif Oviduk dan Konsentrasi Estradiol Serum Itik yrmg Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kollea

...

Pola Perkembangan Panjang Oviddc dan Konsentrasi Estradiol Senxn Itik yang Dipelihara Tanpa (x) clan Dengan (A) Kolam

...

Pola Perkembangan Konseolrasi EBtradiol dan Trigliaserida Serum Itik yang DipeliharaTanpa (x) dan Dengan (A) Kolam

...

Pola Perkembangau Berat Relatif Ovarium dan Konsentrasi Trigliserida Serum Itik yaw Dipelihrtra Tanpa (x) dan D e w (A) Kolam

...

Pola Perkembangan Total Sel dm RNA Oviduk Itik pug Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam.

...

L

...

Hubungan antara Konsumsi Pakan (KP) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada

Umur 16-20

M

W

(atas) dan 20-24 Ming&u (bawah) yang Dipelihara Tanpa (TIC) dan Dengan Kolam (K) dengan Protein Pakan 16,18, dan
(183)

15 Hubungan antara Konsumsi Protein (Kpr) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Umur 16-20 Minggu (atas) dan 20-24 Minggu (bawah) yang

Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan Kolam (K) dei~gan Protein Pakan 16,

18, dan 20%

...

.

...

...

. ... . .

..

.

.

. .

.

...

..

.

...

... ... ...

..

.

. . . .

..

. ...

...

.... . . ..

.

. ... . .

....

.

80 16 Hubungan antara Konsumsi Pakan Kurnulatif

(KP)

dan Kandungrrn

Protein P&an (Pr) Itik pada Umur 16-20 (KPl) dan 20-24 Minggu

(KP2).

.

.

. . .

. . .

. . . .

. . .

. .. . .

. . .

. .

.

. . .

. . .

. . .

.

.

.

.

.

. . . .. . .

.

.

. *.

. .

.

.

.

. . .

. ..

.

.

.

.

.

.

82

Hubuslgan antara Konsumsi Protein (Kpr) dan Protein Pakan (Pr) Itik padaUmur 16-20 Minggu (Kprl) dan 20-24 Minggu

(KPr2).

.

. .

. . .

.

. . .

.

. .

.

. . .

.

.

. .

. . .

. . .

*

. . .

. . .

. . .

.

.

. .

. .

. .

.

. .

. .

.

.

.

. . .

.

. . .

.

.

Hub- antara Efisiensi Penggunaan Pakan (EP) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Umur 16-20 Mi-.

. .. .. . . .. . . .. ..

..

...

. .

..

...

.

..

. . ..

....

.

Hubungan antara Berat RelatSOvariuin (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Urmx 20 Minggu yang Dipelihara Tanpa (x) dan Dengan (A) Kolam. Hubungan antara Berat R e l a Ovarium (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada

Umur

20 M h g p

...

.

...

...

...

Pola Perkembangan Total Sel (atas) dan RNA (bawah) Itik dengan Protein Pakan 16 (A), 18 (x), dan 20% (+)

...

Hub- antara Umur M e m d i Masa Produksi

(MP)

dm Protein

Pakan (Pr) pada Itik yaog Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) Kolam. Hub- antara Umur Memasuki Masa Proctuksi (MP) dau Protein Pakan (Pr)

...

Hubungan antara Konsumsi Pakan (KP) dan Protein Pakan (Pr) Itik yang

Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) Kolara

...

Hubungan mtara Konsumsi Protein (Kpr) dan Protein Pakan (Pr) Itik yang

Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) Kolam..

.. ..

. .

..

. . .

.

.

.

. . . .

. . .

.

.

.

. . .

. .

. . .

.

Hub- antara Koosumsi Protein (KPr) dan Protein Paksm (Pr)

...

Pola Produksi Telur Harian Itik yang Dipelihara Tanpa (x) dau D e w

(A) Kolam

...

Pola Prochrksi Telur Harian Itik yaug Dipelihara Tanpa Kolam dengan Protein

Pakan

16 (A), 18 (x), dan 20% (+)

...

Hubungan antara Produhi Telur Harian

(PT)

daa Protein Pakan (Pr) Itik yang Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K) K o l m

...

Pola Procfuksi Telur Harian Itik yang Dipelihara Dengan Kolam dengan Protein Pakan 16 (A), 18 (x), dan 20% (+).

. .. . .. . .

. .

. . .

. . .

. . . .

. .

. . . .. . .

Pola Perkembangan Berat Telur Per butir Itik yaqg Dipelihara Tanpa (x)

dan Dengam Kolam (A) sejak Umur 20 sampai 40 Minsgu

...

