• Tidak ada hasil yang ditemukan

Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan dan 5°C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan dan 5°C"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

LONGIVITAS SPERMATOZOA ANJING RETRIEVER

DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER

DISIMPAN PADA

SUHU RUANGAN DAN 5ºC

ARDILASUNU WICAKSONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Ringkasan

ARDILASUNU WICAKSONO (B04104113). Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan 5°C. Di bawah bimbingan Dr. R Iis Arifiantini, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk menguji bahan pengencer semen cair dengan dua buffer dan sumber nutrisi yang berbeda untuk anjing ras Retriever dalam menunjang teknologi inseminasi buatan yang diaplikasikan pada hewan ini.

Kualitas semen cair bergantung kepada komposisi bahan pengencer yang digunakan. Pemilihan buffer, anti cold shock dan sumber nutrisi menjadi pertimbahan utama dalam menentukan bahan pengencer yang tepat. Saat ini berbagai bahan pengencer semen anjing telah banyak dilaporkan diantaranya menggunakan buffer Tris dan buffer sitrat. Semen diperoleh dari empat ekor anjing Retriever sebanyak tiga ulangan. Semen yang didapat dievaluasi secara makro-dan mikroskopis. Semen yang mempunyai spermatozoa motil > 70% dibagi empat dan diencerkan menggunakan empat macam bahan pengencer yaitu Tris-Kuning Telur-Fruktosa; Tris-Kuning Telur-Glukosa; Sitrat-Kuning Telur Fruktosa dan Sitrat-Kuning Telur Glukosa. Semen yang telah diencerkan dibagi dua tabung dan masing-masing disimpan pada suhu ruangan dan suhu 5oC. Semen cair diamati longivitasnya setiap 3 jam untuk suhu ruangan dan 12 jam untuk suhu 5oC.

(3)

ABSTRACT

The quality of chilled semen depends on the diluent’s composition. The choice of the buffer, anti-cold shock and nutrition sources can be the first decision in order to choose an appropriate diluents. Nowadays a lot of diluents are used such as Tris buffer and Cytrate buffer. This study aimed to observe the differences of diluents and resulting the best diluents for Retriever dog breed related to the artificial insemination technology which applicated to this animal. The diluents are Tris-Egg Yolk and Cytrate-Egg Yolk which added with glucose and fructose carbohydrate. The semen sample collected from four retriever dogs with three times repetition. The semen was evaluated macro-and microscopically. The semen showed >70% sperm motility divided into four tubes and diluted with Tris-Egg Yolk-Fructose (TEYF); Tris-Egg Yolk-Glucose (TEYG); Cytrate-Egg Yolk-Fructose (CEYF) and Cytrate-Egg Yolk-Glucose (CEYG). The diluted semen divided into two tubes and each sample stored at room and 5 oC temperature. The longevity of chilled semen observed every 3 hours at room temperature and 12 hours at 5 oC. The result showed that TEYF keep the sperm longevity better than the others diluents. On 5 oC at 24 hours storage TEYF showed the highest motile and live sperm (46.25±0.22% ; 57.11±0.25%). On room temperature at 6 hours TEYF showed the highest motile and live sperm ( 40.94±0.20% ; 52.65±0.23%). TEYF can keep the sperm longevity by 84 hours at 5 oC and 21 hours at room temperature.

(4)

LONGIVITAS SPERMATOZOA ANJING RETRIEVER DALAM

BERBAGAI BAHAN PENGENCER DISIMPAN PADA

SUHU RUANGAN DAN 5º C

ARDILASUNU WICAKSONO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi: Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan dan 5°C

Nama : Ardilasunu Wicaksono NRP : B04104113

Disetujui, Pembimbing

Dr. R. Iis Arifiantini, M.Si 130 914 666

Mengetahui,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Dr. Nastiti Kusumorini 131 669 942

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 20 September 1986, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Ir. Michael Arkadi Waseso dan Lies Henny Amalia, S,Sos.

Pendidikan Taman kanak-kanak hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan di Bogor, pada tahun 1990 penulis mengambil pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Mardiyuana Bogor dan lulus tahun 1992, kemudian dilanjutkan ke SD Kesatuan Bogor dan lulus tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus tahun 2001, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Negeri 1 Bogor dan lulus tahun 2004.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai Komisaris Tingat (Komti) /ketua angkatan 41 Asteroidea FKH IPB, ketua Himpunan Minat Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HIMPRO HKSA) periode 2005-2006, ketua Equine Education Research and Sport Unit (EERSU) periode 2005-2006, ketua FRESH vet magazine BEM FKH IPB periode 2006-2007. Penulis juga aktif di beberapa organisasi lain internal kampus seperti BEM TPB IPB, BEM FKH IPB, Komunitas Seni STERIL, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), dan organisasi luar kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Cat Fancy Indonesia (CFI).

Penulis pernah menjadi Asisten Luar Biasa pada Mata Kuliah Histologi Veteriner 1 pada tahun 2006 dan 2007 dan Histologi Veteriner 2 pada tahun 2006.

Penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan magang libur dan pelatihan, antara lain di Rumah Sakit Hewan IPB (2005), Laras Satwa Alam Sutera Tangerang (2005), EERSU (2006), Laras Satwa Bintaro (2006), pelatihan bedah pada hewan kecil di Cikajang, Garut (2006) dan Praktek Dokter Hewan Bersama drh. Cucu Kartini S, Sunter Jakarta (2007). Pada tahun 2008 penulis mendapatkan gelar Mahasiswa Berprestasi ke-2 tingkat Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang

berjudul “Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan

Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan dan 5°C” ini dapat diselesaikan

dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

besar kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan

para pengikutnya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Sarjana (S

1

) di Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. R Iis Arifiantini, M.si selaku pembimbing skripsi. 2. Prof. Dr. Drh. Tuty L Yusuf, M.S sebagai dosen penguji.

3. Dr. Drh. Muhammad Agil, M.sc,Agr sebagai pembimbing akademik.

4. Bapak, mama, Lintang beserta keluarga besar Aki Soebana dan Mbah Soetarto yang memberi dukungan sepenuhnya.

5. Departemen Klinik, Patologi dan Reproduksi.

6. Keluarga besar Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) Bagian Reproduksi dan Kebidanan Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

7. Para pemilik anjing untuk penelitian: Keluarga Janto Tjoanda, Keluarga drh. Diah Kristono, Keluarga Irawan Liem, Joey dan Marina.

8. My Soulmate Bobby Savero dan Pandu Wicaksono.

9. Sahabatku tercinta M. Fiqrie Rahman, Rohiman A, M. Arraniri P, Rizki Putratama, Dwi Matswapati dan Marwan Shofa, (Penghuni RUKUN-Rumah Kuning) yang membuat kuat dan bersemangat.

10. Sahabat The Fantastic Four: Bobby Savero, Wiwaswan N dan Febrina Y. 11. Sahabat Kamisatenen: Krido Brahmo Putro.

12. Teman seperjuangan penelitian, seminar dan sidang: Dwi Taniar G dan Agus Prastowo.

13. Sahabat P-jok, Vet Angels, GPK ers, Rupink, RC, Sekret, dll. 14. Teman-teman Asteroidea 41 FKH IPB terbaik dan teristimewa. 15. Keluarga besar HIMPRO Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik.

Semoga Allah memberi balasan atas segala bantuan dan dorongan yang telah diberikan. Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membangun di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI……….. i

DAFTAR TABEL……….. ii

DAFTAR GAMBAR……….. iii

DAFTAR LAMPIRAN……… iv

PENDAHULUAN………...……… 1

Latar belakang……… 1

Tujuan penelitian……… 3

Manfaat penelitian………. 3

Hipotesis……… ……. 3

TINJAUAN PUSTAKA………... 4

Ras anjing..………... 4

Golden dan labrador Retriever………... 5

Organ reproduksi jantan………... 6

Spermatogenesis dan produksi semen………... 10

Endokrinologi reproduksi anjing jantan... 11

Perilaku kawin... 12

Koleksi semen………... 13

Evaluasi semen....………... 15

Pengawetan semen ...……….... 17

MATERI DAN METODE………... 20

Waktu dan tempat penelitian….………... 20

Materi penelitian………... 20

Metode penelitian………... 21

Rancangan percobaan……… 24

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 25

Kualitas semen segar………... 25

Kualitas semen cair pada suhu 5 oC………. 27

Kualitas semen cair pada suhu ruangan……….. 33

KESIMPULAN DAN SARAN………... 40

DAFTAR PUSTAKA………... 41

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Perbandingan durasi dan volume ejakulasi antara penggunaan

vagina buatan dan masturbasi... 14 2. Kualitas semen pada anjing normal... 16 3. Komposisi bahan pengencer yang digunakan dalam penelitian……... 21 4. Karakterisitik semen segar rata-rata keempat anjing Retriever……….. 26 5. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % Motilitas

spermatozoa keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu 5 oC 29 6. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % sperma hidup Keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu 5 oC……… 30 7. Longivitas sperma anjing Retriever suhu 5 oC tanpa melihat faktor

bahan pengencer ... 32 8. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % Motilitas

Keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu ruangan………….. 34 9. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % sperma hidup Keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu ruangan………….. 35 10.Longivitas sperma anjing Retriever suhu ruangan tanpa melihat

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Anjing ras golden Retriever………. 5

2. Anjing ras Labrador Retriever………... 6

3. Diagram genitalia interna dan eksterna pada anjing jantan... 7

4. Metode masase pada penis anjing... 22

5. Spermatozoa hidup (kepala putih) dan spermatozoa mati dengan (kepala merah) dengan pewarnaan eosin nigrosin... 27

6. Penurunan rataan persentase motilitas spermatozoa anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada 5 OC………...……… 29

7. Penurunan rataan persentase sperma hidup anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada 5 OC …………...……….. 30

8. Pengaruh lamanya penyimpanan pada suhu 5 oC terhadap persentase sperma motil dan sperma hidup gabungan keempat anjing... 32

9. Penurunan rataan persentase motilitas spermatozoa anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada suhu ruangan………..……… 34

10. Penurunan rataan persentase sperma hidup anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada suhu ruangan ……….. 36

(11)

LONGIVITAS SPERMATOZOA ANJING RETRIEVER

DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER

DISIMPAN PADA

SUHU RUANGAN DAN 5ºC

ARDILASUNU WICAKSONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Ringkasan

ARDILASUNU WICAKSONO (B04104113). Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan 5°C. Di bawah bimbingan Dr. R Iis Arifiantini, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk menguji bahan pengencer semen cair dengan dua buffer dan sumber nutrisi yang berbeda untuk anjing ras Retriever dalam menunjang teknologi inseminasi buatan yang diaplikasikan pada hewan ini.

