(Penelitian Quasi Eksperimen di SMA N 86 Jakarta)
SKRIPSI
MAHMUD AL HUDHORI 106016300656
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Keseimbangan Benda Tegar. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ARCS dengan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar. Model pembelajaran ARCS adalah model pembelajaran yang membangun motivasi siswa yang dimulai dari menarik perhatian siswa (Attantion) sebagai tahapan awal dengan menggunakan metode-metode seperti menampilkan video atau bermain games yang inti permasalahannya masih berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Tahap relevan (Relevance) yang mengaitkan ketertarikan awal siswa dengan manfaat atau aplikasi dari konsep yang mereka pelajari untuk diterapkan kedalam
kehidupan nyata. Tahap percaya diri (Confidence) dengan pengalaman nyata yang
dapat mereka peroleh dari konsep yang mereka pelajari akan membuat siswa merasa percaya diri untuk mengembangkan diri dan bersaing dalam kehidupan nyata. Tahap kepuasan (Satisfaction) dengan kemampuan mereka bersaing di dalam mengembangkan potensi mereka, mereka akan merasa puas atas hasil yang mereka peroleh selama proses pembelajaran dan pada akhirnya dapat menimbulkan motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa sehingga mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian bertempat di SMAN 86 Jakarta Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ARCS dan siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan uji tes hasil belajar tertulis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (model pembelajaran ARCS) adalah 70,70 sedangkan kelompok kontrol (pembelajaran konvensional) adalah 65,97. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung adalah 1,87 dan ttabel yang diperoleh adalah 1,66 sehingga H0
ditolak dan hal ini membuktikan adanya pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS.
Rigid Objects Concept. Thesis of Physics Education Study Program, Education of Natural Sciences department, Tarbiyah and Teachership Science Faculty, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta.
The purpose of the research is to determine whether there are significant influences between experiments class that using ARCS learning model and Control Class that using conventional learning models on the dynamics rotation and balance of rigid objects cancepts. ARCS learning model is a learning model that builds student’s motivation that start by commenced student’s attract (Attantion) as the initial stages by using methods such as displaying video or playing games that related to the concepts being taught. Relevance stage (Relevance) is a stage that relate student’s initial interest to the benefit of concepts application they were learning to be applied into their real life. Confidence stage (Confidence) is a stage with Student’s real experience that they get from their learning concepts can make students feel confident to develop themselves and compete in real life. Satisfaction stage (Satisfaction) is a stage with student’s compete ability in developing their potential, they will feel that they are satisfied with the results obtained during the learning process and can eventually lead to student’s high motivation that affect to student’s learning processes and achievements.
The method used was a quasi-experimental research that can not give full control in the research. The research took place at SMAN 86 Jakarta Selatan. The samples in this study were students of class XI IPA 1 as experimental class that uses the ARCS learning model and student of class XI IPA 2 as control class that uses the conventional learning model. The data collected by a written achievement test. Results showed that the average of student’s ahievement in experimental class (ARCS learning model) is 70,70 while the student’s achivement in control class (Conventional learning model) is 65,97. Based on the calculation results obtained by t-test was 1,87 and t-table is 1,66 so that H0 is rejected and this proves
the exixtence of significants influences of ARCS learning model in student’s achievement.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan
rasa syukur dikembalikan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis haturkan
kepada nabi Muhammad SAW, rasul yang mulia.
Sudah kewajiban yang harus diselesaikan bagi mahasiswa (khususnya
mahasiswa UIN) dalam rangka mengakhiri masa studinya, untuk membuat karya
tulis ilmiah berupa skripsi. Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar
Siswa”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
program strata 1 (S1) di Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Mengingat jasa-jasa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan tertima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena,MA.,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu memotivasi
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan kegiatan kemahasiswaan.
4. Dr. Ahmad Sofian, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan
waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
ii
5. Erina Hertanti M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah, staf, dan guru-guru terutama guru fisika SMA N 86 Jakarta
Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, serta
siswa-siswi SMAN 86 Jakarta Selatan khususnya kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang
telah menjadi sampel penelitian ini.
7. Bapak H. A. Sani’an dan Ibu Hj. Murnih tercinta yang telah merawat dan
mendidik penulis dengan kasih sayang, memberikan pengorbanan baik
material maupun spiritual yang tidak terhitung nilainya, serta senantiasa mendorong dan mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Istri tercinta yang telah memberikan motivasi, dan meluangkan waktu untuk
menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa seperjuangan program Studi Pendidikan Fisika
angkatan 2006 yang terus mendukung dan menyemangati penulis.