(184)

33 Hubungan antara KonsentrasiTiroksin Serum (Tr) dan Protein Pakan (Pr)

Iti k pada Umur 40

M

inggu..

...

112

34 Hubungan autara Berat Relatif Ovarium (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik

pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Tanpa (TK) dan Dengan (K)

Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 200/0

...

114 35 Hubungan antara Berat Relatif Ovarium (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik

pada Umur 40 Minggu

...

115

36 Hubungan antara Berat Relatif Oviduk (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada Umur 40 Minggu yang Dipelihara Tanpa (TK) dm Dengan (K)

Kolam dengan Protein Pakan 16, 18, dan 20%

...

117 37 Hubungan Berat Relatif Oviduk (BrO) dan Protein Pakan (Pr) Itik pada

Umur 40 Minggu.

...

117
(185)

PENDAHULUAN

Latar Bdakang

Secara nasional peningkatan jumlah penm#tulr dan pendapatm m s g r d m t

meni-pgkdm jumlah konsumsi dan permintaan akan daging m a u p tehr.

It&

ylang merupakan ternak mggas ke dua, berpotensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam

kehidupan m a y a d a t di Indonesia Umumnya pemeliharaan itik menpaltan waha

sambilan namm

di

beberapa tempat ti- penpahaan tern& tersebut uudab mempalnm

usaha &ma walaupun masih benaifirt tradisional. I

Indonesia adalah n e w tropis deqan kisaran whu udara 23.2

-

35.2'C (siaq

hai)

dan 15.0

-

25.9"C (malan hari)(BPS, 1996). Kiaeran suhu udara di Bali minimal 24.35 f

0.82"C dan malcsimal 3 1.04 f 1.06OC dengm rataan suhu hariao 28.81 f 3.49OC (Kantor

Statistik Propinsi Bali, 1996). Suhu l h g k q a n yang baik uatuk memelihara tenask itik dan

oyam petelur adalah mask-masing rmtara 18.3 dan 25.S°C, dan 20 dan 2S°C (Wilson et

d.,

1980; Cobb, 1991). Deggan demikian, pada suhu lingkungan yaqg cukup tinggi

terutama pada siaug hari, ternak itik alram menderitst celtaman panas yang dapat mengrPangi

konsumsi palcan, menekan pertumbuhan dan produksi telur.

Sebagai ~ g g a s air, itik s q p t menyukai tempat yang baayak airnya seperti h

atau kolam dan sesuai dengaa bent& anatomi tububnya tenrak itik hidup dan mencari pakan

di

dserah

perairsn (Samosir dan Simandjmtak, 1984; Batty, 1985; Bartlett, 1986;

Matram et d., 1989; Srigandono, 1997). Deogan demikian di daerah kering (Icehangan

air) eepexti Indoneoia Bagian Timur peternalcen' itik janq ditemukan h n a kondisi

daamya tidak memu@nkau Di Kalbmnh Selatan, di mana terdapat banyak

rcrwa

dan

sungai, pemeliharaan itik relatiflebih banyak dengan cara melepaskan itiknya di perairan

sungai atau di rawa-rawa urrtuk mencari palm berupa ilcen, siput atm eeraagga kecil

(186)

Penelitian tentang sistem pemeliharaan dan cara pemberian pakan

ewiah

banyak

dilakukan pada ternak apm nmnm masih sangat terbatas pada ternak it&. Penelitian

meogenai eitem pemeliharaan y q berhubmgm dengaa peageruh air Wulca mssib

terbatas pada masa pertumbuhan (Dean, 1967; Matram et d., 1989) dm masa peneluran

tereebut dalam eabu eiklus belum pernah dilaporkan a q a i saat ini. Mahim et

d.

(1989)

melaporkan bahwa itik yaag dipelihara

dengEm kolam di

bawah pohon kelapa tanpa

naungan permanen menunjuldcan perhmbuhaa yang lebih bnik (berat baAarlaya lebih ti@

2%) e n p a i m d masa produksi atau bemat badamya lebih tiqgi 2

-

5% (Dean,

1967) dibandinglcan dipelihara tanpa kolam. Hal itu dimur@&m karema itik dapat

memgkonsumsi pakaa lebib banyak akibat terjadinya peqpltmm p m melalui

lcaki dan

p a d pada waktu maauk ke dalam kolam (H&p dan Heath, 1980; Midgard, 1980).