Kualitas semen cair bergantung kepada komposisi bahan pengencer yang digunakan. Pemilihan buffer, anti cold shock dan sumber nutrisi menjadi pertimbahan utama dalam menentukan bahan pengencer yang tepat. Saat ini berbagai bahan pengencer semen anjing telah banyak dilaporkan diantaranya menggunakan buffer Tris dan buffer sitrat. Semen diperoleh dari empat ekor anjing Retriever sebanyak tiga ulangan. Semen yang didapat dievaluasi secara makro-dan mikroskopis. Semen yang mempunyai spermatozoa motil > 70% dibagi empat dan diencerkan menggunakan empat macam bahan pengencer yaitu Tris-Kuning Telur-Fruktosa; Tris-Kuning Telur-Glukosa; Sitrat-Kuning Telur Fruktosa dan Sitrat-Kuning Telur Glukosa. Semen yang telah diencerkan dibagi dua tabung dan masing-masing disimpan pada suhu ruangan dan suhu 5oC. Semen cair diamati longivitasnya setiap 3 jam untuk suhu ruangan dan 12 jam untuk suhu 5oC.

(13)

ABSTRACT

The quality of chilled semen depends on the diluent’s composition. The choice of the buffer, anti-cold shock and nutrition sources can be the first decision in order to choose an appropriate diluents. Nowadays a lot of diluents are used such as Tris buffer and Cytrate buffer. This study aimed to observe the differences of diluents and resulting the best diluents for Retriever dog breed related to the artificial insemination technology which applicated to this animal. The diluents are Tris-Egg Yolk and Cytrate-Egg Yolk which added with glucose and fructose carbohydrate. The semen sample collected from four retriever dogs with three times repetition. The semen was evaluated macro-and microscopically. The semen showed >70% sperm motility divided into four tubes and diluted with Tris-Egg Yolk-Fructose (TEYF); Tris-Egg Yolk-Glucose (TEYG); Cytrate-Egg Yolk-Fructose (CEYF) and Cytrate-Egg Yolk-Glucose (CEYG). The diluted semen divided into two tubes and each sample stored at room and 5 oC temperature. The longevity of chilled semen observed every 3 hours at room temperature and 12 hours at 5 oC. The result showed that TEYF keep the sperm longevity better than the others diluents. On 5 oC at 24 hours storage TEYF showed the highest motile and live sperm (46.25±0.22% ; 57.11±0.25%). On room temperature at 6 hours TEYF showed the highest motile and live sperm ( 40.94±0.20% ; 52.65±0.23%). TEYF can keep the sperm longevity by 84 hours at 5 oC and 21 hours at room temperature.

(14)

LONGIVITAS SPERMATOZOA ANJING RETRIEVER DALAM

BERBAGAI BAHAN PENGENCER DISIMPAN PADA

SUHU RUANGAN DAN 5º C

ARDILASUNU WICAKSONO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi: Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan dan 5°C

Nama : Ardilasunu Wicaksono NRP : B04104113

Disetujui, Pembimbing

Dr. R. Iis Arifiantini, M.Si 130 914 666

Mengetahui,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Dr. Nastiti Kusumorini 131 669 942

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 20 September 1986, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Ir. Michael Arkadi Waseso dan Lies Henny Amalia, S,Sos.

Pendidikan Taman kanak-kanak hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan di Bogor, pada tahun 1990 penulis mengambil pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Mardiyuana Bogor dan lulus tahun 1992, kemudian dilanjutkan ke SD Kesatuan Bogor dan lulus tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus tahun 2001, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Negeri 1 Bogor dan lulus tahun 2004.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai Komisaris Tingat (Komti) /ketua angkatan 41 Asteroidea FKH IPB, ketua Himpunan Minat Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HIMPRO HKSA) periode 2005-2006, ketua Equine Education Research and Sport Unit (EERSU) periode 2005-2006, ketua FRESH vet magazine BEM FKH IPB periode 2006-2007. Penulis juga aktif di beberapa organisasi lain internal kampus seperti BEM TPB IPB, BEM FKH IPB, Komunitas Seni STERIL, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), dan organisasi luar kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Cat Fancy Indonesia (CFI).

Penulis pernah menjadi Asisten Luar Biasa pada Mata Kuliah Histologi Veteriner 1 pada tahun 2006 dan 2007 dan Histologi Veteriner 2 pada tahun 2006.

Penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan magang libur dan pelatihan, antara lain di Rumah Sakit Hewan IPB (2005), Laras Satwa Alam Sutera Tangerang (2005), EERSU (2006), Laras Satwa Bintaro (2006), pelatihan bedah pada hewan kecil di Cikajang, Garut (2006) dan Praktek Dokter Hewan Bersama drh. Cucu Kartini S, Sunter Jakarta (2007). Pada tahun 2008 penulis mendapatkan gelar Mahasiswa Berprestasi ke-2 tingkat Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang

berjudul “Longivitas Spermatozoa Anjing Retriever Dalam Berbagai Bahan

Pengencer Disimpan Pada Suhu Ruangan dan 5°C” ini dapat diselesaikan

dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

besar kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan

para pengikutnya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Sarjana (S

1

) di Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. R Iis Arifiantini, M.si selaku pembimbing skripsi. 2. Prof. Dr. Drh. Tuty L Yusuf, M.S sebagai dosen penguji.

3. Dr. Drh. Muhammad Agil, M.sc,Agr sebagai pembimbing akademik.

4. Bapak, mama, Lintang beserta keluarga besar Aki Soebana dan Mbah Soetarto yang memberi dukungan sepenuhnya.

5. Departemen Klinik, Patologi dan Reproduksi.

6. Keluarga besar Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) Bagian Reproduksi dan Kebidanan Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

7. Para pemilik anjing untuk penelitian: Keluarga Janto Tjoanda, Keluarga drh. Diah Kristono, Keluarga Irawan Liem, Joey dan Marina.

8. My Soulmate Bobby Savero dan Pandu Wicaksono.

9. Sahabatku tercinta M. Fiqrie Rahman, Rohiman A, M. Arraniri P, Rizki Putratama, Dwi Matswapati dan Marwan Shofa, (Penghuni RUKUN-Rumah Kuning) yang membuat kuat dan bersemangat.

10. Sahabat The Fantastic Four: Bobby Savero, Wiwaswan N dan Febrina Y. 11. Sahabat Kamisatenen: Krido Brahmo Putro.

12. Teman seperjuangan penelitian, seminar dan sidang: Dwi Taniar G dan Agus Prastowo.

13. Sahabat P-jok, Vet Angels, GPK ers, Rupink, RC, Sekret, dll. 14. Teman-teman Asteroidea 41 FKH IPB terbaik dan teristimewa. 15. Keluarga besar HIMPRO Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik.

