• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Strategy for Selecting Institutional Model and Financial Analysis of Sesame Agroindustry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Strategy for Selecting Institutional Model and Financial Analysis of Sesame Agroindustry"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI  PEMILIHAN  MODEL KELEMBAGAAN  DAN  KELA YAKAN FINANSIAL   AGROINDUSTRI WIJEN  

THE STRA TEGY FOR SELECTING INSTITUTIONAL MODEL AND FINANCIAl, ANALYSIS OF SESAME AGROINDUSTRY

Luluk Sulistiyo Budi l

, M. Syamsul Ma'arif 1, IIIah Sailah\ dan Sapta RaharjaZ I Program Sludi Agroteknologi, FakuUas Pertanian, Universitas Merdeka, Malliun  

E­mail:  luluksb@yahoo.eo.id  

lDepartemen Tcknologi  Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Perlanian,lnstitut Pertanian  Bogor  

ABSTRACT

Business institution is one of the important components to develop an agroindustry. The aim of this esearch was to find the appropriate institutional model for sesame agroindustry based on financial feasibility Inalysis comprises Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) and Net lIC Ratio. The method to develop strategy was Analytical Hirarchy Process (AHP) approach, while to choose In institution was exponential comparison method (MPE). The results ofanalysis showed that the mainfactor in (eveloping strategy of sesame agroindustry based on evaluation value were market demand (0.209), and '1aterial quality and availability (0. 198). The main actors were bussinessman (0. 129) and the local goverment 0.123). The main objective for sesame agroindustrial development was increasingfarmer income (0.216). The esults of analysis based on aggregate weighting showed that the appropriate development institutions were '1tegrated agroindustrial cooperative pattern (J 17,106,036) and self-sufficient bussiness pattern (107,560,765). lased on financial analysis, it was known that opportunity level (discount rate) was 20%, NPV was Rp '92,796,108.90, Net BIC was 1.27, IRR 22.04% and PBP was 1.34%. In conclusion, the development of the

esame-based agroindustry with cooperative institutional pattern was feasible.

セ・ケキッイ、@ " strategy, institution, cooperation, sesame agroindustry, financial analysis. PENDAHULUAN 

Pembangunan  pertanian  melalui  pengem­ langan  agroindustri  dengan  pendekatan  kelembaga­ n  merupakan  altematif yang  harus  dikembangkan.  Ial  ini  penting  karena  kelembagaan  dalam  suatu  .groindustri  atau  organisasi  adalah  unsur  esensial  'ang  merupakan  faktor  kunci  keberhasilan  erangkaian  kegiatan  atau  aktivitas  (Haris,  2006),  ,Ieh  karen a  itu,  harus  dilakukan  pemilihan  dan  engkajian  secara  benar  agar  diperoleh  suatu  pola  :e1embagaan  yang  sesuai  untuk  pengembangan  groindustri (Syam,  2006). 

Nasution  (2002)  mendefinisikan  kelembaga­ n  sebagai  suatu  sistem  organisasi  dan  kontrol  ter­ ladap sumberdaya yang sekaligus mengatur hubung­ n  antara  seorang  dengan  lainnya.  Walker  (1992); 

セイォ。、ゥ・@ (1990) dan  Robbins  (1996)  mendefinisikan  :elembagaan  atau  organisasi  adalah  kumpulan  .eberapa  orang  yang  secara  sadar  dengan  sebuah  .atasan  yang  relatif  dapat  diidentifikasi  dan  .erkerjasama  untuk  mencapai  tujuan.  Selanjutnya  Hbson  (1996) menyatakan organ isasi adalah kesatu­ n yang  memungkinkan  masyarakat  mencapai  suatu  LJjuan  yang  tidak dapat  dicapai secara  individu atau  .erseorangan.  Beberapa  pengertian  kelembagaan  ersebut  menunjukkan  bahwa  peranan  utama  :elembagaan  adalah  untuk  mengurangi  ketidak­ eraturan  dengan  menentukan  suatu  struktur  yang  tabil  bagi  interaksi manusia. 

Banyak  bentuk  kelembagaan  agroindustri  di  ndonesia yang telah ditelaah  seperti aliansi  strategis  ,ada  rotan  (Mulyadi, 200 I) dan  Karet (Haris, 2006),  emitraan usaha pola mini  pada kelapa sawit (Hasbi, 

2001),  Pola  kelompok  usaha  industri  kecil  jamu  (Kusnandar, 2006), Kemitraan (Sumardjo,  1999) dan  lain­lain.  Bentuk  kelembagaan  suatu  agroindustri  tidak  dapat  secara  serta  merta  diterapkan  pada  agroindustri  lainnya,  tidak  seperti  halnya  modal  dan  teknologi  (Syam,  2006).  Kusnandar  (2006)  menyatakan  bahwa  penerapan  kclembagaan  harus  disesuaikan dengan tujuan,  kebutuhan,  pelaku  utama  dan  sasaran  pengembangan  agroindustri  yang  akan  dilakukan.  Hal  ini  dimaksudkan  untuk  memperoleh  pengeJolaan usaha yang efektif dan efisien. 

Demikian  juga  kelembagaan  bagi  agro­ industri  wijen  yang  berbasis  sumberdaya  lokal  dinilai  prospektif untuk  dikembangkan  di  Indonesia  (Budi et.al., 2008).  Pengembangan  ini  diharapkan  dapat  berperan  besar  dalam  mempercepat  per­ tumbuhan  perekonomian  nasional  terutama  di  pedesaan  melalui  pengelolaan  dengan  pola  kelem­ bagaan yang tepat. 

Berdasarkan  uraian  tersebut  di  atas  sangat  perlu  dilakukan  suatu  penelitian  yang  mendalam  tentang  "Strategi  Pemilihan  Model  Kelembagaan  dan Kelayakan Finansial Agroindustri Wijen".  Tujuan dan Sasaran 

Penelitian  ini  bertujuan  menghasilkan  model  strategi  pengembangan  agroindustri  wijen  dengan  pendekatan  kelembagaan  yang  tepat  yang  dapat  digunakan  oleh  pengambil  keputusan  dalam  upaya  pengembangan agroindustri  wijen. 

