• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES U"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS VII SMP AL-KARIM

KOTA BENGKULU

Kartika Suryani

Prodi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu (UNIB), Kota Bengkulu

Provinsi Bengkulu

ABSTRAK

KARTIKA SURYANI (2016). Penerapan Metode Examples Non Examples Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP AL-Karim Kota Bengkulu. Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu. Pembimbing Utama Rusdi, M.Pd dan Pembimbing Pendamping Syafdi Maizora, S.Si, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara menerapkan metode Examples Non Examples sehingga terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Al-Karim Kota Bengkulu, teknik pengumpulan data melalui lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan aktivitas belajar dengan cara membagi siswa kedalam kelompok, memberikan motivasi kepada siswa agar berani tampil di depan kelas dan memberikan teguran kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan . Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari skor rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus I yaitu 15,5 dengan kriteria kurang aktif menjadi 21 dengan kriteria cukup aktif di siklus II dan 27,5 dengan kriteria aktif pada siklus III dan penelitian ini menunjukkan penerapan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar dengan cara pemberian LKS yang sederhana, memberikan latihan soal dan memberikan pekerjaan rumah. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus III yaitu : 67,81; 71,87; 83,43

dengan persentase ketuntasan belajar klasikal dari siklus I hingga siklus III yaitu: 68,75%; 75%; 87,5%.

(2)

I. PENDAHULUAN

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Salah satu alasan mengapa matematika dipelajari karena matematika merupakan sarana berfikir logis dan matematis, sarana mengembangkan kreatifitas, sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman serta sarana memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari.

Cockrof dalam Abdurrahman (2003:253) menyebutkan alasan-alasan perlunya belajar matematika, yaitu matematika digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika, matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, matematika dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, teliti, dan kesadaran akan keruangan, dan matematika dapat memberikan kepuasan terhadap usaha untuk memecahkan masalah yang menantang.

Ironisnya, matematika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Tidak sedikit siswa mengatakan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang paling sulit dan susah untuk dipahami. Anggapan tersebut menjadi masalah yang terjadi pada hampir semua jenjang pendidikan.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2003:255) yang menyatakan bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit bagi para siswa, baik bagi mereka yang tidak berkesulitan belajar maupun bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Al-Karim Kota Bengkulu, beliau menyatakan bahwa

siswa masih bingung menggunakan konsep matematika karena mereka sudah terbiasa dengan menghapal rumus-rumus bukan memahaminya. Hal ini menyebabkan siswa sering lupa dengan apa yang telah dipelajari dan siswa kurang dapat memahami informasi yang telah disampaikan oleh guru sehingga menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Hasil observasi di kelas VII juga didapat bahwa aktivitas belajar siswa masih kurang, hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa kurang mepemrhatikan penjelasan guru, mengobrol, mengganggu teman, bahkan sibuk dengan kegiatan sendiri seperti membaca buku pelajaran lain, menggambar atau mencoret coret buku. Selain itu, penggunaan sumber belajar hanya berorientasi pada buku paket.

Untuk mengatasi hal ini, guru harus pandai memilah metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, agar siswa dapat ikut terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa mampu menemukan dan memahami konsep dari suatu materi agar aktivitas siswa dan hasil belajar dapat meningkat. Menyadari pentingnya pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika, maka pembelajaran tersebut perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. Dalam hal ini diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah metode Examples Non Examples.

(3)

siswa dapat mengeksploitasi karakteristik dari suatu konsep. Berdasarkan masalah diatas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Examples Non Examples untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Al-Karim Kota Bengkulu”.

II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar dengan segala interaksi didalamnya. Hamzah (2014:58) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya guru untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan serta terdapat proses interaksi peserta didik dengan pendidik.