Semoga Allah memberi balasan atas segala bantuan dan dorongan yang telah diberikan. Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membangun di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2008

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI……….. i

DAFTAR TABEL……….. ii

DAFTAR GAMBAR……….. iii

DAFTAR LAMPIRAN……… iv

PENDAHULUAN………...……… 1

Latar belakang……… 1

Tujuan penelitian……… 3

Manfaat penelitian………. 3

Hipotesis……… ……. 3

TINJAUAN PUSTAKA………... 4

Ras anjing..………... 4

Golden dan labrador Retriever………... 5

Organ reproduksi jantan………... 6

Spermatogenesis dan produksi semen………... 10

Endokrinologi reproduksi anjing jantan... 11

Perilaku kawin... 12

Koleksi semen………... 13

Evaluasi semen....………... 15

Pengawetan semen ...……….... 17

MATERI DAN METODE………... 20

Waktu dan tempat penelitian….………... 20

Materi penelitian………... 20

Metode penelitian………... 21

Rancangan percobaan……… 24

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 25

Kualitas semen segar………... 25

Kualitas semen cair pada suhu 5 oC………. 27

Kualitas semen cair pada suhu ruangan……….. 33

KESIMPULAN DAN SARAN………... 40

DAFTAR PUSTAKA………... 41

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Perbandingan durasi dan volume ejakulasi antara penggunaan

vagina buatan dan masturbasi... 14 2. Kualitas semen pada anjing normal... 16 3. Komposisi bahan pengencer yang digunakan dalam penelitian……... 21 4. Karakterisitik semen segar rata-rata keempat anjing Retriever……….. 26 5. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % Motilitas

spermatozoa keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu 5 oC 29 6. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % sperma hidup Keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu 5 oC……… 30 7. Longivitas sperma anjing Retriever suhu 5 oC tanpa melihat faktor

bahan pengencer ... 32 8. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % Motilitas

Keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu ruangan………….. 34 9. Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % sperma hidup Keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu ruangan………….. 35 10.Longivitas sperma anjing Retriever suhu ruangan tanpa melihat

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Anjing ras golden Retriever………. 5

2. Anjing ras Labrador Retriever………... 6

3. Diagram genitalia interna dan eksterna pada anjing jantan... 7

4. Metode masase pada penis anjing... 22

5. Spermatozoa hidup (kepala putih) dan spermatozoa mati dengan (kepala merah) dengan pewarnaan eosin nigrosin... 27

6. Penurunan rataan persentase motilitas spermatozoa anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada 5 OC………...……… 29

7. Penurunan rataan persentase sperma hidup anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada 5 OC …………...……….. 30

8. Pengaruh lamanya penyimpanan pada suhu 5 oC terhadap persentase sperma motil dan sperma hidup gabungan keempat anjing... 32

9. Penurunan rataan persentase motilitas spermatozoa anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada suhu ruangan………..……… 34

10. Penurunan rataan persentase sperma hidup anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada suhu ruangan ……….. 36

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Pengaruh berbagai pengencer terhadap persentase motilitas

spermatozoa Keempat anjing Retriever pada suhu 5

o

C...

45

2

Pengaruh berbagai pengencer terhadap persentase viabilitas

spermatozoa Keempat anjing Retriever pada suhu 5

o

C...

46

3

Pengaruh berbagai pengencer terhadap persentase motilitas

spermatozoa Keempat anjing Retriever pada suhu

ruangan...

47

4

Pengaruh berbagai pengencer terhadap persentase viabilitas

spermatozoa Keempat anjing Retriever pada suhu ruangan....

48

5

Anova rataan Spermatozoa Motil 5

o

C...

49

6

Anova rataan Spermatozoa Hidup 5

o

C...

51

7

Anova rataan Spermatozoa Motil ruang...

53

8

Anova rataan Spermatozoa Hidup ruang………...

55

(22)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Anjing telah lama diketahui sebagai hewan yang bersahabat dan sudah menjadi sahabat manusia sejak berabad-abad lamanya. Salah satu yang menjadi daya tarik seekor anjing untuk menjadi hewan kesayangan adalah kepintaran dan kecerdasannya. Kesetiaannya kepada majikan menjadikan hewan ini sangat bermanfaat untuk didayagunakan dalam berbagai banyak hal. Anjing di dunia memiliki berbagai macam ras atau breed yang dibagi menjadi enam kelompok di Inggris yaitu Hounds, Gundog, Terriers, Utility, Working dan Toy sedangkan di Amerika Serikat dan berbagai negara lain dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu

Sporting, Hounds, Working, Terriers, Toy, Non-Sporting dan Herding (Larkin 2001). Salah satunya adalah anjing ras Golden Retriever yang sekarang ini banyak diminati oleh para penggemar dan pecinta anjing.

Di Indonesia Anjing Golden Retriever mulai digemari dan pamornya semakin menanjak sejak tahun 2000 (Natasaputra 2005). Dengan keramahan dan kegunaan yang dimiliki oleh anjing ini warga masyarakat menyadari betul manfaat untuk memiliki Golden Retriever. Animo yang besar ini tentunya dimanfaatkan oleh para breeder anjing untuk berlomba-lomba memenuhi permintaan anjing Golden Retriever di masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari pembibitan anjing Golden Retriever yang diharapkan baik dan berkualitas unggul.

(23)

Alasan inseminasi buatan (IB) dipilih untuk anjing jantan diantaranya karena problem orthopedik seperti kelemahan otot atau kelemahan kaki belakang, hal ini dapat terjadi khususnya pada anjing muda atau ras kecil dengan kaki yang sangat pendek, ereksi yang terlalu awal mengakibatkan bulbus glandis membesar sebelum kopulasi sehingga perkawinan tidak mungkin terjadi, resiko pemakaian anjing pembiak/ stud yang sangat bagus dan mahal terhadap kelukaan dan penyakit-penyakit infeksi selama perkawinan dapat dihindarkan, anjing champion dapat digunakan lebih luas dan penggunaan yang lebih baik, semen anjing champion dapat diawetkan sehingga masih tetap bisa digunakan setelah kematiannya.

Program IB pada anjing melibatkan serangkaian kegiatan, mulai dari seleksi atau pemilihan pejantan unggul, koleksi dan evaluasi semen, pengolahan dan penyimpanan semen, sampai pelaksanaan inseminasi dengan deposisi semen di saluran kelamin betina yang sedang estrus. Untuk menghasilkan angka kebuntingan yang tinggi, berbagai faktor harus diperhatikan diantaranya kualitas semen cair yang diinseminasikan. Pada pengolahan semen cair, berbagai aspek harus diperhatikan diantaranya komposisi bahan pengencer semen harus dapat memenuhi kebutuhan dan dapat mempertahankan fungsi fisiologik spermatozoa selama penyimpanan. Karbohidrat merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam pengencer semen untuk memenuhi kebutuhan nutrisi spermatozoa.

(24)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengencer berbahan buffer Tris dan sitrat yang dikombinasikan dengan karbohidrat fruktosa dan glukosa sehingga menghasilkan pengencer semen yang baik untuk anjing ras Retriever terkait dengan kepentingan teknologi inseminasi buatan yang diaplikasikan pada hewan ini.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dihasilkan pengencer dengan karbohidrat yang baik pada spermatozoa anjing Retriever untuk memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan angka keberhasilan inseminasi buatan pada anjing ras ini.

Hipotesis

1. Bahan pengencer fruktosa merupakan bahan pengencer yang baik untuk melakukan preservasi semen anjing Retriever.

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Ras Anjing

Menurut Larkin (2001), saat ini banyak sekali diketahui silsilah anjing berdasarkan hewan yang pertama kali dekat dengan manusia selama ribuan tahun. Anjing di dunia memiliki berbagai macam ras atau breed yang dibagi menjadi enam kelompok di Inggris yaitu Hounds, Gundog, Terriers, Utility,

Working dan Toy sedangkan di Amerika Serikat dan berbagai negara lain dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu Sporting, Hounds, Working, Terriers, Toy, Non-Sporting dan Herding.

Kelompok Hounds dipergunakan sebagai anjing pemburu. Mereka disebut sight-hounds seperti Greyhound, Afghan Hound, Borzoi, Irish Wolfhound, Saluki, Whippet, Deerhound melakukan perburuannya dengan penglihatan yang tajam, sementara scent-hounds seperti Beagles, Bloodhounds, Basset melakukan perburuannya dengan penciumannya untuk menemukan target. Kelompok Gundogs/Sporting dipergunakan untuk membantu di dalam permainan atau olahraga, yang termasuk kelompok ini adalah Pointers, Retrievers, Spaniels. Semuanya mempunyai tempramen yang ramah, baik, mudah dikendalikan dan tidak berisik sehingga mudah beradaptasi dengan lingkungan keluarga.

Kelompok Terriers seperti Airedale, Fox Terrier, Lakeland Terrier, dan Norwich Terrier merupakan anjing yang pintar, berkarakter dan berpenampilan baik, dan mudah beradaptasi di lingkungan tempat tinggal. Kelompok Utility/ Non-sporting yang dapat disebut juga Companion Dog antara lain Bulldog, Dalmatian, Poodles, Akita Inu, dan Chow-chow .

(26)

Golden dan Labrador Retriever

Retriever termasuk ke dalam kelompok Hound yang pada dasarnya merupakan anjing pemburu dan biasa dilatih untuk menghadapi berbagai rintangan berat untuk melakukan pencarian dan pelacakan. Untuk menjadikan anjing Hound sebagai anjing keluarga bisa merupakan suatu kesalahan karena tidak menggunakan instingnya untuk berburu, akan tetapi ada beberapa ras Hound seperti Retriever yang mudah dilatih sebagai anjing kesayangan dan olahraga (Larkin 2001).

Gambar 1 Anjing Ras Golden Retriever

(Sumber: Anonimous 2007)

Menurut Natasaputra (2005), Golden Retriever merupakan salah satu jenis anjing populer di dunia, termasuk Indonesia. Temperamen yang sabar dan toleransi yang tinggi terhadap pemiliknya merupakan keistimewaan anjing ini. Karakter bersahabat terlihat dari sorotan matanya yang tajam, lembut dan hangat. Penampilan Golden Retriever terlihat kalem dan percaya diri. Sifatnya pun periang dan tidak galak. Selain itu anjing ini cerdas, mandiri, tegas, dan waspada. Wajar bila Golden Retriever banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai dari anjing keluarga, pelacak, hingga penuntun orang buta.

(27)

2001). Keistimewaan lain terlihat dari bulu di sekujur tubuhnya yang berwarna kuning keemasan, lebat dan ikal terutama di bagian dada sehingga penampilannya semakin glamour. Warna bulu inilah yang menyebabkan anjing ini dinamakan golden. Nama Retriever diberikan pada anjing ini karena kebiasaannya mengembalikan benda atau sesuatu yang dilempar, diambil dari bahasa Inggris yaitu retrieve yang berarti mengembalikan (Natasaputra 2005).

