• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pendidikan dan latihan profesi guru(PLPG) dalam menunjang profesionalisme guru (studi kasus pada guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang-Banten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pendidikan dan latihan profesi guru(PLPG) dalam menunjang profesionalisme guru (studi kasus pada guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang-Banten)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus pada Guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang

Tangerang – Banten)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Manajemen Pendidikan

SITI CHAIRIAH

103018227343

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Siti Chairiah

Efektivitas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dalam

Menunjang Profesionalisme Guru (Studi Kasus pada Guru SMP

Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang – Banten)

PLPG merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan intelektual dan kepribadian manusia. Selain itu PLPG berperanpenting dalam memenuhi kebutuhan manusia dan organisasi atau instansi pemerintah agar dapat maju dan berkembang baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan sesuai dengan kebutuhan tuntutan lembaga pendidikan itu sendiri.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru diperuntukkan bagi guru yang telah menjalani sertifikasi profesi melalui uji portofolio. Dalam dua tahap sertifikasi melalui uji portofolio, hanya sebagian kecil guru yang dinyatakan memenuhi kualifikasi. Guru yang gagal memenuhi persyaratan diwajibkan mengikuti PLPG.

Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian skripsi ini yaitu SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang yang beralamat di Jalan Surya Kencana No.29 Pamulang Barat Tangerang-Banten.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban mengenai efektivitas pelaksanaan PLPG dalam menunjang profesionalisme guru.

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasikan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data sebagaimana adanya.

Adapun teknik dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik wawancara yang dilakukan dengan 10 orang guru (yang telah mengikuti PLPG) dan menyebar angket kepada 22 orang guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran PLPG dalam menunjang profesionalisme guru cukup efektif. Hal ini dapat dilihat setelah mengikuti PLPG dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman baru bagi guru dalam KBM, memotivasi para guru untuk menerapkan model-model pembelajaran di kelas, berbagi informasi atau pengalaman mengenai persoalan KBM dan mencari formulasi untuk mengentaskan persoalan dan membantu guru dalam merencanakan proses pembelajaran di kelas.

(3)

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas segala nikmat dan karunia yang telah tercurahkan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan upaya meneladani akhlaknya yang mulia. Sebagai penunjuk jalan kebenaran bagi segenap umat.

Dengan penuh rasa syukur , pada akhirnya skripsi ini telah diselesaikan oleh penulis. Walaupun demikian, penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian ddari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun alhamdulillah berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kendala-kendala yang ada.

Dengan ketulusan hati, dalam kesempatan ini melalui skripsi penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta segenap jajarannya.

2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed., M. Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam.

3. Bapak Drs. Mu’arif SAM, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

4. Ibu Dra. Yefnelty Z, M. Pd., sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan, nasehat, motivasi, ilmu, kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

(4)

Hidayatullah Jakarta ini.

7. Bapak Drs. Hudaefi, Kelapa Sekolah SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang-Banten, para guru dan staf yang telah memberikan kesempatan dan waktunya sehingga penelitian ini berjalan lancar.

8. Pimpinan beserta staf perpustakaan utama maupun perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

9. Baba dan Bunda (H. Abdul Karim Z (Alm.) dan Hj. Ronasih) serta Kakak-kakakku tercinta (khususnya H. Bahruddin AZ dan Hj. Baliyati Hamid) yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil, kasih sayang serta do’a yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Fauzi Ridwan, terimakasih atas dukungan yang terus memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kasih.

11.Rekan-rekan seperjuangan KIMP angkatan 2003, sahabat terkasih GR, Ninit, Nurhayati, Siska dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kenangan dan kebersamaan kita tidak akan pernah terlupakan.

Demikianlah semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan kebajikannya. Sebagai penutup, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.

Billahi Taufiq Wal Hidayah

Jakarta, 04 Maret 2010

(5)

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan ... ii

Uji Referensi ... iii

Lembar Pernyataan Karya Sendiri ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori ... 6

1. Pengertian Efektivitas ... 6

2. Hakikat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru... 7

3. Pelaksanaan Program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 14 4. Pengertian Profesionalisme Guru... 19

5. Ciri-ciri Guru Profesional ... 23

6. Kompetensi Profesionalisme Guru ... 25

B. Kerangka Berpikir... 27

(6)

ix

C. Metode Penelitian ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data... 31

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data... 36

B. Analisa Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran... 55

(7)

Tabel 2.1 Rambu-rambu Struktur Kurikulum Pendidikan dan Latihan

Profesi Guru(PLPG)SMP/SMP-LB/MTs... 17

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Efektivitas PLPG dalam Menunjang Profesionalisme Guru di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang... 32

Tabel 3.2 Skor Jawaban Angket ... 34

Tabel 4.1 PLPG menambah pengetahuan dan wawasan guru ... 37

Tabel 4.2 PTK (penelitian tindakan kelas)sangat penting untuk perbaikan pembelajaran ... 37

Tabel 4.3 PLPG memotivasi guru untuk mengembangkan karir ... 38

Tabel 4.4 Kompetensi dan profesionalisme guru meningkat setelah mengikuti PLPG ... 38

Tabel 4.5 Materi PLPG relevan dengan tuntutan pekerjaan guru ... 39

Tabel 4.6 Materi PLPG mendukung untuk tercapainya sasaran kerja ... 40

Tabel 4.7 Materi PLPG dapat diterapkan di kelas ... 40

Tabel 4.8 Guru dapat mengaplikasikan model-model PAIKEM ... 41

Tabel 4.9 Guru mendapatkan pengakuan kualifikasi keterampilan atau keahlian kerja dan memperoleh promosi jabatan ... 42

Tabel 4.10 Guru mengalami kesulitan bila tidak mengikuti pelatihan ... 42

Tabel 4.11 Guru harus mampu menguasai landasan kependidikan ... 43

Tabel 4.12 Guru tidak perlu membuat rencana pengajaran ... 44

Tabel 4.13 Prinsip-prinsip psikologi pendidikan diaplikasikan dalam PBM .. 44

Tabel 4.14 Peer teaching yang diajarkan di PLPG dapat diterapkan di kelas ... 45

Tabel 4.15 Guru menggunakan metode pembelajaran secara bervariasi ... 46

Tabel 4.16 Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai RPP ... 46

Tabel 4.17 Guru memberikan motivasi, nasihat dan ide cemerlang kepada murid ... 47

Tabel 4.18 Guru mampu menyimpulkan materi pembelajaran dengan baik .. 48

(8)