Hudojo (2005:103) pembelajaran matematika merupakan pembelajaran tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Pembelajaran matematika berhubungan dengan konsep dan rumus-rumus yang menuntut upaya berpikir matematika dan dibentuk atas dasar pengetahuan yang dibentuk sebelumnya. Pembelajaran matematika berfungsi sebagai wadah untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menalar, berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan mampu menyelesaikan masalah, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Uno (2009:130), pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas

mental untuk memahami arti dari struktur-struktur yang dihasilkan ke dalam situasi dan kondisi yang nyata. Sementara itu, dalam pembelajaran matematika diperlukan keaktifan siswa dalam menerima materi yang disampaikan. Pembelajaran aktif menurut Uno dan Nurdin (2011:106) merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, aktif mengemukakan gagasan atau ide-idenya, dan aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan selama proses pembelajaran. Penerapan pembelajaran aktif dalam pembelajaran matematika dapat menciptakan pemahaman dan penguasaan konsep matematika.

(4)

pendidikan. Hal ini didukung oleh pendapat Cockroft dalam Abdurrahman (2003: 253), bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena :

1) Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; 2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; 4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan 6) Memberikan kepuasan terhadap usaha pemecahan masalah yang menantang.

Di samping alasan tersebut, tujuan utama dari mempelajari matematika adalah agar siswa dapat berpikir logis dan membentuk kepribadiannya, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran, ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa yaitu perhitungan matematis dan penalaran matematis (Liebeck dalam Abdurrahman, 2003 : 253).

Art dan Newman dalam Huda (2012:32) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai “small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common good”. Kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai suatu tujuan bersama. Lebih lanjut pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif dijelaskan oleh Sanjaya (2011:242) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu

antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Berdasarkan definisi-definisi yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa didasarkan pada kemampuan kerjasama kelompok untuk memecahkan suatu masalah bersama serta meningkatkan interaksi dengan cara membagi siswa menjadi kelompok-kelompok dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda dalamsatu tim yang diharapkan agar kemampuan akademik siswa dapat meningkat.

Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.

Penjelasan lebih lanjut mengenai pembelajaran kooperatif dijelaskan oleh Sanjaya (2011:244-249). Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran seara tim. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk menapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

(5)

kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.

3. Kemauan untuk bekerja sama Setiap anggota kelompok bukan saja diatur tugas dan tanggung jawabnya masing-masing tapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar membantu yang kurang pintar 4. Keterampilan bekerja sama

Keterampilan seperti kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat

menyampaikan ide,

mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam keberhasilan kelompok.

Proses belajar menggunakan pembelajaran kooperatif terdiri dari empat tahap umum, dapat dilihat di bawah ini:

1. Tahap penjelasan materi

Guru menyampaikan pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.

2. Tahap belajar dalam kelompok Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama dalam melakukan aktivitas belajar sepert tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi hal yang belum tepat.

3. Tahap penilaian

Penilaian dilakukan dengan kuis atau tes. Kuis atau tes dilakukan secara individual maupun secara kelompok.

4. Tahap pengakuan tim

Memberikan penghargaan atau hadiah kepada kelompok yang paling berprestasi (Sanjaya, 2011: 248-249).

B. Metode Example Non Example

Menurut Shoimin (2014: 73) Examples Non Examples adalah metode pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Examples non Examples adalah metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Konsep merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang mengklasifikasikan suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan Non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Shoimin, 2014:73).

Agus Suprijono dalam Shoimin (2014:74) langkah-langkah model pembelajaran Examples Non Examples diantaranya:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan kompetensi dasar.

(6)

meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat sekaligus membentuk kelompok siswa.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memerhatikan/menganalisis

gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama agar detail gambarnya dapat dipahami. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa.

4. Melalui diskusi kelompok 4-5 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan oleh guru.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.