Labrador Retriever sangat mudah untuk dikenali. Berasal dari Greenland, anjing ini memiliki tubuh yang pendek gemuk dan bulu yang pendek tahan terhadap kondisi cuaca, halus dan kering. Warna yang dikenali dari anjing ini adalah hitam, namun lima puluh tahun yang lalu juga dikenal anjing ini dengan warna kuning dan coklat. Seperti halnya Golden Retriever, anjing ini memiliki multitalenta yang biasa digunakan sebagai penuntun orang buta dan anjing pelacak narkoba dan bahan peledak (Larkin 2001).

Gambar 2 Anjing Ras Labrador Retriever

(Sumber: Anonimous 2006)

Organ Reproduksi Anjing Jantan

(28)

Gambar 3 Diagram genitalia interna dan eksterna pada anjing jantan

(Sumber : Evans 1993)

Skrotum merupakan organ reproduksi jantan dengan struktur membujur yang menutupi gonad jantan dan mempertahankan mekanisme thermoregulator (Verma 2000). Menurut Junaidi (2006), skrotum adalah kantung kulit tipis, berpigmen dan ditutupi oleh bulu. Skrotum berada jauh di belakang diantara paha dan meskipun terlindung oleh lipatan/celah diantara paha, masih terlihat dan bisa dipegang dari daerah perineal. Skrotum terbagi menjadi dua kantung, setiap kantung skrotal mengandung ipsilateral testis, epididimis, distal vas deferens, dan pembuluh darah yang terkait.

Menurut Verma (2000), testis merupakan organ reproduksi jantan primer yang memiliki bentuk struktur yang oval untuk memproduksi spermatozoa dan testosteron. Testis pada anjing melewati canalis inguinalis pada hari ke empat setelah kelahiran dan mencapai lokasi skrotum setelah 35 hari. Testis terdiri atas tubuli seminiferi yang di dalamnya terdapat proses spermatogenesis dari spermatozoa (Allen 1992).

(29)

testis anjing berkisar antara panjang, lebar dan tebal adalah 3x2x1.5 cm (Junaidi 2006).

Testis terdiri dari tiga kompartemen fungsional yaitu kompartemen interstitial yang mengandung pembuluh-pembuluh darah, sel-sel Leydig dan jaringan penyokong yang berfungsi untuk mensuplai tubulus seminiferous dengan hormon dan nutrisi, kompartemen basal yang mengandung spermatogonia dan sel-sel Sertoli, kompartemen adluminal yang mengandung perkembangan spermatozoa.

Epididimis adalah sruktur yang berbelit yang terbagi ke dalam caput, corpus, dan cauda yang muncul secara medial dan berlokasi pada permukaan dorsolateral testis, caput berada di craniomedial testis dan merupakan porsi terbesar dari epididimis (Junaidi 2006). Hal Ini memberikan daya simpan untuk spermatozoa sewaktu penambahan elemen dari cairan seminal dengan sekresi dari lapisan epithelium, cairan bergerak perlahan ke arah vas deferens.

Corpus berada di dorsomedial sepanjang testis dan berlanjut dengan cauda yang berada pada caudal ekstremitas dari testis dan dilekatkan ke akhir cauda dari testis oleh ligamentum testis, corda spermatikus keluar cauda epididimis pada aspek caudomedial dari testis dan memperluas ke medial testis sampai ke saluran inguinal ke cincin inguinal. Ligamentum dari ekor epididimis melekat ke testis dan epididimis ke tunika vaginalis. Di dalam epididimis terdapat pematangan dari spermatozoa, pada anjing proses ini berlangsung selama 14 hari (Allen 1992).

Sepasang duktus deferens adalah saluran setelah duktus epididimis. Pada setiap sisi duktus deferens berlanjut sepanjang permukaan dorsomedial testis, naik ke dalam ruang abdominal melalui saluran inguinal, melintasi sebelah ventral ke ureter, dan menembus ke permukaan medial dorsal dari prostat dan membuka ke dalam urethra prostatik lateralis ke ujung urethra, lipatan longitudinal pada aspek dorsal dari lumen urethra. Pada anjing tidak terdapat ampulla. Pembuluh darah utama yang menyuplai duktus deferens adalah arteri dan vena dari duktus deferens dan arteri rektal sebelah tengah (Junaidi 2006).

(30)

Korda spermatikus terdiri dari empat komponen yaitu duktus deferens, musculus cremaster, arteri dan vena spermaticus (Allen 1992). Korda spermatikus membungkus di mesoduktus deferen dan mesorkium, tunika parietalis, dan fascia spermatikus yang membentuk prosessus vaginalis.

Struktur ini keluar melalui saluran inguinal sepanjang duktus deferens. Cincin vaginal dibentuk dimana korda spermatikus dan prosessus yang berhubungan dengan vaginalis memasuki cincin inguinal yang dalam. Saluran inguinal membuka sepanjang muskulatur abdominalis berhubungan dengan cincin inguinal dalam dan superficial, dikelilingi oleh otot-otot abdominuserektus medial, otot abdominal internalis, dan selaput urat dari otot abdominal eksterna lateralis dan caudalis (Junaidi 2006).

Kelenjar prostat adalah satu-satunya kelenjar aksesoris pada anjing. Prostat dibagi ke dalam dua lobus utama oleh septum fibrosa medial. Prostat berada dalam ruang pelvis setelah kurang lebih umur dua bulan dan sampai dewasa kelamin. Ada korelasi positif dari berat prostat, panjang, lebar dan tebal, dan volume dengan umur, akan meningkat sampai umur 11 tahun dan sesudahnya setelah tua terjadi involusi.

Kelenjar prostat mempunyai konsistensi yang elastis dan pada anjing dewasa ukurannya bervariasi dengan panjang , lebar dan tebal minimal 1.4-1.9 cm sampai maksimal 2.5-2.8 cm, dengan volume 6-15 ml, berat absolut 1.7-14.5 g, dan berat dalam hubungan dengan berat badan adalah 0.21-0.57 per kg (Junaidi 2006).

Penis anjing walaupun dalam keadaan tidak ereksi adalah organ yang keras dan menumpang dengan kuat ke dinding ventral abdomen dengan preputium yang melekat sepanjang sudut dorsal, kecuali pada bagian ujungnya. Penis anjing terdiri dari tiga bagian utama yaitu radix, corpus dan gland penis. Pada akhir proksimal dari ekor penis terdapat dua badan erektil kavernosa vaskularis, korpora kavernosa dilekatkan oleh jaringan konektif yang tebal ke sisi kiri dan kanan dari arkus ischiadikus diantara tuberositas ischialis.

(31)

Preputium adalah kantung atau lipatan kulit yang berambut yang menutupi paling tidak separuh panjang dari tulang penis, termasuk pars longa glandis dan bagian anterior dari bulbus glandis. Preputium mencegah ujung dari organ yang tidak ereksi menggantung terlalu jauh dari dinding abdomen.

Spermatogenesis dan Produksi Semen

Spermatogenesis adalah sejumlah transformasi yang menghasilkan pembentukan spermatozoa dari spermatogonia dimana jumlah spermatogonia dipertahankan. Spermatogenesis terdiri dari spermatositogenesis (pembentukan spermatid dari spermatogonia) dan spermiogenesis (diferensiasi spermatid ke dalam spermatozoa). Spermatogenesis terjadi dalam ephitelium germinalis dari tubulus seminiferus.

Pada fetus jantan, sel-sel kecambah primordial dibedakan ke dalam gonosites yang mengalami mitosis selama kehidupan fetal dan prepubertal yang dibedakan ke dalam spermatogonia. Perkembangan sel kecambah kemudian berhenti di tubulus seminiferus sampai permulaan pubertas (Hewitt 1997).

Durasi dari satu siklus sel paling tidak 13.6 hari. Total durasi dari spermatogenesis adalah 4.5 kali panjang dari satu siklus spermatogenik atau 62 hari pada anjing (Amann 1989). Daya hidup spermatosit primer adalah 20.9 hari; spermatosit sekunder 0.5 hari; spermatid 10.5 hari; dan spermatid memanjang 10.6 hari (Foote et al. 1972) selanjutnya spermatid dewasa dilepas ke dalam lumen.

Sesudah masuk ke dalam epididimis, butiran sitoplasma proksimal berpindah dari bagian kepala spermatozoa ke distal midpiece dan pada waktu itu sel sperma mencapai korpus epididimis. Secara struktural, spermatozoon dibagi ke dalam; kepala (mengandung nukleus dan akrosom dengan enzim akrosomal);

middle piece (mengandung mitokondria untuk metabolisme spermatozoon); dan ekor yang terdiri dari bagian utama dan bagian akhir (yang gerakan flagelnya memudahkan terjadi gerakan spermatozoa).