Ruang Lingkup 

(2)

dengan  aspek  kajian  meliputi  faktor,  aktor,  tujuan,  pemilihan  kelembagaan  usaha,  dan  kelayakan  fmansial pada skala usaha industri keci!. 

METODOLOGI  PENELITIAN 

Kerangka Pemikiran 

Kerangka  pemikiran  penelitian  dikembang­ kan  dari  latar  belakang  dan  kajian  teoritis  untuk  dapat  membahas  permasalahan  yang  dihadapi  (Gambar  1).  Banyak  strategi  untuk  memanfaatkan  potensi  dengan  keunggulan  komparatif,  keunggulan  kompetitif dan  kelayakan  usaha serta didukung  oleh  faktor  internal  dan  eksternal.  Strategi  tersebut  umumnya  berupa  pengembangan  dengan  pendekat­ an  kelembagaan.  Kajian  komprehensif  diperlukan  untuk  menetapkan  strategi  yang  paling  sesuai  dan  tipikal bagi agroindustri wijen. 

Pendekalan Sislem

Pendekatan  sistem  adalah  metode  pemecah­ an  masalah  yang  dimulai  dengan  identi­fikasi  dan  analisis kebutuhan serta diakhiri dengan hasil berupa  sistem  operasi  yang  efektif  dan  efisien.  Sistem  didefinisikan  sebagai  seperangkat  elemen  atau  sekumpulan  entitas  yang  saling  berkaitan,  yang  dirancang  dan  diorganisir  untuk  mencapai  satu  atau  beberapa rujuan (Eriyatno,  1999). 

Sistem  dapat  didekati  melalui  dua  aspek,  yaitu  aspek  yang  berkaitan  dengan  perilaku  dan 

aspek  yang  berhubungan  dengan  struktur.  Perilaku  sistem  sendiri  berkaitan  dengan input dan output sedangkan struktur sistem  berkaitan dengan ウオウオョ。セ@ dari  rangkaian  antara  elemen­elemen  sistem.  Selanjutnya  disimpulkan  bahwa  dalam  memahami  fenomena  holistik,  perlu  menekankan  pendekatan  antar  disiplin  guna  mamahami  dunia  nyata  secara  efisien  (Eriyatno,  1999).  Selengkapnya  diagram  input-output seperti disajikan  pada Gambar 2. 

Analisis Kebutuhan 

Langkah  atau  tahapan  awal  yang  harus  dilakukan  dalam  pengkajian  suatu  sistem  adalah  analisis  kebutuhan  (Eriyatno,  1999).  Pada  tahapan  ini  dituntut  kehati­hatian,  karena  harus  benar­benar  dapat  mengidentifikasi  dan  mengakomodasi  semua  kepentingan  berdasarkan  kebutuhan  setiap  kompo­ nen  yang  terkait  dalam  sistem.  Kehati­hatian  diperlukan  terutama  dalam  menentukan  kebutuhan­ kebutuhan dari  semua orang dan  institusi yang dapat  dihubungkan  dengan  sistem  yang  telah  ditentukan.  Dengan demikian dapat dirancang suatu sistem yang  dapat  menunjukkan satu kesatuan yang utuh. 

Hal  tersebut  meliputi  manajer  atau  administrator  dari  sistem,  distributor  hasil  suatu  sistem,  pemakai  barang  atau  jasa  yang  berasal  dari  suatu sistem dan yang terakhir adalah perancang dari  sistem  itu  sendiri.  Analisis  kebutuhan  pe\aku  agroindustri berbasis wijen disajikan pada Tabel  I. 

MセMf。ォエoイャョエ・イョ。ャ@ Gセ@ セNォエッイeォウエ・イイゥBGMQ@

- Demografi - Kebijakan yang relevan

I

- Kelembagaan - Pasar

- 80sial Ekonomi - Pmspek I

- Infrastruktur - Kendala !  

) - Kebutuhan Masyarakat )

GMMMMMセセ]]⦅ャ

___

=­T­­­­­­

STRATEGIPENGEMBANGA::=, 

l

- Elemen kund stralegi pengembangan (faktor. aklor dan tujuan)

- Pemilihan pola kelembagaan usaha

agmindustri.

I

- Aoalisls kelayakan linaosial ⦅セ@

I / Potensl  ".

ャ⦅セMM

__

MMMMGeZセセ@

'­'  / 

Pang.mbangan  ­'\  ...

­ t ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ . . . j (   ­Keunggulan komparatif \ \ - Keunggulan kompelilif /

_ _' - ,,- Kelayakan usaha /

''­....  '

Oセ@

---

Alternatlf

­

セM⦅Lセセ@

( Strategl Pengembangan \

\ Agrolndustrl wlJen dengan )

GGMNNNNセMNGNGセセョ@

ォ・ャ・セ@

MLMLMMMセMMMM

KELUARAN PENGEMBANGAN

- Peningkatan pendapatan petani

- Peningkatan peluang kerja -...

- Kelembagaan agroindustri yang sehat,kuat dan berdayasaing

OAMPAK PENGEMBANGAN

- Petani dan Masyarakat Sejahtera

- Agroindustri Wijen Berkelanjutan

[image:2.599.168.484.426.727.2]

:

(3)

Luluk Sulis/(Yo Bud;, M. Syamsul Ma 'ad/. Illah Sailah, dan SapIa Raharja

Input Lln.kungan

• Kebl/akan pemer1nlah • Kondl.i SOsiS! Buday•

.. Sumber day. slam •   Ikllm 

イMMセMoオエーオt「ャォNィNョ、。ォゥᄋ@

Input T,ak Taf'kendall t .. Penlngkatan Nitaj Tamban

I" peningkatan Daya sa.ng Produk .. Produktifitas Lanan

'..