10.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini merupakan karya kecil di
tengah-tengah khazanah ilmu pengetahuan yang sangat luas. Namun penulis tetap
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih pada Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah khususnya dan masyarakat
umumnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis persembahkan semuanya,
semoga kebaikan dan bantuan baik moral maupun material dari semua pihak
diterima Allah SWT sebagai amal shaleh di sisi-Nya dan mendapat balasan yang
berlipat ganda dari-Nya, amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 5 Januari 2013
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretik ... 6
1. Model Pembelajaran ARCS ( Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) ... 6
2. Komponen Pembelajaran ARCS ... 8
1. Attantion (perhatian) ... 8
2. Relevance (relevansi) ... 10
3. Confidence (percaya diri) ... 11
4. Satisfaction (rasa bangga)... 13
3. Belajar dan Hasil Belajar ... 18
1. Pengertian Belajar ... 18
2. Pengertian Hasil Belajar ... 18
4. Pembelajaran Fisika ... 23
B. Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar ... 24
C. Kajian Penelitian Relevan ... 27
D. Kerangka Pikir ... 31
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian... 33
B. Metode Penelitian... 33
C. Desain Penelitian ... 33
D. Populasi dan Sampel ... 34
E. Variabel Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 34
G. Instrumen Pengumpulan Data ... 35
H. Kalibrasi Instrumen ... 36
1. Pengujian Validitas ... 36
2. Pengujian Relliabilitas ... 37
3. Daya Pembeda ... 38
4. Taraf Kesukaran ... 39
I. Teknik Analisis Data ... 40
1. Uji Normalitas ... 40
2. Uji Homogenitas ... 41
3. Uji Hipotesis ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 43
2. Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 44
3. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes ... 46
a. Uji Normalitas ... 46
b. Uji Homogenitas ... 47
c. Uji Hipotesis ... 48
B. Pembahasan... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 52
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain penelitian... 33
Tabel 3.2 Perincian populasi dan sampel ... 34
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 35
Tabel 3.4 Hasil uji validitas instrumen ... 37
Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda ... 39
Tabel 3.6 Hasil uji daya pembeda instrumen ... 39
Tabel 3.7 Klasifikasi taraf kesukaran instrumen ... 40
Tabel 3.8 hasil uji taraf kesukaran instrumen ... 40
Tabel 4.1 Perbandingan frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol ... 43
Tabel 4.2 Perbandingan data statistik nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol ... 44
Tabel 4.3 perbandingan frekuensi nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol ... 44
Tabel 4.4 Perbandingan data statistik nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 45
Tabel 4.5 Perbandingan hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 46
Tabel 4.6 Perbandingan hasil perhitungan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 47
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ARCS Fisika pada
Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar .... 57
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional Fisika pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar 77 Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 87
Lampiran 4 Uji Validasi Butir Soal ... 103
Lampiran 5 Uji Reliabilitas Butir Soal ... 105
Lampiran 6 Daya Pembeda Butir Soal ... 106
Lampiran 7 Taraf Kesukaran Butir Soal ... 107
Lampiran 8 Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (Pembelajaran Model ARCS) ... 108
Lampiran 9 Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok kontrol (Pembelajaran Konvensional)... 110
Lampiran 10 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (Pembelajaran Model ARCS) ... 112
Lampiran 11 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol (Pembelajaran Konvensional) ... 114
Lampiran 12 Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dengan Rumus Lilliefors ... 116
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol dengan Rumus Lilliefors ... 118
Lampiran 14 Uji Homogenitas dengan Rumus Uji-F... 120
Lampiran 15 Uji Hipotesis dengan Rumus Uji-T ... 121
Lampiran 16 Tabel Z Negatif ... 124
Lampiran 17 Tabel Z Positif ... 125
Lampiran 18 Tabel r ... 126
1
Pendidikan merupakan sebuah proses mengubah kemandirian, kesadaran
akan tanggung jawab, dan kewajiban dalam hidup manusia. Merubah kemandirian
dan kesadaran akan tanggung jawab harus melalui proses yang lama, karena
pengetahuan dan pengalaman yang baik dan bermakna dalam pendidikan tidaklah
diperoleh manusia begitu saja, tetapi melalui proses belajar. Salah satu
permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa
dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh
guru.
Proses belajar dalam pelaksanaannya haruslah sesuai dengan tujuan umum
dari belajar itu sendiri, yaitu mendapat pengetahuan, pemahaman konsep dan
keterampilan, serta pembentukan sikap.1 Sejalan dengan pentingnya pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran berdasarkan tujuan, maka pelaksanaan pembelajaran
dan pendidikan ilmu pengetahuan alam harus memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah peserta didik,
pendidik dan faktor pendukung.
Faktor dari peserta didik seperti bakat, minat atau kemauan, motivasi dan lain
sebagainya. Faktor dari pendidik seperti penguasaan konsep, cara atau metode
mengajar, penggunaan metode atau model pembelajaran. Faktor pendukung
seperti kondisi lingkungan dankelengkapan fasilitas pembelajaran.
Dari faktor tersebut di atas, salah satu faktor penting yang mempengaruhi
hasil belajar adalah peranan seorang pendidik. Peranan seorang pendidik inilah
yang harus diperhatikan dalam sebuah pembelajaran, karena pendidik harus dapat
menjadi sebagai informator, organisator, motivator, direktor (pengarah),
inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi peserta didik.2
Salah satu peranan pendidik yang sering tidak diperhatikan yaitu sebagai
1
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;
2011) h. 26 - 28 2
motivator. Sebagai seorang motivator seorang pendidik harus dapat merangsang
dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi
siswa. Salah satunya dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang
sesuai, sehingga peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), seorang guru harus
memberikan pendekatan atau model yang dapat membantu siswa mencerna
konsep yang diajarkan. Artinya pendekatan yang digunakan pada pembelajaran
IPA khususnya fisika, harus pendekatan yang dapat menuntut siswa untuk
berkonsentrasi. Pendekatan seperti itulah yang nantinya akan memberikan
pengaruh positif, sehingga siswa tidak lagi menganggap bahwa pembelajaran
fisika adalah pembelajaran yang membosankan. Untuk itu diperlukan pemilihan
strategi atau model pembelajaran yang tepat.