(32)

Pemeriksaan ejakulat memberikan informasi yang dibutuhkan tentang produksi semen. Jumlah spermatozoa di dalam ejakulat berhubungan dengan frekuensi ejakulasi dan waktu istirahat kelamin pejantan. Jumlah ejakulat yang cukup diperlukan sebelum epididimal spermatozoa ditentukan. Ada korelasi yang nyata diantara total lebar skrotum, berat sepasang testes, berat parenkima testikuler, produksi semen setiap hari, dan sperm output pada anjing. Produksi semen setiap hari di dalam testis pada anjing adalah 16 x 106 per gram testis. Ini kelihatan menjadi tidak efisien dibandingkan dengan spesies lain, tetapi kemungkinan berhubungan dengan panjangnya durasi spermatogenesis pada anjing. Anjing yang besar secara umum jumlah spermatozoa di dalam ejakulat lebih besar daripada anjing kecil (Hewitt 1997).

Umur hewan jantan juga mempengaruhi jumlah spermatozoa yang diproduksi. Anjing jantan mencapai pubertas rata-rata umur 9 bulan, beberapa minggu lebih lambat dibandingkan dengan betina. Tinggi atau rendahnya temperatur dapat mengganggu produksi semen, seperti juga radiasi, beberapa obat-obatan, defisiensi vitamin A, diet yang terbatas dan racun kimia. Panjang periode tidak kawin berpengaruh pada jumlah spermatozoa dalam ejakulat. Jika hal tersebut lama, sistem duktus jantan menjadi kongesti dengan spermatozoa tua, dan itu akan dikeluarkan dari sistem, baik dalam semen maupun dalam urin (Hewitt 1997).

Endokrinologi Reproduksi Anjing Jantan

Fisiologi reproduksi hewan jantan dikontrol secara endokrin dengan dua gonadotropin, Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofise anterior. Hipofise anterior bertanggung jawab untuk berbagai hormon yang mengontrol banyak aspek dari aktivitas fisiologik.

Menurut Garner dan Hafez (1993), Gonadotropin Releasing Hormone

(33)

sebagian akan masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh untuk memelihara organ kelamin primer dan sekunder jantan dan mempengaruhi libido. Sebagian dari testosteron akan masuk ke dalam tubuli seminiferi dan ditangkap oleh ABP untuk spermatogenesis tahap akhir (spermiogenesis).

Perilaku Kawin

Feromon yang keluar melalui leleran vagina dan urin dari betina yang estrus dapat menarik pejantan dari jarak tertentu, dan pejantan akan mencari sewaktu mengikuti betina estrus. Sewaktu berada serumah dengan betina yang estrus, anjing dapat menolak untuk makan atau minum selama beberapa hari. Beberapa anjing juga sangat vokal dan menggonggong selama beberapa hari. Beberapa dapat mencoba untuk lari dengan menabrak pintu atau jendela, menggali lantai di kandangnya atau melompat pagar.

Sewaktu pejantan bertemu betina yang estrus, gerakan tubuhnya biasanya menunjukkan sikap menggoda, tergantung pada status sosialnya. Pejantan mendekati betina dengan ekor yang bergoyang dan telinganya berdiri dan biasanya menghindari tatapan pada betina. Pejantan dapat berdiri di samping betina jika dibolehkan untuk mendekat dan menjilati telinga dan mulut betina. Jika ditanggapi, pejantan akan menciumi betina dan menaruh kakinya pada belakang betina atau menyandarkan kepalanya di bagian belakang betina. Jika betina menerima, pejantan akan menaiki sesudah melakukan sedikit pemanasan. Jika betina enggan, pejantan akan mengajak bermain dengan merendahkan bagian depannya, berbaring atau mengundang betina untuk mendekatinya.

(34)

Koleksi Semen

Koleksi semen adalah kegiatan pengambilan spermatozoa pada spesies tertentu yang diperlukan untuk pelaksanaan inseminasi buatan yang akan dilanjutkan dengan pengenceran sebagai pengawetan semen jangka pendek. Koleksi semen sangat diperlukan sebagai bagian dari pemeriksaan reproduksi yang lengkap.

Sebelum melakukan koleksi semen pada anjing jantan, idealnya anjing istirahat kelamin beberapa hari sebelumnya. Koleksi semen pada anjing paling mudah dilakukan dengan masturbasi dengan ataupun tanpa sarung tangan, meskipun beberapa operator lebih suka menggunakan vagina buatan.

Respons individu terhadap teknik koleksi semen ini berbeda. Sebagian anjing akan ejakulasi di sembarang tempat sementara yang lain hanya pada lingkungan yang sudah dikenalnya misalnya rumah, atau hanya dapat dikoleksi jika ditunggui oleh pemiliknya. Ada beberapa anjing yang dapat ejakulasi tanpa kehadiran betina yang estrus sedangkan lainnya tidak. Beberapa anjing tidak dapat ejakulasi pada koleksi pertama kali, dan koleksi sangat sulit pada pejantan yang pemalu, sehingga perlu dilakukan beberapa kali koleksi untuk mendapatkan semen.

Persyaratan terbaik untuk memperoleh sampel adalah lingkungan yang sudah dikenal oleh anjing, di lantai atau meja dengan permukaan yang tidak licin, dengan hadirnya betina estrus dan tanpa hadirnya banyak orang. Keseluruhan manipulasi harus dilakukan dengan halus dan lembut, tidak tergesa-gesa dan hindari kebisingan. Anjing sebaiknya diberi kesempatan untuk mengenal ruangan terlebih dahulu. Terkadang anjing muda masih malu dan harus ditempatkan di belakang betina untuk memacu mereka untuk bisa menaiki (Junaidi 2006).

Menurut Boucher et al. (1958), manipulasi dengan tangan atau jari lebih baik daripada dengan vagina buatan, dan manipulasi dengan tangan telah terbukti berhasil khususnya untuk anjing yang belum berpengalaman. Beberapa anjing lebih suka dengan tangan yang memakai sarung tangan (Macpherson 1967).

(35)

Semen dikoleksi dari sisi kiri anjing dengan tabung koleksi di tangan kiri dan tangan kanan menggenggam penis. Preputium dengan pelan ditarik ke belakang di belakang bulbus glandis dan dengan ibu jari dan keempat jari memijat penis atau masase yang cukup di belakang bulbus glandis menghasilkan ereksi penuh. Preputium tidak dapat ditarik ke belakang melewati bulbus jika sudah terjadi ereksi sempurna.

[image:35.595.108.512.447.555.2]

Dalam 20 detik ejakulasi dimulai dan reflek ejakulasi bertahan selama 1-22 menit (Dubiel 1972). Jangan biarkan penis menyentuh gelas koleksi karena kontak yang keras akan melukai penis dan menghambat koleksi berikutnya. Karena ejakulasi berfraksi, pemisahan koleksi dari setiap fraksi dapat dilakukan dengan mengganti tabung koleksi. Sesudah faksi kedua yaitu fraksi yang kaya spermatozoa, anjing akan mencoba mengangkat salah satu kaki belakang melewati lengan operator, seperti kebiasaan anjing dalam perkawinan alami dimana anjing jantan mengangkat kaki dan memutar ke belakang. Kemudian koleksi harus dihentikan untuk menghindari pencampuran dengan sekresi dengan kelenjar prostat atau fraksi ketiga yang jernih dan transparan.

Tabel 1 Perbandingan durasi dan volume ejakulasi antara penggunaan vagina buatan dan masturbasi

Masturbasi tanpa vagina buatan Vagina buatan

Durasi

Durasi Vol (ml) Rata-rata Kisaran Vol (ml)

Fraksi 1 2.7d±0.3d 0.9±0.0 13.5d 5 - 90 0.1-3.0

Fraksi 2 5.2d±0.4d 2.6±0.1 54.5d 5-200 0.5-4.0

Fraksi 3 8m±0.1m 9.2±0.3 6m55d 1-20m 1 - 30

d = detik m = menit

(36)

Peralatan yang digunakan harus bersih dan dihangatkan terlebih dahulu. Koleksi semen pada anjing yang masih muda sering harus dipacu dengan stimulasi manual beberapa kali untuk dapat meningkatkan ketertarikan dalam proses seksual (Seager 1978). Beberapa anjing sangat antusias dengan gerakan koitus yang kuat ketika ejakulasi fraksi pertama, sehingga menyebabkan koleksi menjadi sangat sulit. Pada kasus ini penggunaan vagina buatan lebih baik untuk memudahkan penampungan dan mengurangu resiko luka akibat gesekan penis dengan tabung koleksi.

Penggunaan betina teaser tidak perlu ras yang sama dengan pejantan, tetapi paling tidak besarnya sama. Jika tidak didapati betina teaser yang estrus, beberapa peneliti melaporkan telah berhasil memakai feromon methyl-p-hydroxybenzoate yang diterapkan pada vulva betina tidak estrus, tetapi beberapa anjing tidak respons terhadap komponen tersebut (Goodwin et al. 1979). Alternatif lain dengan swab dari leleran betina estrus yang bebas penyakit dapat disimpan dan dibekukan, kemudian di thawing dan digunakan untuk memancing anjing jantan sebelum koleksi semen (Purswell et al. 1992).

Evaluasi Semen

Sebelum pemeriksaan, semen harus disimpan pada suhu 35 sampai 37°C hingga pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan, sesudahnya dapat disimpan di temperatur ruangan. Tabung semen harus disimpan dalam rak dan bagian yang terbuka darus ditutup dengan parafilm. Evaluasi semen meliputi pengukuran volume, warna, pH dari faksi ketiga (cairan prostat), motilitas (persentase spermatozoa motil yang progresif), konsentrasi dan jumlah total spermatozoa dalam ejakulat, persentase morfologi normal spermatozoa, dan penilaian sitologi cairan seminal dan kultur mikrobial.

