• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Model ARCS Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Model ARCS Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Quasi Eksperimen di SMA N 86 Jakarta)

SKRIPSI

MAHMUD AL HUDHORI 106016300656

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Keseimbangan Benda Tegar. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ARCS dengan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar. Model pembelajaran ARCS adalah model pembelajaran yang membangun motivasi siswa yang dimulai dari menarik perhatian siswa (Attantion) sebagai tahapan awal dengan menggunakan metode-metode seperti menampilkan video atau bermain games yang inti permasalahannya masih berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Tahap relevan (Relevance) yang mengaitkan ketertarikan awal siswa dengan manfaat atau aplikasi dari konsep yang mereka pelajari untuk diterapkan kedalam

kehidupan nyata. Tahap percaya diri (Confidence) dengan pengalaman nyata yang

dapat mereka peroleh dari konsep yang mereka pelajari akan membuat siswa merasa percaya diri untuk mengembangkan diri dan bersaing dalam kehidupan nyata. Tahap kepuasan (Satisfaction) dengan kemampuan mereka bersaing di dalam mengembangkan potensi mereka, mereka akan merasa puas atas hasil yang mereka peroleh selama proses pembelajaran dan pada akhirnya dapat menimbulkan motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa sehingga mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian bertempat di SMAN 86 Jakarta Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ARCS dan siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan uji tes hasil belajar tertulis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (model pembelajaran ARCS) adalah 70,70 sedangkan kelompok kontrol (pembelajaran konvensional) adalah 65,97. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung adalah 1,87 dan ttabel yang diperoleh adalah 1,66 sehingga H0

ditolak dan hal ini membuktikan adanya pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS.

(5)

Rigid Objects Concept. Thesis of Physics Education Study Program, Education of Natural Sciences department, Tarbiyah and Teachership Science Faculty, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta.

The purpose of the research is to determine whether there are significant influences between experiments class that using ARCS learning model and Control Class that using conventional learning models on the dynamics rotation and balance of rigid objects cancepts. ARCS learning model is a learning model that builds student’s motivation that start by commenced student’s attract (Attantion) as the initial stages by using methods such as displaying video or playing games that related to the concepts being taught. Relevance stage (Relevance) is a stage that relate student’s initial interest to the benefit of concepts application they were learning to be applied into their real life. Confidence stage (Confidence) is a stage with Student’s real experience that they get from their learning concepts can make students feel confident to develop themselves and compete in real life. Satisfaction stage (Satisfaction) is a stage with student’s compete ability in developing their potential, they will feel that they are satisfied with the results obtained during the learning process and can eventually lead to student’s high motivation that affect to student’s learning processes and achievements.

The method used was a quasi-experimental research that can not give full control in the research. The research took place at SMAN 86 Jakarta Selatan. The samples in this study were students of class XI IPA 1 as experimental class that uses the ARCS learning model and student of class XI IPA 2 as control class that uses the conventional learning model. The data collected by a written achievement test. Results showed that the average of student’s ahievement in experimental class (ARCS learning model) is 70,70 while the student’s achivement in control class (Conventional learning model) is 65,97. Based on the calculation results obtained by t-test was 1,87 and t-table is 1,66 so that H0 is rejected and this proves

the exixtence of significants influences of ARCS learning model in student’s achievement.

(6)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan

rasa syukur dikembalikan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis haturkan

kepada nabi Muhammad SAW, rasul yang mulia.

Sudah kewajiban yang harus diselesaikan bagi mahasiswa (khususnya

mahasiswa UIN) dalam rangka mengakhiri masa studinya, untuk membuat karya

tulis ilmiah berupa skripsi. Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar

Siswa”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

program strata 1 (S1) di Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Mengingat jasa-jasa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan tertima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena,MA.,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu memotivasi

dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan kegiatan kemahasiswaan.

4. Dr. Ahmad Sofian, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan

waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan

(7)

ii

5. Erina Hertanti M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan

waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan

petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah, staf, dan guru-guru terutama guru fisika SMA N 86 Jakarta

Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, serta

siswa-siswi SMAN 86 Jakarta Selatan khususnya kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang

telah menjadi sampel penelitian ini.

7. Bapak H. A. Sani’an dan Ibu Hj. Murnih tercinta yang telah merawat dan

mendidik penulis dengan kasih sayang, memberikan pengorbanan baik

material maupun spiritual yang tidak terhitung nilainya, serta senantiasa mendorong dan mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Istri tercinta yang telah memberikan motivasi, dan meluangkan waktu untuk

menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman mahasiswa seperjuangan program Studi Pendidikan Fisika

angkatan 2006 yang terus mendukung dan menyemangati penulis.