Kesalahan penggunaan model akan berdampak kepada rasa ketertarikan
siswa (attention) dengan mata pelajaran, terutama pada mata pelajaran yang
membutuhkan perhatian penuh seperti fisika. Tidak hanya rasa ketertarikan saja
yang diperlukan, agar menjadi lebih bermakana guru perlu menjelaskan manfaat
apa yang dapat siswa peroleh dan terapkan setelah mereka terlibat dalam proses
pembelajaran, baik untuk kebutuhan sekarang ataupun untuk masa yang akan
datang (relevance). Apabila guru dapat menimbulkan perhatian dan menjelaskan
manfaat yang dapat siswa terapkan setelah belajar fisika dalam kehidupan
sehari-hari, maka hal tersebut diharapkan akan menjadi sebuah motivasi bagi siswa
untuk mempelajari fisika, seperti halnya penggunaan pesawat sederhana dalam
membantu kegiatan kerja sehari-hari.
Motivasi diharapkan akan menjadi usaha awal yang dilakukan guru untuk
dapat menjadikan siswa lebih percaya diri (confidence), dapat bersaing dan
berkembang terutama dalam hal pelajaran fisika yang sebelumnya selalu mereka
anggap membosankan, sulit, dan membuat stres. Dengan rasa percaya diri yang
memotivasi siswa untuk dapat bersaing dan berkembang, maka pelajaran yang
disampaikan guru akan menjadi bermakna, sehingga akan timbul rasa bangga
Kesulitan-kesulitan yang sering dialami siswa dalam mempelajari fisika salah
satunya dalam menganalisis hubungan antara konsep satu dengan konsep lain
yang saling terkait. Salah satu contoh adalah dalam konsep dinamika rotasi dan
keseimbangan benda tegar yang memerlukan sebuah analisis dan ketelitian yang
tinggi dari suatu kejadian sederhana. Dalam penyelesaian masalahnya, konsep
dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar harus mengaitkan antara konsep
gaya pada hukum Newton, konsep kinematika gerak, dan konsep gerak melingkar.
Dalam penentuan rumusnya tidak serta merta mudah dihafal, melainkan butuh
pemahaman bagaimana gaya bekerja pada suatu sistem yang menyebabkan benda
itu diam atau bergerak, serta faktor apa saja yang mempengaruhi benda berputar
atau tidak. Karena keterkaitan itulah siswa sering merasakan terlalu banyak
rumus, sulit dihafal, membuat kepala pusing dan sebagainya, sehingga minat atau
rasa ketertarikan siswa kepada mata pelajaran fisika menjadi kurang atau bahkan
tidak tertarik sama sekali.
Hal tersebut di atas, membutuhkan suatu pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual, yaitu pendekatan yang membangun motivasi siswa
dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks yang relevan.
Langkah untuk memotivasi menggunakan empat kondisi motivasi, yaitu model
motivasi yang dikembangkan oleh Jhon Keller yang dikenal denga model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model
pembelajaran ARCS menurut Keller dalam Hamoraon menyatakan bahwa model
pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah
untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan
mempertahankan motivasi siswa untuk belajar.3 Model pembelajaran ini juga
menekankan kepada guru untuk dapat mengembangkan cara mengajar, dengan
tidak menggunakan satu metode saja tetapi dapat menggunakan banyak metode
yang penggunaannya sesuai dengan konsep dan cara belajar dari peserta didik itu
sendiri.
3
Penyampaian materi dari guru tidak akan terasa monoton, tetapi bervariasi
dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kejadian yang sering
mereka hadapi sehari-hari, dengan hal tersebut diharapkan siswa akan termotivasi
mempelajari fisika. Tidak hanya itu, psikologis mereka juga akan terlatih untuk
lebih percaya diri agar dapat bersaing untuk lebih maju.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pengaruh penggunaan model ARCS (attention, relevance, confidence,
satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan
keseimbangan benda tegar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah
di identifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya minat, motivasi, dan rasa percaya diri siswa pada pelajaran fisika
karena metode pembelajaran yang kurang memperhatikan konsep fisika yang
diajarkan.
2. Kurangnya kemampuan kognitif siswa dalam mengaitkan konsep dasar yang
satu dengan konsep dasar yang lain dimana memiliki keterkaitan dalam satu
konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
3. Hasil belajar yang belum maksimal karena proses pembelajaran yang belum
optimal.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam memahami konsep yaitu, dalam
hal hasil belajar siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda
tegar, maka penelitian ini menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan melihat peningkatan hasil belajar
berdasarkan aspek kognitifnya. Peningkatan tersebut berdasarkan tingkat
pemahaman siswa yang bersandarkan pada taksonomi Bloom yang direvisi
meliputi jenjang C1 sampai dengan C4 yaitu, pengetahuan hingga daya analisis
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
ARCS terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan
keseimbangan benda tegar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran ARCS
2. Memberikan informasi alternatif model guna meningkatkan mutu pendidikan
pembelajaran.