Kualitas semen anjing bervariasi tergantung pada lingkungan dimana anjing dikoleksi, adanya penyakit pada saluran reproduksi pejantan, penyakit sistemik, umur, ras, dan musim. Anjing yang sangat muda dan terlalu tua memiliki kualitas semen yang jelek.

(37)
[image:37.595.116.515.180.364.2]

Tabel 2 Kualitas semen pada anjing normal

Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Total ejakulat

Volume (ml) 0.5-5.0 1.0-4.0 1.0-80.0 2.5->80.0

Warna Jernih Putih susu Jernih Putih susu

Konsentrasi (106/ml) - 4-400 - 4-400

Total sperm per

ejakulat (106/ml) - 300-2000 - 300-2000

Motilitas spermatozoa

progresif (%) - >70% - >70%

Morfologi spermatozoa

normal (%) - >80% - >

pH - - 6.3-6.7 6.3-6.7

Semen yang kualitasnya bagus berwarna seperti susu. Sampel yang berwarna suram harus diuji secara mikroskopik untuk mengetahui ada tidaknya spermatozoa, karena terkadang ejakulat yang mengandung banyak droplet lemak atau bakteria dan sel-sel radang tampak seperti normal. Warna kuning menunjukkan kontaminasi dengan urin atau eksudat radang, hijau menunjukkan eksudat purulen, merah menunjukkan darah, coklat menunjukkan darah lama yang biasanya berasal dari prostat, dan sampel jernih menunjukkan azoospermia.

Status motilitas dapat diekspresikan menurut skala. Ini secara subjektif dinilai dari skala 0 sampai 5, dimana 0 tidak ada gerakan (necrospermia) dan 5 gerakan ke depan yang sangat cepat. Persentase secara berurutan 1-5 yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% motil. Normal semen anjing yang fertil biasanya diantara 3 dan 5, dan semen yang digunakan untuk pengawetan dengan pembekuan (kriopreservasi) harus mempunyai gerakan ke depan yang cepat diutamakan pada nilai 5 sebelum dibekukan. Pada semen anjing tidak memiliki gerakan yang khas seperti pada semen sapi, tetapi gerakan yang acak dan cepat.

(38)

yang dikoleksi dan dapat berkisar dari 4 sampai 400 juta per ml. Konsentrasi dapat dihitung dengan hemasitometer, spektrofotometer atau penghitung otomatis (automatic cell counter). Konsentrasi harus ditentukan untuk menghitung jumlah total spermatozoa dalam ejakulat. Jumlah total spermatozoa per ejakulat adalah ukuran yang paling akurat dari produksi spermatozoa. Jumlah total spermatozoa dikalkulasi dengan mengalikan volume yang kaya spermatozoa.

Jumlah total spermatozoa pada ejakulat anjing normalnya antara 300 juta sampai 2 milyar (Johnston et al. 1982). Perkalian konsentrasi dalam jumlah per ml dengan volume spermatozoa menghasilkan jumlah total spermatozoa per ejakulat (juta/ml). Kisaran yang lebar dari total spermatozoa pada ejakulat anjing menunjukkan bahwa produksi spermatozoa tergantung pada berat jaringan testikuler, sehingga anjing ras kecil tidak memproduksi spermatozoa sebanyak anjing ras besar dengan testis yang lebih besar. Untuk fertilitas optimal diperlukan 200 x 106 spermatozoa.

Pengawetan Semen

Pengenceran semen adalah penambahan bahan pada spermatozoa yang dapat mempertahankan longivitas spermatozoa lebih lama dibandingkan dengan ketahanan aslinya. Pengenceran dilakukan untuk membuat semen yang dikoleksi lebih awet sehingga dapat dipergunakan sewaktu-waktu dalam tempo jangka pendek pada pengenceran dan jangka panjang pada pembekuan. Rota (1998) mengkombinasikan bahan Tris-kuning telur fruktosa untuk preservasi semen dan Tris-kuning telur glukosa untuk kriopreservasi semen anjing. Pena (1999) menggunakan bahan Tris sitrat-kuning telur glukosa di dalam uji konsentrasi semen anjing post-thawing, sementara Rijsselaere et al. (2001) menggunakan Tris sitrat-kuning telur fruktosa pengenceran semen anjing yang dilihat dari longevitasnya setelah sentrifugasi

(39)

Buffer digunakan untuk menjaga keseimbangan ion dan pH di dalam larutan pengencer. pH optimal dari pengencer semen cair adalah 6.75 sampai 7.50. Osmolalitas optimal adalah 300 sampai 325 mOsm. Penggunaan

zwitterionik buffer, seperti tris (hydroxymethyl) aminomethane, dan potassium

buffer seperti potassium hydroxide telah dilaporkan pada pengencer semen anjing (Smith 1984). Sodium sitrat mengikat logam berat pada plasma seminal. Penggunaan bahan pengencer yang mengandung buffer tris yang telah secara universal digunakan untuk semen beku sapi (Davis et al. 1963; Anzar & Graham 1995); semen kambing (Suwarso 1999); semen domba (Hahn 1972; Maxwell & Salamon 1993); semen ayam (Sexton 1978; Abdillah 1999). dan semen anjing (Yildiz et al. 2000).

Antibiotika yang sering ditambahkan ke dalam pengencer adalah penisilin dan streptomisin, baik digunakan secara bersamaan maupun terpisah (Laing 1979). Penisilin merupakan antibiotik golongan betalaktam yang bekerja pada bakteri gram positif, sedangkan streptomisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bekerja pada bakteri gram negatif (Ganiswara 1995). Menurut Martin (1989), kombinasi dari penisilin dan streptomisin dapat bekerja secara sinergis dalam mengatasi bakteri gram positif dan gram negatif.

Glukosa, dekstrosa dan laktosa dapat menjadi sumber energi pada pengencer semen anjing. Cairan seminal anjing memiliki konsentrasi fruktosa yang sangat rendah dibandingkan cairan seminal pada spesies lain, kemungkinan disebabkan karena anjing jantan tidak mempunyai vesikula seminalis. Fruktosa dapat digunakan sebagai sumber energi bagi spermatozoa anjing. Fruktosa merupakan bahan pengencer semen yang sering digunakan pada anjing dan rubah (Bateman 2001). Dari hasil penelitian terhadap metabolisme dari semen segar pada anjing yang diencerkan pada 10 mM glukosa dan fruktosa, diindikasikan bahwa fruktosa lebih efisien dibandingkan dengan glukosa di dalam menghasilkan level energi (ATP) pada spermatozoa (Rigau et al. 2001), diindikasikan pula bahwa fruktosa memiliki peran sebagai aktivator spermatozoa setelah proses ejakulasi.

(40)

penyimpanan yang lama menginduksi reduksi dari integritas membran plasma. Persentase spermatozoa dengan membran plasma rusak akan meningkat setelah didinginkan. Dengan penambahan karbohidrat, kerusakan membran plasma dapat dikurangi. Konsentrasi karbohidrat memiliki efek protektif terhadap integritas membran plasma. Fruktosa mempertahankan motilitas spermatozoa paling tinggi dibandingkan glukosa dan campurannya (Panglowhapan et al. 2003).

Pada penggunaan Tris-kuning telur dan fruktosa sebagai bahan pengencer semen anjing di dalam suhu 4oC, terjadi penurunan kualitas yang cukup besar pada hari pertama penyimpanan lalu kemudian stabil pada penyimpanan hari ke dua (Rota 1998).

Laktosa dapat mereduksi senyawa pengoksidasi ion logam seperti tembaga (Cu) dan perak (Ag) dalam suasana basa (Girinda 1990). Dengan adanya sifat pereduksi laktosa diharapkan dapat melindungi spermatozoa dari senyawa-senyawa pengoksidasi pengganggu sehingga fertilitas spermatozoa dapat terjaga. Menurut Guyton dan Hall (1997), molekul glukosa dapat menjadi sumber energi bagi spermatozoa dan merupakan substrat utama dalam metabolisme karbohidrat dengan proses glikolisis

Kuning telur dan gliserol adalah komponen yang paling sering digunakan dalam pengencer semen anjing untuk melindungi spermatozoa dari cold shock

dan kerusakan selama pembekuan dan thawing. Persentase dari spermatozoa motil yang progresif setelah pembekuan adalah tertinggi dengan menggunakan pengencer yang mengandung kuning telur 20% dari volume, dibandingkan dengan 5 atau 10% (Davies 1990). Penggunaan Tris-kuning telur memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pengencer lain dimana dapat mempertahankan motilitas spermatozoa lebih dari 50%, integritas dari membran plasma, dan akrosom normal pada penyimpanan selama hari ke dua dan tiga sementara pada hari ke empat tidak ada perbedaan antara pengencer Tris-kuning telur dan Susu-Tris-kuning telur (Rota 1998). Kuning telur biasa dipakai sebagai bahan pengencer untuk preservasi dan kriopreservasi dikarenakan di dalamnya terkandung bahan fosfolipid (Quinn et al. 1980) dan low-density

(41)

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di beberapa tempat, antara lain :

1. Koleksi semen dilakukan di Pondok Gede Bekasi, Sawangan Depok, Cinangneng Bogor dan Taman Yasmin Bogor.

2. Pengamatan kualitas semen dilakukan di lokasi penampungan semen. 3. Pengamatan semen cair dan morfologi spermatozoa akan dilakukan di

laboratorium Ilmu dan Teknologi Reproduksi (IB), Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) FKH-IPB

Penelitan akan dilaksanakan selama satu tahun mulai Juni 2007 sampai dengan Juni 2008

Materi Penelitian

Hewan percobaan

Sebagai sumber semen digunakan empat ekor anjing Retriever jantan dengan dua ekor anjing ras Golden Retriever dan dua ekor anjing ras Labrador Retriever dengan umur rata-rata 2 – 4 tahun dalam kondisi kesehatan (reproduksi) yang baik. Keempat anjing Retriever yang digunakan berstatus

champion yang biasa digunakan sebagai pemacek. Anjing tersebut ditempatkan pada kandang yang baik dengan manajemen pemeliharaan yang benar dan diberikan pakan dog food.