6. Setelah memahami hasil dari analisis yang dilakukan siswa, guru mulai menjelaskan materi yang sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

B.1 Tujuan Metode Example Non Example

Memusatkan perhatian siswa terhadap Examples Non Examples diharapkan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada (Hamzah, 2014:113). Pembelajaran kooperatif Examples Non Examples memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling

membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

B.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Examples Non Examples

Menurut Shoimin (2014:76) adapun kelebihan dan kekurangan dari metode Examples Non Examples adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari examplesnon examples

2. Siswa diberi sesuatu yang

berlawanan untuk

mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

b. Kekurangan

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2. Memakan waktu yang banyak.

C. Aktivitas Belajar

(7)

banyak guru yang tertipu oleh sikap siswa yang berpura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.

Abdurrahman (2009:45)

aktifitas artinya

”kegiatan/keaktifan” segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baikfisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (2009:61) menyebutkan bahwa keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dapat dilihat dalam hal :

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajar yang diberikan oleh guru. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah

yang dihadapi.

3. Bertanya kepada guru atau siswa yang lain apabila belum memahami persoalan yang dihadapi.

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

5. Terlibat aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk dari guru.

6. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenisnya.

7. Menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Dari uraian dan pemaparan di atas, maka dengan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar akan berdampak pada hasil belajar siswa. Karena keaktifan siswa dapat memberikan motivasi dan semangat untuk siswa dalam belajar. Selain menumbuhkan sikap kooperatif (saling bekerjasama), proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif karena adanya inisiatif dan kesadaran siswa dalam belajar.

D. Hasil Belajar

Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Benjamin S. Bloom dalam Abdurahman (2009: 38), ada tiga ranah hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penjabarannya adalah sebagai berikut (1) Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi, (2) Ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan dan sikap, (3) Ranah psikomotorik terdiri dari tujuh perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik setelah melalui kegiatan belajar, berupa dampak pengajaran (kognitif) yang ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru dan dampak pengiring (afektif dan psikomotorik) yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku atau peningkatan kemampuan.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Hopkins dalam Arifin (2012:97) penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas.

(8)

Kota Bengkulu tahun ajaran 2015/2016. Di kelas VII terdapat 16 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswi perempuan. Data hasil observasi dengan menggunakan lembar obsevasi siswa untuk setiap aspek yang diamati diolah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Rata-rata skor =

jumlah skor jumlah observasi

2. Skor tertinggi = jumlah butir observasi x skor tertinggi tiap butir 3. Skor terendah = jumlah butir

observasi x skor terendah tiap butir 4. Kisaran nilai untuk setiap

pengamatan

= (skor tertinggi−skor terendah)+1

jumlahkriteria

(Sudjana, 2009: 78) Lembar Observasi aktivitas siswa berjumlah 10 butir observasi, skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3, dan skor terendah tiap butir adalah 1, maka:

a. Skor tertinggi

= jumlah butir observasi x skor tertinggi tiap butir

= 10 x 3 = 30 b. Skor terendah

= jumlah butir observasi x skor terendah tiap butir

= 10 x 1 = 10

c. Sehingga interval skor =

(skor tertinggi−skor terendah)+1 jumlahkriteria

= (30−10)+1

3 =7

Tabel 3.1 Interval Penilaian Untuk Lembar Observasi Siswa

Data Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar diperoleh dari setiap siklus dan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui nilai rata-rata hasil

belajar dan presentase ketuntasan belajar klasikal.

a. Nilai rata-rata hasil belajar

´

X =

X

N

Keterangan:

´

X = Nilai rata-rata

X = jumlah semua nilai siswa

N = banyak siswa

(Sudjana, 2009: 109)

b. Ketuntasan Belajar Klasikal

Presentase Ketuntasan Belajar Klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

KB=N i N ×100

(Purwanto, 2009:51)

Keterangan:

KB = Ketuntasan Belajar Klasikal Ni = jumlah siswa yang tuntas N = banyak siswa

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:

1. Indikator keberhasilan tindakan untuk aktivitas siswa, jika hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran berada dalam kategori aktif pada lembar observasi aktivitas siswa memenuhi interval 24−30 . No Kriteria