P,pingkatan pendapatsn PErtan; • PersSingan P asal" .. Penyerapan Tenaga Karja

I

Fluktuasi Harga Passr Protiu\( ; .. Kelembagaan yang tepat. sehat, .. Tingkat Suku Bunga l kuat dan berdaya sal ng

I

L"

Pertumbuhan ekonomi wilayaii

セMMMMコMMMMMMMMMMMLセMMMMMMMセイM

Strategi Pengembangan Agroindu&tri WiJen dengan Pettd.kalan kelembagaan

I Input T.tk."dah

Tingkat

k・エイ。ューゥj。セ@

SDM "Teknologi ProdukSf !.. KuaUtas aahan Baku i • NUal Investasi Usaha

lセZセ。D Z。セ セZBュ・@ Proouksl 

セMᄋMᄋMMᄋᄋMᄋMセセMセi@

[image:3.599.91.442.75.335.2]

Mana/emen kelembagaan dan

i-J

analls.ls k.l.yakan us.ha

!

Gambar 2. Diagram input­output srrategi pengembangan agroindustri dengan pendekatan keJembagaan  Tabel  1. Analisis kebutuhan peJaku agroindustri 

No

I

berbasis wijen 

Pelaku  Pemerinrah  Daerah 

Petani  Wijen 

Pengusaha 

Kebutuhao  Pelaku  ­ Meningkatnya  Lapangao kcrja dan 

kesempatan  berusaha.  ­ Meningkatnya investasi 

­ Meningkatnya konsumsi  masyarakat  ­ Meningkatnya tabungan  masyarakat  ­ Menillgkatllya  pendapatan asli 

daerah (PAD) 

­ Menurullnya tingkat pengangguran  ­ Terkendalinya tingkat inflasi  ­ Berkembangnya industri  hilir wijen  ­ Menunjang pembangunan  daerah 

berkelanjutan 

­ Percepatan  pembangunan daerah 

­ Perl uasan  kesempatan  kerja  ­ lumlah  dan  kemudahan saran a 

produksi 

­ Peningkatan  produksi dan  produkti fitas lahan 

­ Tersedianya sarana prasarana  pemasaran dan  transportasi 

­ Terjamin dan  kemudahan  pcmasaran  prod uk. 

­ Peningkatan pendapatan dan  kesejahteraan 

­ Terjaminnya harga prod uk yang  memadai 

­ Tersediannya teknologi  budidaya  yang baik 

­ Mendapatkan  keuntungan dari  penjualan  produk 

­ Mendapatkan bahan baku yang  cukup memadai 

­ Mendapatkan kualitas bahan baku  yang memenuhi standar  ­ Memperoleh tenaga kerja yang 

cukup 

­ Meningkatnya produktifitas produksi 

.. pendapatan Petani Turun .. Oaya salng produk renda" • Kredit Macet

.. Pendapatan masyarakat turun .. Kerusakan Lingkungan .. Gejolak 50sial Timbu'

I"TidaK terbentuk.nya PU5a.t p.ert".mbuhan

lセエセョァ。イョqNセセョ⦅キャャゥAyセエl@ ____,_

[image:3.599.302.517.370.766.2]

I

Tabel I. (Lanjutan) 

Kebutuhao Pelaku  ­ Memperoleh tenaga kelja yang cukup  ­ Meningkatnya produlctifitas produksi  ­ Tercapainya skala ekonomi  Pelaku

No

­ Tersedianya  kredit investasi  lunak dan  mudah 

­ Iklim  investasi  yang mendukung 

Pedagang  ­ Mendapatkan keuntungan yang  Perantara  maksimum 

­ Harga  produk  pabrik yang rendah  Harga pasar produk tinggi 

­ Kemudahan  memperoleh kredit  usaha  dan  lunak 

­ Kemudahan  untuk  memperoleh  dan  memasarkan produk 

­ Mendapatkall keuntungan maksimum Eksportir 

­ Harga produk rendah 

­ Terjaganya standar kualitas produk  ­ Terjam innya jumlah dan  kontinuitas 

produk 

­ Tersedianya kredit ekspor lunak 

Konsumen  ­ Harga beli  produk rendah  ­ Kualitas  produk tinggi  ­ Terjaminnya keterjumlah dan 

kontinuitas produk 

­ Kemudahan  memperoleh  produk 

Lembaga  ­ Tingkat suku  bunga kredit yang sesllai  Keuangan  ­ Meningkatllya kredit yang disalurkan 

­ Lancamya pengembalian !.:redit yang  disalurkan 

•  Keamanan  kredit investasi  ­ Meningkatnya tabuf!gan ュセ。イ。ォ。エ@ Lembaga  ­ Berkembangnya pengemhangan  Penelitian  produk dari  hasil  kajian 

atau  ­ Berkembangnya kerjasama penelilian  Perguruan  industri terkait 

[image:3.599.72.391.381.782.2]
(4)

Strategi Pemilihan Model Kelembagaall dan Kelayakan ... . 

Formulasi  Permasalahan 

Permasalahan  yang  dihadapi  dalam  pengem­ bangan  agroindustri  berbasis  wijen  adalah  (1)

Kontinuitas  bahan  baku  biji  wijen  tidak  stabil, (2)  Biji  belum  banyak  diolah  secara  maksimal,  karena  sebagian  besar  dimanfaatkan  dalam  bentuk  biji, (3)  Rendahnya  daya  saing  produk  agroindustri,  dan 4)  Belum  ada  kelembagaan  dan  kerjasama  yang  benar­ benar  menguntungkan  semua  pihak  yang  terlibat  dalam sistem pengembangan agroindustri  wijen.  Pengumpulan dan Analisis  Data 

Jenis  data  yang  digunakan  dalam  kajian  ini  adalah  data  primer  dan  data  sekunder  yang  terdiri  dari  data  kualitatif  dan  kuantitatif.  Data  primer  meliputi  hasil  wawancara  terhadap  pakar  dan  praktisi  yang  terlibat  dalam  pengembangan  agro­ industri wijen. 