Tabel 4.21 Perhitungan Distribusi Frekuensi ... 50

(9)

xii Lampiran 1 Pedoman wawancara Lampiran 2 Hasil wawancara

Lampiran 3 Surat Permohonan Pengisian Angket untuk Bapak/Ibu Guru Lampiran 4 Angket Peran PLPG dalam Menunjang Profesionalisme Guru Lampiran 5 Skor Angket Peran PLPG dalam Menunjang Profesionalisme Guru Lampiran 6 Perhitungan Distribusi Frekuensi

Lampiran 7 Perhitungan Rata-rata dan Simpang baku Lembar Pengajuan Judul Skripsi

Surat Bimbingan Skripsi

Surat Permohonan Izin Penelitian dan Riset/Wawancara

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jabatan guru sebagai profesi merupakan hal baru dalam khasanah pendidikan di Indonesia terutama setelah dikeluarkannyaUndang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) yang disyahkan oleh DPR. Sesuai dengan amanat Undang - Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2008 tentang Guru danPeraturan Menteri pendidikan Nasional No 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan menyebabkan perlu adanya penyelenggaraan sertifikasi profesi melalui penilaian portofolio atau melalui pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

Guru memegang peran penting dan strategis dalam pendidikan. Sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih para siswa, guru merupakan agen perubahan sosial yang mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermartabat, dan lebih mandiri.

Selain itu, Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.

(11)

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya yang berat itu, guru dituntut memiliki segenap kompetensi antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, yang satu sama lain terintegrasi dalam kepribadiannya secara utuh. Namun kenyataannya di lapangan, sering kali pendidik tidak mempunyai kompetensi penuh dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Salah satu faktor penghambatnya adalah kemampuan pendidik yang belum menunjang pelaksanaan tugas, tidak adanya kesadaran, keinginan dan kemauan dari pendidik itu sendiri untuk berupaya meningkatkan kompetensinya. Perkembangan kondisi guru yang memprihatinkan itu tenyata telah menjadi penyebab utama semakin terpuruknya penyelenggaraan proses belajar mengajar disatuan pendidikan yang berlangsung tidak efektif, tidak efisien dan berkualitas rendah.

Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat langsung pada rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa kita. Karena proses untuk melahirkan sumber daya manusia yang bermutu hanya bisa melalui jalur pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula.

Mutu pendidikan dapat dicapai apabila para guru memiliki penghasilan yang mencukupi, sehingga mereka mampu memberikan perhatian secara memadai dalam menunaikan tugasnya. Oleh karena itu tenaga pendidik perlu mengembangkan, memperluas, memperbaharui, dan memperdalam pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya setiap waktu. Dalam kaitan ini program-program pendidikan yang dapat membantu perkembangan kompetensi tenaga pendidik antara lain adalah seminar, pelatihan dan kursus.

Guru diharapkan dapat berperan secara profesional dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Profesional, jelas kaitannya dengan kemampuan fungsional seorang pendidik untuk memahami, bersikap, menilai, memutuskan, atau bertindak dalam menjalankan tugasnya.

(12)

guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Seorang guru selain harus memiliki pendidikan yang diperoleh dari institusi formal, juga harus mempunyai kualifikasi sebagai tenaga pendidik. Selain itu guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan serta mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik yang berkualitas.

PLPG merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan intelektual dan kepribadian manusia. Selain itu PLPG berperan penting dalam memenuhi kebutuhan manusia dan organisasi atau instansi pemerintah agar dapat maju dan berkembang baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan sesuai dengan kebutuhan tuntutan lembaga pendidikan itu sendiri.

Pendidikan dan latihan profesi guru diperuntukkan bagi guru yang telah manjalani sertifikasi profesi melalui uji portofolio. Dalam dua tahap sertifikasi melalui uji portifolio, hanya sebagian kecil guru yang dinyatakan memenuhi kualifikasi. Guru yang gagal memenuhi persyaratan diwajibkan mengikuti PLPG.

Adapun tujuan dari Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), yaitu "untuk meningkatkan kompetensi guru yang belum lulus dalam penilaian portofolio dan untuk menentukan kelulusan peserta sertifikasi guru dalam jabatan yang belum lulus dalam penilaian portofolio”.1 Selanjutnya yang menjadi peserta PLPG adalah “guru peserta sertifikasi yang belum lulus pada penilaian portofolio dan direkomendasikan untuk mengikuti PLPG oleh Rayon LPTK penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan”.2

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik adalah “tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara,

1 http://misbache.wordpress.com/2009/09/15/plpg-dalam-kenangan/

(13)

tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.3

Selanjutnya dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan pengertian guru adalah: “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.4 Sedangkan “profesional” itu sendiri mengandung makna “suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.5

Pengakuan legalisasi profesional bagi guru ini dibuktikan melalui sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik bagi guru prajabatan diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PLPG), sedangkan bagi guru dalam jabatan diperoleh melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio atau pemberian sertifikat secara langsung.

Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan menuangkan masalah ini dalam bentuk skripsi dengan judul EFEKTIVITAS PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) DALAM MENUNJANG PROFESSIONALISME GURU (Studi Kasus pada Guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang - Banten).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kompetensi profesionalisme guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang setelah mengikuti PLPG?

2. Bagaimana efektivitas PLPG dalam menunjang profesionalisme guru? 3. Adakah standarisasi kompetensi lulusan PLPG?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi profesionalisme guru?

3UU SISDIKNAS 2003 (UU RI No. 20 Th. 2003), Cet-1, Jakarta: Sinar Grafika,2003), h.3

4UU RI No. 14 Th 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN, Cet-1, (Ciputat: CIPUTAT PRESS, 2006) h.3

(14)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan keraguan dalam penafsiran dan penelitian, maka yang akan dijadikan fokus kajian penelitian dan sekaligus menjadi ruang lingkup penelitian yaitu efektivitas PLPG dalam menunjang dalam profesionalisme guru (Studi Kasus pada Guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang – Banten)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat efektivitas pelaksanaan PLPG dalam upaya pembinaan profesionalisme guru (Studi Kasus pada Guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang – Banten)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan penulis tentang ruang lingkup pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan guru (dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru)

2. Dapat dijadikan bahan referensi bagi guru atau calon guru untuk lebih termotivasi dalam meningkatkan kompetensinya serta melaksanakan tugas-tugasnya agar menjadi guru yang profesional.