Penilaian Skor Notasi PenilaianInterval 1. Kurang

Aktif 1 K 10-16

2. Cukup Aktif

2 C 17-23

(9)

2. Indikator keberhasilan tindakan untuk hasil belajar siswa, jika dalam satu kelas niliai rata-rata kelas telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 dengan ketuntasan belajar klasikal 80 dari jumlah total siswa tuntas nilai minimal KKM.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Siswa

Aktivitas dalam proses pembelajaran untuk setiap pertemuannya diamati oleh dua orang pengamat, salah satunya adalah peneliti matematika di kelas VII. Hasil observasi aktivitas siswa tiap siklus dirangkum dalam Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Tiap Siklus

Siklu s

Skor pengam

at 1

Skor pengam

at 2

Sko r rata

-rata

Kriteri a

I 15 16 15,5

Kuran g Aktif

II 20 22 21 Cukup

Aktif

III 27 28 27,

5 Aktif

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, aktivitas siswa melalui penerapan metode examples non examples secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kriteria kurang aktif dengan skor rata-rata dua orang pengamat 15,5. Skor ini masih sangat rendah karena hampir berada pada kriteria cukup. Salah satu penyebab

rendahnya hasil aktivitas siswa pada siklus I ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa belum terbiasa dengan peneliti yang menerapkan pembelajaran dengan metode examples non examples. Selain itu, pada proses pengerjaan LKS siklus I masih banyak siswa yang kurang teliti dalam pengerjaan LKS dan proses diskusi masih belum berlangsung dengan baik.

Pada siklus II aktivitas siswa berada pada kriteria cukup aktif dengan skor rata-rata dua orang pengamat 21. Skor ini cukup karena sebagian siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode examples non examples. Siswa juga sudah cukup teliti dalam mengerjakan LKS, selain itu interaksi antar anggota kelompok sudah berlangsung cukup baik dibandingkan pada siklus I. Pada siklus III aktivitas siswa berada pada kriteria aktif dengan skor rata-rata dua orang pengamat 27,5. Skor ini mengalami peningkatan dari siklus II dan sudah tergolong tinggi karena hampir seluruh siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode examples non examples sehingga proses diskusi telah berlangsung dengan baik

(10)

gambar, aktivitas siswa dalam proses diskusi kelompok, mengkomunikasikan hasil diskusi, serta perhatian siswa terhadap penjelasan yang disampaikan oleh peneliti, dan aktivitas siswa dalam menyimpulkan.

Pada refleksi awal diketahui bahwa perhatian siswa terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru masih kurang baik. Pada saat guru menjelaskan, mayoritas siswa tidak memperhatikan, mengobrol, menganggu teman bahkan ada yang sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti bermain handphone, menggambar atau mencoret-coret bukunya. Melihat permasalahan tersebut, peneliti mengambil tindakan yaitu dengan cara menegur siswa yang tidak memperhatikan, mengobrol, menganggu teman, atau sibuk dengan kegiatan sendiri dan kemudian menasehati mereka untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti ini mengakibatkan pada siklus I perhatikan siswa terhadap penjelasan yang disampaikan oleh peneliti sudah lebih baik daripada refleksi awal, namun belum sepenuhnya optimal. Hal ini dikarenakan, walaupun sebagian siswa sudah bisa memperhatikan penjelasan dari peneliti, namun masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan. Ketika awal proses pembelajaran berlangsung masih terdapat beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya atau membuka buku pelajaran lain sehingga peneliti menegur siswa tersebut. Selain itu, ketika peneliti memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai cara pengerjaan LKS, sebagian siswa masih belum memperhatikan

dengan baik, pada saat pengerjaan LKS, hanya siswa yang pandai saja yang berperan aktif, sedangkan siswa lain hanya mengandalkan dan menunggu.. Sehingga pada siklus I, perhatian siswa terhadap penjelasan yang disampaikan oleh peneliti masih berada pada kriteria kurang dengan skor rata-rata yang diberikan kedua pengamat pada aktivitas ini adalah 15,5. Mengatasi hal tersebut, peneliti memberikan motivasi dan teguran kepada siswa yang belum aktif untuk melibatkan dirinya dalam diskusi kelompok.