Data  sekunder  diperoleh  dari  studi  pustaka  serta  dari  dinas  terkait.  Analisis  strategi  pengembangan  menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)  (Saaty,  1993),  pemilihan  kelembagaan  menggunakan  Metode  Perbandingan  Eksponensial  (MPE),  dan  metode  penilaian 

セNセNNN@ ,

I

identifikasi sistem dan pemilihan セNG@ 

pakar ;

[MMM]]Mセ⦅エ]]セ]セZZ]]セ]A⦅

Input Data

...,

/ Oata elemen strategi / • Ti<iak

HセMセM Hf。ォセセイN。ォセセャイ セ。ョセオセオ。ョIセ@

<§7

.L---1..セM enfikas

Ok? 

セMセ@ セセMMセMMセM

Analisis elemen Strategi Ya Menggunakan AHP

i

,.,_.

MエMMGMMBGセG

E"

[セL

..;

ZZセGZGj@

セMM]]]]Zャ

__

セ⦅

..

⦅セ⦅

..

I 7

I Input Data ! 

Pemilihan kelembagaan I agroindustri wijen Aセ。ォ

'

(Kriteria dan Alterna!i!);' セ@

L

!  / '   " ­

I

·

MBMセMセMMiMGMMMセセ@ .. ,AlerifikaSr, "  Ok?// , ­ ' ­ " ' ­ ­ ' ­ ­GMMセL@ "., / 

i Analisis pemilihan kelembagaan

f.ol.I----

y;; , menggunakan MPE ,

Prioritas Kelembagaan agroindustri wijen iMMMMMMセ@

kelayakan  investasi  diantaranya berdaiarkdll kriteria  Net Present Value (NPV). Internal Rate of Return (IRR), BIC Ratio dan  Pay Bilck Period (PBP) (Ma'arif dan  Tanjung, 2003;  Kadariah et.al., 1999; Soeharto,  2002;).  Tahapan  atau  lJagan  alir  penelitian  disajikan  pada Gambar 3. 

HASIL DAN  PEMBAHASAN 

Hasil  analisis  AHP  dan  kajian  pendapat  pakar  diperoleh  elemen  kunci  strategi  sistem  pengembangan  agroindustri  wijen  yakni  elemen  faktor  (II  sub  elemen),  aktor  (14  sub  elemen)  dan  tujuan (II sub elemen) (Lihat Gambar 4). 

Gambar  4  menunjukkan  bahwa  elemen  faktor  utama  strategi  sistem  pengembangan  agroindustri  wijen  berdasarkan  bobot  penilaian  berturut­turut  adaJah  perrnintaan pasar,  jumlah dan  kualitas  bahan  baku,  standar  mutu,  kebijakan  pemerintah,  iklim  usaha,  kelayakan  finansial,  jasa  keuangan,  teknologi  pengolahan,  kemudahan  birokrasi  dan  insfrastruktur.  Permintaan  pasar  merupakan  elemen  faktor  terpenting  dalam  sistem  pengembangan,  karena  sangat menentukan  kapasitas  produksi, sehingga harus menjadi perhatian utama. 

Identifikasi kelayakan investasi usaha

, ­_ _Lセ _ _ _ _J _ _ _ _ _ _   _ _ _­ ­ ­ ,  

Input Data I Produk (harga. kapasitas

I

dan produksi terjual) ゥセ@  

, asumsi. struktur biaya i ,I

l⦅セ@

pセGNBG{BBZGBBB@

A

イMMMMNMLMMMMMMMMLMMセMMMLNセセ@

Anal/sis kelayakan finansial セ。@

dengan model kelayakan proyek I . . . ._ _セ .._ _ _i

'-.

MMセMセゥ\Z・ャG[y。ォNNヲ

linanSial"] ' Agroindustri berbasis wijen

NPV.IRR.B/C Ratio. dan PBP [

····­­­r­­­­

/ /  "

..- -GMセMBL@ layaセG^@   

"" , / / / / , .    

PROSPEK AGROINDUSTRI WIJEN

[image:4.599.108.528.367.740.2]
(5)

Luluk sオOゥAエセ[Lセ@ n. AI,' / s[ᄋセセsAAA@ Ma 'arif, lllah Sailah dan Sapia Raharja

Fokus

Strategi Pemilihan Model Kelembagaan dan Kelayakan Finansial AgroindustJi \Mjen (SeSSmunl incicum L.)

Faktor

Aktor

BPTP 0.048 

Kemudahan Biroi<rasi

0.048 

Dines Perkabunan 0.099 

Eksportir 

0.046 

Konsume n 0.045 

Dinas perindustrian

0.075 

Asosiasi wijen 0.043 

Infokom 0.036 

lemlitlPT 0.065 

Tujuan

Nilai tambah 

0.095 

Kelestarian lingk. 0.085 

Ke!erangan :

SDM lemlitIPT Dsikop dan UKM BPTP PAD PUD BK

Sumber daya manusia

Lembaga penelilian I Perguruan Tinggi Dines Kopersi dan Usaha Kedl Menengah Baden Penelilian Tanaman Perkebunan : Pendapalan Asli Daerah

: Potensi Unggulan Daerah : Bahan Baku

[image:5.604.68.523.80.558.2]

Peningkatan SDM 0.070 

Gambar 4.  Hasil  analisis AHP strategi pengembangan agroindustri wijen 

Faktor  penting  kedua  harus  diperhatikan  adalah jumlah  dan  kualitas  bahan  baku  yang  sangat  menentukan  kontinuitas  produksi.  Kekurangan  jumlah dan  kualitas  bahan  baku  sangat  berpengaruh  pada kuantitas dan  kualitas produk agroindustri yang  dihasilkan  dan  berpengaruh  terhadap  kapasitas  produksi yang ditargetkan. 