3. Memberikan referensi bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan dan
6
1. Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)
Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),
dikembangkan oleh Keller sebagai jawaban dari pertanyaan bagaimana
merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil
belajar siswa. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai
harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai
(value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil
mencapai tujuan itu1. Dari dua komponen tersebut Keller mengembangkannya
menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah
attention, relevance, confidence, dan satisfaction dengan akronim ARCS.
Model ARCS didasarkan pada hasil penelitian John Keller pada tahun 1987
yang mengembangkan suatu model pembelajaran berbasis pada motivasi dan
lingkungan belajar siswa. Model pembelajarn ini dinamakan model ARCS yang
merupakan singkatan dari Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction.
Model pembelajaran ini secara sistematis digunakan untuk mengembangkan
strategi motivasi agar menjadi lebih spesifik2.
Model pembelajaran ARCS digunakan untuk mengembangkan motivasi
siswa, sikap pendidik, dan cara merancang pembelajaran dalam setiap materi
pelajaran. Model ini membantu pendidik untuk mengidentifikasikan komponen
pembelajaran, motivasi siswa ketika belajar, dan menyediakan strategi motivasi
1Norhasimi, “Model Motivasi ARCS”,
http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm , diakses pada 10 Agustus 2012 2Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in
E-Learning Experiences.The Journal of Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN:
yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memberi umpan balik tentang
ketertarikan dan kebutuhan siswa3.
Model pembelajaran ARCS terdiri atas 4 komponen utama yaitu Attention,
Relevance, Confidence, dan Satisfaction. Attention (perhatian) mengacu kepada
rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan, aplikasi, dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari. Relevance (relevansi) mengacu kepada persepsi
siswa yang menghubungkan materi pembelajaran dengan kebutuhan, kehidupan
sehari-hari, dan tujuan belajar siswa. Confidence (rasa percaya diri) mengacu pada
keyakinan siswa dalam mencapai keberhasilan pada kegiatan pembelajaran
melalui pengendalian diri. Satisfaction (kepuasan) mengacu kepada rasa puas
yang diperoleh siswa dari pencapaian dan keberhasilannya dalam proses
pembelajaran yang merupakan perpaduan dari penghargaan ekstrinsik dan
motivasi instrinsik4. Model pembelajaran ARCS diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang positif, memberikan harapan, dorongan, proses pengatur tindakan,
dan pendidikan kemahiran5.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS
merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
dikembangkan berdasarkan motivasi dan lingkungan belajar siswa yang
mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan
pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan
menimbulkan rasa puas dalam diri siswa dan menjadikannya sebagai empat
komponen utama yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence
(rasa percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan).
3Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich. Applying the ARCS Model of
Motivational Designe to Pharmaceutical Education. American Journal of Pharmaceutical
Education Vol. 64, Summer 2000 h.191
4Mei-Mei Chang dan James D. Lehman. Learning Foreign Languange through an Interactive
Multimedia Program: An experimental Study on The Effects of the Relevance Component of the
ARCS Model. CALICO Journal, 20 (1), p-p 81 – 98: 2002, h. 83
5Hermann Astleitner, Associate Professor and Peter Lintner, M.A. The Effects Of
ARCS-Strategies On Self-Regulated Learning With Instructional Texts. (AUSTRIA, Departemen of
2. Komponen Model Pembelajaran ARCS
Model pembelajaran ARCS disusun berdasarkan teori Tolman dan Lewin
bahwa prilaku dan motivasi adalah hasil interaksi antara seseorang dengan
lingkungan. Teori ini kemudian dikembangkan oleh John Keller yang mengaitkan
motivasi dan lingkungan belajar siswa dengan hasil belajar siswa menjadi suatu
model pembelajaran yang dinamakan model ARCS. Model pembelajaran ARCS
terdiri atas empat komponen, antara lain:
a. Attention (perhatian)
“Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya
dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.”6
Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang
perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya
siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya
dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung.
Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diketahui oleh seorang guru
yang berkaitan dengan perhatian, yaitu:
1) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal yang baru,
hal-hal yang berlawanan dengan pengalaman yang didapat selama hidupnya.
2) Perhatian seseorang tertuju dan tetap berada dan diarahkan pada hal-hal
yang dianggap rumit, selama kerumitan tersebut tidak melampaui batas
kemampuan orang tersebut.
3) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya,
yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat, pengalaman dan
kebutuhannya.7
6
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 105 7
Perhatian diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan siswa
yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok bahasan tertentu dan
merasa senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam
proses belajar mengajar selanjutnya.Menurut Keller (1987) strategi untuk
menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai berikut:
1) Gunakan metode penyampaian dalam proes pembelajaran yang bervariasi
(kelas, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat,
demontrasi, studi kasus).
2) Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi
penyampaian materi pembelajaran.
3) Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran.
4) Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep
yang digunakan.
5) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. 8
Perhatian siswa terhadap materi pelajaran akan muncul karena didorong oleh
rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu penting dalam proses pembelajaran
dan perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Sri Esti Wuryani
Djiwandono ada beberapa langkah untuk meningkatkan perhatian siswa dalam
proses pembelajaran, yaitu:
1) Sampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
2) Tunjukan bagaimana cara belajar dalam mata pelajaran yang diajarkan.