(15)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Efektifitas

Efektifitas dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ”efektifitas berasal dari kata efek yang berarti akibat atau pengaruh, selanjutnya berkembang menjadi efektif yang berarti dapat membawa hasil, manjur atau mujarab”.1

Sondang P. Siagian memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya”.2 Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Sementara itu, definisi Efektivitas menurut Abdurahmat adalah ”pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya”.3 Jadi, efektivitas dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang mampu membawa hasil dan usaha yang dapat

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Ed.3, Cet-2, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta:Balai Pustaka,2002), h.

2

http: //othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang efektivitas.html

3

http: //othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang efektivitas.html

(16)

mencapai tujuan, tidak ada hasil kerja yang baik tanpa sistem kerja yang baik pula, karena hasil tergantung pada proses kerja.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.

Dengan demikian, efektifitas dalam pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan pengaruh yang tepat, akurat, dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Efisiensi dan efektifitas merupakan satu prinsip pengajaran, maka suatu pengajaran yang baik dalam proses pengajaran itu menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara tepat dan cermat serta optimal.

2. Hakikat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Istilah pendidikan mempunyai banyak makna. Dalam ”Dictionary of Education” dinyatakan bahwa pendidikan adalah:

a. Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dan tempat hidup mereka.

b. Proses sosial terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual optimum.4

Pendidikan dapat berlangsung dimana saja tempat manusia berada, baik di dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah yang dapat memberi kontribusi dalam pembentukan keterampilan, sikap dan tingkah laku seseorang. Kegiatan pendidikan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, karena kegiatannya adalah mengembangkan kemampuan secara

4

(17)

jasmani maupun rohani, intelektual ataupun emosional yang mengacu kearah perubahan positif.

Pendidikan sebagai persiapan atau bekal bagi kehidupan yang akan datang dalam masyarakat. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, karena tanpa pendidikan mustahil manusia atau suatu kelompok dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia. Seperti diungkapkan oleh Burhanuddin Salam, tentang Pendidikan:

a. Pendidikan berlangsung seumur hidup (life long education), ini berarti usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir sampai tutup usia, sepanjang manusia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya.

b. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

c. Pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.5

Menurut Faiz Manshur dalam artikelnya yang berjudul: “Pendidikan”, mendefinisikan pendidikan sebagai ”sarana manusia memperoleh ilmu pengetahuan, dengan tujuan agar manusia terbebas dari kebodohan”.6 Sedangkan pelatihan menurut Johanes Papu dalam artikelnya yang berjudul: “Analisis Kebutuhan Pelatihan” menyatakan bahwa ”pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara kinerja yang ada pada saat ini dengan kinerja standar atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh si pegawai”.7

Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas bahwa, pendidikan adalah tanggung jawab manusia subjek atas diri sendiri lebih-lebih sesudah ia dewasa, yakni mandiri secara sosial, ekonomis, psikologi, dan lain-lain. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

5

Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Bandung: Rineka Cipta, 1996), Cet ke-1, h. 5

6

http: //tpers.net/?p=119

7

(18)

teoritis, konseptual dan moral supaya menjadi lebih baik serta mencapai hasil optimal.

Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bagi peserta sertifikasi yang belum dinyatakan lulus, LPTK Rayon merekomendasikan alternatif: (a) melakukan kegiatan mandiri untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio atau (b) mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau PLPG) yang diakhiri dengan ujian. PLPG diakhiri dengan uji kompetensi guru yang dilakukan oleh LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru dengan mengacu pada rambu-rambu Ujian PLPG. Uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (praktik pembelajaran).

PLPG sangat diperlukan dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan. PLPG juga penting untuk membantu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan lebih baik. Selain itu PLPG akan membawa keuntungan bagi lembaga pendidikan, sehingga akan tercipta tenaga-tenaga pendidik yang profesional serta berkompetensi pada bidangnya masing-masing.

Profesi guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagaimana dituntut oleh undang-undang guru dan dosen.

Marimba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidk terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 8

Pendidikan berbeda dengan pelatihan. Pelatihan merupakan bagian dari pedidikan. Walaupun demikian, pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama, yaitu pembelajaran. Pelatihan bersifat spesifik, praktis

8

(19)

dan segera. Yang dimaksud dengan spesifik dalam arti pelatihan berhubungan secara spesifik dengan pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan praktis dan segera adalah bahwa apa yang sudah dilatihkan dapat diaplikasikan dengan segera sehingga materi yang diberikan harus bersifat praktis.

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia pengertian pelatihan merupakan ”proses, cara, kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.”9 Selanjutnya pelatihan menurut Burhanuddin Salam ”merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang”.10

Edwards Deming menyatakan bahwa ”apabila pelatihan terlalu difokuskan pada aplikasi langsung merupakan pandangan yang keliru. Berbagai macam pembelajaran dapat memberikan keuntungan yang tidak dapat diprediksi”.11

Dari beberapa pengertian pelatihan jelaslah, bahwa pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan karena dalam pelatihan terdapat proses transfer pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kecakapan dalam bekerja. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu kunci dalam manajemen sumber daya manusia dan merupakan salah satu tugas serta tanggung jawab yang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.

Pendidikan dan pelatihan dapat diartikan sebagai suatu upaya peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia, dan juga sebagai proses mempersiapkan tenaga pendidik untuk mencapai kinerja yang memadai sesuai dengan standar dan tuntutan lembaga pendidikan tersebut.

9

Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit: Lintas Media Jombang h. 713

10

Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik,... h. 28

11

(20)

Dari definisi Pendidikan dan Pelatihan, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan sarana untuk menambah pengetahuan, dimana kedua hal tersebut adalah sebagai acuan untuk kehidupan yang lebih baik.

Pendidikan dan pelatihan pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk kegiatan dari program pengembangan sumber daya manusia (personal development). Pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu mata rantai (link) dari siklus pengelolaan personil dapat diartikan: merupakan proses perbaikan staf melalui berbagai macam pendekatan yang menekankan realisasi diri (kesadaran), pertumbuhan pribadi dan pengembangan diri. Pengembangan mencakup kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perbaikan dan pertumbuhan kemampuan (abilities), sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan anggota organisasi.

Disisi lain, Pendidikan dan pelatihan juga merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia yang mumpuni, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.