Aktor utama strategi  sistem  pengembangan  agroindustri  wijen  berdasarkan  bobot  penilaian  berturut­turut adalah  pengusaha,  pemerintah daerah,  dinas  koperasi  dan  usaha  keeil  menengah,  dinas  perkebunan,  petani,  dinas  perindustrian,  lembaga  penelitian  atau  perguruan  tinggi,  pedagang  perantara,  balai  penelitian  tanaman  perkebunan,  konsumen  dan  asosiasi  pengusaha wijen.  Pengusaha  menjadi  aktor  paling  penting  karena  mereka  berperan  dalam  pengembangan  permintaan  pasar.  Oleh  karena  itu,  pengusaha  diharapkan  mempunyai 

peran yang besar pada  aspek pasar dan meneiptakan  partisipasi  untuk  berinvestasi.  Aktor  lain  yang juga  penting  adalah  pemerintah  daerah,  dan  dinas  koperasi  dan  usaha  keeil  menengah,  karena  mereka  menentukan  kebijakan­kebijakan  pengembangan  agroindustri sekaligus sebagai dukungan operasional  kegiatan pengusaha. 

Dinas  perkebunan  juga  memiliki  peran  penting,  karena  paling  bertanggungjawab  dalam  pembinaan  untuk  menghasilkan  bahan  baku  sesuai  kuantitas dan kualitas  yang  diblltuhkan  agroindustri.  Kegagalan  produksi  wijen  di  lahan 

akan 

(6)

Slralegi Pemilihan Model Ke/embagaan dan Kelayakan ... . 

aktor yang y:­.ug  tetap  dibutuhkan  peranannya dalam  pengembangan agroindustri wijen. 

:  Tuju!m  utama  strategi  sistem  pengembangan  agroindustri  wijen  berdasarkan  bobot  penilaian  berturut­turut adalah peningkatan pendapatan petani,  peningkatan  pendapatan  asH  daerah,  peningkatan  nilai  tambah,  peningkatan  kelestarian  lingkungan,  peningkatan  produktifitas  lahan,  peningkatan  perekonomian  daerah,  memberdayakan  potensi  unggulan  daerah,  peningkatan  penyerapan  tenaga  kerja, peningkatan SDM,  dan  peningkatan dayasaing  produk.  Pendapatan  petani  ditingkatkan  untuk  memperbaiki  kesejahteraan  petani  wijen.  Sebagai  aktor  penting,  petani  belum  beruntung  dan  selalu  tertinggal.  Peningkatan pendapatan asH  daerah  akan  berpengaruh  terhadap  kesejahteraan  masyarakat  secara  luas.  Demikian  juga  e1emen  tujuan­tujuan  pengembangan  lainnya,  juga  merupakan  hal  yang  harus diperhatikan. 

[image:6.599.75.293.475.655.2]

Berdasarkan  hasil  kajian  pustaka  dan  pendapat  pakar  diperoleh  sembiIan  kriteria  kunci  pemilihan  aItematif kelembagaan  usaha  dan  delapan  altematif kelembagaan  yang  relevan  dalam  strategi  sistem  pengembangan  agroindustriwijen.  HasH  analisis pendapat pakar berdasarkan  bobot penilaian  terhadap  sembilan  kriteria  diperoleh  hasil  tertinggi  hingga  terendah  yaitu  profit  yang· diperoleh,  akses  pasar  yang  akan  diperoleh,  kesesuaian  dengan  pelaku  utama,  tingkat  kesinambungan,  akses  pennodalan, efisiensi  kemudahan  manajemen, akses  infonnasi,  dan  dayasaingllegalitas  kelembagaan.  HasH  pendapat  pakar  terhadap  bobot  nilai  kriteria  pemilihan kelembagaan selengkapnya disajikan pada  Tabel2. 

Tabel  2.  Kriteria  penilaian  altematif  pemilihan  kelembagaan agroindustri wijen 

No  Kriteria  Sabot nilai 

1  Dayasaing /Jegalitas  4 

2  Akses Pasar yang akan  8  diperoleh 

3·  Profit yang diperoleh  9  4  Tingkat kesinambungan  6

5  Akses pennodalan  6 

6  Efisiensi  6 

7  Kemudahan manajemen  6 

8  Kesesuaian  dengan  pelaku  7  utama 

9  Akses infonnasi  5 

Hasil  analisis  menggunakan  Metode  Perbandingan  Eksponensial  berdasarkan  penilaian  pakar  alas  delapan  altematif  kelembagaan  usaha,  dengan  prioritas  berturut­turut  yakni  pola  terpadu  koperasi  agroindustri,  pola  usaha  mandiri,  pola  jejaring,  pola kemitraan  inti  plasma, pola kemitraan  dagang  umum,  pola  kelompok  usaha,  aliansi  strategis  vertikal,  dan  pola  kemitraan  operasional  agrobisnis.  Hasil  agregasi  pendapat  pakar terhadap  penilaian  altematif  pemilihan  keJembagaan 

agroindustri  wijen  selengkapnya  disajikan  pada  Tabel3. 

Tabel  3.  Prioritas  kelembagaan  usaha  sistent  J:!engembangan agroindustri wijen 

No 

Alternatif  pilihan  kelembagan 

Robot 

Agregat  Prioritas  Aliansi Strategis 

Vertikal  58002261  VII 

2  Pola Kemitraan 

Inti  Plasma  75639320  III 3  Poia Kemitraan 

Dagang Umum  61213212  V 

4  Pola Kemitraan 

Operasional  37389520  VIII  Agrobisnis 

5  Pola Jejaring  68180568  IV 

6 Pola Terpadu 

Koperasi  117106036 

Agroindustri  7  Pola Kelompok 

Usaha  61008772  VI 

8  Pola Usaha 

Mandiri  107560765  II

Tabel  3  menunjukkan  bahwa  pola  terpadu  koperasi agroindustri  merupakan  kelembagaan usaha  yang  paling  baik  untuk  pengembangan  agroindustri  wijen.  Pengembangan  agroindustri  lebih  baik  diarahkan  di  sentra­sentra  pengembangan  produksi  tanaman  wijen.  Pengembangan  ini  akan  melibatkan  ban yak  petani  sebagai  penghasil  atau  penyedia  bah an  baku. Oleh  karen a  itu,  dari aspek sosiobudaya  masyarakat  pedesaan  khususnya  petani,  kelembagaan koperasi  sudah tidak asing lagi  karena  merupakan sokoguru perekonomian  Indonesia. 