3) Tanyakan kepada siswa mengapa mata pelajaran ini penting untuk mereka.
4) Bangkitkan keingintahuan mereka dengan pertanyaan.
5) Ciptakan suatu kejutan dengan mempertunjukan suatu kejadian yang tidak
diharapkan, seperti argumentasi yang keras sebelum komunikasi pelajaran.
6) Mengubah lingkungan fisik dengan mengatur kelas dan menciptakan situasi
yang berbeda.
7) Pindahkan kesan siswa dengan memberikan suatu pelajaran yang membuat
siswa dapat menyentuh, mencium, atau merasakan.
8) Gunakan gerakan, sikap tubuh dan perubahan nada suara dengan berjalan di
antara siswa-siswa, berbicara pelan, dan kemudian tegas.
9) Hindari tingkah laku yang mengacau seperti mengetuk-ngetuk meja dengan
pensil atau menarik-narik rambut. 9
b. Relevance (relevansi)
Semua kegiatan dalam proses pembelajaran berhubungan dengan kehidupan
siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Jika siswa
merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan
berguna bagi kehidupan mereka maka siswa akan terdorong mempelajari sesuatu.
Dengan demikian motivasi siswa dalam pembelajaran akan meningkat jika apa
yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki
tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah, tujuan, sasaran yang jelas, ada
manfaat, dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai
tujuan tersebut.
Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang
akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan
mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan
kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali.
Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan
bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta
sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya. Suciati dan Udin Syarifuddin
Winatasyaputra mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi adalah
sebagai berikut:
1) Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah
mempelajari materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan
intruksional.
2) Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan
dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan
dan kehidupan nanti.
3) Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi
siswa. 10
c. Confidence (percaya diri)
Untuk menimbulkan rasa percaya diri siswa guru harus memperhatikan
berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat dalam kegiatan pembelajaran.
Minat siswa terhadap tugas yang diberikan dapat memotivasi siswa melanjutkan
tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan
minat mereka.
Membangkitkan dan memelihara minat atau perhatian merupakan usaha
menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Silvia minat terdiri dari beberapa
skala yang dihubungkan dengan proses belajar yaitu:
1) Keingintahuan (curiosity)
2) Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience)
3) Dorongan mencari sensasi (sensation seeking)
4) Kecenderungan bosan (boredom propeness)
5) Keluasan minat (breadth of interest). 11
Keingintahuan siswa terhadap kegiatan belajar dan ingin lebih mengenal
pelajaran itu sendiri merupakan dorongan untuk mencari tahu informasi dan
pengalaman baru tentang pelajaran yang belum siswa ketahui. Hal ini sejalan
dengan model ARCS yang bertujuan agar siswa memiliki perhatian akan
pelajaran, serta pengalaman baru apa yang nantinya dapat diterapkan pada
kehidupan mendatang. Berdasarkan rasa keingintahuan tersebut maka siswa akan
berpandangan terbuka terhadap pengalaman dan ide baru yang belum
diketahuinya, hal ini diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk belajar terus
menerus.
Dorongan mencari sensasi pada kegiatan belajar terlihat dari keterlibatan
siswa pada pengalaman belajar yang lebih bervariasi. Siswa yang memiliki
sensation seeking tinggi, berani meluangkan waktu yang lebih untuk terlibat pada
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Siswa juga berani mengambil resiko secara fisik,
dan sosial untuk mengikuti pengalaman baru tersebut.
Kecenderungan bosan di dalam belajar merupakan hal yang sering terlihat di
dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi siswa yang sudah termotivasi untuk
memperoleh informasi baru akan tetap menampilkan kemampuan terbaik
meskipun sedang mengalami kebosanan. Siswa tetap memperhatikan materi yang
diajarkan, mengerjakan tugas dengan baik, mempertahankan konsentrasinya
dalam mengikuti kegiatan belajar.
Keluasan minat dalam belajar adalah siswa mencari pengalaman yang
bervariasi dan tidak hanya mempelajari materi yang disukainya saja. Siswa yang
memiliki keluasan minat belajar akan mempelajari dengan sungguh-sungguh
semua materi.
Siswa yang sudah memiliki minat dan termotivasi dalam belajar maka
semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Motivasi dapat menghasilkan
11Muji Astuti, Siswati, Imam Setyawan, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 18 Semarang.
ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman
sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.
Dalam meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dapat dilakukan dengan
beberapa langkah, misalnya:
1) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman
siswa. Misal menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di
urutkan dari materi yang mudah ke sukar.
2) Susun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil,
sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru
dengan sekaligus.
3) Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran.
Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa
yang diharapkan.
4) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang
memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.
5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya
kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan
siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”
6) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa
mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini. 12
d. Satisfaction (rasa bangga)
Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa
yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas
keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi
siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau
penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah
penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu
sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan
bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan
dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari
orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa
bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat
penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau
lingkungan.