Pendidikan (formal) di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedang pelatihan (training) sering dikacaukan penggunaannya dengan latihan (pratice atau exercise) ialah merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang”.12

Menurut Wahjosumidjo, arti pendidikan dan pelatihan dapat dirumuskan: ”suatu program kesempatan belajar yang direncanakan untuk menghasilkan anggota, staff... demi memperbaiki penampilan seseorang yang telah mendapatkan tugas menduduki jabatan.13

12

Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber DayaManusia, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), Cet. Ke-3, h. 28

13

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,

(21)

Pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk pengembangan sumber daya manusia yang amat strategis. Sebab dalam program pendidikan dan pelatihan selalu berkaitan dengan masalah nilai, norma, dan perilaku individu dan kelompok. Program pendidikan dan pelatihan selalu direncanakan untuk tujuan-tujuan seperti pengembangan pribadi, pengembangan profesional, pemecahan masalah, dan motivasi.

Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia, yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Terutama pendidikan dan pelatihan bagi guru, karena guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, dimana saat ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dalam hal ini W. Robert Houston memberikan pengertian kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.14 Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititikberatkan pada tugas guru dalam mengajar.

Pendidikan dan pelatihan selain itu juga merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan intelektual manusia.

Jelaslah bahwa pendidikan dan pelatihan memang sangat diperlukan bagi para guru sebagai Agent of Change dalam dunia pendidikan. Karena pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan tidak hanya berguna bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya pendidikan adalah upaya perbaikan perilaku dalam aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik yang dilakukan melalui aktivitas pengarahan, pembimbingan, penteladanan dan latihan. Sedangkan pelatihan pada dasarnya sebuah proses menjadikan seseorang memiliki pengetahuan,

14

(22)

keterampilan, sikap dan juga sebagai usaha perluasan ke tingkat yang lebih terampil dan mahir.

PLPG juga penting untuk membantu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan lebih baik. Selain itu PLPG akan membawa keuntungan bagi lembaga pendidikan, sehingga akan tercipta tenaga-tenaga pendidik yang profesional serta berkompetensi pada bidangnya masing-masing.

b. Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Tujuan PLPG berhubungan erat dengan manfaat dari PLPG tersebut, dengan maksud agar tenaga pendidik dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan lebih baik lagi.

Adapun tujuan dari pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG) adalah ”untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru peserta sertifikasi yang belum mencapai batas minimal skor kelulusan pada penilaian portofolio, dan untuk menentukan kelulusan peserta sertifikasi guru melalui uji tulis dan uji kinerja di akhir PLPG”.15

Sedangkan manfaat pendidikan dan pelatihan menurut Sondang P. Siagian bagi organisasi, diantaranya:

1. Peningkatan produktivitas organisasi secara keseluruhan.

2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan. 3. Terjadi proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat 4. Timbul dorongan pada diri pekerja untuk terus meningkatkan

kemampuan kerjanya.

5. Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik.

6. Meningkatkan kepuasan kerja.

7. Semakin besar pengakuan atas kemampuan seorang.

8. Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru dimasa depan.16

PLPG dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi. Karena dengan adanya PLPG guru termotivasi untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya dan kualitas pendidikan di Indonesia akan

15

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2009:Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG), h.3

16

(23)

meningkat. Oleh karena itu setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang, maka pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya harus memperoleh perhatian yang besar.

PLPG adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku sasaran diklat. Secara konkret perubahan perilaku itu berbentuk peningkatan kemampuan dari sasaran diklat. Kemampuan ini mencakup kognitif, efektif, maupun psikomotor. Apabila dilihat dari pendekatan sistem, maka proses pendidikan dan pelatihan itu terdiri dari input (sasaran diklat) dan output (perubahan perilaku), dan faktor yang mempengaruhi proses tersebut.

Dapat dilihat bahwa tujuan PLPG dapat meningkatkan kualitas tenaga pendidik khususnya dalam hal keahlian, pengetahuan, dan sikap. Dari ketiga hal khusus ini bahwa satu sama lain saling berkaitan, karena keahlian tanpa pengetahuan akan percuma, kemudian pengetahuan tanpa sikap yang baik maka tidak ada artinya begitu juga sebaliknya. Jadi, untuk menjadi guru yang baik bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

3. Pelaksanaan Program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Sebelum suatu program pendidikan dan pelatihan (diklat) dilaksanakan oleh suatu instansi, perlu dilakukan suatu analisa tentang pendidikan dan pelatihan untuk kebutuhan instansi tersebut. Setelah melihat adanya kebutuhan instansi (lembaga), perlu dibuat program diklat yang sesuai dan benar-benar menyentuh (mencapai sasaran) kebutuhan lembaga, karena suatu program diklat yang baik adalah program yang mencapai sasaran, tepat seperti yang telah dirumuskan sebelumnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, antara lain, adanya penanggung jawab harian, adanya monitoring pelaksanaan pendidikan dan pelatihan melalui evaluasi harian, adanya alat-alat bantu yang diperlukan (OHP, flip chart, dan sebagainya)

(24)

efisien. Program pendidikan dan pelatihan harus berprinsip pada peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja masing-masing pegawai pada jabatannya. Untuk itu, setiap pegawai tidak boleh mengabaikan program diklat.

Program diklat merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan sumber daya manusia karena diklat tidak saja menambah pengetahuan, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan dalam bekerja sehingga produktifitas kerja semakin meningkat.

Dalam penyelenggaraan program diklat sering kali ditemukan berbagai persoalan-persoalan mendasar. Persoalan ini merupakan kekurangan yang perlu mendapat perhatian serius dari pengelola diklat. Kekurangan-kekurangan yang timbul dalam penyelenggaraan diklat akan menyebabkan kualitas dan dampak diklat akan menjadi kurang maksimal terhadap upaya pembenahan kualitas sumber daya manusia dalam suatu instansi (lembaga pendidikan).

Dalam hal ini Yusuf Irianto mengidentifikasi ada enam persoalan mendasar dalam penyelenggaraan program diklat, yaitu:

a. Isi program pendidikan dan pelatihan (diklat) tidak terkait dengan kebutuhan individu atau unit kerja.

b. Metode penyampaian diklat bersifat statis dan biasanya hanya menggunakan satu metode yaitu pengajaran klasikal.

c. Keterampilan dan pengetahuan yang diberikan kurang aplikatif. d. Pelatihan kurang berorientasi pada inti kebutuhan lembaga. e. Dampak diklat secara individual dan organisasional tidak

diukur secara sistematis.

f. Alat atau instrumen kerja yang dibutuhkan pegawai setelah mengikuti pelatihan tidak diberikan secara periodik.17

Berdasarkan rambu-rambu pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru adapun penyelenggaraan PLPG dilakukan berdasarkan proses baku sebagai berikut:

1. PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan yang telah ditetapkan pemerintah.

17

(25)

2. PLPG diselenggarakan selama minimal 9 hari dan bobot 90 jam pertemuan (JP), dengan alokasi 30 JP teori dan 60 JP praktik. Satu JP setara dengan 50 menit.