Itik yeog dipelihara terkmmg memerlukan luas lantai 0.25 m2 tiap ekor dan

memerlukan kolm kuraag lebih 1 m2 deogsr kedalaman 25 cm yaae fohp mh* berenaqg,

mencelupkan dm membersihlcen kepala untuk memgbdsi penyumbatm hidung oleh p h

dan kotoran lain (Soedjai, 1960; Nowland, 1984). Kolam juga peoting uduk

meniogkatkan fertilitas telur itik (Snyder, 1959 yang dilartip oleh Irawan 1978; BaUy,

1985; Srigdono 1997). Sebaliknya it& dewasa yeag d i p e l i h teriaa\mg dan

dileoglcapi derrgen kolam (Gozali et d., 1980) dan peoggembalasn @mini, 1985)

mermnjuldcan p r d i blur yang lebih rendah dibsndh&m tanpa kolam. Hal ini

disebabkan banyalarya emergi yaag digmdcaa untuk berenaog, membersihkan bulu dan *

berjenna, walqun kelompok itik yaae dipelihera dengan kolam tamp& lebih bmih clan

segar. Beberapa peneliti meq&akaa bahwa itik dapat dipelihara secara tcricmmg tmpa

dukungan air terbuka atau kolam tanpa menIpaangi pertuabuhao atau produbi telw

(187)

Kebutuhan protein itik yang sedang bertelur bervariasi antara 15 dan 19?% (Scott ef

d.,

1982; Scott dan Dean, 199 1; F m l l , 1995). Kebutuhan teraebut cenderusg meninglcat

jilca itik dipelihara sepenubnya terlanung, dan kanduogan emergi palm meningkat

~ d j o s w o r o el al., 1980; Shen, 1985). Sistem pemeliharaaa t e r m tanpa ddamgan

kolam pada itik Bali yang sedang bertelur membufuhkan protein 18 persen dengan

lcendungau energi 2900 MtaYkg (Hardjosworo, 1989) sampai 3080

klcalflrs

(Mah-am,

1984).

Pemeliharaan itik secara terlanung memmmkau berat telur per butk dibandiogkan

f

dengan yang digembalakan, sehingga sangat r n e q p a q j nilai ekonomis dan pernasaratmya

Penunman berat telur terjadi pada awal sampai pertengahan produbi (Hardjoworo, 1989;

A h h g s i h ef al., 1993). Perbaikan pakan dapat memqkaba perkembaogan organ

reprocfuksi dan dctivitas sintesis telur (Yu dan Marquadt, 1974) sehingga akan

mmbgkakm produksi telur (Cave, 1984; Parson et d., 1993; Kesbavan dm Nakajima,

1995). Penelitian tentang kebutuhrtn protein hutama pada saat petGembmgm cepat organ

reproduksi itik, dan informasi data biologis temtama data harmon yanrg berperan pentiag

dalarn cekaman panas lingkungan yang erat h d m p q a deagan produkai telur pada itik

lokal Indonesia masih bellmi ada Data ini mempunyai arti penting dalam pengembaagan

temak itik y q dipelihara secara terkunmg. Haeil penelitian ini dibmpkan dapat

merarajang peniagkatan pemeliharaan itik lokal Indoneoia

P e n n a s a l h

Perbedaan suhu liogkungan antara suhu pemeliharaan itik yaug ideal dengan euhu

*

lingkuqp di daerah Tropis meqebabkan itik menderita celcaman panas terutama pada

siang hari yaag dapat m e n d konsumsi palcan, produlcsi dm berat telur.

Ratam berat telur itik per butir yang dipelihsra te- lebih mdah

(188)

ekonomis telur itik yrmg dipelihasa tedatnmg Salah satu W o r yang mempenpuhi

rendahnya berat telur tersebut adalah kelrurrmgan protein pakm

Adaaya perbedarm pendapat ter$ang kebutuhan protein pakau itik yaqg dipelihara

terkurq

dan

kelaagkam kebutuhan protein itik yang dipelihara dengan kolam tendama

saat perkembangan kritis organ reprodhi sampai bertelur.

Kebutuhen penggunaan air terbuka pada itik yang dipelihara secara teriawng untuk

menghmdari pen-atan suhu tub& di siimg hari, membersibken hidung

dari sumbatan

pakan atau kotoran lain dan membantu pengeluarsn garam dari kelenjar garam yang

bemulara pada hidung Selain itu ada anj- dari h a b a g a ~esejahteraan Hewan untuk

memelihara temak sesuai dengan habitatnya

Oleh karena itu diperlukrm usaha-usaha untuk meqgrprmgi cekaman panas pada eaat

h lingkuqp tinggi melalui penarnbahan kolam pada ksndang itik tertarnm&

dan

pemberian protein tinggi menjelaog sampai berproduksi telur gum memacu pcatmbuhan