Pada proses pembelajaran siklus II, perhatian siswa terhadap penjelasan yang disampaikan oleh peneliti sudah cukup baik. Ketika awal proses pembelajaran berlangsung, mayoritas siswa telah memperhatikan penjelasan dari peneliti dan sudah mau mendengarkan arahan serta petunjuk dari peneliti. Hal ini terlihat, dari perhatian siswa yang sudah mulai disiplin dan mau menghargai peneliti ketika peneliti memberikan penjelasan maupun arahan kepada siswa. Karena tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengoptimalkan perhatian siswa ini adalah dengan memberikan nasihat dan teguran kepada siswa yang tidak memperhatikan untuk dapat memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik.

(11)

mau mendengarkan arahan serta petunjuk dari peneliti. Hal ini terlihat, dari perhatian siswa yang sudah disiplin dan mau menghargai peneliti ketika peneliti memberikan penjelasan maupun arahan kepada siswa.

Pembelajaran dengan metode examples non examples juga mengamati aktivitas siswa selama diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Pada siklus I, interaksi yang terjalin antar anggota kelompok belum optimal. Hal ini terlihat, selama diskusi kelompok siswa cenderung mengandalkan anggota kelompok yang mereka anggap lebih pandai dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS dan siswa masih belum mendiskusikan ide-ide yang mereka miliki. Dalam diskusi kelompok masih terdapat 4 siswa yang sering keluar masuk kelas dengan berbagai alasan. Berdasarkan hasil observasi dua pengamat pada siklus I, terdapat lima kelompok yang belum aktif dalam diskusi kelompok. Selain itu, siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelas (presentasi kelas) dan siswa belum berani dalam menanggapi hasil presentasi temannya. Akan tetapi, siswa sudah cukup berani dalam menyampaikan jawaban mereka.

Untuk lebih mengaktifkan diskusi kelompok, peneliti membagi ulang kelompok belajar pada siklus II. Peneliti juga memberikan motivasi dan teguran kepada siswa yang belum aktif dalam diskusi kelompok agar berani bertanya dan mendiskusikan ide-ide yang mereka miliki serta memberikan tanggung jawab kepada siswa yang pandai untuk dapat memberikan bimbingan kepada anggota kelompoknya yang lain. Selain itu, peneliti juga

menegur siswa yang sering keluar masuk lebih dari 3 kali dan melakukan pendekatan kepada siswa tersebut agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Tindakan yang dilakukan peneliti ini mengakibatkan kegiatan diskusi dan interaksi yang terjalin antar anggota kelompok sudah berlangsung dengan cukup baik. mendiskusikan ide-ide mereka dengan baik dan yang terlibat aktif bukan hanya siswa yang pandai saja tetapi semua anggota kelompok yang lainnya juga ikut berpartisipasi, walaupun pada siklus II ini masih ada tiga kelompok yang belum aktif dalam kegiatan diskusi. Selain itu, dari hasil pengamatan diketahui bahwa proses diskusi dari ketiga kelompok tersebut belum berlangsung dengan baik karena terdapat siswa dari masing-masing kelompok yang sering ribut dan mengobrol dengan anggota kelompok yang lainnya, serta terdapat 3 siswa masih sering keluar masuk kelas saat diskusi kelompok berlangsung.

(12)

hasil diskusi mereka secara sukarela.