3. Pelaksanaan PLPG bertempat di LPTK atau di kabupaten/kota dengan memperhatikan kelayakannya (representatif dan kondusif) untuk proses pembelajaran.

4. Rombongan belajar (rombel) PLPG diupayakan satu bidang keahlian/mata pelajaran. Dalam kondisi tertentu yang tidak memungkinkan (dari segi jumlah) rombel dapat dilakukan berdasarkan rumpun bidang studi/mata pelajaran.

5. Satu rombel maksimal 30 orang peserta, dan satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising maksimal 10 orang peserta dalam kondisi tertentu jumlah peserta satu rombel atau kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising dapat disesuaikan.

6. Satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising difasilitasi oleh dua orang instruktur. Dalam kondisi tertentu, peer teaching/peer counseling/peer supervising dapat difasilitasi oleh satu orang, tetapi pada saat ujian, instruktur harus 2 orang.

7. Dalam proses pembelajaran, instruktur menggunakan multi media dan multi metode yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

8. PLPG diawali pretest sacara tertulis (1 JP) untuk mengukur kompetensi pedagogic dan professional awal peserta.

9. PLPG diakhiri uji kompetensi dengan mengacu pada rambu-rambu pelaksanaan PLPG. Uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (praktik pembelajaran).

10.Ujian tulis pada akhir PLPG dilaksanakan dengan pengaturan tempat duduk yang layak dan setiap 30 peserta diawasi oleh dua orang pengawas.

11.Ujian praktik dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Guru kelas dan guru mata pelajaran terpadu dengan kegiatan peer teaching.

b. Guru bimbingan konseling atau konselor terpadu dengan kegiatan peer counseling.

c. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas, ujian praktik terdiri atas penyusunan rencana program kepengawasan, penyusunan laporan kepengawasan dan ujian praktik supervisi (peer supervising).

d. Sekurang-kurangnya satu penguji pada ujian praktik harus memiliki NIA yang relevan atau dalam kondisi tertentu serumpun dengan mata pelajarannya.

(26)

bimbingan konseling dinilai dengan Lembar Penilaian Pelaksanaan Bimbingan Konseling.

f. Khusus untuk guru yang diangkat dalam jabatan pengawas ujian praktik supervisi dinilai dengan lembar penilaian yang analog dengan IPKG II.

12.Penentuan kelulusan peserta PLPG dilakukan secara objektif dan didasarkan pada rambu-rambu penilaian yang telah ditentukan.

13.Peserta yang lulus mendapat sertifikat pendidik, sedangkan yang tidak lulus diberi kesempatan untuk mengikut ujian ulang sebanyak-banyaknya dua kali. Ujian ulang diselesaikan pada tahun berjalan. Jika terpaksa tidak terselesaikan, maka ujian ulang dilakukan bersamaan dengan ujian PLPG kuota tahun berikutnya.

14.Pelaksanaan ujian diatur oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan dengan mengacu rambu-rambu ini.

15.Peserta yang belum lulus pada ujian ulang yang kedua diserahkan kembali ke dinas pendidikan/kandepag kabupaten/kota untuk dibina lebih lanjut18

Adapun materi PLPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru, yaitu ”1) pedagogik, 2) profesional, 3) kepribadian, 4) sosial.”19 Standarisasi kompetensi dirinci dalam materi PLPG ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-rambu yang ditetapkan oleh Dirjen Dikti atau Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru dan hasil need assesment.

Tabel 2.1

RAMBU-RAMBU STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG)

SMP/SMP-LB/MTs20 Standar Kompetensi Lulusan:

1. Memahami karakteristik peserta didik dan mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang mendidik.

2. Memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia.

3. Menguasai keilmuan, kajian kritis dan pendalaman isi dalam konteks kurikulum sekolah.

18

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional..., h. 4

19

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional..., h. 6

20

(27)

4. Mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega dan masyarakat.

No Materi Teori Praktik Keterangan

A UMUM

1 Pretest 1 •

2 Pengembangan profesionalitas guru

3 •Pembinaan guru

Professional yang meliputi: 1.Wawasan pengembangan

profesionalitas guru 2.Modeling kinerja

mengajar guru yang profesional

•Proporsi waktu 2 wawasan dan 1 modeling

B POKOK

1 Pendalaman materi mata pelajaran yang belum didik yang mengacu pada Rencana Pelaksanaan

3 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan karya ilmiah lainnya

4 Pelaksanaan pembelajaran (peer teaching)

(28)

pararel

•Tiap peserta tampil 3 kali @ 1 JP

•Tampilan ke-3 merupakan ujian praktik

• Pembinaan dan pengembangan kompetensi kepribadian dan sosial guru terintegrasi dalam kegiatan PLPG

*) Sudah terintegrasi di B.4

• Ujian akhir harus dapat memastikan bahwa peserta telah memenuhi standar kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Apapun alasannya, penyusunan program PLPG hendaknya dilakukan untuk mengatasi masalah tertentu yang akan memberi kontribusi dalam mencapai tujuan.

PLPG bukanlah merupakan suatu program untuk menghabiskan dana yang telah dianggarkan. Program PLPG hendaknya merupakan suatu kegiatan yang terstruktur yang harus dapat memberi nilai tambah bagi organisasi.

4. Pengertian Profesionalisme Guru

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai definisi profesionalisme, alangkah baiknya kita kenali terlebih dahulu definisi mengenai kata profesi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonrsia, yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, ”profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu”.21

Sedangkan kata profesi menurut Sikun Pribadi sebagai berikut ”profesi itu pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji

21

(29)

terbuka bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”.22

Pengertian profesi secara umum adalah ”sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam sience dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat”.23

Hakikat profesi adalah mutu pernyataan atau suatu janji terbuka, suatu janji yang dikemukakan oleh tenaga profesional. Profesi mengandung unsur pengabdian, hal ini dikarenakan profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan semata-mata bagi dirinya melainkan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu tenaga profesi yang profesional tidak boleh sampai merugikan, merusak atau menimbulkan malapetaka bagi masyarakat. Sebaliknya, profesi itu harus berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan dan kesampurnaan atau kesejahteraan bagi masyarakat.

Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu pula. Dalam pengertian profesi telah tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan baik.