organ r e p r o h i eehiogga terjadi penin@m produkai dan berat telur. Unhdt mend-

ueaha-usaha tersebut diperiukm penelitian itik yang dipelihara tanpa

dan dengan kolam

deagan kandungan protein pakm yaug berbeda pada

trnglraf

umm yang berbeda

Penelitian ini bertujuan uduk mewtahui (1) pengaruh kolam pada pertumbuhan

dan pro- telur (2) p- tingkat protein tinggi pada pmtmbuhsn ovarim

dan

saluran reproduksi eerta produkei telur. Selain itu diamati pula perubaban fisiologie

berkaitan deogan pemeliharaan tmpa dan dmgm kolam seperti suhu rektal, lcadra h i d ,

kortisol, dan gambaran nisbab heterofil limfoeit,

dan

perubahau fisilogie yang berkaitan

dengan pemberian pakan dengan tiugkat protein berbeda pada masa kritie (eebelum

berprochrlcei) oeperti pedcembtqpn ovarium dan calm reprocfulcsi, kadar estrogen,

(189)

Hasil penelitian ini dih$srapkan dapat memberikan infomasi dasar t e m respoa

fisiologis itik yang dipelihara pada habiw dm protein pakan berbeda dan recpon

kebutuhan optimum protein pakan selama masa kiitis (pre-layer) dan bertelur.

IIipotesis

B e r d a s h atas himpunan informasi di atas, dan megingat fenomena y a q

berkaitan dengan kebiasaan it& hi* dengan' dulumgm air terbuka maka p d i s

menrmuskan hipotesis sebagai be*

Adatya kolm pada pet& kandang panggung akaa mengurangi cekaman parss di

siang hari, menix@dan berat relatifkelenjar tiroid, konsentrasi tiroksin serum, konwmsi

pakaa dan meningl.9tkan p-uhan berat b dserta produksi telur.

P a i a g k a h kandungan protein pakan akan meningkatkan berat relatif ovarium,

rneningkalh berat telur per butir daa produksi telur.

Interaksi antara sistem pemelihaman dengan kaa- protein pakan akan

meolngkatiran p r o d h i telur itik tenrtama yang dipelihara dengan kolm sejalan dengan

(190)

TINJAUAN PUSTAKA

Itik Bali

Itik Bali adalah salah satu contoh itik lokal Indonesia yang pemelihsraannya

sudah metakyat di Bali. Seperti halnya dengan itik lokal lairmya, itik Bali termasuk

unggaa air (water fowl) yang merupakan kehnunan langslmg dari itik l i a '"Mallard"

berkepala hijau (Anas Plaiyrhynchos-platyrhynchos) yang s q a i kini banyak

f

tersebar di beberapa tempat di dunia, terutama terpusat di belahan bumi b e a n udrPa

(&ow, 1972; Haase dan Donham, 1980; Hetzel, 1984, Srigsndono, 1997).

Penampilau itik Bali adalah berdiri tegak seperti botol dan laagsipg sehhgga

disebut dengan itik Pi@ Warna bulu itik Bali yang pal& dominan adalah warn

mmi sedangkm warna yang lain seperti warm sumbian, putih dan belasg plltih hitam

(sikep)

laaang

d i m i d . Salah satu keunikan itik Bali yang membeltalrrrn d e q p itik

lokal Indonesia lainnya, di sawing warm bulunya, adalah m akerabang telur put&

yang ssngat dimhati oleh konwrmen tells itik di daerah Bali, narnun lasaog diminrdi

oleh konsumen telur di luar pula Bali (Nurbudi, 1969). Pemeliharaan itik Bali

tradieional sebagian besar (73.14%) bersifat tetap yaitu terus menerus memelihara itik

eebagai

olnnber penghaoilan

dan hanya sebagian kecil (26.86%) bentifid

mwiman

dengaa rataan rasio jantan betina adalah 1: 28.3 (Supardjata et d., 1975).

.

Asal

U d

Warna kerabaag tells putih pada itik Bali s m a dengan warna k e r a b q telur

itik lokal di India yang disebut Nageswari dan Sythet s e w diperldralcso itik Bali

(191)

7

India (Batty, 1985; F m l l , 1995), dm masuk ke Indonesia melalui Cina dan

Malaysia (Nowland, 1984).