Aktivitas siswa selama diskusi kelompok maupun diskusi kelas pada siklus III mengalami peningkatan dari siklus II. Untuk mengefektifkan diskusi kelompok, peneliti membagi ulang kelompok belajar dan menggelompokkan siswa yang tidak aktif menjadi satu kelompok diskusi yang bertujuan agar mereka dapat lebih bertangung jawab atas pekerjaan mereka. Selain itu, peneliti lebih memberikan teguran kepada siswa yang sering keluar masuk kelas lebih dari 3 kali. Tindakan ini mengakibatkan proses diskusi kelas pada siklus III sudah berlangsung dengan lebih optimal dan interaksi yang terjalin antar anggota kelompok sudah berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang saling mendiskusikan ide-ide mereka dengan baik dan seluruh anggota kelompok sudah terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Di samping itu, siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan diskusi kelas (presentasi kelas), siswa sudah berani dalam menanggapi hasil presentasi temannya, dan siswa sudah berani dalam menyampaikan jawaban kepada peneliti. Namun, selama pembelajaran berlangsung masih terdapat 2 siswa yang sering terlambat masuk ke kelas dengan alasan dari toilet.

B.2 Hasil Belajar

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar melalui penerapan metode examples non examples. Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai tes yang diberikan pada akhir setiap siklus. Tes hasil belajar ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada tiap siklus. Data hasil tes yang diperoleh

selama pembelajaran dengan metode examples non examples dan hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus Sikl

us

Nilai rata-rata

Jumlah Siswa Tuntas Belajar

Ketuntasan Belajar Klasikal

I 67,81 11 68,75%

II 76,87 12 75%

III 83,43 15 87,5 %

Data pada Tabel 4.7 tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal meningkat setiap siklusnya. Nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 67,81 kemudian pada siklus II nilai rata-ratanya meningkat menjadi 76,87 dan nilai rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 84,37 pada siklus III.

Peningkatan hasil belajar tidak hanya terjadi pada nilai rata-rata siswa, tetapi juga pada ketuntasan belajar kasikal. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar klasikal siklus I yang hanya 68,75% dengan 11 siswa yang tuntas dan 5 orang siswa yang tidak tuntas, kemudian pada siklus II ketuntasan belajar klasikal meningkat menjadi 75% dengan 12 orang siswa yang tuntas dan 4 orang siswa yang tidak tuntas, dan ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan lagi pada siklus III menjadi 87,5% dengan 14 orang siswa yang tuntas dan 2 orang siswa yang tidak tuntas.

(13)

0 20 40 60 80 100 120

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

Gambar 4.12 Perkembangan Nilai Akhir Siklus Siswa Secara Individu

Dari Gambar 4.12 di atas, terlihat bahwa perkembangan nilai siswa secara individu tidak selalu meningkat setiap siklus. Beberapa faktor penyebab siswa tidak dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal pada tes siklus, di antaranya siswa kurang mempersiapkan diri dalam menghadapi tes, siswa belum menguasai materi pelajaran yang diujikan dengan baik, siswa tidak percaya diri dalam menjawab soal, siswa tidak teliti dalam melakukan perhitungan matematika, siswa kurang teliti dalam membaca soal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode examples non examples dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan cara :

a. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 siswa

b. Siswa dimotivasi untuk berani tampil ke depan kelas dan mengemukakan pendapat mereka, baik dalam diskusi kelas maupun bertanya kepada

guru mengenai hal-hal yang ia tidak pahami.

c. Guru lebih memperhatikan dan mengamati aktivitas yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran, memberikan teguran dan memberikan pengertian kepada siswa yang kurang aktif.

Berdasarkan analisis hasil pengamatan pada lembar observasi aktivitas siswa, kegiatan tersebut terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa dimana pada siklus I aktivitas siswa hanya berada pada kriteria kurang aktif dengan skor rata-rata 15,5 selanjutnya kriteria aktivitas siswa meningkat menjadi cukup aktif dengan skor rata-rata dua pengamat 21 pada siklus II dan pada siklus III skor rata-rata dua pengamat meningkat kembali menjadi 27,5 sehingga aktivitas siswa berada pada kriteria aktif. 2. Penerapan metode examples non

examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara :

a. Siswa diberikan LKS sederhana yang telah dibuat

oleh guru dengan

memperhatikan tahapan metode examples non examples .

b. Guru memberikan soal-soal latihan yang dapat membantu siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah ia peroleh dan agar siswa terbiasa untuk memahami soal-soal pada tes siklus nantinya. c. Guru juga mengingatkan

kepada siswa agar lebih teliti dalam melakukan perhitungan matematika.

d. Guru memberikan pekerjaan rumah agar siswa mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan di sekolah.