Kata ”profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah ”pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena itu tidak dapat memperoleh pekerjaan lain”.24 Oleh sebab itu, pekerjaan guru ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan, meskipun

22

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Konsep dan Strategi, (Bandung: Mandar Maju, 1991), h. 1

23

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996), Cet-6, h.131

24

(30)

kenyataannya masih didapati guru yang berasal dari luar bidang pendidikan.

Orang yang profesional memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan orang yang tidak profesional meskipun dalam pekerjaan yang sama atau katakanlah berada dalam satu ruang kerja. Tidak jarang pula orang yang berlatar belakang pendidikan yang sama dan bekerja pada tempat yang sama menampilkan kinerja profesional yang berbeda, serta berbeda pula pengakuan masyarakat kepada mereka.

Profesionalisme atau profesionalisasi berkembang sesuai dengan kemajuan modern yang menuntut berbagai macam ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat yang makin lama makin kompleks. Profesionalisasi dalam berbagai bidang tertentu yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, melihat fenomena dalam dunia lapangan pekerjaan sekarang ini hal yang paling utama dan terutama yang menjadi buah persyaratan untuk memasuki dunia pekerjaan selain background dari lembaga pendidikan yaitu pengalaman dan spesialisasi terhadap dunia pekerjaan yang ada.

Profesionalisme dapat diartikan sebagai ”komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu”.25

Pengertian profesionalisme menurut Ahmad Tafsir adalah ”suatu faham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional.”26 Dengan demikian, orang yang profesioanal adalah orang yang memiliki profesi. Seseorang disebut memiliki profesi bila ia memiliki keahlian yang khusus untuk profesi itu, panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu, profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas, profesi adalah untuk masyarakat bukan untuk diri sendiri, harus mempunyai kecakapan untuk meyakinkan kliennya, harus memiliki

25

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Pustaka Setia, 2002) h. 23

26

(31)

otonomi dalam melakukan tugas profesinya, memiliki kode etik profesi, dan memiliki klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan layanan.

Sedangkan menurut M. Arifin mendefinisikan profesionalisme sebagai ”suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya didapatkan melalui pendidikan khusus.27 Dengan demikian, seorang pekerja profesional khususnya guru harus memiliki ketanggapan yang bijaksana agar lebih mantap dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan.

Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.

Menurut Moh. Uzer Usman guru profesional adalah ”orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya”.28

Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik, serta memenuhi kompetensi sebagai orang yang patut diteladani dalam ucapan dan tingkah lakunya.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang dilaksanakan oleh guru yang professional dengan bekal pendidikan, keahlian serta keterampilan khusus yang secara sengaja dipelajari dalam bidangnya dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum berdasarkan norma-norma yang berlaku.

27

M. H. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 105

28

(32)

5. Ciri-ciri Guru Profesional

Suatu profesi yang bersifat profesional akan dituntut keprofesionalannya, yang paling menonjol dari keprofesionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan, dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban dari profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka akan dituntut kemampuan, keterampilan, dan kompetensi keguruannya.

Menurut Rochman Natawidjaja sebagaimana yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi, yaitu:

a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas.

b. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.

c. Ada organisasi (lembaga pendidikan) yang mewadahi para pelakunnya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.

d. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya. e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku. f. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu

profesi.29

Seorang guru yang profesional harus mengetahui kode etik keguruan yang merupakan kerangka pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Adapun kode etik keguruan Indonesia yang telah disempurnakan berdasarkan hasil kongres PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) sebagai berikut:

a. Guru bertugas membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya dan berjiwa pancasila.

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekolah (kelas) sebaik-baiknya agar dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

29

(33)

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat.

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.

h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana penunjang dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.30

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.

Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya.

Jadi, dengan adanya ciri-ciri yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, serta mengakui dan sadar akan profesinya sebagai tenaga pendidik.

30

(34)

6. Kompetensi Profesionalisme Guru

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses dan luaran pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, maka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Seorang guru hendaknya meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab profesionalitasnya dalam bekerja serta memiliki motivasi yang tinggi untuk terus menerus berusaha meningkatkan kompetensinya sebagai guru yang profesional sesuai dengan kualifikasi yang dituntut atau dipersyaratkan oleh jenis dan jenjang satuan pendidikan tempatnya bertugas/bekerja.

Kompetensi sangat diharapkan untuk melaksanakan profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang sangat kompleks seperti sekarang ini. Profesi menuntut kemampuan untuk membuat keputusan serta kebijaksanaan yang tepat.

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai kompetensi profesionalisme guru, terlebih dahulu kita harus tahu syarat-syarat profesi, yaitu:

a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

b. Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahlian.

c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut, serta mampu untuk mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

d. Memiliki kode etik yang mengatur tingkah laku, sikap dan cara kerja.

e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dari profesi serta kesejahteraan anggotanya.

g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan spesialisasi dan kemandirian.

h. Memandang profesi sebagai suatu karir hidup dan menjadi seorang anggota yang permanen.31

31

(35)

Setelah mengetahui syarat dari profesi dapatlah dikatakan bahwa guru termasuk sebagai suatu profesi. Tentunya profesi dalam bidang pendidikan dan dengan sendirinya dituntut suatu keahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

Profesi guru hendaknya dilihat dalam hubungan yang luas dan perencanaan pendidikan hendaknya pula dilihat dalam konteks pembangunan secara menyeluruh sesuai dengan cita-cita bangsa.

Mengenai kompetensi profesionalisme guru, Muhibbin Syah mengemukakan beberapa kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki oleh guru sebagai profesi yang profesional32, antara lain:

a. Kompetensi Kognitif Guru (kecakapan ranah cipta)

Kompetensi ranah cipta merupakan kompetensi yang utama yang harus dimiliki oleh setiap calon guru dan guru profesional, kompetensi kognitif mengandung bermacam-macam pengetahuan, baik yang bersifat deklaratif maupun yang bersifat prosedural. Pengetahuan dan keterampilan ranah cipta dapat dikelompokan ke dalam dua kategori, yaitu ilmu pengetahuan pendidikan dan ilmu pengetahuan materi bidang studi.

b. Kompetensi Afektif Guru (kecakapan ranah rasa)

Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak sehingga amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini sebenarnya meliputi semua fenomena perasaan dan emosi, seperti cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.

Sikap dan perasaan diri itu meliputi:

1. Self concept and Self esteem (konsep diri dan harga diri)

2. Self efficacy and contextual efficacy (efikasi diri dan efikasi kontekstual guru)

3. Attitude of self acceptance and others acceptance (sikap penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain)

c. Kompetensi Psikomotor Guru (kecakapan ranah karsa)

Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmani yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah keterampilan ranah karsa yang berlangsung serta berkaitan dengan bidang studi garapannya.