BetQsarkan pmgmatan fiekuensi gene pada l o b polimwf ke 8 dan lokw

monomorf ke 12 pada 10 jenis itik lokal di Indonesia, 2 jenis itik Khaki Campbell

(sat. jenis dari Jepaag dan jenis lain dari Denmark) dan empat jenis lain (itik Pekin

dari Demnark, itik Kairyo Osaka dari Jepang, itik Mallard, itik Pekin dari Cina)

disimpulkaa bahwa itik Bali yang diambil dari Mengwi mempunyai h u b v

kekerabatan yang dekat dengan itik Lombok dan Mojosari. Itik-itik Jawa T& (itik

Cirebon, Magelaag

,

Tegal) dekat dengan itik Jawa Barat (itik Taqgerao& itik Tasikmalaya) dan itik Khaki Campbell h g g i s serta itik Alabio.

It&

lolcsl Medm

dekat dengao itik Khaki Campbell dari Jepang. Itik Pekin dari

Demnark dekd

kekerabataqa dengan itik K a j l o Osaka dm Mallard dan jauh dari it& Peltin

dsri

Cina ( Tanabe et ai., 1984). Hasil pengamatau tersebut diperkuat lagi dengan hasil

p

- yang lain (Taaabe et af., 1988) bahwa bsngsa itik dari Asia T-

kekerabahmya saogat jauh d e w b-a itik dari Asia U h

Peatamtbuhan aaak itik p d a awal hidupnya adalah sangat cepat

dan

jauh lebih

cepat dibandiqkm perhmbuban anak gram, namun setelah b e n a m ~ empat sampai

enam kecepatm perlumbuhan

aoak itik tersebut mulai b e d a m q

eedsmgkan

kecepatm d ayam masih meniqekat (Warren, 1972; Mahm, 1984). Kecepatan

.

perhnnbuhaa itik Bali dan Mojosari setelah benrmur 6 minggu sudah tidak b e r d lagi

sedangkau itik Tegd masih berswti s q a i urnur 7 m@u (Hardjosworo et ai., 1980).

Rataan berat badan itik Bali relatif lebih berat dibandingkan itik lolcal lainnya

(192)

8

dan

Mojosari adalah 1.35, 1.29, dm 1.32 kgpadaumur 87 hari , 1.43, 1.34, dm 1.43

kg umur 130 hari clan 1.47,1.46,

dan

1.40 kg pada umur 137 hari (Hardjoworo et al.,

1980). Lebih jauh disimpulkan bahwa untuk memacu pethmbuhan ymg cepat itik Bali

dan itik Mojosari memerlukan protein yang tinggi sampai umur 52 hari eedmgkan itik

Tegal hanya sampai umur 45 hari. Dengan kata lain, pergantian pakaa sfurter yang

berkadar protein tinggi ke pakan grower yang berkariar protein lebih rendah dapat

dilakulcan sekitar urma 50 hari atau 7 mingy. Hasil yang serupa dilaportcan juga oleh

Hetzel (1984) yaitu rataan berat itik Bali, Alabio, Tegal dan Khalri Campbell pada

umur 16 miqgu berturut-turut adalah 1.465, 1.452, 1.390, dan 1.473 kg pada itik

betina clan 1.63 1,1.768,1.481, dm 1.792 kg pada itik jantan. P e a i q k a h berat badan

itik-itik tersebut masih jelas sampai umur 44 minggu

Berat badan itik Bali umur 20 rninpnu yang d i p e l h a eecara intensif

(pemeliharaan terkunmg dengan pakan komersial)

adalah

1.55 kg eedaugkan yaag

dipelihara eecara sistem intensif teraptin (pemeliharaan terkuntqg dengan pakan

camp- 20% koasentrat dan 80 dedak) adalah 1.62 kg (Bhinawa et d., 1990).

Kiearan pertambahan berat badan itik Bali berwarna putih

adalab

9.7 sanipai 11.7 g

per hari eedaagkem pada it& Bali berwaana bulu sumi

adalah

9.5 sampai 12.9 g.

Pertambahan berat badan hi teqmtung pada imbangan kalori protein yaitu makin

lebar imb- makin rendah pertambahan berat badatmya (Supardjata et al.,

1976a; Matram, 1984)

Umar

MemMlki MasaProddrd

.

Umur memasuki masa produksi itik Bali dipeaganhi oleh varietaa pada wmna

bulu dm protein pakan, dan umumnya lambat jika dibandiugkan

Gambar

Tabel 1. Berat Ovarium pada Berbagai Umur Ayam Betina
Tabel 3. Konsentrasi (3-Estradiol dm Estron Serum pada Ay~lm*
Gambar 1. Diagram Perubahan Pituitari (-.-.-.), LEI 0, Progesteron (----), .......)
Tabel 8. Susunan Bahan Pakan Itik Bertelur (urnur 16-40 minggu)
+7

Referensi

Dokumen terkait