Penghargaan (reward) dalam pendidika adalah memberi penghargaan
memberi hadiah kepada anak untuk angka-angkanya dan prestasinya. Reward
adalah alat pendidikan refresisf yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan
atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama anak yang
malas.13
Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan memberi
hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi. Reward itu tidak
harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward
diberikan dengan syarat:
1) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik,
2) Jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi.
3) Diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai
upah.
4) Jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun
sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang
lain. 14
13Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 67
Reward hendaknya diberikan berdasarkan beberapa tujuan di dalam
pendidikan,yaitu:
1) Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yang
malas dan lemah.
2) Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi.
3) Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar. 15
Menurut Muhammad Jameel Zeeno dalam Rusdian Hamid menyataka reward
diberikan dapat berupa sebagai berikut: (1) Pujian yang mendidik, (2) Memberi
hadiah, (3) Mendoakan, (4) Menempatkan papan prestasi, (5) Menepuk pundak,
(6) Menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi dalam memberikan semangat
siswa yang lain, (7) Berpesan pada yang lain, (8) Berpesan pada siswa yang
bersangkutan.16
Sesederhana apapun reward yang diberikan, sangat berarti bagi siswa untuk
meningkatkan motivasi dan semangat belajar dan prestasinya, brasal dari
kepuasan yang didapat sehingga meningkatkan rasa percaya diri siswa nantinya.
Model ARCS memberikan gambaran langkah-langkah yang harus diterapkan
dalam suatu kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta siswa-siswa yang
berprestasi. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1) Mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari (A)
Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang
kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi
tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan
merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu
materi pelajaran yang akan disajikan
2) Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R)
Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran
yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat
15Ibid., h. 69
dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip
perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa dapat menangkap tujuan
dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui hubungan
atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman
belajar siswa tersebut.
3) Menyampaikan materi pelajaran (R)
Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan
terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat
memotivasi siswa yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan
menarik sehingga dapat menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa,
memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan
pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun
mengerjakan latihan soal dan menciptakan rasa puas di dalam diri siswa dengan
cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja siswa.
4) Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R)
Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik
untuk mengikuti pembelajaran. Adapun manfaat yang didapatkan dari
penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah memahami materi yang
disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang
konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa (attention)
dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan
pengalaman belajar siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance).
5) Memberi bimbingan belajar (R)
Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah
dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah
ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu
dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan
yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga siswa-siswa
tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran
(C dan S)
Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang
disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini,
siswa akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berparisipasi dalam pembelajaran ini
juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri siswa dan
akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena merasa
ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
7) Memberi umpan balik (S)
Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat
merangsang pola berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara
aktif menanggapifeedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri
siswa.
8) Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran
(S)
Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja
disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh siswa
untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan
menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat
menciptakan rasa puas di dalam diri siswa. 17
17 Hamoraon, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/, diakses
3. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”18 Secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris, yaitu rohani dan
jasmani. Tingkah laku manusia ini terdiri dari sejumlah aspek yang apabila
manusia mengalami proses belajar, maka akan tampak perubahan pada
aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek tersebut adalah: (1) Pengetahuan, (2)
Pengertian, (3) Kebiasaan, (4) Keterampilan, (5)Apresiasi, (6) Emosional, (7)
Hubungan sosial, (8) Jasmani, (9) Etis atau budipekerti, (10) Sikap.19
Apabila seseorang sudah mengalami suatu proses pembelajaran, maka akan
terlihat perubahan pada salah satu atau beberapa pada aspek tingkah laku tersebut.
b. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi di dalam proses belajar
mengajar yang tolak ukurnya diamati dari dua sisi yang berbeda yaitu, dari sisi
guru dan sisi siswa. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan
puncak proses belajar.20
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang terdiri dari beberapa aspek yang telah disebutkan di atas. Hasil belajar
juga merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
18Slameto, Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010),
h. 2 19
Oemar Hamalik, Proses belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 30
20 Dimyati dan Mudjiono, Balajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h.
sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan yang dilengkapi dengan serangkaian
pengalaman.21
Hasil belajar siswa yang baik diperoleh tidak dengan cara mudah, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya proses dalam kegiatan
pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa. Berikut beberapa
proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Proses yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan
dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari
orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni
mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap)
dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhu hasil belajar, yaitu:
a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama
kualitas pengajaran. 22
Menurut Gagne terdapat lima kategori dalam hasil belajar siswa yaitu,
informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan.23 Menurut Bloom perubahan perilaku yang diperoleh karena proses
belajar haruslah memiliki penilaian dalam tiga ranah sebagai penilaian hasil
belajar siswa, yaitu bagaimana berpikir (ranah kognitif), bagaimana bersikap dan
merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik).24
Ketiga ranah ini dijabarkan sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif menurut Anderson dan krathwohl
Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari
pengetahuan tentang fakta-fakta samapai kepada proses intelektual yang
tinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesis, dan menilai. Tingkat taksonomi ini kemudian direvisi mulai
dari mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan
menciptakan.
1) Mengingat (remember): meningkatkan ingatan yang disajikandalam
bentuk yang sama seperti yang diajarkan.
2) Mengerti (understand): mampu membangun arti dari pesan
pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.