10.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini merupakan karya kecil di

tengah-tengah khazanah ilmu pengetahuan yang sangat luas. Namun penulis tetap

berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih pada Program Studi

Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah khususnya dan masyarakat

umumnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis persembahkan semuanya,

semoga kebaikan dan bantuan baik moral maupun material dari semua pihak

diterima Allah SWT sebagai amal shaleh di sisi-Nya dan mendapat balasan yang

berlipat ganda dari-Nya, amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 5 Januari 2013

(8)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretik ... 6

1. Model Pembelajaran ARCS ( Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) ... 6

2. Komponen Pembelajaran ARCS ... 8

1. Attantion (perhatian) ... 8

2. Relevance (relevansi) ... 10

3. Confidence (percaya diri) ... 11

4. Satisfaction (rasa bangga)... 13

3. Belajar dan Hasil Belajar ... 18

1. Pengertian Belajar ... 18

2. Pengertian Hasil Belajar ... 18

4. Pembelajaran Fisika ... 23

B. Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar ... 24

C. Kajian Penelitian Relevan ... 27

D. Kerangka Pikir ... 31

(9)

iv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 33

B. Metode Penelitian... 33

C. Desain Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

H. Kalibrasi Instrumen ... 36

1. Pengujian Validitas ... 36

2. Pengujian Relliabilitas ... 37

3. Daya Pembeda ... 38

4. Taraf Kesukaran ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 40

1. Uji Normalitas ... 40

2. Uji Homogenitas ... 41

3. Uji Hipotesis ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 43

2. Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 44

3. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes ... 46

a. Uji Normalitas ... 46

b. Uji Homogenitas ... 47

c. Uji Hipotesis ... 48

B. Pembahasan... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain penelitian... 33

Tabel 3.2 Perincian populasi dan sampel ... 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 35

Tabel 3.4 Hasil uji validitas instrumen ... 37

Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda ... 39

Tabel 3.6 Hasil uji daya pembeda instrumen ... 39

Tabel 3.7 Klasifikasi taraf kesukaran instrumen ... 40

Tabel 3.8 hasil uji taraf kesukaran instrumen ... 40

Tabel 4.1 Perbandingan frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol ... 43

Tabel 4.2 Perbandingan data statistik nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol ... 44

Tabel 4.3 perbandingan frekuensi nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol ... 44

Tabel 4.4 Perbandingan data statistik nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 45

Tabel 4.5 Perbandingan hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 46

Tabel 4.6 Perbandingan hasil perhitungan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 47

(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ARCS Fisika pada

Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar .... 57

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional Fisika pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar 77 Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 87

Lampiran 4 Uji Validasi Butir Soal ... 103

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Butir Soal ... 105

Lampiran 6 Daya Pembeda Butir Soal ... 106

Lampiran 7 Taraf Kesukaran Butir Soal ... 107

Lampiran 8 Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (Pembelajaran Model ARCS) ... 108

Lampiran 9 Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok kontrol (Pembelajaran Konvensional)... 110

Lampiran 10 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (Pembelajaran Model ARCS) ... 112

Lampiran 11 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol (Pembelajaran Konvensional) ... 114

Lampiran 12 Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dengan Rumus Lilliefors ... 116

Lampiran 13 Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol dengan Rumus Lilliefors ... 118

Lampiran 14 Uji Homogenitas dengan Rumus Uji-F... 120

Lampiran 15 Uji Hipotesis dengan Rumus Uji-T ... 121

Lampiran 16 Tabel Z Negatif ... 124

Lampiran 17 Tabel Z Positif ... 125

Lampiran 18 Tabel r ... 126

(12)

1

Pendidikan merupakan sebuah proses mengubah kemandirian, kesadaran

akan tanggung jawab, dan kewajiban dalam hidup manusia. Merubah kemandirian

dan kesadaran akan tanggung jawab harus melalui proses yang lama, karena

pengetahuan dan pengalaman yang baik dan bermakna dalam pendidikan tidaklah

diperoleh manusia begitu saja, tetapi melalui proses belajar. Salah satu

permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa

dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh

guru.

Proses belajar dalam pelaksanaannya haruslah sesuai dengan tujuan umum

dari belajar itu sendiri, yaitu mendapat pengetahuan, pemahaman konsep dan

keterampilan, serta pembentukan sikap.1 Sejalan dengan pentingnya pelaksanaan

pendidikan dan pembelajaran berdasarkan tujuan, maka pelaksanaan pembelajaran

dan pendidikan ilmu pengetahuan alam harus memperhatikan faktor-faktor yang

berpengaruh. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah peserta didik,

pendidik dan faktor pendukung.

Faktor dari peserta didik seperti bakat, minat atau kemauan, motivasi dan lain

sebagainya. Faktor dari pendidik seperti penguasaan konsep, cara atau metode

mengajar, penggunaan metode atau model pembelajaran. Faktor pendukung

seperti kondisi lingkungan dankelengkapan fasilitas pembelajaran.

Dari faktor tersebut di atas, salah satu faktor penting yang mempengaruhi

hasil belajar adalah peranan seorang pendidik. Peranan seorang pendidik inilah

yang harus diperhatikan dalam sebuah pembelajaran, karena pendidik harus dapat

menjadi sebagai informator, organisator, motivator, direktor (pengarah),

inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi peserta didik.2

Salah satu peranan pendidik yang sering tidak diperhatikan yaitu sebagai

1

Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;

2011) h. 26 - 28 2

(13)

motivator. Sebagai seorang motivator seorang pendidik harus dapat merangsang

dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi

siswa. Salah satunya dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang

sesuai, sehingga peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), seorang guru harus

memberikan pendekatan atau model yang dapat membantu siswa mencerna

konsep yang diajarkan. Artinya pendekatan yang digunakan pada pembelajaran

IPA khususnya fisika, harus pendekatan yang dapat menuntut siswa untuk

berkonsentrasi. Pendekatan seperti itulah yang nantinya akan memberikan

pengaruh positif, sehingga siswa tidak lagi menganggap bahwa pembelajaran

fisika adalah pembelajaran yang membosankan. Untuk itu diperlukan pemilihan

strategi atau model pembelajaran yang tepat.