Peralatan penelitian

(42)

Bahan penelitian

[image:42.595.110.551.223.460.2]

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar anjing Retriever, bahan pengencer (Tabel 3), kertas saring, pewarna eosin-nigrosin, pewarna Williams, NaCl fisiologis, Milli-Q Water, Aquadestilata, formolsaline dan alumunium foil.

Tabel 3 Komposisi bahan pengencer yang digunakan dalam penelitian

Pengencer Komposisi Bahan

Pengencer Tris-glukosa Tris-fruktosa Sitrat-glukosa Sitrat-fruktosa

Tris (gram) 0,24 0,36

Asam sitrat (gram) 0,14 0,19

Fruktosa (gram) 0,05 0,125

Sodium sitrat (gram) 0,145 0,145

Glysine (gram) 0,093 0,093

Glukosa (gram) 0,08 0,125

Kuning telur (ml) 2 2 2 2

Penisilin (µl/ml) 1000 1000 1000 1000

Streptomisin (mg/ml) 1 1 1 1

Aquabidest (ml) ad. 10 10 10 10

Tekanan Osmotik (mOsm) 0.478 0.535 1.174 1.242

Keterangan : Tris-Kuning Telur-Glukosa (Pena & Forsberg 2000) Tris-Kuning Telur-Fruktosa (Gunay et al. 2004) Sitrat-Kuning Telur-Glukosa (Moss et al. 2000 )

Sitrat-Kuning Telur-Fruktosa (Moss et al. 2000, modified )

Metode Penelitian

Penampungan Semen

(43)
[image:43.595.234.384.82.236.2]

Gambar 4 Metode masase pada penis anjing

(Sumber : Anonimous 2008b)

Evaluasi Semen

Semen segar anjing Retriever yang diperoleh dari penampungan dengan menggunakan teknik masase segera dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis yang meliputi :

1. Volume. Volume dapat dibaca pada gelas penampung yang memiliki skala. Setiap fraksi dari koleksi semen diukur volumenya.

2. Warna. Warna dilihat secara visual setelah penampungan.

3. pH. pH ditentukan dengan menggunakan kertas pH spesial indikator (skala 6.4 sampai 8.4).

4. Konsistensi. Konsistensi diamati dengan cara memiringkan tabung dan mengembalikan ke tempat semula.

5. Konsentrasi. Metode penghitungan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan menggunakan haemositometer (pada kamar hitung Neubauer). 6. Gerakan massa. Gerakan massa semen segar yang belum diencerkan

diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 kali.

7. Persentase motilitas spermatozoa. Penilaian motilitas dengan cara penaksiran persentase spermatozoa yang bergerak maju/ progresif.

8. Persentase spermatozoa hidup. Penilaian persentase hidup spermatozoa menggunakan pewarnaan diferensial dengan larutan eosin-nigrosin. 9. Persentase morfologi spermatozoa (normal dan abnormal). Penentuan

persentase morfologi spermatozoa menggunakan pewarnaan Williams.

(44)

dalam suhu 5°C dan suhu ruangan. Pengamatan pada suhu suhu 5°C dilakukan setiap 12 jam sekali dan tiga jam sekali pada suhu ruangan. Dari setiap pengamatan dilihat dua parameter yaitu spermatozoa motil dan spermatozoa hidup.

Evaluasi Pasca Pengenceran

Evaluasi meliputi semen anjing tanpa pengenceran yang dievaluasi setiap tiga jam sekali pada suhu ruangan, semen anjing dengan empat pengencer yang dievaluasi setiap tiga jam sekali pada suhu ruangan dan semen anjing dengan empat pengencer yang dievaluasi setiap 12 jam sekali pada suhu sekitar 5°C. Parameter yang diamati meliputi persentase motilitas, persentase spermatozoa hidup dan persentase spermatozoa abnormalitas.

Persentase motilitas adalah persentase spermatozoa yang bergerak maju ke depan dibandingkan dengan semua spermatozoa yang teramati (dalam lapang pandang). Persentase motilitas dihitung dengan menggunakan mikroskop pembesaran objektif 40 kali. Penilaian diberikan dari angka 0% - 100%. % 100 X teramati yang a spermatozo Jumlah progresif motil a spermatozo Jumlah motil a spermatozo Persentase =

Persentase spermatozoa hidup adalah persentase spermatozoa yang hidup dan dihitung dengan mikroskop pembesaran objektif 40 kali menggunakan pewarnaan diferensial dengan menggunakan larutan eosin-nigrosin. Spermatozoa yang hidup ditandai dengan kepala yang tidak menyerap warna (transparan) sedangkan spermatozoa yang mati ditandai dengan kepala yang berwarna merah. Jumlah spermatozoa yang diamati minimal 200 ekor spermatozoa. % 100 X dihitung yang a spermatozo total Jumlah hidup a spermatozo Jumlah hidup a spermatozo Persentase =

(45)

lapang pandang, dihitung menggunakan mikroskop pembesaran 40 kali dengan menggunakan pewarnaan Williams.

% 100

X dihitung yang

a spermatozo total

Jumlah

abnormal a

spermatozo Jumlah

abnormal a

spermatozo

Persentase =

Rancangan Percobaan

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas semen segar

Dari beberapa kali penampungan semen segar pada fraksi ke dua anjing Retriever didapatkan data rataan umum sebagai berikut; volume sebesar 1.95±0.01 ml, berwarna putih keruh atau putih susu dengan konsistensi yang sedang, pH sebesar 6.43±0.00, persentase motilitas sebesar 70±0.08%, persentase spermatozoa hidup sebesar 84.51±0.03%, dan konsentrasi spermatozoa sebesar sebesar 407.50 ±1.02 juta/ml.

Volume semen segar pada fraksi ke dua anjing Retriever dari rataan keempat sample adalah 1.95±0.01 ml. Hasil ini masih berada pada interval volume fraksi ke dua semen anjing normal seperti yang dilaporkan oleh Junaidi (2006) yaitu antara 1.0 – 4.0 ml dan tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh England dan Allen (1989) sebesar 1.2±0.7 ml. Namun berdasarkan jumlah volume menurut Rijsselaere et al. (2001) yang dilakukan pada anjing Anglo-Normands dan German Shepherd menunjukkan jumlah 3.9±1.16 ml.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh ras anjing, umur, dan juga ukuran anjing yang berbeda. Kualitas semen anjing bervariasi tergantung pada lingkungan dimana anjing dikoleksi, adanya penyakit pada saluran reproduksi pejantan, penyakit sistemik, umur, ras, dan musim. Anjing yang sangat muda dan terlalu tua memiliki kualitas semen yang tidak baik (Junaidi 2006). Volume semen anjing normal berkisar antara 1 sampai 80 ml (Johnston 1991). Volume tidak menunjukkan kualitas semen karena bergantung dari cairan prostat sewaktu koleksi semen yang terjadi selama 20 menit (Dubiel 1976).

(47)

Derajat keasaman (pH) semen anjing Retriever yang diperoleh rata-rata 6.43±0.00. Hasil ini masih berada pada kisaran pH semen anjing fraksi ke dua sebesar 6.3 – 6.7 (Junaidi 2006).

[image:47.595.143.483.421.605.2]

Secara mikroskopis, motilitas spermatozoa adalah dengan melihat gerakan individu spermatozoa berupa gerakan progresif ke depan. Menurut Junaidi (2006), semen anjing tidak memiliki gerakan yang khas seperti pada semen sapi, tetapi gerakan yang acak dan cepat. Pada hasil pengamatan semen segar, diperoleh rataan motilitas spermatozoa anjing Retriever sebesar 70±0.08%. Hasil ini masih berada pada interval motilitas anjing normal yang dikemukakan oleh England dan Allen (1989) sebesar 69 – 95%, namun di bawah rataan normal yaitu 89.5±7.60%. Hasil ini tidak begitu menyimpang jauh dengan hasil penelitian Rota et al. (1995) sebesar 78.6±13.6. Hasil ini juga di bawah dari rataan hasil penelitian Rijsselaere et al. (2001) yaitu sebesar 87.9±4.90. Karakteristik ini berbeda dikarenakan adanya variasi perbedaan pada setiap ras anjing (Rijsselaere et al. 2001). Sementara menurut Junaidi (2006), persentase motil progresif pada fraksi ke dua >70%.

Tabel 4 Karakteristik semen segar rata-rata keempat anjing Retriever

Parameter Nilai Rataan Makroskopis :

Volume (ml) 1.95±0.01

Warna Putih keruh/susu

Konsistensi Cukup kental

pH 6.42±0.00

Mikroskopis :

Motilitas (%) 70±0.08

Spermatozoa Hidup (%) 84.51±0.03 Spermatozoa Normal (%) 94.80±0.03 Konsentrasi (Juta/ml) 407.50±1.02

Rataan persentase spermatozoa hidup dari semua anjing yang diamati adalah 84.51±0.03%. Hasil ini di bawah dari hasil penelitian Rijsselaere et al.