Kompetensi ranah karsa guru meliputi:

32

(36)

1. Kecakapan fisik umum

Direfleksikan dalam bentuk gerakan atau tindakan umum jasmani guru, seperti duduk, berdiri, berjalan, dan sebagainya yang tidak langsung berhubungan dengan aktifitas mengajar. 2. Kecakapan fisik khusus

Meliputi keterampilan ekspresi verbal (tindakan) tertentu yang direfleksikan oleh guru terutama ketika dalam proses belajar mengajar.

B. Kerangka Berpikir

Tenaga pendidik (guru) merupakan unsur penting yang terdapat dalam suatu lembaga pendidikan. Karena guru merupakan SDM yang potensial untuk dikelola serta dikembangkan kemampuan dan kemauannya untuk mendapatkan hasil yang optimal dari sebuah lembaga atau instansi. Tanggung jawab tenaga pendidik adalah mengerjakan semua tugas yang diberikan kepadanya dengan mengacu kepada struktur organisasi dan job discriptionnya masing-masing sesuai dengan aturan yang berlaku (sebagai wujud cara pengerjaannya).

(37)

Walaupun dalam batas tertentu, kuantitas guru itu diperlukan, ketersediaan guru memang sangat penting terutama di daerah-daerah tertentu, apakah daerah terpencil, daerah perbatasan, namun yang jauh lebih penting adalah kualitas guru, sehingga diharapkan kehadiran mereka dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.

Untuk menjamin profesionlisme seorang guru, dirasakan perlu sekali dilakukan evaluasi kompetensi secara periodik., sehingga kevalidan sertifikat pendidik tetap terjaga. Mengingat kebutuhan dan tuntutan lapangan dan stakeholders itu terus berubah dan meningkat, maka pengembangan profesional merupakan suatu kebutuhan yang tak bisa dihindari.

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.

Guru yang profesional dalam bidang keguruan yaitu mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal, atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Dengan adanya program pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), maka akan menambah dan memperluas pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan seorang guru. Selain itu, diklat juga akan mempersiapkan tenaga pendidik untuk memperolah kenaikan pangkat yang dapat membawanya kepada jabatan yang lebih tinggi. Tentunya metode diklat yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan bidang dari tenaga pendidik yang bersangkutan. Karena dengan metode yang sesuai maka tenaga pendidik (guru) akan terdorong untuk bekerja lebih giat lagi dengan kemampuan kerja yang lebih tinggi.

(38)

berusaha mencapai tingkat kerja yang tinggi. Sehingga pada akhirnya, pegawai akan memiliki tingkat kinerja yang dapat diandalkan dalam menunjang produktivitas yang lebih baik. Semakin baik kinerja tenaga pendidik, semakin baik pula hasil yang dicapai. Selain itu, dengan kinerja yang tinggi, maka tujuan lembaga pendidikan nasional akan lebih mudah dicapai secara efektif dan efisien.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas

pelaksanaan PLPG dalam menunjang profesionalisme guru di SMP

Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang, Tangerang – Banten.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian skripsi adalah SMP

Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang, yang beralamat di Jalan Surya

Kencana No.29 Pamulang Barat Tangerang - Banten.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dan berkaitan dengan objek

penelitian skripsi, penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai

dengan bulan Desember 2009.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

yaitu metode penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasikan objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data

sebagaimana adanya.

(40)

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi objek penelitian1. Dalam sebuah penelitian populasi yang dipilih

erat hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah guru SMPM 22 Setiabudi Pamulang yang berjumlah

37 orang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data

dan dapat mewakili seluruh populasi dalam penelitian. Adapun besarnya

sampel yang penulis ambil sebanyak 60% dari populasi, yaitu sebanyak 22

orang guru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan ini penulis berusaha menganalisis data yang

diperoleh sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat dibuktikan

relevansinya.

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara. Yaitu pengumpulan data berupa pengajuan pertanyaan secara

lisan yang telah dipersiapkan secara tuntas dan dilengkapi dengan

instrumennya. Dalam wawancara ini, penulis mengadakan komunikasi

langsung dengan 10 orang guru SMPM 22 Pamulang yang telah mengikuti

PLPG.

2. Survei/Angket. Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data dari guru

SMPM 22 Pamulang seputar efektifitas PLPG dalam menunjang

profesionalisme guru.

3. Studi dokumentasi. Adapun data yang dicari melalui dokumentasi adalah

gambaran umum dan profil sekolah SMPM 22 Pamulang, data

guru/karyawan, data siswa, proses KBM, kurikulum, ekstrakurikuler yang

ada di sekolah dan laini-lain yang dianggap penting.

(41)

F. Instrumen Pengumpulan Data 1. Definisi Konseptual

Efektivitas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dalam

menunjang profesionalisme guru dapat diartikan tercapainya sebuah tujuan

dalam proses pengambilan keputusan tentang masalah pendidikan

khususnya profesi guru dalam rangka menghasilkan pengaruh yang tepat,

akurat, serta meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru

dalam suatu organisasi.

2. Definisi Operasional

Efektivitas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dapat diukur dari

meningkatnya kompetensi guru, menambah wawasan, pengetahuan dan

pengalaman baru dalam KBM, memotivasi para guru untuk menerapkan

model-model pembelajaran di kelas, dan membantu guru dalam

merencanakan proses pembelajaran di kelas sehingga dapat menghasilkan

output yang berkualitas di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Agar dalam pengumpulan data lebih terarah kepada tujuan yang hendak

dicapai, maka penulis membuat kisi-kisi instrumen penelitian sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Efektivitas PLPG dalam menunjang Profesionalisme Guru di SMPM 22 Setiabudi Pamulang

No Variabel Indikator Soal Item

1.Metode Pengajaran 2 1

2.Materi/Kurikulum PLPG 5,6 2

3.Efektivitas PLPG 1,3,4,7,8,9 6 1 Pendidikan dan

Latihan Profesi Guru

4.Peningkatan kualitas output 10 1

(42)

1. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar

11,12,13 3

2. Menguasai bahan pelajaran 14,16 2

3. Melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar

15,17,18,19 4 2 Profesionalisme

Guru

4. Menilai kemajuan proses belajar mengajar

20 1

Jumlah 10

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar

data-data tersebut dapat dipahami dan dapat memberikan arti bukan saja oleh

penulis, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil

penelitian ini.