Nasution  (2002)  menyatakan  bahwa  koperasi  dalam  berbagai  hal  mempunyai  keunggulan  dibanding  Jembaga  ekonomi  lainnya,  terutama pada  agrobisnis  atau  agroindustri  dan  pembangunan  ekonomi  pedesaan.  KeungguJan  koperasi  yang  sangat  penting  dan  besar  artinya  adalah  petani  sebagai  anggota  juga  sebagai  pemilik (owners) dan  sekaligus  sebagai  pelanggan (consumers). Untuk  itu  pola  koperasi  agroindustri  merupakan  poJa  yang  sangat  sesuai  dengan  budaya  masyarakat  pedesaan  umumnya.  Koperasi  agroindustri  diharapkan mampu  melakukan  fungsi  produksinya  melalui  agroindustri  untuk  menghasilkan  produk  yang  dibutuhkan  konsumen  dan  meningkatkan  nilai  tam bah  serta  mampu  membela  kepentingan  petani  sebagai  produsen  bahan  baku.  Model  kelembagaan  pola  terpadu  koperasi  pengembangan  agroindustri  wijen  selengkapnya disajikan pada Gambar 5. 

Petani  sebagai  anggota  koperasi  akan  berperan  sebagai  produsen  dan  menyuplai  bahan  baku di  unit  industri  usaha koperasi.  Mereka berhak  mendapatkan  peJayanan  atau  kemudahan  mem-peroleh saran a produksi usahataninya atau menerima barang dan atau jasa dari usaha koperasi, sehingga

(7)

LuluK Su/istiyo Budi, M. Syamsul Ma'arif. lIIah SaUah, dan SapIa Raharja

petard  secara  nyata  telah  memperoleh  tambahan  pendapatan. 

Manfaat  lainnya  adalah  sebagai  upaya  menghindarkan  terjadinya  pennainan  harga  bahan  baku  oleh  pedagang  perantara  yang  sering  merugi-kan petani. Petani sebagai anggota dan sebagai pemilik, mempunyai kewajiban untuk memberikan masukan, proses, dan keluaran kegiatan usaha guna kemajuan koperasi yang dimilikinya.

Terkait dengan pola terpadu, maka koperasi agroindustri akan melakukan manajemen koperasi dan agroindustri seeara benar, sehat, dan kuat. Koperasi juga melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait guna menumbuhkembangkan usaha-nya, dalam bentuk peningkatkan kualitas, kuantitas, dan dayasaing produk, sehingga tujuan koperasi dapat tercapai sesuai target dan berkelanjutan.

Analisis kelayakan finansial dilakukan terhadap pengembangan agroindustri wijen pada skala industri keeil dengan kapasitas produksi 14 kglhari atau 364 kglbulan minyak wijen atau setara jumlah biji wijen 40 kglhari atau 1040 kglbulan biji wijen. HasH analisis menunjukkan bahwa nilai NPV dari proyek ini adalah serbesar Rp. 292.796.108,9. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat bunga 20% nilai NPVmasih menunjukkan positif sehingga pada tingkat opportunity (discount rate) 20%

investasi agroindustri wijen layak dilakukan. Nilai net B/C ratio sebesar 1,27 berarti investasi

agroindustri wijen layak dilaksanakan. Nilai IRR sebesar 22,04% artinya juga layak dijalankan karena lebih besar dari tingkat bunga yang ditentukan yaitu

20010. Demikian juga dengan nilai Pay Back Period

(PBP) yaitu 1,03 tabun artinya bahwa investasi akan kembali dalam jangka waktu 1,03 tahun.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, pengem-bangan agroindustri wijen dengan pola terpadu koperasi agroindustri layak dijalankan dengan tujuan utama adalah meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan anggota, dengan memperhatikan aspek pennintaan pasar, peran pengusaha untuk berinvestasi, menjalin kemitraan dalam hal pemasaran produk melalui suatu hubungan yang harmonis serta terintegrasi.

Saran

Terkait dengan pengembangan seeara terpadu disarankan bahwa proses implementasi, memerlukan perhatian dan komitmen pemerintab melalui kebijakan di segaJa aspek pengembangan agroindustri wijen, dengan prmslp membina, melindungi, dan mendorong petaku usaha baik di tingkat hulu maupun hilir.

Pemerintah Daerahdan Dinas terkait

i < I t - - - + j Lemlit dan Perti l i " l l : .

Q⦅G⦅G⦅セMKャj@

Perbankan dan!

: Jasa keuangan

I

Pembinaan kelembagaan

Dan kebijakan

i

Perusahaan

Mitra

Kemitraan Pota Sub kontrak

Pola

dagang umum dan Pola Keagenan

Pola kerjasama Lainnya Jejaring, Kelopok.

Usaha, dan waralaba

K eQasama . I Pemasaran

L

r....

···IPTEK...J

·

i

.

Dukungan

i

!

j"·..·.._.._···....·....·permodalan·...•••..·•···•...•·•••....

, ,

.

,

.

,

.

·

.

Berkepentingan atas pelaksanaan Masukan, Proses dan Keluaran

· • (efisiensi, efektifitas fungsi produksinya)

? •

j

it

"....

...,

r - - - - = - - - ,

Koperasi sebagai H Anggota penenma

- ubungan koperasi.... barang dan J'asa serta

pelaksana program -.odengan anggotannya...

berperan aktif

'<•.••

".

',.

.,'

.'

..