Kesalahan penggunaan model akan berdampak kepada rasa ketertarikan

siswa (attention) dengan mata pelajaran, terutama pada mata pelajaran yang

membutuhkan perhatian penuh seperti fisika. Tidak hanya rasa ketertarikan saja

yang diperlukan, agar menjadi lebih bermakana guru perlu menjelaskan manfaat

apa yang dapat siswa peroleh dan terapkan setelah mereka terlibat dalam proses

pembelajaran, baik untuk kebutuhan sekarang ataupun untuk masa yang akan

datang (relevance). Apabila guru dapat menimbulkan perhatian dan menjelaskan

manfaat yang dapat siswa terapkan setelah belajar fisika dalam kehidupan

sehari-hari, maka hal tersebut diharapkan akan menjadi sebuah motivasi bagi siswa

untuk mempelajari fisika, seperti halnya penggunaan pesawat sederhana dalam

membantu kegiatan kerja sehari-hari.

Motivasi diharapkan akan menjadi usaha awal yang dilakukan guru untuk

dapat menjadikan siswa lebih percaya diri (confidence), dapat bersaing dan

berkembang terutama dalam hal pelajaran fisika yang sebelumnya selalu mereka

anggap membosankan, sulit, dan membuat stres. Dengan rasa percaya diri yang

memotivasi siswa untuk dapat bersaing dan berkembang, maka pelajaran yang

disampaikan guru akan menjadi bermakna, sehingga akan timbul rasa bangga

(14)

Kesulitan-kesulitan yang sering dialami siswa dalam mempelajari fisika salah

satunya dalam menganalisis hubungan antara konsep satu dengan konsep lain

yang saling terkait. Salah satu contoh adalah dalam konsep dinamika rotasi dan

keseimbangan benda tegar yang memerlukan sebuah analisis dan ketelitian yang

tinggi dari suatu kejadian sederhana. Dalam penyelesaian masalahnya, konsep

dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar harus mengaitkan antara konsep

gaya pada hukum Newton, konsep kinematika gerak, dan konsep gerak melingkar.

Dalam penentuan rumusnya tidak serta merta mudah dihafal, melainkan butuh

pemahaman bagaimana gaya bekerja pada suatu sistem yang menyebabkan benda

itu diam atau bergerak, serta faktor apa saja yang mempengaruhi benda berputar

atau tidak. Karena keterkaitan itulah siswa sering merasakan terlalu banyak

rumus, sulit dihafal, membuat kepala pusing dan sebagainya, sehingga minat atau

rasa ketertarikan siswa kepada mata pelajaran fisika menjadi kurang atau bahkan

tidak tertarik sama sekali.

Hal tersebut di atas, membutuhkan suatu pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual, yaitu pendekatan yang membangun motivasi siswa

dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks yang relevan.

Langkah untuk memotivasi menggunakan empat kondisi motivasi, yaitu model

motivasi yang dikembangkan oleh Jhon Keller yang dikenal denga model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model

pembelajaran ARCS menurut Keller dalam Hamoraon menyatakan bahwa model

pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah

untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan

mempertahankan motivasi siswa untuk belajar.3 Model pembelajaran ini juga

menekankan kepada guru untuk dapat mengembangkan cara mengajar, dengan

tidak menggunakan satu metode saja tetapi dapat menggunakan banyak metode

yang penggunaannya sesuai dengan konsep dan cara belajar dari peserta didik itu

sendiri.

3

(15)

Penyampaian materi dari guru tidak akan terasa monoton, tetapi bervariasi

dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kejadian yang sering

mereka hadapi sehari-hari, dengan hal tersebut diharapkan siswa akan termotivasi

mempelajari fisika. Tidak hanya itu, psikologis mereka juga akan terlatih untuk

lebih percaya diri agar dapat bersaing untuk lebih maju.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

pengaruh penggunaan model ARCS (attention, relevance, confidence,

satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan

keseimbangan benda tegar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah

di identifikasikan sebagai berikut:

1. Kurangnya minat, motivasi, dan rasa percaya diri siswa pada pelajaran fisika

karena metode pembelajaran yang kurang memperhatikan konsep fisika yang

diajarkan.

2. Kurangnya kemampuan kognitif siswa dalam mengaitkan konsep dasar yang

satu dengan konsep dasar yang lain dimana memiliki keterkaitan dalam satu

konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.

3. Hasil belajar yang belum maksimal karena proses pembelajaran yang belum

optimal.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam memahami konsep yaitu, dalam

hal hasil belajar siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda

tegar, maka penelitian ini menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention,

Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan melihat peningkatan hasil belajar

berdasarkan aspek kognitifnya. Peningkatan tersebut berdasarkan tingkat

pemahaman siswa yang bersandarkan pada taksonomi Bloom yang direvisi

meliputi jenjang C1 sampai dengan C4 yaitu, pengetahuan hingga daya analisis

(16)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah

penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,

Satisfaction) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

ARCS terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan

keseimbangan benda tegar.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran ARCS

2. Memberikan informasi alternatif model guna meningkatkan mutu pendidikan

pembelajaran.

3. Memberikan referensi bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan dan

(17)

6

1. Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)

Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),

dikembangkan oleh Keller sebagai jawaban dari pertanyaan bagaimana

merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil

belajar siswa. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai

harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai

(value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil

mencapai tujuan itu1. Dari dua komponen tersebut Keller mengembangkannya

menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah

attention, relevance, confidence, dan satisfaction dengan akronim ARCS.