(48)
[image:48.595.183.439.146.358.2]

Rijsselaere et al. (2001) yaitu 90.4±2.40%. Sedangkan menurut Junaidi (2006), persentase morfologi normal semen anjing fraksi ke dua >80%.

Gambar 5 Spermatozoa hidup (kepala putih) dan spermatozoa mati dengan (kepala merah) dengan pewarnaan eosin-nigrosin

Jumlah rataan konsentrasi keempat anjing Retriever sebesar 407.50 ±1.02 juta/ml. Hasil ini masih berada pada rataan menurut England dan Allen (1989) antara 60-550 juta/ml dengan rataan 299.6±127.90 juta/ml dan masih berada pada kisaran 300-2000 juta/ml pada semen anjing fraksi ke dua menurut Junaidi (2006). Sementara itu, hasil ini berada di atas penelitian Rijsselaere et al.

(2001) yang hanya sebanyak 204±75.60 juta/ml. Konsentrasi bukanlah indikator kualitas semen pada anjing, kecuali pada kasus tersebut tidak ada spermatozoa dalam ejakulat. Dalam ejakulat yang mengandung spermatozoa, konsentrasi tergantung pada jumlah cairan prostat yang dikoleksi dan dapat berkisar dari 4 sampai 400 juta per ml (Junaidi 2006).

Kualitas semen cair pada suhu 5

o

C

(49)

setiap pengencer maupun lamanya penyimpanan. Hasil rataan motilitas spermatozoa pada 24 jam pertama sebesar 50.33%, pada 24 jam kedua 26.68%, pada 24 jam ketiga 11.68%, dan 24 jam terakhir 3.78%. Sementara untuk hasil rataan spermatozoa hidup pada 24 jam pertama sebesar 62.69%, pada 24 jam kedua 36.56%, pada 24 jam ketiga 18.19%, dan 24 jam terakhir 7.37%. Hasil ini menunjukkan baik persentase motilitas spermatozoa maupun spermatozoa hidup menunjukkan pola penurunan yang sama yaitu tinggi pada 24 jam pertama dan lebih rendah pada 24 jam selanjutnya. Penurunan persentase lebih tinggi pada motilitas spermatozoa dibandingkan dengan spermatozoa hidup dikarenakan penggunaan ATP lebih banyak dan tertinggi untuk motilitas spermatozoa.

Dari keempat pengencer yang dipakai untuk preservasi semen anjing Retriever, terlihat adanya hasil yang berbeda nyata (p<0.05) untuk Tris-fruktosa dibandingkan dengan ketiga pengencer lainnya. Hal ini berlaku untuk rataan keempat anjing Retriever yang diteliti dan juga berpengaruh kepada kedua parameter yang diukur untuk melihat longivitas semen yaitu motilitas spermatozoa dan spermatozoa hidup.

(50)
[image:50.595.114.511.124.292.2]

Tabel 5 Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % motilitas spermatozoa keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu 5 oC

Pengamatan Jenis pengencer

(Jam ke-) Tris-glukosa Tris-fruktosa Sitrat-glukosa Sitrat-fruktosa

0

65.42±0.22c 67.08±0.22d 65.42±0.24c 59.17±0.22c

12

48.54±0.22c 57.19±0.21d 51.26±0.23c 43.44±0.21c

24

31.67±0.21b 46.25±0.21c 37.08±0.23b 31.16±0.21b

36

22.81±0.21b 35.10±0.21c 25.10±0.23b 22.29±0.21b

48

15.10±0.21ab 26.67±0.21b 17.40±0.23a 9.58±0.21a

60

10.83±0.21ab 17.40±0.21b 10.83±0.23a 4.58±0.21a

72

8.13±0.21a 13.54±0.21ab 3.85±0.23a 2.29±0.21a

84

2.71±0.21a 10.83±0.21ab 0.00±0.23a 1.15±0.21a

96

0.00±0.22a 2.92±0.21a 0.00±0.23a 0.00±0.21a

Keterangan : huruf berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0.05)

Gambar 6 Penurunan rataan persentase motilitas spermatozoa anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada suhu 5 oC.

Dari Gambar 6 di atas bisa dilihat laporan penurunan persentase motilitas pada spermatozoa keempat anjing dengan Tris-fruktosa yang terbaik dibandingkan dengan pengencer lainnya. Yang kedua adalah Sitrat-glukosa, namun pada jam ke-60 Tris-glukosa dapat lebih mempertahankan motilitas dibanding Sitrat-glukosa.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 12 24 36 48 60 72 84 96

Pengamatan (jam ke-)

M

o

tilit

a

s

(

%

)

[image:50.595.116.506.304.561.2]
(51)
[image:51.595.123.502.130.323.2]

Tabel 6 Pengaruh preservasi berbagai pengencer terhadap % spermatozoa hidup keempat anjing Retriever pada penyimpanan suhu 5 oC

Jenis pengencer Pengamatan

(Jam ke-)

Tris-glukosa Tris-fruktosa Sitrat-glukosa Sitrat-fruktosa

0

80.56±0.27c 82.22±0.26d 75.26±0.27c 75.81±0.27c

12

60.77±0.26c 68.43±0.25d 62.19±0.27c 55.52±0.26c

24

46.11±0.26b 57.11±0.25c 46.95±0.27c 41.30±0.26b

36

32.29±0.26b 51.07±0.25c 33.76±0.26c 32.19±0.26b

48

24.59±0.26ab 34.48±0.25b 22.30±0.27b 16.55±0.26a

60

18.47±0.26ab 27.34±0.25b 18.51±0.26b 7.16±0.26a

72

13.68±0.26a 21.16±0.25ab 8.81±0.27ab 5.21±0.26a

84

7.32±0.26a 18.67±0.24ab 0.00±0.27ab 2.83±0.26a

96

0.00±0.26a 10.78±0.25a 0.00±0.27a 0.00±0.26a

108

0.00±0.26a 2.00±0.25a 0.00±0.27a 0.00±0.26a

Keterangan : huruf berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0.05)

Gambar 7 Penurunan rataan persentase spermatozoa hidup anjing Retriever dalam berbagai pengencer pada suhu 5 oC.

[image:51.595.106.507.341.590.2]

Persentase spermatozoa hidup pada semen anjing ini menunjukkan pola yang sama. Sejak pencampuran sampai dengan jam ke 84 penyimpanan, Tris-fruktosa menunjukkan keunggulannya dibandingkan ketiga pengencer lainnya (Tabel 6).

Berbeda dengan penurunan persentase motilitas spermatozoa, di dalam mempertahankan spermatozoa hidup, Tris-fruktosa dapat mempertahankan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 12 24 36 48 60 72 84 96 108

Pengamatan (jam ke-)

S p e rma h idu p ( %)

(52)

hingga jam 108 atau hari 5. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada jam ke-0 Tris-fruktosa memberikan hasil berbeda nyata dibandingkan ketiga pengencer lainnya sebesar 82.22±0.26. Hasil ini hanya dapat dipertahankan hingga jam ke-12, sedangkan pada jam ke-24 Tris-fruktosa tidak menunjukkan hasil beda nyata dengan Sitrat-glukosa. Sementara itu, tidak terdapat perbedaan jauh antara hasil Tris-glukosa dan Sitrat-fruktosa di dalam mempertahankan spermatozoa hidup. Jika dilihat pada Gambar 7 terlihat Tris-fruktosa paling baik di dalam mempertahankan spermatozoa hidup. Dii

Gambar

Gambar 1  Anjing Ras Golden Retriever
Gambar 2  Anjing Ras Labrador Retriever (Sumber: Anonimous  2006)
Tabel 1  Perbandingan durasi dan volume ejakulasi antara penggunaan vagina               buatan dan masturbasi
Tabel 2  Kualitas semen pada anjing normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu penyimpanan semen burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) dalam pengencer fosfat kuning telur yang disimpan pada suhu

Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai bahan pengencer dalam mempertahankan daya tahan hidup spermatozoa semen cair sapi Frisien Holstein (FH).. Semen

Penyimpanan dan penggunaan semen segar kambing Peranakan Etawa (PE) dengan menggunakan pengencer Tris Aminomethane kuning telur sebaiknya disimpan pada suhu ruang untuk

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa lama simpan semen pada suhu ruang setelah diencerkan dengan pengencer tris aminomethan kuning telur memberikan pengaruh

Dari Tabel 2 terlihat bahwa pemberian pengencer susu skim dengan tris kuning telur sangat nyata mempengaruhi persentase hidup spermatozoa sapi yang disimpan pada suhu

Spermatozoa kambing Boer dalam pengencer tris kuning telur dengan suplementasi fruktosa dapat disimpan hingga empat hari pada suhu 5 ° C dengan persentase

Kesimpulan dari kegiatan ini adalah penggunaan pengencer tris dengan tingkat fruktosa sebagai sumber energi (1; 1,5; 2 dan 2,5%) pada suhu inkubasi 39 o C tidak

Dapat disimpulkan bahwa penambahan plasma semen ke dalam spermatozoa asal cauda epididimis domba sebelum diencerkan dengan pengencer Tris atau 20 dan 25% AndroMed dapat