22Anas, 2011, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli”,
http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html#.UUhQuGe86Nk pada tanggal 12 Februari 2013
23Ibid,
24 Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah
3) Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan
maupun memecahkan masalah.
4) Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur
pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling
berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.
5) Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan
standar tertentu
6) Menciptakan (create): membuat suatu produk yang baru dengan
mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola
atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.25
b. Ranah Psikomotor
Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh
Harrow, disusun secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat
meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai, dan naturalisasi.
1) Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru suatu
perilaku yang dilihatnya.
2) Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa
bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru
3) Menetapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakuakn sesuatu
perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis,
dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat.
4) Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan
serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan
yang tepat.
5) Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan
tertentu secara spontan dan otomatis.26
25 Supriyadi, dkk. Ibid., h. 294-295
c. Ranah Afektif
Krathwohl, Bloom dan Maisa adalah pengembang taksonomi
tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini
menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu
nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku.
Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok.
1) Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal, bersedia
menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa
masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja.
2) Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi
terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar
pengenalan saja.
3) Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan
perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau
cara berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa konsisten
berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain
yang meminta atau mengharuskan.
4) Mengorganisasikan (organization): menunjukkan saling keterhubungan
antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan
nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi. Dalam hal ini siswa
menjadi commited terhadap suatu sistem nilai
5) Mengamalkan (characterization): berhubungan dengan
pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem
nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui prilaku yang konsisten
dengan nilai tersebut. Pada tingkat ini siswa telah mengintegrasikan
nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan,
dan perilaku akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut.27
4. Pembelajaran Fisika
“Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam
berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau
menentukan kelakuan tersebut. Sehingga fisika tidak terlepas dari penguasaan
konsep dan pemahaman.”28
Pembelajaran fisika adalah bagian dari ilmu alam. Menurut Kemble dalam
Sigit Suryono Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan
transformasi zat dan energi.
b. Ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk
hidup dan lingkungannya. 29
Menurut Depdiknas dalam Sigit Suryono, “belajar fisika yang
dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.”30
Menurut Abu Hamid dalam Sigit Suryono secara garis besar pembelajaran
fisika adalah sebagai berikut:
a. Proses belajar fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban
yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
b. Pada hakikatnya mengajar fisika merupakan suatu usaha untuk memilih
strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi
28 Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12 Februari 2013
29 Ibid.
belajar fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat
melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pada hakikatnya hasil belajar fisika merupakan kesadaran murid untuk
memperoleh konsep dan jaringan konsep fisika melalui eksplorasi dan
eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.31
B. Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar
Kajian gerak dalam fisika terbagi menjadi dua yang dibedakan berdasarkan
penyebab terjadinya gerak atau tidak. Ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa
memperhatikan penyebabnya disebut dengan kinematika, sedangkan ilmu yang
mempelajari gerak dengan melihat penyebabnya disebut dinamika.
Pada gerak linear sebuah benda dapat bergerak karena dipengaruhi oleh
gaya, begitu juga pada gerak rotasi. dapat melakukan gerak karena dipengaruhi
gaya. Namun gerak yang menyebabkan benda bergerak rotasi berbeda dengan
gaya yang menyebabkan benda bergerak secara linear.
Gaya yang menyebabkan benda bergerak rotasi dinamakan torsi atau
momen gaya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami
momen gaya yaitu, sumbu rotasi (poros), lengan gaya, dan garis kerja gaya.32
Sumbu rotasi (poros) merupakan suatu kedudukan yang tidak berubah
saat benda mengalami gerak rotasi. Lengan gaya merupakan jarak yang tegak
lurus dari sumbu rotasi dengan garis kerja gaya. Sedangkan garis kerja gaya
merupakan perpanjangan garis gaya.
31Ibid.,
L
α garis kerja d = Lengan gaya
F L. sin α
F. sin α
Karena ketiga hal tersebutlah maka momen gaya dapat dirumuskan.
τ = d x F
lengan gaya diperoleh dari penguraian panjang batang terhadap arah gaya
yang membentuk sudut sehingga harus di jadikan tegak lurus, maka:
τ = L Sin α x F τ = F Sin α x L
τ = momen gaya d = lengan momen L = panjang benda F = gaya
Torsi atau momen gaya termasuk besaran vektor, sehingga dalam
menyelesaikannya perlu diperhatikan arah gerak benda yang diakibatkan oleh
gaya. Sehingga diperlukan perjajian yang mengikat dalam menyelesaikan
permasalahan torsi. Perjanjian tersebut sebagai berikut:
a. Jika benda ketika diberi gaya berputar searah dengan putaran jarum jam,
maka momen gaya diberi tanda po sit if.
b. Jika benda ketika diberi gaya berputar berlawanan arah jarum jam, maka
momen gaya diberi tanda negat if.
Keseimbangan benda tegar tersusun dari dua frase kata, yaitu keseimbangan
dan benda tegar. Jika besar momen gaya sama besar maka dikatakan dalam
keadaan keseimbang rotasi33, dapat disimpulkan apabila besar gaya yang
mempengaruhi suatu benda memiliki nilai yang sama baik searah sumbu x, sumbu
y, atau rotasinya. Sedangkan benda tegar adalah benda yang bentuknya tidak
berubah ketika diberi gaya luar.34
Bentuk keseimbangan yang dipelajari pada keseimbangan benda tegar ini
adalah bentuk keseimbangan statis yaitu benda tidak melakukan gerak rotasi
maupun gerak translasi atau benda dalam keseimbnagan rotasi dan keseimbangan
translasi.35
Keseimbangan translasi tercapai apabila resultan gaya yang bekerja sama
dengan nol.