Model ARCS didasarkan pada hasil penelitian John Keller pada tahun 1987

yang mengembangkan suatu model pembelajaran berbasis pada motivasi dan

lingkungan belajar siswa. Model pembelajarn ini dinamakan model ARCS yang

merupakan singkatan dari Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction.

Model pembelajaran ini secara sistematis digunakan untuk mengembangkan

strategi motivasi agar menjadi lebih spesifik2.

Model pembelajaran ARCS digunakan untuk mengembangkan motivasi

siswa, sikap pendidik, dan cara merancang pembelajaran dalam setiap materi

pelajaran. Model ini membantu pendidik untuk mengidentifikasikan komponen

pembelajaran, motivasi siswa ketika belajar, dan menyediakan strategi motivasi

1Norhasimi, “Model Motivasi ARCS”,

http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm , diakses pada 10 Agustus 2012 2Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in

E-Learning Experiences.The Journal of Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN:

(18)

yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memberi umpan balik tentang

ketertarikan dan kebutuhan siswa3.

Model pembelajaran ARCS terdiri atas 4 komponen utama yaitu Attention,

Relevance, Confidence, dan Satisfaction. Attention (perhatian) mengacu kepada

rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan, aplikasi, dan manfaatnya

dalam kehidupan sehari-hari. Relevance (relevansi) mengacu kepada persepsi

siswa yang menghubungkan materi pembelajaran dengan kebutuhan, kehidupan

sehari-hari, dan tujuan belajar siswa. Confidence (rasa percaya diri) mengacu pada

keyakinan siswa dalam mencapai keberhasilan pada kegiatan pembelajaran

melalui pengendalian diri. Satisfaction (kepuasan) mengacu kepada rasa puas

yang diperoleh siswa dari pencapaian dan keberhasilannya dalam proses

pembelajaran yang merupakan perpaduan dari penghargaan ekstrinsik dan

motivasi instrinsik4. Model pembelajaran ARCS diharapkan dapat memberikan

pengaruh yang positif, memberikan harapan, dorongan, proses pengatur tindakan,

dan pendidikan kemahiran5.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS

merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

dikembangkan berdasarkan motivasi dan lingkungan belajar siswa yang

mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan

pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan

menimbulkan rasa puas dalam diri siswa dan menjadikannya sebagai empat

komponen utama yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence

(rasa percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan).

3Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich. Applying the ARCS Model of

Motivational Designe to Pharmaceutical Education. American Journal of Pharmaceutical

Education Vol. 64, Summer 2000 h.191

4Mei-Mei Chang dan James D. Lehman. Learning Foreign Languange through an Interactive

Multimedia Program: An experimental Study on The Effects of the Relevance Component of the

ARCS Model. CALICO Journal, 20 (1), p-p 81 – 98: 2002, h. 83

5Hermann Astleitner, Associate Professor and Peter Lintner, M.A. The Effects Of

ARCS-Strategies On Self-Regulated Learning With Instructional Texts. (AUSTRIA, Departemen of

(19)

2. Komponen Model Pembelajaran ARCS

Model pembelajaran ARCS disusun berdasarkan teori Tolman dan Lewin

bahwa prilaku dan motivasi adalah hasil interaksi antara seseorang dengan

lingkungan. Teori ini kemudian dikembangkan oleh John Keller yang mengaitkan

motivasi dan lingkungan belajar siswa dengan hasil belajar siswa menjadi suatu

model pembelajaran yang dinamakan model ARCS. Model pembelajaran ARCS

terdiri atas empat komponen, antara lain:

a. Attention (perhatian)

“Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya

dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.”6

Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang

perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya

siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya

dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang

berlangsung.

Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diketahui oleh seorang guru

yang berkaitan dengan perhatian, yaitu:

1) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal yang baru,

hal-hal yang berlawanan dengan pengalaman yang didapat selama hidupnya.

2) Perhatian seseorang tertuju dan tetap berada dan diarahkan pada hal-hal

yang dianggap rumit, selama kerumitan tersebut tidak melampaui batas

kemampuan orang tersebut.

3) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya,

yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat, pengalaman dan

kebutuhannya.7

6

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

h. 105 7

(20)

Perhatian diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan siswa

yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok bahasan tertentu dan

merasa senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam

proses belajar mengajar selanjutnya.Menurut Keller (1987) strategi untuk

menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai berikut:

1) Gunakan metode penyampaian dalam proes pembelajaran yang bervariasi

(kelas, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat,

demontrasi, studi kasus).

2) Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi

penyampaian materi pembelajaran.

3) Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran.

4) Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep

yang digunakan.

5) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. 8

Perhatian siswa terhadap materi pelajaran akan muncul karena didorong oleh

rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu penting dalam proses pembelajaran

dan perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Sri Esti Wuryani

Djiwandono ada beberapa langkah untuk meningkatkan perhatian siswa dalam

proses pembelajaran, yaitu:

1) Sampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

2) Tunjukan bagaimana cara belajar dalam mata pelajaran yang diajarkan.

3) Tanyakan kepada siswa mengapa mata pelajaran ini penting untuk mereka.

4) Bangkitkan keingintahuan mereka dengan pertanyaan.

(21)

5) Ciptakan suatu kejutan dengan mempertunjukan suatu kejadian yang tidak

diharapkan, seperti argumentasi yang keras sebelum komunikasi pelajaran.

6) Mengubah lingkungan fisik dengan mengatur kelas dan menciptakan situasi

yang berbeda.