Adapun tahap-tahap pada penelitian ini adalah:

1. Tahap Pra-Lapangan

Kegiatan ini meliputi penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan

penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan,

memilih dan memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan

penelitian seperti pedoman wawancara, recorder, buku catatan dan angket.

2. Tahap Editing dan Skoring

Data-data yang diperoleh melalui angket diolah melalui tahap editing dan

skoring. Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan dari lapangan

yang terkandung di dalam kuesioner yang kemudian diolah dan harus

diteliti terlebih dahulu agar dapat meningkatkan mutu data yang akan

diolah dan dianalisa. Selanjutnya penulis memberikan skor terhadap

(43)

Tabel 3.2

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini yang dilakukan adalah kegiatan menganalisa data yang

dipersiapkan dari proses pengumpulan data. Pengolahan data dan analisa

data sebenarnya dimulai dengan mengorganisasikan data dengan rapi,

sistematis, dan selengkap mungkin. Selanjutnya diadakan analisa hasil

penelitian secara keseluruhan tentang efektivitas PLPG dalam menunjang

profesionalisme guru.

Data yang terkumpul melalui angket dianalisa secara kuantitatif melalui

distribusi frekuensi dengan memberikan presentase, dalam hal ini penulis

menggunakan rumus sebagai berikut:

F

P = x 100

N

Keterangan:

P = Angka persentase

F = Frekuensi (jumlah jawaban responden)

N = Number of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)2

Adapun data tentang efektivitas PLPG dalam menunjang

profesionalisme guru dapat diketahui melalui perhitungan distribusi

frekuensi dan perhitungan rata-rata dan simpang baku.3

2 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. Ke-15, h.43

3

(44)

Perhitungan Distribusi Frekuensi:

Skor Terbesar = .... Skor Terkecil = ....

Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

Jumlah Kelas (JK) = 1 + 3,3 Log N

Internal Kelas = Range JK

Perhitungan rata-rata dan simpang baku:

X = ∑x

Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari efektivitas PLPG

dalam menunjang profesionalisme guru dapat diperoleh dengan cara sebagai

berikut:

1) Mencari tentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara rata-rata skor efektivitas PLPG dalam menunjang profesionalisme guru

dikurangi simpang baku sampai dengan rata-rata skor ditambah simpang

baku, hasilnya:

84 – 5,65 = 78,35

84 + 5,65 = 89,65

Jadi untuk kategori sedang rentang nilainya 78,35 s.d 89,65

2) Menentukan nilai rata-rata untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada di atas 89sampai dengan skor tertinggi, yaitu 91 s.d 93

3) Untuk menetukan nilai rata-rata untuk kategori rendah yaitu dengan menentukan skor yang berada di bawah 78 sampai skor terendah yang

didapat. Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut:

90 – 93 adalah rata-rata tentang efektivitas PLPG dalam menunjang

profesionalisme guru yang tertinggi.

78 – 89 adalah rata-rata tentang efektivitas PLPG dalam menunjang

profesionalisme guru yang sedang.

<78 adalah rata-rata tentang efektivitas PLPG dalam menunjang

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Untuk mengetahui mengenai efektivitas PLPG dalam menunjang profesionalisme guru (studi kasus pada guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang-Banten) penulis telah melakukan penyebaran angket kepada 22 guru (responden/sample). Selain memberikan angket penulis juga melakukan wawancara dengan 10 orang guru yang telah mengikuti PLPG guna memperjelas informasi yang didapat dari angket.

Dalam mengolah data, penulis mengambil pola perhitungan statistik dalam bentuk persentase, artinya setiap data dipersentasikan dalam bentuk frekuensi jawaban untuk setiap jawaban.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi data. Langkah selanjutnya adalah mengelola data dengan menggunakan tabulasi sehingga frekuensi setiap kemungkinan jawaban dapat diketahui. Frekuensi tersebut dituangkan dalam bentuk persentase. Dengan begitu berarti setiap item pernyataan menggunakan satu tabel yang langsung dibuat frekuensi dan persentasenya. Setelah itu, jawaban hasil angket dianalisa dan diinterpretasikan dalam bentuk per item. Untuk mengetahui secara deskriptif efektivitas PLPG dalam menunjang profesionalisme guru (studi kasus pada guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang-Banten) maka akan diuraikan dalam bentuk tabel-tabel berikut ini:

(46)

Tabel 4.1

PLPG menambah pengetahuan dan wawasan guru

Soal Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 12 54,55 %

Setuju 9 40,9 %

Ragu-ragu 1 4,55%

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

1

Jumlah 22 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pernyataan kebanyakan memilih jawaban sangat setuju berjumlah 12 orang(54,55%), selanjutnya sebanyak 9 orang (40,9%) memilih jawaban setuju dan 1 orang (4,55%) memilih jawaban ragu-ragu.

Dari informasi tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti PLPG dapat menambah pengetahuan dan wawasan guru. Ini terbukti dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 54,55 %.

Tabel 4.2

PTK (penelitian tindakan kelas) sangat penting untuk perbaikan pembelajaran

Soal Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 11 50 %

Setuju 11 50 %

Ragu-ragu - -

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

2

Jumlah 22 100 %

(47)

Dari informasi tabel di atas dapat disimpulkan bahwa PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sangat penting untuk perbaikan pembelajaran di kelas. Ini terbukti dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju dan setuju sama besar yaitu 50%.

Tabel 4.3

PLPG memotivasi guru untuk mengembangkan karir

Soal Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

3 Sangat Setuju 5 22,73

Setuju 17 77,27

Ragu-ragu - -

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 22 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pernyataan memilih jawaban sangat setuju berjumlah 5 orang (22,73%) dan yang memilih jawaban setuju sebanyak 17 orang (77,27%).

Dari informasi tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru setelah mengikuti PLPG memiliki keinginan untuk mengembangkan karir. Ini terbukti dari jawaban responden yang menjawab setuju sebanyak 77,27 %.

Tabel 4.4

Kompetensi dan profesionalisme guru meningkat setelah mengikuti PLPG Soal Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase %

4 Sangat Setuju 4 18,18

Setuju 16 72,73

Ragu-ragu 2 9,09

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Gambar

Tabel 4.20 Guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran  ..............................
Tabel 2.1 RAMBU-RAMBU STRUKTUR KURIKULUM
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Efektivitas PLPG dalam menunjang
Tabel 3.2 Skor Jawaban angket
+7

Referensi

Dokumen terkait