ΣF = 0
Sementara keseimbangan rotasi tercapai apabila resultan momen gaya
yang bekerja sama dengan nol.
Στ = 0
Pada keseimbangan benda tegar dipelajari keadaan atau kedudukan suatu
benda yang terbagi menjadi 3 kedudukan, yaitu benda dalam keadaan stabil, labil
dan netral. Benda dikatakan stabil apabila setelah gangguan kecil dihilangkan
benda akan kembali kedudukan semula, sedangkan dalam keadaan labil apabila
setelah gangguan kecil dihilangkan benda tidak kembali pada kedudukan semula,
untuk benda dalam keadaan netral dimana gangguan kecil tidak mempengaruhi
keseimbangan benda.36
Setiap partikel pada benda tegar memiliki berat, resultan gaya berat dari
setiap partikel menghasilkan gaya berat benda, titik tangkap gaya berat benda
inilah disebut titik berat.37 Mempelajari kedudukan atau keadaan benda-benda
tersebut haruslah memahami kedudukan centre of mass (kedudukan pusat massa)
dari suatu benda, dilihat dari bagaimana bentuk benda tersebut. Dalam
mempelajari benda-benda tersebut terbagi menjadi 3 yaitu, benda berbentuk
garis, bidang datar dan 3 dimensi. Pada bidang garis berhubungan dengan panjang
34Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.181
35Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.182
36Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.186-187
benda tersebut, pada benda bidang datar berhubungan dengan luas bidang
tersebut, sedangkan untuk 3 dimensi berhubungan dengan volum benda tersebut.
Aplikasi dari materi ini banyak diterapkan dan juga dipelajari pada bidang seperti
kedokteran, arsitek, otomotif, dan sebagainya.
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang menggunakan model pembelajaran ARCS antara
lain, Penelitian yang dilakukan oleh A. A Mas Megawati Pertiwi dengan judul
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata
Pelajaran TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peerap model ARCS untuk
meigkatka hasil belajar siswa,meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan respon
siswa. Metodelogi yang digunakan dengan menggunakan quasi eksperimen
dengan rancangan penelitian Posttest-Only Control Group Design. Hasil
penelitian yang diperoleh menujukan bahwa hasil belar siswa menigkat38.
Penelitian yang dilakukan oleh Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang dengan
judul Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational
Education. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan pembelajaran motivasi
ARCS, pengajar dapat segera menemukan masalah belajar siswa dan merubah
strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga lebih
mudah mengarahkan motivasi siswa. Dengan adanya peningkatan motivasi siswa
maka hasil belajar siswapun akan meningkat.39
38 A. A Mas Megawati Pertiwi,“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3
Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”. Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1, Nomor 2, Juni
2012 ISSN 2252-9063
39Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In
Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari
Penelitian yang dilakukan oleh Mei-Mei Chang dan James D. Lehman, dengan
judul penelitiannya Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia
Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of
the ARCS Models. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah, bahwa guru harus dapat
merealisasikan setiap teknik di kelas, sehingga menjadi sebuah strategi yang
efektif untuk mengembangkan kemampuan pendagogik siswa dalam belajar
bahasa.40
Penelitian yang dilakukan oleh Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas
G. Popovich, dengan judul penelitiannya Applying the ARCS model of
motivational Design to Apharmaceutical Education. Hasil penelitian mereka
menyimpulkan bahwa model ARCS membantu siswa farmasi untuk memahami
pentingnya pelajaran atau instruksi. Model pembelajaran yang memotivasi harus
dimiliki oleh setiap pendidik, karena dapat meningkatkan semangat belajar siswa
dan meningkatkan prestasi serta keterampilannya.41
Penelitian yang dilakukan oleh Sang H song dan John M. Keller dengan judul
penelitiannya, Effectiveness of Motivationally Adaptive Computer-Assisted
Instruction on the Dynamic Aspects of Motivation. Hasil penelitiannya
menjelaskan, walaupun terdapat keterbatasan dalam bentuk dasar pengembangan
pelajaran, diperoleh hasil bahwa desain motivasi ARCS dapat menyesuaikan
dengan pembelajaran seperti CAI. Begitu juga cara belajar yang ditampilkan oleh
model ARCS dapat diterapkan secara efektif untuk model motivasi CAI tersebut.
Dengan kata lain penelitian menggunakan model ARCS dapat dipastikan canggih
dan efektif penerapannya dalam menyesuaikan dengan desain motivasi yang
lain.42
40 Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive
Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the
ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number
1p-p.
41 Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich, Applying the ARCS model of
motivational Design to Apharmaceutical Education, American Journal of Pharmaceutical
Education Vol. 64, Summer 2000.
42 Sang H song dan John M. Keller. Effectiveness of Motivationally Adaptive
Computer-Assisted Instruction on the Dynamic Aspects of Moitivation. ETR&D, Vol. 49, No.2.2001, ISSN