7) Pindahkan kesan siswa dengan memberikan suatu pelajaran yang membuat

siswa dapat menyentuh, mencium, atau merasakan.

8) Gunakan gerakan, sikap tubuh dan perubahan nada suara dengan berjalan di

antara siswa-siswa, berbicara pelan, dan kemudian tegas.

9) Hindari tingkah laku yang mengacau seperti mengetuk-ngetuk meja dengan

pensil atau menarik-narik rambut. 9

b. Relevance (relevansi)

Semua kegiatan dalam proses pembelajaran berhubungan dengan kehidupan

siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang

berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Jika siswa

merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan

berguna bagi kehidupan mereka maka siswa akan terdorong mempelajari sesuatu.

Dengan demikian motivasi siswa dalam pembelajaran akan meningkat jika apa

yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki

tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah, tujuan, sasaran yang jelas, ada

manfaat, dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai

tujuan tersebut.

Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang

akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan

mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan

kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan

dihilangkan sama sekali.

(22)

Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan

bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta

sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya. Suciati dan Udin Syarifuddin

Winatasyaputra mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi adalah

sebagai berikut:

1) Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah

mempelajari materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan

intruksional.

2) Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan

dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan

dan kehidupan nanti.

3) Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi

siswa. 10

c. Confidence (percaya diri)

Untuk menimbulkan rasa percaya diri siswa guru harus memperhatikan

berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat dalam kegiatan pembelajaran.

Minat siswa terhadap tugas yang diberikan dapat memotivasi siswa melanjutkan

tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan

minat mereka.

Membangkitkan dan memelihara minat atau perhatian merupakan usaha

menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran. Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha

mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Silvia minat terdiri dari beberapa

skala yang dihubungkan dengan proses belajar yaitu:

1) Keingintahuan (curiosity)

2) Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience)

3) Dorongan mencari sensasi (sensation seeking)

4) Kecenderungan bosan (boredom propeness)

5) Keluasan minat (breadth of interest). 11

(23)

Keingintahuan siswa terhadap kegiatan belajar dan ingin lebih mengenal

pelajaran itu sendiri merupakan dorongan untuk mencari tahu informasi dan

pengalaman baru tentang pelajaran yang belum siswa ketahui. Hal ini sejalan

dengan model ARCS yang bertujuan agar siswa memiliki perhatian akan

pelajaran, serta pengalaman baru apa yang nantinya dapat diterapkan pada

kehidupan mendatang. Berdasarkan rasa keingintahuan tersebut maka siswa akan

berpandangan terbuka terhadap pengalaman dan ide baru yang belum

diketahuinya, hal ini diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk belajar terus

menerus.

Dorongan mencari sensasi pada kegiatan belajar terlihat dari keterlibatan

siswa pada pengalaman belajar yang lebih bervariasi. Siswa yang memiliki

sensation seeking tinggi, berani meluangkan waktu yang lebih untuk terlibat pada

kegiatan-kegiatan pembelajaran. Siswa juga berani mengambil resiko secara fisik,

dan sosial untuk mengikuti pengalaman baru tersebut.

Kecenderungan bosan di dalam belajar merupakan hal yang sering terlihat di

dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi siswa yang sudah termotivasi untuk

memperoleh informasi baru akan tetap menampilkan kemampuan terbaik

meskipun sedang mengalami kebosanan. Siswa tetap memperhatikan materi yang

diajarkan, mengerjakan tugas dengan baik, mempertahankan konsentrasinya

dalam mengikuti kegiatan belajar.

Keluasan minat dalam belajar adalah siswa mencari pengalaman yang

bervariasi dan tidak hanya mempelajari materi yang disukainya saja. Siswa yang

memiliki keluasan minat belajar akan mempelajari dengan sungguh-sungguh

semua materi.

Siswa yang sudah memiliki minat dan termotivasi dalam belajar maka

semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Motivasi dapat menghasilkan

11Muji Astuti, Siswati, Imam Setyawan, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 18 Semarang.

(24)

ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman

sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.

Dalam meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dapat dilakukan dengan

beberapa langkah, misalnya:

1) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman

siswa. Misal menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di

urutkan dari materi yang mudah ke sukar.

2) Susun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil,

sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru

dengan sekaligus.

3) Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran.

Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa

yang diharapkan.

4) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang

memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.

5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya

kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan

siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”

6) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa

mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini. 12

d. Satisfaction (rasa bangga)

Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa

yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas

keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi

siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau

(25)

penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah

penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu

sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan

bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan

dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari

orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa

bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat

penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau

lingkungan.

Penghargaan (reward) dalam pendidika adalah memberi penghargaan

memberi hadiah kepada anak untuk angka-angkanya dan prestasinya. Reward

adalah alat pendidikan refresisf yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan

atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama anak yang

malas.13

Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan memberi

hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi. Reward itu tidak

harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward

diberikan dengan syarat:

1) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik,

2) Jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi.

3) Diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai

upah.

4) Jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun

sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang

lain. 14

13Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 67

(26)

Reward hendaknya diberikan berdasarkan beberapa tujuan di dalam

pendidikan,yaitu:

1) Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yang

malas dan lemah.

2) Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi.

3) Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar. 15

Menurut Muhammad Jameel Zeeno dalam Rusdian Hamid menyataka reward

diberikan dapat berupa sebagai berikut: (1) Pujian yang mendidik, (2) Memberi

hadiah, (3) Mendoakan, (4) Menempatkan papan prestasi, (5) Menepuk pundak,

(6) Menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi dalam memberikan semangat

siswa yang lain, (7) Berpesan pada yang lain, (8) Berpesan pada siswa yang

bersangkutan.16

Sesederhana apapun reward yang diberikan, sangat berarti bagi siswa untuk

meningkatkan motivasi dan semangat belajar dan prestasinya, brasal dari

kepuasan yang didapat sehingga meningkatkan rasa percaya diri siswa nantinya.

Model ARCS memberikan gambaran langkah-langkah yang harus diterapkan

dalam suatu kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta siswa-siswa yang

berprestasi. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

1) Mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari (A)

Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang

kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi

tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan

merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu

materi pelajaran yang akan disajikan

2) Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R)

Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran

yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat

15Ibid., h. 69

(27)

dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip

perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa dapat menangkap tujuan

dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui hubungan

atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman

belajar siswa tersebut.

3) Menyampaikan materi pelajaran (R)

Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan

terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat

memotivasi siswa yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan

menarik sehingga dapat menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa,

memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan

pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun

mengerjakan latihan soal dan menciptakan rasa puas di dalam diri siswa dengan

cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja siswa.

4) Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R)

Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada

hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik

untuk mengikuti pembelajaran. Adapun manfaat yang didapatkan dari

penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah memahami materi yang

disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang

konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa (attention)

dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan

pengalaman belajar siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance).

5) Memberi bimbingan belajar (R)

Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah

dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah

ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu

dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan

(28)

yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga siswa-siswa

tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.

6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran

(C dan S)

Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang

disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini,

siswa akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berparisipasi dalam pembelajaran ini

juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri siswa dan

akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena merasa

ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.

7) Memberi umpan balik (S)

Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat

merangsang pola berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara

aktif menanggapifeedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat

menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri

siswa.

8) Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran

(S)

Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja

disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan

berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh siswa

untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan

menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat

menciptakan rasa puas di dalam diri siswa. 17

17 Hamoraon, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/, diakses

(29)

3. Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”18 Secara

psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris, yaitu rohani dan

jasmani. Tingkah laku manusia ini terdiri dari sejumlah aspek yang apabila

manusia mengalami proses belajar, maka akan tampak perubahan pada

aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek tersebut adalah: (1) Pengetahuan, (2)

Pengertian, (3) Kebiasaan, (4) Keterampilan, (5)Apresiasi, (6) Emosional, (7)

Hubungan sosial, (8) Jasmani, (9) Etis atau budipekerti, (10) Sikap.19

Apabila seseorang sudah mengalami suatu proses pembelajaran, maka akan

terlihat perubahan pada salah satu atau beberapa pada aspek tingkah laku tersebut.

b. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi di dalam proses belajar

mengajar yang tolak ukurnya diamati dari dua sisi yang berbeda yaitu, dari sisi

guru dan sisi siswa. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan evaluasi

hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan

puncak proses belajar.20

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa yang terdiri dari beberapa aspek yang telah disebutkan di atas. Hasil belajar

juga merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

18Slameto, Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010),

h. 2 19

Oemar Hamalik, Proses belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 30

20 Dimyati dan Mudjiono, Balajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h.

(30)

sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan yang dilengkapi dengan serangkaian

pengalaman.21

Hasil belajar siswa yang baik diperoleh tidak dengan cara mudah, terdapat

beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya proses dalam kegiatan

pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa. Berikut beberapa

proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Proses yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang

rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan

dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari

orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama

diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap)

dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhu hasil belajar, yaitu:

(31)

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama

kualitas pengajaran. 22

Menurut Gagne terdapat lima kategori dalam hasil belajar siswa yaitu,

informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan

keterampilan.23 Menurut Bloom perubahan perilaku yang diperoleh karena proses

belajar haruslah memiliki penilaian dalam tiga ranah sebagai penilaian hasil

belajar siswa, yaitu bagaimana berpikir (ranah kognitif), bagaimana bersikap dan

merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik).24

Ketiga ranah ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif menurut Anderson dan krathwohl

Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari

pengetahuan tentang fakta-fakta samapai kepada proses intelektual yang

tinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, mengaplikasikan, menganalisis,

mensintesis, dan menilai. Tingkat taksonomi ini kemudian direvisi mulai

dari mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan

menciptakan.

1) Mengingat (remember): meningkatkan ingatan yang disajikandalam

bentuk yang sama seperti yang diajarkan.

2) Mengerti (understand): mampu membangun arti dari pesan

pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.

22Anas, 2011, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli”,

http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html#.UUhQuGe86Nk pada tanggal 12 Februari 2013

23Ibid,

24 Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah

(32)

3) Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan

maupun memecahkan masalah.

4) Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur

pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling

berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.

5) Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan

standar tertentu

6) Menciptakan (create): membuat suatu produk yang baru dengan

mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola

atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.25

b. Ranah Psikomotor

Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh

Harrow, disusun secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat

meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai, dan naturalisasi.

1) Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru suatu

perilaku yang dilihatnya.

2) Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa

bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru

3) Menetapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakuakn sesuatu

perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis,

dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat.

4) Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan

serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan

yang tepat.

5) Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan

tertentu secara spontan dan otomatis.26

25 Supriyadi, dkk. Ibid., h. 294-295

(33)

c. Ranah Afektif

Krathwohl, Bloom dan Maisa adalah pengembang taksonomi

tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini

menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu

nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku.

Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok.

1) Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal, bersedia

menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa

masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja.

2) Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi

terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar

pengenalan saja.

3) Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan

perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau

cara berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa konsisten

berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain

yang meminta atau mengharuskan.

4) Mengorganisasikan (organization): menunjukkan saling keterhubungan

antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan

nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi. Dalam hal ini siswa

menjadi commited terhadap suatu sistem nilai

5) Mengamalkan (characterization): berhubungan dengan

pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem

nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui prilaku yang konsisten

dengan nilai tersebut. Pada tingkat ini siswa telah mengintegrasikan

nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan,

dan perilaku akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut.27

(34)

4. Pembelajaran Fisika

“Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam

berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau

menentukan kelakuan tersebut. Sehingga fisika tidak terlepas dari penguasaan

konsep dan pemahaman.”28

Pembelajaran fisika adalah bagian dari ilmu alam. Menurut Kemble dalam

Sigit Suryono Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan

transformasi zat dan energi.

b. Ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk

hidup dan lingkungannya. 29

Menurut Depdiknas dalam Sigit Suryono, “belajar fisika yang

dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.”30

Menurut Abu Hamid dalam Sigit Suryono secara garis besar pembelajaran

fisika adalah sebagai berikut:

a. Proses belajar fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan

hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban

yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.

b. Pada hakikatnya mengajar fisika merupakan suatu usaha untuk memilih

strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi

28 Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12 Februari 2013

29 Ibid.

(35)

belajar fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat

melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan

hukum-hukum alam serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pada hakikatnya hasil belajar fisika merupakan kesadaran murid untuk

memperoleh konsep dan jaringan konsep fisika melalui eksplorasi dan

eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.31

B. Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar

Kajian gerak dalam fisika terbagi menjadi dua yang dibedakan berdasarkan

penyebab terjadinya gerak atau tidak. Ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa

memperhatikan penyebabnya disebut dengan kinematika, sedangkan ilmu yang

mempelajari gerak dengan melihat penyebabnya disebut dinamika.

Pada gerak linear sebuah benda dapat bergerak karena dipengaruhi oleh

gaya, begitu juga pada gerak rotasi. dapat melakukan gerak karena dipengaruhi

gaya. Namun gerak yang menyebabkan benda bergerak rotasi berbeda dengan

gaya yang menyebabkan benda bergerak secara linear.

Gaya yang menyebabkan benda bergerak rotasi dinamakan torsi atau

momen gaya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami

momen gaya yaitu, sumbu rotasi (poros), lengan gaya, dan garis kerja gaya.32

Sumbu rotasi (poros) merupakan suatu kedudukan yang tidak berubah

saat benda mengalami gerak rotasi. Lengan gaya merupakan jarak yang tegak

lurus dari sumbu rotasi dengan garis kerja gaya. Sedangkan garis kerja gaya

merupakan perpanjangan garis gaya.

31Ibid.,

(36)

L

α garis kerja d = Lengan gaya

F L. sin α

F. sin α

Karena ketiga hal tersebutlah maka momen gaya dapat dirumuskan.

τ = d x F

lengan gaya diperoleh dari penguraian panjang batang terhadap arah gaya

yang membentuk sudut sehingga harus di jadikan tegak lurus, maka:

τ = L Sin α x F τ = F Sin α x L

τ = momen gaya d = lengan momen L = panjang benda F = gaya

Torsi atau momen gaya termasuk besaran vektor, sehingga dalam

menyelesaikannya perlu diperhatikan arah gerak benda yang diakibatkan oleh

gaya. Sehingga diperlukan perjajian yang mengikat dalam menyelesaikan

permasalahan torsi. Perjanjian tersebut sebagai berikut:

a. Jika benda ketika diberi gaya berputar searah dengan putaran jarum jam,

maka momen gaya diberi tanda po sit if.

b. Jika benda ketika diberi gaya berputar berlawanan arah jarum jam, maka

momen gaya diberi tanda negat if.

Keseimbangan benda tegar tersusun dari dua frase kata, yaitu keseimbangan

dan benda tegar. Jika besar momen gaya sama besar maka dikatakan dalam

keadaan keseimbang rotasi33, dapat disimpulkan apabila besar gaya yang

mempengaruhi suatu benda memiliki nilai yang sama baik searah sumbu x, sumbu

(37)

y, atau rotasinya. Sedangkan benda tegar adalah benda yang bentuknya tidak

berubah ketika diberi gaya luar.34

Bentuk keseimbangan yang dipelajari pada keseimbangan benda tegar ini

adalah bentuk keseimbangan statis yaitu benda tidak melakukan gerak rotasi

maupun gerak translasi atau benda dalam keseimbnagan rotasi dan keseimbangan

translasi.35

Keseimbangan translasi tercapai apabila resultan gaya yang bekerja sama

dengan nol.

ΣF = 0

Sementara keseimbangan rotasi tercapai apabila resultan momen gaya

yang bekerja sama dengan nol.