'

Berkepentlngan tentang kegiatan usaha dan Jasa Agroindustri

[image:7.599.56.483.318.726.2]

,,'

Gambar 5. Model pola terpadu koperasi agroindustri

(8)

Strategi Pemilihan Model Kelembagaan dan Kelayakan

DAFTAR PUSTAKA 

Arkadie  B.V.  1990.  The  role  of  institutions  in  development.  World annual converence on development economics.

Budi  L.S.  2006.  Strategi  pemilihan  komoditas  unggulan  kabupaten  Madiun,  Jawa  Timur  (Studi kasus). Agritek (3) : 11­16. 

Eriyatno  1999,  IImu  Sistem  :  Meningkatkan  Mutu  dan  Efektifitas  manajemen.  Jilid  satu.  IPB  Press.  Bogor. 

Gibson  J.L.,  J.M.  Ivancevich,  J.H.  Donnelly.  1996.  Organisasi  :  Pelaku,  Struktur  dan  Proses:  Terjemahan. Erlangga,  Jakarta. 

Gray C.,  L.C.  Sabur,  M.P.F.L.  Simanjuntak.  1986.  Pengantar Evalusi  Proyek.  Jakarta:  Gramedia.  Haris  U.  2006.  Rekayasa  model  aliansi  strategis  sistem  agroindustri crumb rubber [disertasiJ.  Institut Pertanian Bogor. Bogor. 

Hasbi.  200 I.  Rekayasa  sistem  kemitraan  usaha  pola mini  agroindustri  kelapa  sawit  (disertasiJ.  Institut Pertanian Bogor.  Bogor. 

Kadariah  K.L.  dan  C.  Gray.  1999.  Pengantar  Evaluasi  Proyek.  Lembaga  Penerbit  Fakultas  Ekonomi UI.  Jakarta. 

Kusnandar.  2006.  Rancang  bangun  model  pengembangan  industri  keci I jamu  (disertasiJ.  Institut Pertanian Bogor. Bogor. 

...  

J,.  

Mulyadi O.  2001.  Rancang  bangun  " .... , . u. •.n  .. セNセNセZ@ULv61 Cil t­rp  • 8.(1U ""  :} 

agrom?ustrl  rotan  [disertasiJ.  InstitutZNLセ@

Pertaman Bogor.  Bogor. 

Nasution  M.  2002.  Pengembangan  Kelembagaa  Koperasi  Pedesaan  Untuk  Agroindustri.  IP:  Press. Bogor. 

Robbin  S.P.  1996.  Organizational  behavior:  controversies,  apJications.  7nd  ed.  Prentice­ Hall  International. New Jersey. 

Saaty  T.L.  19.93..  Pengambil.an  Keputusan  Bagi  Para  Pemlmpm.  Proses  hlrarki  analitik  untuk  pengambiIan  keputusan  dalam  situasi  kompleks.  Terjemahan.  PT.  Puataka  Binaman  Pressindo. Jakarta. 

Soeharto I. 2002.  Studi  Kelayakan  Proyek  Industri.  Penerbit Erlangga. Jakarta. 

Sumardjo.  1999.  Tinjauan  Konsepsi  Kemitraan  di  masa  Lalu,  Kemitraan  Oalam  Pengembangan  Ekonomi  Lokal  (Bunga  Rampai).  Yayasan  Mitra  Pembangunan  Oesa­Kota  dan  Business  Innovation Center of Indonesia. 

Syam H. 2006.  Rancang  bangun  model  sistem  pengembangan  agroindustri  berbasis  kakao  melalui  pol a jejaring usaha  [disertasiJ.  Institut  Pertanian Bogor. Bogor. 

Undang­Undang  No.  25.  Tahun  1992.  Perkoperasian. LN  19921116; TLN NO. 3502.  Walker  J.W.  1992.  Human  resources  strategy. 

McGraw­Hill. New York. 

(9)

STRATEGI  PEMILIHAN  MODEL KELEMBAGAAN  DAN  KELA YAKAN FINANSIAL   AGROINDUSTRI WIJEN  

THE STRA TEGY FOR SELECTING INSTITUTIONAL MODEL AND FINANCIAl, ANALYSIS OF SESAME AGROINDUSTRY

Luluk Sulistiyo Budi l

, M. Syamsul Ma'arif 1, IIIah Sailah\ dan Sapta RaharjaZ I Program Sludi Agroteknologi, FakuUas Pertanian, Universitas Merdeka, Malliun  

E­mail:  luluksb@yahoo.eo.id  

lDepartemen Tcknologi  Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Perlanian,lnstitut Pertanian  Bogor  

ABSTRACT

Business institution is one of the important components to develop an agroindustry. The aim of this esearch was to find the appropriate institutional model for sesame agroindustry based on financial feasibility Inalysis comprises Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) and Net lIC Ratio. The method to develop strategy was Analytical Hirarchy Process (AHP) approach, while to choose In institution was exponential comparison method (MPE). The results ofanalysis showed that the mainfactor in (eveloping strategy of sesame agroindustry based on evaluation value were market demand (0.209), and '1aterial quality and availability (0. 198). The main actors were bussinessman (0. 129) and the local goverment 0.123). The main objective for sesame agroindustrial development was increasingfarmer income (0.216). The esults of analysis based on aggregate weighting showed that the appropriate development institutions were '1tegrated agroindustrial cooperative pattern (J 17,106,036) and self-sufficient bussiness pattern (107,560,765). lased on financial analysis, it was known that opportunity level (discount rate) was 20%, NPV was Rp '92,796,108.90, Net BIC was 1.27, IRR 22.04% and PBP was 1.34%. In conclusion, the development of the

esame-based agroindustry with cooperative institutional pattern was feasible.