(14)

siswa dari siklus I sampai siklus III. Analisis tes siklus I menunjukkan nilai rata-rata siswa 67,81 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa 68,75% kemudian pada siklus II hasil belajar meningkat dengan nilai rata-rata siswa 76,87 dengan ketuntasan belajar klasikal 75% dan mengalami peningkatan kembali pada siklus III dengan nilai rata-rata siswa 83,43 dengan ketuntasan belajar klasikal 87,5%

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu : 1. Dalam menerapkan metode examples non examples, guru juga dapat menggunakan media pembelajaran (seperti power point) dan LKS untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep penting yang disampaikan guru.

2. Penentuan kelompok diskusi dalam pembelajaran sebaiknya berdasarkan tingkat kemampuan akademis siswa dan keaktifan siswa yang heterogen selama proses pembelajaran sebelumnya. 3. Dalam menerapkan metode examples

non examples hendaknya guru mampu mengelola kelas dengan baik, agar proses pembelajaran berlangsung efektif sesuai yang telah direncanakan.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arifn, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto,dkk.2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT Bumi Aksara

Desmalelah.2014.Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Penerapan

Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD Negeri 94 Seluma. Skripsi tidak diterbitkan. Bengkulu : Universitas Bengkulu.

Erman,Suherman. 2003. Strategi Pengajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Hamzah, A.H.M., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: IKIP Malang. Jihad, Asep dan Haris.2013.Evaluasi

Pembelajaran.Yogyakarta:Multi Perindo

Marsigit. 2008.Matematika SMP Kelas VII.Jakarta:Yudhistira

Paizalludin,Ermalinda.2014.Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researh) Panduan Teoritis dan Praktis.Bandung:Alfabeta

Purwanto, Andik. 2009. Penerapan Media Jejaring Sosial “Facebook” Pada Matakuliah Termodinamika. Jurnal Exacta, Vol. VII. No. 2. Desember 2009.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

(15)

Kurikulum 2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susilo, Joko. 2010. Pengaruh Penggunaan Metode Mengajar Examples Non Examples Kelas X Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Pajar Bulan Tahun Pelajaran 2010/201. Skripsi tidak diterbitkan. STKIP Muhammadiyah Pagaralam

Trianto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : PT Bumi Aksara.

(16)

Gambar

Tabel  3.1  Interval  Penilaian
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan AktivitasSiswa Tiap Siklus
Gambar 4.12 Perkembangan Nilai AkhirSiklus Siswa Secara Individu

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran yang dapat disimpulkan oleh penulis mengenai Prosedur Tabungan faedah Pada Bank BRI Syariah Cabang

Program pengembangan sarana air bersih dikembangkan dengan memasang instalasi perpipaan dengan memanfaatkan gaya gravitasi dari sumber air yang kualitas airnya jauh

Jika melihat ketinggian pesawat saat terakhir hilang kontak yaitu pada 32 ribu kaki (~10 km), maka dapat dipastikan pesawat behadapan dengan lapisan ketiga Cumulonimbus (Cb)

Hasil pengujian menunjukkan 1 Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja Keuangan yang diukur dengan Return on Equity (ROE) perusahaan perbankan

LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI HALAMAN III -

Menyatakan bahwa skripsi “Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari Asinan Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Sebagai Inokulum Pada Daging Sapi

After the historical data stock prices are found, then they will be processed in accordance with indicators MA10 (Moving Average) and RSI14 (Relative

ALlah, dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang hendak diperbuatnya untuk hari esok (Hari Akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh. Allah Maha Teliti terhadap apa