Στ = 0

Pada keseimbangan benda tegar dipelajari keadaan atau kedudukan suatu

benda yang terbagi menjadi 3 kedudukan, yaitu benda dalam keadaan stabil, labil

dan netral. Benda dikatakan stabil apabila setelah gangguan kecil dihilangkan

benda akan kembali kedudukan semula, sedangkan dalam keadaan labil apabila

setelah gangguan kecil dihilangkan benda tidak kembali pada kedudukan semula,

untuk benda dalam keadaan netral dimana gangguan kecil tidak mempengaruhi

keseimbangan benda.36

Setiap partikel pada benda tegar memiliki berat, resultan gaya berat dari

setiap partikel menghasilkan gaya berat benda, titik tangkap gaya berat benda

inilah disebut titik berat.37 Mempelajari kedudukan atau keadaan benda-benda

tersebut haruslah memahami kedudukan centre of mass (kedudukan pusat massa)

dari suatu benda, dilihat dari bagaimana bentuk benda tersebut. Dalam

mempelajari benda-benda tersebut terbagi menjadi 3 yaitu, benda berbentuk

garis, bidang datar dan 3 dimensi. Pada bidang garis berhubungan dengan panjang

34Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.181

35Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.182

36Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.186-187

(38)

benda tersebut, pada benda bidang datar berhubungan dengan luas bidang

tersebut, sedangkan untuk 3 dimensi berhubungan dengan volum benda tersebut.

Aplikasi dari materi ini banyak diterapkan dan juga dipelajari pada bidang seperti

kedokteran, arsitek, otomotif, dan sebagainya.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang menggunakan model pembelajaran ARCS antara

lain, Penelitian yang dilakukan oleh A. A Mas Megawati Pertiwi dengan judul

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention, Relevance,

Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun

Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata

Pelajaran TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peerap model ARCS untuk

meigkatka hasil belajar siswa,meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan respon

siswa. Metodelogi yang digunakan dengan menggunakan quasi eksperimen

dengan rancangan penelitian Posttest-Only Control Group Design. Hasil

penelitian yang diperoleh menujukan bahwa hasil belar siswa menigkat38.

Penelitian yang dilakukan oleh Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang dengan

judul Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational

Education. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan pembelajaran motivasi

ARCS, pengajar dapat segera menemukan masalah belajar siswa dan merubah

strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga lebih

mudah mengarahkan motivasi siswa. Dengan adanya peningkatan motivasi siswa

maka hasil belajar siswapun akan meningkat.39

38 A. A Mas Megawati Pertiwi,Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention,

Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3

Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”. Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1, Nomor 2, Juni

2012 ISSN 2252-9063

39Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In

Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari

(39)

Penelitian yang dilakukan oleh Mei-Mei Chang dan James D. Lehman, dengan

judul penelitiannya Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia

Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of

the ARCS Models. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah, bahwa guru harus dapat

merealisasikan setiap teknik di kelas, sehingga menjadi sebuah strategi yang

efektif untuk mengembangkan kemampuan pendagogik siswa dalam belajar

bahasa.40

Penelitian yang dilakukan oleh Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas

G. Popovich, dengan judul penelitiannya Applying the ARCS model of

motivational Design to Apharmaceutical Education. Hasil penelitian mereka

menyimpulkan bahwa model ARCS membantu siswa farmasi untuk memahami

pentingnya pelajaran atau instruksi. Model pembelajaran yang memotivasi harus

dimiliki oleh setiap pendidik, karena dapat meningkatkan semangat belajar siswa

dan meningkatkan prestasi serta keterampilannya.41

Penelitian yang dilakukan oleh Sang H song dan John M. Keller dengan judul

penelitiannya, Effectiveness of Motivationally Adaptive Computer-Assisted

Instruction on the Dynamic Aspects of Motivation. Hasil penelitiannya

menjelaskan, walaupun terdapat keterbatasan dalam bentuk dasar pengembangan

pelajaran, diperoleh hasil bahwa desain motivasi ARCS dapat menyesuaikan

dengan pembelajaran seperti CAI. Begitu juga cara belajar yang ditampilkan oleh

model ARCS dapat diterapkan secara efektif untuk model motivasi CAI tersebut.

Dengan kata lain penelitian menggunakan model ARCS dapat dipastikan canggih

dan efektif penerapannya dalam menyesuaikan dengan desain motivasi yang

lain.42

40 Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive

Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the

ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number

1p-p.

41 Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich, Applying the ARCS model of

motivational Design to Apharmaceutical Education, American Journal of Pharmaceutical

Education Vol. 64, Summer 2000.

42 Sang H song dan John M. Keller. Effectiveness of Motivationally Adaptive

Computer-Assisted Instruction on the Dynamic Aspects of Moitivation. ETR&D, Vol. 49, No.2.2001, ISSN

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2. Perincian Populasi dan Sampel
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam perubahan ini, peristiwa konsumsi tidak lagi dapat ditafsirkan sebagai suatu peristiwa dimana masyarakat mengkonsumsi suatu barang ataupun objek

Dalam metode Genetic Algorithm Based Sentence Extraction for Text Summarization, Suanmali, Salim, dan Binwahlan (2011:1-8) melakukan ekstraksi ringkasan dengan

1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi

Dari hasil uji wilco xon, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemanfaatan wayang profesi dalam bimbingan klasika l dapat meningkatkan wawasan dan

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kompensasi, Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi

Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mengkaji; (1) tingkat kelayakan isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Penjasorkes SD Kelas 4 yang

Sehingga hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa antara Kualitas Pelayanan (X1) dan Kemampuan Pegawai (X2) dengan Kepuasan Pelanggan (Y) ada korelasi

Sdr/i dalam Kristus, bagi saya & sebagian besar jemaat, pengumpulan dana yang dimulai minggu ini (3 April 2016) adalah yang kedua kali.. Saya masih ingat sekitar 10 tahun lalu,