セ・ケキッイ、@ " strategy, institution, cooperation, sesame agroindustry, financial analysis. PENDAHULUAN 

Pembangunan  pertanian  melalui  pengem­ langan  agroindustri  dengan  pendekatan  kelembaga­ n  merupakan  altematif yang  harus  dikembangkan.  Ial  ini  penting  karena  kelembagaan  dalam  suatu  .groindustri  atau  organisasi  adalah  unsur  esensial  'ang  merupakan  faktor  kunci  keberhasilan  erangkaian  kegiatan  atau  aktivitas  (Haris,  2006),  ,Ieh  karen a  itu,  harus  dilakukan  pemilihan  dan  engkajian  secara  benar  agar  diperoleh  suatu  pola  :e1embagaan  yang  sesuai  untuk  pengembangan  groindustri (Syam,  2006). 

Nasution  (2002)  mendefinisikan  kelembaga­ n  sebagai  suatu  sistem  organisasi  dan  kontrol  ter­ ladap sumberdaya yang sekaligus mengatur hubung­ n  antara  seorang  dengan  lainnya.  Walker  (1992); 

セイォ。、ゥ・@ (1990) dan  Robbins  (1996)  mendefinisikan  :elembagaan  atau  organisasi  adalah  kumpulan  .eberapa  orang  yang  secara  sadar  dengan  sebuah  .atasan  yang  relatif  dapat  diidentifikasi  dan  .erkerjasama  untuk  mencapai  tujuan.  Selanjutnya  Hbson  (1996) menyatakan organ isasi adalah kesatu­ n yang  memungkinkan  masyarakat  mencapai  suatu  LJjuan  yang  tidak dapat  dicapai secara  individu atau  .erseorangan.  Beberapa  pengertian  kelembagaan  ersebut  menunjukkan  bahwa  peranan  utama  :elembagaan  adalah  untuk  mengurangi  ketidak­ eraturan  dengan  menentukan  suatu  struktur  yang  tabil  bagi  interaksi manusia. 

Banyak  bentuk  kelembagaan  agroindustri  di  ndonesia yang telah ditelaah  seperti aliansi  strategis  ,ada  rotan  (Mulyadi, 200 I) dan  Karet (Haris, 2006),  emitraan usaha pola mini  pada kelapa sawit (Hasbi, 

2001),  Pola  kelompok  usaha  industri  kecil  jamu  (Kusnandar, 2006), Kemitraan (Sumardjo,  1999) dan  lain­lain.  Bentuk  kelembagaan  suatu  agroindustri  tidak  dapat  secara  serta  merta  diterapkan  pada  agroindustri  lainnya,  tidak  seperti  halnya  modal  dan  teknologi  (Syam,  2006).  Kusnandar  (2006)  menyatakan  bahwa  penerapan  kclembagaan  harus  disesuaikan dengan tujuan,  kebutuhan,  pelaku  utama  dan  sasaran  pengembangan  agroindustri  yang  akan  dilakukan.  Hal  ini  dimaksudkan  untuk  memperoleh  pengeJolaan usaha yang efektif dan efisien. 

Demikian  juga  kelembagaan  bagi  agro­ industri  wijen  yang  berbasis  sumberdaya  lokal  dinilai  prospektif untuk  dikembangkan  di  Indonesia  (Budi et.al., 2008).  Pengembangan  ini  diharapkan  dapat  berperan  besar  dalam  mempercepat  per­ tumbuhan  perekonomian  nasional  terutama  di  pedesaan  melalui  pengelolaan  dengan  pola  kelem­ bagaan yang tepat. 

Berdasarkan  uraian  tersebut  di  atas  sangat  perlu  dilakukan  suatu  penelitian  yang  mendalam  tentang  "Strategi  Pemilihan  Model  Kelembagaan  dan Kelayakan Finansial Agroindustri Wijen".  Tujuan dan Sasaran 

Penelitian  ini  bertujuan  menghasilkan  model  strategi  pengembangan  agroindustri  wijen  dengan  pendekatan  kelembagaan  yang  tepat  yang  dapat  digunakan  oleh  pengambil  keputusan  dalam  upaya  pengembangan agroindustri  wijen. 

Ruang Lingkup 

Gambar

Gambar I. Kerangka pemikiran strategi pengembangan agroindustri wijen dengan pendekalan  kelembagaan 
Gambar 2. Diagram input­output srrategi pengembangan agroindustri dengan pendekatan keJembagaan 
Gambar jasa agroindustri  wijen  berdasarkan  bobot  penilaian birokrasi insfrastruktur. pengembangan, karena sangat menentukan kapasitas kualitas  bahan  baku,  standar  mutu,  kebijakan merupakan  elemen  faktor  terpenting  dalam  sistem faktor pengembangan berturut­turut  adaJah  perrnintaan pasar, pemerintah,  keuangan,  teknologi  pengolahan,  kemudahan  jumlah dan dan iklim  4 menunjukkan  bahwa  elemen utama strategi sistem usaha, kelayakan finansial, Permintaan pasar produksi, sehingga harus menjadi perhatian utama. 
Gambar 4.  Hasil analisis AHP strategi pengembangan agroindustri wijen 
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi hal ini, guru harus pandai memilah metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, agar siswa dapat ikut terlibat aktif dalam pembelajaran

[r]

Bagaimana fisibilitas alginat hasil ekstraksi jika dibandingkan dengan alginat komersil pada komposit berbasis hydrogel alginat sebagai kandidat material perancah

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2OA?2A25 yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 2O (dua

Menjadi bagian tim verifikator dan penelaahan Whistle Blowing System (WBS) pengadaan barang dan jasa.. Pada tahun 2013 dilakukan penilaian sebanyak 9 Unit Kerja, sedangkan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel Keselamatan Kerja (X 1 ) dan variabel Kesehatan Kerja (X 2 ) terhadap produktifitas karja (Y)

Dimensi Customer Relationship, komunitas virtual yang dikembangkan dalam sebuah website dapat dianggap sebagai organisasi sosial secara online untuk memfasilitasi

• Anda  harus  Login  terlebih  dahulu  dengan  mengisikan  Username  dan  Password  untuk  dapat